SKRIPSI PENGARUH PEER GROUP DISSCUSION TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PENCEGAHAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCA JAYA SURABAYA PENELITIAN QUASY-EXPERIMENT

SKRIPSI PENGARUH PEER GROUP DISSCUSION TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PENCEGAHAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCA JAYA SURABAYA PENELITIAN QUASY-EXPERIMENT

  Oleh: SUHARTINA NIM. 131111074

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

SKRIPSI PENGARUH PEER GROUP DISSCUSION TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PENCEGAHAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCA JAYA SURABAYA PENELITIAN QUASY-EXPERIMENT

  Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Kep) dalam Program Studi Pendidikan Ners pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

  Oleh : SUHARTINA NIM. 131111074

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

SURAT PERNYATAAN

  Saya Bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Sebagai sivitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Suhartina NIM : 131111074 Program Studi : Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

  Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

  “Pengaruh Peer Group Discussion terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Pencegahan Perilaku Seks Bebas pada Siswa Kelas VIII SMP Panca Jaya Surabaya” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. iii

  LEMBAR PENGESAHAN

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

  MOTTO “Man Jadda Wa Jada” (Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil, Insya Allah) Semangat

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya, saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH

  PEER GROUP DISCUSSION TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PENCEGAHAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCA JAYA SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  sarjana keperawatan (S.Kep) pada program studi pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

  Bersama ini perkenankanlah saya untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

  1. Bu Mira Triharini S.Kp.,M.Kep., sebagai wakil dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan program studi Pendidikan Ners sekaligus sebagai pembimbing 1 dan Bu Eka Mishbahatul, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing 2 saya yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi.

  2. Bu Elida Ulfiana S.Kep, Ns., M.Kep., selaku penguji seminar proposal dan ujian skripsi yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini, dan Bu Aria Aulia S. Kep., Ns., M. Kep., selaku penguji seminar proposal yang sudah memberikan masukan dan sarannya.

  3. Bu Herdina M. S.Kep. Ns., M.Kep., selaku dosen wali saya yang telah memberikan semangat dalam proses pembuatan skripsi.

  4. Bu Purwaningsih S.Kp., M.Kes., selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga atas kesempatan serta fasilitas yang diberikan kepada kami untuk menyelesaikan dan mengikuti Program Ptudi pendidikan Ners.

  5. Kedua Orang tua saya (H. La Dimani dan Hj. Waode Sahea) dan saudara- saudaraku (kak Dr. Siti Maslina beserta keluarga, kak Samna SE. beserta keluarga, Kak Samdiana S.KM beserta keluarga, dek Sabania (yang sudah bersedia membantu saya selama penelitian), dan dek Mirjana) yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.

  6. Paman saya Laode Rabani beserta keluarga besar di Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Bu Sutri, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Panca Jaya Surabaya yang telah memberikan izin untuk fasilitas penelitian.

  8. Bu Isnaini selaku guru perwakilan siswa SMP Panca Jaya Surabaya yang selalu mendukung selama proses penelitian.

  9. Remaja kelas VIII A dan D SMP Panca Jaya Surabaya yang sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

  10. Saudara-saudaraku di GenCorps yaitu Gen 0, Gen 1, Gen 2, Gen 3, Gen 4, Gen 5, Gen 6, Gen 7, dan terutama untuk generasi ke-4 (Dina Rosita dan Ni komang Wepiyanti (yang sudah bersedia membantu saya selama penelitian), Hakim zulkarnain, Ika Ayu dianty, Choirul Anwar, Bety Ayu Astuti, Filiani Cynthia, Chirst Wibowo Dwi Andrianto, Prajna Paramitha M., Bestya Nurima M.A, Yulia Dyah A., Hartono, Dian Agustin, Novita Nindy M., Gilang Ramadhan, Okgi Tiara, Ari Kurniawan, dan Yuni Tristian C.E.P.,) yang telah saling menyemangati satu sama lain.

  11. Eka Agustin Herliana, Navira Chairunnisa, Selfi Ratna P., Eli Sazana, Arief priyo, yang sudah bersama-sama berjuang dalam satu bimbingan bu Eka Mishbahatul dan Bu Mira Triharini dan saling menyemangati satu sama lain.

  12. Mery Priska Napitupulu dan Yosephin Nova yang sudah bersedia membantu selama proses penelitian.

  13. Rekan-rekan A11 yang berjuang bersama-sama serta saling menyemangati satu sama lain.

  Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

  Surabaya, 23 Juni, 2015 Penulis,

  ABSTRACT THE EFFECT OF PEER GROUP DISCUSSION TO IMPROVE ADOLESCENT’S KNOWLEDGE AND ATTITUDE ABOUT FREE SEX th PREVENTION ON 8 GRADE STUDENT’S AT SMP PANCA JAYA SURABAYA A Quasy-Experimental Study By: Suhartina

  Adolescence is a stage of transition from children to adulthood. Lack of knowledge about free sex prevention can increase free sex behavior in the future among adolescence. This study was aimed to analyze the effect of peer group discussion to improve adolescent’s knowledge and attitude about free sex

  th prevention on 8 grade student’s at SMP Panca Jaya Surabaya.

  This study was used quasy experimental design. Population were all of

  th th

  adolescence 8 grade and through multistage random method derived A 8 grade

  th

  and D 8 grade as affordable population. 50 respondent involved, taken according to purposive sampling, devided into 27 respondent on experiment group and 23 respondent on control group. The independent variable of this research was peer group discussion and dependent variable were knowledge and attitude. Data were collected by questionnaires and analyze using Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney U Test with significant level α=<0,05.

  Wilcoxon signed rank test showed that peer group discussion had effect on adolescent’s knowledge (p= 0,022) but not on attitude (p=0,157). Mann Whitney U Test showed there was difference result between experiment group and control group on knowledge (p=0,022) but the result is not significant on attitude (p=0,424).

  It can be concluded that peer group discussion can be used as a method of health education in providing information about free sex prevention in adolescence especially to increase their knowledge. Nurses should do preventive action to decrease free sex cases in adolescence. Further study should involve behavior variable, analyze some factors that can effect adolescent’s knowledge and attitude.

  Keyword: Peer group discussion, adolescence, free sex prevention behavior

  DAFTAR ISI

  Halaman Halaman Judul dan Prasyarat Gelar ........................................................................ i Surat Pernyataan..................................................................................................... ii Lembar Persetujuan ...............................................................................................iii Lembar Penetapan penguji .................................................................................... iv Motto ...................................................................................................................... v Ucapan Terima Kasih ............................................................................................ vi

  Abstract ...............................................................................................................viii

  Daftar Isi................................................................................................................ ix Daftar Gambar ...................................................................................................... xii Daftar Tabel ........................................................................................................xiii Daftar Lampiran .................................................................................................. xiv Daftar Singkatan................................................................................................... xv

  BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

  1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 6

  1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 6

  1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

  1.4.1 Tujuan umum ............................................................................ 7

  1.4.2 Tujuan khusus ........................................................................... 7

  1.5 Manfaat ................................................................................................ 7

  1.5.1 Manfaat teoritis ......................................................................... 7

  1.5.2 Manfaat praktis .......................................................................... 7

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9

  2.1 Teori difusi inovasi Roger ................................................................... 9

  2.1.1 Elemen difusi inovasi ................................................................ 9

  2.1.2 Faktor yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi ...... 10

  2.2 Konsep Pendidikan Kesehatan .......................................................... 13

  2.2.1 Pengertian pendidikan kesehatan ............................................ 13

  2.2.2 Proses pendidikan kesehatan ................................................... 13

  2.2.3 Tujuan pendidikan kesehatan .................................................. 14

  2.2.4 Ruang lingkup pendidikan kesehatan ...................................... 15

  2.2.5 Metode Pembelajaran dalam pendidikan kesehatan ................ 16

  2.3 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja ............................................ 18

  2.3.1 Pengertian kesehatan reproduksi remaja ................................. 18

  2.3.2 Tujuan kesehatan reproduksi remaja ....................................... 18

  2.3.3 Hak-hak remaja terkait sistem reproduksi ............................... 19

  2.3.4 Program kesehatan reproduksi remaja .................................... 19

  2.4 Konsep Perilaku Seks Bebas ............................................................. 20

  2.4.1 Pengertian remaja .................................................................... 20

  2.4.2 Fase perkembangan remaja .................................................... 20

  2.4.3 Pertumbuhan dan Perkembangan fisik remaja ........................ 22

  2.4.4 Pengertian perilaku seks bebas ................................................ 23

  2.4.5 Pola perilaku seks bebas .......................................................... 24

  2.4.6 Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan seks bebas .... 25

  2.4.7 Akibat perilaku seks bebas ...................................................... 26

  2.5 Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas ........................................... 30

  2.6 Domain Perilaku ................................................................................ 30

  2.7 Konsep Peer Group Discussion ........................................................ 37

  2.7.1 Pengertian peer group discussion ........................................... 37

  2.7.2 Prinsip peer group discussion ................................................ 37

  2.7.3 Tujuan dan manfaat peer group discussion............................. 38

  2.7.4 Kelebihan dan kekurangan peer group discussion .................. 39

  2.7.4 Teknik peer group discussion ................................................. 40

  2.8 Keaslian Penulisan ............................................................................ 41

  BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN .. 43

  3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 43

  3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 46

  BAB 4 METODE PENELITIAN ..................................................................... 47

  4.1 Desain Penelitian ............................................................................... 47

  4.2 Kerangka Kerja ................................................................................. 48

  4.3 Populasi, sampel, dan sampling ........................................................ 49

  4.3.1 Populasi ................................................................................... 49

  4.3.2 Sampel ..................................................................................... 49

  4.3.3 Sampling.................................................................................. 50

  4.4 Identifikasi Masalah .......................................................................... 51

  4.4.1 Variabel independen ................................................................ 51

  4.4.2 Variabel dependen ................................................................... 51

  4.5 Definisi Operasional .......................................................................... 51

  4.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................. 53

  4.6.1 Instrumen penelitian ................................................................ 53

  4.6.2 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 54

  4.6.3 Lokasi dan waktu pengumpulan data ...................................... 55

  4.6.4 Prosedur Pengumpulan data .................................................... 55

  4.6.5 Cara analisis data ..................................................................... 58

  4.7 Etika Penelitian ................................................................................. 60

  4.7.1 Informed Consent .................................................................... 60

  4.7.2 Anonimity (tanpa nama) .......................................................... 60

  4.7.3 Kerahasiaan ............................................................................. 60

  4.8 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 61

  BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 62

  5.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 62

  5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian .......................................... 62

  5.1.2 Data demografi responden ...................................................... 63

  5.1.3 Data variabel yang diukur ....................................................... 65

  5.2 Pembahasan ....................................................................................... 68

  5.2.1 Pengaruh peer group discussion terhadap pengetahuan remaja tentang pencegahan perilaku seks bebas .......................................... 69

  5.2.2 Pengaruh peer group discussion terhadap sikap remaja tentang pencegahan perilaku seks bebas ....................................................... 73

  BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 76

  6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 76

  6.2 Saran .................................................................................................. 77

  DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 78 LAMPIRAN ....................................................................................................... 81

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi penyebab masalah perilaku seks bebas ......................... 6Gambar 2.1 Tahapan proses adopsi Roger (2003) ............................................. 12Gambar 2.2 Proses belajar Notoadmodjo (2003) ............................................... 14Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian ..................................................... 43Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian............................................................... 48

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data informasi umum remaja berdasarkan survei data awal .............. 3Tabel 1.2 Data pengetahuan remaja berdasarkan survei data awal ..................... 3Tabel 2.8 Keaslian penelitian ............................................................................ 41Tabel 4.1 Desain penelitian ............................................................................... 47Tabel 4.2 Definisi operasional .......................................................................... 51Tabel 5.1 Jumlah siswa SMP Panca Jaya 4 tahun terakhir ............................... 62Tabel 5.2 Data demografi responden ................................................................ 64Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan remaja .... 66Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap remaja ................ 67

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Sertifikat etik penelitian ............................................................ 81 Lampiran 2 Surat permohonan fasilitas data penelitian ............................... 82 Lampiran 3 Surat izin dari Bakesbang, Pol dan Linmas .............................. 83 Lampiran 4 Surat ijin penelitian dari dinas pendidikan kota Surabaya ........ 84 Lampiran 5 Surat keterangan penelitian dari SMP Panca Jaya Surabaya ..... 85 Lampiran 6 Lembar Penjelasan Penelitian .................................................... 86 Lampiran 7 Informed Consent ...................................................................... 88 Lampiran 8 Kuisioner penelitian ................................................................... 89 Lampiran 9 SAP peer group discussion 1 .................................................... 91 Lampiran 10 Materi SAP peer group discussion 1 ........................................ 97 Lampiran 11 SAP peer group discussion 2................................................... 103 Lampiran 12 Materi peer group discussion 2 .............................................. 107 Lampiran 13 Tabulasi data penelitian .......................................................... 113

  DAFTAR SINGKATAN PMS = Penyakit Menular Seksual HIV = Human Imunodeficiency Virus AIDS = Aqquired Imunodeficiency Syndrome KB = Keluarga Berencana KTD = Kehamilan yang Tidak Di inginkan BAK = Buang Air Kecil NAPZA = Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif HE = Health Education SAP = Satuan Acara Pembelajaran SPSS = Statistical Package for the Social Sciences BKKBN = Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional SMP = Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pada masa remaja terjadi masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi yang dapat mempengaruhi perilaku remaja (Efendi & Makhfudli, 2013). Adanya kematangan fisik, intelektual, serta emosional pada masa remaja dapat berpengaruh pada perilaku seksualnya. Perilaku seksual remaja timbul akibat dorongan seksual karena proses pematangan biologis saat pubertas dan pematangan psikoseksual. Selain dipengaruhi oleh perubahan tumbuh kembangnya, berbagai faktor eksternal juga dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja seperti kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi, pengaruh berbagai media masa, pengaruh negatif teman sebaya, pergaulan bebas serta adanya keinginan remaja untuk mencoba-coba. Perilaku seks bebas pada remaja merupakan perilaku seksual remaja pranikah tanpa memperhatikan batasan- batasan yang sesuai dengan nilai-nilai moral, hukum, serta agama di masyarakat (Soetjiningsih, 2004). Bentuk perilaku tersebut meliputi bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, bercumbu berat (petting) sampai berhubungan seksual (Efendi & Makhfudli, 2013). Hal ini jika dibiarkan akan berdampak pada masa depan remaja yaitu kehamilan di luar nikah, aborsi, timbulnya penyakit menular seksual, dikucilkan, di-drop out dari sekolah dan memiliki masa depan yang suram, serta masalah reproduksi lainnya (Musthofa & Winarti, 2010).

  Berdasarkan data statistik dunia terkait perilaku seks bebas, terdapat 26 negara dengan frekuensi rata-rata berhubungan seks setiap minggu mencapai 67%.

  Tiga negara dengan angka tertinggi berturut-turut meliputi Yunani 87% Brazil 82%, dan Rusia 80% dan tiga Negara dengan angka kejadian terendah berturut- turut meliputi Nigeria 53%, USA 53% dan Jepang 34% (ChartsBin Statistic, 2009).

  Berdasarkan data BKKBN (2012) masalah yang paling populer di kalangan remaja Indonesia terutama dalam aspek kesehatan reproduksi meliputi perilaku seks bebas, narkoba, dan infeksi menular seksual HIV/AIDS. Ketiga masalah ini saling berhubungan satu sama lain. Berdasarkan hasil penelitian Kemenkes RI (2009), tentang perilaku seks bebas remaja di empat kota besar (Jakarta Pusat, Medan, Bandung dan Surabaya) menunjukan sebanyak 35,9% remaja memiliki teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan sebanyak 6,9% responden sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Selain itu, perilaku seksual di kalangan anak-anak dan remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Bahkan dari data Riskesdas 2010 disebutkan bahwa 0,5% perempuan dan 0,1% laki-laki pertama kali berhubungan seksual di usia 8 tahun (BKKBN, 2014).

  Penelitian lain dalam Australian National University dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (2010) yang melakukan penelitian di kota Jakarta, Tangerang, dan Bekasi, dengan jumlah sampel 3.006 responden, rentang usia kurang dari 17 sampai 24 tahun, terdapat 20,9 persen remaja hamil dan melahirkan sebelum menikah. Dari data tersebut terungkap 38,7 persen remaja hamil sebelum menikah dan melahirkan setelah menikah dengan proporsi relatif tinggi pada remaja yang menikah karena kehamilan yang tidak diinginkan (BKKBN, 2012).

  Berdasarkan data awal yang dilakukan pada hari Selasa 03 Maret 2015 pada 10 responden remaja kelas VIII SMP Panca Jaya Surabaya didapatkan pengetahuan remaja tentang pencegahan perilaku seks bebas yaitu:

Tabel 1.1 Data informasi umum remaja SMP Panca Jaya Surabaya

  Informasi umum Prosentase

  Pentingnya informasi Penting 50% kesehatan reproduksi Tidak penting 50%

  Usia rata-rata remaja 9-13 tahun memulai pacaran Remaja pacaran Memiliki pacar 80%

  Tidak memiliki pacar 20% Dari 80% Remaja Diketahui orang tua 30% pacaran yang diketahui Tidak diketahui orang tua 50% oleh orang tuanya

  Sumber: Berdasarkan hasil survei pengambilan data awal peneliti

Tabel 1.2 Data pengetahuan remaja kelas VIII SMP Panca Jaya Surabaya tentang pencegahan seks bebas

  Pengetahuan tentang Tidak tahu Kurang Cukup Baik pencegahan perilaku seks bebas

  • Pengertian perilaku 10% 70% 20% seks bebas
  • Faktor yang 20% 60% 20% mempengaruhi remaja melakukan perilaku seks bebas

  Dampak perilaku seks 30% 50% 10% 10% bebas Upaya pencegahan 20% 50% - 30% perilaku seks bebas

  Sumber: Berdasarkan hasil survei pengambilan data awal peneliti Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata 80% remaja

  SMP Panca Jaya memiliki pengetahuan yang kurang terkait pencegahan perilaku seks bebas dan 20% remaja lainnya memiliki pengetahuan yang cukup terkait pencegahan perilaku seks bebas. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru SMP Panca Jaya didapatkan bahwa Informasi kesehatan reproduksi sudah diberikan di sekolah, namun frekuensinya hanya sekali. Hal ini disebabkan karena sekolah tersebut lebih fokus pada pencegahan NAPZA. Selain itu, SMP Panca Jaya terletak di dekat area bekas lokalisasi sehingga remaja SMP Panca Jaya rentan terhadap resiko perilaku seks bebas.

  Menurut BKKBN (2015) perlu adanya pendidikan kesehatan reproduksi dini pada remaja SMP karena tidak hanya remaja SMA, namun remaja SMP juga sangat beresiko terhadap perilaku seks bebas. Angka kejadian ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman remaja terkait kesehatan reproduksi. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi menyebabkan kebingungan remaja dalam memahami terkait tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan seperti dalam hal berpacaran, ciuman, serta dalam hal berhubungan seksual pranikah. Oleh karena itu, pemahaman yang benar akan kesehatan seksualitas sangat penting untuk masa depan remaja (Soetjiningsih, 2004).

  Menurut Roger (2003) seseorang dapat mengadopsi suatu perilaku melalui proses difusi inovasi. Proses difusi inovasi merupakan suatu proses komunikasi yang disampaikan melalui berbagai saluran sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari berbagai sistem sosial. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan suatu inovasi berupa pendidikan kesehatan tentang pencegahan perilaku seks bebas agar remaja dapat mengadopsi perilaku positif dalam upaya pencegahan perilaku seks bebas. Tahapan dalam proses adopsi perilaku meliputi pengetahuan, persuasif, pengambilan keputusan, implementasi, dan komfirmasi (Roger, 2003).

  Pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini perlu dilakukan kepada remaja awal agar dapat memahami batasan perilaku yang harus dilakukan (BKKBN, 2015). Untuk meningkatkan pemahaman remaja, maka pendidikan kesehatan harus dilakukan dengan metode yang efektif. Salah satu metode yang efektif digunakan dalam kelompok remaja adalah diskusi kelompok sebaya (Peer Group

  Discussion) (Santrock, 2007). Metode peer group discussion merupakan metode

  diskusi kelompok di mana remaja dengan beberapa remaja lainnya dalam suatu kelompok tertentu dengan usia relatif sama yang memiliki tujuan yang sama berinteraksi satu sama lain serta bertukar pengalaman dan informasi positif terkait suatu pokok permasalahan tertentu, sehingga dapat saling mendukung satu sama lain dalam hal perilaku positif remaja (Mulyana & Nugrahani, 2014). Metode peer group discussion ini dapat sangat efektif digunakan karena dapat meningkatkan pengetahuan remaja serta memberikan situasi belajar yang nyaman dalam bertukar informasi serta pengalaman positif antara remaja dengan teman sebayanya (Santrock, 2007).

  Kelompok sebaya sangat diperlukan pada remaja karena hal ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosioemosionalnya. Menurut Piaget (1932) dan Sullivan (1953), peran teman sebaya dalam perkembangan sosioemosional sangat penting karena dengan adanya interaksi peer group, remaja dapat belajar bagaimana hubungan yang simetris dan timbal balik. Dengan kelompok sebaya, remaja dapat belajar memformulasikan dan menyatakan pendapat mereka, belajar menghargai sudut pandang sebaya, belajar menegosiasikan solusi atas perselisihan secara kooperatif dan mengubah standar perilaku yang diterimanya. Menurut Piaget dan Kohlberg, melalui hubungan sebaya remaja dapat mengembangkan pemahaman sosial serta logika moralnya (Santrock, 2007).

  Oleh sebab itu peneliti menggunakan metode peer group discussion dengan tujuan meningkatkan pemahaman remaja terkait pencegahan perilaku seks bebas dan dampak perilaku seks bebas, sehingga remaja generasi mendatang diharapkan dapat memahami dan bersikap positif terhadap perilaku seks bebas tersebut.

  1.2 Identifikasi Masalah

Gambar 1.1 Identifikasi penyebab masalah perilaku seks bebas

  1.3 Rumusan Masalah

  Apakah ada pengaruh peer group discussion terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan perilaku seks bebas pada siswa kelas VIII SMP Panca Jaya Surabaya?

  Pengetahuan terkait pencegahan perilaku seks bebas dari 10 responden pada siswa kelas VIII SMP Panca Jaya Surabaya, sebanyak 80% remaja memiliki pengetahuan kurang, 20% memiliki pengetahuan cukup

  Hasil observasi lingkungan sekolah dan wawancara dengan salah satu guru SMP Panca Jaya:

  a. Informasi terkait seks bebas kurang diberikan disekolah

  b. Lingkungan sekolah terletak dekat dengan area bekas lokalisasi

  Perlu pendidikan kesehatan sejak dini melalui peer group

  discussion tentang

  pencegahan perilaku seks bebas Hasil Riskesdas RI (2010) menunjukan bahwa 0,5 % perempuan dan 0,1% laki-laki pertama kali berhubungan seksual di usia 8 tahun

1.4 Tujuan

  1.4.1 Tujuan umum

  Menjelaskan pengaruh peer group discussion terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan perilaku seks bebas pada siswa kelas VIII SMP Panca Jaya Surabaya.

  1.4.2 Tujuan khusus

  1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja terkait pencegahan perilaku seks bebas sebelum dan sesudah dilakukan peer group discussion terhadap siswa kelas

  VIII di SMP Panca Jaya Surabaya.

  2. Mengidentifikasi sikap remaja terkait pencegahan perilaku seks bebas sebelum dan sesudah dilakukan peer group discussion terhadap siswa kelas

  VIII di SMP Panca Jaya Surabaya.

  3. Mengidentifikasi pengaruh peer group discussion terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan perilaku seks bebas pada siswa kelas VIII SMP Panca Jaya Surabaya.

1.5 Manfaat

   1.5.1 Manfaat Teoritis

  1.4.1 Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan komunitas dan keperawatan maternitas.

   1.5.2 Manfaat Praktis

  1.4.2 Manfaat Praktis

  1. Manfaat bagi remaja Dapat meningkatkan pengetahuan serta sikap positif remaja terhadap pencegahan perilaku seks bebas sehingga remaja dapat bersikap positif sebagai dasar upaya pencegahan dini dalam menurunkan angka kejadian perilaku seks bebas.

  2. Manfaat bagi sekolah Menjadi salah satu sarana bagi sekolah dalam melakukan tindakan pencegahan dini terhadap perilaku seks bebas terutama dikalangan remaja SMP.

  3. Manfaat bagi perawat dan puskesmas Dapat dijadikan sebagai dasar dalam tindakan pencegahan primer perilaku seks bebas sehingga dapat menurunkan angka kesakitan akibat berbagai dampak kesehatan yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas.

  4. Manfaat bagi peneliti Sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang peer group discussion dan pencegahan perilaku seks bebas remaja.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Difusi Inovasi Roger

  Teori difusi inovasi merupakan teori yang menjelaskan bahwa bagaimana suatu proses dikomunikasikan melalui berbagai saluran sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Pesan yang disampaikan berupa komunikasi khusus di mana pesan tersebut menyangkut ide baru. Komunikasi adalah suatu proses dari beberapa individu yang membuat dan berbagi informasi dengan orang lain untuk memperoleh pemahaman bersama. Definisi ini mempunyai makna bahwa komunikasi merupakan suatu proses dari suatu tindakan antara dua atau lebih individu untuk bertukar informasi yang terpusat maupun berbeda (Roger, 2003).

2.1.1 Elemen difusi inovasi

  Empat elemen difusi inovasi meliputi (Roger, 2003):

  1. Sebuah inovasi, merupakan suatu ide, tindakan, atau objek yang di anggap baru oleh individu untuk diadopsi sebagai perilaku baru dan kebaruan tersebut bersifat subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.

  2. Saluran komunikasi, merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber kepada penerima dengan memperhatikan tujuan diadakannya komunikasi dan karakteristik penerima. Jika komunikasi untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang tersebar luas, maka media massa merupakan komunikasi yang tepat, cepat dan efisien. Namun, jika komunikasi uuntuk mengubah sikap dan perilaku penerima secara personal, maka saluran interpersonal merupakan komunikasi yang tepat.

  3. Over time, proses perubahan perilaku seseorang setelah menerima suatu inovasi, sehingga individu memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Hal ini berkaitan dengan dimensi waktu yang akan terlihat dalam proses difusi inovasi individu, keinovatifan dalam menerima inovasi baru, dan laju dari adopsi inovasi. Konsep dari proses tersebut meliputi: pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.

  4. Jumlah anggota dari sistem sosial. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat untuk kerjasama dalam memecahkan suatu masalah tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Roger (2003) mengemukakan bahwa, terdapat teori yang memiliki relevansi dan argumen yang signifikan dalam pengambilan keputusan yang menggambarkan terkait variabel yang mempengaruhi tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi.

2.1.2 Faktor yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi

  Faktor yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi meliputi (Roger, 2003):

  1. Atribut inovasi (Perceived attribute of innovation)

  a. Relative advantage (manfaat relatif), inovasi dapat diterima dimasyarakat jika inovasi tersebut bermanfaat secara ekonomis atau dapat meningkatkan status sosial, kenyamanan, dan kepuasaan individu.

  b. Compatibility (kesesuaian), inovasi yang dirasakan konsisten dengan nilai yang berlaku, pengalaman yang dimiliki, kesesuaian tradisi, serta kebutuhan dalam melakukan adopsi perilaku. c. Complexity (Kerumitan), merupakan suatu mutu derajat dimana inovasi diterima individu sukar untuk dimengerti dan digunakan. Kompleksitas tersebut sangat berpengaruh dalam sistem sosial.

  d. Trialability (Kemungkinan untuk di coba), merupakan mutu derajat dimana inovasi di eksperimentasikan dalam landasan yang terbatas.

  e. Observability (kemungkinan diamati). Hasil inovasi dapat dikomunikasikan, dideskripsikan, dan disaksikan oleh orang lain.

  2. Type of innovation decision (Jenis keputusan inovasi) Terdapat tiga tipe pengambilan keputusan inovasi meliputi (Roger, 2003):

  a. Optional innovation decision (Keputusan opsional), yaitu keputusan yang diambil sendiri oleh individu. Tahapan keputusan opsional menurut Roger (2003) meliputi:

  1. Knowledge (pengetahuan), individu dapat memperoleh berbagai informasi baik secara interpersonal maupun melalui berbagai media massa. Hal tersebut terjadi ketika individu belum memiliki informasi terkait inovasi baru.

  2. Persuasion (persuasi), pada tahap ini individu mulai tertarik terhadap inovasi tersebut serta secara lebih jelas dan rinci mencoba mencari tahu terkait informasi tersebut.

  3. Decision (keputusan), individu mempertimbangkan dan menilai baik keuntungan maupun kerugian dari suatu inovasi serta memutuskan untuk mengadopsi perilaku tersebut atau menolaknya.

  4. Implementation (pelaksanaan), individu menentukan manfaat dari suatu inovasi, mencari informasi lebih lanjut, serta menunjukan penerimaan (adopsi) atau penolakan. Individu yang memiliki keinginan mencari informasi lebih lanjut terkait inovasi merupakan penanda bahwa individu telah mulai menerima dan mengadopsi inovasi tersebut.

  5. Confirmation (konfirmasi), pada tahap ini individu akan mencari pembenaran atau mengkonfirmasi terkait keputusan yang diambil.

  Knowledge Persuasif Decision Implementation Confirmation on n

Gambar 2.1 Tahapan proses adopsi inovasi Roger (2003)

  Gambar diatas merupakan tahapan proses adopsi inovasi Roger (2003) yang menjelaskan bahwa proses adopsi inovasi diawali dengan adanya pengetahuan yang diperoleh dari berbagai media komunikasi selanjutnya individu akan mulai tertarik atau mulai menerima stimulus inovasi yang diberikan. Setelah itu, individu akan mencoba memutuskan apakah akan mengadopsi perilaku tersebut atau menolaknya. Setelah individu memututuskan untuk menolak atau menerima inovasi tersebut, individu akan menunjukan tingkah laku yang berkaitan dengan keputusannya. Jika individu lebih memiliki keinginan untuk mencari informasi lebih terkait inovasi tersebut, menunjukan bahwa individu telah menerima untuk mengadopsi perilaku tersebut begitupula sebaliknya. Pada tahapan akhir, individu akan mencari pembenaran atau mengkonfirmasi keputusan inovasi yang diambil (Roger, 2003).

  b. Keputusan kolektif. Pilihan mengadopsi atau menolak inovasi dibuat oleh anggota sistem sosial.

  c. Keputusan otoriter. Keputusan otoriter yang dibuat oleh beberapa individu yang memiliki kekuatan, status, atau keahlian.

  Gabungan dari dua atau lebih dari ketiga tipe pengambilan keputusan inovasi disebut contingent innovation decision atau penyatuan dari keputusan inovasi.

  Akhir dari keputusan inovasi adalah apakah seseorang akan mengadopsi atau menolak inovasi tersebut (Roger, 2003).

2.2 Konsep Pendidikan Kesehatan

  2.2.1 Pengertian pendidikan kesehatan

  Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya dalam memberdayakan masyarakat, kelompok, dan perorangan agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan melalui peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan agar dapat berperilaku hidup bersih dan sehat (Maulana, 2009).

  Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang membantu individu, kelompok, maupun masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan tujuan untuk mencapai kualitas hidup sehat yang optimal.

  2.2.2 Proses pendidikan kesehatan

  Menurut Notoatdmodjo (2003) proses belajar merupakan suatu prinsip pokok dalam pendidikan kesehatan yang di dalam proses belajar tersebut terdapat 3 pokok persoalan meliputi :

  1. Input, merupakan suatu masukan dalam pendidikan kesehatan meliputi sasaran belajar yaitu individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar dari berbagai latar belakang.

  2. Proses, menurut Notoadmodjo (2007) proses merupakan suatu perubahan kemampuan (Perilaku) pada diri subjek dimana dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik dari berbagai faktor meliputi: subjek belajar, pengajar, teknik belajar, alat bantu, dan materi yang di pelajari.

  3. Output, merupakan suatu hasil belajar berupa kemampuan atau adanya perubahan perilaku dari suatu subjek.

  Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Input Proses Output

Gambar 2.2 Proses belajar (Notodmodjo, 2003)

2.2.3 Tujuan pendidikan kesehatan

  Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kontrol individu terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan sendiri dan dilakukan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat sesuai dengan tingkat sosial budaya setempat. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal baik fisik, mental, sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhannya serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya yang mencakup lingkungan fisik, sosial budaya dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah (Maulana, 2009).

  Menurut Notoadmodjo (2007) tujuan pendidikan kesehatan secara umum adalah untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan meliputi: 1. Menjadikan kesehatan sebagai salah satu yang bernilai di masyarakat.

  2. Agar individu mampu secara mandiri atau berkelompok dalam mencapai tujuan hidup sehat.

  3. Mendorong penggunaan dan pengembangan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.

2.2.4 Ruang lingkup pendidikan kesehatan

  Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari sasaran pendidikan, tempat pelaksanaan, serta tingkat pelayanan dalam pendidikan kesehatan (Efendi & Makhfudli, 2013).

  1. Sasaran pendidikan kesehatan Sasaran pendidikan kesehatan adalah individu, kelompok, dan masyarakat.

  Agar promosi kesehatan lebih tepat sasaran, pengelompokan sasaran dengan sasaran primer, sekunder, dan tersier.

  a. Sasaran primer adalah mereka yang diharapkan menerapkan perilaku baru.

  b. Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran primer.

  c. Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana.

  2. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan meliputi:

  a. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan upaya kesehatan sekolah.

  b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di puskesmas, balai kesehatan, rumah sakit umum ataupun khusus dengan sasarannya pasien dan keluarganya.

  c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran penyuluhan adalah pekerja buruh ataupun staf kerja.

  3. Tingkat pelayanan dalam pendidikan kesehatan Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari

  Leavel dan Clark (Redaktor, 2014), yaitu:

  a. Promosi Kesehatan

  b. Perlindungan khusus (specific protection)

  c. Diagnosis dini danegera (early diagnosis and prompt treatment)

  d. Pembatasan cacat (disability limitation)

  e. Rehabilitasi (rehabilitation)

2.2.5 Metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan

  Metode pembelajaran dalam promosi kesehatan meliputi (Efendi & Makhfudli, 2013) :

  1. Kuliah atau ceramah, merupakan suatu metode dalam memberikan informasi, motivasi, dan pengaruh terhadap cara berpikir sasaran mengenai suatu topik, dengan pembicara merupakan pihak yang lebih tahu daripada sasaran kuliah.

  2. Konferensi, merupakan metode dimana orang belajar dengan cara berbagi informasi, ide, dan pengalaman. Sikap opini yang terbentuk kemudian diperiksa secara periodik untuk mengetahui perubahannya.

  3. Roleplay, merupakan metode bermain peran dengan tujuan mendapatkan pandangan yang lebih luas terhadap suatu perilaku baru.

  4. Buzz group, merupakan sasaran yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil kemudian diberikan permasalahan. Permasalahan bisa berbeda atau sama.

  5. Simulasi, merupakan metode untuk meniru suatu situasi dengan tujuan untuk pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta klarifikasi nilai dalam suatu konteks individu, organisasi, sosial.

  6. Brainstorming, yaitu pemimpin kelompok memancing sasaran dengan satu masalah dan kemudian tiap sasaran memberikan jawaban atau tanggapan.

  7. Seminar, merupakan metode pendidikan kesehatan di mana pertemuannya dihadiri oleh 5-30 orang sasaran untuk membahas suatu topik tertentu dibawah pimpinan ahli pada bidang tersebut.