Menghafal Juz 'amma melalui metode drill (latihan)pada santri kilat SMK PGRI 2 Ponorogo di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

  MENGHAFAL JUZ’AMMAMELALUI METODE DRILL (LATIHAN) PADA SANTRI

KILAT SMK PGRI 2 DI PONDOK PESANTREN KETERAMPILAN Al-IKHLAS,

BABADAN PONOROGO

  SKRIPSI

Oleh :

YANTI KURNIAWATI

  

NIM: 210314234

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

IAIN PONOROGO

MARET 2018

  

ABSTRAK

Kurniawati, Yanti. 2018. Menghafal Juz ’amma Melalui Metode Drill (latihan) Pada Santri

Kilat Smk Pgri 2 Di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo. Skripsi.

  Jurusan Pendidikan Agama Islan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Dr. Evi Muafiah, M.Ag.

  Kata Kunci: Menghafal Juz’amma, Metode drill

  Berangkat dari konsepsi dalam kegiatan belajar mengajar ternyata tidak semua peserta didik memiliki daya serap yang optimal, maka perlu strategi belajar mengajar yang tepat. Metode adalah salah satu jawabannya. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satu pun metode mengajar. Metode drill atau bisa disebut dengan metode latihan ini yang tepat yamg digunakan peneliti di SMK ini, metode ini merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.

  Penelitian ini merumuskan masalah dan tujuan hendak mengetahui: (1) mengetahui persiapan guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz’amma, (2) mengetahui pelaksanaan metode drill dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz’amma dan (3) mengetahui evaluasi metode drill dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz

  ’amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al- Ikhlas, Babadan Ponorogo. Penelitian ini berlokasidi pondok pesantren Keterampilan Al- Ikhlas, Babadan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif. Sedangkan untuk pengumpulan data dengan menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara.

  Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan: (1) Mengenai persiapan guru dalam meningkatkan hafalan juz’amma pada santri kilat SMK Pgri 2 Ponorogo ialah niat yang tulus ikhlas dalam menyalurkan ilmunya kepada sa ntri, dan sebelum melaksanakan pembelajaran, ustadz membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (2) Pelaksanaan metode drill untuk pembelajaran santri kilat, cara menerapkannya yaitu diasah dulu kemampuan anak-anak yang sudah menghafal Al-

  Qur’an atau belum atau hafalnya masih setengah mereka, kemudian menghafalnya secara bersama-sama, dengan cara mendengarkan usztadnya setelah itu menirukan dan mengulang-ulang hafalannya sampai hafalannya benar-benar lancar. Dengan cara Menghafal, menjaga, merutinkan bacaan, dan mempelajarinya. (3) mengenai evaluasi pembelajaran, bisa melihat kelebihan dan kekurangan metode drill dapat dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar memang tidak ada satu pun metode yang baik dan sempurna, untuk dapat menggunakan metode dengan baik maka guru harus mengombinasikan metode yang satu dengan metode yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

  menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-

  Qur‟an dan al-Hadits, melalui kegiatan

  1 bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.

  Sedangkan ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: a) Hubungan manusia dengan Allah SWT. b) Hubungan manusia dengan sesama manusia c) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi 5 unsur pokok, yaitu : a) Al-

  Qur‟an b)

  2 Akidah c) Syariat d) Akhlak e) Tarikh.

  Pada Tingkat Sekolah Kejuruan, khususnya santri kilat SMK PGRI

  2 Ponorogo di Pondok Pesantren Al-Ikhlas, penekanan diberikan kepada

  3

  beberapa unsur pokok yaitu: keimanan, ibadah, dan al- Dalam Qur‟an. 1 penelitian kualitatif, penulis akan memfokuskan pada pembelajaran al- Ra mayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Ja karta: Ka la m Mulia, 2005), Cet.

  IV, 21. 2 3 Ibid, 22.

  Qur‟an untuk hafalan Juz „amma dengan metode drill. Hal tersebut mempunyai tujuan bahwa dengan diterapkannya metode drill dalam pembelajaran al- Qur‟an dapat meningkatkan kemampuan menghafal al- Qur‟an, khususnya Juz „amma.

  Untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran yang maksimal diperlukan cara penyampaian yang baik, yang biasa d isebut dengan metode mengajar. Metode mengajar dapat juga diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Selain itu bisa juga disebut sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas.

  Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran agama Islam harus dijabarkan k e dalam metode

  4 pembelajaran yang bersifat prosedural.

  Tugas utama guru salah satunya adalah mendidik dan membimbing peserta didik untuk belajar serta mengembangkan potensi dirinya. Di dalam melaksanakan tugasnya, guru hendaknya dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman-pengalaman lain untuk membentuk 4 kehidupan sebagai individu yang dapat mandiri di tengah-tengah

  Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, cet. V (Bandung: Re maja Rosdakarya, 2008), masyarakat. Sehingga peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, diantaranya yaitu memberi bekal kepada peserta didik untuk bisa menghafal Juz‟amma dengan baik dan benar. Kemampuan menghafal al- Qur‟an ini tidak hanya untuk di dunia saja, tetapi juga untuk bekal di akhirat kelak.

  Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran sangat ditentukan oleh pemahamannya terhadap komponen-komponen mengajar dan kemampuan menerapkan atau mengatur sejumlah komponen pembelajaran secara efektif. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang krea tif bagi kegiatan belajar peserta didik. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Penentuan dan pemilihan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.

  Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang kesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Dalam penggunaan metode terkadang harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas.

  Jumlah peserta didik mempengaruhi metode. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam

  5

  pencapaian tujuan yang telah d irumuskan. Penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus menyesuaikan dengan metode. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang sia-sia hanya karena penggunaan metode yang kurang tepat, yaitu hanya menurut kehendak guru sendiri dan mengabaikan kebutuhan peserta didik. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran.

  Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satu pun metode mengajar. Metode drill atau bisa disebut dengan metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-

  6 kebiasaan yang baik.

  Al- Qur‟an sebagai pedoman dan tuntunan hidup umat manusia sangat penting untuk dikaji, dipahami, dan dihayati sekaligus diamalkan bagi umat manusia khususnya umat muslim, agar dapat terhindar dari segala bahaya tipu muslihat syaitan. Sebagaimana hal terseb ut al-

  Qur‟an 5 juga mempunyai fungsi pokok yaitu sebagai pedoman utama dalam

  Syaifu l Bahri Dja marah, Aswan Za in, Strategi belajar Mengajar (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), 19. 6 mengambil keputusan setiap masalah. Metode ini bisa berjalan efektif apabila guru mampu menerapkan metode drill dengan memperhatikan langkah-langkahnya. Berangkat dari konsepsi dalam kegiatan belajar mengajar ternyata tidak semua peserta didik memiliki daya serap yang optimal, maka perlu strategi belajar mengajar yang tepat. Metode adalah salah satu jawabannya. Menurut Roestiyah sebagaimana dikutip Anissat ul Mufarrokah dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, menyebutkan bahwa kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar peserta didik dapat belajar efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu untuk memiliki strate gi ini adalah harus menguasai

  7 teknik-teknik penyajian atau bisa disebut metode mengajar.

  Menghafal pada prinsipnya ialah proses mengulang- ulang bacaan, baik dengan bacaan atau dengan mendengar, sehingga bacaan tersebut melekat pada ingatan dan dapat diulang-ulang kembali tanpa melihat. Proses mengulang ini sebenarnya sama saja dengan materi lainnya. Pekerjaan apapun asal sering diulang- ulang pasti akan hafal. Begitu sebaliknya dengan menghafal beberapa surat dalam

  Juz „amma. Bila tekun

  8 dan sering mengulang- ulangnya pasti akan hafal.

  7 8 Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta : Te ras, 2009), 82. Konsentrasi” diakses pada hari Rabu , 28 Desember 2017.

  Dengan adanya penerapan metode drill dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada materi al-

  Qur‟an di pondok pesantren keterampilan Al-Ikhlas, Babadan diharapkan peserta didik dapat lebih mudah menghafal Juz‟amma dengan mudah dan lancar. Dari keterangan tersebut, terdapat beberapa fakta bahwa dalam proses pembelajaran guru adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh, untuk mencapai tujuan pembelajaran guru harus melaksanakan tugasnya dengan baik, dan guru harus memiliki strategi pembelajaran yang efektif serta efisien.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan wawancara pada tanggal 29 Desember 2017 pukul 19:00 pm, inti daripada wawancara tersebut ialah lebih bisa meningkatkan metode pembelajaran dalam hafalan juz‟amma dengan metode drill (latihan) pada siswa. Dengan tujuan, santri lebih mudah mengingat dan menghafal. Dengan adanya metode drill (latihan) itu sendiri bisa dilaksanakan latihan menghafal secara bersama-sama, sehingga siswa

  9 yang belum hafal, bisa ikut serta menirukan untuk menghafalnya.

  Peneliti memfokuskan penelitiannya pada satu masalah yang akan diteliti yaitu penerapan metode drill (latihan) untuk menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Babadan.

  9

C. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana persiapan guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo? 2. Bagaimana pelaksanaan metode drill dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz

  ‟amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo? 3. Bagaimana evaluasi dari metode drill dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz „amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan

  Ponorogo? D.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan maka tujuan penelitian penelitian yang ingin dicapai adalah:

  1. Mengetahui persiapan guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo.

  2. Mengetahui pelaksanaan metode drill dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo.

  3. Mengetahui evaluasi metode drill dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan

  Ponorogo.

E. Manfaat Penelitian

  Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan hasilnya nanti akan membantu memberi sumbangan pemikiran kepada:

1. Guru

  a. memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Dapat pembelajaran tentang kemampuan menghafal juz

  ‟amma terfokus pada santri kilat SMK PGRI 2 Ponorogo di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas Babadan.

  b.

  Dapat memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan hafalan Juz ‟amma bagi santri kilat SMK PGRI

  2 Ponorogo.

  c.

  Dapat memotivasi guna untuk melakukan penelitian kualitatif sebagai upaya untuk melakukan perbaikan pembelajaran.

  d.

  Dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri bagi guru karena mampu melakukan perbaikan pembelajaran dengan prakarsa sendiri.

  2. Bagi peserta didik a.

  Dapat mengatasi kesulitan dalam pembelajaran menghafal Juz ‟amma.

  b.

  Dapat meningkatkan prestasi santri kilat dalam menghafal juz ‟amma.

  c.

  Dapat memacu santri dalam belajar agar lebih giat terutama dalam meningkatkan hafalannya.

  3. Bagi pondok pesantren a.

  Dapat memberikan sumbangan perbaikan pembelajaran dan peningkatan prestasi menghafal.

  b.

  Dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitian kualitatif sebagai upaya perbaikan pembelajara n.

  c.

  Sebagai acuan bagi para peneliti lain yang tertarik akan masalah pembelajaran sehingga dapat diterapkan atau dikembangkan di pondok lain.

F. Sistematika Pembahasan

  Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam proposal ini, untuk memudahkan penyusunan proposal ini dibagi menjadi beberapa bab yang dilengkapi dengan pembahasan-pembahasan yang dipaparkan secara sistematis, yaitu:

  Bab I: Pendahuluan yang berisi tinjauan secara global permasalahan yang dibahas, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian, metode penelitian dan dalam metode penelitian berisi Pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, tahapan- tahapan penelitian, sistematika pembahasan.

  Bab II: Berisi landasan teoritik dan atau telaah hasil penelitian terdahulu yang berfungsi sebagai alat penyusun Instrumen Pengumpulan Data (IPD).

  Bab III: Berisi temuan peneliti yang berisi gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi data. Bab IV: Berisi tentang pembahasan yang akan membahas upaya meningkatkan kemampuan menghafal juz ‟amma melalui metode drill di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo.

  Bab V: Penutup yang mempermudah pembaca dalam mengambil intisari. Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti telah menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu: Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Umi Mahmudah dari STAIN Ponorogo tahun 2014 dengan skripsinya berjudul “Peningkatan Konsentrasi dan Kemampuan Menghafal Me lalui Metode Drill dan Bernyanyi” dengan masalah kurangnya motivasi dalam menghafal,

  kurangnya konsentrasi dalam menghafal dan bernyanyi menghasilkan: (1) dengan menggunakan metode drill dan bernyanyi pada pembelajaran menghafal Asmaul Husna di TK TKIT Al- Hikmah Pulung, konsentrasi anak didik mengalami peningkatan secara bertahap. Pada siklus I sebanyak 13 dari 20 peserta didik dengan prosentase 16 dari 20 peserta didik dengan 80%. (2) dengan menggunakan metode drill dan bernyanyi pada pembelajaran menghafal Asmaul Husna di TK TKIT Al-Hikmah Pulung, konsentrasi anak didik mengalami peningkatan secara bertahap.

  Pada siklus I sebanyak 14 dari 20 peserta didik dengan prosentase 70%. Pada siklus II mencapai hasil yang sangat memuaskan, yaitu sebanyak 18 dari 20 peserta didik dengan prosentase 90%. (3) dengan menggunakan metode drill dan bernyanyi pada pembelajaran menghafal Asmaul Husna di TK TKIT Al-Hikmah Pulung, konsentrasi anak didik mengalami peningkatan. Pada siklus I sebanyak 14 dari 20 peserta didik dengan prosentase 70%. Pada siklus II mencapai hasil yang sangat memuaskan, yaitu sebanyak 18 dari 20 peserta didik dengan prosentase 90%. Penelitian penulis memiliki persamaan dengan penelitian diatas, sebab penelitian di atas juga menggunakan metode drill dalam Peningkatan Konsentrasi dan Kemampuan Menghafal.

  Kedua, berdasarkan penelitian Sri Anjarini dari STAIN Ponorogo tahun 2015, dengan judul “Penerapan Strategi Reading Aloud, Drill dan Poster untuk meningkatkan kemampuan berdoa (Penelitian Tindakan Kelas di siswa kelompok B TK Darma Wanita II Gandu Kepuh semester Genap Tahun pelajaran 2014/2015). Dengan adanya masalah kurangnya motivasi untuk menghafal, kurangnya kelancaran untuk menghafal doa menghasilkan sebagai berikut: untuk mengetahui tingkat kelancaran anak dalam pembelajaran berdoa di kelompok B TK Darma Wanita II Gandu Kepuh, tingkat kemampuan hafalan anak dalam mengikuti pembelajaran berdoa di kelompok B TK Darma Wanita II Gandu Kepuh, dan untuk menyampaikan pendapat dalam pembelajaran berdoa di kelompok B TK Darma Wanita II Gandu Kepuh ada 4 tahap yang dilalui yaitu Planning (Perencanaan), Tindakan, Observasi dan Refleksi. Dengan hasil peningkatan yang diperoleh siklus I, kemampuan melafal mencapai 40% dari jumlah 20 anak, kemampuan menghafal mencapai 60% dari jumlah 20 anak, dan pembiasaan 75% dari jumlah anak. Siklus II, tingkat kemampuan melafal mencapai 80% dari jumlah 20 anak, kemampuan menghafal 90% dari jumlah 20 anak, dengan pembiasaan mencapai 85% dari jumlah anak. Kesimpulannya bahwa strategi poster coment, Reading

  aloud dan Drill dapat meningkatkan kelancaran menghafal dan dapat

  meningkatkan menyampaikan pendapat anak. Penelitian penulis hampir sama dengan penelitian yang diatas, sebab untuk meningkatkan kelancaran menghafal salah satunya menggunakan metode drill.

  Berdasarkan penelitian Siti Marfu‟ah dari STAIN Ponorogo tahun 201 2 dengan judul “Korelasi antara kondisi lingkungan sosial keagamaan dengan kemampuan menghafal ayat-ayat Al-

  Qur‟an mata pelajaran Qur‟an

  10 Hadits siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Pacitan th. 2011/2012.

  Hasil penelitiannya adalah kondisi lingkungan sosial keagamaan siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Pacitan sudah sesuai. Hal ini terbukti pada hasil kategori baik mencapai 20,21 %, kategori cukup mencapai 67,02%, dan kategori kurang mencapai 12, 77 %. Hasil kemampuan menghafal ayat-ayat al-Q ur‟an siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Pacitan sesuai, hal ini terbukti pada hasil kategori baik mencapai 18,08%, kategori cukup mencapai 64, 90%, dan kategori kurang mencapai 17,02%.

  Terdapat korelasi antara kondisi lingkungan sosial keagamaan dengan kemampuan menghafal ayat-ayat al- Qur‟an siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Pacitan tahun ajaran 2011/2012.

10 Siti Marfu‟ah, skripsi: korelasi korelasi antara kondisi lingkungan sosial keagamaan

  dengan kemampuan menghafalayat-ayat Al- Qur’an mata pelajaran Qur’an Hadits siswa kelas

  Peneliti mengemukakan adanya perbedaan dalam penelitian di atas, sebab penelitian di atas terkait adanya hub ungan antara kondisi lingkungan sosial keagamaan dengan kemampuan menghafal ayat-ayat al- Qur‟an mata pelajaran Qur‟an Hadits. Sedangkan penelitian peneliti terkait dengan menghafal juz‟amma dengan metode drill (latihan).

B. Kajian Teori 1. Menghafal Juz’amma a. Pengertian menghafal Juz’amma

  Menghafal pada prinsipnya ialah proses mengulang- ulang bacaan, baik dengan bacaan atau dengan mendengar, sehingga bacaan tersebut melekat pada ingatan dan dapat diulang-ulang kembali tanpa melihat. Proses mengulang ini sebenarnya sama saja dengan materi lainnya.

  11 Pekerjaan apapun asal sering diulang- ulang pasti akan hafal.

  Menghafal al- Qur‟an adalah wajib kifayah bagi umat Islam.ini berarti bahwa orang yang menghafal nya tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan mengalami pemalsuan dan pengubahan. Jika kewajiban ini telah dilaksanakan oleh sejumlah orang (yang mencapai mutawatir) maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya, jika belum maka berdosalah semua umat Islam. Demikian pula mengajarkannya adalah wajib kifayah dan merupakan ibadah yang paling

  12 11 utama. Konsentrasi” diakses pada hari Rabu , 28 Desember 2017. 12

  Pengalaman menghafal al- Qur‟an dapat dikaji berbagai sisinya: (1) motivasi sese orang menghafal juz‟amma dalam al-Qur‟an yang persepsinya tentang fadhilah/ keutamaan menghafal dan orang yang menghafalkannya; (2) metode menghafal juz‟amma yang diterapkan pada lembaga pendidikan hafalan juz‟amma tersebut. (3) kebijakan yang diterapkan ustadz kepada peserta didik yang mengambil program menghafal juz‟amma; (4) cara peserta didik menghafal juz‟amma, dengan asumsi bahwa masing- masing peserta didik mempunyai kebiasaan tersendiri dalam usahanya menghafalkan, baik menyangkut waktu yang efektif untuk menghafal, situasi yang mendukung penghafalan, cara mematangkan hafalan, cara menjaga, dan cara mengulang-ulang hafalan yang dimiliki; (5) suka duka menghafal juz‟amma; jadwal setoran hafalan kepada ustadz; (6) cara ustadz menyimak hafalan peserta didik ; (8) dan

  13 sebagainya.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan menghafal adalah kesehatan, kecerdasan, intelegensi, lingkungan, cara belajar, kebiasaan menghafal, dan frekuensi belajar. Adapun teknik mengingat memori ialah Walaupun otak kita mampu menyimpan informasi yang dapat kita terima seumur hidup, tapi kita kemungkinan mengingat informasi ya ng berarti dalam satu atau lain cara. Pada umumnya informasi yang menancap di kepala atau sangat mudah diingat adalah informasi yang meliputi satu atau 13 lebih dari delapan unsur, berikut: Indra, Intens, emosional, lain sendiri,

  Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuludin UIN Sunan Ka lijaga Yogyakarta, Metodologi kemampuan untuk bertahan, keutamaan pribadi, pengulangan dan pertama

  14 serta terakhir.

  Pemahaman tanpa pengulangan tidak akan membuahkan kemajuan, dan pengulangan tanpa pemahaman juga membuat hafalan menjadi sekadar bacaan biasa.

b. Hukum Menghafal Al-Qur’an

  Menghafal al- Qur‟an hukumnya adalah fardu kifayah, berarti bahwa orang yang menghafal al-

  Qur‟an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan da kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci al-

  Qur‟an. Jika kewajiban ini telah terpenuhi oleh sejumlah orang (yang mencapai tingkat mutawatir) maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya. Sebaliknya jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka semua umat Islam akan menanggung dosanya. Hal ini ditegaskan oleh Imam Abdul-Abbas pada kitabnya As- Syafi dalam menafsirkan firman Allah:

  ْرِك َّدُّم ْنِم ْلَهَف ِرْك َّذلِل َنَا ْرُقْلا اَن ْرَّسَي ْدَقَل َو “ Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.”(QS. AL-Qamar/

  15 14 54:17).

  Ida Hanif dan Hanifudin Mahadun, Metode Prak tis: Menghafal Cepat Abad 21 Konstruk tivisme (Jo mbang: LRTC, 2006), 11. 15 Ahsin W. Al-Hafid z, Bi mbingan Prak tis Menghafal Al- Qur’an (Jakarta: PT Bumi

c. Cara-Cara Menghafal Al-Qur’an

  Adapun adab ataupun cara untuk menghafal al- Qur‟an dengan baik dan benar yaitu: a)

  Niat yang benar dan niat yang baik Hendaknya niat dalam menghafal al-

  Qur‟an adalah mencari karunia Allah, mengharapkan keridaan, serta mencari posisi yang tinggi di surga kelak, bukan untuk mendapatkan sesuatu yang termasuk dalam urusan duniawi, seperti harta, pujian, atau ketinggian posisi di dunia.

  b) Doa dan permohonan yang serius

  c) Meminta ampun dan meninggalkan maksiat

  An-Nawawi berkata: seharusnya sucikan hatinya dari segala kotoran agar mudah menerima al- Qur‟an dan menghafal nya serta menggunakannya.

  d) Sabar dan tekad yang kuat

  Ketika menghafal dan sabar terhadap kesulitan yang ditemui pada awal menghafal, maka lama kelamaan akan mendapat kemudahan dalam menghafal al- Qur‟an.

  e) Meluangkan Waktu

  Dalam surat Ali Imran bahwa masalah-masalah dunia yang kamu habiskan waktu dan tenaga untuknya tidak akan d) Wirid harian untuk menghafal wirid harian untuk membaca

  e) menjaga, merutinkan bacaan, dan Menghafal,

  16 mempelajarinya.

d. Syarat-syarat menghafal Al-Qur’an

  Para penghafal al- Qur‟an terikat oleh beberapa kaidah penting dalam menghafal yaitu dengan: a.

  Ikhlas, bermakna bahwa seseorang akan meluruskan niat dan tujuan menghafal al- Qur‟annya semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

  b.

  Memperbaiki ucapan dan bacaan, meskipun al-Qur‟an menggunakan bahasa Arab akan tetapi melafadzkanya sedikit berbeda dari penggunaan bahasa arab populer, oleh karena itu mendengarkan terlebih dahulu dari orang yang bacaannya benar menjadi keharusan.

  c. Menentukan presentasi hafalan setiap hari. Kadar hafalan ini sangat penting untuk ditentukan agar penghafal menemukan ritme yang sesuai dengan kemampuannya dalam menghafal.

  d. Tidak dibenarkan melampaui kurikulum harian hingga halnya bagus dan sempurna. Tujuannya dari anjuran ini adalah agar tercapai keseimbangan, bahwa penghafal al- Qur‟an juga disibukkan dengan kegiatan hariannya sehingga diharapkan

16 Ahmad Salim Badwilan, Rahasia-Rahasia dan Cara-Cara Meghafal Al- Qur’an

  hafalan yang benar-benar sempurna tidak akan tergantung dengan hafalan yang baru dan kesibukan yang dihadapi.

  e. Konsisten dengan satu mushaf. Alasan kuat penggunaan satu mushaf ini adalah bahwa manusia mengingat dengan melihat dan mendengar sehingga gambaran ayat dan juga posisinya dalam mushaf dapat melekat kuat dalam pikiran.

  f. Memperdengarkan bacaan secara rutin. Tujuannya dari kegiatan ini adalah untuk membenarkan hafalan juga berfungsi sebagai kontrol terus menerus terhadap pikiran dan hafalan nya.

  g. Mengulangi secara rutin. Penghafal al- Qur‟an berbeda

  17 dengan penghafal yang lain karena cepat hilang dari pikiran.

e. Tatacara menghafal Al-Quran Menghafalkan al- Qur‟an merupakan pekerjaan yang tidak mudah.

  Ada beberapa cara yang harus dipenuhi dalam menghafal nya, antara lain:

  a) Keinginan yang tulus dan niat yang kuat untuk menghafal al- Qur‟an.

  b) Pelajari aturan-aturan membaca al-Qur‟an di bawah bimbingan seorang guru yang mempelajari dan mengetahui dengan baik aturan-aturan tersebut.

17 Lisya Cha irani Dan M. A. Subandi, Psik ologi Santri Penghafal Al

  Qur’an,(Yogyakarta: Pustaka Pela jar, 2010), 39-40. c) Terus bertekad dan memiliki keyakinan untuk menghafal al-Qur‟an setiap hari, yaitu dengan menjadikan hafalan sebagai wirid harian.

  d) Mengulang hafalan yang telah dilakukan sebelum melanjutkan hafalan selanjutnya disertai dengan kesinambungan.

  e) Niat dalam menghafal dan mendalami selayaknya diniatkan demi mencari keridaan Allah SWT, bukan untuk tujuan dunia.

  f) Mengerjakan apa yang ada di dalam al-Qur‟an, baik urusan-urusan kecil maupun yang besar dalam kehidupan kita.

  g) Ketika Allah SWT. memberikan petunjuk kepada kita untuk menghafal al-

  Qur‟an, maka kita wajib mengajarkannya kepada orang lain.

  h) Hendaknya ada penyadaran pada diri serta usaha menjadikan iman kuat. i)

  Bagi setiap orang yang mencari hakikat, cahaya dan kehidupan bahagia di dunia dan akhirat, serta mencari keridhaan Allah SWT maka kejarlah sekarang dengan membuka al-

  Qur‟an, membacanya dengan penuh keimanan dan ketulusan, dan berlindung lah dari setan yang terkutuk. j)

  Setiap permulaan sesuatu biasanya agak sulit dan menjemukan, namun dengan keimanan, kesabaran, dan ketabahan, niscaya

  18 kebaikan yang besar akan melingkup kita.

18 Ahmad Sa lim Bad wilan, Panduan Cepat Menghafal Al- Qur’an (Yogyakarta:Diva

f. Mengenal metode tahfidz

  Pada hakikatnya, tujuan pendidikan Islam adalah mencerdaskan akal dan membentuk jiwa yang Islami, sehingga akan terwujud sosok pribadi Muslim sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek. Apapun bentuk sistem pendidikannya yang mampu mewujudkan

  syakhsiyah (berkepribadian) Islam dan memberikan modal

  pengetahuan yang selayaknya, maka sistem itu dapat dipakai. Apabila sistem tersebut tidak dipakai, maka tidak boleh digunakan dan dilarang dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan.

  Dengan berpijak kepada permasalahan yang ada secara umum tentang kurikulum pendidikan nasional yang berkesan gonta-ganti. Hal ini menggambarkan ketidak- istiqomahan kurikulum nasional dalam mengantarkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Walaupun secara jelas tujuan pendidikan nasional menurut UUSPN, dikutip oleh Kamrani Buseri, dalam Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

  Namun dalam kenyataannya masih ada kesan dan terkesan pendidikan di negeri ini masih belum rapi dan terbelakang. Dengan di istilahkan dan meminjam bahasa Saifuddin yaitu “biro jodoh”. Itulah potret pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Atas dasar inilah kita prihatin, sudah saatnya kita harus mencari format yang terbaik untuk anak didik-siswa sebagai generasi masa depan. Jangan sampai kita meninggalkan generasi di belakang kita generasi yang lemah. K ita pun tidak bisa menyalahkan pemerintah sepenuhnya. Karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama.

  Terobosan metode tahfidz dalam dunia pendidikan saat ini mulai ramai, kemungkinan bersamaan dengan tumbuhnya pesantren

  tahfidzul Qur’an ataupun dengan munculnya sekolah berbasis karakter.

  Seperti SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu). Hal ini sesuai dikatakan oleh Farid Wajdi dalam Quantum Tahfidz, bahwa sekolah-sekolah umum unggulan berbasis Islam, seperti SDIT menggunakan tahfidz sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core kompetensinya.

  Penggunaan metode dalam menghafal haruslah sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan berguru pada ahlinya. Ada beberapa metode Rasulullah dan para sahabat dalam berdakwah untuk menghafal al- Q ur‟an. Rasulullah Saw. membacakan al-qur‟an kepada umatnya dengan cara mukst. Artinya, membacakannya kepada manusia dengan cara pelan-pelan (tartil) dan kemudian menerangkannya, serta tidak

  19 19 tergesa- gesa dalam membaca agar mudah dipahami.

  Ahmad Masrul, Kawin dengan Al- Qur’an ( Malang: Aditya Media Publlishing: 2012),

g. Proses tahfidz di lembaga pendidikan

  Di masa sekarang ini, kajian terhadap tahfidz al- Qur‟an dirasakan sangat signifikan untuk dikembangkan. Banyak lembaga pendidikan Islam di Indonesia saat ini yang menggalakkan dan mengembangkan program tahfidz al-

  Qur‟an. Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat muslim Indonesia yang tinggi untuk menghafal al-

  Qur‟an dan menjadikan anak-anak mereka sebagai penghafal al- Qur‟an.

  Tren ini juga sebagai tanda akan kemajuan pendidikan Islam. Meskipun sebetulnya menghafal al-

  Qur‟an bukanlah suatu hal yang baru bagi umat Islam, karena menghafal al- Qur‟an sudah berjalan sejak lama di pesantren-pesantren. Ahmad Fathoni, dalam artikelnya

  “Sejarah dan Perkembangan Pengajaran Tafidz al-Qur‟an di Indonesia” yang dikutip oleh Republika mengatakan semangat menghafal al-

  Qur‟an mulai bermunculan saat sering diadakannya Musabaqah

  Hifdzil Qur‟an tahun 1981. Menurutnya, perkembangan pengajaran tahfidz al- Qur‟an di Indonesia pasca MHQ 1981 bagaikan air bah yang tidak dapat dibendung lagi. Kalau sebelumnya hanya eksis dan berkembang di pulau Jawa dan Sulawesi, maka sejak 1981 hingga kini hampir semua daerah di nusantara, kecuali Papua, hidup subur bak jamur di musim hujan dari tingkat pendidikan dasar sampai

  20 perguruan tinggi, baik formal maupun non formal.

  Dalam lembaga pondok pesantren Al- Ikhlas ini, guru menggunakan metode drill dalam menyampaikan kepada siswa agar mudah dalam menghafalnya. Maka dari itu menggunakan metode drill terdapat banyak sekali kelemahan dan kelebihannya.

h. Hikmah hafalan Al-Qur’an

  Ada rahasia Allah ketika mewajibkan umat Nabi Muhammad SAW. Untuk menghafal al-

  Qur‟an. Adapun umat sebelumnya tidak diwajibkan untuk menghafal kitab-kitab mereka dan lembaran- lembaran yang mereka miliki, karena lafadz kitab-kitab lain tidak memiliki kemukjizatan dan Allah tidak menghendaki kitab-kitab tersebut dihafal sesuai dengan hikmah yang hanya diketahui oleh Allah sendiri. Berbeda halnya dengan al-

  Qur‟an yang dikehendaki penghafalannya yang memiliki hikmah tinggi. Diantaranya bahwa lafadz al-

  Qur‟an memiliki kemukjizatan, terlebih lagi maknanya. Oleh karena itu, sepantasnya nash al- Qur‟an dijaga dan dipelihara dengan cara yang dapat memberikan kepastian dan keyakinan. Caranya adalah al- Qur‟an hendaknya dihafal sejumlah banyak orang dalam setiap generasi dan masa yang tidak mungkin berbuat kebohongan, kesalahan, dan kelupaan. Kenyataan itu di istilahkan dalam ilmu 20 riwayat dengan istilah mutawatir. Allah telah menyediakan sarana- sarana bagi al- Qur‟an untuk dihapal yang tidak dimiliki oleh kitab- kitab samawi lainnya apalagi kitab-kitab ardhi (yang merupakan buatan manusia).

  Hikmah lainnya, al- Qur‟an merupakan sumber dari segala sumber bagi agama yang berlaku umum da n kekal selama manusia berada di muka bumi ini, yakni agama Islam oleh karena itu, kitabnya harus dipelihara dan dijaga demi kekekalan agama ini yang menganggap al- Qur‟an sebagai dasarnya.

  Berbeda dengan kitab Taurat dan Injil yang diperuntukkan bagi dua agama yang mencerminkan dua fase tertentu yang terbatas oleh waktu dan tempat, sebagaimana fase-fase yang dilalui oleh agama

  samawi lainnya sehingga mencapai tahap kesempurnaannya pada

  agama Islam. Nabi Saw bersabda yang artinya: setiap nabi, diutus kepada kaumnya secara khusus, sedangkan aku diutus kepada seluruh

  

21

umat manusia. (HR. Bukhori).

2. Metode Drill a. Definisi metode pembelajaran

  Definisi dari segi Etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunanai, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka method memiliki arti 21 suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa

  Muhammad bin Muha mmad Abu Syuhbah, Etik a membaca dan mempelajari Al-Quran

  Inggris dikenal term method dan way yang diterjemahkan dengan metode dan cara, dan dalam bahasa Arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata seperti kata al-thariqah, al-

  

manhaj , dan al-wasilah. Al-thariqah berarti jalan, al-manhaj

berarti sistem dan al-wasilah berarti mediator atau perantara.

  Dengan demikian, kata Arab yang paling dekat dengan arti metode adalah al-thariqah.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.

  Bila dikaitkan dengan pembelajaran, bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.

  Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono dkk. adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis. Selanjutnya Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.

22 Di samping pengertian tersebut, bila membahas tentang

  belajar setidaknya akan muncul beberapa akan muncul beberapa dimensi dan indikator berikut:

  1. Belajar ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku dan keterampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai tujuan yang diharapkan; 2. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat komulatif;

  3. Belajar merupakan proses aktif konstruktif yang terjadi melalui mental proses. Mental proses adalah proses kognitif yang meliputi persepsi (perception), perhatian (attention), mengingat (memori), berpikir (thinking, reasoning) memecahkan masalah dan lain- lain.

  Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. O leh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai- nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisa tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama 22 Isma il, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paik em (Se ma rang: Rasail, yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (metode dan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses

  23 pembelajaran.

b. Landasan metode pembelajaran

  Beberapa landasan pembelajaran adalah sebagai berikut:

  a) Al-Qur‟an

  Al- Qur‟an adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam al-

  Qur‟an banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang keimanan dan pembelajaran, yaitu yang artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmu lah yang paling sempurna (3) yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).

  Ayat ini mengandung perintah membaca, yaitu membaca 23 teks secara verbal dan non verbal. Juga perintah untuk menulis dengan perantaraan qalam (pena). Inijelas menunjukkan perintah untuk mengadakan pembelajaran. Karena membaca dan menulis merupakan wahana pelestari dan pengembang ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka orang bisa mengenal semuanya, termasuk mengenal dirinya sendiri. Tentu saja membaca di sini tidak hanya pada hal- hal yang verbal (teks), tetapi juga non verbal, yaitu dunia dan seisinya ini.

  Landasan al- Qur‟an yang kedua adalah surat an-Nahl ayat 125:

                         

   

  

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

  

Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.

  b) Hadits Nabi/As-Sunnah Yang artinya “Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari A‟masy, dari Abi Wa‟il, dari Ibn Mas‟ud yang mengatakan:

  “Bahwa Nabi SAW selalu mengatur waktu-waktu tertentu saja, tidak dilakukan setiap hari agar tidak membosankan”.

  Hadits ini berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran itu harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.

c. Tujuan Metode Pembelajaran

  Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran. Metode harus mendukung ke mana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya.

  Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat merupakan sarana untuk pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik mungkin.

  Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa pada intinya metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan. Karenanya, terdapat suatu prinsip yang umum dalam mengfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik.