Pendewasaan iman dalam pergulatan kaum muda melalui pedagogi Ignasian dalam latihan rohani - USD Repository

  

PENDEWASAAN IMAN

DALAM PERGULATAN KAUM MUDA MELALUI

PEDAGOGI IGNASIAN DALAM LATIHAN ROHANI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh:

Felix Sapto Nugroho

NIM: 021124036

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

  

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada para pembina iman, pastor paroki dan teman-teman komunitas kaum muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru, Yogyakarta. kekasih, sahabat, dan teman-teman seperjuangan juga kepada Alm. Ayah serta ibu, dan saudara-saudaraku atas cinta, perhatian dan dukungannya yang meneguhkan.

  

MOTTO

“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukanlah

kasihmu dalam hal saling membantu!”

(Efesus 4:2)

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul: PENDEWASAAN IMAN DALAM PERGULATAN

  

KAUM MUDA MELALUI PEDAGOGI IGNASIAN DALAM LATIHAN

ROHANI. Dipilih berdasarkan pada fakta yang terjadi di lapangan pada kaum muda

  di Paroki Santo Antonius Kotabaru, Yogyakarta. Kenyataan menunjukan kaum muda tidak serius terhadap panggilan hidup menggereja. Ketidakseriusan ini nampak pada rendahnya komitment kaum muda terhadap kegiatan menggereja. Bertitik tolak pada kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksud memberikan usulan bentuk pembinaan kepada para pembina iman dalam usahanya mendewasakan iman kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

  Persoalan pokok skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan iman kaum muda menjadi dewasa. Penulis memikirkan sebuah upaya yang efektif bagi peningkatan kedewasaan iman kaum muda di Paroki melalui Pedagogi Ignasian. Sebab iman yang dewasa menentukan sumber daya gereja.

  Dengan melihat fakta tersebut, penulis berupaya mengembangkan spiritualitas hidup beriman bagi kaum muda. Spiritualitas adalah sesuatu yang paling mendasar dan hakiki bagi setiap pribadi, terutama bagi hidup kaum muda yang masih dalam proses mencari jati dirinya. Penulis terinspirasi pada seorang tokoh spiritual dari puri loyola, di daerah Bask Spanyol, yakni Ignasius Loyola. Ignasius menguraikan suatu pedagogi hidup rohani yang berasal dari pengalamannya dididik oleh Tuhan sendiri yang terkenal dalam latihan rohani. Dalam skripsi ini, penulis memaparkan pokok-pokok Pedagogi Ignasian beserta gagasanya. Penulis juga berusaha menggali upaya yang telah dilakukan Paroki untuk mendewasakan iman kaum muda. Pokok skripsi ini, penulis menggunakan studi kepustakaan dan wawancara untuk menggali pergulatan kaum muda. Penulis memetik sumbangan yang berharga dari Pedagogi Ignasian dalam usahanya mendewasakan iman kaum muda.

  Pada bagian akhir, penulis mengusulkan sebuah model pembinaan kerohanian yang khas kaum muda sebagai salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memperdalam kedewasaan iman kaum muda. Model yang penulis usulkan adalah katekese dengan model Shared Cristian Praxis yang didalamnya terdapat Pedagogi Ignasian yang dikemas dengan gaya kaum muda. Harapan penulis, semoga kaum muda semakin dapat mendewasakan imannya di tengah jaman yang penuh pergulatan iman ini.

  

ABSTRACT

  This thesis entitles MATURING THE FAITH IN THE STRUGGLE OF THE YOUTH THROUGH IGNASIAN PEDAGOGY ON SPIRITUAL EXERCISE. It is chosen based on the fact around the youth in Saint Anthony parish of KotaBaru, Yogyakarta. The fact shows that youth was not serious on the call of the church’ life. It is clearly seen at the lack of youth’s commitment to the life of the church, especially to the activities maturing their faith. As the fact becomes the starting point, the thesis offers a model of formation for faith builders in their efforts for maturing youth’s faith in Saint Anthony parish of Kotabaru, Yogyakarta.

  The main problem of the thesis is how to mature the faith of the youth. The autor thinks of an effective effort for maturing youth’s faith in Parish through the Ignatian Pedagogy since the maturity of the faith ascertains church’ endurance.

  By looking at the fact, the author tries to extend the spirituality of the youth’s faithful life. The spirituality is something that is mostly basic and truthful for people, especially for youths who are looking for their identity. The author is being inspired by a spiritual figure from a castle in Loyola, an area of Bask Spain, which is Ignatius of Loyola. Ignatius explained a pedagogy on spiritual life which is from his experience of being educated by God alone commonly known as spiritual exercise. The author explains some points of Ignatian Pedagogy, as well as its explanation, through out the thesis. The author also tries to deepen any effort that has been done for maturing youth’s faith in the Parish. The author uses methods of literature’s study and interview to deepen youth’s struggle and takes some valuable points from Ignatian Pedagogy in his effort to mature youth’s faith.

  At the end of the thesis, the author offers a method of spiritual building, which is exclusive for youth as one of many other efforts that could be used for deepening youth’s faith. The author proposes the Shared Cristian Praxis, which contains Ignatian Pedagogy, and it is formulated in youth’s way. The author hopes that youth can mature their faith increasingly in the midst of the time that brings much faith strugle.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yanga bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Felix Sapto Nugroho Nomor Mahasiswa : 021124036

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

PENDEWASAAN IMAN DALAM PERGULATAN KAUM MUDA MELALUI

PEDAGOGI IGNASIAN DALAM LATIHAN ROHANI

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 21 Juli 2008 Yang menyatakan (Felix Sapto Nugroho)

KATA PENGANTAR

  Syukur dan trimakasih kepada Bapa Putra dan Roh Kudus atas berkat dan kasih setiaNya yang berlimpah kepada penulis sebab dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENDEWASAAN IMAN DALAM PERGULATAN KAUM

  

MUDA MELALUI PEDAGOGI IGNASIAN DALAM LATIHAN ROHANI”

  Skripsi ini dimaksudkan sebagai usulan salah satu bentuk pembinaan iman kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta untuk mengembangkan katekese melalui Pedagogi Ignasian.

  Selama dalam proses penulisan skripsi ini, dari awal hingga selesai, penulis banyak menerima bantuan, dukungan, doa dan perhatian yang meneguhkan dan membangun dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada:

  1. Dr. J. Darminta, SJ., sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan mengoreksi penyusunan skripsi ini.

  2. Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed., selaku dosen wali sekaligus panitia penguji.

  3. F.X. Dapiyanta, SFK. M. Pd., sebagai dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji.

  4. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak pengetahuan, keterampilan, perhatian dan cinta serta pelayanan kepada penulis selama menjalani masa studi sampai selesai.

  5. Para karyawan di kampus IPPAK yang telah memberikan perhatian dan dukungan dengan caranya masing-masing.

  6. Almarhum bapak, juga ibu dan saudara-saudariku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moral dan material.

  7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002, untuk segala persahabatan dan kebersamaan yang penuh suka dan duka.

  8. Kekasihku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, perhatian dan doanya.

  9. Teman-teman kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru atas pengalaman dan dukungannya.

  10. Akhirnya kepada siapa saja yang tidak tersebut dalam tulisan ini yang dengan caranya sendiri telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Penulis menyadari, skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis membuka diri atas segala kritik yang membangun dari pembaca. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau gagasan bagi semua pembaca dan khususnya pembina iman di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

  Yogyakarta, 30 Juni 2008 Penulis, Felix Sapto Nugroho.

  DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv MOTTO ................................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................. vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii KATA PENGANTAR........................................................................................... ix DAFTAR ISI.......................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN....................................................................................... xvii

  BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 7 D. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 7 E. Metode Penulisan........................................................................................ 8 F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 8 BAB II. IGNASIUS LOYOLA SEBAGAI PENDIDIK IMAN KAUM MUDA MELALUI PEDAGOGI IGNASIAN .................................... 10 A. Siapa Ignasius Loyola ?.............................................................................. 11 B. Pendidik Iman ........................................................................................... 13

  1. Ciri khas pendidik Iman ......................................................................... 14

  a. Panggilan pendidik iman dalam mewujudkan kerajaan Allah............ 14

  b. Pendidik adalah rekan Allah yang memperkembangkan iman

  c. Pendidik iman panggilan spiritual ...................................................... 16

  2. Tugas dan tanggung jawab pendidik iman ............................................. 17

  a. Menghantar kaum muda mencapai kedewasaan iman ........................ 17

  b. Mendidik sepertiYesus mendidik........................................................ 18

  c. Menjadi pembelajar yang unggul ........................................................ 18

  C. Pedagogi Ignasian bagi kaum muda .......................................................... 19

  1. Pedagogi secara umum............................................................................ 21

  2. Pedagogi Ignasian ................................................................................... 22

  3. Pola Pedagogi Ignasian ........................................................................... 25

  a. Konteks................................................................................................ 25

  b. Pengalaman ......................................................................................... 27

  c. Refleksi................................................................................................ 27

  d. Aksi ..................................................................................................... 29

  e. Evaluasi ............................................................................................... 29

  BAB III KONDISI DAN TANTANGAN IMAN KAUM MUDA BESERTA JAWABANYA MELALUI PEDAGOGI IGNASIAN DI PAROKI ST. ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA ............................... 32 A. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Kotabaru....................................... 34

  1. Sejarah singkat Paroki St. Antonius Kotabaru ....................................... 34

  a. Tahap Perintisan .................................................................................. 34

  b. Tahap Pertumbuhan ............................................................................ 36

  c. Tahap Pergumulan............................................................................... 36

  d. Tahap Perkembangan .......................................................................... 38

  e. Tahap Pemantapan .............................................................................. 38

  2. Letak Geografis ...................................................................................... 41

  3. Jumlah Perkembangan Umat .................................................................. 42

  a. Komunitas Teritorial ........................................................................... 42

  b. Komunitas Kategorial ......................................................................... 42

  4. Situasi Sosial Ekonomi Umat ................................................................. 43

  5. Pendidikan Umat .................................................................................... 44

  6.Jumlah Perkembangan Kaum Muda ........................................................ 45

  7. Pendidikan Kaum Muda ......................................................................... 45

  B. Gambaran Situasi Umum Kaum Muda dalam Gereja................................ 46

  1. Pengertian Kaum Muda .......................................................................... 46

  2. Ciri-ciri Kaum Muda dalam Gereja pada Umumnya.............................. 46

  a. Mengalami Masa Pertumbuhan Fisik.................................................. 47

  b. Mengalami Masa Perkembangan Mental............................................ 48

  c. Mengalami Masa Perkembangan Sosial.............................................. 48

  d. Mengalami Masa Perkembangan Emosional ...................................... 50

  e. Mengalami Masa Perkembangan Religius .......................................... 50

  f. Mengalami Masa Perkembangan Moral .............................................. 51

  3. Kekhasan Kaum Muda di Paroki St. Antonius Kotabaru ....................... 52

  C. Tantangan dan Kondisi Iman Kaum Muda ................................................ 53

  1. Iman: Percaya pada Kristus .................................................................... 53

  2. Tahap-tahap Perkembangan menuju Iman yang Dewasa ...................... 55

  a. Tahap Proyektif Intuitif ....................................................................... 56

  b. Tahap Mitis Literal.............................................................................. 56

  c. Tahap Sintetis Konvensional............................................................... 58

  d. Tahap Refleksif Individuatif ............................................................... 60

  e. Tahap Iman yang Konjungtif .............................................................. 61

  f. Tahap Iman yang Diuniversalkan ........................................................ 61

  D. Pedagogi Ignasian sebagai jawaban dalam mendewasakan iman kaum muda ................................................................................................. 62

  1. Praksis pedagogi Ignasian ...................................................................... 63

  a. Model pedagogi yang dikembangkan Groome .................................. 64

  b. Kekuatan SCP sebagai gambaran praksis pedagogi Ignasian ............. 64 1). Praksis peserta itu sendiri .............................................................. 65

  3). Model katekese multifungsi........................................................... 66 4). Bersifat komprehensif.................................................................... 67

  2. Praksis Pedagogi Ignasian di Paroki St. Antonius Kotabaru ................. 67

  a. Konteks kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru ...................... 68

  b. Pengalaman yang diungkap dengan model SCP................................. 69

  c. Refleksi team liturgi pribadi dan bersama .......................................... 71

  d. Perayaan ekaristi mingguan sebagai aksi nyata .................................. 72

  e. Evaluasi pelaksanaan perayaan ekaristi mingguan ............................. 73

  3. Kemampuan yang diharapkan berkembang melalui pedagogi Ignasian 74

  a. Aspek Kognitif .................................................................................... 75

  b. Aspek Sosial........................................................................................ 75

  c. Aspek Afektif ...................................................................................... 75

  d. Aspek Rohani ...................................................................................... 76

  e. Aspek Apostolik .................................................................................. 76

  BAB IV. MEWUJUDKAN PEDAGOGI IGNASIAN MELALUI KATEKESE UNTUK PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA ... 77 A. Gambaran Umum Katekese ....................................................................... 77

  1. Pengertian Katekese................................................................................ 77

  a. Pengertian Menurut Catechesi Tradendae .......................................... 78

  b. Pengertian Katekese Menurut Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia (PKKI II) ....................................................................... 79

  2. Tujuan Katekese ..................................................................................... 83

  a. Tujuan Katekese Menurut Catechesi Tradendae ................................ 83

  b. Tujuan Katekese Menurut PKKI II ..................................................... 84

  3. Model Katekese ...................................................................................... 85

  a. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai model berkatekese .............................................................................. 85 b. Tiga komponen pokok dalam Shared Christian Praxis...................... 88

  1) Praxis .................................................................................................. 88 2) Christian ............................................................................................. 89 3) Shared ................................................................................................. 90

  4. Langkah-langkah Shared Christian Praxis ............................................ 92

  a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Faktual...................... 92

  b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis Terhadap Praksis Faktual ................ 93

  c. Langkah Ketiga: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau........................................................................................... 94

  d. Langkah Keempat: Interpretasi Dialektis antar Praksis dan Visi Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani............................................ 95

  e. Langkah Kelima: Keterlibatan Baru demi makin Terwujudnya Kerajaan Allah ..................................................................................... 96

  B. Upaya mewujudkan pedagogi Ignasian dalam pastoral kaum muda melalui katekese......................................................................................... 96 C. Usulan tema dan program katekese............................................................ 98

  1. Tema dan program katekese ................................................................... 98

  2. Program katekese model SCP salah satu usaha pendewasaan Iman ...... 99

  a. Alasan dasar pemilihan katekese dengan model SCP ......................... 99

  b. Maksud dan tujuan program katekese................................................. 100

  c. Materi pokok katekese ........................................................................ 100

  d. Pedoman pelaksanaan program Katekese ........................................... 102

  e. Matrik program Katekese model SCP untuk Kaum Muda Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta 2008-2009.................................... 103

  f. Contoh persiapan Katekese model SCP untuk Kaum Muda Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.......................................... 104

  

BAB V. PENUTUP.............................................................................................. 116

A. Kesimpulan ........................................................................................... 116 B. Saran...................................................................................................... 118

  LAMPIRAN

  Lampiran 1: Susunan Pengurus Harian Dewan Pastoral Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta Periode 2006-2008....................................... (1) Lampiran 2: Daftar Nama Ketua Lingkungan Periode 2006-2008 Paroki St.

  Antonius Kotabaru, Yogyakarta. ..................................................... (2) Lampiran 3: Data Survey Umat Teritorial Tahun 2008 Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta ...................................................................... (3) Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Wawancara Pendewasaan Iman Kaum Muda Di Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta ................................ (6) Lampiran 5: Hasil Wawancara Penulis dengan Pastor Pendamping Kaum Muda. Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta ( Dr. Heru Prakosa SJ ). .................................................................. (7) Lampiran 6: Hasil Wawancara Penulis dengan Dewan Koordinator Bidang Pengembangan Kaum Muda Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta ( A.G Budi Waluyo ) ................................... (11) Lampiran 7: Hasil Wawancara Penulis dengan Kaum Muda Paroki St.

  Antonius Kotabaru, Yogyakarta (Bertus). ...................................... (14) Lampiran 8: Hasil Wawancara Penulis dengan Kaum Muda Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta (Laksito ). .................................... ( 17) Lampiran 9: Hasil Wawancara Penulis dengan Koordinator Teritorial Dewan Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta .......... ( 18) Lampiran 10:Matriks Program Katekese .............................................................. ( 24) Lampiran 11:Teks Lagu Pembukaan - SCP “ Panggilan Tuhan” ......................... ( 26) Lampiran 12:Teks Cerita Ignasius Masa Muda .................................................... ( 27) Lampiran 13:Teks Perikop Kitab Suci Markus 8: 31-37 ...................................... ( 28) Lampiran 14:Teks Lagu Penutup- SCP. “ Jadilah Saksi Kristus” ........................ ( 29)

  

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci.

  Singkatan-singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  

Perjanjian Baru; dengan Pengantar dan Catatan Singkat ( Dipersembahkan

  Departemen Agama Repulblik Indonesi dalam rangka Pelita IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja.

  CT : Catechesi Tradendae DV : Dei Verbum C. Singkatan lain.

  Art. : Artikel Bdk. : Bandingkan dll : dan lain-lain GKS : Gedung Karya Sosial KKN : Kuliah Kerja Nyata KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia NO : Nomor PI : Pedagogi Ignasian PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PKL : Praktek Kerja Lapangan S1 : Strata satu S2 : Strata dua sbb. : sebagai berikut SCP : Shared Cristian Praxsis Sdra : Saudara

  Sdri : Saudari SJ : Societas Jesu SMU : Sekolah Menengah Umum SMTA : Sekolah Menengah Tingkat Atas SPG : Sekolah Pendidikan Keguruan St. : Santo LR : Buku Latihan Rohani Lr : latihan rohani TV : Televisi WIB : Waktu Indonesia Bagian Barat Mat : Injil Matius Mark : Injil Markus PATEMON: Paguyuban Tv Monitor HOMBY : Himpunan Orang Muda Bekerja Yogyakarta 2535 : Komunitas Kaum Muda yang berumur 25-35 tahun EKM : Ekaristi Kaum Muda PPDP : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki AMDG : Ad Maiorem Dei Gloriam ME : Marriage En Caunter KPH : Komunitas Penyegaran Hidup POSKES : Pos Kesehatan KE : Kidung Ekaristi KK : Kepala Keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi pada masa dewasa ini membawa

  perubahan besar terhadap kehidupan manusia. Banyaknya tawaran-tawaran dunia modern sekarang ini tanpa disadari membuat umat beriman khususnya kaum muda mengalami kesulitan untuk memperdalam imannya. Dalam hal ini Darminta (2006:17) mengatakan:

  Zaman sekarang ini banyak orang mengalami stres. Hidup dengan segala kemajuannya menumbuhkan berbagai macam tawaran, karena hidup dikemudikan oleh gerak halus, yang menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan baru. Kalau orang mau up-to-date harus punya ini dan punya itu. Kalau hidup mau terpandang harus punya peralatan ini dan itu.

  Kenyataan hidup yang dialami kaum muda dengan tawaran-tawaran kemajuan ilmu dan teknologi sekarang ini sangat dirasakan dampaknya terutama pada kaum muda. Kaum muda yang diharapkan dapat menjadi generasi penerus bangsa terbius oleh tawaran dunia sehingga mengalami kesulitan mengatasi segala tantangan yang ada. Sebab banyak kaum muda sekarang ini mudah terjebak dalam tawaran dunia yang begitu halus sehingga mudah sekali masuk ke dalam budaya hedonis; pengkonsumsi obat-obatan terlarang/narkoba, pergaulan bebas dan bahkan sampai pada tindak prilaku aborsi. Hadirnya tawaran serta budaya instan itu membuat dampak yang begitu besar bagi perkembangan pribadi kaum muda khususnya dalam perkembangan hidup beriman. Dalam dinamika hidup kaum muda sekarang ini tidak sedikit kaum muda tidak mampu bertahan dalam proses dan mudah menyerah terhadap tantangan dalam kenyataan hidupnya. Dalam buku yang berjudul Gereja dan Politik Djiwandono (1999:23) mengatakan :

  Secara umum kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang cepat dan semakin canggih sering dilihat sebagai tantangan bagi iman keagamaan. Tantangan ini bisa dikhawatirkan menjadi tantangan utama kaum muda, yang pada umumnya dianggap lebih rawan terhadap pengaruh luar dan tanggap pada perubahan dan gagasan-gagasan baru sebagaimana yang terus-menerus ditawarkan oleh iptek. Terlebih lagi, mereka biasanya cenderung menentang apa saja yang dilihatnya sebagai kolot, konservatif, dan tradisonal sebagai mana yang ditawarkan oleh agama.

  Kenyataan hidup kaum muda yang disebutkan itu menunjukan adanya kerapuhan dan kelemahan yang merintangi usaha pencarian diri; identitas, pendewasaan, pembatinan nilai, sehingga semakin menumbuhkan perasaan tidak tenang, pertanyaan yang membingungkan, bahkan kesulitan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan masa depannya.

  Kesulitan untuk memilih, mengambil keputusan dan mengatasi tantangan- tantangan tersebut juga dapat kita jumpai pada kaum muda dalam Gereja. Dalam hal ini penulis membatasi penulisannya pada pendewasaan iman khusunya pergulatan iman kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta pada masa ini banyak tetapi kurang tertarik untuk terlibat dalam kehidupan kegiatan menggereja. Bila terlibatpun terbatas hanya pada kegiatan amal untuk mengisi kesibukan dan didasari atas kewajiban. Juga kurang perhatian terhadap panggilan hidup menggereja secara serius, terhadap tanggung jawabnya sebagai bagian anggota gereja di masa yang akan datang. Kesibukan disini dapat diartikan pelarian dari iman, pendalaman hati dan jiwa, juga pelarian dari doa. Dengan kata lain tidak tahan menyepi sendirian berhadapan dengan Tuhan secara pribadi dan jujur dalam mencari tugas perutusannya di dunia ini khususnya dalam mengemban panggilan hidup menggereja. Mereka juga cenderung kurang peduli dengan hal-hal yang ada kaitannya dengan kegiatan pendalaman rohani. Kalaupun muncul dan lahir kelompok atau komunitas gerakan kerohanian, mudah disusupi oleh roh-roh lain yang membuat kelompok atau komunitas itu saling memusuhi dan akhirnya kegiatan menggereja itu menjadi kering.

  Banyak kaum muda mudah mengalami patah semangat serta mudah putus asa dalam menghadapi persoalan; studi, karir, keluarga, relasi dan bahkan sampai melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Hal ini membuktikan kedewasaan iman kaum muda di paroki pada masa ini, banyak yang tidak dewasa dan dipertanyakan keberadaan kedewasaan imannya. Berbicara mengenai kaum muda dengan kedewasaannya tidak terlepas dari pendidikan iman itu sendiri yang sangat mempengaruhi perkembangan pribadi kaum muda. Dalam hal ini Drost (2002: 1) mengatakan:

  Kaum muda perlu mendapat kebebasan guna menempuh sebuah jalan hidup yang memungkinkan mereka menjadi pribadi dewasa.

  Pendapat Drost ini merupakan masukan yang sangat berharga untuk proses pembinaan kaum muda. Besar kemungkinan bahwa gagasan pembinaan ini bisa juga diberi kesempatan dan kemudahan untuk berkreatifitas demi mengembangkan imannya. Situasi semacam ini banyak sekali memunculkan permasalahan dan keprihatinan dari pihak paroki. Paroki St. Antonius Kotabaru menyikapinya dengan proaktif; merangkul, duduk bersama, berkomunikasi dengan hati dan dengan semangat jiwa kaum muda. Salah satu bentuk kegiatan itu adalah melibatkan kaum muda untuk hidup menggereja serta memberikan kemudahan kepada kaum muda dalam berproses mendewasakan imannya. Dalam dokumen Konsili Vatikan II khususnya dalam dekrit Optatam Totius artikel 3 dinyatakan:

  Hendaknya melalui pembinaan hidup rohani yang cocok, disiapkan untuk mengikuti Kristus Penebus dengan semangat rela berkorban dan hati yang penuh kebapaan, dengan kerja sama para orang tua yang sangat membantu, menjalani hidup yang cocok dengan usia, mentalitas dan perkembangan kaum muda, serta sesuai sepenuhnya dengan prinsip-prinsip psikologi yang sehat.

  Dengan adanya dekrit ini Gereja mengajak khususnya kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru untuk mencari makna hidup serta mampu berproses dan bertahan untuk menghidupi iman mereka dengan berbagai bentuk, metode, doa, pelayanan, kesaksian, serta perutusan yang dikemas dengan gaya kaum muda sehingga iman mereka menjadi dewasa.

  Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta adalah salah satu Paroki yang mau belajar dalam menanggapi keprihatinan kaum muda di atas. Paroki ini merupakan Paroki terbuka dan merangkul siapa saja yang mau terlibat di dalamnya, termasuk diantaranya kaum muda. Namun tidak begitu mudah mengikuti keinginan dan pola pikir kaum muda. Mereka cenderung bersikap kurang peduli terhadap segala bentuk kegiatan yang bersifat pendalaman rohani yang mengarah pada proses pendewasaan iman. Mereka lebih menyukai kegiatan yang bersifat hura-hura serta terkesan pelarian.

  Kaum muda sebagai generasi penerus bangsa dan sekaligus tulang punggung Gereja hendaknya memiliki iman yang dewasa. Untuk memiliki iman yang dewasa, maka kaum muda perlu dipersiapkan melalui berbagai macam pembinaan di antaranya dengan Pedagogi Ignasian. Melalui Pedagogi Ignasian kaum muda diajak untuk menjadi tahan uji dalam menghadapi segala persoalan dan tantangan hidupnya sehingga mampu menumbuhkan kedewasaan iman dalam dirinya.

  Untuk pembinaan iman bagi kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta sudah dilaksanakan oleh Bidang Pengembangan Kaum Muda Dewan Pastoral Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta. Salah satu kegiatan pembinaan iman yang sudah dilaksanakan oleh Bidang Pengembangan Kaum Muda Dewan Pastoral adalah kegiatan-kegiatan yang tergabung dalam komunitas kategorial misalnya sharing kitab suci, pendalaman iman antar komunitas-komunitas yang tergabung dalam lingkup kategorial, dan kegiatan yang lain yang berupa pelayanan terhadap umat yang datang ke Paroki St Antonius Kotabaru di antaranya; PATEMON, Komunitas koor, HOMBY, 2535, EKM, Teater, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan pelayanan di seputar liturgi tersebut diminati oleh kaum muda Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta. Untuk pembinaan iman melalui kegiatan yang mengarah pada proses pendewasaan iman dimana aspek pewartaan, muda tidak serius menanggapi panggilan hidup mengereja serta mudah terjebak ke dalam budaya instant; egoisme, kesenangan dan kenikmatan praktis, misalnya; napsu-napsu, selera, dan ambisi. Juga pembinaan komunitas lingkup teritorial di tiap- tiap lingkungan tidak berfungsi, di samping itu kegiatan yang mengarah pada proses pendewasaan iman kurang diminati oleh kebanyakan kaum muda di lingkup teritorial. Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa pembinaan iman bagi kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta belum berjalan dengan baik (PPDP Gereja ST. Antonius Kotabaru).

  Berdasarkan uraian mengenai kurangnya pembinaan iman yang mengarah pada pendewasaan iman kaum muda pada kegiatan-kegiatan di Paroki St. Antonius Kotabaru yang menyebabkan iman kaum muda banyak yang tidak dewasa penulis merumuskan judul skripsi: “PENDEWASAAN IMAN DALAM PERGULATAN

  

KAUM MUDA MELALUI PEDAGOGI IGNASIAN DALAM LATIHAN

ROHANI” Skripsi ini diharapkan dapat membantu para pembina iman kaum muda

  di Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta untuk melaksanakan pembinaan iman kepada kaum muda.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penulisan, penulis merumuskan beberapa permasalahan yang menjadi fokus pembahasan penulisannya. Berikut ini adalah beberapa permasalahan tersebut:

  2. Bagaimanakah kaum muda mengupayakan pendewasaan iman di Paroki St.

  Antonius Kotabaru.

  3. Sumbangan seperti apakah yang dapat diangkat dari pendidik iman melalui pedagogi Ignasian dalam usaha mendewasakan iman kaum muda?

  4. Model katekese seperti apakah yang di padang efektif untuk mendewasakan iman kaum muda melalui pedagogi Ignasian.

  C. Tujuan Penulisan 1. Menggali pedagogi Ignasian terhadap pergulatan iman kaum muda.

  2. Memaparkan usulan bentuk pembinaan iman melalui Pedagogi Ignasian bagi kaum muda di paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta dalam usaha meningkatkan kedewasaan iman.

  3. Merencanakan dan membuat model katekese yang efektif melalui Pedagogi Ignasian untuk mendewasakan iman kaum muda di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

  4. Untuk memenuhi persyaratan ujian kelulusan Sarjana Strata Satu ( S1 ) di Program Studi Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  D. Manfaat Penulisan

  Manfaat yang dapat dipetik dari penulisan ini adalah :

  1. Dapat memberikan usulan bentuk pembinaan iman bagi para insan pembina iman kaum muda yang berkarya di paroki St. Antonius Kotabaru.

  2. Sebagai inspirasi kaum muda untuk menghayati spiritualitas Ignasius Loyola dalam mendewasakan imannya.

  3. Dapat memperkembangkan penulis dalam proses berpikir, merasa, dan menghayati spiritualitas Ignasian

  E. Metode penulisan

  Dalam penulisan Skripsi ini, penulis mengunakan metode deskriptif, di dalamnya memaparkan dan menguraikan tentang “ Pendewasaan iman dalam

  

pergulatan kaum muda melalui pedagogi Ignasian dalam latihan rohani” . Maka

  dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, penulis memfokuskan skripsi ini pada tujuan penulisan, dengan menggunakan studi pustaka dari berbagai sumber yang mendukung. Untuk kelengkapan pembahasan penulisan skripsi ini penulis, juga mengadakan wawancara dengan tokoh Yesuit dan kaum muda yang telah mengalami Pedagogi Ignasian.

  F. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi lima Bab. Adapun pokok-pokok ke-5 Bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab I merupakan Pendahuluan. Pendahuluan ini meliputi; latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  Di dalam Bab II, penulis membicarakan tentang Ignasius Loyola sebagai Pendidik Iman. Dalam pemaparannya penulis membagi menjadi tiga sub pokok bahasan yaitu; siapa Ignasius Loyola, pendidik Iman, pedagogi Ignasian bagi kaum muda.

  Pada Bab III, penulis akan memaparkan; kondisi dan tantangan iman kaum muda beserta jawabanya melalui pedagogi Ignasian di Paroki St. Antonius Kotabaru.

  Dalam pemaparannya penulis membagi menjadi empat sub pokok bahasan yaitu; gambaran umum Paroki St. Antonius Kotabaru, gambaran umum situasi kaum muda dalam gereja, tantangan dan kondisi iman kaum muda dan pedagogi Ignasian dan jawabannya.

  Bab IV, penulis akan membicarakan usulan katekese dalam pastoral kaum muda melalui pedagogi Ignasian di Paroki St. Antonius Kotabaru. Dalam bab IV ini akan diuraikan tentang; gambaran umum katekese, upaya mewujudkan pedagogi Ignasian dalam pastoral kaum muda melalui katekese, usulan dan tema program katekese.

  Dan dalam Bab V, penulis membicarakan tentang kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II IGNASIUS LOYOLA SEBAGAI PENDIDIK IMAN Bab ini membahas siapa Ignasius Loyola sebagai pendidik iman. Dalam bab

  ini penulis berfokus pada pedagogi Ignasian maka urutan gagasan pada bab ini sesuai dengan fokus tersebut. Untuk itu sebelum membahas pedagogi Ignasian, terlebih dahulu mengenal lebih mendalam siapa Ignasius Loyola. Selanjutnya membahas pedagogi Ignasian secara lebih mendalam. Pedagogi Ignasian memiliki peran penting dalam proses pendewasaan iman. Maka tidak menutup kemungkinan pedagogi Ignasian bisa dan sangat baik diterapkan di paroki khususnya paroki Yesuit yang mengambil semangat Ignasius Loyola sebagai pendidik iman. Pada fakta di lapangan khususnya pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di paroki dengan bimbingan para pastor Yesuit secara tidak langsung menjalankan proses pendidikan Ignasian secara informal. Membahas konteks pendidikan informal Drost ( 1998: 6 ) mengatakan:

  Pendidikan, kata lain untuk mendidik adalah educare yang berasal dari e-

  ducare yang berarti menggiring keluar. Maka proses pendidikan sebagai

  proses pembentukan merupakan proses informal. Tidak ada pendidikan formal, karena tidak mungkin. Seluruh proses pemuliaan, ialah pembentukan moral manusia muda hanya mungkin lewat interaksi informal antara dia dan lingkungan hidup manusia muda itu.

  Artinya pendewasaan iman khususnya kaum muda tidak bisa sepenuhnya diserahkan pada lembaga pendidikan formal. Justru pendidikan dalam keluarga, mendewasakan iman kaum muda. Pendewasaan atau pemuliaan mengambil istilah dari pater Drost dapat diterapkan dimana ada interaksi. Sebab proses pendewasaan iman ialah pembentukan moral kaum muda yang tumbuh berkembang melalui interaksi informal antara kaum muda dengan lingkungan hidup kaum muda dimana ia berada. Pendewasaan iman kaum muda melalui pedagogi Ignasian menjadikan iman sebagai inspirasi dan dasar dalam memampukan mereka menghayati pedagogi Ignasian itu sendiri dengan mendalami spiritualitas Ignasian melalui proses pendewasaan imannya.

  Spiritualitas Ignasian merupakan bagian dari pedagogi Ignasian yang pada dasarnya adalah spiritualitas awam dan bukan spiritualitas kebiaraan ataupun monastik. Ignasius dan rekan-rekan pada mulanya adalah para awam persisnya para mahasiswa. Mereka dikumpulkan dan disatukan oleh persahabatan dan pengalaman melakukan latihan rohani yang diberikan oleh Ignasius sendiri. Kesatuan hati dan budi di antara mereka sedemikan mendalam. Mereka baru berpikir untuk membentuk serikat ketika mulai tersebar oleh perutusan ke luar kota Roma sampai ke tempat yang sangat jauh seperti India. Dalam ketersebaran itu mereka tetap mengalami kesatuan hati dan budi sehingga mereka menyebut diri sebagai serikat Cinta Kasih (Doherty, 2006:9).

A. Siapakah Ignasius Loyola?

  Ignasius Loyola adalah anggota keluarga bangsawan biasa, dilahirkan tahun hidupnya dalam satu kalimat: “ ia seorang laki-laki yang memburu segala kegilaan dunia; yang paling dinikmatinya ialah permainan perang-perangan dengan keinginan besar dan gila memperoleh nama tersohor” Keinginan kemasyuran membawa Ignasius ke Pamplona untuk menolong kota perbatasan itu melawan serangan Perancis. Pertahanan itu sia-sia pada 20 Mei 1521 ia kena peluru meriam yang meremukkan satu kaki dan sangat melukai kaki yang lain. Ignasius dan kota Pampelona jatuh ke tangan tentara Perancis ( Darminta, 1987:61).

  Dokter-dokter Perancis merawat Ignasius yang luka berat itu dan mengembalikan dia ke Loyola tempat ia menunggu lama sebelum sembuh. Selama masa ketidakaktifan itu ia minta buku-buku bacaan dan karena bosan ia menerima satu-satunya bacaan yang ada riwayat orang-orang suci dan kehidupan Kristus ( Darminta, 1987:62).

  Setelah beberapa lama ia menyadari ada perbedaan. Sedikit demi sedikit ia dapat mengenali perbedaan antara roh-roh yang sedang bergerak. Salah satu kejeniusan Ignasius tampak dalam kepekaannya untuk menemukan Allah dalam segala sebagaimana diwariskan dalam Latihan Rohani yang dia tulis. Allah sudah dan selalu menghendaki untuk berkomunikasi dengan kita dalam hidup keseharian kita lewat orang-orang di sekitar kita. Maka dari pihak kita perlu untuk menyediakan waktu dan usaha untuk mendengar dan menyatukan segala pikiran dengan kehendak- Nya. Ignasius tidak lari ke padang gurun pun tidak mendekam di biara. Ia masuk ke dalam dunia dengan segala keprihatinannya. Prinsip-prinsip yang diwariskannya untuk membedakan roh baik dan roh jahat menjadi senjata ampuh guna menemukan Allah dalam segala dalam rutinitas ke seharian kita ( Komunitas SJ Kolsani, 2006:7).

  Ketika kuliah di Paris Ignasius mengumpulkan beberapa teman dan membentuk sebuah kelompok yang ingin menolong jiwa-jiwa. Pada tahun 1540 Paus Paulus III mengesahkan kelompok ini sebagai ordo Serikat Yesus. Sejak itu di sebuah kamar kecil di bagian bawah gereja Gesu di kota Roma Ignasius menghabiskan waktunya sebagai pemimpin umum pertama Serikat hingga wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556. Hidup dan karyanya merupakan perwujudan konkret dari semboyannya yang utama: ad maiorem Dei gloriam-demi lebih besarnya kemuliaan Allah (Komunitas SJ Kolsani, 2006:7).

B. Pendidik Iman

  Pada bagian ini penulis membahas pendidik iman yang mengambil Inspirasi dari seorang pendidik sejati yaitu Ignasius dari Loyola seorang tokoh pendidik iman.

  Membahas pendidik iman setiap orang pasti mengakui bahwa panggilan sebagai pendidik adalah panggilan yang memiliki keistimewaan dan tanggung jawab yang khas. Setiap panggilan memang memiliki keistimewaan dan tanggung jawabnya sendiri namun panggilan ini boleh dikatakan sebagai panggilan yang memberikan hidup bagi orang lain. Melalui usaha mendidik yang mereka lakukan, orang lain dalam hal ini kaum muda dapat memperkembangkan segala potensi dan bakat yang mereka miliki sehingga dapat memaknai hidup yang tengah mereka jalani. Dalam

  Berikut ini adalah gagasan penting tentang ciri khas pendidik iman dan tugas tanggung jawab pendidik iman.

1. Ciri khas pendidik iman

a. Panggilan pendidik iman dalam mewujudkan kerajaan Allah

Dokumen yang terkait

Peranan lagu rohani ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan perayaan ekaristi bagi kaum muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru.

0 3 146

Implementasi model pembelajaran berbasis pedagogi Ignasian dengan pendekatan meaningful input dalam perkuliahan speaking I.

0 1 24

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

6 40 156

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda

2 2 154

Sejarah pergulatan teologi dalam islam (1)

0 0 12

Peran film video untuk memperlancar proses pembinaan iman kaum muda di wilayah ST. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 183

Upaya meningkatkan pendampingan iman kaum muda di Paroki Santa Maria Mater Dolorosa, Soe, Keuskupan Agung Kupang melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 138

Upaya pembinaan iman melalui katekese dalam rangka mempersiapkan para siswa kelas III seminari menengah ST. Paulus Nyaru MKOP Kalimantan Barat memasuki jenjang seminari tinggi - USD Repository

0 2 157

Upaya inovasi pelaksanaan liturgi perayaan ekaristi di Paroki ST. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta demi keterlibatan kaum muda - USD Repository

0 0 123

Shared Chistian Praxis sebagai model Katekese Umat untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa Program Studi IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai kaum muda dalam hidup menggereja...[Abstrak dan teks sedang dalam proses] - USD Repository

0 0 145