Kreativitas pendamping dalam pendampingan iman anak di paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan Yogyakarta.

(1)

ANAK DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN YOGYAKARTA. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari pengamatan penulis terhadap Pendampingan Iman Anak yang selama ini sangat memprihatinkan. Kegiatannya yang dilakukan monoton dan pendampingnya yang kurang memanfaatkan sarana prasarana, sehingga anak-anak menjadi bosan dan malas mengikuti kegiatan PIA. PIA merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja untuk memperdalam iman dan membantu anak semakin masuk dan terlibat dalam hidup menggereja. Bertitik tolak dari kenyataan, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pendamping PIA supaya memiliki banyak kreativitas. Kreativitas memiliki banyak manfaat bagi pendamping, seperti pendamping diajak kreatif dalam memilih lagu dengan menggunakan gerakan, atau pendamping mengajak anak untuk membuat karya seperti doa kemudian dihias. Dengan begitu pendamping diharapkan untuk lebih aktif dan kreatif lagi dalam mendampingi Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan.

Persoalan pokok skripsi ini, bagaimana meningkatkan pelaksanaan pendampingan Iman Anak secara kreatif, sehingga anak tidak merasa bosan. Anak diajarkan bagaimana cara bersosialisasi dan berdinamika dengan teman seiman supaya anak tidak minder. Anak semakin percaya diri dan lebih terlibat dalam hidup menggereja. Menanggapi permasalahan di atas, penulis menggunakan buku-buku dan sumber lain yang relevan serta diperkaya refleksi pribadi. Data mengenai kreativitas pendamping dan keikutsertaan anak dalam Pendampingan Iman Anak diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan perlu ditingkatkan.

Maka, untuk dapat meningkatkan pelaksanaan Pendampingan Iman Anak, penulis mengusulkan Program Satuan Pelaksanaan (SP). Model ini dianggap cocok untuk pelaksanaan hidup pribadi pendamping. Dengan demikian, pendamping PIA dan anak-anak dapat terbantu dalam melaksanakan dan menghayati imannya serta mewujudkan harapan mereka untuk semakin mengenal Kerajaan Allah.


(2)

This undergraduate thesis entitled FACILITATOR CREATIVITY IN CHILDREN FAITH FORMATION AT ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN PARISH YOGYAKARTA. This tittle is selected based on the author’s observation towards the children faith formation which is extremely concerning. The children faith formation activity is monotonous and the facilitator is using less infrastructure, so children become bored and lazy to follow. Children faith formation is one form of Church kerygma to faith deepen and help the children to be more participate and involved the church life. Based on the fact, this thesis is mean to help children faith formation facilitators to have a lot of creativity. The facilitators will gain more benefits of the creativity, for example in choosing songs and movement or making a prayer and then decorated it. Therefore the facilitator is expected to be more active and creative in facilitating children faith formation at St. Maria Tak Bercela Nanggulan Parish.

The main issue of this undergraduate thesis is how to improve the implementation children faith formation creatively, so that children does not feel bored. The children are taught to sosialize and interact with their friends in faith so they do not feel inferior. The children are being more confident and involed in the church life. Responding to the issue above, the author used a literature study and any other resources which where relevant and also enriched with personal reflection. Data about the creativity for the facilitators and children participation in children faith formation are obtained through direct observations and interviews. The results showed that the implementation of children faith formation in St. Maria Tak Bercela Nanggulan Parish needs to be improved.

Then, in order to improve the children faith formation implementation, the author proposes an Implementation Units Program. This model is considered suitable for the facilitators private life implementation. Thus, the children faith formation facilitators and the children can be helped to be able to carry out and deepen their faith and also can realize their hope to know more the Kingdom of God.


(3)

(4)

i

KREATIVITAS PENDAMPING DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA

NANGGULAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Theresia Sri Rahayu NIM: 111124018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Tuhan Yesus yang telah mendampingiku sampai dapat menyelesaikan skripsi ini, Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan,

orangtuaku yang selalu mendoakan dan mendukungku, saudara-saudaraku, sahabat dan teman-temanku, para pembimbingku dan almamaterku tercinta.


(8)

v MOTTO

“Tetap berusaha meskipun sulit dan janganlah mudah putus asa, semua akan indah pada waktunya.”


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

Judul skripsi KREATIVITAS PENDAMPING DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN YOGYAKARTA. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari pengamatan penulis terhadap Pendampingan Iman Anak yang selama ini sangat memprihatinkan. Kegiatannya yang dilakukan monoton dan pendampingnya yang kurang memanfaatkan sarana prasarana, sehingga anak-anak menjadi bosan dan malas mengikuti kegiatan PIA. PIA merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja untuk memperdalam iman dan membantu anak semakin masuk dan terlibat dalam hidup menggereja. Bertitik tolak dari kenyataan, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pendamping PIA supaya memiliki banyak kreativitas. Kreativitas memiliki banyak manfaat bagi pendamping, seperti pendamping diajak kreatif dalam memilih lagu dengan menggunakan gerakan, atau pendamping mengajak anak untuk membuat karya seperti doa kemudian dihias. Dengan begitu pendamping diharapkan untuk lebih aktif dan kreatif lagi dalam mendampingi Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan.

Persoalan pokok skripsi ini, bagaimana meningkatkan pelaksanaan pendampingan Iman Anak secara kreatif, sehingga anak tidak merasa bosan. Anak diajarkan bagaimana cara bersosialisasi dan berdinamika dengan teman seiman supaya anak tidak minder. Anak semakin percaya diri dan lebih terlibat dalam hidup menggereja. Menanggapi permasalahan di atas, penulis menggunakan buku-buku dan sumber lain yang relevan serta diperkaya refleksi pribadi. Data mengenai kreativitas pendamping dan keikutsertaan anak dalam Pendampingan Iman Anak diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan perlu ditingkatkan.

Maka, untuk dapat meningkatkan pelaksanaan Pendampingan Iman Anak, penulis mengusulkan Program Satuan Pelaksanaan (SP). Model ini dianggap cocok untuk pelaksanaan hidup pribadi pendamping. Dengan demikian, pendamping PIA dan anak-anak dapat terbantu dalam melaksanakan dan menghayati imannya serta mewujudkan harapan mereka untuk semakin mengenal Kerajaan Allah.


(12)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis entitled FACILITATOR CREATIVITY IN CHILDREN FAITH FORMATION AT ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN PARISH YOGYAKARTA. This tittle is selected based on the author’ s observation towards thechildren faith formation which is extremely concerning. The children faith formation activity is monotonous and the facilitator is using less infrastructure, so children become bored and lazy to follow. Children faith formation is one form of Church kerygma to faith deepen and help the children to be more participate and involved the church life. Based on the fact, this thesis is mean to help children faith formation facilitators to have a lot of creativity. The facilitators will gain more benefits of the creativity, for example in choosing songs and movement or making a prayer and then decorated it. Therefore the facilitator is expected to be more active and creative in facilitating children faith formation at St. Maria Tak Bercela Nanggulan Parish.

The main issue of this undergraduate thesis is how to improve the implementation children faith formation creatively, so that children does not feel bored. The children are taught to sosialize and interact with their friends in faith so they do not feel inferior. The children are being more confident and involed in the church life. Responding to the issue above, the author used a literature study and any other resources which where relevant and also enriched with personal reflection. Data about the creativity for the facilitators and children participation in children faith formation are obtained through direct observations and interviews. The results showed that the implementation of children faith formation in St. Maria Tak Bercela Nanggulan Parish needs to be improved.

Then, in order to improve the children faith formation implementation, the author proposes an Implementation Units Program. This model is considered suitable for the facilitators private life implementation. Thus, the children faith formation facilitators and the children can be helped to be able to carry out and deepen their faith and also can realize their hope to know more the Kingdom of God.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kasih karena rahmat dan kasih-Nya, skripsi dengan judul KREATIVITAS PENDAMPING DALAM MENGIKUTI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI NANGGULAN YOGYAKARTA ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan untuk Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis dengan penuh rasa syukur mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam menuangkan gagasan sehingga penulis dapat termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) dan dosen penguji kedua, yang telah memberikan semangat dan nasehat kepada penulis dalam mempertanggung jawabkan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

3. Y. H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum., selaku dosen penguji ketiga, yang selalu memberikan dorongan penulis.

4. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi, yang telah bersedia memberi dukungan, perhatian, motivasi kepada penulis selama berproses di Prodi PAK.


(14)

xi

5. Semua dosen-dosen PAK, yang sudah membantu penulis dalam menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma.

6. Pastor Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan yang mengijinkan dan mendukung penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Para pendamping Iman Anak Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan yang sudah memberikan semangat, dan membantu sebagai narasumber sehingga penelitian dapat terselesaikan dengan lancar.

8. Bapak F. Suwandi dan Ibu Martha Musirah, selaku orangtua penulis yang selalu mendampingi, memberi kasih sayang dan membantu penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.

9. Kakak tersayang Y. Teguh Susanto dan Adek tersayang V. Angelia, Om dan Tante yang selalu menghibur penulis.

10. Laurentinus Anang, Maria Jajar A, Agnes Jajar A, Yustinus Tyasmanto, Stefani Bui, Willibrodus Bayu P, Agnes Fajar Uly, Agnes Shinta yang tidak henti-hentinya memberikan harapan, motivasi, bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2011 terima kasih atas canda tawanya dan dukungannya, semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis senantiasa mendapat berkat dan rahmat yang melimpah dari Allah Yang Maha Kuasa.


(15)

(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SINGKATAN ...xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan... 5

D. Manfaat Penulisan... 5

E. Metode Penulisan... 6

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. KREATIVITAS PENDAMPING BAGI KETERLIBATAN ANAK DALAM MENGIKUTI PENDAMPINGAN IMAN ANAK ... 8

A. Pendampingan Iman Anak ... 8

1. Pendampingan ... 8

a. Pendampingan yang Total dan Integral ... 8

b. Metode Pendampingan ... 9

c. Tujuan Pendampingan ... 10

d. Dasar Pendampingan ... 11

2. Iman... 12


(17)

xiv

b. Pengertian Iman Kristiani ... 13

3. Anak ... 15

a. Anak di dalam Keluarga ... 15

b. Anak-anak Zaman Sekarang ... 16

4. Mengenal Ciri-ciri Pendampingan dalam Pendampingan Iman Anak ... 17

a. Gembira ... 17

b. Bebas ... 18

c. Bermain ... 18

d. Mendalam ... 19

e. Beriman ... 19

f. Menjemaat ... 20

5. Rangkuman Pendampingan Iman Anak ... 21

B. Kreativitas Pendamping ... 23

1. Kreativitas ... 23

2. Pendamping ... 23

a. Pengertian Pendamping ... 23

b. Ciri Khas Pendamping ... 25

c. Spiritualitas Pendamping ... 25

3. Manfaat Pendampingan Kreatif bagi Anak ... 26

4. Mengenal Macam-macam Kreativitas ... 27

a. Gerak Lagu ... 27

b. Bercerita ... 27

c. Permainan ... 28

d. Alat Peraga ... 29

e. Aktivitas Seni ... 29

5. Keterlibatan Anak ... 30

a. Keterlibatan dalam Hidup Umat ... 30

b. Paguyuban Anak ... 31


(18)

xv

BAB III. PENELITIAN TENTANG KREATIVITAS PENDAMPING

DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK ... 34

A. Gambaran Umum Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan ... 34

1. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan ... 34

2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan ... 38

a. Visi ... 38

b. Misi ... 38

3. Gambaran Kegiatan Pendampingan Iman Anak (Pia) di Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan ... 38

B. Metodologi Penelitian ... 39

1. Latar Belakang Penelitian ... 40

2. Rumusan Permasalahan ... 41

3. Tujuan Penelitian ... 41

4. Manfaat Penelitian ... 42

5. Jenis Penelitian ... 42

6. Variabel Penelitian ... 43

7. Instrumen Penelitian ... 44

8. Responden Penelitian ... 45

9. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

10. Teknik Analisis Data ... 46

C. Laporan Hasil Penelitian Kreativitas Pendamping dalam Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan ... 46

1. Kreativitas Pendamping dalam Pelaksanaan PIA ... 47

a. Kreativitas Pendamping PIA ... 47

b. Pentingnya Kreativitas dalam Pendampingan PIA ... 48

c. Kepentingan Pendamping PIA di Paroki ... 48

d. Ciri-ciri Pendampingan PIA yang Sudah Dilaksanakan di Paroki ... 49

e. Pelaksanaan Pendampingan dalam Segi Waktu ... 50

f. Peranan Iman secara Umum bagi Anak Usia Dini ... 50


(19)

xvi

a. Keterlibatan Anak dalam Hidup Menggereja ... 51

b. Keterlibatan Anak dalam Pendampingan PIA ... 52

c. Paguyuban yang ada di Paroki ... 52

3. Kendala yang dialami dalam Pendampingan Iman ... 53

a. Kendala bagi Orangtua ... 53

b. Kendala bagi Pendamping ... 54

c. Harapan untuk Kegiatan PIA ... 54

D. Pembahasan Hasil Penelitian Kreativitas Pendamping dalam Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan ... 56

1. Kreativitas Pendamping dalam Pelaksanaan PIA ... 56

a. Kreativitas Pendamping ... 56

b. Pentingnya Kreativitas dalam PIA ... 57

c. Pentingnya Pendamping PIA di Paroki ... 57

d. Ciri-ciri Pendampingan PIA yang Sudah Dilaksanakan di Paroki ... 58

e. Waktu Pelaksanaan Pendampingan dari Segi Waktu ... 58

f. Peranan Iman secara Umum bagi Anak Usia Dini ... 59

2. Keterlibatan Anak dalam Mengikuti Kegiatan ... 60

a. Keterlibatan Anak dalam Hidup Menggereja ... 60

b. Keterlibatan Anak Mengikuti Pendampingan Iman ... 61

3. Kendala dalam Pendamping Iman ... 62

a. Kendala yang Dialami Orangtua ... 62

b. Kendala yang Dialami Pendamping ... 62

c. Harapan untuk Kegiatan PIA ... 63

E. Kesimpulan Penelitian ... 63

F. Hal-hal yang Mendukung dan Menghambat Penelitian ... 66

BAB IV.USULAN PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PENDAMPINGAN IMAN ANAK YANG KREATIV DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN ... 67

A. Latar Belakang sebagai peningkatan kualitas pendamping ... 67


(20)

xvii

C. Usulan Program ... 69

D. Bentuk Program ... 70

E. Matriks Program ... 71

F. Contoh Satuan Persiapan Program ... 74

BAB V. PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

1. Bagi Gereja ... 80

2. Bagi Pendamping Pendampingan Iman Anak ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

Daftar Tabel Variabel ... 43

LAMPIRAN ... 83

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Tanda Bukti Penelitian ... (2)


(21)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

DV: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965

EN: Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil pada Jaman Modern, 8 Desember 1975.

C. Singkatan Lain Art. : Artikel bdk. : Bandingkan


(22)

xix HP : Handphone

Komkat : Komisi Kataketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Mgr : Monsignor/Monsiyur

OMK : Orang Muda Katolik PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini PIA : Pendampingan Iman Anak RO : Responden Orangtua RP : Responden Pendamping SD : Sekolah Dasar

SJ : Serikat Jesus SP : Satuan Pertemuan St : Santo/Santa

TK : Taman Kanak-kanak VCD : Video Compact Disc


(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tugas dan kewajiban Gereja yang utama adalah mewartakan kabar keselamatan dan suka cita kepada semua orang, seperti yang diajarkan Yesus kepada para rasul “...Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu “ (Mat 28:19-20), Tugas perutusan ini merupakan tanggung jawab Gereja dalam melaksanakan tugas mengajar yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh para rasul.

Sabda Yesus yang berbunyi “Biarlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku...” (Mat 19:14), Yesus menghendaki anak-anak dekat dengan-Nya. Gereja juga mengikuti Sabda-Nya dengan mewujudkannya melalui kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA). Kegiatan ini bertujuan supaya anak-anak lebih mengenal keselamatan dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara Pendampingan Iman Anak (PIA) seperti berdoa bersama, memuji Tuhan dengan cara bernyanyi bersama, membaca Kitab Suci, mendengarkan cerita, menggambar, permainan, mewarnai gambar, melipat kertas, perlombaan dan masih banyak lagi. Semua kegiatan itu diajarkan untuk membantu anak menemukan nilai-nilai imannya sendiri.

Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan tanggung jawab seluruh umat beriman dan terutama para pendamping. Pendamping PIA bertugas untuk


(24)

mendampingi seluruh kegiatan PIA. Peran pendamping dalam kegiatan PIA begitu besar, terutama dalam mendampingi iman anak. Iman harus diajarkan sejak dini, supaya anak dapat mengembangkan imannya secara penuh. Pendamping PIA bertugas mendampingi anak untuk mengenal Kristus dan mengajarkan perbuatan yang mendasar bagaimana perbuatan baik dan buruk. Sehingga iman anak dapat berkembang secara agama Katolik(Komkat KWI, 2008:19-25).

Pendampingan Iman Anak yang utama dan pertama adalah orangtua. Dalam pelaksanaannya, orangtua bekerja keras secara sinergis dan seimbang dengan para Pendampingan Iman Anak di sekolah, di paroki dan di masyarakat. Pendampingan Iman Anak harus memperhatikan martabat dan hak-hak anak (Bagiyowinadi, 2009:196).

Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan tanggung jawab orangtua yang merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka. Namun orangtua juga memerlukan bantuan orang lain untuk mendidik anak-anak mereka. Kadang orangtua tidak dapat melakukan Pendampingan Iman secara maksimal kepada anaknya dikarenakan kesibukan yang mereka kerjakan atau kurang pengetahuan akan iman katolik. Berdasarkan survey yang diadakan oleh Keuskupan Agung Semarang pada tahun 2005, diketahui bahwa banyak orangtua yang menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja, sehingga anak kurang terdampingi. Oleh karena itu tujuan diadakannya PIA adalah untuk membantu orangtua Kristiani dalam mendampingi iman dan membimbing anak-anaknya yang sedang berkembang menuju masa remaja dalam iman dan kepribadiannya secara bertahap dan bertanggung jawab (Komkat KWI, 2008:19-25).


(25)

Tantangan zaman anak sering kali dipandang sebagai harapan bagi bangsa. Mereka menjadi tumpuhan Gereja di masa depan. Mereka sedang dalam proses perkembangan, mereka sedang membangun identitas diri. Perkembangan zaman memberi tantanganyang tidak sedikit bagi perkembangan anak dan remaja. Beberapa persoalan masa sekarang yang ikut mempengaruhi perkembangan anak. Dampak negatif kemajuan teknologi yang dimonitori oleh media komunikasi mempunyai pengaruh yang besar pada perkembangan anak. Di satu pihak berkembangnya media komunikasi memberikan banyak peluang untuk pengembangan anak, seperti kemudahan untuk mengakses data yang diperlukan untuk belajar. Di lain pihak media komunikasi menghadirkan arus-arus baru pada anak seperti konsumerisme, hedonisme dan materialisme. Hadirnya media komunikasi sering juga berakibat pada kurangnya personalnya relasi anak dan orangtua, ataupun anak menjadi terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Pada saat seperti ini komunikasi personal yang ditandai dengan perjumpaan digantikan dengan komunikasi melalui media yang lebih mementingkan efektivitas dari pada sisi personal (Nota Pastoral, 2008:17-18)

Dari pengalaman selama mendampingi PIA di Paroki Nanggulan, penulis menemukan banyak kendala. Kendala yang penulis rasakan adalah ketika diadakan Pendampingan Iman Anak sepulang dari misa banyak orangtua yang langsung mengajak pulang, di sini terlihat bila orangtua kurang memperhatikan kebutuhan rohani anak tersebut. Selain itu rata-rata pendamping juga ibu-ibu dan orang muda jarang mendampingi, sehingga anak bosan bila harus mendengarkan ibu-ibu tanpa ada selingan. Kreativitas pendamping sangat dibutuhkan dalam mendampingi anak agar anak dapat mengembangkan potensinya dan dapat lebih mudah mengenal Tuhan.

Keterbatasan kreativitas kadang membuat pendamping merasa bingung dalam mendampingi. Sarana yang belum tersedia di Paroki atau tempat


(26)

pendamping diadakan. Kadang pula modul-modul, buku panduan, buku teknik permainan, buku cerita bergambar dan lagu baru untu anak yang belum di kembangkan di Gereja karena semuanya terbatas. Kita semua para pendamping pasti memiliki kreativitas masing-masing pula. Tetapi semua itu keterbatasan karena kita tidak mempunyai imajinasi mulai dari hal yang terkecil terlebih dahulu seperti memanfaatkan kertas untuk membuat pesawat terbang (Bagiyowinadi, 2009:108).

Pastor Paroki Nanggulan saat ini Pastor Contantinus Hadianta Pr membantu memberikan saran bagi orangtua agar anaknya dilibatkan dalam Pendampingan Iman Anak. Karena bagaimana pun juga orangtua akan mengikuti apa yang dikatakan pastornya untuk kebaikan bersama. Karena bila Pastor Paroki Nanggulan tidak ikut dalam sosialisasi, umat pasti tidak menghiraukan iman anaknya, mereka akan menekankan kepada anaknya supaya belajar di rumah saja. Ini adalah salah satu kendala juga agar pastor Paroki Nanggulan juga memperhatikan orangtua yang memiliki anak usia dini (4-10 tahun) agar apa yang akan dicapai ke depan berhasil. Sebenarnya pastor Paroki Nanggulan, pengurus Gereja dan orangtua yang memiliki anak usia 4-10 tahun dapat bekerjasama agar terinformasikan dengan baik. Dan juga sebagai orangtua dalam Gereja Katolik juga harus diberi pengarahan dan gambaran apa yang saat ini dibutuhkan oleh anak dan apa gunanya pendamping PIA, agar mereka mempunyai gambaran akan Pendampingan Iman Anak itu penting bagi mereka.

Bertitik tolak dari apa yang sudah ditemukan di atas, penulis memilih judul skripsi: KREATIVITAS PENDAMPING DALAM KETERLIBATAN ANAK


(27)

MENGIKUTI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kreativitas pendamping PIA? 2. Bagaimana pelaksanaan PIA di Nanggulan?

3. Usaha apa yang di butuhkan agar pendamping Kreatif di dalam PIA di Paroki Nanggulan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan penulisan sebagai beriku:

1. Mendiskripsikan kreativitas pendamping PIA. 2. Mendiskripsikan pelaksanaan PIA di Nanggulan.

3. Mengusulkan model pendampingan yang kreatif di Paroki Nanggulan.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan pemaparan tujuan di atas, manfaat-manfaat yang dapat diambil sebagai berikut:

1. Penulis ingin mengetahui apa sebenarnya yang membuat minat anak dalam mengikuti Sekolah Minggu hanya sedikit.


(28)

2. Supaya Pendampingan Iman Anak ini tetap ada di setiap lingkungan dan berjalan dengan baik.

3. Bagi pendamping menjadi sebuah motivasi, dan menggerakkan hati setiap orangtua akan pentingnya Pendampingan Iman Anak.

4. Agar pendamping semakin kreatif dan membuat anak-anak semakin semangat dalam kegiatan PIA.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Untuk mengumpulkan data digunakan metode kualitatif yaitu dengan menggunakan wawancara pendamping dan orang tua PIA yang ada di Paroki Nanggulan Yogyakarta. Selain itu penulis juga mengembangkannya dengan bantuan buku-buku pendukung.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Berisi kajian pustaka dan menjabarkan pengertian-pengertiannya yang mendukung penulisan skripsi, yakni menyangkut kreativitas pendamping PIA dan keterlibatan anak.


(29)

BAB III metode penelitian, tujuan penelitian, instrumen penelitian, responden, waktu pelaksanaan, variabel, laporan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB IV berisikan usulan program sebagai upaya mengembangkan kreativitas pendamping dan minat anak dalam mengikuti PIA.


(30)

BAB II

KREATIVITAS PENDAMPING BAGI KETERLIBATAN ANAK DALAM MENGIKUTI PENDAMPINGAN IMAN ANAK

A. Pendampingan Iman Anak 1. Pendampingan

Pendampingan adalah tindakan atau proses pelaksanaan formatio iman di tengah umat. Dalam proses itu ada semacam kurikulum, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, tujuan, bahan pendampingan, dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendampingan untuk pencapaian tuhuan pendampingan tersebut.

a. Pendampingan yang Total dan Integral

Thomas Groome mengembangkan sebuah pendampingan yang total dan integral (total community catechesis). Pendamping yang total dan integral adalah pendampingan iman atau pendampingan iman yang dijalankan dengan melibatkan seluruh potensi umat dan segala macam kegiatan umat di Paroki. Yang dimaksud potensi umat adalah keluarga, paroki, sekolah, dan komunitas-komunitas basis. Mereka merencanakan dan berusaha menggerakan setiap anggota dengan segala potensinya untuk bersama-sama mengajar dan memajukan perkembangan iman. Sedangkan perkembangan umat di Paroki adalah segala kegiatan yang ada di Paroki, baik menyangkut pewartaan, liturgi, pelayanan sosial, maupun gerakan-gerakan pesekutuan dan kesaksian umat. Menurut Groome, kegiatan-kegiatan itu


(31)

selalu bernilai kateketis, yakni mengantar umat pada perkembangan iman. Yang dimaksud bernilai kateketis adalah kegiatan paroki, entah liturgi, gerakan persekutuan umat,ataupun pelayanan sosial umat mempunyai peranan yang pokok dalam pengembangan iman umat. Perkembangan iman umat bukan hanya buah karya katekese melainkan juga seluruh kegiatan inti Gereja, entah liturgi, persekutuan, ataupun pelayanan Gereja (Dewan Karya Pastoral 2014: 56).

b. Metode Pendampingan

Metode yang memiliki arah bagi pengembangan dan penghayatan iman adalah metode yang meliputi selebrasi, edukasi, refleksi, dan aksi.

1) Selebrasi: bentuk-bentuk pendampingan yang bersifat merayakan iman, misalnya dengan mengadakan perayaan Ekaristi Kaum Muda (EKM), festival budaya dan iman, dan perayaan-perayaan lain yang bersifat devosional. Harapannya, melalui perayaan iman, umat semakin didukung dan dikembangkan penghayatan imannya.

2) Edukasi: brntuk-bentuk pendampingan yang bersifat pembelajaran, pendalaman materi, seminar, ceramah, atau kursus, misalnya Kursus Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KKGK), Khursus Evangelisasi Pribadi (KEP) atau sekolah Evangelisai Pribadi (SEP), khursus teologi bagi awam, pembelajaran YOUCAT (Youth Catechism, Katekismus Populer untuk Orang Muda) Indonesia, dan pelatihan pemuda lingkungan.


(32)

Tujuan metode edukasi ini agar orang Katolik semakin memahami imannya.

3) Refleksi: bentuk-bentuk pendampingan yang bersifat memperdalam penghayatan dan sikap iman, entah dengan rekoleksi, sarasehan, dan pertemuan-pertemuan berkelanjutan, misalnya kegiatan rekoleksi pasutri, sarasehan Kitab Suci, dan temu-temu renewell yang bersifat semakin mengakrabkan dan mempererat. Refleksi lebih dilakukan untuk kepentingan tindak lanjut dan memperdalam hal-hal yang belum tersentuh dari pendampingan yang bersifat edukatif.

4) Aksi: bentuk-bentuk pendampingan yang bersifat konkret, ada tindakan nyata, dan berdampak sosial secara langsung, misalnya pembuatan “demplot” (demo plot) untuk pertanian organik, penanaman dan reboisasi, dan bedah rumah warga yang tidak mampu. Pada intinya, pendamping yang bersifat aksi lebih mengutamakan tindakan nyata dan proses belajar iman melalui pengalaman langsung (Dewan Karya Pastoral, 2014: 57-58).

c. Tujuan Pendampingan

Pendampingan bertujuan untuk membantu seseorang dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, dan perilaku hidup memadai dalam segi-segi pokok yang berhubungan dengan hidup pribadi dalam kebersamaan dengan orang lain dan peran mereka dalam masyarakat, bangsa dan dunia (Mangunharjana, 1986: 26).


(33)

Tujuan, aims, purposes, objectives,goals, tergets pendampingan adalah titik yang diarah dan hendak dicapai lewat usaha pendampingan.

Tujuan pendamping memberi tekanan khusus kepada latihan metode dan melatih kecakapan. Dengan demikian pendamping yang dibayangkan tidak bermaksud sekedar memuaskan keingin tahu, tetapi pengembangan daya pikir, daya cari, daya menyampaikan ilmu, pengetahuan dan informasi, tetapi juga kecakapan untuk mengembangkan ilmu, menambah pengetahuan, dan mendapatkan informasi baru. Pendamping yang dibayangkan tidak hanya mengarah kepada akumulasi ilmu pengetahuan dan informasi, tetapi kemampuan untuk mencari dan mengolah lebih lanjut. Pendampingan yang dibayangkan tidak hanya membekali para muda-mudi dengan isi, tetapi ketrampilan mendapatkan dan mengolah isi yang baru. Pendamping tidak hanya bertujuan menyajikan bahan untuk dipelajari, tetapi juga sikap dan kemampuan bagaimana cara belajar. Singkatnya pendamping yang dibayangkan bukan sekedar memberi “ikan untuk dimakan”, “kail untuk menangkap ikan”. Bukan hanya “belajar untuk mempelajari sesuatu”, tetapi “belajar bagaimana cara belajar dan belajar lebih lanjut” (Mangunhardjana; 1986:27-28).

d. Dasar Pendampingan

Dalam masyarakat yang cepat berubah, proses belajar tidak dapat berhenti. Karena sekali orang berhenti belajar, maka dia langsung ketinggalan jaman dan tidak mampu memenuhi tuntutannya. Proses belajar harus terjadi terus-menerus, berlangsung seumur hidup. Maka


(34)

pendidikan tidak cukup lagi kalau hanya memberi ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkembangkan kecakapan ability, ketrampilan, Iskills, dan sikap, attitudes, bahkan spiritualitas, spirituality, kepada para belajar, agar dapat terus-menerus belajar selama hidup. Jadi pendidikan, harus memusatkan perhatian pada usaha untuk menyediakan bahan pelajaran dan membantu pengembangan hal-hal yang dituntut agar orang dapat belajar selama hidup. Pendidikan menjadi jembatan antara sumber-sumber ilmu pengetahuan dan para pelajar, dengan tujuan agar pada waktunya para pelajar dapat menemukan sumber-sumber sendiri dan mampu mengambil manfaat dari sana (Mangunhardjana;1986:39-40).

2. Iman

Iman adalah hubungan antara manusia dengan Allah yang menuju pada keselamatan manusia. Bagi manusia iman menjadi sesuatu yang penting dalam hidupnya, karena iman menunjuk kita ke arah yang lebih baik, sehingga dibutuhkan pengalaman iman dalam hidup manusia, maka dari itu kita perlu mengetahui:

a. Pengertian Iman Secara Umum

Menurut Amalorpavadas (1972: 17) iman adalah pertemuan pribadi yang mendalam dengan Allah yang hidup, di mana manusia menyerahkan diri dengan penuh cinta kepadanya. Dengan demikian iman pertama-tama merupakan suatu peristiwa hubungan atau perjumpaan secara pribadi antara manusia dengan Allah. Jadi dapat dikatakan bahwa iman merupakan pertemuan pribadi yang mendalam


(35)

dengan Allah yang hidup di mana terjadi suatu penerimaan akan kehadiran Allah dan penyerahan diri seutuhnya kepada kehendak Allah atas hidup kita.

Dalam buku ilmu kateketik dikatakan bahwa seorang beriman adalah: orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran. Menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah (Amalorpavadas, 1972: 17).

Beriman di sini berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Manusia akan mencapai iman yang mendalam ketika manusia membangun komitmen dan berserah diri seutuhnya kepada Allah. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya adalah kehendak-Nya. Apabila manusia membiasakan diri untuk berdoa dan berbuat sesuai dengan kehendak Allah maka hidupnya akan semakin terarah pada kebaikan dan akan senantiasa beroleh keselamatan. Maka dapat disimpulkan: seseorang dikatakan beriman bila percaya, berkomitmen, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga ia akan senantiasa hidup seturut kehendak-Nya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

b. Pengertian Iman Kristiani

Iman merupakan jawaban manusia terhadap wahyu Allah, dalam iman kristiani telah dinyatakan lewat pewahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus, maka dalam agama Kristiani diakui bahwa:


(36)

1) Iman sebagai Jawaban Manusia terhadap Wahyu Allah

Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat perjalanan sejarah memulai perantara para nabi. Dan setelah berkali-kali mengalami kegagalan, akhirnya Allah mengutus Putra-Nya (DV, art 4).

Allah telah membuktikan kasih-Nya yang begitu besar dengan melaksanakan janji-Nya melalui wahyu yang telah menjadi sejarah untuk keselamatan bagi umat manusia. Dalam hal ini Allah menentukan manusia untuk datang kepada Allah sebagai jawaban tawaran untuk peroleh keselamatan dari Allah. Jawaban manusia tersebut dilaksanakan melalui kepercayaan tentang kebenaran wahyu Allah dalam diri Yesus.

Iman diungkapkan, dijalani dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terbentuk suatu sikap yang lebih baik, lebih adil dan damai. Dengan demikian terbentuk rasa persaudaraan yang berdasarkan cinta kasih Allah.

2) Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah

Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia dengan maksud menampakkan dan membuka diri-Nya sendiri serta kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia (DV, art 6). Kebaikan yang telah diberikan Allah kepada umat manusia tampak dalam diri Yesus Kristus sebagai pemenuhan janji Allah. Yesus Kristus merupakan perwahyuan Allah yang adalah perantara agar manusia dapat bersatu dengan Allah. Allah telah begitu baik kepada manusia sehingga rela memberikan Putra tunggal-Nya untuk menebus dosa manusia, oleh karena itu


(37)

manusia wajib membalas kebaikan yang datang dari Allah melalui ketaatan iman dengan menyerahkan diri sepenuhnya. Kepada Allah (DV, art 4). Hendaknya segala tindakan dan perilaku yang dilakukan manusia mencerminkan sebagai anak-anak Allah (Konsili Vatikan II, 1993: 318).

Manusia yang dengan suka rela memberikan dirinya kepada Allah sebagai pernyataan iman dan kepercayaannya. Konsili Vatikan II, yaitu Dokumen tentang “Wahyu Ilahi” DV,art 5 yang berbunyi :

“Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan Iman”(Rom,16:26; lih Rom1:5; 2Kor 10:5-6) demikian manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan , “ketaatan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan “ dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya.

3. Anak

a. Anak di dalam Keluarga

Anak mengalami pengaruh dan keadaan yang melingkupinya. Entah lingkup kota, pedesaan, mereka dikelilingi orangtua, saudara-saudari, kakek nenek, teman-teman dan semua yang ada di sekitarnya. Anak-anak juga dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan sikap hidup mereka cara hidup mereka, hubungan mereka dengan satu dan yang lain, dalam menghadapi masalah, masyarakat sekelilingnya, dan hubungan dengan Tuhan sekali pun. Semua membawa dampak dan pengaruh yang berbeda.

Hubungan orang tua dan anak yang kokoh, konsisten, terpusat pada Kristus dan berdasarkan kasih, akan menolong anak-anak untuk mengakui bahwa mereka dikasihi, diterima, dan dimengerti. Dikasihi orang tua dapat menanamkan, bahkan tidak sekedar mengajarkan injil “Kabar Baik”. Inilah yang dapat dipakai


(38)

untuk membedakan anak-anak yan mengikuti Kristus dari mereka yang tidak mengikuti Kristus (Komkat KWI, 2006:48).

b. Anak –anak Zaman Sekarang

Saat ini anak-anak hidup di dunia yang sibuk dan penuh persaingan. Informasi dan teknologi melaju dengan cepat, sehingga hidup manusia cenderung juga berputar dengan sangat cepat. Anak-anak mudah menjadi bosan, terkadang kehilangan arah, tertekan, mudah berprasangka dan sulit mencari pertimbangan. Mereka memang lebih berani berpendapat, berkreasi, lebih cerdas, lebih cepat bertindak. Tetapi mereka juga lebih sering mengalami keputus asaan, depresi, dan kebosanan. Oleh sebab itu di hadapan anak orangtua harus selalu berusaha hidup dengan benar, sehingga memberi pengharapan kepada generasi masa kini yang sedang tumbuh dalam era budaya yang cenderung menuju kehancuran (Komisi KWI, 2006:45).

Keadaan seperti itu perlu diperhatikan dalam kegiatan pendidikan dan pendamping, tentu saja bidang Pendampingan Iman Anak tidak terkecualikan. Karena saat ini anak-anak sudah terbiasa dengan alat-alat elektronik seperti radio, televisi, video, computer dll. Alat permainan bermacam-macam seperti bahan bacaan, buku bergambar yang sangat mempengaruhi pribadi anak tersebut. Kita juga dapat melihat adanya kesenjangan keadaan antara anak-anak yang kaya dan tidak kaya. Penderitaan batin dialami oleh anak-anak yang tidak dapat menikmati kemudahan seperti teman-teman yang lainnya. Sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak karena moralitas hidup di sekelompok masyarakat


(39)

khusus, misalnya kemanusiaan karena sikapnya yang “asal menang” serakah, menindas, tidak jujur, dsb.

Kemajuan teknologi mulai memupuk sifat individualisme dalam diri anak. Rasa kekeluargaan terancam. Anak mulai acuh tak acuh pada urusan orang lain. Urusanmu urusanmu, urusanku-urusanku. Uruslah urusanmu sendiri. Jangan kita saling mengganggu. Karena itu, orangtua hendaknya membantu anak-anak agar mereka mampu mengatasi egoisme mereka. Kemajuan teknologi mengakibatkan persaingan yang kurang sehat. Mereka saling membanggakan dirinya sendiri, kekayaan sendiri, kelebihannya sendiri, tanpa memperhatikan bela rasa anak lain (Komkat KWI, 2006:24).

4. Mengenal Ciri-ciri Pendamping dalam Pendampingan Iman Anak

Dalam mendampingi anak-anak mengikuti PIA, pendamping harus memahami ciri khas Pendampingan Iman Anak. Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan sekolah formal. Perbedaannya lebih kepada suasananya yang diciptakan dalam Pendampingan Iman Anak. Maka dari itu pendamping harus memperhatikan 6 ciri yang khas yaitu:

a. Gembira

Suasana gembira perlu menjadi ciri kelompok. Suasana gembira melekat pada sifat anak-anak bila berkumpul. Di mana anak-anak berkumpul, di situlah kegembiraan muncul. Maka kelompok perlu menyenangkan, menggembirakan, menarik, sehingga anak-anak merasa krasan dan selalu ingin berkumpul lagi,


(40)

bersama teman-teman menggembirakan. Pendamping perlu berusaha sekuat tenaga, membuat suasana supaya tidak membosankan. Menyanyi bersama, bermain bersama-sama, mendengarkan cerita, berdoa bersama, itu semua menyenangkan dan menggembirakan. Dengan demikian warta gembira Yesus Kristus juga akan dirasakan oleh mereka sebagai yang menggembirakan, sebab beriman memang menggembirakan (Sugiarti, 1999: 18-19)

b. Bebas

Kebebasan merupakan unsur terpenting untuk beriman. Pendamping kelompok PIA ingin membantu anak-anak menyadari iman yang telah mereka miliki, maka suasana yang “ mem-bebaskan” perlu dipunyai oleh kelompok ini. Unsur keterpaksaan perlu dibuang jauh-jauh. Jika di sekolah anak-anak selalu merasa diabsen, kiranya di dalam kelompok PIA anak-anak perlu merasa bahwa kehadiran mereka tidak dipaksa (karena absen), melainkan karena mau dan senang hadir. Dengan suasana yang demikian, anak dijauhkan dari rasa gelisah, takut. Yang sering membuat anak gelisah dan takut ialah ujian, absensi, dan nilai. Memang hal tersebut ada maknanya sendiri di dalam lingkungan sekolah, namun di dalam sekolah PIA bukan pada tempatnya. Pengikutnya pada kelompok PIA hendaknya suasana yang menyenangkan, simpatiknya pendamping dan suasana kebebasan yang dapat dirasakan (Sugiarti, 1999:19).

c. Bermain

Sesuai dengan umur anak, pertemuan-pertemuan di dalam kelompok ini tentunya perlu memperhatikan unsur bermain. Anak umur 4-10 tahun senang sekali bermain-main. Kehidupan mereka tidak dapat dipisahkan dari bermain.


(41)

Bermain merupakan aktivitas yang mendatangkan rasa puas. Dengan bermain, kreativitas juga berkembang. Sosialisasi meningkat, wawasan menjadi lebih luas. Pikiran, perasaan, kehendak keterampilan, sikap yang baik diperkembangkan.

Kegiatan bermain dapat dipikirkan kembali, direfleksikan, dan dikaitkan dengan Pendampingan. Dengan refleksi, anak dapat melihat arti, maksud dari permainan bagi diri mereka sendiri dan bagi teman-temannya yang akhirnya akan membantu anak membentuk sikap dan pribadinya (Sugiarti, 1999:19).

d. Mendalam

Kegiatan atau permainan yang dilaksanakan di dalam kelompok PIA perlu terpilih, perlu diseleksi. Pendampingan perlu memilih kegiatan yang akhirnya dapat dilihat bersama secara mendalam, tidak sekedar bermain. Setelah satu permainan atau kegiatan selesai dilaksanakan, pedampingan bersama anak-anak kelihat kembali perasaan-perasaan tersebut, mengapa gembira, mengapa kecewa dst. Merefleksikan pengalaman seperti itu perlu di dalam Pendampingan anak (Sugiarti, 1999:19).

e. Beriman

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok PIA, ciri iman tidak boleh dilupakan. Ciri ini dapat dimunculkan sedikit demi sedikit melalui tahap perkenalan dan perkembangan kehidupan kristiani anak-anak. Kehidupan kristiani berarti kehidupan yang berpola pribadi Yesus Kristus. Dengan memperkenalkan pribadi Yesus Kristus, anak diharapkan dapat makin membentuk hidupnya seperti yang dicita-citakan oleh Yesus. Pikiran, perasaan, kehendak, wawasan, dan perilaku Yesus Kristus. Kecuali itu kehidupan anak perlu makin


(42)

bertumpu pada Yesus Kristus. Maka perhatianYesus perlu makin menjadi perhatian anak-anak. Keprihatinan dan wawasan Yesus perlu makin menjadi keprihatinan dan wawasan anak-anak. Misalnya perhatian Yesus secara khusus kepada orang-orang yang menderita, terlupakan dan miskin, perlu makin menjadi perhatian anak-anak, beriman berarti makin mengikuti Yesus secara penuh (Sugiarti, 1999:19).

f. Menjemaat

Beriman dilaksanakan secara pribadi dan bersama-sama. Beriman tidak dilaksanakan sendirian. Beriman juga tumbuh di dalam hidup bersama dengan orang lain, di dalam kelompok orang-orang beriman, di dalam jemaat. Belajar hidup berteman dengan baik, belajar saling memahami, belajar bekerja sama, belajar saling memaafkan. Terlaksana pula di dalam kelompok PIA. Iklim itu pulalah yang melihat anak-anak di dalam menjemaat, hidup bersama dengan orang-orang lain dalam beriman. Dengan latihan-latihan dan pengalaman di dalam kelompok PIA, anak-anak terlatih hidup bersama didalam jemaat. Anak-anak terlatih mampu berkomunikasi, menemukan pengalamannya sendiri dengan pengalaman teman. Mereka mengalami bahwa hidup bermain bersama-sama menyenangkan dan menggembirakan. Pengalaman ini dapat menumbuhkan benih kemampuan terlibat dengan umat di lingkungan, Paroki mereka dan di masyarakat mereka. Pengalaman mengenai Gereja, jemaat beriman kristiani, jemaat yang beriman akan Yesus Kristus, tumbuh secara nyata dan dialami sebagai yang makin bermakna.


(43)

Beberapa ciri suasana kelompok tersebut perlu diketahui oleh para pendamping, sehingga tujuan dan arah yang ingin dicapai dapat lebih jelas. Dan perlu ada kesan dan pengalaman, bahwa kegiatan kelompok PIA memang khas, bermakna, lain dari pada kelompok di sekolah (Sugiarti, 1999:20).

5. Rangkuman Pendampingan Iman Anak

Pendampingan Iman anak sangat diperlukan bagi anak untuk perkembangan iman anak sendiri. Kata pendampingan juga di sini menjelaskan bahwa seseorang pendamping tidak boleh menggiring sesuai selera mereka tetapi mendampingi dalam kehidupannya sambil memberi kesaksian tentang kehadiran Allah. Banyak manfaat yang kita dapat yaitu kita dapat menemukan pengetahuan atau informasi baru, data memecahkan masalah dalam diri kita atau pun dalam pekerjaan, sehingga kita mendapatkan hal baru dan dapat kita perbaiki.

Pendampingan menekankan pada pengembangan manusia dari segi praktis yaitu pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Sedangkan pendamping adalah seseorang yang karenanya tidak boleh menggiring ke arah yang sesuai selera kebutuhannya sendiri, tetapi mendampingi dalam menelusuri kehidupannya dengan masalah dan tantangannya sambil memberi kesaksiannya tentang kehadiran dan kedekatan. Dengan bagitu kegiatan akan semakin lengkap bila iman dalam diri kita harus kita hayati dan kita jaga. Iman secara umum adalah pertemuan pribadi yang mendalam dengan Allah yang hidup, dimana manusia menyerahkan diri dengan penuh cinta kepadanya. Iman dalam diri mulai kita biasakan sejak dini, supaya anak dapat mengerti apa manfaat iman dan apa yang


(44)

harus kita lakukan untuk lebih memperdalam iman. Anak jaman dahulu dengan anak jaman sekarang sangat berbeda, anak jaman sekarang banyak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan sikap hidup mereka, hubungan mereka satu dengan yang lain dan hubungan dengan Tuhan. Pendampingan Iman Anak ialah proses dan usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah.

Gereja memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak yang suatu saat menjadi penerus Gereja. Iman anak perlu dipupuk mulai dari dini kegiatan ini dikenal dengan nama Pendampingan Iman Anak (PIA). Kegiatan PIA adalah suatu bentuk pendampingan untuk membimbing dan mengembangkan hidup anak terutama anak katolik yang sudah maupun yang belum dibaptis. Kegiatan PIA ini dilatar belakangi oleh Gereja yang melihat bahwa anak-anak merupakan masa depan Gereja yang nantinya akan menjadi generasi penerus Gereja. Mengingatkan masa depan Gereja sangat ditentukan oleh pendampingan generasi muda yang dipersiapkan sejenak masa anak-anak mereka.

Pada dasarnya PIA adalah tanggung jawab orangtua, namun orangtua juga memerlukan bantuan orang lain untuk mendampingi anak-anak mereka, maka dibuatlah kelompok pendamping yang diikuti oleh banyak anak-anak dan dikelola oleh para pendamping yang mendedikasikan dirinya untuk kegiatan ini. PIA bukanlah kegiatan yang menakutkan atau memiliki banyak tuntutan seperti di sekolahan formal, namun PIA adalah kegiatan yang santai namun mendalam.


(45)

B. Kreativitas Pendamping 1. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Sesungguhnya apa yang diciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Seperti pengalaman kita selama sekolah atau pun pengalaman pendamping selama ini kami perbarui dengan gerakan membuat sendiri atau pun diganti sedikit agar dapat menarik (Munandar, 2004: 47).

Kreativitas dengan melahirkan/ menciptakan sesuatu yang sama sekali baru, barang kali trlalu sulit. Namun kita bisa melakukan inovasi dengan memperhatikan 3 (3N) langkah yaitu: Niten mengamati dan memperhatikan, artinya mau mempelajari polanya, unsur-unsurnya, niru mencontoh dari yang sudah ada, tetapi tidak berhenti sampai disini, karena bila sama persis tidak ada bedanya dengan menyalin/mencontoh persis, nambahi memberikan nilai tambah dan hal-hal yang menurut kita perlu dimasukan.

2. Pendamping

a. Pengertian Pendamping

Pendamping berasal dari kata dasar “damping”. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, damping mempunyai arti dekat, karib, atau akrab. Sedangkan


(46)

arti kata “mendampingi” dalam pendamping diartikan sebagai “menyertai” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 234).

Pendamping sebagai pendamping di sini menjelaskan bahwa untuk mencegah kita mengarahkan dan “memaksakan kehendak”. Pendamping adalah seorang pendamping, yang karenanya tidak boleh mengarahkan ke arah yang sesuai selera kebutuhannya sendiri tetapi mendampingi dalam menelusuri kehidupannya dengan masalah dan tantangannya sambil memberi kesaksiannya tentang kehadiran dan kedekatan Allah sebagai pendamping utama. Dengan belajar dari kisah Emaus (Luk 24:13-35), seorang pendamping berjalan dengan seiring dengan kaum muda menggumuli masalah mereka, dengan bertanya dan mendengarkan penuh perhatian dan kesadaran menjelaskan dan membuka pikiran mereka pada saat yang tepat dan akhirnya mempertemukan mereka dengan pribadi Kristus sendiri.

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa pendamping merupakan teman seperti seorang sahabat dekat, sehingga dalam pendamping dapat diartikan sejajar atau tidak ada batasan dan bawahan. Terjadi karena kesetaraan, kerjasama, dan kebersamaan antara yang mendampingi dan didampingi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendamping tidak ada senioritas ataupun penggojlokan, yang ada adalah kerjasama timbal balik untuk meraih tujuan yang sudah direncanakan.


(47)

b. Ciri Khas Pendamping

Pendamping mempunyai ciri khas bahwa seseorang yang didampingi atau mendapatkan pendamping merupakan pribadi yang bebas dan berdiri sendiri. Mereka bukanlah penerimaan pasif yang dapat menerima materi dan menelan mentah-mentah apa yang diberikan oleh pendamping. Tetapi pendamping harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan kekeluargaan sehingga tercipta kesejajaran antara pendamping dan peserta. Kesejajaran berarti tidak ada batasan dan bawahan, sehingga terjadi kesetaraan, kerjasama, dan kebersamaan yang harmonis antara pendamping dan yang didampingi. Selain itu, pendamping merupakan alat yang dapat menolong peserta dalam mengembangkan potensi mereka, sehingga orang lain dapat tumbuh dan mengembangkan potensi yang dimiliki dengan baik (Mayerof, 1993: 53).

c. Spiritualitas pendamping

Menjadi saksi Injil, menjadi pendamping PIA berarti siap menjadi saksi iman, terlebih bagi anak-anak yang kita dampingi. Kesaksia itu ditujukan pertama-tama melalui sikap, kata-kata, dan perilaku kita yang selaras dengan ajaran Kristus sendiri. Tentu kita berpikir untuk mendampingi anak-anak baru nanti bila kita sudah “sempurna”., karena sepanjang waktu kita akan berjuang terus. Tetapi setidaknya kesadaran ini akan memacu kita untuk menjadi kesaksian Kristus, terlebih di hadapan anak-anak (Bagiyowinadi, 2009:66 )


(48)

3. Manfaat Pendamping Kreatif bagi Anak

Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal (Guilford, 1957:154). Di sekolah yang terutama dilatih adalah pengetahuan, ingatan, dan pemikiran yang logis atau penalaran yaitu kemapuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat anak lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan.

Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Ini tampak sekali jika kita mengamati anak-anak yang sedang asik bermain dengan balok-balok kayu atau bahan-bahan permainan konstruktif lainnya. Dari wawancara dengan tokoh-tokoh yang telah mendapat penghargaan karena berhasil menciptakan suatu yang bermakna, yaitu para ilmuwan dan ahli penemu, ternyata kepuasan amat berperan. Kepada mereka ditanyakan: apakah yang mendorong mereka sehingga tanpa pamrih memberikan begitu banyak waktu dan tenaga sehingga sering juga mengorbankan kehidupan yang mewah agar menciptakan sesuatu, kebanyakan dari mereka menjawab “Karena hal itu memberikan kepuasan pribadi yang tak terhingga” (Biondi, 1972:126).


(49)

4. Mengenal Macam-macam Kreativitas

Sebagai pendamping PIA harus memiliki kreativitas agar anak tidak bosan. Dalam mengikuti kegiatan anak akan semangat untuk hadir dalam PIA. Kegian PIA, pasti tidak jauh dari kegiatan bernyanyi menggunakan gerak dan lagu, bercerita menggunakan bahasa sederhana, permainan supaya tidak bosan, alat peraga, dan aktivitas seni (Bagiyowinadi, 2009: 98-105).

a. Gerak Lagu

Suasana gembira di PIA sungguh dirasakan ketika nyanyian didendangkan, apalagi bila diiringi dengan musik. Hanya saja nyanyian itu perlu disertai gerakan, diikuti oleh anak-anak, sehingga suasana menjadi hidup. Gerak lagu ini bisa diciptakan sendiri, tetapi dengan tetap memperhatikan keterkaitannya dengan syair/kata-kata yang dinyanyikan. Dilain pihak pemilihan lagu sedapat mungkin disesuaikan dengan tema pertemuan. Setidaknya ada lagu pembukaan untuk menggembirakan suasana, lalu dibagian aktivitas bisa dimasukan lagu (baru) yang mendukung pesan Injil yang diwartakan.

b. Bercerita

Bercerita sangat diminati oleh anak. Saat mendengar cerita, anak-anak dibawa masuk dalam kisah dan petualangan si tokoh cerita. Melalui cerita, pesan-pesan Injil dapat disampaikan secara lebih konkret, sebab sudah terintegrasi dalam konteks situasi. Kekuatan cerita terjadi pada konflik/persoalan sehingga


(50)

membuat pendengar ingin tahu kelanjutannya. Tanpa konflik atau persoalan, cerita terasa datar dan kurang menarik. Dalam hal itu sebenarnya disebut kisah, bukan cerita dalam arti sesungguhnya. Tentu cerita untuk anak-anak tidaklah sepelik seperti novel atau cerita detektif untuk dikonsumsi orang dewasa.

Cerita yang menarik tentunya juga perlu disampaikan dengan cara yang menarik pula. Maka seorang pendamping yang hendak bercerita pasti menguasai detail urutan-urutan ceritanya dan mencoba menyampaikannya dengan kata-kata sendiri (jadi tidak terpancang pada teks di buku cerita). Cerita juga dibawakan dengan penuh penghayatan, dengan intonasi dan kalau bisa seperti dalang dengan suara yang berbeda-beda saat mengucapkan langsung si tokoh cerita. Sangat baik bila penyampaian cerita didukung dengan alat peraga yang sesuai seperti boneka.

c. Permainan

Permainan dan dinamika kelompok menciptakan suasana gembira di antara anak-anak permainan juga mengakrapkan mereka satu sama lain. Tentu dalam bina iman ini permainan tidaklah berhenti sebatas bermain dan gembira melainkan sarana mewartakan sabda Tuhan. Permainan bisa dimanfaatkan untuk menerapkan pesan Injil, visualisasi Kitab Suci, atau pun sebagai sarana untuk menggali pengalaman anak. Maka permainan pun tetap perlu dipilih yang berkaitan dengan pesan Injil dan setelahnya anak-anak diajak menggali menemukan pengalaman iman dari permainan itu (tentu tetap disesuaikan dengan usia mereka).


(51)

d. Alat Peraga

Alat peraga sangat mendukung kegiatan Pendampingan Iman Anak. Sebab dengan alat peraga itu, anak-anak tidak hanya mendengarkan suara pendamping, tetapi melihat alat peraganya, bahkan mungkin ikut memegang dan mempraktekkan alat peraga itu. Dengan demikian ingatan anak menjadi lebih kuat dibandingkan sekedar mendengarkan. Selain itu, dengan alat peraga cerita ataupun Firman Tuhan dapat disampaikan dengan lebih menarik.

Alat peraga bisa boneka atau VCD panggung boneka bisa gambar kubus, koran dan majalah. Saat bercerita pendamping dapat sambil menunjukan gambarnya. Kiranya semua gambar/foto ini perlu ditempel pada kertas ukuran tertentu sehingga bisa disimpan dengan baik dan sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan. Bisa juga membuat kostum dari koran bekas, membuat kotak pasir dengan ukuran tertentu, dari pasir itu bisa dibentuk sungai, jalan, bukit dan ditancapi dengan model rumah, orang, binatang, dsb. Tentu pendamping juga terampil menggunakan alat peraga.

e. Aktivitas Seni

Selain aneka keterampilan, kiranya juga bernilai mendayagunakan segala potensi dan bakat seni para pendamping bina iman (juga dengan bantuan orang lain). Sebab di dalam kegiatan bina iman dimungkinkan anak-anak dalam bentuk drama, puisi, bahkan tarian. Demikian pula potensi dan kreativitas anak-anak ini bisa dipersembahkan dalam acara paroki maupun misa Natal/Paskah untuk anak-anak.


(52)

Hal yang sangat niscaya pernah dilakukan anak-anak ketika mereka menampilkan bakat dan talenta mereka dalam bentuk tablo, tarian, drama, vocal group, yang ditampilkan dalam acara paroki, visualisasi sengsara Tuhan, atau misa anak-anak. Praktis beberapa minggu mereka harus berlatih dan barangkali juga acara bina iman mereka “tergusur” dengan jadwal latihan atraksi itu. Aktivitas seni sebagai persiapan untuk dipersembahkan dalam misa anak-anak atau pun cara lain, perlu dilihat sebagai ungkapan iman mereka juga untuk memuliakan Tuhan dengan seluruh tubuh (bdk. 1Kor 6:20). Melalui aktivitas seni itu mereka juga mau mengkomunikasikan iman mereka dengan mensyukuri anugerah talenta yang telah mereka terima dan kembangkan. Dan untuk ini semua peran serta pendamping, terlebih yang memiliki minat dan bakat di bidang seni sangatlah diharapkan.

5. Keterlibatan Anak

a. Keterlibatan dalam Hidup Umat

Anak sejak awal merasakan bahwa mereka merupakan bagian dari umat. Iman mereka merupakan bagian dari iman seluruh umat beriman. Mereka mengalami bahwa mereka bukan hanya objek (diam saja mendengarkan), tetapi di kehidupan umat mereka sebagai subjek (ikut serta/terlibat) dalam kehidupan umat. Keikutsertaan anak dalam kehidupan umat ini dapat dimulai dari keterlibatan di lingkungan maupun dalam perayaan liturgi Gereja, seperti ambil bagian sebagai putra/i altar, lektor, anggota koor, pembawa persembahan, dll (Nota Pastoral, 2008: 30).


(53)

b. Paguyuban Anak

Melalui paguyuban-paguyuban seperti PIA, putra-putri altar, serta wadah kegiatan anak yang lain, belajar untuk membangun Gereja sebagai persekutuan. Paguyuban-paguyuban itu tidak sekedar menjadi tempat mereka menerima pengajaran dan pendampingan dari umat yang lebih dewasa, tetapi juga menjadi kesempatan untuk terlibat dalam pengembangan iman pribadi mereka. Mereka dapat mengekspresikan iman mereka dengan cara-cara yang menyentuh hati mereka. Mereka mulai merasakan diikutsertakan sebagai anggota paguyuban, ketika suara mereka didengarkan, ketika mereka dilibatkan dalam perencanaan kegiatan, paguyuban ini juga menjadi kesempatan bagi mereka untuk terlibat sebagai pendamping bagi adik-adik yang lebih kecil (Nota Pastoral, 2008: 37-38).

Keikutsertaan dalam tugas misi Gereja juga dapat dimulai melalui paguyuban ini. Serikat anak misioner misalnya mengajak anak sejak awal mengembangkan semangat missioner di lingkungan mereka. Mereka terlibat dalam karya misi Gereja, baik melalui doa-doa, melalui sikap hidup sehari-hari maupun melalui pengumpulan derma bagi anak lain yang membutuhkan. Dengan menjadi saksi iman di tengah-tengah mereka ikut serta dalam tugas perutusan Gereja.

6. Rangkuman Kreativitas Pendamping bagi Keterlibatan Anak

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Sebagai pendamping harus memiliki kreativitas agar dalam melaksanakan kegiatan tidak merasa bosan. Ciri khas pendamping adalah harus dapat menciptakan suasana yang


(54)

menyenangkan dan kekeluargaan sehingga tercipta kesejajaran antara pendamping dan peserta. Tujuan pendamping dapat membantu seseorang dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, informasi, sikap, perbuatan, dan sikap perilaku hidup. Banyak manfaatnya bagi pendamping yang memiliki kreativitas, karena dalam kehidupan belajar mengajar kreativitas merupakan kebutuhan manusia. Sistem kebutuhan manusia mempengaruhi kreativitas dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan diri. Orang yang sehat mental, yang bebas dari hambatan-hambatan dapat mewujudkan diri sepenuhnya.

Kreativitas dalam kehidupan kita tidak perlu hal yang baru, tetapi gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya yang diperbarui atau ditambahkan supaya menjadi hal yang menarik. Tentunya sebagai seorang pendamping. Pendamping bertujuan untuk membantu seseorang dalam mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hidup pribadi dalam kebersamaan dengan orang lain dan peran dalam masyarakat. Tujuan pendamping juga membantu seseorang meningkatkan kualitas pribadinya dengan memberikan sesuatu yang positif dan bermanfaat.

Macam-macam kreativitas bisa membuat suasana tidak tegang. Dengan menggunakan gerak lagu yang diiringi musik, suasana menjadi hidup dan lagu dapat disesuaikan dengan tema pertemuan. Bercerita juga diberi variasi supaya lebih menarik dengan alat peraga seperti boneka atau membuat wayang-wayangan. Sebagai pendamping juga harus menguasai cerita tersebut supaya pesan dapat tersampaikan dengan baik dan anak dapat menyerap isi cerita tersebut. Supaya kegiatan PIA tidak membosankan, pendamping juga mengajak


(55)

anak-anak untuk berkreasi dengan cara membuat kerajinan tangan seperti, anak membuat layang-layang sendiri dengan menghias sesuai dengan tema.

Permainan dapat menciptakan suasana gembira dan akrab satu sama lain. Permainan dapat dimanfaatkan untuk menerapkan pesan injil dan sebagai sarana menggali pengalaman anak. Keterlibatan anak juga dipandang sebagai subjek dalam pendampingan iman berpangkal dari pendekatan menyeluruh dan melibatkan banyak pihak dalam Pendampingan Iman Anak.


(56)

BAB III

PENELITIAN TENTANG KREATIVITAS PENDAMPING DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK

A. Gambaran Umum Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan

Pada bab ini, penulis akan membahas gambaran umum umat tentang Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Pendampingan Iman Anak di Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan penulis mengadakan penelitian sederhana dengan menggunakan wawancara tersruktur. Penelitian ditujukan kepada pendamping dan orangtua anak. Selanjutnya akan diuraikan mengenai Pendampingan Iman Anak yang terjadi di Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan, Keuskupan Agung Semarang dan pembahasan hasil penelitian.

1. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan

Berdasarkan buku benih-benih iman umat Nanggulan menyejarah, dapat disimpulkan sejarah Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan. Mengikuti perjalanan sejarah umat Katolik di Nanggulan terlihat bahwa campur tangan Tuhan terjadi melalui banyak cara dan banyak orang. Ternyata di tempat ini (Nanggulan) dipertemukan dua arus besar pewartaan misi yaitu Misi yang bersumber dari Mendut kemudian Boro dan (Kenteng) Nanggulan, dan Misi yang tahun-tahun berikutnya mengalir kuat dari Yogyakarta (Kotabaru) lanjut Gubug/Sedayu kemudian Wijilan (Nanggulan). Oleh karena itu tidak


(57)

mengherankan jumlah umat Katolik semakin bertambah dan semakin menuntut perhatian secara khusus. Hal ini dibaca oleh Romo FX. Satiman, SJ dan dikuatkan oleh Romo J. Prenthaler, SJ untuk diwujudkan dengan membuat suatu pusat pelayanan yang ditandai dengan mendirikan bangunan Gereja di Nanggulan (1936). Sejarah juga menunjukkan kuatnya kerelaan tokoh-tokoh pendahulu dalam mewujudkan munculnya Gereja di Nanggulan. Gagasan awal untuk mendirikan gedung Gereja ini muncul dari pemikiran Bapak Sebastianus Sutodimedjodi wilayah Nanggulan. Gagasan ini ternyata didukung oleh seluruh umat Nanggulan pada waktu itu. Gayung bersambut, ternyata gagasan itu mendapat tanggapan yang baik dari Romo Prenthaler, SJ. selaku Romo Kepala Paroki Boro. Pada tahun 1934, Romo Prenthaler, SJ. menugasi Romo F.X. Satiman, SJ., Romo pembantu Paroki Boroyang memang bertugas di wilayah Nanggulan hampir 5 tahun untuk membeli sebidang tanah di kawasan Nanggulan.

Sebelum membeli tanah yang dimaksud, Romo F.X. Satiman, SJ. membahasnya bersama Bapak Sutodimedjo, Mbah Pait, serta Bapak Setrodrono. Beliau minta ijin kepada Ndara Wedana Kawedanan Nanggulan seorang pribumi, namun keinginan Beliau ditolak. Untuk itu Beliau menjawab (kira-kira begini), ”Saya orang pribumi, mengapa saya tidak diperbolehkan membeli dan memiliki tanah di negeriku sendiri?” Merasa diperlakukan kurang adil, maka Bapak Sebastianus Sutodimedjo seorang abdi Dalem Kraton Ngayogyahadiningrat bersama Romo F.X. Satiman, SJ. menghadap Sri Sultan Hamengku Buwono VIII untuk melaporkan hambatan dalam pembelian tanah untuk gedung Gereja Katolik di Nanggulan. Sri Sultan Hamengku Buwono VIII memperhatikan keluhan


(58)

tersebut dengan memberi surat untuk dibawa ke Gubernur Adam. Pada tahun 1935 keinginan memiliki sebidang tanah untuk gedung Gereja di kawasan Nanggulan terkabulkan. Bapak Adi Asmoro putera Bapak Setrodrono dengan suka rela menyediakan tanahnya di Karang seluas 4.000 meter persegi dengan harga 34 gelo. Status tanah tersebut atas nama Gereja Katolik Boro. Bapak Adi Asmoro bertempat tinggal dekat Kawedanan Nanggulan (kini Kecamatan Nanggulan). Tidak lama kemudian di atas tanah tersebut didirikan brak untuk pembangunan gedung Gereja. Namun, berhubung belum ada ijin dari pemerintah kolonial Belanda, brak tersebut buru-buru dibongkar. Hambatan perijinan ini timbul karena pihak pemerintah kolonial Belanda lebih cenderung pada penyebaran Agama Kristen Protestan. Masalah yang dihadapi ini kemudian oleh Romo F.X. Satiman, SJ. dilaporkan kepada Romo Strater, SJ. di Gereja Kota Baru.Atas laporan ini kemudian Romo F. Strater, SJ. berkenan membantu menguruskan ijin pendirian gedung Gereja dari pemerintah kolonial Belanda, dan beliau berhasil memperoleh ijin untuk mendirikan gedung Gereja Katolik di Pedukuhan Karang.

Dengan ijin tersebut pembangunan gedung Gereja dimulai. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 13 Januari 1936. Biaya pembangunan semua ditanggung oleh pihak Keuskupan Batavia. Orang-orang yang juga ambil bagian dalam pembangunan Gereja Nanggulan diantaranya adalah Bapak Prawirokoro sebagai pelaksana dan penyedia material. Untuk masalah birokrasi juga terlibat di dalamnya Bapak B. Sinangjoyo sebagai satu-satunya orang katolik yang bekerja di pemerintahan.


(59)

Gereja yang berdiri di Karang ini diberi nama Gereja Katolik Santa Perawan Maria Tak Bercela. Gedung gereja ini diberkati oleh Bapa Uskup Mgr. P.J. Willekens, SJ, Vikaris Apostolik Batavia (Keuskupan Batavia) pada tanggal 5 Juli 1936. Ekaristi pemberkatan ini dihadiri oleh 1.500 umat. Sedangkan peringatan Santa Pelindungnya, Santa Perawan Maria Tak Bercela jatuh pada tanggal 8 Desember. Paroki ini memiliki 4 wilayah yaitu wilayah Kembang yang memiliki 5 lingkungan, wilayah Giripurwo memiliki 4 lingkungan, wilayah Wijimulyo memiliki 5 lingkungan, wilayah Jatisrono memiliki 5 wilayah dan 1 Stasi Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.

Paroki Santa Maria ini memiliki beberapa macam kegiatan setiap tahunnya dan salah satunya adalah PIA (Pendampingan Iman Anak) yang diadakan setiap minggu di lingkungan masing-masing. Kegiatan PIA ini dari jaman saya kecil sudah ada sampai sekarang. Begitu banyak anak-anak kecil yang terlibat dalam sekolah minggu ini, apalagi ketika hari besar. Mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan PIA ketika hari besar karena banyak hal yang tidak diduga sebelumnya. Setiap tahunnya pendamping akan mengadakan acara yang berbeda-beda untuk memeriahkan acara terasebut. Begitu senang melihat anak-anak mengikuti kegiatan ini ( Benih-benih iman umat Nanggulan, 2006:10-11).


(60)

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan

Penulis mengutip visi dan misi ini dari buku program kerja paroki dan rancangan anggaran penerimaan biaya angsuran inventasi Paroki St. Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan.

a. Visi

Umat Allah Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan, dalam bimbingan Roh Kudus semakin menjadi persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah agar semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.

b. Misi

Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tata hidup bersama yang baru, adil, demokratis dan damai sejahtera, umat Paroki Nanggulan terlibat secara aktif membangun habitus baru berdasarkan semangat Injili dengan beriman mendalam dan tangguh.

3. Gambaran Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) di Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan

Gambaran pendampingan iman saat ini sangat menyedihkan. Karena banyak lingkungan-lingkungan yang tidak ada kegiatan pendampingan iman dan kendalanya adalah tidak ada dorongan dari orangtua dalam perkembangan iman anaknya. Karena bila tidak ada dorongan dari orangtuanya anak juga tidak akan


(61)

mengerti apa maksud dari kegiatan tersebut. Guru pertama dan utama anak adalah orangtua, dan bila anak tidak berkembang dalam iman itu dikarenakan kurangnya perhatian orangtua terhadap perkembangan iman anaknya. Tidak hanya itu, setiap lingkungan harusnya mendukung kegiatan tersebut dengan cara memberi masukan, perhatian, dan dorongan agar yang remaja mau mendampingi adik-adiknya. Dalam kenyataan yang saya alami, sama sekali kurang adanya perhatian dari lingkungan dan pengurus lingkungan sehingga anak yang tidak dilatih sejak dini iman dan mentalnya susah dikembangkan karena anak tidak mempunyai kepercayaan diri.

Sebagai pendamping PIA tidak harus orang yang pintar dalam segala hal, tetapi niat dan kerelaan dalam diri sudah cukup untuk menjadi pendamping. Dengan demikian kegiatan PIA akan berjalan baik dengan seiring berjalannya waktu, karena jika ada kemauan pasti ada jalan. Seperti membaca buku dan mendapat masukan dari orang yang berpengalaman, sedikit demi sedikit pasti ada kemajuan dalam kegiatan tersebut. Tidak sengaja pula kita juga akan mencoba berfikir kreatif. Tetapi kemauan itu tidak berkembang di Paroki kami dan kegiatan ini mulai fakum kembali.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini sebagai upaya awal untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai Pendampingan Iman Anak dan permasalahannya. Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian,


(62)

variabel penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, dan teknik analisis data.

1. Latar Belakang Penelitian

Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan tanggung jawab seluruh orangtua dalam keluarga karena orangtua yang memulai pendidikan dari awal untuk anaknya. Sehingga dapat dilanjutkan untuk memupuk iman anak di Gereja melalui pendamping. Pendamping PIA bertugas untuk mendampingi seluruh kegiatan PIA, peran pendamping dalam kegitaan PIA begitu besar, terutama dalam mendampingi iman anak yang sedang berkembang saat ini terutama di Paroki Nanggulan. Iman harus diajarkan sejak dini, supaya anak dapat mengembangkan imannya secara penuh. Pendamping PIA bertugas mendampingi anak untuk mengenal Kristus dan mengajarkan perbuatan yang mendasar bagaimana perbuatan baik dan buruk.

Dari pengalaman penulis dalam mendampingi PIA di Paroki Nanggulan, penulis menemukan banyak keunikan. Keunikan yang penulis rasakan adalah ketika diadakan Pendampingan Iman Anak sepulang dari Ekaristi banyak orangtua yang langsung mengajak pulang, di sini terlihat bila orangtua kurang memperhatikan kebutuhan rohani anak tersebut. Selain itu rata-rata pendampingnya adalah ibu-ibu dan orang muda jarang terlibat dalam mendampingi PIA. Selain itu karena suasana yang sangat monoton membuat anak-anak mengalami kebosanan dalam mengikuti pendampingan iman anak. Kreativitas pendamping sangat dibutuhkan dalam mendampingi anak agar anak dapat mengembangkan potensinya.


(63)

Pastor Paroki Nanggulan perlu membantu memberikan saran bagi orangtua agar anaknya dilibatkan dalam Pendampingan Iman Anak. Sebagai umat Kristiani kerjasama antara Pastor paroki dan orang tua perlu ditingkatkan agar dapat memberikan perhatian secara khusus pada anak-anak yang adalah masa depan Gereja. Maka dengan demikian anak-anak akan mendapatkan pendampingan serta arahan akan masa depan imannya yang nantinya akan menjadi bekal bagi kelangsungan hidupnya di kemudian hari. Ini adalah salah satu kendala juga agar pastor Paroki Nanggulan juga memperhatikan orangtua yang memiliki anak usia dini agar apa yang akan dicapai ke depan berhasil.

2. Rumusan Permasalahan

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apa saja persoalan yang dihadapi pendamping dalam Pendampingan Iman Anak?

b. Bentuk kreativitas macam apa yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pendamping?

c. Harapan apa yang diinginkan para pendamping guna mengembangkan kreativitas dalam Pendampingan Iman Anak demi perkembangan iman anak?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:


(64)

b. Menemukan bentuk-bentuk kreativitas yang diperlukan untuk mendampingi iman anak.

c. Mengetahui harapan para pendamping dalam rangka peningkatan/ pengembangan kreativitas dalam Pendampingan Iman Anak.

4. Manfaat Penelitian

a. Menentukan peta dinamika pelaksanaan PIA baik untuk paroki dan orangtua beserta permasalahannya.

b. Membantu pendamping meningkatkan efektifitas pendamping. c. Menjaga kontinyuitas Pendampingan Iman Anak.

5. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif memandang manusia sebagai instrumen utama dan mengutamakan proses dari pada hasil penelitian (Moleong, 2011: 11). Melalui penelitian kualitatif, penulis dapat mengenal orang (subyek) secara pribadi. Latar belakang alamiah yang mengharuskan penulis terlibat langsung dalam proses penelitian menjadi suatu tantangan tersendiri untuk


(1)

awal sampai akhir kalau bisa, ibadah mengenal doa-doa yangsederhana.” 7. Bagaimana keterlibatan anak dalam hidup menggereja?

“Anak saya terlibat dalam mengikuti misa, doa lingkungan anak terlibat.” 8. Apakah anak-anak sungguh terlibat dalam Pendampingan PIA ?

“Kalau anak saya belum terlibat, karena kan PIA di waktu yang bersamaan dengan misa jadi anak saya selalu ikut misa didalam.”

9. Ada berapa jenis paguyuban yang ada di Paroki?

“Paguyuban banyak mbak ada WK, Legiomaria, tapi yang khusus anak ya PIA itu sama misdinar.”

10. Kendala apa saja yang anda alami dalam mendampingi atau mengikuti perkembangan anak dalam pendampingan PIA?

“Kendalanya itu waktunya PIA jangan disamakan dengan misa, karena ada yang orang tua sudah kegereja tapi mau mengikutkan anak minngu siang kadang malas, kalau bisa juga PIA setelah misa atau sore hari jadi anak juga diajarkan untuk mengikuti misa. Kalau bisa dilingkungan-lingkungan dihidupkan lagi. ”

Harapan waktu jangan bersamaan dengan misa, karena anak juga harus dibiasakan dengan perayaan Ekaristi. Kegiatannya juga jangan hanya nyanyi dengarkan bacaan tetapi juga berkreasi supaya anak juga bisa mengeluarkan bakatnya. Dalam materi juga jangan hanya membaca bacaan tetapi menggunakan alat peraga supaya anak tidak mengantuk dan tidak bosan. Pendamping muda mohon juga di tambah supaya pendamping tua tidak kualahan dalam mendampingi.

Komentar, Tanggapan, Tambahan Informasi dan Persetujuan dari responden ... ... ...

Yang terhormat,


(2)

No Kode RP11

11 Nama Agnes Evita L

Umur 28

Lingkungan Ngemplak Pekerjaan Guru Agama Jabatan Pendamping PIA

1. Apakah pendampingan dalam PIA pendamping sudah kreatif ?

“Menurut saya sudah cukup maksimal, hanya masih harus diperbanyak latihan lagi. Kurang ada kejelasan arah dan tujuan materi yang digunakan, pendamping juga sempat binggung. Bacaan Kitab suci mengikuti misa sehingga pendamping bingung dalam penyampaiannya. Dari paroki juga belum ada pembahasan tentang materi akan dibuat seperti apa.”

2. Adakah manfaatnya kreativitas dalam pendampingan PIA ?

“Sangat bermanfaat sekali, karena kan anak sudah bersekolah dari senin sampai sabtu. dengan adanya kreativitas di PIA anak akan bersemangat dan tidak akan jenuh.”

3. Menurut anda Pendampingan PIA penting atau tidak dilaksanakan dalam Paroki?

“Sangat penting, supaya anak itu dapat belajar bersosialisasi dengan teman lain dan Iman anak akan selalu tumbuh sesuai dengan kebutuhannya.” 4. Menurut anda seperti apa ciri-ciri Pendampingan PIA yang sudah

dilaksanakan di Paroki?

“Ciri-cirinya berkumpul bersama, santai, bernyanyi bersama, belajar bersama, pendamping berusaha membuat susasana menjadi nyaman anak akan senang.”

5. Menurut anda apakah waktunya sudah maksimal atau belum dalam pendampingan ?

“Sudah maksimal bila diadakan seminggu sekali. Tetapi karena sekarang jarang ada PIA waktu kurang maksimal.”

6. Menurut anda beriman secara umum itu seperti apa, khususnya untuk anak?


(3)

dimulai dari keluarga. Bina iman adalah mutlak tugas orang dewasa, tugas gereja agar mereka dating kepada Yesus.”

7. Bagaimana keterlibatan anak dalam hidup menggereja?

“Anak belum begitu terlibat(kesadaran dari orang tua kurang). Banyak orang tua yang sibuk dengan kegiatannya sendiri.”

8. Apakah anak-anak sungguh terlibat dalam Pendampingan PIA ?

“Ya, anak sangat antusias mengikuti pendampingan. Apa lagi mengikuti koor untuk natal dan paskah anak semakin senang dan banyak yang hadir/ ikut saerta dalam koor natal dan paskah.”

9. Ada berapa jenis paguyuban yang ada di Paroki? “Banyak, tetapi yang untuk anak PIA dan Paud.”

10. Kendala apa saja yang anda alami dalam mendampingi atau mengikuti perkembangan anak dalam pendampingan PIA?

“Kendalanya banyak sebetulnya seperti sarana-prasarana belum ada, keaktifan pendamping kurang jadi kadang itu-itu saja, dukungan dari pastor Paroki.”

Harapannnya kegiatan ada rutin seperti dulu, pendamping juga kumpul rutin setiap bulannya. Kalau bisa penambahan pendamping muda. Sarana yang sudah di sediakan harap di pergunakan seperti alat musik dan tape. Materi juga pendamping harus memperhatikan supaya kita dapat menyesusaikan sarananya. Bagi usulan untuk membangun pendampingan mohon pendamping juga harus mau menerima saran dari yang lain.

Komentar, Tanggapan, Tambahan Informasi dan Persetujuan dari responden ... ...

Yang terhormat,


(4)

No Kode RP12 12 Nama Agnes Sinta

Umur 24

Lingkungan Wijilan Pekerjaan Kuliah

Jabatan Pendamping PIA

1. Apakah pendampingan dalam PIA pendamping sudah kreatif ?

“Sebetulnya saya selaku pendamping sudah mempunyai bekal dalam kreativitas. Tetapi karena kurang dukungan atau kesadaran dari pendamping lain maka, saya selaku pendamping mengalami kesulitan dalam proses pendampingan ini.”

2. Adakah manfaatnya kreativitas dalam pendampingan PIA ?

“Menurut saya sangat bermanfaat, tetapi karena pendamping PIA kurang jadi kreativitas itu tidak berjalan dengan maksimal. Apalagi yang kita lihat di Paroki banyak yang berbeda usia sehingga kami pendamping mengalami kualahan.”

3. Menurut anda Pendampingan PIA penting atau tidak dilaksanakan dalam Paroki ?

“Sebenarnya sangatlah penting, tetapi karena banyak kendala seperti penjadwalan yang sudah diadakan tetapi pendamping dari lingkungan tiba-tiba tidak hadir dikarenakan banyak urusanlain, sehingga PIA saya yang mengurusi sendiri jika teman yang lain juga tidak hadir. Kadang juga pendamping yang sepuh saja yang mengurusi. Dari sinilah pendampingan PIA kurang jelas arahnya.”

4. Menurut anda seperti apa ciri-ciri Pendampingan PIA yang sudah dilaksanakan di Paroki?

“Ciri-ciri bagi pendamping ya menciptakan suasana gembira. Karena dalam pendampingan PIA ini kami pendamping mengajak anak untuk berdinamika bersama, bernyanyi dengan gerakan, permainan sehingga anak tidak bosa bila banyak selingan. Dan yang paling terpenting anak mendengarkan SabdaTuhan dan sedikit penjelasan.”


(5)

Paroki mengalami kemacetan karena pendamping lingkungan. Pendamping lingkungan kurangnnya kesadaran dalam keterlibatan mendampingi anak. Meskipun sudah ditunjuk mereka tidak hadir mungkin yang saya lihat belum ada minat, sehingga pendamping Paroki kualahan.” 6. Menurut anda beriman secara umum itu seperti apa, khususnya untuk

anak?

“Menurut saya yang penting anak mempunyai landasan iman sejak dini. Anak dapat mengenal siapa Tuhan itu, sehingga menjadi bekal hidup anak sampai bertumbuhnya usia mereka seperti itu.”

7. Bagaimana keterlibatan anak dalam hidup menggereja?

“Menurut saya, belum terlalu terlibat semua. Karena tergantung dari orang tua anak yang memiliki banyak kesibukan, sehingga kurang diperhatikan.” 8. Apakah anak-anak sungguh terlibat dalam Pendampingan PIA ?

“Rata-rata kalau saya amati anak pasti terlibat dalam kegiatan PIA. Sebagai pendamping pasti akan mengajak dan mengarahkan anak untuk berdinamika bersama.”

9. Ada berapa jenis paguyuban yang ada di Paroki?

“Kalau untuk anak PIA, Misdinar, dan sekarang PAUD.”

10. Kendala apa saja yang anda alami dalam mendampingi atau mengikuti perkembangan anak dalam pendampingan PIA?

“Kendalanya kurangnya sarana, kurang ada kesadaran dari pendamping lingkungan dan Orang tua, kadang juga antara pendamping tua dan muda kurang bisa menyatu, sehingga kreativitas tidak berjalan dengan baik. ” Harapan sesama pendamping mohon kerjasamanya, pendamping sepuh jangan seenaknya dengan pendamping yang muda, sesama pendamping harus membuat materi bersama sesuai dengan usia mereka, supaya anak dapat meresapi isi dalam pertemuan yang kita berikan. Kalau bisa pendamping dikumpulkan membuat kreativitas bersama untuk meramaikan pertemuan.


(6)

Komentar, Tanggapan, Tambahan Informasi dan Persetujuan dari responden ... ...

Yang terhormat,


Dokumen yang terkait

EVALUASI STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA EVALUASI STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA.

0 2 16

BAB I EVALUASI STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA.

0 2 12

Audit Struktur Pengendalian Intern Penerimaan Kas EVALUASI STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA.

11 41 30

PENUTUP EVALUASI STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA.

0 2 7

Manfaat metode bercerita dalam pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

0 9 175

Model pendampingan iman yang relevan bagi kaum lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng - Yogyakarta.

0 1 151

Bimbingan orang tua terhadap perkembangan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 2 132

Peran pendampingan orang tua dalam sekolah minggu terhadap perilaku iman anak di Paroki St Fransiskus Assisi Berastagi - USD Repository

0 6 182

PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA GAMPING YOGYAKARTA SKRIPSI

0 4 321

Makna ekaristi bagi spiritualitas pelayanan prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan - USD Repository

0 0 169