Peranan pola naratif eksperiensial dalam proses pendampingan iman anak - USD Repository

PERANAN POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  Oleh: Fransiska Indraniati NIM: 031124002 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

SKRIPSI PERANAN POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK

  Oleh: Fransiska Indraniati NIM: 031124002

  Telah disetujui oleh: Pembimbing

F.X. Dapiyanta, SFK., M. Pd. Tanggal, 23 Juni 2011

  SKRIPSI PERANAN POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK Dipersiapkan dan ditulis oleh Fransiska Indraniati

  NIM: 031124002 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 23 Juni 2011 Dan dinyatakan memenuhi syarat

  SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama Tanda Tangan

Ketua :Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. .........................

  

Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK., M. Pd. .........................

Angota : 1. F.X. Dapiyanta, SFK., M. Pd. .........................

  2. Yoseph Kristianto, SFK .........................

  3. P. Banyu Dewa, H.S., S.Ag, M.Si. .........................

  Yogyakarta, 23 Juni 2011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,

  Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D

  PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada Mama dan Papa yang telah memberikan dukungan moral, spiritual dan finansial, Adik-adikku, seluruh keluargaku dan seluruh sahabatku yang selalu memotivasi diriku, serta para dosen yang telah memberi dukungan dan semangat bagi studiku

  MOTTO “Jangan Berhenti Berusaha dan Selalu Mengandalkan Allah”

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 23 Juni 2011 Penulis, Fransiska Indraniati

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Fransiska Indraniati Nomor Mahasiswa : 031124002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERANAN POLA NARATIF EKSPERENSIAL DALAM PROSES

PENDAMPINGAN IMAN ANAK

Berdasarkan perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun pemberian

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 23 Juni 2011 Yang menyatakan Fransiska Indraniati

  

ABSTRAK

Judul skripsi PERANAN POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM

  

PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK dipilih berdasarkan keprihatinan penulis

selama menjadi pendamping PIA. Proses dalam Pendampingan Iman Anak (PIA)

semakin memprihatinkan, sehingga anak-anak menjadi malas mengikuti kegiatan PIA.

  

Bertitik tolak dari kenyataan ini, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para

pendamping PIA mendapatkan salah satu metode yang efektif dalam pendampingan

PIA dengan menggunakan Pola Naratif Eksperiensial.

  Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah apa yang dimaksud dengan

Pendampingan Iman Anak? Apa yang dimaksud dengan Pola Naratif Eksperiensial?

Bagaimanakah peranan Pola Naratif Eksperiensial dalam proses Pendampingan Iman

Anak?

  PIA merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja untuk memperdalam

iman dan membantu anak semakin masuk dan terlibat dalam hidup menggereja. Dalam

pendampingan PIA tersebut dibutuhkan metode-metode yang sesuai dengan dunia

anak. Salah satu pola atau metode yang baik untuk PIA adalah Naratif Eksperiensial.

Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa Pola Naratif Eksperiensial merupakan suatu

metode pendampingan yang bersifat komunikasi iman. Pola Naratif Eksperiensial,

adalah dapat menumbuhkan daya imajinasi anak, kreativitas dan kemampuan berpikir

abstrak, cerita mampu menjalin hubungan yang akrab antara anak dengan pencerita,

cerita meningkatkan serta menunjang perkembangan moral anak, cerita bermanfaat

untuk menanamkan motivasi dan proses identifikasi, cerita berperan mengembangkan

iman anak. Selaras dengan perkembangan anak yang berada pada fase mitis harafiah,

maka Naratif eksperiensial sangat relefan untuk mengenalkan tokoh-tokoh iman. Pola

naratif eksperiensial dapat menjadi sarana reflektif bagi anak-anak peserta PIA

sekaligus memberikan sentuhan emosi bagi perkembangan iman anak, sehingga anak

dapat mewujudkan nilai-nilai cerita dalam kehidupan sehari-hari. Pola Naratif

Eksperiensial mempunyai lima langkah pokok ialah penampilan cerita kehidupan/cerita

rakyat, pendalaman cerita, peneguhan cerita Kitab Suci atau Tradisi Gereja dan

rangkuman. Oleh karena itu seorang pendamping PIA perlu mengenal dan memahami

Pola Naratif Eksperiensial. Untuk keperluan itu penulis memberikan contoh persiapan

pembelajaran dengan pendekatan Pola Naratif Eksperiensial. Harapan penulis contoh

ini dapat ditelaah, dikembangkan, dan dimanfaatkan oleh para pendamping PIA di

Paroki.

  

ABSTRACT

The title of thesis THE ROLE OF EXPERENTIAL NARRATIVE

  

PATTERNS IN THE PROCESS OF FAITH CHILD ASSISTANCE was chosen

based on the concern of the researcher during a PIA’s companion. Faith Mentoring

Process to Children (PIA) has become increasingly serious, so that children become

lazy to follow the activities of PIA. Besed on this fact, this thesis is intended to help a

PIA chaperone to get one of the methods that are effective in assisting the PIA using an

experiential narrative pattern.

  The main issues in this thesis are what is Faith Mentoring to Children is, what a

Narrative Pattern experiential, is and what the role of narrative pattern in the

experiential process of Faith Mentoring to Children is? PIA is one of the forms of the church’s preaching to deepen our faith and help

more children enter and engage in Church’s life. The assistance of PIA needs the

methods according to the child's world. One of pattern or a good method for PIA is an

experiential narrative. The results of the literature study showed that the pattern of

experiential narrative is a method of mentoring that is the communication of faith. The

narrative experiential patterns cultivate children's imagination, creativity and ability to

think abstractly, the story is able to establish a close relationship between children and

storytellers, to enhance and support the moral development of children, is useful to

instill motivation and identification process, and has a role to develop child’s faith.

Harmoniously with the development of children who are at literal mythic phase, then

the experiential narrative is very relevant to introduce the Fathers of the church faith.

The role of experiential narrative can be a reflective means for children as a PIA

participants, while providing a touch of emotion to the faith development of children,

so the children can realize the values of the story in their daily life. The experiential

narrative pattern has five basic steps is the appearance of life story/folklore, deepening

the story, a story affirmation of Scripture or the Church's Tradition and the summaries.

Therefore, a PIA’s mentor needs to know and understand the experiential narrative

pattern. For this purpose the author provides examples of the preparation of learning

with The experiential Narrative Patterns approach. Hopefully these examples can be

explored, developed, and utilized by the PIA mentors in the parishes.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah Bapa atas berkat dan kasih-Nya yang melimpah,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN POLA NARATIF

EKSPERIENSIAL DALAM PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA).

  Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis bahwa banya

dari anak-anak PIA kurang tertarik mengikuti kegiatan PIA. Permasalahannya dari

pihak pendamping kurang bervariasi dalam mengolah bahan dengan menggunakan

berbagai metode. Pendamping PIA sudah berusaha memberikan motivasi kepada anak-

anak PIA dalam kegiatan PIA. Tetapi pada kenyataannya masih banyak anak-anak

peserta PIA tidak memperhatikan ketika pendamping memberikan materi. Menjawab

keprihatinan itu, penulis mengusahakan suatu usaha untuk meningkatkan ketertarikan

anak untuk ikut kegiatan PIA. Usaha yang dimaksudkan adalah penggunaan metode,

Pola Naratif Eksperiensial dalam proses Pendampingan Iman Anak (PIA).

  Skripsi ini disusun tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. Sebagai Kaprodi IPPAK yang telah memberikan dukungan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  

2. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK., M. Pd. Selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan perhatian dan sumbangan pemikiran serta motivasi bagi penulis dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir skripsi ini.

  

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, selaku dosen pembimbing akademik yang terus

menerus membimbing dan mendampingi penulis dengan penuh kesetiaan dan

kesabaran selama menjalani studi di kampus IPPAK Universitas Sanata Dharma

  

4. Bapak P. Banyu Dewa, H.S., S.Ag, M.Si. Yang telah mendampingi, memberikan

perhatian dan dukungan serta meluangkan waktu dengan sabar dan setia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

  

5. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

  

6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan

yang telah ikut memberi dukungan kepada penulis selama belajar dan dalam penulisan skripsi ini.

  

7. Seorang sahabat yang tak pernah berhenti memberikan semangat dan motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini pada waktunya.

  

8. Mama, Papa dan segenap keluarga yang ikut membantu mendoakan sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.

  

9. Teman-teman mahasiswa IPPAK-USD yang telah memberikan motivasi, berbagai

pengalaman hidup, berjuang bersama dalam semangat persaudaraan dan kekeluargaan untuk menjadi katekis yang bermutu dan bijaksana.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga selesainya skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan skripsi

ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 23 Juni 2011 Penulis Fransiska Indraniati

  

DAFTAR ISI

Halaman

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT

  ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

  1 A. Latar Belakang ......................................................................................

  1 B. Identifikasi Masalah ..............................................................................

  6 C. Pembatasan Masalah .............................................................................

  6 D. Perumusan Masalah ...............................................................................

  6 E. Tujuan Penulisan ....................................................................................

  7 F. Manfaat penulisan ...................................................................................

  7 BAB II PENDAMPINGAN IMAN ANAK .......................................................

  9 A. Pendampingan .......................................................................................

  9

  

1. Arti Pendampingan Pada Umumnya.................................................

  9

2. Ciri Khas Pendampingan ..................................................................

  9

3. Tujuan Pendampingan .....................................................................

  10 B. Pemahaman Tentang Anak Usia 5-13 Tahun.........................................

  10

1. Perkembangan Psikomotorik ............................................................

  11

2. Perkembangan Emosi........................................................................

  13

3. Perkembangan Sosialitas ..................................................................

  16

4. Perkembangan Moralitas .................................................................

  17 C. Iman........................................................................................................

  22

1. Pengertian Iman Secara Umum ........................................................

  23

2. Pengertian Iman Kristiani .................................................................

  23 a. Iman Sebagai Jawaban Manusia Terhadap Wahyu Allah ..........

  24 b. Iman Sebagai Penyerahan Diri Manusia Kepada Allah...............

  24 D. Hal Ikhwal Tentang Pendampingan Iman Anak (PIA ...........................

  25

1. Sejarah Pendampingan Iman Anak (PIA) ........................................

  25

2. Kekhasan, Dasar dan Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA .......

  29 a. Kekhasan Pendampingan Iman Anak (PIA) ...............................

  29 b. Dasar Pendampingan Iman Anak (PIA) ......................................

  30 1) Dasar Biblis/Kitab Suci .........................................................

  31 2) Dasar Dokumen Gereja .........................................................

  32 3) Dasar Teologis ........................................................................

  34 4) Dasar Psikologis .....................................................................

  34 c. Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA).....................................

  35

3. Ciri Khas Pendampingan Iman Anak (PIA) ....................................

  36

  a. Santai............................................................................................

  36 1) Gembira ..................................................................................

  36 2) Bebas ....................................................................................

  37 3) Bermain .................................................................................

  37 b. Mendalam ...................................................................................

  38 1) Berpola Pada Yesus Kristus .................................................

  38 2) Menjemaat ...........................................................................

  39 3) Terbuka .................................................................................

  39 4. Spiritualitas Pendampingan Iman Anak (PIA) ................................

  39 a. Kerendahan Hati ..........................................................................

  39 b. Beriman Dewasa ..........................................................................

  40 c. Kristosentris .................................................................................

  40 d. Keterbukaan .................................................................................

  40 e. Kerjasama Dan Saling Melengkapi...............................................

  41 f. Mencintai Kitab Suci ....................................................................

  41 BAB III POLA NARATIF EKSPERIENSIAL ..................................................

  42 A. Latar Belakang Munculnya Pola Naratif Eksperiensial .........................

  42 B. Pengertian Pola Naratif Eksperiensial ...................................................

  44 C. Tujuan Pola Naratif Eksperiensial..........................................................

  47 D. Manfaat Pola Naratif Eksperiensial .......................................................

  47 E. Bentuk-Bentuk Pola Naratif Eksperiensial.............................................

  48 1. Cerita ................................................................................................

  49 a. Cerita Kanonis/Cerita Alkitab .....................................................

  49 b. Cerita Rakyat ...............................................................................

  50

  c. Cerita Pengalaman/Cerita Kehidupan ..........................................

  50 2. Nyanyian ..........................................................................................

  51 3. Drama...............................................................................................

  52 4. Dongeng ...........................................................................................

  55 F. Langkah-Langkah Pola Naratif Eksperiensial ........................................

  57 BAB IV PERANAN POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PERKEMBANGAN IMAN ANAK (PIA) ……..………….

  59 A. Cerita Menumbuhkan Daya Imajinasi Anak, Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Abstrak ................................................................

  59 B. Cerita Mampu Menjalin Hubungan Yang Akrab Antara Anak Dengan Pencerita................................................................................................

  60 C. Cerita Meningkatkan Serta Menunjang Perkembangan Moral Anak ....

  62 D. Cerita Bermanfaat Untuk Menanamkan Motivasi dan Proses identifikasi..............................................................................................

  63 E. Cerita Berperan Mengembangkan Iman Anak .......................................

  63 F. Persiapan PIA Dengan Menggunakan Metode Cerita ...........................

  75 BAB V PENUTUP ...............................................................................................

  75 Kesimpulan ..................................................................................................

  75 Saran ............................................................................................................

  76 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

  78

DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan dalam Alkitab Deoterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2009.

  B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja GE : Gravissimum Educationes DCG : Directorium Catechisticum Generale.

  CT : Catechesi Tradendae DV : Dei Verbum

  C. Singkatan-Singkatan Lain PIA : Pendampingan Iman Anak No : Nomor TK : Taman Kanak-Kanak SD : Sekolah Dasar SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Komkat KWI : Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil judul “Peranan Pola Naratif Eksperiensial Dalam Proses Pendampingan Iman Anak (PIA)”. Pada bagian

  pendahuluan ini, penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut, yakni: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu.

A. Latar Belakang

  Merupakan kewajiban bagi Gereja dalam mewartakan kabar keselamatan dan suka cita kepada semua orang, seperti yang telah diajarkan Yesus kepada para rasul “…pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20), Tugas perutusan ini merupakan tangung jawab bagi Gereja dalam melaksanakan tugas mengajar yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh para rasul.

  Yesus juga pernah bersabda demikian, “Biarlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku…” (Mat 19:14). Yesus sangat menghendaki agar anak-anak dekat pada-Nya. Gereja juga mengikuti sabda Yesus dengan mewujudkannya melalui kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA). Kegiatan ini bertujuan membantu anak-anak semakin mengenal keselamatan dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kegiatan yang dilaksanakan dalam Pendampingan Kitab Suci, mendengarkan cerita, menggambar, permainan, mewarnai gambar, melipat kertas, perlombaan dan sebagainya. Semua diajarkan untuk membantu anak menemukan nilai-nilai imannya sendiri.

  Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan tanggung jawab seluruh jemaat beriman. Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh Gereja dan diikuti oleh anak-anak yang berusia antara 5-13 tahun, yang duduk di bangku sekolah antara Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan tingkat Sekolah Dasar (SD). Usia anak seperti ini memaparkan masa di mana mereka senang bermain, bertemu, dan berkumpul bersama teman-temannya. Melalui pengalaman dalam mendampingi PIA, penulis melihat situasi yang terjadi adalah terkadang jumlah anak peserta PIA di setiap lingkungan dalam suatu paroki tidak terlalu banyak, sehingga tidak jarang pelaksanaan PIA dilakukan dengan cara menggabungkan peserta PIA dari beberapa lingkungan menjadi satu. Selain itu orang tua kadang tidak mengijinkan anak mengikuti kegiatan PIA karena orang tua berbeda keyakinan. Sebagian besar anak masih harus diantar dan ditunggu oleh orang tuanya yang terkadang mendadak ada keperluan lain sehingga tidak dapat mengantar anak mengikuti kegiatan PIA. Dalam proses pelaksanaan PIA, peserta aktif menjawab setiap pertanyaan yang diberikan pendamping jika pertanyaan tersebut dalam bentuk pilihan dan mereka menjawab pertanyaan dengan serempak.

  Namun dengan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran, tidak semua peserta dapat menjawab pertanyaan tersebut.

  Ada juga anak yang begitu malas mengikuti kegiatan PIA karena bagi mereka ikut PIA bukanlah suatu hal yang menarik. Mereka lebih memilih untuk berada di rumah bermain game atau menikmati acara televisi, hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang semakin maju serta berbagai perkembangan teknologi dan informasi yang begitu canggih, sehingga membawa dampak sangat besar terhadap perkembangan setiap anak. Berbagai alat elektronik yang ditawarkan seperti hand phone, playstation, komputer, Televisi, radio, dan sebagainya begitu melekat dan sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap anak. Situasi masyarakat yang beragam, dengan keadaan lingkungan yang kurang mendukung bagi perkembangan mereka, terkadang membawa dampak negatif bagi kehidupan mereka. Selain itu bagi anak yang tinggal di dalam keluarga dengan tingkat perekonomian menengah ke bawah, menuntut kedua orang tua untuk bekerja keras dalam mencari nafkah. Tentunya hal ini menyebabkan anak berkembang dengan cara mereka sendiri, sehingga perkembangan iman mereka terkadang kurang begitu diperhatikan dan tak jarang dari anak-anak kadang tidak mengenal Kristus secara lebih dekat.

  Dalam hal ini peranan orang tua sangat penting dalam memperhatikan serta mendukung perkembangan iman mereka. Diharapkan orang tua tetap mendampingi anak-anak mereka untuk selalu pergi ke Gereja, serta rajin mengikuti kegiatan PIA. Sehingga perkembangan iman mereka lebih terarah.

  Anak membutuhkan orang tua dalam membantu mereka untuk semakin mencintai Kristus secara lebih dekat, sehingga sangat penting sekali pengaruh orang tua bagi perkembangan iman setiap anak lewat kehidupan doa serta lewat kegiatan- kegiatan Gereja, dan mendorong anak agar mau terlibat di dalam kegiatan PIA.

  Sangat disayangkan apabila kesempatan bagi anak-anak untuk mengenal Kristus secara lebih dekat lagi diabaikan begitu saja.

  Salah satu faktor lain yang menyebabkan anak menjadi malas ikut kegiatan PIA adalah dana yang disediakan untuk melaksanakan pendampingan PIA masih sangat kurang sehingga fasilitas yang dapat digunakan untuk melaksanakan pendampingan PIA terbatas. Ditambah lagi dari pendamping sendiri kurang memiliki ketrampilan dalam memberikan materi bagi peserta PIA. Terkadang materi pendampingan PIA tidak dipersiapkan dengan baik, sehingga proses pendampingan PIA terasa membosankan. Kebanyakan para pendamping yang terlibat dalam pendampingan PIA adalah muda-mudi katolik, ada juga sebagian yang sudah berkeluarga di mana mereka melaksanakan tugas mereka sebagai pendamping PIA berdasarkan kerelaan untuk memenuhi kebutuhan paroki. Dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan yang berbeda-beda dan banyak juga dari antara para pedamping PIA yang belum memahami tentang PIA, sehingga dalam melaksanakan tugas mereka sebagai seorang pendamping PIA, terkadang kurang mempersiapkan terlebih dahulu sehingga proses pelaksanaan PIA menjadi tidak berkualitas dan berjalan asal-asalan.

  Melihat kenyataan ini, Gereja bertanggungjawab memberikan pembekalan bagi pendamping PIA untuk memperoleh pengetahuan tentang keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh pendamping PIA seperti keterampilan bermain, keterampilan bercerita, keterampilan bernyanyi dan keterampilan menggunakan sarana-sarana seperti teks cerita, gambar, kertas gambar, kertas lipat (Origami), pensil warna dan sebagainya.

  Setiap orang punya pengalaman yang berbeda ketika mengambil keputusan mengajar di Sekolah Minggu. Ada pengalaman yang berbeda-beda yang membuat seseorang tertarik mengajar anak-anak di Gereja. Ada beberapa alasan antara lain: ada guru lain yang mengajak mengajar, atau orang lain menghendaki diri kita mengajar, atau lain sebagainya. Semuanya itu membuat orang menjadi tertarik, menggumulinya dan selanjutnya memutuskan untuk mengajar (Kadarmanto, 2004; 27). Dengan segala permasalahan yang ada, penulis mencoba memanfaatkan pendekatan Pola Naratif Eksperiensial, dengan pendekatan Pola Naratif

  Eksperiensia, pendampiangan PIA dapat memberikan kegembiraan kepada anak- anak PIA. Adapun yang dimaksud dengan Pola Naratif Eksperiensial adalah cerita yang bersifat pengalaman, selain itu Pola Naratif Eksperiensial juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang mengutamakan cerita. Cerita sangat efektif dan begitu diminati. Karena mendengarkan cerita merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan, sangat disukai berbagai kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa. Dengan mendengarkan cerita, anak diajak untuk berimajinasi serta membangkitkan daya khayal dan rasa ingin tahu yang mereka miliki untuk menangkap hal yang positif dari cerita yang disampaikan. Selain itu lewat imajinasi yang mereka miliki, akan memberikan inspirasi yang menyegarkan. Hal ini dilakukan, agar anak-anak PIA dibentuk supaya mengenal dan mencintai Kristus secara lebih dekat dengan cara yang menyenangkan. Selain itu juga dimaksudkan agar dapat membantu orang tua Kristiani untuk mendampingi serta membina dalam pertumbuhan dan perkembangaan iman anak-anak mereka. Tentunya hal ini di harapkan hidup beriman anak menjadi lebih baik dan penghayatan iman anak akan Yesus Kristus dapat semakin nyata.

  Dengan cerita juga dapat membantu anak-anak memainkan khayalan mereka terhadap suatu peristiwa yang sedang didengarnya. Mengingat anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, dengan mendengarkan cerita, anak mendapatkan pengalaman belajar dan tidak menutup kemungkinan untuk tumbuhnya minat dalam memanfaatkan Pola Naratif Eksperiensial, anak-anak tidak lagi merasa bahwa mengikuti PIA merupakan hal yang sangat membosankan.

  Bertitik tolak dari apa yang ditemukan di atas, maka penulis mengambil judul “PERANAN POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA)”

  B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan dalam skripsi ini yaitu:

  1. Banyak peserta tidak senang ikut PIA.

  2. Materi dalam pendampingan PIA tidak didisain secara baik.

  3. PIA kurang terorganisasi secara rapi 4. Pendanaan bagi pelaksanaan PIA kurang diperhatikan.

  C. Pembatasan Masalah

  Berdasarkan atas permasalahan-permasalahan tersebut di atas, dan oleh karena keterbatasan serta luasnya pembahasan, maka pembatasan masalah terfokus pada ”Pola Naratif Eksperiensial dalam proses pendampingan iman anak”.

  D. Perumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan Pendampingan Iman Anak (PIA) ?

  2. Apa yang dimaksud dengan Pola Naratif Eksperiensial ?

  3. Bagaimana peranan Pola Naratif Eksperiensial dalam proses pendampingan Iman Anak (PIA) ?

  E. Tujuan Penulisan 1. Memaparkan tentang Pendampingan Iman Anak (PIA).

  2. Memaparkan tentang Pola Naratif Eksperiensial.

  3. Menjelaskan tentang peranan Pola Naratif Eksperiensial dalam pendampingan PIA.

  F. Manfaat Penulisan

  Penulisan ini akan bermanfaat secara teoritis maupun praktis di bidang Pendampingan Iman Anak (PIA).

  1. Manfaat secara teoritis: Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi mata kuliah Pendampingan Iman Anak (PIA).

  2. Manfaat secara praktis bagi:

  a. Pendamping Pendamping akan mengetahui kekurangan dan kelebihan cara mendampingi anak-anak peserta Pendampingan Iman Anak (PIA), sehingga akan meningkatkan kualitas sebagai pendamping PIA.

  b. Orang tua Skripsi ini dapat dijadikan informasi bagi orang tua tentang visi dan misi Pendampingan Iman Anak (PIA) sehingga orang tua semakin bertanggung jawab dalam mendidik anak.

  c. Gereja Gereja semakin memberi dukungan dan perhatian dalam pendampingan Pendampingan Iman Anak (PIA). d. Penulis Penulis akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru, khususnya dalam mempelajari tentang peranan Pola Naratif Eksperiensial dalam Pendampingan Iman Anak (PIA).

BAB II PENDAMPINGAN IMAN ANAK A. Pendampingan Untuk menguraikan tentang pendampingan, penulis akan menjabarkan arti, ciri khas, tujuan dan bentuk pendampingan pada umumnya.

  1. Arti Pendampingan Pada Umumnya

  Pendampingan berasal dari kata dasar ”damping”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata damping mempunyai arti dekat, karib atau akrab. Sedangkan arti kata ”mendampingi” dalam pendampingan dapat diartikan sebagai ”menyertai dekat-dekat: istri yang setia selalu terhadap suaminya” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 234).

  Dapat dimengerti sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk menemani seseorang dari dekat untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.

  Milton Mayerof (1993: 55) memberikan arti pendampingan adalah ”menolong sang lain bertumbuh”. Berdasarkan arti tersebut pendampingan adalah suatu usaha untuk membantu orang lain agar dapat tumbuh dan mengembangkan dirinya.

  2. Ciri Khas Pendampingan

  Dalam hal menolong sang lain untuk bertumbuh, pendamping mempunyai ciri khas bahwa sang lain merupakan pribadi yang bebas dan berdiri sendiri. Peserta bukan merupakan penerima yang pasif yang dapat menerima materi dan menelan mentah-mentah apa yang di berikan oleh pendamping. Justru pendamping harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan yang membuat mereka berada pada posisi sejajar dengan pendamping artinya tidak ada batasan antara peserta dan pendamping, hal ini juga sangat menentukan keberhasilan suatu proses pendampingan. Pendamping merupakan alat yang dapat menolong peserta dalam mengembangkan potensi mereka, sehingga orang lain tumbuh dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya (Milton Mayerof, 1993: 53).

3. Tujuan Pendampingan

  Pendampingan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu dan mendorong seseorang untuk dapat mengembangkan dirinya secara jelas memiliki tujuan membantu mereka untuk dapat memperoleh pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, dan prilaku hidup, sehingga dapat menyesuaikan diri melalui hidup bersama orang lain di dalam masyarakat, bangsa dan dunia (Mangunhardjana, 1986: 26). Tujuan dari pendampingan sangat penting bagi pendamping maupun yang didampingi, dengan begitu seorang pendamping akan tahu tugasnya dalam membantu mengembangkan subyek yang didampingi. Artinya tujuan pendampingan bukan sekedar untuk mengerti tentang teori, tetapi juga dapat menerapkan teori tersebut dalam perbuatan mereka di lingkungan masyarakat.

B. Pemahaman Tentang Anak Usia 5-13 Tahun

  Ketika melihat situasi anak dan dunianya, seorang pendamping dituntut memahami anak dengan baik sehingga seorang pendamping dapat membantu anak mengembangkan dirinya lewat pelayanan bagi anak-anak yang didampingi.

  Secara psikologis, usia antara 5-13 tahun adalah masa peka bagi anak yang menyebabkan gampang sekali kena pengaruh dari luar bagi perkembangan anak.

  Segala sesuatu yang diterima dari luar oleh anak akan di rekam dan tersimpan di dalam memori bawah sadar anak. Sehingga hal ini sanggat menentukan untuk perkembangan anak selanjutnya.

  Usia anak antara 5-13 tahun adalah usia yang biasa juga dikatakan usia masa sekolah. Maka dengan usia mereka, pendamping perlu memahami anak-anak untuk menjawab kebutuhan mereka, pemahaman yang dapat diusahakan meliputi:

1. Perkembangan Psikomotorik

  Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat urat syaraf dan otak yang terkoordinasi (Hurlock, 1991: 150). Secara fisik anak usia 5-13 tahun sudah dianggap sudah matang untuk bersekolah dan bergaul bersama teman-temannya. Hal ini dapat dilihat melalui fisik yang berfungsi dengan baik.

  Agar dapat diterima di lingkungan teman sebayanya baik di sekolah maupun dimasyarakat, anak harus memiliki suatu keterampilan tertentu yang membuat anak dapat diterima oleh lingkungannya. Salah satunya adalah keterampilan berbicara, karna dengan berbicara, anak dapat berkomunikasi dengan baik dan menyampaikan apa yang diinginkan oleh anak. Ciri yang paling terlihat adalah anak senang menggunakan kata-kata yang tidak biasa atau pantang dan kata-kata rahasia untuk menarik perhatian, senang bercerita dan dapat mencapai prestasi akademik (Hurlock, 1991: 176-180). Dengan kemampuan bicara tentunya anak sudah dapat berkomunikasi dengan baik, artinya anak siap didampingi dan bersosialisasi di dalam lingkungannya.

  Keterampilan yang lain yang dibutuhkan anak pada usia sekolah adalah keterampilan menolong diri sendiri. Bentuk fisik yang semakin sempurna dan kuat serta mulai berfungsi dengan baik, memungkinkan anak membiasakan diri untuk menolong dirinya sendiri. Keterampilan tersebut meliputi makan, berpakaian, mandi dan keperluan lainnya (Hurlock, 1991: 163). Dengan masuknya anak ke dunia sekolah dan kelompok teman sebaya, mereka dituntut mandiri dan bertanggung jawab.

  Selain memiliki kertampilan menolong diri sendiri anak juga dituntut memiliki keterampilan membantu orang lain. Untuk menjadi anggota kelompok sosial baik di dalam keluarga, sekolah dan teman sebaya. Anak harus siap menjadi anggota yang siap memberi bantuan baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat pada umumnya, khususnya pada teman sebayanya. Tentunya hal ini mempersiapkan anak masuk dalam suasana kerja sama, kekeluargaan dan rasa saling membantu.

  Keterampilan lain yang harus dimiliki anak pada usia sekolah adalah keterampilan bermain, anak mulai bergabung bersama teman sebayanya yang terbentuk dalam kelompok bermain. Maka anak dituntut siap secara fisik dan mental untuk terlibat dalam permainan kelompok (Hurlock, 1991: 163,322). Anak dituntut menguasai permainan seperti naik sepeda, berenang, main sepak bola, main sepatu roda dan lain-lain. Dengan bermain dan bergabung bersama teman-temannya, anak dapat mengembangkan keterampilan yang membuat anak dapat memasuki hidup sosial dan memperoleh pengakuan yang pada akhirnya mendorong anak berkembang ke tahap berikutnya.

  Kemampuan anak mengembangkan keterampilan dalam kelompok dapat membantu anak menyadari hidup serta tanggung jawabnya sebagai bagian dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam kelompok anak memahami bahwa dalam hidup harus saling membantu, bekerja sama, jujur, disiplin dan saling menghormati.

  Sikap-sikap tersebut dapat ditekankan dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) dengan menciptakan suasana kerjasama, saling melayani di dalam permainan, diskusi dan sebagainya. Anak disadarkan pada pengalaman merasakan kehadiran Allah di dalam suasana kebersamaan tersebut.

2. Perkembangan Emosi

  Emosi merupakan unsur yang dimiliki oleh setiap manusia, sehingga manusia memiliki keinginan untuk berbuat sesuatu serta mempertahankan hidupnya.

  Sejak lahir setiap orang memiliki emosi yang ada pada dirinya. Hal ini sudah terlihat sejak bayi, di mana bayi mampu mengungkapkan emosinya apabila ia lapar, lelah, dingin dan lainnya lewat ekspresi wajah, tangisan, tidak mau tidur, bahkan sakit. Tapi ketika bertambahnya usia mulai tampak ekspresi yang berbeda dari emosi seseorang (Hurlock, 1991: 210-212). Bersamaan dengan itu muncul pula pengendalian emosi.

  Masa kanak-kanak dikenal sebagai masa ingin tahu dan pada akhirnya mereka dapat meniru apa yang mereka lihat dan mereka dengar, tentunya hal ini sangat mempengaruhi perkembangan mereka. Perkembangan emosi pada setiap anak berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan adanya proses belajar melalui lingkungan sekitar. Tentunya emosi masa kanak-kanak dan orang dewasa sangat berbeda sehingga anak-anak memerlukan pendampingan dari orang dewasa.

  Ada beberapa unsur emosi yang terlihat pada usia anak antara 5-13 tahun. Di mana unsur emosi itu menjadi sarana bagi anak untuk mengungkapkan kehendak dan keinginannya. Rasa takut adalah salah satu unsur emosi yang nampak pada diri anak usia ini. Rasa takut dipengaruhi oleh daya khayalan mereka dan fantasi anak. Di satu sisi anak mendapat masukan yang baik untuk perkembangannya. Namun disisi lain kesukaan mereka akan cerita-cerita mistis menciptakan perasaan takut dan ngeri. Perasaan takut ini disebut rasa takut fantasi (Hurlock, 1991: 215-217). Rasa takut pada anak dapat muncul secara mendadak namun pertambahan usia dan kematangan pada anak dapat mengatasi keadaan tersebut melalui penyesuaian diri.

  Selain dipengaruhi daya fantasi, rasa takut anak dipengaruhi oleh perkembangan sosialnya. Pengalaman hubungan dengan orang lain dapat menimbulkan rasa khawatir, rasa canggung, rasa cemas, rasa malu dan juga rasa takut yang bersifat traumatis yaitu rasa takut yang ditimbulkan oleh suatu pengalaman pahit dalam diri anak. Berhadapan dengan anak yang memiliki rasa takut dan traumatis yang berlebih, tentunya seorang pendamping dituntut untuk bijaksana dalam mendampingi. Pendekatan secara pribadi akan sangat membantu anak mengembalikan kepercayaan dirinya sehingga perlahan-lahan anak dapat membuang rasa takut yang dimilikinya.

  Unsur emosi lain adalah emosi rasa marah. Di mana ketika anak marah, merupakan salah satu cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dalam pergaulan segari-hari, anak mencoba mencari perhatian dan pengakuan sosial, namun dalam kenyataannya mereka justru mendapatkan penolakan atau penerimaan yang negatif, maka sebagai protes muncul berbagai ekspresi marah seperti memukul, menangis ataupun menarik dan mengasingkan diri. Emosi marah setiap anak berbeda-beda. Menghadapi anak yang kemarahannya berlebih, maka seorang pendamping dituntut memiliki kesabaran agar anak merasa tidak dimusuhi.

  Unsur emosi yang lain adalah rasa cemburu. Rasa cemburu ini muncul dari ketakutan anak karena merasa akan kehilangan kasih sayang dari orang tuanya ketika anak mulai melihat perubahan pada sikap orang tua mereka. Orang tua mencoba membiarkan mereka lepas dari rasa ketergantungan namun terkadang anak menganggap orang tuanya pilih kasih dan tidak sayang lagi. Rasa cemburu itu terkadang muncul dari rasa iri terhadap sesuatu hal yang mereka lihat. Pada usia ini anak cenderung memiliki sifat tamak, mereka ingin memiliki sesuatu yang lebih dari pada anak yang lainnya khususnya pada anak yang lebih kecil. Sehingga muncul sikap memusuhi pada anak lain.

  Anak juga dapat merasakan kesedihan karena kehilangan sesuatu yang dicintainya, tentunya hal ini dapat menjadi trauma bagi anak. Namun ingatan anak akan sesuatu yang berkaitan dengan emosi tidak dapat bertahan lama. Perasaan sedih yang dialami anak, hendaknya segera diatasi oleh pendamping dengan cara memberikan perhatian lebih banyak. Sehingga anak akan merasa aman dan bahagia di masa kanak-kanaknya.

  Unsur emosi selanjutnya adalah rasa ingin tahu. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan, terutama ketika mereka melihat hal baru, aneh dan hebat. Tentunya hal ini membuat anak menjadi lebih kritis dan kreatif. Hendaknya seorang pendamping mengembangkan sikap kritis, kreatif dan berani pada anak dengan cara memberi penjelasan yang dapat diterima anak.

  Dunia anak adalah dunia gembira, maka unsur kegembiraan adalah unsur terbesar dalam emosi anak. Hal ini terlihat dari mudahnya beralih dari perasaan sedih ke perasaan senang dengan tanpa ada beban. Pertemuan bersama teman sebaya membawa mereka pada kegembiraan. Di dalam kelompok inilah mereka belajar bersikap jantan dan sportif (Hurlock, 1991: 215-229). Yaitu belajar memahami kesusahan dan penderitaan hidup orang lain.

  Dari situasi kegembiraan anak tersebut, maka seorang pendamping dituntut untuk bersikap luwes kreatif dan selalu mengembangkan diri, sehingga dalam melaksanakan pendampingannya dapat memberikan kebahagiaan bagi anak-anak yang didampingi.