SKRIPSI PENGARUH METODE CERAMAH DAN METODE BRAINSTORMING (CEBRA) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENANGANAN DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI KELAS XII DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SURABAYA PENELITIAN QUASI-EXPERIMENTAL

  SKRIPSI PENGARUH METODE CERAMAH DAN METODE BRAINSTORMING (CEBRA) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

PENANGANAN DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI KELAS XII DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SURABAYA

  Oleh: Safira Ainun 131311133129 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017

  SKRIPSI PENGARUH METODE CERAMAH DAN METODE BRAINSTORMING (CEBRA) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

  PENANGANAN DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI KELAS XII DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SURABAYA

PENELITIAN QUASI-EXPERIMENTAL

  Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR Oleh: Safira Ainun 131311133129 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017 i ii

iii n jjj jjj jjj jjLem bar

iv

v

vi MOTTO

   BERDO’A DAN BERJUANGLAH SEKERAS MUNGKIN KARENA TIDAK ADA PERJUANGAN YANG SIA-SIA, ALLAH SELALU BERSAMA ORANG-ORANG YANG BERJUANG DAN

BERTAWAKAL PADA-NYA

  

UCAPAN TERIMA KASIH

  vii

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikanskripsi dengan judul “PENGARUH METODE CERAMAH DAN BRAINSTORMING (CEBRA) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENANGANAN

  DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI KELAS XII DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

  Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya dengan hati yang tulus kepada:

  1. Allah S.W.T dalam perlindungan-Nya dan kekuasaan-Nya telah membuat penulis berada saat ini dan memperlancar segalanya.

  2. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Pendidikan Ners

  3. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Ners.

  4. Ibu Tiyas Kusumaningrum, S.Kep.Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu, membimbing, sabar mengahadapi penulis dan memberikan motivasi yang sangat membangun dan bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Ibu Rr. Dian Tristiana, S.Kep.Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing kedua yang telah sabar dan selalu memberikan dorongan, bimbingan, arahan, serta saran- saran yang bermanfaat mulai dari penyusunan proposal hingga pembuatan skripsi ini.

  6. Ibu Retnayu Pradanie, S.Kep.Ns., M.Kep. dan Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep.Ns., M.Kep., selaku dosen penguji proposal dan skripsi.

  7. Kedua orang tua (Bapak Sunardi dan Ibu Tutik Setyaningsih) yang selalu mendokan, dan memberikan dukunganl dalam menyelesaikan skripsi ini.

  8. Adik (Ilham Muhammad) yang selalu memberikan motivasi, dan memberikan dukungan moril serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Drs. H. Fathorrakhman, M.Pd, selaku Kepala Sekolah MAN Surabaya yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

  10. Ibu Ulumiah, selaku guru BK MAN Surabaya yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian sehingga penelitian dapat selesai tepat waktu.

  11. Semua responden yang telah bersedia untuk berpartisipasi aktif dalam penelitian ini

  12. Mas Ilham Komarudin, yang telah banyak memberikan semangat dan support yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  13. Teman-teman No Gadget yang selalu membantu di setiap keadaan baik suka maupun duka, Pipit, Devi, Maulida. Terima kasih atas dukungannya. Aku sayang kalian.

  14. Teman-teman KKN ku (Lily, Habib, Nunik, Ganang, Putri, Devisya, Triadna, Amel) dan juga temanku Jebolan Garuda 3 Panitia Amerta (Andre, Mitha, Mbak Azmi), terimakasih atas dukungan dan doa kalian yang selalu menemaniku.

  15. Teman-teman lain yang telah membantu baik saat penelitian, mengajari dalam proses skripsi dan support selalu dalam pengerjaan skripsi, Fani L, Tita, Riskya, Lisa, Eva, Ragil, Ninis, Febyana, Yusika, Alfina sehingga skripsi ini dapat selesai sesuai dengan harapan.

  16. Teman-teman mahasiswa angkatan 2013 yang dari awal telah membantu dan memberikan support kepada penulis

  17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu, mendukung dan memberikan doa pada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

  Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadari bahwa skripsi tidak sempurna, tetapi semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

  Surabaya, 23 Agustus 2017 Penulis, viii

RINGKASAN PENGARUH METODE CERAMAH DAN BRAINSTORMING (CEBRA) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENANGANAN

  Penelitian Kuasi Eksperiment By : Safira Ainun

  Pendahuluan: Dysmenorrhea saat ini telah banyak dilaporkan sebagai keluhan ginekologis umum. Masalah dalam penelitian ini adalahpengetahuan mereka dalam penanganan dysmenorrhea masih belum cukupsehingga sebagian dari mereka sikap untuk memanejemen nyeri juga belum benar. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penanganan dysmenorrhea pada remaja putri. Metode: Metode penelitian menggunakan rancangan kuasi eksperimental. Populasinya adalah siswi kelas XII. Pengambilan sampel secara purposive sampling. Besar sampel dalam penelitian ini 74remaja putri, dengan 37 responden untuk kelompok perlakuan dan 37 reponden untuk kelompok kontrol. Data diambil menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank dan uji Mann Whitney. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik Wilcoxon Signed Rank diperoleh pada pengetahuan dan sikap nilai p = 0,000 untukkelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Uji statistik Mann Whitney pada pengetahuan dan sikap untuk kelompok perlakuan dan kontrol juga diperoleh nilai signifikan p = 0,000 pada post test.Diskusi: Metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) secara signifikan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap remaja putripada penanganan dysmenorrhea di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya. Studi tersebut menyarankan agar metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) dapat dijadikan sebagai salah satu sarana pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku kesehatan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan tindakan remaja putri untuk menangani dysmenorrhea.

  Kata kunci: Metode ceramah dan brainstorming (CEBRA), Pengetahuan, Sikap, Dysmenorrhea , Remaja putri. ix

  ABSTRACT THE EFFECT OF LECTURE AND BRAINSTORMING METHOD (CEBRA) ON LEVEL OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE ON HANDLED DYSMENORRHEA IN ADOLESCENT GIRLS A Quasy-Experimental Research

  By: Safira Ainun Introduction: Dysmenorrhea is now widely reported as a common gynecological complaint. Knowledge and attitude on the management of dysmenorrhea was not adequate. The aim of this study was to analyze the effect of a lecture and a brainstorming method (CEBRA) to the level of knowledge and attitude on handled dysmenorrhea in adolescent girls. Methods: This study used a quasi-experimental design. The population in this study was adolescent girl students at XII grade. Samples were taken using purposive sampling. The samples were 74 adolescent girls, with 37 respondents for the treatment group and 37 respondents for the control group. The data was collected using a questionnaire and analyzed using the Wilcoxon Signed Rank test and Mann Whitney test. Results: The results showed that the statistical Wilcoxon Signed Rank test was obtained on the knowledge and attitudes with the value of p = 0.000 for the treatment group and the control group. Mann Whitney statistical test on the knowledge and attitudes on treatment and control groups was also obtained significant value p = 0.000 at the post test. Discussion: The lecture method and brainstorming method (CEBRA) both significantly affect the level of knowledge and attitudes of adolescent girls on dysmenorrhea treatment in Madrasah Aliyah Negeri Surabaya. The study suggest that lecture and brainstorming methods (CEBRA) can be used as one means of health education in order to change for the better health behavior and can increase the actions of adolescent girls to handled dysmenorrhea.

  Keywords: Lecture and brainstorming method (CEBRA), knowledge, attitudes, dysmenorrhea, adolescent girls. x

  DAFTAR ISI HALAMAN i SURAT PERNYATAAN .............................................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................................... iii

   LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................v MOTTO ………... ......................................................................................................... vi UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................................... vii RINGKASAN …........................................................................................................... ix ABSTRACT …………. ......................................................................................................x

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   xi

  xii

  

  6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 94

  5.2.2 Pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap sikap remaja putri kelas XII dalam penanganan dysmenorrhea .............................. 88 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 94

  5.2.1 Pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap pengetahuan remaja putri kelas XII dalam penanganan dysmenorrhea ........ 83

  5.2 Pembahasan ..................................................................................................... 83

  5.1.4 Pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap sikap responden dalam penanganan dysmenorrhea ................................................ 82

  5.1.3 Pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap pengetahuan responden dalam penanganan dysmenorrhea ........................... 80

  5.1.2 Data demografi penelitian ................................................................ 77

  5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian ................................................... 75

  5.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 75

  BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............................................... 75

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  6.2 Saran ....................................................................................................... 95 ....................................................................................................... 101

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme yang berpengaruh dalam memicu nyeri dysmenorrhea. ............ 18Gambar 2.2 PRECEDE PROCEED Model Green (1991) ............................................... 40Gambar 3.1 Kerangka Konseptual menganalisis pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penanganan

  

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Pengaruh Metode Ceramah dan Brainstorming (CEBRA) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap terkait penanganan dysmenorrhea pada remaja

  

   xiii

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keyword Development

   Tabel 2.2 Keaslian Penulisan

  51

Tabel 4.2 Definisi operasional ...................................................................................... 61

  xiv

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

  xv

  % = Persen ≤ = Kurang dari ≥ = Lebih dari CEBRA = Ceramah dan Brainstorming

  CBD = Ceramah, Brainstorming, dan Demonstrasi WHO = World Health Organization PIK-KRR = Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja NSAID = Non Steroid Anti-Inflamation Drug UKS = Unit Kesehatan Sekolah PMR = Palang Merah Remaja SKI = Sie Kerohanian Islam FSH = Follice Stimulating Hormone LH = Luteinizing Hormone KB = Keluarga Berencana AKDR = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim PGF

  2A = Prostaglandin F2 Alfa BKKBN = Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BK = Bimbingan Konseling SAP = Satuan Acara Penyuluhan

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ............................................................. 102 Lampiran 3 Surat Kelulusan Etik ................................................................................ 103 Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian Metode Ceramah ...................................... 104 Lampiran 5 Lembar Penjelasan Penelitian Metode CEBRA ....................................... 107 Lampiran 8 Kuesioner Pengetahuan dan Sikap ............................................................ 113 Lampiran 10 Standar Operasional Prosedur Ceramah .................................................. 118 Lampiran 11 Standar Operasional Prosedur Brainstorming ......................................... 119 Lampiran 16 Tabulasi Data Umum Responden ........................................................... 147 Lampiran 17 Tabulasi Pre-Post Kelompok Perlakuan Pengetahuan dan Sikap .............. 151 Lampiran 18 Tabulasi Pre-Post Kelompok Kontrol Pengetahuan dan Sikap ................ 158 Lampiran 19 Hasil Uji Statistik .................................................................................. 164 xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  ) Menurut WHO (World Health Organization (2009) remaja saat ini maasih kurang mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi sehingga para remaja saat ini cukup memprihatinkan terhadap kesehatan seksual dan reproduksi mereka. Dysmenorrhea merupakan salah satu masalah yang dialami remaja putri saat haid yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari (Ningsih 2011). Penanganan dysmenorrhea pada remaja saat ini dinilai masih belum benar dan terkadang mereka lebih sering membiarkan rasa sakit yang mereka alami.

  Kemampuan atau sikap seseorang dalam memanejemen nyeri haid juga didasari oleh pengetahuan yang mereka miliki tentang kondisi tersebut. Jika pengetahuan yang mereka miliki kurang sikap yang mereka lakukan terhadap nyeri yang dialami juga belum benar. Sebagian besar remaja putri tidak mengetahui penyebab nyeri yang dialamisehingga dengan pengetahuan yang kurang itulah mayoritas remaja putri mengkonsumsi obat atau minuman yang tidak sesuai untuk mengelola nyeri yang mereka rasakan (Ogunfowokan & Babatunde 2010).

  Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang penting dalam perubahan perilaku kesehatan khususnya untuk cara penanganan dysmenorrhea dan pengetahuan penanganan dysmenorrhea. Beberapa metode pendidikan kesehatan dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan kemampuan remaja dalam menangani dysmenorrhea.

  Metode yang dapat dipilih antara lain ceramah, brainstorming , dan

  1 kombinasi dari ceramah dan brainstorming (CEBRA) (Novitasari 2012). Metode ceramah dan metode brainstorming (CEBRA)memang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti tetapi peneliti sebelumnya menggabungkan dengan metode lain seperti penelitian oleh Habibi (2015) yang menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan brainstorming dan demonstrasi (CBD) terkait perilaku ibu dalam pemberian makanan pemdamping asi pada balita (6-24 bulan). Penelitian lain yang dilakukan Utomo (2015) juga menggunakan metode ceramah dan brainstorming namun terkait tingkat kecemasan pada wanita premenopause. Penelitian tentang pengetahuan dan sikap terhadap dysmenorrhea sudah banyak dilakukan, namun sejauh ini penelitian menggunakan metode pendidikan kesehatan kombinasi dari ceramah dan brainstorming (CEBRA) yang membuktikan pengaruh metode tersebut terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penanganan dysmenorrhea pada remaja putri masih belum ada.

  ) Menurut data dari WHO (World Health Organization didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) perempuan mengalami dysmenorrhea dan 10-15% diantaranya mengalami dysmenorrhea yang berat (Rohmatunidha 2016). Sebuah penelitian pada remaja (12-17 tahun) di Amerika Serikat mengeluh terhadap dysmenorrhea sebanyak 12% nyeri berat, 37% nyeri sedang, dan 49% nyeri ringan dan juga melaporkan 13-51% perempuan sedikitnya absen satu kali, dan 5-14% berulangkali absen dikarenakanhal ini (Ernawati et al. 2010). Sedangkan di Asia, prevalensi dysmenorrhea primer menunjukan cukup tinggi, yaitu di Negara Taiwan sebesar 75,2% (Diana 2013). Menurut penelitian PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) (2009) data di Indonesia prevalensi dysmenorrhea sebanyak 72,89% dysmenorrhea primer dan 27,11% dysmenorrhea sekunder (Rakhma 2012). Data di Surabaya yang mengalami dysmenorrhea sebesar

  1,07-1,31% (Ningsih 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 31 Maret 2017 di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Surabaya dari 10 orang, 7orang diantaranya menjawab bahwa tidak mengetahui penyebab dysmenorrhea , tidak ada penanganan sama sekali, 2 orang menjawab penyebabnya adalah dinding rahim melupas atau sobek dan penanganan yang dilakukan adalah hanya tidur dan minum obat proris untuk nyeri haid dan kiranti , 1 orang menjawab mengetahui penyebabnya dikarenakan kurang olah raga, untuk penanganannya

sebelum dysmenorrhea dirasakan sudah minum obat oskadon terlebih dahulu.

  Menurut Suliawati (2013) remaja dengan usia ≥ 15 tahun akan merasakan dysmenorrhea lebih nyeriterutama pada usia 17 tahun dikarenakan sistem reproduksi dan secara hormonal sudah mulai matang dan sempurna dibandingkan pada usia 15 tahun dan usia menarche (haid pertama kali) yaitu sekitar 12-14 tahun. Sedangkan usia ≥ 17 tahun nyeri akan cenderung menurundan pada usia 25-26 tahun akan terasa kembali lebih menyakitkan ini sering terjadi akibat dysmenorrhea penggunaan KB non hormonal. Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa ketika remaja putri usia 15-17 tahun mengalami dysmenorrhea mereka memiliki pengetahuan terhadap penanganan dysmenorrhea masih kurang karena minimnya informasi yang mereka dapatkan. Sehingga terkadang mereka bersikap mengabaikan dan kurang optimal dalam proses penanganannya. Penelitian Sandra et al. (2015), masih ada remaja yang tidak mengetahui cara menangani dysmenorrhea yang dialami, dari total seluruh remaja yaitu 163 di dapat sekitar 7 dari 10 remaja yang mengalami dysmenorrhea tidak mengetahui cara penanganan dysmenorrhea dan 72% dari seluruh jumlah remaja yang ada hanya menggunakan obat sebagai penanganannya.

  Dysmenorrhea tidak segera diatasi pasti akan menimbulkan dampak negatif bagi mereka seperti kegiatan sehari-hari menjadi terbatas, absen dari sekolah, absen dari kegiatan olahraga dan kegiatan sosial lainnya (George et al. 2014). Dampak negatif bagi kesehatan seperti menimbulkan rasa nyeri pada bagian perut, mual, muntah, diare, pusing, bahkan pingsan (Rustam 2014). Dampak yang lain adalah Retrograd Menstruasi (haid yang bergerak mundur atau tidak teratur), infertilitas (kemandulan), kista pecah, perforasi rahim dan infeksi. Selain itu juga dapat menimbulkan konflik

emosional, ketegangan dan kegelisahan sehingga terdapat perasaan yang tidak

nyaman (Devi 2013). Menurut Anurogo & Wulandari (2011) apabila tidak segera ditangani dysmenorrhea berakibat syok, penurunan kesadaran (Aryanie 2014).

  NSAID (Non Steroid Anti-Inflamation Drug) dan pil KB kombinasi sudah menjadi andalan bagi para remaja putri dan wanita untuk mengobati dysmenorrhea tetapi tetap saja tidak efektif karena efek samping yang ditimbulkan, pengobatan lain seperti olahraga, akupuntur, dan yang lain pun juga masih belum menjamin seutuhnya dapat menangani nyeri yang dirasakan namun tidak mengkonsumsi obat jauh lebih baik, supaya tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya dan tidak menjadikan ketergantungan bagi pengonsumsi (Bharthi et al. 2012).

  Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara oleh peneliti di MAN Surabaya juga ditemukan banyak siswi mengalami pingsan yang diakibatkan dysmenorrhea dan pulang ketika kegiatan belajar atau olahraga sedang berlangsung.Pada 10 siswasaat ditanya mengenai penyebab dysmenorrhea yang mereka alami 7 diantaranya menjawab tidak mengetahui penyebabnya, ada yang menjawab karena makan makanan pedas, kecapekan, dan hanya 2 orang yang menjawab berdasarkan informasi yang mereka dapat dari orang tua dan saudara.Mereka juga mengatakan belum pernah adanya penyuluhan kesehatan tentang dysmenorrhea dan program UKS (Unit Kesehatan Sekolah) kurang berjalan dengan baik karena yang menjadi petugas UKS adalah murid yang mengikuti ekstrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja) dimana mereka juga tidak memiliki pengalaman yang cukup. Pemahaman dan pengetahuan yang kurang tersebut,mereka cenderung melakukan penanganan dysmenorrhea yang belum benar diantaranya dengan meminum soda atau kiranti sebagai salah satu cara untuk mengatasi dysmenorrhea.

  Sehingga dengan alasan tersebut perlu adanya pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan dengan metode CEBRA. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan yaitu, metode ceramah yang mana siswi mendapatkan informasi lebih lengkap sedangkan metode brainstorming dimana salah satu kelebihannya adalah membuat individu lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Oleh karena itu dengan kelebihan tersebut peneliti menggunakan metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) yangmemiliki manfaat salah satunya adalah merangsang para siswa lebih aktif dalam menyampaikan gagasan mereka.

  Metode ceramah sendiri merupakan penyampaian informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa atau pendidik dan dikatakan sebagai satu-satunya metode paling ekonomis untuk menyampaikan informasi (Nursalam dan Effendi 2008).Sedangkan brainstorming adalah metode dimana para peserta dapat mencurahkan pendapatnya mengenai isi materi yang telah disampaikan kemudian kritik dan evaluasi atas semua pendapat tadi dilakukan setelah semua peserta mencurahkan pendpatnya (Effendi dan Makhfudli 2009). Salah satu teori model keperawatan yang membahas pada peningkatan perilaku kesehatan adalah Teori Green (1991) yang berfokus pada faktor perilaku dimana mendorong perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Ada tiga faktor untuk terbentuknya perilaku salah satunya faktor predisposisi dimana dalam faktor ini pengetahuan dan sikap adalah beberapa hal penting dalam mempengaruhi perilaku khususnya penanganan dysmenorrhea (Habibi 2015).

  Penanganan nyeri telah dianggap sebagai intervensi yang penting oleh American Pain Society (Ogunfowokan & Babatunde 2010). Metode pendidikan kesehatan yang biasa digunakan adalah metode ceramah tetapi metode ini dalam kenyataanya masih kurang memberikan pengaruh karena cenderung bersifat satu arah dan membosankan.

  Metode ini akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan metode lain yaitu brainstorming karena dalam metode ini nantinya para siswi terutama siswi MAN Surabaya lebih mudah menyaring informasi dengan suasana lingkungan yang saling mendukung. Penggunaan metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) membuat remaja mendapatkan informasi yang tepat dan memprosesnya sesuai dengan pola pikir mereka masing-masing dan diharapkan pengetahuan para remaja SMA khususnya, yang telah menuju remaja akhir terhadap penanganan dysmenorrhea semakin bertambahdan dapat mempengaruhi perubahan perilaku mereka dalam menangani dysmenorrhea menjadi lebih positif. Para remaja dapat mewaspadai terjadinya dysmenorrhea sekunder salah satunya dysmenorrhea yang sertai penyakit endometriosis dan dapat terhindar dari dampak negatif yang akan mereka alami di masa sekarang dan di masa yang akan datang (Habibi 2015).

1.2 Rumusan Masalah

  Bagaimanakah pengaruh metode ceramah dan metode brainstorming (CEBRA) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penanganan dysmenorrhea pada remaja putri kelas XII di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penanganan dysmenorrhea pada remaja putri kelas XII di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada remaja putri kelas XII sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

  2. Mengidentifikasi sikap terkait penanganan dysmenorrhea yang dilakukan para remajaputri kelas XII sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

  3. Menganalisis pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penanganan dysmenorrhea pada remaja putri kelas

  XII.

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

  1. Memberikan informasi di bidang keperawatan maternitas yang dapat menambah pengetahuan dan sikap tentang penanganan dysmenorrhea pada remaja dan dapat dijadikan landasan pengembangan ilmu keperawatan pada bidang keperawatan komunitas dengan pengembangan metode pembelajaran terutama metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) untuk meningkatkan pengetahuan serta menjadikan sikap lebih positif.

  2. Memberikan gambaran dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penanganan dysmenorrhea pada remaja putri kelas XII di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya.

1.4.2 Praktis

  Setelah mengetahui pengaruh metode ceramah dan brainstorming (CEBRA) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penanganan dysmenorrhea pada remaja putri kelas XII di Madrasah Aliyah Negeri Surabaya, diharapkan:

  1. Berguna bagi petugas kesehatan terhadap penggunaan metode CEBRA dalam pemberian pendidikan kesehatan

  2. Bagi guru dan staf pengajar dapat memasukkan metode CEBRA sebagai salah satu metode pembelajaran

3. Bagi para siswi diharapkan hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan merubah sikap para siswi untuk menangani dysmenorrhea.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Haid

  2.1.1 Pengertian Haid Haid adalah perdarahan yang terjadi dengan siklus alami yang bertujuan untuk membuat tubuh para perempuan menjadi lebih siap terhadap kehamilan setiap bulan

  (Anurogo dan Wulandari 2011).

  Menurut Kusmiran (2011), haid adalah perdarahan yang terjadi secara alamiah pada setiap perempuan dan terjadi sebagai tanda organ kandungan telah matang. Pada umumnya perempuan mengalami menarche (haid pertama kali) pada usia 12-16 tahun (Kusmiran 2011).

  2.1.2 Siklus Haid Siklus Haid normalnya terjadi 22-35 hari dengan selama 2-7 hari (Kusmiran 2011). Pada siklus haid, ovarium yang menghasilkan hormon estrogen dan progesterone dan kelenjar hipofisi yang melepaskan hormon Follice Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) bertanggung jawab terhadap perubahan siklus haid (Klossner & Hatfield 2010)

2.2 Dysmenorrhea

2.2.1 PengertianDysmenorrhea

  Dysmenorrhea adalah nyeri yang dirasakan selama haid hingga membuat perempuan yang mengalami tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. Rasa sakit yang ditimbulkan akibat dysmenorrhea sangat hebat dan memaksa mereka yang mengalami

  9

  10 untuk beristirahat atau meninggalkan kegiatan mereka dalam waktu beberapa jam atau bisa dalam waktu berhari-hari (Rohmatunidha 2016).

  Dysmenorrhea merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan cukup hebat.

  Mereka yang mengalami kondisi ini biasanya mengobati dengan mengkonsumsi obat atau pergi ke dokter sehingga mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat (Anurogo dan Wulandari 2011).

2.2.2 Klasifikasi Dysmenorrhea

  Dysmenorrhea dapat dibagi menjadi jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi dua yaitu, dysmenorrhea spasmodik dan dysmenorrhea kongestif (Calis 2011).

  1. Nyeri Spasmodik Nyeri spasmodik dapat dirasakan di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau ketika saat haid. Remaja putri dan wanita dewasa terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga ia tidak dapat beraktivitas apa pun.

  Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar- benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah para remaja walaupun dijumpai pada wanita yang berusia 40 tahun ke atas. Dysmenorrhea spasmodik dapat berkurang dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak yang tidak mengalami hal seperti itu.

  2. Nyeri Kongestif Penderita dysmenorrhea kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mereka akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur,

  11 atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal dan menyiksa yang berlangsung antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2 minggu.

  Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dysmenorrhea kongestif akan merasa lebih baik.

  Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi dua yaitu,dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.

1) Dysmenorrhea Primer

  primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di adanya Dysmenorrhea kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dysmenorrhea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus- siklus haid pada bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya. Gadis dan perempuan muda dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan dysmenorrhea primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali.

  Dysmenorrhea primer adalah nyeri yang biasa terjadi tanpa ada penyebab atau kelainan yang mendasari seperti kelainan pada kandungan.

  Gejala yang biasa terjadi adalah nyeri yang terasa pada perut bagian bawah, terkadang juga menyebar hingga terasa pada daerah pinggang dan paha.

  12 Dysmenorrhea primer sering terjadi lebih dari 50% dan biasanya timbul pada saat remaja, sekitar 2-3 tahun setelah menarche. Penyebab dari rasa nyeri yang timbul akibat adanya kontraksi rahim yang dirangsang oleh hormon prostaglandin. Beberapa faktor yang memperkuat rasa nyeri dysmenorrhea antara lain kurang berolah raga, stress psikis dan stress sosial, faktor perilaku dan psikologis juga mempengaruhi (Sukarni dan Margareth 2013).

2) Dysmenorrhea Sekunder.

  Dysmenorrhea Sekunder adalah nyeri yang dirasakan akibat penyebab atau kelainan yang mendasari seperti kelainan pada kandungan. Nyeri ini lebih banyak terjadi pada perempuan yang berusia lebih dari 25 tahun. Gejala pada nyeri ini hampir serupa dengan nyeri haiddysmenorrhea primer, hanya perbedaannya adalah lama yang rasakan melebihi periode haid dan terkadang juga dapat terjadi pada saat tidak mengalami haid (Sukarni dan Margareth 2013). Menurut Wong et al. (2009) dysmenorrhea sekunder terjadi akibat masalah patologis dan adanya ketidaknyamanan disertai endometriosis, infeksi, adhesi, atau penyakit pelvis lainnya. Dysmenorrhea sekunder rata-rata terjadi pada usia 20-an atau 30-an setelah beberapa tahun lamanya tidak

pernah merasakan nyeri dan mestruasi normal (Ningsih 2011).

2.2.3 Derajat Dysmenorrhea

  Menurut Manuaba (2010) nyeri yang dirasakan saat haid memiliki kadar yang

berbeda-beda. Dysmenorrhea dibagi menjadi tiga tingkat keparahan antara lain:

  1. Dysmenorrhea Ringan (skala nyeri 1-4) Dysmenorrhea yang terjadi hanya beberapa saat atau hanya sebentar dirasakan dan walaupun nyeri dirasakan tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

  2. Dysmenorrhea Sedang (skala nyeri 5-6)

  13 Dysmenorrhea ini jika terjadi memerlukan beberapa penanganan salah satunya obat untuk menghilangkan rasa nyeri, setelah itu dapat tetap melanjutkan aktivitas tanpa perlu meninggalkannya.

3. Dysmenorrhea Berat (skala nyeri 7-10)

  Dysmenorrhea ini jika terjadi mengharuskan penderita untuk beristirahat dan meninggalkan kegiatannya selama beberapa jam atau terkadang hingga berhari- hari. Dalam merasakan nyeri ini akan disertai nyeri pinggang, rasa tertekan pada daerah perut, sakit kepala, bahkan hingga diare.

2.2.4 Etiologi Dysmenorrhea

  Pada dasarnya penyebab dari dysmenorrhea adalah faktor keturunan, psikis, dan lingkungan, namun setealah dilakukan banyak penelitian menunjukan adanya pengaruh hormon dalam tubuh yaitu prostaglandin. Banyak ahli berpendapat, pada keadaan tertentu yaitu dimana hormon prostaglandin berlebihan, maka terjadi kontraksi uterus (rahim) yang hebat. Inilah penyebab terjadinya nyeri yang kuat disebut dysmenorrhea. Tidak hanya kontraksi uterus saja yang di akibatkan prostaglandin yang berlebihan tetapi juga mempengaruhi tingkat aktivitas usu besar hingga menyebabkan sering terjadi sakit kepala, rasa panas dan dingin terutama pada daerah muka, diare, dan mual pada saat dysmenorrhea terjadi (Widjajanto 2005).

  Menurut Anurogo dan Wulandari (2011), berikut penyebab dysmenorrhea berdasarkan klasifikasinya antara lain:

  1. Penyebab dysmenorrhea primer 1) Faktor endokrin Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum. Hormone progesterone menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormone estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Jika kadar prostaglandin

  14 yang berlebihan memasuki peredaan darah maka selain dysmenorrhea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah, diare, flushing respon involunter (tak terkontrol) dari system saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa wrna kemerahan atau sensasi panas.

  Prostaglandin penyebab meningkatnya aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan myometrium dapat menimbulkan tekanan 400 mmHg sehingga juga menimbulkan kontraksi myometrium yang hebat.

  2) Faktor kejiwaan atau psikis Keadaan psikis seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik yang terjadi baik dengan keluarga, teman sebaya maupun lingkungan sekitar, dan imaturitas (belum mencapai kematangan) dapat mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea. Menurut Prawirohardjo (2005), pada remaja sering kali terjadi rasa emosional yang tidak stabil, terutama jika tentang haid yang mereka alami mereka tidak mendapat informasi yang tepat dan baik kemudian muncul dysmenorrhea. 3) Faktor konstitusi Faktor ini sangat berhubungan dengan faktor kejiwaan hingga dapat menimbulkan dysmenorrhea seperti anemia dan penyakit menahun. 4) Faktor alergi Alergi yang dapat terjadi diakibatkan oleh toksin pada haid. Dalam teori mengemukakan hal ini ada hubungannya antara dysmenorrhea dengan urtikaria dan migrain.

  2. Penyebab dysmenorrhea sekunder 1) Intrauterine contracettive devices (alat kontrasepsi dalam rahim)

  15 2) Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim) 3) Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot), terutama mioma submukosum (bentuk mioma uteri) 4) Uterine polpys (tumor jinak di rahim) 5) Adhesions (pelekatan) 6) Penyakit radang panggul kronis 7) Ovarium cysts (kista ovarium) 8) Endometriosis 9) Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di panggul) 10) Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim)

2.2.5 Manifestasi Klinis Dysmenorrhea

  Menurut Devi (2012) timbul gejala yang akan dirasakan saat mengalami dysmenorrhea seoerti nyeri dibagian perut bawah yang nyeri tersebut seperti dicengkram atau diremas-remas dan melilit, sakit kepala yang berdenyut-denyut, mual dan muntah, nyeri punggung pada bagian bawah, diare, hingga mengalami pingsan.

  Beberapa dari remaja yang mengalami dysmenorrhea merasakannya pada daerah punggung bagian bawah, panggul, pinggang, otot paha hingga betis.

  Menurut {Mansjoer dkk (2001) ; Rohmatunidha (2016)}, manifestasi klinis pada dysmenorrhea terbagi menjadi dua, yaitu:

  1. Dysmenorrhea Primer 1) Usia yang masih muda Remaja putri yang mengalami menarche (haid pertama kali) di usia ≤ 12 tahun akan mempercepat terjadinya dysmenorrhea karena pada umumnya terjadi 2-3 tahun setelah menarche(Frenita et all 2013). dysmenorrhea

  16 Pada usia menarche inilah sekitar 12-14 tahun remaja putri belum mengalami dysmenorrhea dikarenakan siklus haid yang mereka alami belum teratur dan belum sempurnanya sekresi hormonal pada portal hipotalamus. Sedangkan pada usia 15-17 tahun para remaja putri rata-rata sudah mengalami dysmenorrhea dan terjadi peningkatan yang signifikan pada usia 17 tahun. hal ini disebabkan karena adanya respon folikel dalam ovarium dan fungsi uterus mulai normal. Semakin bertembahnya usia semakin meningkat juga dysmenorrhea yang dialami hal ini disebabkan karena secara hormonal sudah mulai matang dan sistem reproduksi remaja tersebut mulai mencapai kesempurnaan (Suliawati 2013).

  2) Nyeri terasa seperti kejang uterus 3) Tidak terjadi keadaan patologi pelvik 4) Terjadi 2-3 tahun setelah menarche 5) Dapat hilang jika diberikan pengobatan medikamentosa 6) Disertai nausea, muntah, diare, mual, kelelahan, pusing 7) Pemeriksaan pelvik normal

  2. Dysmenorrhea Sekunder 1) Usia lebih tua Pada usia tua atau dewasa sekitar 25-29 tahun cenderung sering mengalami dysmenorrhea sekunder hal ini disebakan sebagain dari mereka telah menikah dan sebagian menggunakan KB (Keluarga Berencana) dan yang digunakan adalah KB dalam bentuk AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) (Suliawati 2013). 2) Cenderung terjadi setelah 2 tahun siklus haid teratur 3) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul

  17 4) Berhubungan dengan kelalinan pelvik 5) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

2.2.6 Patofisiologi Dysmenorrhea Hormon yang terlibat dalam dysmenorrhea adalah hormon prostaglandin.

  Pada prostaglandin, korpus luteum mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini menyebabkan penurunan kadar progesterone dan mengakibatkan labilisasi membrane lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.

  Enzim tersebut akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membrane sel endometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan

  2a menghasilkan prostaglandin F2 alfa (PGF ) pada fase luteal dan haid kemudian akan disekresi. PGF 2a merupakan oksitosin yang kuat dan memiliki efek vasokonstriksi yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri seperti dysmenorrhea. Pelepasan PGF 2a yang berlebihan akan meningkatkan frekuensi kontraksi uterus yang berhubungan dengan penurunan aliran darah endometrium dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus. Hal tersebut akan mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bagian bawah yang sifatnya siklik. Respon iskemik pada PGF 2a antara lain nyeri punggung, pengeluaran keringat, kelemahan, gangguan pada saluran cerna seperti: anoreksia, mual, muntah, dan diare, juga pada sistem syaraf pusat yang menimbulkan gejala seperti: pusing, sinkop, dan juga bisa membuat kosentrasi menjadi buruk (Bobak et al.

  2005).

  18 Gambar 2.1Mekanisme yang berpengaruh dalam memicu nyeri dysmenorrhea.

  Dysmenorrhea yang terjadi pada remaja biasanya sering disebut dengan dysmenorrhea primer. Hal ini dikarenakan tidak adanya kelainan atau penyakit penyerta yang mendasari terjadinya nyeri. Hal ini juga masih dikatakan normal karena dalam siklus haid terdapat fase dimana terjadi ketegangan pada mulut rahim oleh karena itu terjadilah dysmenorrhea. Selain disebabkan adanya ketegangan pada mulut rahim dysmenorrhea primer juga terjadi akibat rangsangan hormon prostaglandin seperti yang dijelaskan sebelumnya sehingga mempengaruhi kontraksi pada rahim. Sedangkan untuk dysmenorrhea sekunder terjadi jika terdapat kelainan atau penyakit penyerta pada rahim dan disebabkan penggunaan KB. KB juga dapat menimbulkan dysmenorrhea namun jika yang digunakan KB hormonal cenderung tidak merasakan dysmenorrhea karena KB ini bersifat hormonal dan mempunyai manfaat meminimalisir terjadinya dysmenorrhea dengan cara menekan terjadinya ovulasi. Jika KB yang digunakan dalam bentuk AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) dapat mengalami dysmenorrhea dan sering dinamakan dysmenorrhea sekunder dikarenakan mineral yang terkandung dalam KB tersebut dapat meningkatkan sekresi

  19 prostaglandin. Cara kerja dari AKDR sendiri juga membuat radang steril di dalam uterus dikarenakan deposisi garam kalsium pada AKDR dapat menghasilkan sebuah struktur yang iritatif bagi endometrium. Dysmenorrhea sekunder juga dapat terjadi pada remaja sehingga perlu adanya kewaspadaan terhadap dysmenorrhea yang dialaminya dan perlu adanya penanganan supaya tidak terjadi hal yang merugikan remaja putri tersebut (Suliawati 2013).

2.2.7 Faktor Resiko Dysmenorrhea

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE MULTIMEDIA LEARNING TENTANG PERINEAL HYGIENE TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI MENSTRUASI DI SMP PGRI 1 PAKISAJI KABUPATEN MALANG

3 9 31

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TENTANG PERINEAL HYGIENE TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA REMAJA PUTRI DI MTs BUSTANUL ULUM PAKISAJI KABUPATEN MALANG

1 4 29

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ABORSI DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP SEKS PRANIKAH DI KELAS XII SMAN KUTOWINAGUN

0 0 6

View of PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA KELAS X MENGENAI HIV/AIDS

1 1 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DENGAN TINDAKAN DALAM PENANGANAN DISMENOREA DI SMP SWASTA KUALUH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2015 SKRIPSI

0 1 14

METODE PEMBELAJARAN TAḤFĪẒ AL-QUR’AN DI MADRASAH ALIYAH TAḤFĪẒ NURUL IMAN KARANGANYAR DAN MADRASAH ALIYAH AL-KAHFI SURAKARTA

0 1 7

View of TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP NEGERI 2 KEMBARAN

0 0 6

IDENTIFIKASI PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM VULVA HYGIENE PADA SISWI KELAS 1 SMAN 8 SURABAYA

1 1 16

SKRIPSI PENGARUH PEER GROUP DISSCUSION TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PENCEGAHAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCA JAYA SURABAYA PENELITIAN QUASY-EXPERIMENT

0 0 150

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH MEDIA POP-UP BOOK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS DI SEKOLAH SISWA KELAS II SDN SUNGAI BESAR 8 BANJARBARU Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 15