Dampak sosio-budaya perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia 1976-2000 : studi kasus Yogyakarta - USD Repository

  

DAMPAK SOSIO-BUDAYA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA 1976-2000: STUDI KASUS

YOGYAKARTA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

  

Disusun Oleh :

Hendrik Ekarama Kanalebe

  NIM: 024314026

  

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

  

DAMPAK SOSIO-BUDAYA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA 1976-2000: STUDI KASUS

YOGYAKARTA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

  

Disusun Oleh :

Hendrik Ekarama Kanalebe

  NIM: 024314026

  

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada:

  • Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan dukungan serta menekankan kekurangan-kekuranganku dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.
  • Adik perempuanku, Ika.
  • Rekan kuliah di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma serta teman-teman lain di Yogyakarta.

  

Pernyataan Keaslian Karya

  Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan, catatan kaki dan daftar pustaka, sebagai layaknya karya-karya ilmiah.

  Yogyakarta, 31 Oktober 2010 Penulis,

  Hendrik Ekarama Kanalebe

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Hendrik Ekarama Kanalebe Nomor Mahasiswa : 02 4314026

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  DAMPAK SOSIO-BUDAYA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA 1976-2000: STUDI KASUS

  YOGYAKARTA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 31 Oktober 2010 Yang menyatakan Hendrik Ekarama Kanalebe

KATA PENGANTAR

  Akhirnya proses panjang itu selesai juga bersamaan dengan selesainya penulisan skripsi ini. Meskipun dikejar-kejar oleh waktu dan hampir kehilangan asa. Segala rasa ragu atau tidak mampu serta rasa bersalah bisa dilewati dan saat untuk melangkah ke depan dengan keyakinan bisa ditempuh.

  Dengan selesainya skripsi ini, maka sudah sepantasnya penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Sang pemilik hidup, yang telah melimpahkan begitu banyak kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tanpa dampingan Tuhan, penulis tak akan pernah mampu mengarungi tahap yang kadang membuat penulis ingin menyerah di tengah jalan. Tapi berkat-Nya yang telah menguatkan hati penulis untuk senantiasa percaya bahwa garis akhir akan mampu ditempuh.

  Penyelesaian skripsi ini melibatkan banyak pihak yang secara terus- menerus bersedia membimbing, mengarahkan, mendukung dan memberikan bantuan serta doa dengan tabah pada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tidak akan pernah melupakan bagaimana dosen-dosen Fakultas Ilmu Sejarah bersabar dalam membimbing dan mengarahkan di tengah banyak kesalahan penulis.

  Kepada keluarga kecilku yang tercinta, Papa, Mama, dan Ika maaf kalau telah mengkhawatirkan kalian selama ini dengan kuliah saya. Tanpa dukungan

  Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk bapak Drs. Hb. Hery Santosa, M. Hum., selaku Ketua Jurusan ilmu Sejarah yang terus menerus memberikan dorongan kepada penulis serta atas banyak bantuan yang diberikan dalam mencari solusi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada bapak Drs. Silverio R. L. Aji Sampurno, M. Hum., selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi tanpa dukungan serta tekanan dalam menyadari kekurangan demi berupaya untuk menjadi lebih disiplin yang sangat diperlukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Kepada bapak Drs. Purwanto, M. A., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan mendukung penulis sejak pertama kuliah.

  Terima kasih juga kepada seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan berbagai ilmu yang mencerahkan penulis dalam setiap materi perkuliahan yaitu: Ibu Dra. Lucia Juningsih, M. Hum., Dr. F. X. Baskara Tulus Wardaya., Dr. St. Sunardi, Drs. Anton Haryono, M. Hum., Alm. Prof. Dr. P. J. Suwarno, Alm. G. Moedjanto dan Drs. Manu Joyoatmojo yang telah meluangkan waktu untuk perhatian serta berbagi cerita dalam mengerjakan tugas.

  Kepada kawan-kawan seperjuangan Ilmu Sejarah angkatan 2002: Daniel Dwi Nugroho “Lampard”, Sukarno “Puyol” (keduany teman dalam suka, derita, dan cedera berolah-raga), Kwirinus Yosida Kurniawan “Ello”, Hananto, Ida, Vila, Nana, Markus serta adik-adik angkatan Keke, Domi, Anggi, Hafda, Irene,

  Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih sekaligus permintaan maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak dapat tercantum namanya satu persatu. Akhir kata penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk sebuah karya ilmiah. Untuk itu, penulis sangat membutuhkan masukan, saran, dan kritik. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna, khususnya bagi orang lain.

  Yogyakarta, 31 Oktober 2010 Hendrik Ekarama Kanalebe

  ABSTRAK

Hendrik Ekarama Kanalebe

  UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Skripsi yang berjudul “Dampak Sosio-Budaya Perkembangan

  

Teknologi Telekomunikasi di Indonesia 1976-2000 : Studi Kasus

Yogyakarta” ini beranjak dari 3 Permasalahan. Pertama, bentuk perkembangan

  perangkat teknologi telekomunikasi 1976-2000. Kedua, perubahan bentuk komunikasi perorangan di Indonesia sampai dengan tahun 2000, studi kasus Yogyakarta. Ketiga mode, gaya hidup serta bahasa yang muncul dan dipengaruhi oleh perkembangan perangkat telekomunikasi sampai dengan tahun 2000. untuk membahas masalah itu maka skripsi ini akan mendekati dengan teori modernisasi.

  Penulisan mengenai salah satu unsur budaya yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang telekomunikasi merupakan masalah yang perlu untuk lebih sering dituliskan. Perangkat telekomunikasi merupakan hasil dari budaya luar yang diadopsi oleh Indonesia dari pemikiran ini bisa dinyatakan terjadi kontak budaya dalam segi berkomunikasi perorangan. Hal ini tidak saja berpengaruh pada tradisi tapi juga pada bahasa yang ada sehari-hari di Indonesia. Sampai sekarang ini banyak bentuk budaya yang berubah atau bahkan muncul budaya berbahasa yang baru sebagai pengaruh dari muncul dan berkembangnya telekomunikasi di Indonesia.

  Penulisan ini bertujuan mendiskripsi dan menganalisa perkembangan telekomunikasi point to point (atau telekomunikasi yang ditujukan untuk komunikasi perorangan) sampai dengan tahun 2000 dan bentuk perubahan dan bentuk budaya baru yang dimunculkannya. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif-analitis. Penulisan ini didasarkan pada sumber berupa buku-buku dan artikel di internet.

  Secara garis besar, tulisan ini ingin menyatakan bahwa perkembangan telekomunikasi harus diteliti dampaknya pada budaya Jawa. Hilangnya tatap muka serta menurunnya pengertian mengenai tata krama berkomunikasi pada generasi muda tidak lepas dari pengaruh perkembangan telekomunikasi di Indonesia. Dalam banyak hal perangkat telekomunikasi di Indonesia kalau dikembangkan bisa memberikan banyak keuntungan tetapi dampaknya belum tentu sepadan.

  ABSTRACT Hendrik Ekarama Kanalebe

  UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA This Thesis with the title “ The Socio-cultural Impact from the

  

Development of Telecommunications Technology in Indonesia 1976-2000:

Case Study Yogyakarta ” is derived from 3 causes. First, the form of the

  telecommunications development in Indonesia 1976-2000. Second, the change in the personal communications in the people of Indonesia until the year 2000, case study in Yogyakarta. Third, fashion, lifestyle and language that changed and was caused by the developing telecommunications up to the year 2000. To elaborate these causes this thesis will approach with the modernization theory.

  History of the developing technology, especially related to telecommunications is an interesting and important topic to be written. The telecommunications device are devices that came from an abroad culture that is adopted in indonesia therefore it can be said there is a culture contact by adopting this devices. The effect is on the personal communications that the people of Indonesia. These effect does not only take place in the tradition but also in the everyday language people use in Indonesia. Up until now the language and tradition in Indonesia is changing as caused by the telecommunications development in Indonesia.

  This article is purposed to describe and analyze the development of point to point telecommunications in Indonesia until the year 2000 and to find the changes in culture or the culture that arrived from it. The method used in the article is analytical-descriptive. This article is written based on many sources which came from many kinds of books and internet articles.

  Commonly, this article is eager to state that the telecommunications development needs to be analyzed in context of what effects it has on the Javanese culture. The changes in the traditions to face the communicating partner in contact, the degradation of the Javanese ethical in speech tradition were a change that was caused by telecommunications. In many aspects telecommunications will give a lot of ease in communicating but the effects might be severe in the culture aspects.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... x ABSTRACT .................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B.

  Batasan Masalah ............................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ............................................................................. 9 D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9 E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10 F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 10 G.

  Landasan Teori .................................................................................. 13 H. Metode Penelitian dan Penulisan ...................................................... 14 I. Sistematika Penulisan ....................................................................... 15

  BAB II. SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI 1976-2000 .........................................................................................

  17 A. Definisi Telekomunikasi ................................................................... 20 B.

  Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Dunia ............................ 22 C. Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Indonesia 1970-2000 ..... 28

  BAB III. BENTUK DAN PERKEMBANGAN KOMUNIKASI SERTA

  C.

  Perubahan dalam Tata Berbahasa Jawa ........................................... 51

  BAB IV. HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN DI BIDANG TELEKOMUNIKASI DENGAN BUDAYA BERKOMUNIKASI DI YOGYAKARTA 1976-2000 ....................................................

  54 A. Sistem nilai yang berubah ................................................................. 57 B.

  Sistem kekerabatan yang berubah ..................................................... 60 C. Sistem bahasa yang berubah ............................................................. 61 BAB V. PENUTUP .........................................................................................

  66 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

  68

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi yang diartikan sebagai bagian dari proses pertukaran gagasan

  1

  antar manusia merupakan hal yang penting baik bagi kehidupan individu maupun bagi masyarakat umat manusia. Proses tersebut terbatas pada ruang lingkup yang kecil dimana indera manusia, pendengaran maupun penglihatan masih dapat dimanfaatkan dengan baik dalam proses tersebut (komunikasi). Selalu ada dua pihak yang terlibat dalam proses itu yaitu sumber gagasan yang menyampaikan gagasan dan ada pihak yang menerima gagasan. Secara alamiah proses pertukaran gagasan menggunakan indera manusia tersebut akan ideal jika semua gagasan yang ingin diutarakan dapat disampaikan dengan lengkap.

  Ketika jarak bertambah komunikasi antar kedua pihak tersebut diatas semakin sulit dan pada akhirnya pada kondisi jarak tertentu tidak dimungkinkan lagi proses pertukaran gagasan tersebut dilakukan. Manusiapun mulai berupaya agar komunikasi ‘alamiah’ yang dijelaskan diatas tetap dapat dilakukan dengan baik. Disaat inilah manusia mulai bersentuhan dengan teknologi telekomunikasi. Dari teknologi telekomunikasi paling sederhana (telegram) yang menggunakan media saluran kawat sampai dengan teknologi telekomunikasi modern yang

                                                              

1 Berdasarkan definisi dari Berelson & Gary Steiner komunikasi adalah :

  menggunakan media udara (telpon genggam) semuanya diarahkan agar komunikasi ‘alamiah’ dapat dinikmati lagi. Dengan demikian sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya tidak saja penting dari sisi tekniknya tetapi juga sangat penting bagi kebudayaan manusia pada umumnya. Bagaimana interaksi diantara keduanya kebudayaan dan telekomunikasi merupakan hal yang menarik untuk dicerna.

  Ketika telegram mulai digunakan, manusia mulai belajar menyampaikan gagasannya secara tertulis dan singkat dengan mendatangi kantor-kantor yang menyediakan layanan telegram. Komunikasi antar pihak-pihak yang membutuhkan tidak mudah. Ini tentunya mengubah pola kehidupan sosial manusia. Namun proses pertukaran gagasan antar manusia sudah mengatasi jauhnya jarak meskipun itu masih dalam bentuk tulisan belum dalam bentuk suara.

  Dalam sejarahnya, penyampaian gagasan lewat pesan singkat masih ‘belum punah’ sampai saat ini namun terus dikemas dalam bentuknya yang baru SMS (Short Message Service). Bahkan Pemanfaatan SMS dalam dunia politik di negara tetangga kita Pilipina pernah membawa dampak politik yang besar.

  Pengiriman SMS yang trafiknya begitu tinggi di ibukota negara tsb, Manila saat demonstrasi penggulingan presiden Estrada menyebabkan Manila pernah dijuluki

  2

  sebagai the city of SMS . Pada saat itu, para demonstran di kota tersebut sangat sulit melakukan penyampaian informasi kegiatan-kegiatan dan lokasi demonstrasi

                                                               melalui media-media cetak dan elektronik yang telah dikendalikan secara ketat oleh pemerintahan yang berkuasa. Munculnya SMS sebagai teknologi baru yang belum sempat dikendalikan dengan ketat memungkinkan para demonstran secara effektif memanfaatkan teknologi ini saat itu untuk mengkoordinir pemusatan masa di lokasi-lokasi tertentu untuk memulai kegiatan demonstrasi mereka. Itulah yang menyebabkan trafik SMS di Manila memecahkan rekor saat itu sehingga wajar dikenal sebagai the city of SMS.

  Perkembangan teknologi telekomunikasi modern selanjutnya tidak lepas dari tuntutan kebutuhan manusia. Dari bentuk tulisan ke berbagai bentuk lainnya suara, gambar, video dan multimedia menjadikan interaksi antar teknologi itu dan manusia bahkan antar manusia mengalami berbagai perubahan. Kasus Prita yang dituntut berdasarkan pasal pencemaran nama baik di internet terhadap Omni International Hospital misalnya tidak lepas dari interaksi manusia dengan teknologi telekomunikasi tersebut.

  Dari waktu ke waktu perkembangan teknologi komunikasi dan interaksinya dengan budaya dan berbagai aspek kehidupan manusia (politik, ekonomi) terus membawa banyak perubahan. Meskipun begitu perkembangan teknologi tersebut di Indonesia ini terkesan masih belum sejauh di negara-negara maju seperti di negara-negara barat. Kemudahan mengakses dan mengunduh (download) dalam pertukaran gagasan, informasi dalam bentuk file atau arsip yang tersimpan di manca negara cukup nyaman dan sangat berbeda dengan

  Sebagai sebuah Negara berkembang, Indonesia muncul dan tumbuh dalam keadaan yang cukup sulit. Indonesia memulai bentuk kedaulatannya dengan keadaan ekonomi yang kurang memadai. Lebih memberatkan lagi, Indonesia yang baru merdeka itu diharuskan untuk menanggung biaya kerugian Belanda yang

  3

  cukup besar jumlahnya. Ricklef menyatakan besarnya sekitar 4 Milyar Gulden , dengan kondisi sekarang jumlah itu setara dengan 42 triliun Rupiah. Perlu juga disadari bahwa perbandingan ini masih jauh dari tepat karena perekonomian Negara saat itu tidak sebaik sekarang. Disamping itu banyak hal yang terjadi di negara ini, seperti pergantian orde lama ke orde baru dan sekarang orde reformasi, krisis ekonomi yang dua kali terjadi, serta peran dari tokoh-tokoh di bidang teknologi telekomunikasi yang pro dan kontra atas berbagai gagasan atau kebijakan perkembangan teknologi telekomunikasi sangat menentukan cepat dan lambatnya kemajuan bidang teknologi telekomunikasi di negara ini.

  Perkembangan teknologi telekomunikasi begitu cepat dan membawa pengaruh pada budaya bangsa dan berbagai aspek lainnya karena itu perlu diidentifikasi dan dirumuskan secara tepat apa yang bisa diangkat dalam tugas akhir ini.

B. Batasan Masalah

  Perkembangan teknologi telekomunikasi tidak luput dari semakin murahnya perangkat tersebut sebagai akibat kebijakan politik dan ekonomi yang sewaktu peluncuran satelit Palapa. Meluncurkan sebuah satelit pada tahun 1976 adalah suatu hal yang luar biasa bagi negara yang belum lama merdeka seperti Indonesia. Setelah peluncuran telekomunikasi mulai berkembang pada level yang benar-benar berbeda. Hal ini ditandai dengan peningkatan dalam densitas jumlah Satuan Sambungan Telepon (SST) dari tahun ke tahun.

  Permasalahan mulai nampak begitu telepon ini menjadi dominan di masyarakat. Dengan terjaringnya Indonesia melalui sambungan telepon maka mulai muncul budaya berkomunikasi yang menekankan pada teknologi telekomunikasi. Perumtel (Perusahaan Umum Telekomunikasi) merupakan perusahaan negara yang dominan dalam penyediaan jasa telekomunikasi sejak tahun 1974. Indosat baru mulai muncul pada tahun 1980 dengan menjadi penyedia jasa telekomunikasi internasional. Pada tahun 1991 Pemerintah mengubah Perumtel dari Perusahaan Umum menjadi Persero dan menjadi PT TELKOM, hal ini didorong oleh UU telekomunikasi '89 yang mengubah bentuk ketergantungan

  4

  pendanaan jasa telekomunikasi pada Pemerintah kebentuk swasta . Antara 1991 sampai dengan 1994 mulai muncul perusahaan-perusahaan yang bergerak di

  

5

  bidang jasa penyediaan telekomunikasi . Semua perkembangan ini dari satu teknologi komunikasi yaitu telepon. Meskipun semuanya berupa perkembangan di bidang perundangan telekomunikasi tetapi hal ini menunjukkan bahwa tuntutan

                                                              

4 Perubahan Perumtel menjadi PT Telkom dilakukan dalam bentuk

  Privatisasi dimana penyelenggaraan jasa telekomunikasi bisa dilakukan oleh pihak lain selain pemerintah tetapi penyelenggaraan telekomunikasi tetap masyarakat untuk berkomunikasi melalui perangkat telekomunikasi ini sudah cukup tinggi.

  Muncul dan berkembangnya telepon genggam (HP) di Indonesia (1996) memberikan pengaruh yang besar pada tuntutan serta perkembangan sosial di Indonesia. HP memang terkesan lebih bergengsi pada masa awal munculnya. Hal ini juga menandai corak perkembangannya di Indonesia. Alat telekomunikasi ini dijadikan simbol bagi status ekonomi seseorang. Bahkan berdasarkan merk orang sudah saling menilai kelas ekonomi seseorang. Hal ini jauh berbeda dengan masa telepon dimana masyarakat menganggap teknologi ini sebagai ciri modern dari bentuk kehidupan masyarakat.

  Budaya yang muncul seputar teknologi telekomunikasi inilah yang menjadi permasalahan sekarang. Meskipun belum melek teknologi komunikasi orang-orang mengkonsumsi perangkat telekomunikasi untuk menunjukkan status sosialnya. Hal ini juga didukung dengan berkembangnya persepsi masyarakat yang serupa. Selain itu bahasa yang muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi perangkat telekomunikasi juga mulai menggeser bahasa Indonesia baku.

  Tanpa budaya yang mendukung perkembangan teknologi telekomunikasi ini maka perkembangan itu akan menjadi suatu penghancur bagi masa depan bangsa. Hal ini dapat terjadi ketika proses perkembangan tersebut dan interaksinya terabaikan yaitu suatu kondisi dimana orang hanya berusaha telpon genggam sebagai peningkatan status sosialnya ketimbang fungsi telepon genggam sebagai alat bantu untuk berkomunikasi jarak jauh maka teknologi tersebut di Indonesia akan berkembang ke arah yang lain. Perbedaan miskin dan kaya di negeri ini sudah menjadi isu yang lama dan akan diperparah dengan perkembangan yang seperti ini.

  Untuk melihat perubahan yang nyata dalam masyarakat maka perlu diperhatikan tempat yang mempunyai sistem kebudayaan kuat sebagai titik awal sebelum terjadi pergeseran dalam budaya. Dalam hal ini kota Yogyakarta dijadikan tempat sebagai sampel dari penelitian ini. Masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta memiliki kebudayaan yang kental dan sifat yang menerima perkembangan dengan terbuka. Dengan meneliti kota ini maka bisa dilihat perubahan dari bentuk komunikasi tradisionil kebentuk komunikasi modern yang bertumpu pada perkembangan teknologi perangkat telekomunikasi.

  Mengacu pada pembahasan di atas tentang perkembangan teknologi telekomunikasi dan interaksinya yang begitu luas dan kompleks maka yang akan diidentifikasi sebagai masalah dalam skripsi ini adalah: 1.

  Bentuk perkembangan perangkat teknologi telekomunikasi sejak 1976- 2000.

  Tahun 1976 merupakan momen yang penting dalam perkembangan telekomunikasi Indonesia, pada tahun ini Satelit Palapa diluncurkan dan memberikan kemampuan akses yang lebih banyak dan jangkauan jaringan yang

  Dalam penulisan ini akan dibahas perangkat telekomunikasi apa saja yang muncul setelah Palapa diluncurkan dengan demikian bisa dipahami bahwa peluncuran ini memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan perangkat telekomunikasi di Indonesia sampai dengan tahun 2000.

  2. Perubahan bentuk komunikasi perorangan di Indonesia sampai dengan tahun 2000, studi kasus Yogyakarta.

  Perubahan bentuk komunikasi perorangan yang dimaksud adalah komunikasi point to point atau komunikasi dua arah (timbal balik) antara dua orang. Pengaruh telekomunikasi pada budaya akan bisa dilihat pada daerah yang kental dengan tradisinya, dalam hal ini Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu dari beberapa kota yang masih kental dengan tradisi Jawanya. Dalam meneliti bentuk perubahan sosio-budaya yang terjadi ditetapkan tahun 1970 sebagai masa untuk mengamati bentuk budaya awal sebelum peluncuran satelit Palapa. Dari sini kita mulai memperhatikan bagaimana komunikasi antar perorangan di DIY sebagai sampel dari salah satu kota budaya di Indonesia mulai berubah bentuk serta arah perkembangannya.

  3. Ragam bahasa yang muncul dan dipengaruhi oleh perkembangan perangkat telekomunikasi sampai dengan tahun 2000.

  Di masa kini telekomunikasi telah menjadi suatu media untuk banyak hal. Berbeda dari tujuan utamanya yaitu sebagai alat komunikasi jarak jauh, perangkat telekomunikasi sudah mulai mengarah ke suatu bentuk untuk mencerminkan awalnya hanya sedikit dari unsur budaya yang dipengaruhi oleh perkembangan telekomunikasi tapi ada beberapa faktor di masa perkembangan telekomunikasi yang membantu perkembangannya sampai ke tahap yang sekarang ini. Dalam menganalisa permasalahan ini akan dibahas tentang bagaimana perangkat telekomunikasi muncul dan berkembang serta pengaruh yang diberikannya pada bentuk komunikasi lokal.

  C. Rumusan Masalah

  Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan rumusan masalah yang dapat dikaitkan dengan skripsi ini, namun yang dijadikan rumusan utama adalah:

  1. Sejauh dan sepesat apa perkembangan telekomunikasi di Indonesia setelah satelit Palapa diluncurkan?

  2. Bagaimana pengaruhnya pada teknologi komunikasi?

  3. Bagaimana dampak sosial dari kemajuan teknologi komunikasi 1976- 2000 di Yogyakarta?

  D. Tujuan Penelitan

  1. Akademis Penulisan ini bertujuan mendeskripsikan serta menganalisis tentang perubahan-perubahan yang terjadi akibat perkembangan telekomunikasi di

  Indonesia sebagai bentuk modernisasi budaya dalam komunikasi masyarakat Jawa

  2. Praktis Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi telekomunikasi telah membawa pengaruh yang besar bagi budaya berkomunikasi dan gaya hidup masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Jawa yang hidup di Yogyakarta pada khususnya.

  E. Manfaat Penulisan

  1. Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia dan keterkaitannya dengan perubahan budaya bangsa.

  2. Praktis Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 Ilmu Sejarah. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau masukan bagi peneliti lain dalam penelitian iptek telekomunikasi dan sejarah kebudayaan bangsa Indonesia khususnya kebudayaan Jawa Tengah dan sejarah local Yogyakarta.

  F. Tinjauan Pustaka

  Tulisan mengenai perkembangan telekomunikasi telah banyak diterbitkan oleh sejumlah penerbit atau penulis. Buku-buku itu antara lain sebagai berikut:

6 Rachmadi . Buku ini membahas tentang pengaruh dan peran teknologi informasi

  dan komunikasi menyangkut aspek sosial ekonomi global. Di mana penulisan ini menekankan pada pentingnya menguasai informasi dan komunikasi, sejarah mengenai perkembangan perangkat tidak diulas secara menditel. Meskipun menyatakan sedikit mengenai dampak dari perkembangan dunia telekomunikasi, analisa dan fokusnya bukan kepada dampak dari perkembangan telekomunikasi terhadap pluralitas budaya di Indonesia.

  7 Buku ”Era Baru Bisnis Telekomunikasi dunia” karya DR. Dedi Supriadi .

  Buku ini membahas bagaimana besarnya peran telekomunikasi di dunia dan bagaimana dunia telah sampai pada jaman informasi. dalam banyak hal buku ini membahas bagaimana telekomunikasi mengambil peran yang penting untuk menjadi sarana informasi. Buku ini membahas tentang pentingnya telekomunikasi tapi tidak sepenuhnya membahas mengenai dampaknya terhadap budaya asli yang ada.

  Buku ”Understanding human communication” karya Ronald B. Adler dan

8 George Rodman , buku ini memaparkan banyaknya perspektif dalam

  mendefenisikan komunikasi antar manusia dan telekomunikasi. Meskipun demikian pengaruh secara khusus untuk Indonesia belum diulas dalam buku tsb.

                                                              

  6 Rachmadi F, Informasi dan Komunikasi. Dalam Percaturan Internasional (Bandung: Alumni, 1988).

  7 Dedi Supriadi, Era Baru Bisnis Telekomunikasi, (Bandung: STT

  Buku ”Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia” diterbitkan oleh

  9 Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi , buku ini berisi mengenai

  perkembangan telekomunikasi sesuai dengan yang dialami oleh Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Dirjen PosTel) sewaktu masih dibawah Departemen Perhubungan, sekarang Dirjen Postel berada di bawah Departemen Komunikasi dan Informasi. Buku ini berisi data mengenai sejarah perkembangan telekomunikasi di Indonesia dalam bentuk statistik. Ada empat Jilid buku dimana setiap jilid menunjukkan masa waktu dari statistik dan sejarah perkembangan telekomunikasi, sayangnya buku ini tidak dilanjutkan sampai masa sekarang. Jilid terakhir, jilid IV hanya mengulas masa demokrasi terpimpin. Tidak ditemukan jilid-jilid berikutnya yang mencatat sejarah telekomunikasi sampai sekarang.

  Buku-buku di atas membahas mengenai pentingnya untuk memperhatikan perkembangan telekomunikasi serta besarnya pengaruh bidang ini dalam dunia yang sekarang. Meskipun buku-buku ini menekankan pada perkembangan tetapi kronologi perkembangan telekomunikasi Indonesia belum di bahas secara mendetail dan rinci. Kebanyakan mempertunjukkan perkembangan dari segi meningkatnya user perangkat telekomunikasi. Dalam hal ini karya tulis ini hendak memaparkan perkembangan perangkat secara kronologis untuk menemukan bentuk perkembangan yang melatar belakanginya. Pemikiran yang ingin dimajukan adalah dalam unsur-unsur budaya tertentu perkembangan telekomunikasi akan ditunjang dan akan berkembang dengan pesat.

G. Landasan Teori

  Skripsi ini akan membahas mengenai perkembangan telekomunikasi sebagai suatu bentuk dari modernisasi budaya komunikasi. Telekomunikasi adalah hasil dari kebudayaan. Budaya yang dimaksud dalam hal ini adalah budaya komunikasi antar manusia. Telekomunikasi lahir dari kebutuhan berkomunikasi

  10 antar manusia yang terbatas oleh jarak (tele) .

  Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang komunikasi ini maka muncul dan berkembang perangkat telekomunikasi. Bentuk pertama dari perangkat ini dikenal sebagai perangkat telegraph. Berdasarkan definisi Hovland,

11 Janis, & Kelley (1953) komunikasi adalah : proses dimana seseorang individu

  (komunikator) mentransmisikan stimulus untuk mempengaruhi tindakan orang lain. Dalam berkomunikasi individu tersebut akan terbentur dengan permasalahan jarak, pada jarak yang jauh seseorang stimulus tidak akan dapat ditangkap oleh indera individu yang menjadi lawan komunikasinya. Untuk itu manusia menciptakan dan mengembangkan perangkat telekomunikasi.

  Memasuki era globalisasi di mana seluruh negara di dunia berupaya untuk bersatu dalam suatu “Global Village” perangkat telekomunikasi menjadi salah satu tumpuan dalam upaya ini. Dengan ini upaya untuk memiliki atau

                                                              

10 Secara harafiah tele berarti jarak, bisa berarti dekat ataupun jauh tetapi

  tentunya ada bentang diantara kedua objek yang dianggap ber-tele itu. Dalam dunia komunikasi pengertian tele sedikit lebih spesifik: jarak yang jauh. Pengertian ini muncul karena perangkat telekomunikasi hanya lazim dipakai mengembangkan perangkat telekomunikasi yang canggih menjadi hal yang penting khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia.

  Dengan perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi yang pesat maka warga Indonesia mampu melakukan komunikasi dengan sesamanya yang berada di Nusantara yang sebelumnya tidak bisa dijangkau. Menimbang bahwa Indonesia terdiri dari beragam etnis dengan budaya yang berbeda satu sama lain maka dalam komunikasi individu yang terjadi tentunya ada pertukaran nilai-nilai budaya yang terjadi sehingga ada perubahan dalam sistem budaya di etnis-etnis Indonesia yang disebabkan oleh meningkatnya kemampuan berkomunikasi. Bila

  12

  meninjau ragam budaya Indonesia sebagai sebuah sistem , maka sistem-sistem budaya di Indonesia yang erat kaitannya dan bisa terpengaruh oleh meningkatnya kemampuan berkomunikasi adalah sistem nilai dan sistem bahasa. Dalam pemikiran ini sistem bahasa merupakan sistem yang memiliki kecenderungan tertinggi untuk berubah sebagai dampak dari perkembangan telekomunikasi.

H. Metode Penelitian dan Penulisan

  Metode yang ditempuh dalam penelitian tugas akhir ini adalah dengan: 1.

  Pemilihan Topik 2. Heuristik (pengumpulan sumber) : mengumpulkan sumber-sumber yang ada mengenai telekomunikasi Indonesia dalam berbagai media tulis maupun

                                                              

12 Sedyawati, Edi., KeIndonesiaan dalam Budaya Buku 2: Dialog

  Budaya:Nasional dan Etnik Peranan Industri Budaya dan Media Massa media cetak yang relevan.

  3. Kritik sumber : menguji otentitas dan kredibilitas sumber-sumber untuk menyajikan data yang akurat dan terbukti kebenarannya.

  4. Interpretasi data : menganalisa sumber dengan memperhatikan perbedaan jaman demi menggambarkan kenyataan yang sebenarnya.

  5. Historiografi atau penulisan skripsi : merupakan metode terakhir dalam penelitian dalam hal ini disajikan data serta permasalahan yang menjadi fokus penelitian dalam suatu bentuk yang komprehensif.

I. Sistematika Penulisan

  Untuk menguraikan pembahasan dengan sistematis maka penulisan akan dibagi menjadi lima bab sebagai berikut: Bab I berisikan tentang latar belakang pentingnya teknologi telekomunikasi, Identifikasi dan pembatasan masalah pada keterkaitan perkembangan teknologi telekomunikasi dan budaya bangsa, perumusan masalah kapan teknologi telekomunikasi mengubah badaya bangsa serta tujuan penelitian ini dan manfaatnya.

  Bab II berisi tentang sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi dunia serta bagaimana perbandingannya dengan sejarah telekomunikasi lokal pada masa 1976-2000. Juga akan membahas mengenai proses adopsi teknologi telekomunikasi tsb.

  Bab III berisi tentang bentuk komunikasi lokal yang sudah ada di Jawa khususnya Yogyakarta, sistem nilai serta bentuk bahasa lama yang menjadi media komunikasi bangsa dan perkembangannya sampai tahun 2000.

  Bab IV berisi analisis keterkaitan antara perubahan budaya bangsa dan perkembangan teknologi telekomunikasi berdasarkan kajian indikator-indikator yang diacu. Dalam hal ini akan diulas kapan itu terjadi, berapa lama proses transisinya.

  Bab V berisi kesimpulan dan saran-saran bagi peneliti lainnya apabila ingin meneruskan studi tentang keterkaitan sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi dan budaya.

   

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI 1976-2000 Baik sebagai mahluk individual manusia maupun sebagai mahluk sosial,

  manusia membutuhkan komunikasi untuk dapat berinteraksi dengan sesamanya didalam kehidupannya bermasyarakat. Data dari Adler & Rodman menunjukkan:

  “...They found that the subjects spent an average of over 61 percent of their waking hours engaged in some form of communication. Whatever one’s occupation, the results of such a study would not be too different. Most of us are surrounded by others, trying to understand them and hoping that they understand us: family, friends, coworkers, teachers, and strangers.”

  13

  “…Ditemukan bahwa subjek yang diteliti menggunakan rata-rata 61% lebih dari waktu terjaga mereka untuk berhubungan dalam beberapa bentuk komunikasi. Apapun pekerjaan seseorang, hasil studi-penelitian tersebut tidak menunjukkan banyak perbedaan. Sebagian besar dari kita dikelilingi oleh orang lain, kita berusaha memahami mereka dan berharap bahwa mereka memahami kita: keluarga, teman, rekan kerja, guru, dan orang asing” Kebutuhan berkomunikasi manusia sangat tinggi, 61% dari waktu manusia terjaga dipakai untuk berkomunikasi, tidak tergantung pada jenis pekerjaan.

  Paling tidak ada empat jenis kebutuhan yang menjadi alas an manusia berkomunikasi yaitu physical needs, identity needs, social needs dan practical

  

needs . Physical needs menyangkut kebutuhan fisik seperti kesehatan dan

  kemanan, kebutuhan identitas menyangkut kebutuhan akan mengenal dan dikenal, kebutuhan sosial menyangkut kebutuhan relasional antar sesama umat manusia kebutuhan tersebut memerlukan cara-cara berkomunikasi yang pas didalam penyampaian dan pemenuhannya.

  Ada beberapa cara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Cara-cara berkomunikasi tersebut dapat dilakukan secara lisan, tertulis maupun dengan menggunakan gambar. Ketika jarak belum merupakan hambatan cara penyampaian tersebut dapat disampaikan secara langsung antar individu yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Namun pada jarak yang jauh ketika cara penyampaian tersebut sudah tidak memungkinkan sepenuhnya memanfaatkan pancainderanya manusia secara langsung, manusia mulai memikirkan cara-cara baru didalam berkomunikasi. Misalnya dengan menggunakan simbol-simbol dan media tertentu dalam menyampaikan maksud dan gagasannya. Beberapa bangsa telah menggunakan berbagai cara untuk melakukan hal ini:

  “...The Greeks, Persians, and Romans used smoke and fire signals for transmission of predefined information about singular occurrences. For his attack on Troy, Agamemnon erected a 500-km line of beacons in 1084 b.c. After 10 years without beingused, the news of the fall of Troy was suddenly transmitted one night and then thebeacons became obsolete. The Persian King Darius I (550–485 b.c.) had a firetelegraph network throughout Persia, enabling him to obtain timely information about any planned rebellion or attack from outside. In addition to using smoke-and- fire signals, the Romans raised and lowered wooden beams on a platform of special towers placed in a straight line of sight in various areas throughout their empire, up to Hadrian’s Wall in northern England. In the Middle Ages, smoke and fire signals were employed between Crusader-built towns and forts in Palestine and Syria. In Spain by 1340, the Castilian navy had adopted signal telegraphy. The Admiral of Castile, D. Fabrique, made use of different- colored pennants to communicate orders and coded messages to his ships warring against the

  throwing substances on a fire, they added information to a signal by

  14 changing the colors of the smoke...”

  “…Orang-orang Yunani, Persia dan Romawi menggunakan asap dan api untuk memancarkan informasi dari satu kejadian. Untuk penyerangan pada Troy, Agamemnon mendirikan jaringan beacon sepanjang 500 Km tahun 1084 S.M. Setelah 10 tahun tidak digunakan setelah kejatuhan Troy pada suatu malam, beacon menjadi using dan tidak digunakan. Raja Persia Darius I (550-485 S.M) memiliki jaringan telegrap-api (fire

  telegraph ) diseluruh Persian yang memungkinkan dia untuk

  mendapatkan informasi yang tepat waktu tentang pemberontakan yang sedang direncanakan atau serangan dari luar. Disamping penggunaan asap dan api, orang-orang Romawi mengangkat dan menurunkan balok kayu pada menara khusus untuk mengirim informasi keseluruh negri dan bahkan dapat dilihat sampai ke Hadrian’s Wall di Inggris Utara. Pada abad pertengahan pengiriman informasi dalam bentuk asap dan api masih digunakan antara tentara di kota dan tentara di benteng disepanjang Palestina dan Syria. Di Spanyol pada tahun 1340 angkatan laut Castilian mengadopsi teknologi telegrap. Laksamana D. Fabrique memanfaatkan panji-panji yang berbeda-beda untuk mengirimkan sandi-sandi tertentu ke kapal-kapal perangnya untuk menyerang kerajaan Aragon. Orang- orang Indian di Amerika Utara menyempurnakan teknologi asap dan api tersebut dengan menambahkan zat-zat tertentu pada asap sehingga menimbulkan aneka warna yang merepresentasikan aneka informasi.” Merujuk pada kutipan di atas mengenai bentuk-bentuk komunikasi awal, pada masa lalu juga dalam budaya lokal di Indonesia kentongan digunakan untuk hal yang mirip. Bahkan sampai saat inipun kentongan masih dimanfaatkan di beberapa rumah makan tradisional untuk menyampaikan bahwa kedatangan pelayan sudah dinantikan.

  Manusia telah terbiasa menterjemahkan maksudnya kedalam simbol- simbol baik berupa bunyi maupun cahaya dalam ber-interaksi atau lebih tepatnya dalam proses komunikasi antar sesamanya. Disinilah teknologi telekomunikasi mulai berperan di dalam pemenuhan kebutuhan komunikasi manusia. Dalam sub bagaimana dan kapan ditemukan serta bagaimana sejarah perkembangannya dan interaksinya dengan perkembangan budaya manusia.

A. Defenisi Telekomunikasi

  Keterbiasaan manusia menggunakan simbol-simbol suara dan cahaya untuk berkomunikasi jarak jauh memicu para ilmuwan untuk mulai menggunakan berbagai metode untuk menyampaikan pesan-pesan lewat simbol-simbol yang tidak saja menggunakan suara dan cahaya. Dimulai dengan menggunakan metode semaphore sampai menggunakan besaran-besaran listrik untuk menyatakan symbol-simbol tersebut dan untuk mengenalnya kembali, manusia berhasil membuat perangkat telegraph yang paling kuno yang menggunakan lengan-lengan mekanik yang besar hingga perangkat telpon genggam yang mungil tapi cerdas.

  Itu pula yang menyebabkan terjadi definisi telekomunikasi juga beberapa kali mengalami pemutakhiran.

  Badan resmi dunia yang menangani aturan-aturan teknologi telekomunikasi, ITU (International Telecommunication Union) beberapa kali memutakhirkan defenisi terminologi telekomunikasi: “…ITU secara resmi mengakui istilah telekomunikasi pada tahun 1932 dan mendefenisikannya sebagai: setiap komunikasi isyarat tulisan, gambar dan suara menggunakan perangkat telegrap atau telepon baik melalui kabel atau radio atau proses elektrik

  15

  lainnya atau isyarat visual (semaphore).” Sekarang ini ITU mendefenisikan dan suara atau bentuk inteligensia lainnya menggunakan kabel, radio, media visual, atau system elektromagnetik lainnya. Dalam hal ini transmisi dari bahasa

   16

  latinnya transmitter diartikan sebagai proses transfer atau transportasi.” Masih ada lagi beberapa defenisi lain lagi tentang telekomunikasi namun didalam banyak kepustakaan defenisi ITU paling lazim dijadikan acuan. Defenisi

  ITU diatas mencoba memberi defenisi teknologi telekomunikasi dari aspek yang kental dengan bidang sains dan teknologi, sehingga tidak mudah bagi ilmuwan dari disiplin lain mengadopsinya. Namun dalam Tugas akhir ini, mengacu pada defenisi ITU tersebut, terminologi telekomunikasi dipahami secara sederhana sebagai teknologi yang mengeliminasi pengaruh jarak sehingga memungkinkan manusia berkomunikasi.

  Perihal definisi telekomunikasi di Indonesia mungkin sedikit berbeda menimbang bentuk sosial yang berbeda. Indonesia berbeda pemikiran dibandingkan dengan dasar pemikiran definisi di atas. Sifat kebersamaan di Indonesia dan bentuk masyarakat dimana ada perbedaan antara orang-orang kecil dan orang-orang berpengaruh dalam struktur sosialnya memisahkan bentuk telekomunikasi yang dimiliki oleh masing-masing kelas.