Persepsi santri terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara
PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN
AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
Oleh :
Maila Fadhilah S
102051025461
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN
AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh :
Maila Fadhilah S 102051025461
Dibawah Bimbingan
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 150276299
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA”, telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Juli, 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Study Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 09 Juli, 2008
(4)
SIDANG MUNAQASYAH
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA Umi Musyarofah, MA NIP. 150 254 102 NIP. 150 282 980
Anggota
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Hj. Ismah Salaman, M.Hum Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP. 150 096 770 NIP. 150 299 324
Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150 276 299
(5)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakn bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juli 2008
(6)
ABSTRAK
Pondok pesantren dibuat adalah untuk membimbing anak-anak yang beragama Islam, demi untuk menjalankan syari’at Islam dengan baik dan benar. Dengan dibudayakannya kebiasaan mentaati peraturan yang dibuat oleh pengasuh pondok, tak lain untuk membuat santri-santrinya menjadi santri yang disiplin, berakhlakul karimah, dan bermanfaat bagi keluarga dan masyaraktanya. Sedangkan fakta yang kebanyakan ada di lapangan tak lain adalah masih banyaknya para orang tua yang tidak memasukkan anak-anknya ke pesantren, hal ini di dukung oleh jumlah santri yang mukim di pesantren. Minimnya santri yang masuk ke pesantren dikarenakan masih banyaknya orang tua yang memandang pesantren hanya dari sisi negatifnya saja, seperti: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3) Hilangnya kretifitas anak, 4) Kurang memedainya fasilitas belajar, 5) Terbatasanya sarana dan prasarana, 6) Rendahnya kandungan gizi makanan, 7) Rendahnya honor pengajar, 8) Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren, dan masih banyak yang lainnya yang menjadikan suatu kehidupan di pondok pesantren menjadi kehidupan yang memilki sisi yang negatif bagi kehidupan anak, khususnya para santri di pondok pesantren.
Pembatasan dari masalah-masalah tersebut adalah hanya pada 4 masalah yang erat kaitannya dengan persepsi santri, 4 masalah tersebut adalah: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3) Hilangnya kretifitas anak, dan 4) Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren. Adapun objek penelitiannya hanya tertuju pada santri yang bermukim saja di pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara. Dari pembatasan maslaah tersebut dapat ditemukan beberapa rumusan maslahnya mengenai persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-muhajirin, adapun rumusan maslanya adalah:
1. Bagaimana persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin?
2. Adakah hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin?
Penelitian ini menggunakan metode survey, populasinya sebanyak 82 orang dengan menggunakan tingkat kesalahan 5 % maka sampelnya menjadi 66 orang. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah Persepsi Santri Muhajirin, dan yang menjadi variabel terikatnya adalah Pondok pesantren Al-Muhajirin. Untuk mengumpulkan data yang ada digunakan tehnik wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. Sebelum dianalisis, penelitian ini menggunakan tehnik uji hipotesa melalui uji korelasi dan uji signifikan dengan rumus korelasi sederhana (r – Product Moment), apabila hasil dari H0 : ρ = 0, = maka tidak ada hubungan yang signifikan anatra dua variabel, dan apabila hasil dari Ha: ρ≠ 0, = maka da hubungan yang signifikan antara dua variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dengan menggunakan pengujian hipotesa melalui uji korelasi menggunakan rumus Product Moment, maka diketahui bahawa kedua variabel yang diteliti memiliki korelasi yang negative. Yaitu harga r-hitung lebih kecil dari r-tabel (r test : t hitung = 0.04 < r tabel = 0.244), kemudian perhitungan dengan uji signifikan menggunakan rumus
(7)
t, maka diketahui bahwa harga t-hitung lebih kecil dari t-tabel (t test : t hitung = 0.33 < t tabel = 2.000). Dari kedua pengujian tersebut dapat dihasilkan bahwa, hubungan antar dua variabel penelitian menerima H0(tidak ada hubungan) yang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin.
(8)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah….Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang dituangkan dalam tulisan skripsi. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul:
“Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara”.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas ahkir untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian munaqasah Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dari penulisan skripsi ini banyak pihak yang membantu dan memberikan bimbingan, pemikiran serta dukungan baik moril maupun materil. Dengan kebaikannya tersebut mudah-mudahan Allah SWT membalas semua jasa dan kebaikannya, dan penulis hanturkn terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Murodi, MA; Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA; Selaku pembimbing skripsi penulis dan sekaligus sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang telah melungkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk serta saran yang sangat berharga kepada penulis. Dan Sekertaris Jurusan Ibu Umi Musyarofah, MA; Yang telah memberikan motivasi dan saran-saran yang
(9)
sangat bermanfat bagi penulis dalam menjalankan perkuliahan serta pada penyusunan skirpsi ini.
3. Drs. H. Harun Asfar, MA; Selaku dosen Penasehat Akademik penulis, yang telah memberikan motivasi, saran-saran serta izin kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, do’akan penulis agar ilmu yang penulis dapatkan ini bias bermanfaat sampai penulis wafat.
5. Staf karyawan Fakultas Dakwah dan komunikasi dari semua Jurusan sampai Bidang Akadmik Fakultas, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan semua kesulitn dan kebutuhan dalam bidang akademik.
6. Ketua dan para karyawan perpustakaan Fakultas Dakwah, yang telah membantu penulis dalam menyediakan dan memperbolehkan peminjaman literatur buku-bukunya tersebut.
7. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin KH. Saifur Rohman M.Sc. Para Ustad dan ustadzahnya, yang telah menerima kunjungan serta memperbolehkan penulis untuk melakukan penelitin. Tidak lupa pula para santri dan santriwatinya, yang telah membantu dalam menyelesaikan penyediaan data serta konsumsi dalam melaksanakan penelitian ini.
8. Ibunda tercinta Ibu Etty Tuti Erwani dan Ayahanda Bapak. Drs. M. Subhan, MM. Yang telah sabar membantu serta memberikan dukungan moril maupun materil dan spiritual kepada penulis.
(10)
9. Keluarga besar Eyang Ridwan Shomad; Keluarga besar Nenek Maryam; Kelurga besar di Yogyakarta; Keluarga besar di Riau Pekan Baru, yang selalu memberikan do’a dan dukungannya pada penulis.
10.Teman-teman KPI angkatan 2002, adik-adik penulis di Fakultas Dakwah, keluarga besar KM UIN, serta para sahabat yang tidak bias penulis sebutkan namnay satu persatu.
Hanya memohon kepada Allah SWT lah penulis mendo’akan dan semoga atas bantuan mereka Allah memberikan penghargaan yang mulia dan berlipat ganda, Amin..
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap semoga tulisan yang serba sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 09 Juli 2008
(11)
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN...i
ABSTRAKSI………ii
KATA PENGANTAR……….v
DAFTAR ISI………viii
DAFTAR TABEL………x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………5
C. Tujuan dan manfaat Penelitian………...6
D. Metodologi Penelitian………6
E. Sistematika Penulisan………18
BAB II TINJAUAN TEORI A. Persepsi………..20
1. Pengertian Persepsi………..20
2. Persepsi Menurut Ilmu Lainnya………...20
3. Faktor Persepsi……….21
4. Proses Terjadinya Persepsi………...22
5. Hukum-hukum Persepsi………24
6. Objek Persepsi………...25
7. Persepsi Melalui Alat Indera……….26
B. Santri………28
1. Pengertian Santri………28
2. Macam-macam Santri………..29
(12)
3. Perkembangan Psikologis Santri………30
4. Bimbingan Santri………32
5. Bimbingan Karir……….34
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA A. Sejarah dan Latar Belakang………..37
B. Letak Geografis………39
C. Visi dan Misi………41
D. Sarana dan Prasarana………...42
BAB IV PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN AL-MUHAJIRIN A. Gambaran Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin………44
B. Hubungan Persepsi Santri Terhadap Aktifitas Dakwah Di Pondok Pesantren Al-Muhajirin ………52
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………..60
B. Saran……….61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Sampel Dari Populasi Kriteria Pengambilan
Sampel Khusus Untuk Tingkat Kesalahan 5 % ………..7
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan suatu agama yang di dalamnya terdapat usaha untuk menyebar luaskan kebenaran yang diyakini datang hanya dari Tuhan, sikap mengajak atau menyeru kepada orang banyak untuk mempercayaai dan menganut agama Isalam adalah suatu tugas suci serta pengabdian kepada Tuhan. Usaha memperjuangkan dan menyebar luaskan kebenaran atas ajaran Islam telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat, para Tabi’in, serta para pengikutnya. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam tersebut, walaupun pengetahuan yang dimilikinya tentang agama Islam tersebut masih sedikit. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahal ayat 125, yang artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ( QS. An-nahal : 125)
Dakwah dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan, dakwah bersifat persuasif, edukatif atau yang lainnya. Di dalam dakwah harus dihindarkan yang sifatnya pemaksaan, karena hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Dakwah dapat dilaksanakan dalam
(15)
berbagai bentuk, seperti kegiatan pengajian, pendidikan, forum atau kajian ilmiah, kegitan social, pencerminan pribadi seorang pendakwah atau kelompok untuk menjadi contoh yang mencakup watak, sikap dan tingkah laku. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif dalam rangka perubahan situasi dalam ajaran yang diusahakan dengan dakwah.sikap dan tingkah laku.
Dari berbagai bentuk kegiatan untuk melakukan dakwah, salah satunya melalaui sarana pendidikan. Dan diantara sarana pendidikan yang bergerak dibidang dakwah adalah pesantren. Pada Bab II Paragraf 3 Pasal 26 Ayat 1 Menurut Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan, pesantren menyelenggarakan pendidikn dengan tujuan mennanmkn keimana dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik (santri) untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan atau keahlian untuk membangun kehiupan yang Islami di masyarakat.1
Pesantren merupakan salah satu tempat untuk menuntut ilmu setelah siswa melewati jenjang SD (Sekolah Dasar), status pesantren tidak beda halnya dengan SLTP (Sekolah lanjutan Tengah Pertama) atau SMP (Sekolah Menengah Pertama). Bahkan ada yang sampai pada tingkat yang setara dengan SLTA (Sekolah Lanjutan Atas) atau SMA (Sekolah Menengah Atas), yaitu MTS (Madrasah tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Yang
1
Direktorat Jendral pendidikan Islam, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta: Departemen Agama Ri, 2007) Bab II, Paragraf3, Pasal 26 Ayat 1, h. 241
(16)
membedakannya adalah hanya penambahan waktu belajar, yang sekolah-sekolah umum lainnya belum tentu memilki program waktu seperti yang dimiliki pondok pesantren.
Kata pondok pesantren terdiri dari dua kata, yaitu pondok dan pesantren. Kata pondok berasal dari bahasa Arab Funduqun, yang artinya hotel atau penginapan.2 Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Ridawan Lubis yang mengatakan pondok ialah tempat tinggal para santri selama menuntut ilmu.3 Sedangkan Menurut Mastuhu, yang dimaksud dengan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam degan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari.4
Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian pondok pesantren adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang di dalamnya terdapat suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami, mengkhayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam.
Suatu kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang agamis bahwa penduduknya beragama Islam terbesar di dunia, begitu pula halnya dengan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Untuk tetap mempertahankan prestasi tersebut diperlukan sarana pendidikan agama dan juga pendidikan umum,
2
Ahmad Warsan Munawar, Al-Munir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.1073
3
M. Ridwan Lubis, Pemikiran Soekarno Tentang Islam, (Jakarta: CV. Masagung, 1997), h. 23
4
(17)
salah satu sarana pendidikan tersebut tidaklah lain adalah sarana pendidikan di lingkungan pondok pesantren.
Ironisnya sesuai fakta bahwa mayoritas penduduk Jakarta yang beragam Islam khususnya di wilayah Jakarta Utara sangat rendah perhatian dan minatnya terhadap pondok pesantren, hal ini dapat dibuktikan dari sedikitnya kuota santri yang bermukim di pondok pesantren khususnya pondok pesantren Al-Muhajirin dibandingkan dengan anak-anak yang masuk ke sekolah-sekolah umum. Karena pada umumnya kebanyakan orag tua murid lebih senang memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah umum negeri, mulai dari tingkat pendidikan dasar seperti SD, SMP, SMA, sampai dengan perguruan tinggi. Apabila tidak diterima di sekolah negeri tersebut, maka alternatif selanjutnya memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah umum suwasta. Terlebih lagi bagi orang tua yang memiliki ekonomi yang memadai, mereka sangat senang dan bangga bila anaknya diterima di sekolah-sekolah favorit seperti : Tarakanita, Santa Ursula, PSKD, dan lain-lain. Sehingga tidak lagi memperhatikan apakah pemilik sekolah tersebut beragama Islam atau di luar Islam.
Kondisi ini yang menarik bagi peneliti untuk mengangkat masalah ini, salah satu penyebab kurang berminatnya para orang tua memasukkan anaknya ke dalam lingkungan pondok pesantren dikarenakan masih banyak para orang tua yang memandang pondok pesantren hanya dari sisi negatifnya.
Untuk itu peneliti perlu melakukan pengamatan langsung pada pondok pesantren Al-Muhajirin yang peneliti jadikan sebagai objek penelitian. Harapan peneliti dapat memberikan gambaran umum tentang pondok pesantren, sehingga para orang tua bisa lebih berminat untuk memasukkan
(18)
anaknya ke dalam pondok pesantren khususnya pondok pesantren Al-Muhajirin. Karena dengan banyaknya orang tua yang memasukkan anaknya ke pondok pesantren, diharapkan semaikin banyak orang-orang yang perduli terhadap kemajuan agama Islam di masa depan guna mempertahankan adab dan akhlak orang-orang Islam.
Melihat kondisi yang demikian, peneliti berniat mengadakan penelitian di pondok pesantren Al-Muhajirin Pejagalan Penjaringan Jakarta utara, serta mencoba mengangkat topic skripsi ini dengan judul: “Persepsi Santri
terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penulisan ini, maka peneliti memberikan pembatasan masalahnya pada santri yang bermukim saja di pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan maslaha tersebut peneliti memberikan perumusan masalahnya sebagai berikut:
1) Bagaimana persepsi santri yang timbul terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin?
2) Adakah hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin?
(19)
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu:
1. Untuk mengetahui persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin?
2. Untuk mengetahui adanya hubungan persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin?
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Segi Akademis
Dari penelitian ini diharapkan bias memberi masukan ke beberapa pondok pesantren khususnya pondok pesantren Al-Muhajirin yang peneliti jadikan sebagai objek penelitian, dan penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi untuk khalayak atau masyarakat umum akan adanya pondok pesantren di tengah-tengah wilayah pemukiman komunitas etnis china, yang bernama pondok pesantren Al-Muhajirin.
2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan bias menambah khasanah perpustakaan, khusunya bagi mereka yang ingin terjun ke dunia pondok pesantren.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunkan metode survey. Metode ini bermaksud mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah
(20)
kasus yang relatif besar jumlahnya. Metode ini menekankan lebih pada penentuan informasi tentang variabel dari pada penentuan informasi tentang individu.5
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran genelarisasi peneliti.6 Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah para santri yang bermukim di pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara sebanyak 82 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagain dari kumpulan objek penelitian (populasi) yang dipelajari dan diamati.7 Menurut Sugiono8, bila populasi 82 orang dengan tingkat kesalahn 5% maka populasinya sebanyak 66 orang. Dan pada penelitian ini sampelnaya menjadi 66 orang.
Tabel 1.19
Tabel Sampel Dari Populasi
Kriteria Pengambilan Sampel Khusus Untuk Tingkat Kesalahan 5 %
N S N S N S
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
5
Consuelo G, dkk, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993) Cet ke-I, h. 76
6
Ibid, h. 160
7
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), h. 78
8
Lihat Tebel 1.1, Tabel sample Dari Populasi Kriteria pengambilan Sampel Khusus Untuk tingkat Kesalahan 5 %
9
(21)
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
10 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 100000 384
Catatan : N = Populasi
S = Sampel
Karena populasinya berstrata, maka jumlah sampelnya juga berstrata10. Dengan demikian jumlah samplenya:
Kelas Persiapan = 20 X 66 = 16.4 = 17
82
Kelas I = 23 X 66 = 18.5 = 18
82
Kelas II = 33 X 66 = 26.5 = 26
82
Kelas III = 6 X 66 = 4.8 = 5
82
10
(22)
Jumlah Sampel = 66 Orang
Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan metode
probability sampling yaitu objek dipilih dari populasi yang lebih luas dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga pemilihan setiap anggota populasi dapat di ketahui.11 Pada metode ini digunakan dengan cara random (acak) yaitu suatu pengambilan sampel dimana setiap populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.12
3. Variabel Penelitian
Dalam kaitannya dengan penelitian ini variabel yang digunkan adalah:
a. Variabel Bebas
Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menetukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang kedua itu disebut variabel terikat.13 Sedangkan pada variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah persepsi santri Al-Muhajirin.
b. Variabel Terikat
Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas, atau munculnya variabel ini adalah karena adanya
11
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999),Cet Ke-2, h. 135
12
Ali Mauludi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islm dan Sosial ( Jakarta: PT Prima Heza Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 30
13
(23)
variabel bebas tertentu dan bukan karena variabel lain.14 Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah pondok pesantren Al-Muhajirin.
Gambar 1.1
Variabel Penelitian
X Y
r
4. Indikator dan Operasional Penelitian
A. Indikator variable penelitian ini sebagai berikut: I. Persepsi santri terhadap pondok pesantren
a. Hilangnya kasih sayang orang tua 1) Berpisah dengan kedua orang tua 2) Perhatian kepada santri
b. Hilangnya masa bermain anak
1) Kegiatan extrakulikuler (pramuka, paskibra, dan PMR) 2) Olah raga (senam, bela diri, sepak bola, basket, volley) 3) Leadership (latihan kepemimpinan)
4) Muhadloroh (latihan pidato)
5) Kesenian (Qosidah, marawis, Qiro’ah)
6) Keterampilan (menjahit, menyulam, tehnik, kaligrafi)
14
Ibid, h. 57
Persepsi santri terhadap pondok
pesantren Al-Muhajirin
Aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin
(24)
c. Hilangnya kreatifitas anak
1) Kepatuhan kepada peraturan pondok pesantren 2) Kepatuhan kepada pengajar
3) Kebebasan santri dalam menyikapi aturan pondok pesantren dan perintah pengajar
4) Demokrasi dari para pengajar
d. Masa depan yang suram lulusan pesantren 1) Melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi 2) Menjadi pemimpin
II. Aktifitas belajar mengajar di pondok pesantren Al-Muhajirin a. Kreadibilitas
1) Menjaga nama baik pondok pesantren
2) Pendidikan pondok pesantren yang sesuai dengan pendidikan di Depdiknas
3) Pendidikan pondok pesantren yang sesuai dengan pendidikan di Depag
4) Menciptakan santri yang berakhlakul karimah b. Kapabilitas
1) Program kurikulum yang moderen 2) Fasilitas yang moderen
3) Pembudayaan bahasa asing 4) Menciptakan santri yang mandiri
5) Keterampilan yang diberikan untuk para santri 6) Pemeliharaan fasilitas-fasilitas pondok pesantren
(25)
7) Prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit 8) Menjalin ukhuwah Islamiyah
9) Menumbuh kembangkan kepercayaan diri
B. Operasional variable-variabel penelitian dengan menggunakan angket atau kuisioner, instrumennya adalah sebagai berikut:
I Persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin Apabila menjawab (Ya) Maka skornya (1) Apabila menjawab (Tidak) Maka skornya (0) Apabila menjawab (Sering) Maka skornya (3) Apabila menjawab (Kadang-kadang) Maka skornya (2) Apabila menjawab (Jarang) Maka skornya (1) II Pondok pesantren Al-Muhajirin ditinjau dari kreadibilitas dan
kapabilitas
Apabila menjawab (Sangat setuju) Maka skornya (4) Apabila menjawab (Abstain) Maka skornya (3) Apabila menjawab (Tidak setuju) Maka skornya (2) Apabila menjawab (Sangat tidak setuju) Maka skornya (1) 5. Hipotesa Penelitian
Bentuk hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis asosiatif. Yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.15
H0: ρ = 0, = Tidak ada hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin
15
(26)
Ha: ρ≠ 0, = Ada hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin
6. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah pondok pesantren Al-Muhajirin yang beralamat di Jl. Teluk Gong Kavling Blok. A.20 Rt. 07/13 Kelurahan Penjagalan, kecamatan penjaringan Jakarta utara. Sedangkan kurun waktu penelitian ini selama 6 bulan, di mulai sejak bulan November 2007 s/d Mei 2008.
7. Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) instrument, adapun instrumennya dengan cara wawancara, kuisioner, dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu tehnik pengumpulan data dalam metode survey melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden.16 Tehnik ini dilakukan dengan cara wawancara ke pondok pesantren Al-Muhajirin secara lisan kepada: - Pendiri Yayasan Tarbiyah Islamiyah = 2 Orang
- Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin = 1 Orang - Ustad dan Ustadzah Pondok Pesantren = 4 Orang b. Kuisioner
Untuk memperoleh data yang komperhensip, peneliti menggunakan kuisoner yaitu susunan daftar pertanyaan yang diberikan atau dikirimkan kepada responden baik secara langsung
16
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public relation dan komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 23
(27)
ataupun tidak langsung.17 Dengan kuisioner ini, peneliti menyiapkan daftar pertanyaan yang isinya berhubungan dengan penelitian. Kemudian kuisioner tersebut disebarkan kepada 66 responden, setelah responden selesai mengisi kuisioner selanjutnya kuisioner tersebut dikembalikan kepada peneliti.
c. Dokumentasi
Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian, seperti buku, majalah, surat kabar, foto, dan lain sebagainya. Tahnik ini digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui tehnik wawancara dan kuisioner.
8. Tehnik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik infrensial parametrik, yaitu menganalisis data intervala dan rasio yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.18 Artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dengan memakai skala interval.
9. Metode Analisi Data
a. Metode Kualitatif yaitu analisa berupa klasifikasi data dengan uraian kata- kata.
b. Metode Kuantitatif yaitu analisa berupa angka yang didapat dari dokumen (data) atau kuisioner.
c. Metode Korelasi yaitu mencari hubungkan (pengaruh) antara variabel-variabel
17
Husaini usman, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet Ke-3, h. 60
18
Ali Maulidi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Jakarta: PT prima Heza Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 4
(28)
10.Tehnik Analisis Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari wawacara, kuisioner dan dokumenter diseleksi dan disusun setelah itu penulis melakukan klasifikasi data yaitu menggolongkan data berdasarkan katergori tertentu. Kemudian data diklasifikasikan lalu diadakan analisis data, dalam hal ini data yang dikumpulkan penulis adalah data kualitatif yang diolah menjadi data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dikumpulkan, dikelompokkan dan dijumlahkan sehingga menghasilkan angka-angka atau berupa bilangan yang dalam hal ini jumlah responden. Hasil data yang telah dikumpulkan akan dilakukan uji hipotesa dan uji signifikan sebagai berikut:
a. Uji Hipotesa
Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut: 1) Uji dua pihak
Digunakan bila hipotesis nol berbunyi “sama dengan” dan hipotesis alternative berbunyi “tidak sama dengan” (H0 = ; Ha).19
2) Korelasi
Korelasi adalah hubungan keeratan dua variabel atau lebih atau disebut dengan r-product moment atau disebut juga korelasi pearson.20 Kegunaannya untuk mengukur kuat tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih. Korelasi antara XÆ Y
dengan rumus korelasi sederhana (r-product moment)
19
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 138 (IBID)
20
(29)
Rumus 1.1
Korelasi Sederhana (r – Product Moment)21
] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2
2
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
− − − = y y n x x n y x xy n rDi mana: r : Korelasi antara X dan Y n : Jumlah Sampel
b. Uji Signifikan
Uji Signifikan adalah sebuah uji untuk mengetahui nyata dan tidak nyata , atau yakin dan tidak meyakinkan nilai hubungan antara dua variabel atau lebih.22 Uji signifikan ini berfungsi untuk menjeneralisasi populasi dengan menggunakan r-test dan t-test.
1. r-test
Grafik 1.1.
Grafik r-test23
Keterangan:
a) Apabila r hitung > r tabel berarti menolak (H0), ada hubungan
positif
21
Ibid, h. 134
22
Ali Maulidi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Jakarta: PT prima Heza Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 102 (IBID)
23
Ibid, h. 160
Menolak H0
(ada hubungan)
Menolak H0
(ada hubungan)
- r tabel - r hitung
Menerima H0
(Tidak ada hubungan)
r hitung r tabel 0
(30)
b) Apabila r hitung < r tabel berarti menerima (H0), tidak ada
hubungan
2. t-test
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Rumus 1.2. t-test 2
1
2
r
n
r
t
−
−
=
Adapun grafiknya sebagai berikut:
Grafik 1.2. Grafik r-test
Keterangan:
a) Apabila t hitung > t tabel berarti menerima (H0), ada
hubungan positif.
b) Apabila r hitung < r tabel berarti menerima (H0), tidak ada
hubungan
keterangan: n : Jumlah Sampel
r : Koefesien Korelasi Product Moment
Menolak H0
(ada hubungan)
Menolak H0
(ada hubungan)
- r tabel - r hitung
Menerima H0
(Tidak ada hubungan)
r hitung r tabel 0
(31)
11.Tehnik Penulisan
Adapun tekhnik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada buku pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Cet ke-I. Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam lima bab. Dari masing-masing babnya terdapat sub-sub bab, adapun pembahasan tersebut ditulis secara sistematis sebagai berikut:
BAB I Memuat pendahuluan yang meliputi; Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teori yang meliputi; Persepsi, yang di dalamnya terdapat Pengertian persepsi, Persepsi menurut ilmu lainnya, Faktor persepsi, Proses terjadinya persepsi, Hukum-hukum persepsi, Objek persepsi, dan persepsi melalui alat indera. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang Santri, yang di dalamnya terdapat Pengertian santri, Macam-macam santri, Perkembangan psikologis santri, Bimbingan santri, dan Bimbingan karir.
BAB III Gambaran umum ponok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara, meliputi; Sejarah dan Latar Belakang, Letak
(32)
geografis, Visi dan Misi, Program belajar mengajar, serta Sarana dan prasarana.
BAB IV Persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara, meliputi; Gambaran persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin, yang di dalamnya membahas tentang Hilangnya kasih sayang anak, Hilangnya masa bermain anak, Hilangnya kretifitas anak, dan Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren. Kemudian dilanjutkan dengan Hubungan persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren.
(33)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Pengertian persepsi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Perceptio dari Percipere yang artinya mengambil maksud, arti mengambil disini adalah menyimpulkn atau menafsirkan sesuatu hal. 24 Sedangkan persepsi menurut kamus ilmiah popular adalah pengamatan terhadap sesuatu hal. Dapat disebut juga sebagai penyusunan dorongan-dorongan dalam kesatuan-kesatuan untuk memahami sesuatu hal. Dapat disebut juga hal untuk mengetahui, melalui alat indera, jadi persepsi adalah daya untuk memahami sesuatu hal.25
2. Persepsi Menurut Ilmu Lainnya
a. Persepsi menurut psikologi komunikasi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.26
b. Persepsi dalam konsep psikologi umum merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan prose diterimanya stimuli oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.27
24
Alex shobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Press, 2002), Cet Ke-1, h.445
25
M. Dahlan AL-Barry, kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h.591
26
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.51
27
(34)
c. Persepsi dalam perspektif Islam adalah proses penginderaan data-data lalu dilakukan suatu pengembangan data-data-data-data, sehingga dapat menyadari apa yang ada disekelilingnya termasuk sadar mengenai dirinya sendiri.28
3. Faktor Persepsi
a. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi 1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dating dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus dating dari luar individu.
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atu reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
28
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet Ke-1, h.88
(35)
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.29
b. Faktor fungsional yang menentukan persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai factor-faktor personal.
Faktro-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan (Frame of Reference) yang mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Menurut Mc. David dan Hariri yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi menjelaskan bahwa, para psikologi menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi spiritual dari peristiwa yang dialami.30
c. Faktor structural yang menentukan persepsi
Faktro-faktor struktural berasa dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu. Menurut teori Gestalt yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.
29
Bimo Walgito, Op Cit, h. 90
30
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.58
(36)
4. Proses Terjadinya Persepsi
Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alt indera atau reseptor. Perlu diemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu. Misalnya, dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealamian atau proses fisik, stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis, kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakn persepsi yang sebenarnya. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi, hal tersebut dapat dikemukakan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 2. 1
Skema Persepsi Adanya Perhatian31
31
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 91 Sp
(37)
St = Stimulus (faktor luar)
Fi = Faktor interen (factor dalam, termasuk perhatian) Sp = Struktur pribadi individu
Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang dating dari lingkungannya, tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Sebagai akibat dari stumulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memebrikan respon sebagai reaksi terhdap stimulus tersebut, adapun skemanya sebagai berikut:
Gambar 2.2
Skema Reaksi Individu Terhadap Stimulus
L S O R L
L = Lingkungan
S = Stimulus
O = Organisme atau individu R = Respon atau reaksi
Teori lain yang melihat kaitan antara lingkungan atau stimulus dengan respon organisme atau individu yang tidak berperan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang mengenainya.
Gambar 2.3
Skema Individu Yang Tidak Berperan Memberikan Stimulus
L S R L
L = Lingkungan
S = Stimulus
(38)
5. Hukum-hukum Persepsi a) Hukum Pragnaz
Pragnanz berarti penting, meaningsful penuh arti atau berarti. Jadi apa yang dipersepsi itu menurut hokum ini adalah penuh arti, suatu kebulatan yang mempunyai arti penuh.
b) Hukum Figur-Ground
Dalam persepsi dikemukakan adanya dua bagian dalam
perceptual field, yaitu figure yang merupakan bagian yang dominant dan merupakan focus perhatian, dan ground yang melatarbelakangi atau melengkapi. Antara figure dan ground dapat pindah atau bertukar peran satu dengan yang lainnya, yaitu semua ground dapat menjadi
figure.
c) Hukum Kedekatan
Hukum ini menyatakan bahwa apabila stimulus saling berdekatan satu dengan yang lainnya, akan adany kecenderungan untuk diperepsi sebgaia suatu keseluruhan atau gestalt.
d) Hukum Kesamaan (similitary)
Hukum ini menyatakan bahwa stimulus atau objek yang sama mempunyai kecenderungan untuk dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau sebagai suatu gestalt.
e) Hukum Kontinutas
Hukum ini menyatakan bahwa stimulus yang mempunyai kontinutas satu dengan yang lainnya, akan terlihat dari ground dan akan dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan
(39)
f) Hukum Kelengkapan atau Ketertutupan (closure)
Dalam persepsi adanya kecenderungan orang mempresepsi sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap, sehingga menjadi sesuatu yang penuh arti atau berarti.
6. Objek Persepsi
Objek persepsi bisa dibedakan atas objek yang manusia dan nonmanusia, objek persepsi yang berwujud manusia disebut person perception, seperti perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada orang yang mempersepsi. Sedangkan objek yang nonmanusia, hal ini sering disebut sebagai things perception. Persamaan dari kedua objek tersebut yaitu, apabila manusia dipandang sebagai objek benda yang terikat pada waktu dan tempat seperti benda-benda yang lainnya
7. Persepsi melalui Alat Indera a. Indera Penglihatan
Alat indera merupakan alat utama dalam individu mengadakan persepsi, seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat mempresepsi apa yang dilihatnya. Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihat.32
b. Indera Pendengaran
Stimulus berwujud bunyi yang merupakan getaran udar atau getaran medium lain, sebagai respons dari stimulus itu orang dapat
32
(40)
mendengarnya. Seperti halnya dalam penglihatan, dalam pendengaran individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu respon terhadap stimulus tersebut. Jika individu dapat menyadari apa yang didengar, maka dalam hal ini individu dapat mempersepsi apa yang didengar dan terjadilah suatu pengamatan atau persepsi.
c. Indera Pencium
Orang dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera pencium yaitu hidung, sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam hidung sebelah dalam. Stimulusnya berwujud benda-benda yang bersifat khemis atau gas yang dapat menguap dan mengenai alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak.33
d. Indera Pengecap
Indera pengecap terdapat di lidah, stimulusnya merupakan benda cair. Zat cair tersebut mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak hingga akhirnya orang menyadari atau mempersepsi tentang apa yang dicecapnya itu. Mengenai rasa, ada 4 (empat) macam rasa pokok. Yaitu rasa:
1) Pahit 2) Manis
3) Asin 4) Asam
33
(41)
Masing-masing rasa ini mempunyai daerah penerima rasa sendiri-sendiri pada lidah, sedangkan rasa-rasa lain merupakan campuran dari rasa-rasa pokok ini.34
e. Indera Kulit
Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan dan temperature. Tatapi tidak semua bagian dari kulit dapat menerima rasa-rasa ini, dan pada bagian-bagian tertentu saja yang dapat menerima stimulus-stimulus tertentu. Dalam hal tekanan atau rabaan, stimulus langsung mengenai bagian kulit bagian rabaan atau tekanan. Stimulus ini akan menimbulkan kesadaran akan lunak, keras, halus dan kasar.
Stimulus yang dapat menimbulkan rasa sakit dapat bersifat khemis maupun electrical dan sebangsanya yang pada pokoknya stimulus itu cukup kuat menimbulkan kerusakan pada kulit, dan hal ini menimbulkan rasa sakit.35
B. Santri
1. Pengertian Santri
Menurut Nurchalish Madjid ada dua pendapat tentang santri.
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan “cantrik”, sebuah kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “melek huruf”. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa dari kata “cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti kemana gurunya pergi
34
Ibid, h. 128
35
(42)
menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian.36 Dari sini dapat diasumsikan bahwa menjadi santri berarti juga menjadi tahu tentang agama, atau paling tidak seorang santri itu bisa membaca Al-Qur’an yang dengan sendirinya membawa pada sikap yang lebih serius dalam memandang agamanya.
Disisi lain Zamakhsyari Dhofier berpendapat bahwa, santri dalam bahasa India berarti “orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana Kitab Suci agama Hindu”.37
Sedangkan dalam penelitiannya, Clifford Geertz berpendapat bahwa kata santri mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas dan umum santri adalah bagian penduduk Jawa yang memeluk Islam secara benar-benar, bersembahyang, pergi ke masjid, dan berbagi aktivitas lainnya.38
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian santri adalah mereka yang berasal dari pondok pesantren, atau mereka yang taat menjalankan ajaran agama Islam.
2. Macam-macam Santri
Santri merupakan elemen dari kultur pondok pesantren yang merupakan unsure pokok yang tidak kalah pentingnya dari elemen lainnya yang ada di pondok pesantren, biasanya santri terdiri dari dua kelompok, yaitu:
36
Nurchalish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet Ke-1, h. 19-20
37
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyayi, (Jakarta: LP3ES, 1994), Cet Ke-6, h. 18
38
Clifford Geertz, Abangan, Santri, priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Dunia Pustaka jaya, 1983) Cet ke-2, h. 268
(43)
a. Santri Mukim
Santri Mukim adalah santri yang menetap, tinggal bersama Kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang Kyai. Dapat juga secara langsyng sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah lama menetap dalam pondok pesantren secara tidak langsung bertindak sebagai wakil Kyai.
Ada dua motof seorang santri menetap sebagai santri mukim: 1. Motif menurut ilmu artinya santri itu dating dengan maksud
menuntut ilmu dari kyainya.
2. Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelag di pondok pesantren kan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak Kyainya. 39
b. Santri kalong
Santri Kalong adalah santri yang berasal dari daerah-daerah di sekitar pondok pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pondok pesantren, atau mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pondok pesantren..40
Santri mukim dengan kyayi atau pimpinan pondok pesantren serta anggota lainnya biasanya tinggal dalam suatu lingkungan
39
M. Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: CV. Prasasti, 2003), h. 23
40
Nurchalish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet Ke-1, h.157
(44)
tersendiri yang disebut pondok, disinilah Kyayi dan santrinya bertempat tinggal.41
3. Perkembangan Psikologis Santri
a. Pembentukan Konsep Diri
Remaja adalah masa transisi dari priode anak ke dewasa. Dewasa adalah keadaan berupa sudah ada ciri-ciri psikologi tertentu pada seseorang. Menurut G.W. Allport yang dikutip oleh Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja, cirri-ciri psikologi itu adalah sebagai berikut:
1) Pemekaran diri sendiri yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga.
2) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif ditandai dengan kemapuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humortermasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.
3) Memiliki falsafah hidup tertentu. Ia tahu kedudukannya dalam masyarakat, ia paham bagaimana harusnya bertingkah laku dalam kedudukan tersebut, dan ia berusaha mencari jalannya sendiri menuju sasaran yang ia tetapkan sendiri42.
41
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet Ke-1, h. 47
42
Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h. 72
(45)
b. Perkembangan Intelegensi
Hampir semua orang tua di Indonesia mengharapkan anaknya pandai di sekolah. Mereka yang mampu, menginginkan anaknya menjadi sarjana. Seakan-akan dengan modal kepandaian, seseorang dijamin akan berhasil dalam hidupnya.
Menurut David Wechsler yang dikutip oleh Sarlito menefinisikan inteligensi sebagai “keeluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif” 43. Jadi intelegensi memang mengandung unsur fikiran atau rasio. Semakin banyak unsure rasio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, semakin berintelegensi tingkah laku tersebut.
Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ, pada orang dewasa IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal dan menghitung berapa banyak pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar. Akan tetapi, cara menghitung IQ pada anak-anak adalah dengan menyuruh anak untuk melakukan pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu. Jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan membuat daftar untuk mengetahui usia mental anak.
c. Perkembangan Moral dan Religi
Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagaian orang berpendapat bahwa, moral dan
43
(46)
religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini. Dengan begitu, ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat.
Religi, yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan sesuatu zat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagian dari moral. Hal itu karena, dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah laku baik-buruk, secara psikologis termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata karma, dan norma-norma masyarakat lain.
4. Bimbingan Santri
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia dapat mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memebrikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya44. b. Tujuan Bimbingan
Secara umum dan luas program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
44
Mastuki HS, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004) Cet Ke-2, h. 124
(47)
1) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi 2) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan
produktif dalam masyarakat
3) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu yang lain
4) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya45.
c. Prinsip-prinsip Bimbingan
Secara umum dalam perencanaan dan pelaksanaan bimbingan di pondok pesantren perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) Bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, maka perlu diingat, bahwa sikap dan tingkah laku seseorang adalah terbentuk dari segala kepribadian yang unik dan ruwet
2) Perlu dikenal dan difahami perbedaan individual dari individu-individu yang akan dibimbing, sehingga dapat diberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan kebutuhan individu yang dibimbing
3) Bimbingan adalah proses membentuk individu agar dapat menolong dirinya sendiri dalam mmecahkan masalah yang dihadapi
45
(48)
4) Bimbingan hendaknya berpusat pada diri individu yang dibimbing, bukan individu yang membimbing
5) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di pondok pesantren harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang untuk menyelesaikannya
6) Bimbingan harus sesuai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing 7) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu
dan masyarakat
8) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di pondok pesantren bersangkutan
9) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar pondok pesantren
10) Program bimbingan harus dinilai secara berkala untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dan mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana semula atau belum
11) Program dan pelaksanaan bimbingan di pondok pesantren harus menjunjung tinggi nilai-nilai dan tidak boleh ertentangan dengan ajaran Islam46
46
(49)
5. Bimbingan Karir
Bimbingan karir dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan terus menerus di dalam pemilihan dan penyesuaian pekerjaan dimulai dari pengetahuan tentang diri, perkembangan diri dan pemahaman dunia kerja. Disamping itu individu bisa mengetahui berbagai hambatan yang mungkin timbul dalam hal ini akan membawa individu ke dalam suatu keberhasilan47
a. Unsur-unsur Bimbingan Karir
Unsur-unsur penting bimbingan karir di pondok pesantren dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Kegiatan bimbingan tidak dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan membutuhkan tekhnik / metode tertentu
2) Aktivitas bimbingan harus dilakukan atas dasar kesukarelaan pihak yang dibimbing dan pembimbing tidak dibenarkan memaksa kehendak untuk membimbing individu melainkan harus mecipatakan suasana agar individu menyadari bahwa dirinya membutuhkan bimbingan
3) Bimbingan tidak hanya ditujukan pada individu yang bermasalah dalam hal karirnya, melainkan juga bagi semua individu agar dapat berkembang
4) Pemilihan tekhnik atau pendekatan harus disesuaikan dengan karakteristik individu yang dibimbing. Disamping itu, layanan
47
(50)
bimbingan juga disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu yang dibimbing.
b. Manfaat Bimbingan Karir
Adapun manfaat diterapkannya bimbingan karir antara lain48: 1) Membantu para murid / santri memilih jurusan atau jenis
pesantren lanjutan ataupun lapangan pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan cirri-ciri pribadi lainnya
2) Membantu para murid memperoleh penyesuaian pribadi dan kemajuan dalam perkembangan secara optimal.
48
(51)
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
A. Sejarah dan Latar Belakang
Sejarah berdirinya pondok pesantren Al-Muhajirin bermula pada adanya penggusuran bagi warga Tanjung Wangi Kelurahan Pluit Jakarta Utara tahun 1980, yang pemukimannya tersebut akan dijadikan industri pabrik. Kemudian warga Tanjung Wangi pindah ke daerah Teluk Gong, di wilayah ini masih berbentuk rawa. Kemudian Pemerintah daerah Jakarta Utara membuat rawa-rawa tersebut sebagai tempat pemukiman warga Tanjung Wangi yang baru, di setiap kepala keluarga mendapatkan satu Kavling.49 Dari masing-masing kavling tersebut, salah satu warga mendapatkan dua kavling. Satu kavling untuk rumah pribadi, satu kavlingnya lagi untuk mushola.
Dikarenakan pada wilayah Teluk Gong ini belum terdapat masjid untuk warga melaksanakan sholat Jum’at, maka salah satu warga tersebut berniat menjadikan musholanya sebagai masjid. Dikarenakan dalam pembuatan masjid dibutuhkan tanah yang luas, maka ditemukanlah daerah empang, sedangkan dari segi pembangunan mencari ke berbagai donatur. Dari pencarian donator tersebut ternyata menemukan kesulitan, akhirnya bersama warga yang lainnya berniat untuk bertemu dengan KH. Abdul Rouf Sy.H, yang mana beliau adalah seorang Imam besar di masjid Istiqlal Jakarta Pusat, dikarenakan beliau dekat dengan pejabat-pejabat. Guna untuk menemukan
49
Umar, Pendiri Yayasan Perguruan Tarbiyah Islamiyah, Wawancara Mendalam
(52)
beliau para warga harus dating sebelum sholat Subuh, dikarenakan beliau menjadi Imam pada waktu sholat Subuh.
Dengan kedatangan warga ke masjid Istiqlal dan menjelaskan maksud kedatangannya, maka KH. Abdul Rouf Sy.H setuju dan siap membantu rencana para warga yang ingin membangun masjid di wilayah Teluk Gong. Untuk mendapatkan tanah dalam pembangunan masjid, maka Badan pelaksana lapangan (BPL) Pluit yang mengurus tanah di wilayah Teluk gong memberi persyaratan harus adanya Yayasan terlebih dahulu, karena ditakutkan jika didirikan atas nama perorangan akan dimiliki perorangan dan sifatnya individu. Maka harus atas nama Yayasan, dan tidak boleh atas nama Yayasan keluarga.
Pada tahun 1981 terbentuklah Yayasan dengan nama Yayasan Perguruan Islamiyah yang diketuai oleh KH. Abdul Rouf Sy.H. Tepat pada tahun tersebut, Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang diketuai oleh mantan Presiden H.M Soeharto memberikan bantuan kepada KH. Abdul rouf Sy.H dikarenakan Yayasan tersebut sedang berencana untuk membangun masjid di seluruh Indonesia, dan masjid di wilayah teluk Gong tersebutlah yang menjadi masjid percontohan atau masjid pertama di wilayah Indonesia. 50
Untuk pembangunan pondok pesantren Al-Muhajirin dimulai pada peletakana batu pertama tahun 1990 oleh KH. Abdul Rouf Sy.H, beliau mendirikan pendidikan Islam Diniyah Awaliyah yang lokasinya bersebelahan dengan masjid. Kemudian beliau melanjutkan dengan mendirikan pendidikan Tsanawiyah dan Aliyah sampai dengan beliau wafat tahun 2005. Sebelum
50
Agus Nalim, Pendiri Yayasan Tarbiyah Islamiyah, Wawancara Mendalam (Jakarta, 18 November 2008)
(53)
beliau wafat, beliau memberikan mandate kepada lima orang kepercayaan beliau untuk melanjutkan kepemimpinan di pondok pesantren Al-Muhajirin. Lima orang tersebut adalah KH. Saifur Rohman M.Sc sebagai Ketua Bidang Pendidikan Pondok Pesantren, Ust. Abdus Salam Wahab sebagai Ketua Bidang pendidikan Umum yang mengepalai pendidikan tsanawiyah dan Aliyah, Ust. Hadi Ali Bahresyi sebagai Ketua Bidang keuangan, Ust. Rono Rodiatan sebagai Ketua Bidang Peribadatan, dan terakhir Ust. Suherman sebagai Ketua Bidang Umum. Sejak tahun 2005, ke lima orang yang terpilih menggantikan KH. Abdul Rouf Sy.H mulai berfungsi sesuai jabatannya masing-masing.51
B. Letak Geografis
Wilayah Pondok Pesantren Al-Muhajirin beralamat di Jl. Teluk Gong Kavling Blok A.20 No.1 Rt.007/013 Kelurahan. Penjagalan Kecamatan. Penjaringa Jakarta Utara. Wilayah ini termasuk ke dalam kategori padat penduduk dan kumuh, wilayah ini juga merupakan wilayah yang rawan banjir. Karena berada di tengah-tengah antara pesisir kali Penjaringan yang sangat hitam, dan berdekatan dengan aliran kali dari pantai indah kapuk. Disekeliling wilayah pondok pesantern, terdapat bannyak pemukiman penduduk yang beragama Konghucu atau Chines. Wilayah pondok pesantren yang terletak di Teluk Gong Kavling ini besebrangan dengan tempat prostitusi yang bernama kali jodo, dimana di dalamnya terdapat para pekerja seks komersil yang memperjual belikan tubuhnya untuk kepuasan para lelaki hidung belang.
51
KH. Saifur Rohman M.Sc, Ketua Bidang Pendidikan Pondok Pesantren, Wawancara Mendalam (Jakarta, 20 Februari 2008)
(54)
Selain menjadi tempat prostitusi, tempat ini juga sering dijadikan sebagai tempat perjudian dan tempat transaksi obat-obat terlarang.
Luas bangunan pondok pesantren Al-Muhajirin Rt.001/013 sekitar ± 1.642 M, dengan perincian panjang luas wilayah ini adalah 1.240 meter, dan dengan lebar 402 meter. Sedangkan batas-batas bangunan pondok adalah sebagai berikut:
• Sebelah Utara Lt.1 terdapat rumah Kiyayi, dan ruang kelas 1 dan 2 Tsanawiyah, Lt.2 terdapat ruang kantor Tsanawiyah dan Aliyah, ruang kelas 3 Tsanawiyah, dan berbatasan dengan pemukiman warga
• Sebelah Timur Lt.3 terdapat kamar santri putri, tempat jemur santri putri, bangunan baru dibangun untuk local kelas, Lt.2 terdapat WC santri putri, ruang kelas 1 dan 3 Aliyah, ruang kelas 1 sampai dengan 3 Ibtidaiyah, Lt.1 terdapat dapur santri, ruang kelas 2 Aliyah, ruang kelas 4 sampai dengan 6 Ibtidaiyah, koperasi dan wartel pondok pesantren, dan berbatasan dengan pemukiman warga
• Sebelah Selatan terdapat lapangan olah raga, lapangan upacar bendera, gerbang utama, dan berbatasan dengan pemukiman warga
• Sebelah Barat Lt.3 terdapat tempat jemur santri putra, Lt.2 terdapat masjid pondok, kamar santri putra, Lt.2 terdapat aula serba guna, ruang kelas 1 sampai dengan 4 Diniyah, ruang kelas TK, dan berbatasan dengan pemukiman warga52
52
Ust. Ahmad Dzulfaqor AR S.Pd.I, Ustad Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Wawancara Pribadi (Jakarta, 20 Februari 2008)
(55)
C. Visi dan Misi
Visi pondok pesantren Al-Muhajirin adalah “Terwujudnya generasi muda Islam yang berkualitas dan berakhlakul karimah. Sedangkan Misi pondok pesantren adalah:
1. Menyelenggarakan proses pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas siwa
2. Melenggarakan proses pembelajaran bahasa Arab / Inggris, sehingga mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab / Inggris dalam kehidupan sehari-hari
3. Meningkatkan kualitas akademik dan non akademik
4. Mengadakan pembinaan akhlak, agar perilaku siswa sesuai dengan akhlakul karimah
D. Program Belajar Mengajar
Program belajar mengajar di pondok pesantren Al-Muhajirin berbeda dengan program belajar mengajar di Tsanawiayah dan Aliyah mengikuti program dari Dep. Diknas, sedangkan untuk program pondok pesantren sendiri mengikuti program dari Mesir yaitu pondok pesantren Hadroul Maut di Yaman. Dari segi penerapan kelas pengajian bukan ari tingkat pendidikan formal, tetapi tergantung pada kemampuan santrinya msing-masing. Jika santri tersebut belum dapat memahami dasar-dasar bahasa Arab, kitab kuning dan lain sebagainya maka ia masuk ke kelas persiapan meskipun ia di kelas formal sudah ditingkat Aliyah. Sebaliknya jika santri tersebut sudah dapat memahami dasar-dasar dari bahasa Arab atau kitab kuning, maka ia bisa langsung masuk ke kelas di atas tingkata kelas persiapan. Dalam pembagian
(56)
kelas tersebut terdapat lima tingkatan kelas, yaitu kelas persiapan untuk pemula, kelas 1 sampai dengan kelas 3 atau akhir dari kelas pengajian di pondok pesantren.
E. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara sebagai berikut:
1. Sarana dan prasarana Ibadah sebagai berikut:
a. Masjid : 1 Unit
b. Kantor Masjid : 1 Unit
2. Sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut:
a. Tsanawiyah : 3 Unit
b. Aliyah : 3 Unit
c. Madrasah Ibtidaiyah : 6 Unit
d. TPA : 4 Unit
e. TK : 1 Unit
3. Sarana dan prasarana keamanan sebagai berikut: a. Pos Siskamling : 1 Unit 4. Sarana dan prasarana olah raga sebagai berikut:
a. Lapangan Olah Raga : 1 Unit
b. Tenis Meja : 1 Unit
5. Sarana dan prasarana kesejahteraan santri dan ustad sebagai berikut: a. Aula serba guna : 1 Unit
(57)
c. Dapur : 1 Unit d. WC Santri Putri : 8 Unit e. WC Santri Putra : 8 Unit
f. WC Tamu : 3 Unit
g. Koperas : 1 Unit
h. Wartel : 1 Unit
i. Kamar Santri putri : 2 Unit j. Tempat jemur santri putri : 1 Unit k. Kamar Santri Putra : 3 Unit l. Tempat jemur santri putra : 1 Unit
m. Kamar Ustad : 1 Unit
n. Kamar Ustadzah : 1 Unit
(58)
BAB IV
PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN AL–MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
A. Gambaran Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin
Dari hasil penelitian atas beberapa masalah yang peneliti temukan di dalam kehidupan pondok pesantren, hanya 4 (empat) masalah yang dibatasi dan erat kaitannya dengan persepsi santri. Adapun ke empat masalah tersebut yaitu: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3) Hilangnya kretifitas anak, dan 4) Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren.
1. Hilangnya Kasih Sayang Anak
Bagi anak yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi lagi, para orang tua murid biasanya langsung memasukkan anak mereka ke sekolah yang lebih tinggi lagi, seperti: ke sekolah-sekolah negeri bahkan sampai ke sekolah unggulan, yang kebanyakan tidak begitu mementingkan siapa dan dari agama apa pemilik sekolah tersebut. Karena kebanyakan dari para orang tua menginginkan anak-anknya untuk mendapatkan materi pelajaran yang berbobot dari sekolah-sekolah unggulan atau negeri tersebut, nama sekolah yang makin popular dimata umum membuat para orang tua percaya pada sekolah tersebut untuk anaknya dididik.
(59)
Sedangkan pada sekolah-sekolah Islam umumnya dan khususnya pada pondok pesantren kebanyakan orang tua ingin memasukkan anaknya ke sekolah tersebut, dikarenakan para orang tua masih menganggap bahwa sekolah-sekolah Islam khususnya pondok pesantren menggunakan kurikulum yang masih kuno. Para orang tua hanya menganggap pondok pesantren sebagai persinggahan terakhir untuk anaknya yang tidak diterima oleh sekolah negeri atau sekolah unggulan, bahkan ada yang menganggap pondok pesantren hanya sebagai tempat rehabilitasi bagi anak nakal.
Hal ini dapat terjadi karena para orang tua menganggap bahwa dengan anak yang diserahkan ke pondok pesantren, maka terpisahlah mereka dengan kedua orang tua yang melahirkan dan membesarkannya. Sedangkan pada usia anak yang relatif sangat muda masih membutuhkan kasih sayang, perhatian dan bimbingan dari kedua orang tuanya. Selain kasih sayang dan perhatian dari orang tua, dengan anak di masukkan ke pondok pesantren anak akan merasa pondok pesantren sebagai tempat yang menyeramkan . Dengan suasan yang asing, tidak ada orang tua, kakak, adik, apalagi teman atau sahabat yang bisa dijadikan tempat untuk bermain serta berbagi dalam suka dan duka.
Tujuan untama didirikannya pondok pesantren adalah unuk mencetak Kiyayi dan alim ulama yang dapat menjadi pemimpin dan panutan di masyarakat, sehingga kurikulum yang diberlakukan oleh pondok pesantren tidak hanya ditetapkan oleh Diknas tetapi kurikulum yang ditetapkan oleh Depag. Bahkan ditambah dengan mempelajari
(60)
kitab-kitab kuning (salafiyah) yang merupakan ilmu penjabaran dari pelaksanaan Al-Qur'an dan Al-Hadits, baik dalam bentuk teoritis maupun praktis. Sehingga dapat dikatakan bahwa pondok pesantren adalah sekolah plus, yang tidak hanya bertujuan membentuk orang yang pintar namun jauh lebih dari itu adalah menjadi orang yang baik.
Di dalam struktur pondok pesantren terdapat Kiyayi atau pengasuh pondok pesantren sebagai penanggung jawab serta pemimpin yang mengelola strategi pengajaran dan seluruh tata tertib yang diterapkan di pondok pesantren, selain pengasuh juga terdapat ustad dan ustadzah yang bertugas sebagai pengajar dan pelaksana dari strategi pengajaran yang sudah diatur oleh pengasuh pondok, selain itu para ustad dan ustazah juga ditugaskan untuk mendidik para santri dan santriwatinya, hingga menjadi santri yang berakhlak baik, serta soleh dan soleha. Setelah pengasuh kemudian ustad dan ustadzah, di pondok pesantren juga ada banyak sekali para santri dan santriwatinya. Bagi anak yang sudah lama masuk pondok, maka mereka yang menjadi kakak kelasnya. Sedangkan bagi anak yang baru masuk pondok, merekalah yang menjadi adik kelasnya. Sehingga pondok pesantren merupakan keluarga besar yang justru lebih lengkap dan lebih dinamis bila dibandingkan dengan sebuah keluarga kecil. Bagi orang tua yang ingin melepas rindu pada anaknya yang masuk ke pondok pesantren. Pondok pesantren memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bagi orang tua yang ingin menjenguk anaknya, asalkan tidak mengganggu proses belajar mengajar di lingkungan pondok pesantren. Dengan
(61)
demikian tidak ada alasan bahwa kasih sayang pada anak akan hilang hanya karena anaknya dididik di pondok pesantren.
Oleh karena itu kasih sayang yang dapat dirasakan oleh si anak di dalam pondok pesantren tidaklah perlu di khawatirkan, karena kasih sayang dan peran orang tua masih tetap ada walaupun si anak jauh dari orang tua kandungnya, dan kasih sayang serta peran orang tua dapat digantikan oleh orang tua yang ada di pondok pesantren seperti: Pengasuh pondok pesantren, Ustad dan Ustadzahnya.
2. Hilangnya Masa Bermain Anak
Kurikulum pendidikan pondok pesantren memang tidak terbatas hanya melaksanakan kurikulum yang diterapkan oleh Diknas dan Depag, namun ada lagi kurikulum yang dibuat oleh pondok pesantren yang bersangkutan. Mengingat padatnya jam belajar di lingkungan pondok pesantren dapat menyebabkan waktu bermaian anak menjadi sangat berkurang bahkan bisa hilang sama sekali, masa bermain anak yang hilang dengan padatnya jam belajar tersebut bisa membuat anak bosan untuk belajar atau tinggal di pondok pesantren.
Di pondok pesantren selain diajarkan mengaji kitab kuning, tadarus Al-Qur’an dan lainnya yang bersifat agamis, di pondok pesantren juga diajarkan bermacam-macam kesenian seperti kaligrafi, menyulam, marching band, kosidah bagi santri putri, marawis bagi santri putra, Qiro’ah, dan muhadloroh (latihan ceramah). Selain kesenian di pondok pesantren juga diajarkan berbagai macam olah raga seperti silat, sepak
(62)
bola, senam, basket, volley, dan gerak jalan. Kegiatan-kegiatan seperti ini bisa menjadi pengganti bagi aktivitas bermaian anak, yang mana mereka bisa memilih kegiatan yang diminati. Dari bermacam-macam kegiatan kesenian dan oleh raga tersebut tidak semua santri harus memilih yang sama, dikarenakan kuota personil anggota yang dibutuhkan harus sesuai dengan kegiatannya masing-masing.
Oleh karenanya kekhawatiran akan masa bermain anak bisa berkurang atau hilang sewaktu mereka masuk ke pondok pesantren tidaklah perlu dihiraukan, karena pihak pondok pesantrenpun tidak melupakan kewajiban mereka untuk menjadikan anak yang pintar, baik dan berakhlak mulia. Yang berbeda dengan anak-anak yang sekolah di luar pondok pesantren dengan anak yang mukim, hanya pada permainan dan waktunya saja.
3. Hilangnya Kretifitas Anak
Kepatuhan kepada pengajar adalah hal yang mutlak dilakukan oleh setiap santri, mengingat budaya hidup dilingkungan pondok pesantren yang dimana para santri harus taat dengan seluruh aturan pondok pesantren termasuk di dalamnya patuh terhadap norma-norma agama dan para pengajar atau ustad dan ustadzahnya. Sehingga para santri merasa tabu apabila melanggar norma dan tidak patuh kepada para pengajar tersebut, sebagai akibatnya para santri tidak memiliki keberanian untuk melakukan protes yang dapat menyebabkan kurangnya atau hilangnya
(63)
suatu kreatifitas yang sangat diperlukan sesuai pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Tidak seperti pada sekolah-sekolah lainnya selain pondok pesantren, peraturan dan kepatuhan kepada para pengajar hanya ditemukan pada waktu si anak sekolah saja. Sehingga di luar jam sekolah anak bisa lebih berkreasi tanpa harus mengenal rasa takut atau harus patuh pada para pengajarnya. Kebebasan yang dimiliki oleh anak di sekolah umum untuk berkreasi, merupakan faktor pendukung akan pertumbuhan dan perkembangan yang dimilikinya, perbandingan seperti inilah yang membuat si anak enggan untuk sekolah di pondok pesantren dan lebih memilih untuk sekolah di sekolah umum atau Negeri.
Pada pondok pesantren selain harus patuh adan taat pada para pengajar, juga terdapat bimbingan yang memiliki misi untuk membantu semua santri agar santri-santrinya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal, bimbingan seperti latihan-latihan dan pengajian yang rutin di lakukan oleh para santri dapat membuat mereka bisa mengenal dirinya dan dapat mengarahkan diri serta bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan di lingkungannya.
Di pondok pesantren terdapat beberapa macam bimbingan selain bimbingan agama, diantaranya aktifitas bermain anak di pondok pesantren bisa dijadikan bimbingan guna untuk melatih keterampilan dan kretifitas santri. Seperti latihan Kepemimpinan, latihan Qosidah, latihan marawis, latihan pidato atau muhadloroh, dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut dapat ditampilkan pada saat ada lomba-lomba yang diadakan oleh pihak
(64)
luar pondok pesantren, dan pada saat malam apresiasi santri yang biasa di lakukan setiap tiga semester atau yang biasa di sebut dengan malam perpisahan kelas tiga aliyah yang sudah lulus dari pondok pesantren.
Hal ini terbukti dari hasil angket yang tersebar untuk 66 responden, adapun kategori bimbingan yang dipilih.53 Dari hasil kategori bentuk latihan, yang paling banyak diminati oleh para santri baik santri laki-laki maupun perempuan adalah latihan kepemimpinan dan muhadloroh. Sedangkan untuk latihan kesenian seperti latihan Qosidah, marawis, Qiro’ah, dan latihan menari. Untuk latihan keterampilannya seperti latihan menjahit, menyulam, dan kaligrafi. Pada latihan-latihan tersebut yang biasanya dilombakan atau ditampilkan pada malam perpisahan atau malam apresiasi santri adalah Ceramah (Muhadloroh), Qosidah, Marawis, Qiro’ah, dan Kaligrafi.
Dari sekian banyak bimbingan dan pelatihan yang bisa mengasah keterampilan para santri, tidaklah membuat kreatifitas anak menjadi hilang bila mereka di masukkan dalam pondok pesantren. Justru semakin terlihat potensi yang dimiliki oleh masing-masing indinvidu.
4. Masa Depan Yang Suram Lulusan Pondok Pesantren
Pada umumnya lulusan pondok pesantren tidak mempunyai kepercayaan diri yang optimal untuk melamar disuatu perusahaan swasta apa lagi sebagai PNS (pegawai negeri sipil), dikarenakan selama ini
53
Tabel 4.1, Kategori Bimbingan Santri Untuk Melihat Bimbingan Yang Diminati, Lamp. 7
(65)
pondok pesantren jarang yang memperhatikan kemana saja para alumninya setelah lulus dari pondok pesantren, bidang pekerjaan apa yang digeluti, dan sejauh mana mereka beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Sementara untuk tampil sebagai juru dakwah juga belum merasa siap berkiprah di masyarakat, sehingga lulusan pesantren banyak yang menjadi pengangguran. Oleh karena itu para lulusan pondok pesantren tidak dapat diterima bekerja dan tidak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Akibatnya dapat membuat anak yang telah lulus dari pondok pesantren tidak begitu siap menghadapi segala kehidupan dan tantangan yang ada di luar pondok pesantren.
Di dalam pondok pesantren selain bimbingan yang biasa dilakukan untuk melatih kretifitas santrinya, juga ada bimbingan karir. Guna untuk mengasah lebih dalam lagi potensi yang dimiliki para santri, terutama bagi santri yang sebentar lagi lulus dari pondok pesantren. Agar sewaktu mereka di luar pondok telah menguasai potensi yang dimilikinya, tidak hanya dalam bidang agam, melainkan pada keterampilan dan bidang yang lain. Sehingga mereka siap menghadapi tantangan dari kehidupan yang dilewatinya.
Dan sesuai dengan fakta yang ada di lapangan atau pondok pesantren, bahwa telah banyaknya lulusan pondok pesantren khusunya pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi dan telah banyak yang menjadi orang-orang berhasil. Dan untuk segi izajah di pondok pesantren tidaklah perlu diragukan, karena ijazah pondok
(66)
pesantren sudah sangat dihargai oleh pihak atau instansi manapun dan lulusan pondok pesantren sebenarnya sudah sangat siap untuk menghadapi segala tantangan yang ada di luar dan cobaan kehidupan yang mereka hadapi.
Dari hasil penelitian terhadap persepsi santri yang digambarkan melalui perubahan image negatif menjadi image positif akan pondok pesantren yang berurutan mulai dari kasih sayang orang tua yang hilang, masa bermain anak yang hilang, kreatifitas anak yang hilang, sampai pada masa depan yang suram bagi lulusan pondok pesantren dapatlah dibuktikan dengan banyaknya santri yang bertahan masuk ke pondok pesantren selama 6 tahun atau sampai mereka lulus dari pesantren walaupun kuota santri yang masuk masih lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum atau negeri lainnya. Hal ini tidak terbukti dari hanya jumlah santri yang bertahan masik selama mereka sekolah di pesantren, tetapi juag dapat dibuktikan dari banyaknya para santri yang berprestasi dan sudah menjadi alumni yang berhasil di kalangan masyarakatnya.
B. Hubungan Persepsi Santri Terhadap Aktifitas Dakwah di Pondok Pesantren
Untuk mengetahui hubungan persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin Pejaringan Jakarta Utara, yaitu pengumpulan data dari sumber primer dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner sebanyak 66 responden. Yang diambil dari santri yang bermukim di pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara, adapun data-data responden sebagai berikut:
(67)
1. Jenis Kelamin
Dari jenis kelamin santri, perbandingan antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh. Responden perempuan sebesar 43 % ( 29 responden), dan responden laki-laki sebesar 57 % ( 37 responden)
2. Asal Daerah
Asal daerah para santri yang menjadi responden sangatlah berfariasi, diantaranya yang berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 25 % ( 15 responden), yang berasal dari daerah Sumatera sebanyak 30 % ( 26 Responden), yang berasal dari daerah Banten sebanyak 25 % ( 15 responden), dan yang berasal dari daerah lainnya sebanyak 20 % ( 10 responden).
3. Tingkat Kelas Pengajian
Responden yang masuk ke kelas persiapan sebanyak 25 % ( 17 responden), kelas I sebanyak 26 % ( 18 responden), kelas II sebanyak 43 % ( 26 responden), kelas III sebanyak 6 % ( 5 responden).
Dari data-data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisa uji Hipotesis dengan menggunakan rumus Product Moment dengan responden sebanyak 66 Orang.
a. Uji Hipotesis
Tabel 4.2
Persepsi Santri dan Aktifitas Dakwah
No Res
Persepsi Santri ( X )
Aktifitas Dakwah
( Y ) X 2 Y 2 X Y
1 26 47 676 2209 1222
2 24 49 576 2401 1176
(68)
4 24 50 576 2500 1200
5 27 49 729 2401 1323
6 23 41 529 1681 943
7 20 50 400 2500 1000
8 18 46 324 2116 828
9 26 44 676 1936 1144
10 22 43 484 1849 946
11 28 50 784 2500 1400
12 27 48 729 2304 1296
13 24 45 576 2025 1080
14 26 40 676 1600 1040
15 25 42 625 1769 1050
16 22 46 484 2116 1012
17 26 43 676 1849 1118
18 24 47 576 2209 1128
19 22 45 484 2025 990
20 22 53 484 2809 1166
21 27 50 729 2500 1350
22 25 52 625 2704 1300
23 26 46 676 2116 1196
24 25 40 625 1600 1000
25 22 43 484 1849 946
26 26 41 676 1681 1066
27 26 40 676 1600 1040
28 24 47 576 2209 1128
29 24 45 576 2025 1080
30 24 44 576 1936 1056
31 20 45 400 2025 900
32 26 43 676 1849 1118
33 24 47 576 2209 1128
34 23 49 529 2401 1127
35 23 51 529 2601 1173
36 28 48 784 2304 1344
37 25 40 625 1600 1000
38 21 43 441 1849 903
39 21 44 441 1936 924
40 26 50 676 2500 1300
41 24 48 576 2304 1152
42 25 50 625 2500 1250
43 26 51 676 2601 1326
44 21 49 441 2401 1029
45 23 42 529 1764 966
46 24 43 576 1849 1032
47 24 44 576 1936 1056
48 23 49 529 2401 1127
49 25 45 625 2025 1125
50 27 43 729 1849 1161
51 25 44 625 1936 1100
52 22 42 484 1764 924
(1)
10
Daftar Nama-Nama Responden Sesuai Kelas Pengajian
KELAS PERSIAPAN
KELAS 1 ( Satu )
NO INDUK
NAMA
NO INDUK
NAMA
1
06091 Agung Gunawan1
05039 Ahmad Baidhawi Aufar2
07107 Andika Afrisal2
07094 Alfin Nur Azizah3
07120 Andri Sulistiawan3
04119 Ana Rufaidah Aulia4
07106 Andy Prasetyo4
07110 Faridah Andriani5
07108 Ari Saputra5
07117 Hafidzotul Zahroh6
07109 Arya Amirullah6
06068 Halim Abdul Aziz7
06088 Dwiki HS7
06082 Mauidatun Hasanah8
07111 Irwan Kusuma8
07114 Mufida9
07101 Irwansyah9
05041 Muhammad Irfan10
06090 Lailatul Adam Firdaus10
06073 Nazar Rudiansyah11
07116 Liza Mazidati Rizqi11
05033 Nur Aini12
07118 Muhamamd Kholisin12
06076 Rahayu Ramadhani13
06092 Nurohmat13
07098 Rina Sugiyarti14
05050 Rizki Maihaki14
06077 Rizqi Nurdia Astuti15
07104 Subur15
06081 Siti Nuraini16
05047 Surya Rizaldi16
04024 Wati17
07105 Zainuddin Ali17
04029 Saiful Anwarudin18
06070Muhammad Ansyori
(2)
NO INDUK
NAMA
NO INDUK
NAMA
1
05042 Abdul Rahman1
3008 Helmi Mutakhin2
04026 Alfiah Indah Sari2
6054 Iyas Ruhiyat3
04027 Ati Latifah4
05037 Awanda Ilham Abdullah5
06057 Ayanih6
05032 Dian Sutisni3
3009 Teguh Nur Rizqi7
05030 Dwi Apriyanto4
05035 Rosyadi Wijayakusuma8
07120 Fadilla5
04021 Muhamad Faisal Akbar9
07095 Fauzan Aziz Ismatulloh10
07096 Gusriwanti11
06093 Ida Farida12
04015 Indra Dwi Permana13
06069 Ismah Mahmudah14
07097 Istanti Rosita15
06085 Muhammad Yusuf16
06074 Nur Hilaliah17
06075 Nur Inayah18
04022 Rahmad Putra Setiawan19
03005 Sang Aji Pranatagama20
03005 Sang Bayu Segoro21
05031 Siti Barokah22
06079 Siti Hapsana23
07099 Siti Komariah24
05036 Syifa Fauziyah25
07100 Uswatun Hasanah(3)
FOTO DEPAN PONDOK PESANTREN AL-MUHAJIRIN
PENJARINGAN JAKARTA UTARA
FOTO MASJID PON-PES
AL-MUHAJIRIN
PENJARINGAN JAK UT
FOTO AULA SERBAGUNA
PON-PES
AL-MUHAJIRIN
PENJARINGAN
(4)
FOTO SANTRI ALIYAH
SEDANG
BELAJAR
DI
SEKOLAH
PON-PES
AL-MUHAJIRIN
PENJARINGAN
JAK-UT
FOTO SANTRI TSANAWIYAH
SEDANG BELAJAR DI
SEKOLAH
PON-PES AL-MUHAJIRIN
PENJARINGAN
JAKARTA UTARA
FOTO SANTRIWAN DAN SNTRI WATI SEDANG MENGIKUTI
PENGAJIAN KITAB KUNING DI MASJID BERSAMA
(5)
FOTO SANTRI WATI
SEDANG
MENGAJI
AL-QUR’AN
DI ASRAMA BERSAMA
USTDZAH SAHIDAH DAN
USTADZAH
RIKAH
FOTO SANTRI SEDANG
MEMBUAT
KARYA
SENI
MENGGAMBAR
FOTO SANTRI WATI
SEDANG LATIHAN QOSIDAH
FOTO
KALIGRAFI
HASIL KARYA SENI
SANTRI WATI
(6)