Pola komunikasi antara kiai dan santri dalam metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya, Jakarta Selatan

(1)

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Mohamad Fahmi Almanshuri NIM 1110051000181

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Kitab Kuning di dalam Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit Raya Jakarta Selatan”

Komunikasi adalah jembatan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari, komunikasi itu sangatlah penting bagi kegiatan belajar dan mengajar.komunikasi berperan sebagai aktor utama didalam ilmu pendidikan, tetapi didalam melakukan sebuah proses komunikasi tidak boleh dilakukan dengan hal sembarang, diperlukan pola dan metode dalam penyampaian komunikasi yang tepat sebagai penyokong kebutuhan penyampaian pesan oleh seorang kiai kepada santrinya. Begitu juga di dalam pesantren pola komunikasi dan metode sangat diperlukan dalam penyampaian makna belajar kitab-kitab kuning, yang pada dasarnya menggunakan bahasa arab.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian pada rumusan masalah penelitian yaitu. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan? kemudian Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab kuning?

Pola komunikasi seorang kiai dan santri di dalam Pondok pesantren Darul Islah terjalin baik karena seorang kiai menganggap semua santrinya sebagai anaknya sehingga santri di bekali sifat kesadaran diri agar tidak macam-macam apalagi betindak tidak sewajarnya kepada kiai, setiap proses belajar mengajar kiai menggunakan cara komunikasi kelompok, antarpribadi, dan intruksional sebagai penambah ada pola komunikasi bintang sebagi penunjang kesempurnaan dalam proses belajar.

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana penerapan pola komunikasi antara kiai dan santri sekaligus melihat metode apa saja dan cara penyampaian dalam mengajar kitab kuning.

Seorang sosok kiai yaitu KH. Amir Hamzah sangat tau cara menghadapi seorang santri beliau mengkasifikasikan santri-santri yang baru masuk dan santri yang sudah lama menguasai kitab kuning. Kiyai menggunakan metode ceramah pada saat memberikan materi dalam penyampainnya, dan juga memberikan tugas hafalan dan mengulangi lagi apa yang telah diberikan. Dan juga metode latihan membaca dan mengulangi apa dari intisari dari materi yang di berikan kiai.

Dari penelitian ini dapat di analisis bahwa belajar kitab kuning tergantung dengan pembawaan seorang kiai, semakin luas pengetahuan kiai semakin mudah seorang memberikan pengajaran.


(6)

ii

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Dzat Maha Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya, dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan keluarganya.

Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasehat dan motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., Bapak Suparto Ph.D, ME.d. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. H. Sunandar, M.Ag. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.


(7)

iii

Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si.yang membantu penulis dalam menjalankan proses birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.

4. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dengan baik dan tegas dalam membuat skripsi yang baik dan benar.

5. Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis, Terima Kasih.

6. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini.

8. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Mamah Hj. Siti Khadijah yang selalu menyemangati dalam pembuatan skripsi ini, dan yang lebih penting selalu memperhatikan saya, menyayangi dan juga selalu baik saat pembuatan skripsi berlangsung teh manis selalu dibuatkan untuk saya, terimakasih kaulah penyemangatku.

9. Papah H. Fathullah Mansyur, yang selalu memberikan semangat jikalau saya putus asa, beliau selalu menyemangati dan juga beliau yang terus menekan


(8)

iv

menyelesaikannya. Makasih papahku…

10. Mpo saya Hj. Ida Farida mungkin tanpa dia skripsi saya terbengkalai karna selama laptop rusak beliaulah yang dengan rela memberikan laptopnya kepada saya terima kasih mpo hj ida.

11. Terima kasih untuk KH. Amir Hamzah selaku pimpinan Pondok Pesantren Darul Ishlah yang dengan bijaksana menerima saya untuk meneliti pesantren beliau terima kasih pak kiai semoga ilmu engkau selalu bermanfaat bagi anak didikmu.

12. Dan terima kasih saya kepada Zaky selaku santri senior di pondok pesantren Darul Ishlah yang meluangkan waktu untuk bisa berwawancara kepadanya, dan juga bang adim yang selalu membantu dalam menyambungkan silaturahmi kepada kiai.

13. Untuk Shofie Hayati Marwah kekasih tercinta yang telah terus menerus memotivasi dan mendoakan penulis selama ini. Dukungan doa, perhatian dan kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat meraih gelar strata satu ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan diperpanjang umurnya untuk selalu taat beribadahnya kepada-Nya.

14. sahabat saya, “Gengs sabeb”angkatan 2010 kelas KPI F terakhir yang belom merasakan sidang dan saling menyemangati Muhamad Yusra Nuryazmi, Mochammad Kahfi, Rizza Maulana Bahrun. Sahabat-sahabat inilah yang menjadi penyemangat dan penghibur semasa pelaksanaan pengerjaan skripsi berlangsung.


(9)

v

Ziaul F, Sonny Iskandar, Maria Syafitri dan semua teman-teman KPI F 2010 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih semua!!.

16. Teman-teman dari KKN AKSI 2013, Terima kasih untuk kekompakan, suka dukanya selama di Teluk Naga Tengerang.

Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa, semoga semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata atau penulisan dalam skripsi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini.

Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnakan. Wassalam.

Jakarta, 1 Desember 2014


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G. Kerangka Teori ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pola Komunikasi ... 14

B. Definisi Pesantren ... 37

C. Pengertian Kiai dan Santri ... 38

D. Kitab kuning ... 41

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL A. Lokasi pesantren Darul Ishlah ... 43

B. Sejarah Berdirinya Pesantren ... 43

C. Visi dan Misi ... 50

D. Fasilitas Pesantren Darul Ishlah ... 51

E. Struktur Organisasi Pesantren... 52

F. Program Kerja pondok Pesantren Darul Ishlah ... 56

G. Profil Pesantren ... 57

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Pola komunikasi antara kyai dan santri dalam metode pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah ... 58

B. Penerapan Metode dan proses penyampaian kitab kuning kepada santri pondok pesantren Darul Ishlah ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(11)

vii

Table 3.1 Fasilitas pesantren Darul Ishlah ... 52

Table 4.1 Jadwal pelajaran kelas Ibtidaiyah ... 61

Table 4.2 Jadwal pelajaran kelas Tsanawiyah ... 62


(12)

viii

Gambar 1.1 Gambar pola komunikasi roda ... 25

Gambar 1.2 Gambar Pola komunikasi Rantai ... 26

Gambar 1.3 Gambar Pola Komunikasi Lingkaran ... 27 Gambar 1.4 Gambar Pola Komunikasi bintang ... 28

Gambar 3.1 Kegiatan muhadharah didalam masjid ... 47

Gambar 3.2 Latihan Hadrah mingguan ... 48

Gambar 3.3 Kunjungan anggota DPR Hj. Meilani ... 50


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah suatu dasar hidup dan salah satu yang sangat dibutuhkan dalam bersosialisasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya, maka setiap komunikasi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya manusia tanpa komunikasi akan sangat sulit untuk berinteraksi.

Didalam perspektif agama, komunikasi sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, manusia itu dituntut keras agar pandai berkomuniksi, dan dapat di deskripsikan didalam Al-quran surat Ar-Rahman ayat 1-4 yang berbunyi:

( )ه َّع ايبْلا( ) اسْإاقّخ( ) آْرقْلا مَّع( ) ْحَرلا

(1)(Allah) yang Maha Pengasih (2)Yang telah mengajarkan Al Qur’an (3)

Dia menciptakan manusia (4)mengajarnya pandai berbicara

Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasidan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang hendak disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dengan baik oleh murid, maka seorang pendidik dituntut untuk menerapkan pola komunikasi yang baik pula.1

1

Asnawir dan Basyarudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,2002), h.7.


(14)

Seperti diketahui bahwa pondok pesantren memiliki peran penting dalam aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam hal pendidikan yang agamis. Dalam didirikannya Pondok Pesantren paling tidak dikarenakan oleh beberapa faktor; Pertama, pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral. Kedua, salah satu isi awal didirikannya pesantren adalah menyebarkan informasi ajaran Islam yang universal kepada seluruh lapisan masyarakat.

Pesantren salafiah pada jaman sekarang ini sudah tidak mudah lagi ditemukan, banyak pesantren modern yang lebih unggul dari kepopuleritasan dari pondok pesantren salafi ini. Karena secara pendidikan pesantren mempunyai modal umum dari segi pembelajaran, sehingga pondok pesantren

salafiah menjadi kalah semakin terbawah.

Sejatinya para santri-santri didalam pondok pesantren salafi lebih menekankan dirinya dengan pendidikan keagamaan, santri banyak yang dibekali dengan ilmu-ilmu agama dari segi ilmu rohaniah sampai jasmaniah, sehingga banyak juga santri yang diberikan pembelajaran hidup mengenai kehidupan yang sesungguhnya melalui kitab-kitab kuning. Didalam pesantren ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk dapat menciptakan hasil santri-santri yang berkualitas serta pendidikan yang sempurna. Pertama,

mengintegrasikan beragam subjek mata pelajaran menjadi satu kegiatan yang terpadu (enjoy learning). Kedua, tidak melulu terlalu berorientasi pada kecerdasan siswa, namun pada penciptaan karakter yang mulia. Ketiga,


(15)

menciptakan kesejahteraan guru dan murid sebagai subjek pembelajara, termasuk memahami masing-masing murid dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ketiga hal tersebut membutuhkan satu hal penting, yaitu guru-guru yang bijak dan penuh wawasan luas, yang tercipta dengan akademis yang baik dan kaya dengan pengalaman.2

Pondok Pesantren Darul Ishlah Buncit, Jakarta Selatan adalah suatu lembaga pendidikan pembelajaran yang mengkhususkan ilmu agama, terlebih dengan kitab-kitab kuningnya, pesantren itu lebih memfokuskan pada kitab kuning dan mempelajari bagaimana menjadi masyarakat yang baik dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Pesanren inilah yang menjadi menarik dalam pembahasan karena pesantren ini adalah satu-satunya pesantren yang masih bertahan dengan metode pembelajaran salafnya, selain itu dikalangan pesantren-pesantren salaf yang tersebar di Jakarta kebanyakan pesantren itu sudah dimasuki dengan sistem akademis umum terlebih tingkat pembelajaran agamisnya masih ada dan sudah hampir semua pesantren di Jakarta yang bertaraf salafisudah semakin jarang karena faktor peminatnya yang kurang.

Kebanyakan orang tua dari para santri lebih memilih pesantren yang ada pembelajaran umum yang di campur dengan agama sehingga anak mereka dapat dibekali dengan pelajaran umum dan agama yang cukup, beda dengan

salafi, di pesantren ini santri dituntut sekaligus di bekali dengan ilmu agama saja dan tujuan dari pesantren ini adalah mencetak santri untuk menjadi orang yang mengerti dalam agama seperti Ustadz/kiyai. Pondok pesantren Darul Ishlah ini pondok yang masih memegang teguh keaslian dari nilai pendidikannya, didalamnya belum tercampur dengan kurikullum yang ada

2Jamal Ma‟mur Asmani, “sekolah life skills, “ lulus langsung kerja!(JogJakarta : Diva


(16)

didalam lingkaran DEPAG dan masih dengan metode pelajaran yang sangat tradisional.

Didalam pondok pesantrensalafi Darul Ishlah yang dipimpin oleh KH. Amir Hamzah memiliki kemiripan dengan pesantren atau lembaga pendidikan yang berada di yaman (haudzah )atau negri yang berfaham syiah, tugasnya disana santri belajar. Kehidupan mereka semuanya dari segi logistik dan lainnya dipenuhi. Didalam pondok pesantren Darul Ishlah mereka memiliki hak penuh dalam belajar sehingga sang santri tidak perlu memikirkan soal uang bayaran atau semacamnya.

Di pesantren yang bertaraf salafi ini yang berada ditengah keramaian kota bukan hal yang tidak disadari lagi dipesantren ini sudah terkenal didaerah Solo karna pimpinan pondok pesantren adalah salah satu murid guru besar di Solo yaitu Alhabib Anis Alm beliau adalah tokoh agama di daerah Solo.

Santri disana sangat dibekali dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat tidak hanya saja mengenai kitab-kitab kuning mereka juga dibekali dengan keterampilan, seperti bermain hadrah atau (rebana) belajar ceramah serta memahami arti dari tafsir alQuran.

Santri diajarkan dengan bermain rebana atau yang biasa disebut hadrah dan dimanadidalamhadrah banyak yang menggunakan kalimat shalawat yang tidak mudah mereka langsung dapat dari Solo untuk memainkannya mereka menggunakan pukulan yang tidak sama dengan hadrah-hadrah lainnya.

Pesantren Darul Ishlah yang hanya memiliki kurang lebih 200 santri tapi saat bulan Maulid yang datang ke pondok pesantren Darul Ishlah jamaahnya bisa mencapai 6000 orang dan dari sekian jamaah tersebut datang dari luar daerah Jakarta. Didalam pondok ini juga sering mengadakan pengajian


(17)

mingguan dimanadidalam pengajian tersebut pesantren tidak pernah mengeluarkan sedikitpun biaya untuk jama‟ah yang sekian banyaknya, biasanya seusai dari pengajian itu para jamaah disuguhi nasi uduk yang dibagi rata. Mungkin disitulah nampaknya keberkahan yang diberikan Allah SWT.

Seperti yang dikutip dari kitab Nashoihul „ibad “orang yang alim dan

beramal shaleh akan selalu dihormati dan dimuliakan orang, sedangkan orang yang bodoh dimana pun akan merasakan kesulitan”3

Beda halnnya dengan pondok pesantren modern di pondok pesantren

salaf ada 3 jenis bentuk pesantren, yang pertama pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan membahas seluruh israh dari semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang kedua adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan pada metode pembelajaran Al-quran dimana santri diwajibkan menghafal dan bisa memfasihkan bacaanya. Yang ketiga adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya dengan mempelajari serangkaian ilmu kanuragan, namun dijaman modern ini pesantren salaf jenis ini sudah jarang karna sebagian masyarakat Indonesia sudah jarang yang berfaham dengan hal-hal ghaib.

Oleh karena itu kiyai dan pesantren adalah merupakan elemen yang sangat penting dalam mengarahkan santri-santrinya. Di pondok pesantren

salaf Darul Ishlah seorang kiyai akan sangat dekat dan lebih intens terhadap santrinya, hal ini yang banyak disadari seorang santri didalam pondokan salaf

3

Ibnu Hajar Al-Asqolani, terjemahan Nashaihul Ibad, “memuat: 208 makalah, 1072 nasihat bagi hamba Allah” (Jakarta : pustaka amani), h.25.cet.ke-2.


(18)

jauh lebih hormat dan taat kepada gurunya, santri di pondok salaf akan dapat perhatian lebih dari figur sang guru (kiyai) mereka.

Pondok pesantren Darul Ishlah adalah suatu pesantren salaf yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas santri yang dapat membaca dan memahami kitab-kitab kuning secara baik dan benar berdasarkan tata cara penyampaian yang dilakukan. Maka dari itu, penulis

mengangkat hal tersebut dengan judul “ Pola Komunikasi Antara Kiyai dan Santri dalam Metode Pembelajaran Kitab Kuning didalamPondok Pesantren Darul IshlahBuncit RayaJakartaSelatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada dasarnya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar bila didukung oleh pola komunikasi yang baik antara kiyai dan santrinya. Hal inilah yang hendak diteliti penulis didalam penelitian ini. Agar tidak terlalu menjalar luas dalam pembahasannya, Maka penulis hanya membatasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan didalam pondok pesantren darul ishlah, dan pola komunikasi yang dilakukan kiai didalam kelas kepada santri saat melakukan proses belajar mengajar.

Adapun rumusan masalah tersebut yang dimasukan didalam penulisan ini dalam bentuk pertanyaan, yakni:

1. Bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam kegiatan pondok pesantren di ponpes Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan?

2. Bagaimana metode dan proses dalam menyampaikan pembelajaran kitab kuning?


(19)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara kiyai dan santri dalam pembelajaran kitab kuning di ponpes Darul Ishlah.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan metode yang berlangsung dalam penyampaian pembelajaran kitab kuning.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi atau sebagai perbandingan didalam pengembangan usaha keilmuan yang sesuai dengan bidangnya, dan juga penelitian ini diharapkan akan menambah jumlah studi mengenai pola komunikasi dilembaga pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah panduan tambahan bagi para juru dakwah untuk dapat menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat dengan cara yang efektif dan se-efisien mungkin. Dengan adanya penelitian ini juga penulis mengharapkan dapat

memberikan sedikit pengetahuan terhadap calon da‟i agar bisa

memperluas pengetahuannya.

E. Metodologi Penelitian


(20)

deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk kemudian mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif menitik beratkan kepada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.4

1. Tempat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yang berlangsung di Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini adalah beberapa orang yang berkaitan dengan program pondok pesantren di pondok pesantren Darul Ishlah, Buncit, Jakarta Selatan. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian adalah proses pelaksanaannya.

3. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi atau pengamatan langsung merupakan metode pertama yang digunakan peneliti dalam penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang akan diteliti, yakni program pendidikan

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta 1998).h.10.


(21)

pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah.

b. Wawancara (interview) yaitu peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai tokoh sentral di pondok pesantren Darul Ishlah dengan tujuan mendapatkan keterangan secara jelas berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan pengajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak berstruktur.5 Hal ini untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah kepada masalah yang diangkat.

c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dokumen ataupun berbagai arsip-arsip tentang pesantren Darul Ishlah ataupun berbagai macam karya tulis yang berkaitan dengan bahasan penelitian.

4. Pengolahan Data

Pada bagian ini, keseluruhan data yang didapat dari hasil wawancara di pondok pesantren Darul Ishlah tersebut dikumpulkan dan disusun berdasarkan kecocokan dengan rumusan masalahyang telah disusun oleh peneliti.

5. Analisis Data

Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk

5


(22)

yang lebih mudah dibaca dan di intepretasikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan/kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisaan data hasil penelitian yang berwujud kata-kata. Setelah itu, peneliti berusaha untuk menganalisa data dengan menyusun kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini diangkat berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang diantarannya adalah:

1. Pola komunikasi remaja masjid dalam upaya meningkatkan pemahaman agama melalui pengajian remaja tunas Islam, penelitian ini dilakukan oleh Abdul Fatah, tahun 2007. Penelitian ini menemukan bahwa pola komunikasi yang digunakan dalam pengajian remaja tersebut menggunakan pola komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi guna meningkatkan pemahaman terhadap para anggotanya.

2. Pada skripsi terdahulu yang berjudul “Pola Komunikasi kyai dan santri dalam pengajaran seni baca alquran di pondok pesantren al-Quraniyyah Pondok Aren”. Yang diteliti oleh mutmainnah tahun 2008. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada objeknya, sedangkan kesamaannya adalah pada pembahasan mengenai pola komunikasinya.

3. Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja dilingkungan yayasan al-Wafi Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan


(23)

oleh Haidir, tahun 2007. Penelitian ini hanya menemukan pola komunikasi kelompok kecil saja yang digunakan dalam proses pembinaan akhlak remaja di wilayah tersebut.

Adapun kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dibandingkan dengan beberapa penelitian diatas,penulis menemukan berbagai metode pembelajaran yaitu ada metode sorongan dan wetonan metode ini metode yang bisa disebut dengan metode tradisional. Dan juga penulis menggunakan teori pola komunikasi bintang yang dalam teori tersebut seorang kiai yang menjadi sentral dalam berjalannya proses pembelajaran.

G. Kerangka Teori

Dimana satu dapat berkomunikasi langsung dengan dua, tiga, empat, dan lima, garis koordinasi ini melibatkan semua komponen yang berkomunikasi, dimana satu sebagai titik sentralnya berkomunikasi dengan

5

1

4

2 3

Pola Komunikasi


(24)

yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Pola komunikasi diatas diperkuat oleh pendapat H.A.W Widjaja. Menurutnya Pola Bintang anggota berkomunikasi dengan semua anggota, komunikasi ini menghasilkan timbal balik.6

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis penulisan laporan hasil penelitian dibagi kedalam V (lima) bab, yang terdiri dari sub-sub. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II Landasan teori yang terdiri dari pola komunikasi, pengertian pola

komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, kiyai dan santri, pengertian kiyai, pengertian santri, komunikasi kiyai dan santri, serta pesantren.

BAB III Gambaran umum Pondok Pesantren Darul Ishlah, Buncit, Mampang prapatan, Jakarta selatan. Mengenai tentang histori berdirinya pesantren, visi dan misi didirikannya pesantren, sistem pendidikan, struktur pengurus sekaligus pengasuh, serta program-program yang disediakan.

BAB IV Pola komunikasi kiyai dan santri serta melihat metodepembelajaran sekaligus proses yang dilakukan seorang kiyai dalam mempelajari kitab kuning.

6

H.A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta,Bumi Aksara,1997), Cet. Ke-3, h.102-103.


(25)

BAB V Penutup merupakan kesimpulan dan saran-saranserta yang dilengkapi daftar pustaka dan data lampiran yang dianggap pentingdalam proses penelitian.


(26)

14

KERANGKA TEORI POLA KOMUNIKASI KIYAI DAN SANTRI

Secara umum, pola komunikasi sangatlah dibutuhkan bagi masyarakat dan khalayak banyak, dan juga pola komunikasi sangat dibutuhkan untuk proses pembelajaran bagaimana berkomunikasi, dibawah ini penulis akan paparkan teori dan defenisi mengenai pola komunikasi dan juga apa itu Kyai dan Santri

A. Pengertian Pola Komunikasi 1. Pola Komunikasi

Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk atau sistem.7 Cara atau bentuk sehingga pola dapat dikatakan sebagai contoh atau cetakan. Jadi pola yang ada didalam komunikasi adalah bentuk dan sistem yang mencakup dalam komunikasi.

Secara etimologis menurut Onong Ucjhana Effendi “istilah

komunikasi berasal dari bahasa Inggriscommunication yang bersumber dari bahasa latin, communication berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna yang sesungguhnya dari communication adalah communis

yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian tersebut.8

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996).h.778

8

Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju,1992), cet ke-1.h.4.


(27)

Pendapat yang hampir sama pula yang dikemukakan oleh Astrid S. Susanto yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang didalam bahasa latin memiliki arti (berpartisipasi) atau memberitahukan. dan juga kata communis berarti „milik bersama‟ atau berlaku dimana-mana.9

Sedangkan menurut terminologi, menurut Onong Uchjana Effendi komunikasi adalah sebuah jembatan dan juga penyambungan antara satu orang dengan orang lain guna terlaksananya suatu proses komunikasi, dalam penjelasannya proses komunikasi ini dapat merubah seorang dan orang yang menjadi lawan bicaranya baik dalam sifat, prilaku maupun apa saja yang menjadi kaitan didalam komunikasi. Banyak sekali aspek yang mendorong seseorang berkomunikasi dengan orang lain hal ini juga diterangkan komunikasi bisa saja berlangsung dimana saja kapan sajadan juga terjadi kepada siapa saja, hal inilah komunikasi bisa terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung misalnya komunikasi yang menggunakan lisan terjadinya komunikasi

interface dalam komunikasi ini dilakukan dengan cara tatap muka antara komunikan dan komunikator, sedangkan komunikasi secara tidak langsung berupa komunikasi melalui media misalkan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain menggunakan sarana media sebagai alat untuk menjembatani suatu proses komunikasi maka dari itu disebut sebagai komunikasi secara tidak langsung.10

9

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),h.67.

10

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2000),Cet KE-4, h.3-4.


(28)

Hovland, Janis dan Kelly communication is the process by which an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of the individuals. “komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus

yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang

lain‟‟.11

Didalam komunikasi suatu proses individu dapat mengubah stimulus seseorang bisa terjadi karena setiap seseorang yang melakukan komunikasi secara verbal itu menjadi suatu daya rangsang kepada seseorang yang melakukan proses komunikasi, dilain hal komunikasi banyak membawa dampak yang signifikan dan juga dapat membangkitkan efek yang dapat mengendalikan diri seseorang.

Everett M. Rogers : ”komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud

untuk mengubah tingkah laku mereka”.12

jadi komunikasi yang dapat diterima dan juga dicerna dengan baik bisa mengubah dan juga bisa mempengaruhi seseorang sehingga orang itu dapat bertingkah laku dari biasanya, misalnya orang berkenegaraan asing yang sudah lama tinggal di Indonesia dan mentap cukup lama didalamnya dan melakukan sesering mungkin proses komunikasi dengan bahasa yang berbeda lama-kelamaan orang asing akan dapat terbawa dengan bahasa yang dimana ia menetap demi melancarkan proses komunikasi seiring berjalannya waktu.

11

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-8, h.2

12

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 20


(29)

Dari semua definisi yang dijelaskan di atas, bahwa komunikasi merupakan sebuah pesan. Namun di satu sisi pesan yang disampaikan dalam komunikasi berbeda antara komunikator ke komunikan dan harus didasari proses komunikasi yang baik. Penulis menyimpulkan arti dari pola komunikasi yaitu, bentuk penyampaian suatu pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dan menghasilkan feedback.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasannya seseorang yang melakukan komunikasi sejatinya dia mengharapkan agar orang yang menjadi lawan bicaranya dapat menerima isi pesan yang disampaikan.

pesan

Jadi di antara orang yang terlibat dalam kegiatan berkomunikasi harus memiliki kesamaan makna atau arti pada lambang-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi, dan harus seksama mengerti arah apa yang akan dikomunikasikan, agar apa yangdiharapkan didalam komunikasi bisa tercapai suatu proses komunikasi yang sempurna sehingga komunikasi yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan efektif.

Dari beberapa yang telah terurai oleh para pendapat ahli komunikasi, dapat difahami bahwa arti sebuah komunikasi adalah gabungan dari dua kata yaitu pola dan komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan atau bentuk-bentuk komunikasi yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan.

sender


(30)

Jadi esensi didalam komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama satu sama lain dengan penerima guna menyampaikan isi pesan tersebut.13karna pengirim pesan didalam sebuah proses komunikasi adala seorang supir jika di ibaratkan karena seorang pengirim pesan itu adalah yang mengendalikan alur pembicaraan sebuah komunikasi mau dibawa kemana aksi komunikasi agar menjadi lebih menarik sehingga penerima pesan akan mudah mendengarkan dan menjadi lawan bicara yang aktif jika halnya pengirim pesan mengutarakan dengan hal yang pasti misalnya, suara yang jelas dan juga tata bahasa yang mudah dimengerti.

Namun supaya lebih terperinci lagi mengenai teori komunikasi di sini menurut Stewart L. Tubbs da Silvia Mass, di sini adalah ciri-ciri suatu proses komunikasi yang efektif memiliki sebuah fase dimana agar sebuah komunikasi bisa berjalan dengan sempurna dan keduanya bisa memaknai sebuah komunikasi yang berjalan, yakni:

a. Pengertian. penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Maksudnya adalah seorang komunikator dapat menerapkan metode dalam upayameningkatkan pemahaman tentang kegiatan tersebut. Suatu komunikasi bisa dianggap berhasil apabila keduanya maksud keduanya antara pembicara dan juga penerima pesan berhasil mengerti apa yang dibicarakan apa yang disampaikan dan juga apa yang bisa menjadi makna dalam suatu proses didalam komunikasi.

13

T.A Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan: 1985),h.48


(31)

b. Pesan Yang disampaikan oleh komunikator, di sini pesan sangatlah penting untuk melakukan sebuah proses komunikasi, karena pesan adalah sebuah makna didalam pembicaraan yang akan berlangsung untuk melaksanakan komunikasi, pesan juga adalah hal yang penting apabila penyampaian pesan kurang jelas akan berakibat komunikasi tidak berjalan sempurna. Contohnya seseorang yang melakukan komunikasi dengan dua orang yang berbeda satu sama lain dari segi latar belakangnya, akan sulit menerima pengertian dan pesan yang akan disampaikan oleh keduanya akan sulit dicerna karena keduanya tidak menguasai makna dari kedua bahasa itu.

c. Kesenangan menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan. Maksud di sini adalah terjadi hubungan yang hangat apabila sejak dimulainya pembicaraan terjadi sebuah kenyamanan dalam pembicaraan dan juga proses penyampaiannya baik sehingga penerima pesan akan nyaman dalam menerima pesannya.

d. Mempengaruhi sikap dapat merubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa dalam berkomunikasi.

e. Hubungan sosial yang baik menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal berinteraksi dan komunikasi karena suatu hubungan yang setidaknya baik akan membawa alur kepada hubungan yang baik dalam hal bersosialisai. Karena ini bisa timbul jika seseorang melakukan interaksi dengab seseorang yang memiliki jiwa sosial yang kian bagus.


(32)

f. Tindakan membuat komunikan melakukan sebuah tindakan yang sesuai dengan stimuli. Rangsangan itu juga bisa menjadi sebuah tindakan jika seseorang melakukan komunikasi dengan penuh emosional dalam segi kepribadiannya.14

2. Jenis-jenis Pola Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendi didalam bukunya yang berjudul:

ilmu komunikasi teori dan praktek ” pola dan bentuk komunikasi terdapat empat macam, yaitu komunikasi personal (intrapersonal dan interpersonal), komunikasi kelompok (besar dan kecil).15

Komunikasi personal disini dibagi menjadi dua bagian yaitu antara komunikasi intrapersonal dan juga interpersonal yakni pengertiannya sebagai berikut,

a. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal yang dibagi menjadi dua kata intra dan personal inra sendiri yang berarti didalam sedangkan personal yaitu diri sendiri jadi pengertian keseluruhannya adalah komunikasi yang dilakukan didalam diri sendiri, yang berperan sebagai sender(komunikator) sekaligus berperan juga sebagai receive(komunikan), memberikan mpan balik pada diri sendiri dan kemudian berkelanjutan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sedang berdoa, bersyukur, ngelamun dan juga menghayal. b. komunikasi interpersonal

komunikasi interpersonal di bagi menjadi 2 bagian kata yaitu, inter

14

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ; Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, th. 2007), cet.ke-24,h.16

15

Onong Uchjana Effendi, ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. ke-6,h. 7.


(33)

yang berarti luar dan personal sendiri adalah dirinya, jadi komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih yang mempunyai peran yang berbeda. Ada yang berperan sebagai sender dan juga sebagian lain berperan sebagai receive, dan feedback juga dapat diterimaoleh sender dan juga receive. Contoh dari komunikasi adalah: pidato, ngobrol biasa, dll. Komunikasi interpersonal sebagai alat komunikasi antara orang dengan orang lain yang sendiri secara pribadi. Komunikasi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik atau feedback yang langsung.16 Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan.17 Komunikasi interpersonal, dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan prilaku seseorang. Karena sifat dialogis, berupa percakapan dan umpan balik bersifat langsung secara tatap muka sehingga tanggapan komunikan dapat langsung diketahui.18

Dan untuk lebih memahami tentang komunikasi interpersonal lebih dalam, akan lebih baik seorang komnikator megetahui ciri dari berbagai faktor penting didalam komunikasi interpersonal yaitu:

Pertama, Komunikasi berlangsung secara terbuka, berbentuk percakapan dan juga tanya jawab sehingga komunikator dapat mengetahui segalanya mengenai diri komunikan, semua hal yang ingin diketahui dapat terungkap

16

Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1991), Cet. Ke-1, h.72.

17

Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.77.

18


(34)

di sini ini yang dimaksudkan dalam komunikasi yang beralur dialogis.19

Kedua, Komunikasi berlangsung secara tatap muka, saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain, sehingga komunikator dapat melihat sekaligus memperhatikan ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku yang merupakan umpan balik non verbal.20 Dengan ciri tersebut komunikasi intrapersonal dinilai mengena dan tepat langsung menuju apa yang ingin dicari didalamnya seperti seputar informasi dan juga sikap dan prilaku. Kadang banyak sekali cara yang dilakukan dengan berkomunikasi banyak yang hanya bertanya melalui media serasa itupun tidak akan cukup untuk mendapatkan hasil yang valid dari apa yang ingin diketahui, tetapi dengan proses komunikasi yang terjadi secara langsung menggunakan metode tatap muka seperti ini merupakan salah satu hal yang ampuh dalam mengorek semua informasi yang ingin didapatkan.

Adapun dalam proses pendidikan dan pengajaran, komunikasi yang berlangsung di sini melibatkan antara kiyai dan santri didalam pondok pesantren dan dalam proses komunikasi yang terjadi melakukan tahapan dengan metode tatap muka pada saat menjalankan program pengajian kitab kuning. Maka dalam proses atau metode tatap muka ini dibagi kedalam tiga bentuk komunikasi yaitu komunikasi kelompok kecil, komunikasi interpersonal dan komunikasi intruksional.

1. Komunikasi Kelompok Kecil

kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara

19

Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.78.

20


(35)

verbal. Dengan kata lain komunikasi kelompok komunikasi

komunikator dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan salah satu anggota kecil.21

Komunikasi tipe kelompok kecil kurang efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikan, karena dari setiap komunikan tidak mungkin dikuasai oleh komunikator seperti halnya pada komunikan komunikasi interpersonal. Komunikasi kelompok kecil lebih bersifat rasional dalam menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator, komunika menanggapinya dengan lebih banyak menggunaka pikiran dari pada perasaan. Mereka sempat menanyakan pada dirinya mengenai benar tidaknya apa yang diucapkan oleh komunikator kepadanya itu, dalam situasi komunikasi seperti itu, pesan yang disampaikan oleh komunikator harus mengarahkan kepada rasio komunikan bukan pada emosi.22

2. Komunikasi kelompok besar

Komunikasi kelompok besar adalah sekelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak dalam situasi komunikasi hampir tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada afeksi (perasaan) komunikan dan prosesnya berlangsung secara linier. Jadi dapat dikatakan dalam komunikasi kelompok besar ini kontak pribadi sulit sekali dilakukan. Komunikator didalam

21

Effendi, Kepemimpinan Dan Komunikasi, h.88. 22


(36)

komunikasi ini cenderung hanya membakar emosi komunikannya dan tanggapannya bersifat emosional. Contoh: seperti halnya didalam sebuah kongres dari sebuah organisasi (bersifat formal) dan kampanye dilapangan (bersifat non formal).

C. Komunikasi Instruksional

Komunikasi instruksional berarti komunikasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Istilah instruksional berasal dari kata

instruction yang berarti penyajian, pelajaran atau perintah juga bisa diartikan instruksi. Komunikasi ini berupa komunikasi formal yang dilakukan didalam bidang kependidikan yang harus diterapkan hanya disekolah menggunakan bahasa-bahasa yang baik dan juga bahasa yang penuh dengan makna.

Didalam dunia pendididkan, kata instruksional tidak diarttikan perintah tapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni pengajaran atau pelajaran, bahkan sekarang-sekarang ini dapat juga diarttikan sebagai pembelajaran. Memang saja ketiga arti kata tersebut bisa berlainan makna karena masing-masing menitik beratkan kepada faktor-faktor tertentu yang bahkan menjadi perhatiannya, namun disisi lain hal ini cenderung bisa digunakan sebagai alat untuk melakukan proses sebuah komunikasi dengan baik komunikasi intruksional ini bisa digunakan atau diterapkan dikalangan sekolah sebagai metode pembelajaran diri mendekatkan kepribadian kepada anak didik supaya


(37)

bisa terjalin hubungan yang akademis. 23

H.A.W. Widjaja menyatakan didalam bukunya “ilmu komunikasi

pengantar studi” ada empat pola komunikasi, yaitu:24 1) Pola Roda

Pola roda itu yang berarti pola yang mengarahkan seluruh infomasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Seseorang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi dan memecahkan masalah dengan sasaran atau persetujuan anggotan lain. Dalam pola komunikasi jenis roda ini lebih menitik beratkan kepada posisi pusat yaitu posisi (A) yang menjadi peran untuk menggerakan sekaligus menjadi ujung tombak dari pelaksanaan proses komunikasi dalam pola roda ini.

B

E A C

D

Gambar 1.1 Gambar pola roda H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”

Dari pola roda ini dapat dijelaskan bahwa seseorang berkomunikasi dengan banyak orang, yaitu B, C, D dan E. Dalam pola komunikasi ini, komunikasi yang terjadi cenderung satu arah tanpa adanya interaksi. Dan juga komunikasi ini bertumpu pada satu orang yang dititik beratkan kepada (A)

23

Mudhofir, Teknologi Instruuksional, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2001), h.9.

24


(38)

2) Pola rantai

Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima tingkatan dalam jaring hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus keatas (Upward) dan ke bawah (downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) balik ke atas atau ke bawah tanpa tejadinya suatu penyimpangan. Pengertiannya adalah seseoang berkomunikasi (A) dengan orang lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E).

A B C D E

Gambar 1.2: Gambar pola rantai H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”

Penjelasannya dalam pola komunikasi rantai ini adalah satu sama lain antara titik A dan B dan seterusnya saling menyambung demi tercapainya dan tersambungnya suatu proses komunikasi. Ini bisa diliat dari jenis gambar yang yang mendatar dan menuntuk secara berurutan dari titik A sampai titik E.

3) Pola Lingkaran

Pola lingkaran merupakan pola yang mempunyai kemiripan dengan pola rantai, akan tetapi orang terakhir yang berkomunikasi (E) berkomunikasi pula dengan orang pertama (A). Sejatinya alur komunikasi pada pola lingkaran adalah memutar dan tidak putus terlihat komunikasi pada titik A dan memutar ke titik E dan titik E berputar dan kembali menyampaikan komunikasi kepada titik A


(39)

A

B E

C D

Gambar 1.3: gambar pola lingkaran H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”

Dalam pola komunikasi ini tidak tedapat pemimpin. Semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan oang yang berada disisi mereka, komunikasi ini terjadi bisa dengan kelompok dan mendekatkan pada komunikasi bermusyawarah.

4) Pola bintang

Dalam pola ini semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota. Hampir sama dengan pola sebelumnya yaitu pola lingkaran dimana semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan dalam berkomunikasi satu sama lain.25

A

B E

C D

25


(40)

Gambar 1.4: gambar pola bintang H.A.W. Widjaja menyatakan “ilmu komunikasi pengantar studi”

Komunikasi dengan pola bintang seperti ini menunjukan bahwasannya semua orang yang ada didalamnya dapat dan mempunyai hak untuk berkomunikasi satu sama lainnya agar bisa saling tercapai dengan baik maka semua saling berkomunikasi sehingga tidak ada orang yang terpaku didalamnya atau tidak ada orang yang di pusatkan dalam pola komunikasi bintang ini semuanya bisa berbaur dan bisa saling bertukar pikiran dan bisa saling berkomunikasi.

3. Proses Pola Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam hal ini ada dua proses komunikasi, yaitu:

Proses komunikasi tatap muka dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan atau respons komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator.


(41)

Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka arus balik atau feedback terjadi secara langsung. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.

Proses komunikasi bermedia komunikasi bermedia (mediated communication) salah satu proses komunikasi yang bisa dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan suatu alat atau media sebagai sarana menyampaikan informasi, dengan proses dan bantuan media seperti ini akan lebih praktis dan bisa dilakukan dimana saja, tetapi proses komunikasi ini kurang bisa mendapatkan informasi secara signifikan karna prosesnya secara tidak langsung, akan sulit mengetahui hasil informasi yang sebenar-benarnya.

Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung (indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil. Dalam hubungan ini ia harus memperhitungkan berbagai faktor. Ia harus mengetahui sifat komunikan yang akan dituju dan memahami sifat-sifat media yang akan digunakan. Komunikan yang dituju dengan menggunakan media bisa hanya seorang saja, dapat juga sekelompok kecil


(42)

orang, bisa pula sejumlah orang yang amat banyak. Berdasarkan banyaknya, komunikan yang dijadikan sasaran diklasifikasikan menjadi media massa dan media nirmasa.26

4. Unsur-Unsur Komunikasi

Proses komunikasi yang pada hakekatnya sebagai proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikirang yang berupa gagasan, ide, informasi, statment dan lain-lain yang muncul dari benak atau perasaan yang berupa keyakinan, kepastian, kekhawatiran dan sebagainya yang muncul dari dalam lubuk hati kita. Dari berbagai macam definisi-definisi diatas nampak jelas adanya unsur-unsur yang mencakup dalam terjadinya proses berkomunikasi. Yang mana unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Komunikator

Komuniator bisa disebut juga sebagai penyampai pesan sebagaimana pengertiannya komunikator orang yang berperan sebagai

sender yaitu orang yang mengirim pesan kepada pendengar atau penerima pesan reciver, komunikator juga salah satu aktor yang berperan dalam proses terjadinya suatu komunikasi ia juga sebagai pemulai dari awal atau pembuka pembicaraan. Untuk itu seorang komunikator harus terampil dalam mengolah kata agar si penerima pesan menarik mendengarkannya sekaligus efektif dalam hal merespon pesan yang sampai.

26


(43)

Syarat-syarat yang sangat diperlukan oleh komunikator, yakni:27 1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya, di sini yang

dimaksud syarat menjadi komunikator yang baik seorang komunikator harus mempunyai kemampuan bicara yang baik, dan mempunyai daya tarik agar apa agar bisa membawa alur dalam komunikasinya

2) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dengan memiliki komunikasi yang baik maksudnya seorang komunikator harus jelas secara lican dan pembacan setiap kata agar setiap komunikan yang diajak bicara dapat menerima pesan dengan baik dan juga jelas agar tercapai sebuah komunikasi yang elegan.

3) Mempunyai pengetahuan yang luas, pengetahuan yang luas juga sangat dibutuhkan untuk komunikator yang ingin membahas sesuatu kepada seorang komunikan. Misalnya seorang komunikator sedang melakukan diskusi atu menjelaskan suatu produk ia harus mengetahui inti dari bahasan dan pengetahuan tentang apa yang akan dijelaskan kepada para komunikan lainnya. 4) Memiliki daya tarik sebagai aspek tambahan agar seorang

komunikator lebih dilihat dan menonjol akan penampilannya, dilain hal dengan penampilan yang rapih dan mempunyai ciri khas mengandung daya tarik yang luar biasa sehingga komunikan yang akan berkomunikasi merasa nyaman dengan komunikator.

27

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996). Cet. Ke-1, h.59.


(44)

5) Mengenal diri sendiri adalah hal yang mendasar kita tidak bisa memahami diri seseorang sebelum mengenal diri kita sendiri, oleh karena itu dengan kita mempelajari kepribadia dalam diri kita kita bisa tau batasan apa saja yang tidak boleh dilampaui pada saat berkomunikasi agar tidak membuat kecewa komunikan.

6) Memiliki kekuatan dan semangat sehingga apa yang ingin dikatakan memiliki power dan tidak lemah dalam membalas kata dengan komunikan seperti sedang berdiskusi memiliki semangat adalah modal utama dan juga kekuatan dalam berfikir kearah yang lebih ilmiah.

Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya seorang yang akan menjadi komunikator harus bisa memposisikan dirinya sesuai dengan karakter yang dimilikinya.

b. Pesan

Pesan merupakan salah satu isi dari apa yang akan disampaikan tanpa adanya suatu pesan komunikasi yang berlangsung tidak akan terjaga, karena pesan ini adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan dan juga sebagai komponen penting didalam berkomunikasi. Pesan juga harus memiliki intisari daripada isi yang akan di perbincangkan antara komunikator dan komunikan, penyampaian pesan dapat dilakukan secara langsung melalui lisan dan secara tidak langsung media.


(45)

Pertama, Informatif yaitu memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan mengambil kesimpulannya sendiri. Kedua,

Persuasif yaitu dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa yang akan kita sampaikan akan memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan namun perubahan ini adalah kehendak sendiri. Ketiga, Koersif yaitu dengan menggunaka sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitas,

yakni denhan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin diantara sesamanya dan pada kalangan publik.28

c. Media

Media merupakan salah satu wadah atau tempat untuk dapat menyalurkan dan sekaligus menjadi alat yang menjembatani komunikator dan komunikan berinteraksi, tanpa adanya media sebagai alat untuk menjembatani suatu proses komunikasi jarak jauh akan sulit menyampaikan suatu pesan kepada khalayak banyak. Pesan melalui media ini sangat praktis dan efisien bisa menjangkau semua wilayah dan tempat akan tetapi ada kekurangannya akan sulit mendapat informasi secara langsung dan konkrit.

d. Komunikan

Komunikan adalah seorang yang menerima pesan dari komunikator. Fungsinya sebagai decoding, yaitu orang yang mengolah pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Jadi seorang komunikan

28

H. A. W. Widjaja, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,1997). Cet. Ke-3, h. 14.


(46)

akan mengolah setiap apa yang dilontarkan kepada komunikator tapi tidak semua yang dilontarkan oleh komunikator akan diolah oleh komunikan bisa juga sebailknya.

e. feedback

Feedback merupakan salah satu dampak atau hasil sebagai pengaruh pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Apabila seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi ini melakukannya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian atau memperoleh kesepakatan bersama.29 Dampak yang akan ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu;

Dampak Kognitif, yaitu dampak yang ditimbulkan dari daya rangsang otak yang membawa komunikan menjadi lebih tau karna kemampuan berfikir yang baik dari area kognitifnya. Dampak Afektif,

yaitu dampak yang menimbulkan perasaan tertentu dan tergugahnya hati seorang komunikan, misalkan perasaan iba, atau rasa kasian kepada seseorang, dampak ini yang membawa kepada daya perasaan dan sekaligus bisa merasakan apa yang telah dirangsang dapat dicerna melalui perasaan yang ditimbulkan. Dampak Behavior, dampak yang paling tinggi tensinya, yaitu dampak yang timbul pada komunikan

29

Teuku May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional,(Jakarta: Dermaga, 2002), h. 3-5


(47)

dalm bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.30

5. Teori Pola Komunikasi

Dalam komunikasi ada beberapa teori yang ada. Harold D. Laswell, seorang sarjana hukum pada Yale University, telah menghasilkan suatu pemikiran mengenai komunikasi yang dituangkannya dalam bentuk paper yang kemudian dimuat dalam buku The Communcation Ideas, suntingan Lyman Bryson. Lasswel menyatakan bahwa cara yang terbaik

untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan”

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?‟‟

a. Who? Siapa komunikatornya?

b. Says What? Pesan apa yang disampaikan? c. In Which Channel? Media apa yang digunakan? d. To Whom? Siapa komunikannya?

e. With What Effect? Efek apa yang diharapkan?31

Rumus Lasswell tersebut mengandung pertautan dengan berbagai teori lainnya. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada komponen komunikan. untuk membahas ini dapat dipergunakan teori Melvin L. Defleur. Dalam bukunya yang berjudul Theories of Mass Communication, ia mengemukakan empat teori yang masing-masing disebut Individual Differences Theory, Social Categories Theory, SocialRelationship Theory

dan Cultural Norms Theory.

30

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6, h.7.

31

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-6,h. 29


(48)

a. Individual Differences Theory

Teori ini menyatakan khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya paabila bersangkutan dengan kepentingannya, akan sesuai sikapnya, kepercayaannya, dan nilai-nilainya.

b. Social Categories Theory

Asumsi dasar dari teori Melvin L. Defleur yang kedua ini ialah bahwa kendatipun masyarakat modern bersifat heterogen, orang yang mempunyai sejumlah sifat yang sama akan memiliki pola hidup tradisional yang sama.

c. Social Relationship Theory

Teori yang ketiga, Social Relationship Theory adalah Two Step Flow of Communication telah diketengahkan oleh Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya yang terkenal itu. menurut teori tersebut, sebuah pesan komunikasi mula-mula disiarkan melalui media massa kepada sejumlah perorangan yang terang-terangan, dan dinamakan “pemuka

pendapat”. Oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi diteruslakn

melalui saluran antar persona (dari mulut ke mulut), kepada orang-orang yang kurang keterpekaan media.

d. Cultural Norms Theory

Pada hakikatnya merupakan anggapan yang mendasar bahwa, melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu, menciptakan kesan-kesan kepada khalayak bahwa norma budaya yang sama mengenai topik dibentuk dengan cara yang khusus. Pesan


(49)

komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce existing patterns) dan mengarahkan orang-orang untuk ercaya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.32

B. Definisi Pesantren

Pesantren adalah sebuah tempat atau surau yang mengajarkan dan membimbing seseorang menjadi lebih baik dan mengerti akan agama, banyak model pesantren dan pesantren dibagi menjadi 3 jenis pesantren salaf pesantren yang Pertama, pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya di jenjang kitab kuning saja dan membahas seluruh israh dari semua kitab yang akan dipelajari, jenis yang Kedua, adalah pesantren salaf

yang hanya memfokuskan pada metode pembelajaran Al-quran dimana santri diwajibkan menghafal dan bisa memfasihkan bacaanya. Yang Ketiga, adalah pesantren salaf yang hanya memfokuskan metode pendidikannya dengan mempelajari serangkaian ilmu kanuragan namun dijaman modern ini pesantren salaf jenis ini sudah jarang karna sebagian masyarakat Indonesia sudah jarang yang berfaham dengan hal-hal ghaib.

Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan IslamIndonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu, serta telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim. Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut

32


(50)

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa bagi masyarakat dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pemimpin bangsa yang ikut memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini adalah alumni atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren.

Kategori pesantren bisa diteropong dari berbagai perspektif, yaitu: dari segi rangkaian kurikulum, tingkat kemajuan dan kemodernan, keterbukaan terhadap perubahan, dari sudut sistem pendidikannya. Dari segi kurikulumnya, Arifin menggolongkannya menjadi pesantren modern, pesantren

tahassus(tahassus ilmu alat, ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir/hadits, ilmu tasawuft

hariqat, dan qira’at al-qur‟an) dan pesantren campuran.33

C. Pengertian Kyai dan Santri 1. Pengertian Kyai

Pengertian Kyai dalam kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebuah sebutan bagi alim ulama (cerdik dan pandai dalam agama Islam), sedangkan dalam sebuah pesantren, Kyai adalah pembimbing, pengajar, atau seorang pimpinan salah satu pesantren.

Kyai menurut Manfrediemek adalah pendiri dan pimpinan sebuah pondok pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah memberikan hidupnya demi Allah serta menyebar luaskan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan pendidikan. Kiyai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya dia mengetahui pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam hukum Islam, dengan demikian ia mampu

33

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga,2002.) h.25


(51)

memberikan nasehat.34

Istilah seorang Kyai adalah sebutan yang diperuntukan bagi para ulama radisional di pulau jawa, walaupun sekarang banyak Kyai yang sudah tersebar di pulau jawa dan juga di luar pulau jawa.35 Menurut asal muasalnya, sebagaimana dirinci oleh Zamarkasyari Dhofier, perkataan Kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda.

Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap sakti dan keramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi seorang pimpinan di pondok pesantren.36

Dalam perkembangannya, gelar seorang Kyai dewasa ini tidak lagi digunakan bagi para pemimpin atau pengasuh pondok pesantren saja. Gelar Kyai pun dianugrahkan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keagamaannya, walaupun yang bersangkutan tidak memiliki pesantren. Gelar Kyai ini juga

sering digunakan oleh para Da‟i atau mubaligh yang biasa memberikan

ceramah agama Islam.37

2. Pengertian Santri

Santri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh,

34

Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta:P3M, 1986), h.131

35

Pradjata Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kyai pesantren-kyai langgar jawa,

(Yogyakarta: LKIS, 1999), cet. Ke-1, h.13

36

HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.28

37

HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.29


(52)

orang yang sholeh.38

Sedangkan didalam istilah lain, santri berasal dari istilah cantrik

(dalam agama Hindu) yang berarti orang-orang yang ikut belajar dan mengembara dengan empu-empu ternama. Namun sejatinya ketika diterapkan diagama Islam, kata cantrik tersebut berubah menjadi santri yang berarti orang-orang yang belajar kepada guru agama.39Santri adalah murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai Kyai bila memiliki suatu yayasan atau pesantren dan juga santri yang tinggal untuk mendalami ilmu agama berdasarkan kitab kuning. Oleh sebab itu, eksistensi Kyai biasanya berkaitan dengan adanya para santri yang mondok didalam pesantrennya.

Dalam bahasannya santri di sini dibagi menjadi dua yaitu santri mukim dan juga santri kalong. Pertama, santri mukim adalah murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Kedua, santri

kalong adalah murid atau santri yang tinggal tidak jauh dari lokasi berdirinya pesantren tersebut. Para santri kalong pergi ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktivitas pesantren lainnya.40

Sehingga dapat difahami bahwa santri adalah murid yang belajar sekaligus mendalami ilmu agama yang didampingi oleh seorang Kyai dengan tujuan agar tercapai semua yang diharapkan terlebih santri bisa

38

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-1, h.783

39

Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), h.20

40

HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h.35


(53)

lebih mengenal dan mendalami ilmu-ilmu agama dan dapat pula disebarkan atau disyiarkan kepada masyarakat awam.

D. Kitab Kuning

1. Pengertian Kitab Kuning

Dalam dunia pesantren asal-usul penyebutan atau istilah kitab kuning atau kitab kuning tidak diketahui secara pasti. Penyebutan ini didasarkn pada sudut pandang yang berbeda-beda. Sebutan kitab kuning itu sendiri sebenarnya merupakan sebuah ejekan dari pihak luar, yang mengatakan bahwa kitab kuning itu kuno, ketinggalan zaman, memiliki kadar keilmuan yang rendah, dan lain sebagainya. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh masdar:

“Kemungkinan besar sebutan itu datang dari pihak orang luar dengan konotasi yang sedikit mengejek. Terlepas dengan maksud apa dan oleh siapa dicetuskan, istilah itu kini telah semakin meluas kepada masyarakat baik di luar maupun di lingkungan pesantren”41

Jadi sebutan yang melekat pada generasi modern ini tentang sudut pandang mengenai kitab kuning menjadi lebih negatif karna pengaruh yang di asumsikan dari orang luar yang mengatakan kitab kuning merupakan sebuah sumber ilmu yang kuno padahal jelas segala yang baik dan asal muasal dari kita bisa belajar bahasa Arab dan mengerti maknanya melalui kitab kuning ini, karn pada dasarnya kitab kuning ini dibawa oleh orang terdahulu sehingga keasliannya benar-benar terjaga.

2. Konsep kitab kuning

41

M. Dawan Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985). Hal. 55


(54)

Pada dasarnya didalam kitab kuning mempunya i konsep dan juga urutan, didalam proses pembelajaran kitab kuning ada urutan-urutan yang bisa dijalankan untuk bisa mencapai pemahaman yang luas dan bisa mengerti dengan cepat. Yang pertama mengetahui dan memahami makna, agar seseorang dapat mengerti bisa mempelajari kitab dengan memulai mempelajari ilmu dasar dari bahasa Arab, urutan yang baik dalam mempelajari kitab kuning.


(55)

43 A. Lokasi Pesantren Darul Ishlah

Pesantren Darul ishlah terletak diwilayah yang strategis. Ia terletak disebelah wilayah timur jalan buncit raya yang dilalui kendaraan dari arah ragunan menuju buncit, mampang dan kuningan. Tepatnya berada diwilayah Rt 05 Rw 05 kelurahan kalibata kecamatan pancoran kota madya Jakata selatan. Wilayah ini biasa dikenal dengan sebutan nama kalibata pulo, karena letaknya yang dikelilingi oleh kali sehingga mirip sebuah pulau. Didalam lingkungan pesantren semua hampir keseluruhan bebudaya betawi didalamnya.42

B. Sejarah Berdirinya Pesantren Darul Ishlah

Sebagai anak asli betawi terlebih dilahirkan di wilayah kalibata pulo yang mana disana kental dengan nilai-nilai keIslamannya, suasana yang agamis dan ketaatan masyarakat Betawi terhadap agamanya sempat mendapat apresiasi dari Buya Hamka dala seminar perkembangan Islam di Jakarta pada tahun 1987 dimana beliau mengatakan:

sungguh begitulah sangat mengagumkan kita, betapa teguhnya orang Betawi memeluk Islam. Selama 350 tahun antara penjajah (Belanda) dan

anak Negri asli (Betawi) masih tetap sebagai “ minyak dan air “. Sekalipun

bertemu dalam botol tidak pernah bersatu. Bagaimanapun mengaduk minyak didalam botol kecil yang berisi air, sehabis adukan itu, di saat itu pula mereka berpisah kembali.43

42

Biografi pesantren Darul Ishlah

43


(56)

Suasana yang agamis yang demikian kental sampai sekarangpun masih terasa di kelurahan kalibata, terutama di wilayah sekitar kalibata pulo tempat pesantren Darul Ishlah berada. Karena pada dasarnya orang betawi tidak bisa dipisahkan oleh agama Islam.

KH. Amir Hamzah ( pendiri pesantren Darul Ishlah), maka dari kecil beliau sudah diperkenalkan oleh orang tuanya dan kakeknya tentang pengetahuan agama Islam. Karna kondisi ekonomi keluarga beliau yang kurang mampu serta cukup banyaknya adik-adik beliau yang harus diurus, maka beliau lebih diurus dan juga sering tinggal bersama kakeknya yaitu yang bernama Ustadz Munir. Ketika memasuki usia sekolah beliau dimasukkan kesekolah madrasah Fatahillah di kalibata pulo dari ibtidaiyah sampai tsanawiyah. Kemudian beliau melanjutkan aliyahnya ke pesantren Darul Rahman, pimpinan KH. Syukron Makmun di kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selama 5 (lima) tahun. Masa sekolah aliyahnya yang hanya lima tahun karena ketika tahun pertama masuk beliau disuruh KH. Syukron untuk masuk dahulu dikelas 2 (dua) tsanawiyah. Dan beliau baru lulus aliyah pada tahun 1984.

Lulus dari aliyah beliau sempat kuliah di IAIN sampai semester kedua. Kemudian berhenti karena menderita sakit kurang lebih 3 (tiga) bulan. Setelah itu atas sara kakeknya, Ustadz Munir, dan juga saran dari KH. Dimyati (cikampek) beliau menjadi santri di pesantren milik kiai hasbulloh di raja mandalaselama kurang lebih 1,5 (setengah) tahun. Sepulang dari pesantren, beliau membuka pengajian dari rumah kerumah sambil tetap mengembang kualitas ilmunya dengan mengaji dan mencari keberkahan dari beberapa ulama, diantaranya adalah buya Dimyati dari banten. 44

44

Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40


(57)

Pada saat beliau sedang belajar di pondok salaf beliau mempunyai tekat ingin sekali mendirikan pesantren ia ingin membagi ilmunya kepada masyarakat luas yang belum mengenal agama agar mempunyai bekal di akhirat, setelah tahun 1987 beliau selesai dari pendidikan pesantren salaf yang mana tempat ia belajar dan pada tahun 1987 beliau mulai merintis sedikit demi sedikit yang pertama beliau lakukan adalah mendekatkan diri kepada masyarakat tempat dimana beliau akan mendirikan sebuah pesantren. Mendatangi setiap rumah rumah warga bersilahturahmi pendekatan awal kepada masyarakat agar menjamin potensi yang dihadirkan dalam tenaga pembangunan pesantren. Dahulu beliau tidak mempunyai lahan sedikitpun beliau memanfaatkan lahan seadanya yang dimiliki oleh seorang kakeknya sendiri mulai disitu timbul santri walau hanya sekitar 2 orang santri saja tetapi disatu sisi beliau senang bahwa beliau sudah bisa mempunyai murid pada saat itu mulailah kegiatan belajar mengajar walau yang digunakan hanya fasilitas seadanya masjid masih secara umum milik masyarakat belum bukan bagian dari pesantren belajarnya pun di pelataran pesantren yang sekarang sudah menjadi garasi pesantren, beliau menerapkan pelajaran agama yang diberikan kepada santri seiring berjalannya waktu pada tahun 1988 santri bertambah menjadi 10 orang karena santri yang sekiranya sudah lumayan banyak beliau memikirkan sebuat tempat yang layak untuk tempat belajar dan mengajar, pada saat itu beliau membebaskan tanah sekitar 100 meter tanah yang mana harga tanah pada tahun itu 1 meternya dihargakan 35.000 rupiah dengan izin allah dan rasa keikhlasan beliau akhirnya tanah mulai bertambah 100 meter


(58)

lagi yang mana tanah itu didonasikan kepada pesantren dari orang yang mempunyai tanah tersebut, ini merupakan modal di akhirat apabila mewaqafkan sebagian tanahnya kepada pesantren maka amal ibadahnya akan terus mengalir walau sudah tidak didunia, itulah masukan seorang kiai yang belajar mengemban ilmu dengan banyak guru mempunya keikhlasan dan dapat mendekatkan diri kepada masyarakat.

Dalam pemberian nama kepada pesantren seorang kiai tentu memikirkan tetapi menurut wawancara seorang kiai menemui nama itu secara spontan tapi di lain pemikiran lain beliau juga mengambil nama pesantren yang mana pernah menjadi tempat beliau mengambil ilmu, yaitu pesantren Darul Rahman

maka diambil nama depannya yaitu “Darul” maknanya adalah gudang,

kumpulan, tempat,dll. Banyak lalu kata belakang dari pesantren yang

bertuliskan “Ishlah” yang berarti perbaikan pertama kalo beliau mengetahui dan terfikir nama ini dari sebuah majlis yang mana tempat kakek dari istrinya yaitu sebuah tempat taparukan namanya majlis Al-Ishlah setelah digabungkan namanya bermakna dalam maka dari itu terciptanya sebuah nama pesantren yaitu Darul Ishlah menurut kiai islah itu artinya perbaikan jadi semoga yang masuk ke pesantren ini menjadi orang yang baik dan bisa menjadi lebih baik lagi agarmencapai kepribadian dalam perbaikan hidup.45

Pesantren Darul ishlah ini bertarafkan salaf di sini salaf diartikan sebagai pesantren yang hanya melakukan metode pembelajaran khusus mengenai ilmu keagamaan kenapa keagamaan karna yang diajarkan didalamnya berkaitan

45

Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40


(59)

dengan ilmu nahwu, shorof, fiqh dan ilmu lainnya, muhadharah adalah salah satu kegiatan ekstra kulikuler yang ada di pondok pesantren Darul Islah ada juga kegiatan belajar hadrah dan tahfidz quran.

supaya tidak blank atau gugup pada saat melakukan latihan ceramah itu. Selain pembelajaran kitab-kitab kuning di pesantren salaf Darul Ishlah ini juga ada kegiatan di luar kitab kuning yaitu kegiatan belajar muhadharah ini adalah kegiatan belajar yang mana santri diajarkan untuk bisa melakukan ceramah mengenai agama sekaligus dilatih memberanikan diri berbicara di hadapan banyak orang. Santri di panggil secara acak tetapi sebelum dipanggil tiga hari sebelumnya merekan atau yang sudah dijadwalkan harus mempersiapkan bahan atau isi ceramah

Gambar 3.1 kegiatan muhadharah didalam masjid Pon-Pes Darul Ishlah

Dan selain muhadharah ada juga kegiatan sekaligus bisa dibilang ekstrakulikuler yaitu latihan hadrah dan juga membaca maulid para santri latihan setiap seminggu sekali dilakukan di aula pesantren pertama latihan


(60)

pukulan hadrah atau yang biasa dikenal dengan rebana dan juga pembacaan manaqib dan maulid berikut dengan latihan vocal mengenai shalawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.46

Gambar 3.2 latihan hadrah mingguan di pelataran aula pesantren

Respon masyarakat sangat baik dan Hampir mayoritas masyarakat di sini mendukung bahkan setiap pengajian malem jumat itu penuh memang tidak bedanya kan pesantren adalah sebuah sarana kita menawarkan dagangan akhirat maka kita menjual dagangan di sini yang bisa dibeli sama santri dan masyarakat maka pengajian umumnya itu salah satunya itu nah ini yang saya katakan yang tidak ada dipesantren lain walaupun salaf terbuka untuk umum hampir di seluruh Jakarta yang murni yang khusus salaf yang tidak ada interpensi pemerintah di sini aja bahkan dari kandepag apabila ada biasiswa yang pertama kali ditawarkan di sini dulu untuk anjang prestasi dipesantren insya allah tidak kalah yah pernah diadakan pertandingan olahraga antara pesantren tapi kita membawa beberapa kelas olahraga termasuk pencak silat bulu tangkis padahal tidak diajarkan didalam pesantren.

46


(61)

Pesantren memberikan peran kepada masyarakat sewkaligus pesan-pesan dakwah dan siraman rohani agar masyarakat sadar dan mengetahui perbuatan yang mana dilarang dan yang mana diperbolehkan, masyarakat memang halnya membutuhkan pesantren dalam kehidupan bermasyarakat apa yang masyarakat butuhkan seperti kegiatan selametan rumah di sini selametan rumah bisa digambarkan dari rasa syukur dari apa yang telah diberikan oleh Allah SWT masyarakat membutuhkan sosok tokoh agama atau seorang kiai dalam memimpin jalannya acara dan dibantu santri yang menguasai seni hadrah dalam pelengkap acara tersebut.

Seorang anggota DPR Hj. Melani Leimena Suharli melakukan kunjungan kerja kepesantren darul ishlah sebagaimana beliau menharapkan kepada kiyai dan santri untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia, jadi bangsa Indonesia ini bukan hanya bangsa beragama saja tetapi mayoritas penduduk Indonesia adalah agama Islam demi mencapai kemajemukan bermasyarakat yang baik dan kondusif.

Dengan adanya kehadiran seorang anggota DPR ini membuktikan bahwa pesantren salaf ini masih diperhatikan walau hanya pesantren yang mempunya satri -+ 150 santri ini, tetapi para santri ini tidak kalah dengan kualitas dari sekolah sekolah luar atau pada umumnya, pada saat diadakan pekan olahraga antara lembaga pendidikan dan Alhamdulillah pesantren ini mendapat juara di bidang bulu tangkis dan juga silatnya, padahal didalam pondok pesantren ini


(62)

tidak diajarkan hal atau ekstra kulikuler semacam itu.47

Gambar 3.3 kunjungan Hj. Melani ke ponpes Darul Ishlah48

Gambar 3.4 pemberian penghargaan kepada santri oleh Hj. Melani

C. Visi dan Misi

Terkait dengan cita-cita pesantren sebagaimana mestinya terciptalah visi dan misi agar pesantren mempunyai arah dan tujuan untuk membangun pesantren yang berguna bagi masyarakat.

47

Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40

48

http://www.mpr.go.id/blog/hj-meilani-leimena-suharli/news/12683/kunjungan-kerja-hj-melani-leimena-suharli-di-pondok-pesantren-daarul-ishlah-warung-buncit


(1)

bedanya dengan hubungan orangtua dengan anak kita perlakukan murid itu seperti anak sendiri dan juga murid harus menganggap gurunya itu sebagai orang tuanya maka gak ada batasan kita selalu memberikan yang terbaik buat anak didik kita apa saja bentuk seluruhnya bukan hanya ilmu saja yang kita berikan yang terbaik maka hubungan belajar dengan santri dengan hati dan kasih sanyang ya maka mereka gak ada yang berani insya allah apalagi macem-macem.

10.Apa saja Kurikulum yang ada didalam pesantren?

Jawab: Iya beda soal kurikulum setiap tahun pasti beda karna ada yang harus dikejar kan pasti setiap kitab yang digunakan harus dikejar dan harus selesai setahun setelah itu selesai lanjut keberikutnya beda halnya dengan tahfidz al-Quran yang hanya toh dan focus pada alquran saja 24 jam.

Yang diwawancarai,

(KH. Amir Hamzah)


(2)

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : zaky

Tempat : Ruang sekretaris

Waktu : 21 november 2014 pukul 16.40 WIB

Jabatan : Santri senior

1. Menurut anda sosok pak kiyai seperti apa?

Jawab: luar biasa beliau orangnya terutama jiwa pendidiknya ada, sabar dalam mendidik anak-anak muridnya dan juga semangat

2. Sejak kapan anda menjadi santri di pesantren darul ishlah ini ?

Mulai kesini akhir tahun 2010

3. Seperti apa cara pendekatan pengajaran kepada santri >

Jawab: Dahulu sosok pak kiyai metode pembelajarannya keras jadi sistemnya mesti hafal satu dalam jangka waktu tapi kalau sekarang beda cara pendektanannya bukan dengan cara kekerasan lagi tapi dengaN cara kesadaran dan keikhlasan masing-masing supaya ilmunya lebih melekat.

4. Berapa waktu belajar didalam pondok pesantren Darul ishlah?

Jawab: Kalo disini perharinya abis shalat subuh 1 jam lalu makan jam 8 mulai lagi sampai jam 10 lalu abis ashar 1 jam dan malam 1 jam

5. Apa saja hambatan saat belajar kitab kuning?

Jawab: Hambatannya si banyak yang namanya kittab kuning itu diibaratkan sebagai mesin banyak alatnya banyak alatnya yang kecil-kecil jadi mesti difahami satu persatunya, jadi tidak bisa belajar kitab kuning 1tahun langsung bisa kalau pun ada itu luar biasa jadi minimal kalo pengen bener-bener itu 3 tahun baru dah bisa lancer

6. Apa yang diterapkan dalam Komunikasi antara santri ?

Jawab: Biasanya kalau di pesantren salaf umumnya memakai bahasa Indonesia ia pernah ingin diterapkan dengan bahasa arab tapi tidak berjalan


(3)

7. Kegiatan apa saja yang dilakukan santri diluar kitab kuning?

Jawab: yang pertama ada kegiatan muhadharah yaitu kegiatan belajar berceramah didepan umum untuk melatih keberanian santri dalam menghadapi masyarakat. Dan yang kedua ada kegiatan berlatih hadrah yah semacam rebana dan juga latihan membaca shalawat

8. Tugas apa yang diberikan pak kiyai dalam pelajaran sehari-hari sesudah

mengaji kitab kuning?

Jawab: Umumnya sih biasanya kalo pak kiyai kalau abis ngaji kitab disuruh ngulang pelajaran abis itu kalau misalnya ada hadits atau ada sesuatu yang penting disuruh dihafalin giitu

9. Bagaimanakah tentang pembagian kelas di pondok pesantren Darul

Ishlah?

Jawab: Untuk sekarang ada 4(empat) kelas tingkatan Pertama ada kelas imtihan pengenalan metode yang dikenalkan biasanya al-quran yang di tekankan. Yang kedua ibtidaiyah kalau kelas ibtidai barulah mulai ditekankan masalah bahasa arab seperti jurmiah dan lebih mendalami al-Quran. Yang ketiga tsanawiyah kalau ini sudah mulai ngaji kitab tingkat atas. Keempat aliyah tingakatan kelas paling tinggi kalau di pesantren sini kelas aliah sudah paling tinggi pegangan kitabnya fathul mu‟in dan sarahnya ianuthalibin

Kalau dipesantren ini tidak ditentukan masalah umur tetapi dilihat dari kecerdasan otaknya.

Yang diwawancarai,

(Zaky)


(4)

Wawancara langsung dengan pimpinan PonPes Darul Ishlah

Wawancara dengan salah seorang santri PonPes Darul Ishlah


(5)

Pelataran depan Pesantren Darul Ishlah

Acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW


(6)

Makan Bersama empat orang satu nampan seakan terliahat kedekatan dan keakraban