Hubungan antara dimensi kepribadian big five dengan tingkat burnout pada perawat IGD rumah sakit di Yogyakarta - USD Repository
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN
TINGKAT BURNOUT PADA PERAWAT IGD RUMAH SAKIT DI
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Martha Herati
089114019
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN
TINGKAT BURNOUT PADA PERAWAT IGD RUMAH SAKIT DI
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Martha Herati
089114019
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
Motto:
“Looking your dream, it’s like looking place far away. The important thing is don’t ever think about giving up, STAND UP again towards the dream you’ll meet someday”
“Orang yang pesimistik selalu menemukan kesulitan dalam setiap
kesempatan. Orang yang optimistik justru menemukan peluang
disetiap kesempatan” –Lawrence P.J.-“Every successful person has a painful story. Every painful story has a successful ending. Accept the pain and get ready for success”
“Terkadang sesuatu hal yang berharga justru datang
dari pengalaman yang tidak menyenangkan”Penulisan ini ku persembahkan kepada : Ayah dan Bunda tercinta … Mas Wawan, Mas Wanto, Mba Wati, Dan teman-teman terdekatku …
HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN
TINGKAT BURNOUT PADA PERAWAT IGD RUMAH SAKIT DI
YOGYAKARTAMartha Herati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dimensi kepribadian Big Fivedengan tingkat burnout pada perawat IGD rumah sakit di Yogyakarta. Dimensi kepribadian big
five terdiri dari extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, dan openness to experience. Subyek penelitian berjumlah 38 perawat IGD dari Rumah Sakit PantiNugroho dan Rumah Sakit Panti Rapih. Pemilihan subyek menggunakan teknik purposive
sampling dan dua skala pengukuran model Likert, yaitu skala burnout dan skala big five.
Reliabilitas pada skala burnout adalah 0,953. Sedangkan reliabilitas pada masing-masing skala
big five adalah dimensi extraversion sebesar 0,867, agreeableness sebesar 0,808, conscientiousness sebesar 0,920, emotional stability sebesar 0,923 dan openness to experience sebesar 0,867. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi. Hipotesis pada penelitian iniadalah 1) extraversion berhubungan negatif dengan tingkat burnout pada perawat IGD, 2)
agreeableness berhubungan negatif dengan tingkat burnout pada perawat IGD, 3) conscientiousness berhubungan negatif dengan tingkat burnout pada perawat IGD, 4) emotional stability berhubungan negatif dengan tingkat burnout pada perawat IGD, dan 5) openness to experience berhubungan negatif dengan tingkat burnout pada perawat IGD. Hasil analisis data menunjukkan bahwa extraversion tidak berhubungan dengan tingkat burnout (β =-0,149; p=0,427), agreeableness tidak berhubungan dengan tingkat burnout(β=0,897; p=0,227), conscientiousness tidak berhubungan dengan tingkat burnout (β=-0,246; p=0,585), emotional stability tidak berhubungan dengan tingkat burnout
(β=0,098; p=0,844), dan openness to experience tidak berhubungan dengan tingkat burnout (β=-0,196; p=0,103).
Kata Kunci: dimensi kepribadian big five, burnout, extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, openness to experience
THE CORRELATION CORRELATION BETWEEN BIG FIVE
PERSONALITY DIMENSIONS AND BURNOUT LEVEL IN HOSPITALS’
EMERGENCY NURSES AT YOGYAKARTA
Martha Herati
ABSTRACT
This research aimed to examine the relationship between big five personality dimensionsand burnout level in Hospitals’ emergency nurses at Yogyakarta. Big five personality dimensions
consist of extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, and openness to
experience. 38 people at Panti Nugroho Hospital and Panti Rapih Hospital were the subjects in
this research. Selection of subject used a purposive sampling technique and two Likert scale of
measurement models, the burnout scale and the big five personality scale. The result of reliability
on the burnout scale was 0.953. While the reliability of each dimension of big five scale was 0.867
for extraversion, 0,808 for agreeableness, 0.920 for conscientiousness, 0,923 for emotional
stability dimension, and 0.867 for openness to experience. Hypothesis test used regression
analysis. The hypothesis purposed in this research was 1) extraversion has a negative correlation
with burnout level in emergency, 2) agreeableness has a negative correlation with burnout level in
emergency, 3) conscientiousness has a negative correlation with burnout level in emergency, 4)
emotional stability has a negative correlation with burnout level in emergency, and 5) openness to
experience has a negative correlation with burnout level in emergency The results of data analysis
showed that the dimensions of extraversion has n’t a significant correlation with the level of
burnout (β =-0,149; p=0,427), agreeableness hasn’t a significant correlation with the level of burnout ( β=0,897; p=0,227), conscientiousness hasn’t a significant correlation with the level of burnout ( β=-0,246; p=0,585), emotional stability hasn’t a significant correlation with the level of burnout (
β=0,098; p=0,844), and the dimension of openness to experience hasn’t a significant correlation with the level of burnout ( β=-0,196; p=0,103).
Keywords: dimension of big five personality, burnout, extraversion, agreeableness,
conscientiousness, emotional stability, openness to experienceKATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan Tingkat Burnout Pada Perawat IGD Rumah Sakit di Yogyakarta” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata DharmaYogyakarta.
Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Christina Siwi., H., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik.
2. Ibu Titik Kristiyani., S. Psi., M. Psi., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, S.Psi., M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran, semangat, dukungan, kesabaran dan bimbingannya kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Y. Agung Santoso., M.A., terima kasih atas masukan-masukan statistiknya.
5. Ibu A. Tanti Arini M. Si., terima kasih atas masukan dan sarannya.
6. Segenap dosen dan staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
7. Kepada Bapak dr. H. Ahmad Hidayat, Sp.OG., M.Kes, selaku kepala Rumah Sakit Muhammadiyah yang telah memberikan izin penelitian.
8. Kepada Ibu Valentina Dwi Yuli Siswianti, M.Kes, selaku Direktur Pelayanan dan Infrastruktur Rumah Sakit Panti Rapih yang telah memberikan izin penelitian.
9. Kepada Bapak dr. Tandean Ari Wibowo selaku Direktur Rumah Sakit Panti Nugroho yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian.
10. Kedua orangtuaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Saudara- saudaraku : “Mas Wawan, Mas wanto, Mba Wati” trimakasih atas dukungan dan doanya.
12. Sahabat terbaikku, Winarti H. Wibowo. Thank you atas semangatnya, dukungan, doanya, dan pelajaran berharga yang membuatku terus bertahan hingga saat ini.
13. Pak dhe, Budhe, Mas Sunu, Mas daru, Mba Vero, dan Daka kecil..
Trimakasih telah mengajarkan ku menjadi pribadi yang lebih baik.
14. Temen- temen terbaikku… Nita, Desi, Nindi, Siska, Agnez, Lusi, Skolastika, dan Heni. Trimakasih telah menemaniku selama 4 tahun ini. Aku rindu kalian,hehe.
15. Teman-teman Divisi Training, Mba Devi, Mas David, Ko Ateng, Martha S., Okvi atas kenangan selama latihan training.
16. Temen- temen Psikologi … Dewi, Ayu, Mila, Kika, Anggun, Tiwi, Meli, Aik, Monik, Inez, Puput, Priska, Adit, Vike, Cece, Dian, Mitha, dan seluruh angkatan 2008. Terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya.
17. Temen- temen seperjuangan… Nursih, Chelly, Agung, dan Wawan…Ayo teman-teman bersemangatlah. God bless us!
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Terima Kasih.
Yogyakarta, Agustus 2012 Penulis
Martha Herati
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………… ............... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1 A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 14 A. Burnout ................................................................................................ 14
1. Definisi Burnout ............................................................................. 14
2. Aspek-aspek Burnout Menurut Maslach....................................... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Burnout .................................. 20
4. Alat Ukur Burnout ......................................................................... 26
5. Burnout Pada Perawat .................................................................... 27
B. Kepribadian Big Five ........................................................................... 29
1. Definisi Kepribadian ...................................................................... 29
2. Dimensi Kepribadian Big Five ....................................................... 30
3. Komponen Kepribadian Big Five .................................................. 32
4. Alat Ukur Dimensi Kepribadian Big Five...................................... 32
C. Perawat ................................................................................................. 34
1. Pengertian Perawat ......................................................................... 34
2. Tugas Perawat IGD ........................................................................ 34
D. Dinamika Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan Burnout Pada Perawat IGD Rumah Sakit ............................... 36 E. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 46
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 47 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 47 B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................ 47 C. Definisi Operasional ............................................................................ 48
1. Burnout .......................................................................................... 48
2. Kepribadian Big Five ..................................................................... 48
D. Sampel dan Subyek Penelitian ............................................................. 49
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 50
1. Skala Burnout ................................................................................. 50
2. Skala Kepribadian Big Five ........................................................... 53
F. Validitas Dan Reliabilitas Skala .......................................................... 55
1. Validitas ......................................................................................... 55
2. Seleksi Item .................................................................................... 55
3. Reliabilitas ..................................................................................... 56
G. Metode Analisis Data ........................................................................... 57
1. Uji Asumsi ..................................................................................... 57
a. Uji Normalitas .......................................................................... 57
b. Uji Linearitas ........................................................................... 58
c. Uji Homoskedastisitas ............................................................. 58
d. Uji Non-autokorelasi ................................................................ 58
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 59
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 60 A. Pelaksanaan Tryout .............................................................................. 60 B. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 60 C. Analisis Data ........................................................................................ 61
1. Uji Normalitas ................................................................................ 61
2. Uji Linearitas ................................................................................. 61
3. Uji Homogenitas Varian atau Homoscedasticity ........................... 62
4. Uji Non-autokorelasi ...................................................................... 63
5. Uji Hipotesis .................................................................................. 64
D. Deskripsi Subyek Penelitian ................................................................ 67
E. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 68
F. Pembahasan .......................................................................................... 70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 75 A. Kesimpulan .......................................................................................... 75 B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 76 C. Saran .................................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77 LAMPIRAN ..................................................................................................... 83
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik Skor Tinggi dan Skor Rendah Pada Dimensi Kepribadian Big Five ........................................................................ 30
Tabel 2 Penilaian Berdasarkan Pilihan Jawaban Subyek ............................... 52 Tabel 3 Komponen Skala Burnout (Uji Coba Item) ...................................... 53 Tabel 4 Penilaian Untuk Jawaban Favorable dan Unfavorable .................... 54 Tabel 5 Komponen Skala Kepribadian Big Five (Uji Coba Item) ................. 54 Tabel 6 Distribusi Item Skala Burnout Untuk Penelitian .............................. 56 Tabel 7 Distribusi Item Skala Big Five Untuk Penelitian .............................. 56 Tabel 8 Hasil Tes Kolmogorov-Smirnov ........................................................ 61 Tabel 9 Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 62 Tabel 10 Rangkuman Hasil Uji Non-autokorelasi ........................................... 64 Tabel 11 Distribusi Subyek Perawat IGD Rumah Sakit Panti Nugroho
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .............................................. 67 Tabel 12 Distribusi Subyek Perawat IGD Rumah Sakit Panti Nugroho
Berdasarkan Lama Kerja ................................................................... 68 Tabel 13Distribusi Subyek Perawat IGD Rumah Sakit Panti Rapih
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .............................................. 68 Tabel 14 Distribusi Subyek Perawat IGD Rumah Sakit Panti Rapih
Berdasarkan Lama Kerja ................................................................... 68 Tabel 15 Rangkuman Uji t Mean Empiris, Teoritik, dan Standar Deviasi ...... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Proses Burnout.............................................................................. 15 Gambar 2 Kerangka Pemikiran antara Dimensi Kepribadian Extraversion dengan Burnout ............................................................................ 41 Gambar 3 Kerangka Pemikiran antara Dimensi Kepribadian
Emotional Stability dengan Burnout ............................................ 42
Gambar 4 Kerangka Pemikiran antara Dimensi Kepribadian
Openness to Experience dengan Burnout ..................................... 43
Gambar 5 Kerangka Pemikiran antara Dimensi Kepribadian
Agreeableness dengan Burnout .................................................... 44
Gambar 6 Kerangka Pemikiran antara Dimensi Kepribadian
Conscientiousness dengan Burnout .............................................. 45
Gambar 7 Scatter Plot ................................................................................... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Penelitian ........................................................................... 84 Lampiran 2 Reliabilitas Skala Dimensi Kepribadian Big Five ...................... 91 Lampiran 3 Reliabilitas Skala Burnout .......................................................... 96 Lampiran 4 Normalitas ................................................................................... 100 Lampiran 5 Linearitas ..................................................................................... 102 Lampiran 6 Non-autokorelasi ......................................................................... 107 Lampiran 7 Scatter Plot .................................................................................. 108 Lampiran 8 Analisis Regresi .......................................................................... 109 Lampiran 9 Surat-Surat Penelitian ................................................................. 111
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu lembaga kesehatan di bidang
pelayanan yang menyelenggarakan kesehatan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan bagi pasien (depkes, 2006). Untuk melaksanakan upaya tersebut, rumah sakit perlu memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit yang berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien adalah perawat.
Baik buruknya pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat ditentukan oleh pelayanan yang diberikan perawat. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Nursalam (2011) bahwa pelayanan perawat di bidang kesehatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan perawat merupakan salah satu faktor penentu citra dan mutu rumah sakit. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi yang memiliki hubungan dekat dengan pasien. Di samping itu, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan perawat yang baik semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran akan hak dan kewajiban dari masyarakat. Husin (dalam Nursalam, 2011) menguraikan empat hal yang membuat tuntutan masyarakat semakin meningkat terhadap pelayanan asuhan keperawatan.
2 Pertama, kondisi masyarakat yang semakin berpendidikan, membuat mereka memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan hak dan hukum, serta menuntut berbagai bentuk dan jenjang pelayanan kesehatan yang professional. Kedua, rentang masalah kesehatan melebar sehingga membutuhkan sistem pelayanan kesehatan yang meluas. Ketiga, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang sehingga harus digunakan secara tepat guna. Keempat, tuntutan profesi terus meningkat akibat didorong oleh perkembangan iptek medis dan permasalahan internal pada profesi keperawatan.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, Departemen Kesehatan RI mencanangkan program akreditasi Rumah Sakit. Tugas-tugas yang terkait dengan pelaksanaan akreditasi rumah sakit akan dilakukan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). KARS membantu menyiapkan, melakukan survei, menyampaikan laporan hasil survei dan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan dan selanjutnya Departemen Kesehatan menetapkan hasilnya berdasarkan usulan KARS (Bambang, 2008). Standar akreditasi yang digunakan saat ini mengalami perubahan, yaitu dari sistem akreditasi versi 2007 menjadi sistem akreditasi versi 2012. Salah satu perubahannya terletak pada standar akreditasi yang digunakan. Standar akreditasi 2012 menekankan pada pelayanan berfokus pada pasien serta kesinambungan pelayanan dan menjadikan keselamatan pasien sebagai standar utama (Komisi Akreditasi Rumah Sakit [KARS], 2012).
3 Implikasi perubahan standar akreditasi versi 2007 menjadi versi 2012 menuntut perawat memiliki kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal, serta memperhatikan kaidah etik dan moral atau memiliki kompetensi legal dan etik (Hamid, 2000). Kemampuan intelektual dan teknikal meliputi pengetahuan yang memadai tentang penyakit, termasuk anatomi dan fisiologi; keterampilan pengkajian yang baik dalam mewawancarai pasien dengan kepedulian tentang penyakit yang dialami; dan keterampilan mengajar untuk memberi pasien informasi dan keterampilan yang diperlukan. Sedangkan kompetensi interpersonal meliputi keterampilan komunikasi interpersonal untuk membina hubungan yang penuh dengan rasa percaya terhadap pasien. Pada kompetensi legal dan etik, perawat diharapkan memiliki pengetahuan tentang tanggung jawab profesional dan kemampuan serta kesediaan untuk menggunakan secara tepat untuk membantu masalah pasien. Oleh sebab itu, perawat yang profesional merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan pelayanan kesehatan.
Perawat memiliki beban kerja dan tanggung jawab yang besar. Hal ini disebabkan perawat harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Menurut Smith dan Sulsky (dalam Arifianti, 2008), perawat memiliki beban kerja yang berat karena mereka harus bekerja sesuai
shift , dituntut untuk penuh perhatian terhadap pasien, dan terkadang memiliki
masalah interpersonal dengan staf medis lainnya. Selain itu, perawat juga dibebani tugas tambahan lainnya, bahkan sering melakukan kegiatan non
4 keperawatan, seperti menggantikan tugas dokter saat dokter tidak bertugas atau melakukan tugas administrasi dan keuangan. Hal ini senada dengan hasil penelitian di 10 Propinsi, 20 Kabupaten, dan 60 Puskesmas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia (Ilmiki, 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 78,8% perawat melaksanakan tugas kebersihan, 63,6% perawat melakukan tugas administrasi,93,1% perawat membuat resep obat, 97,1% perawat melakukan tindakan pengobatan di dalam maupun di luar gedung puskesmas, dan 57,7% perawat melakukan pertolongan persalinan.
Banyaknya prosentase perawat yang melakukan tugas non keperawatan dapat memunculkan ambiguitas peran (role ambiguity) dan peran yang berlebihan (role overload). Menurut Landy dan Conte (2004), ambiguitas peran terjadi ketika individu tidak memiliki pengetahuan yang jelas mengenai perilaku apakah yang diharapkan dari pekerjaannya. Sedangkan role overload terjadi ketika individu diharapkan untuk dapat memenuhi semua peran dalam satu waktu.
Besarnya tanggung jawab dan ambiguitas peran dapat membuat perawat memiliki risiko terhadap stres. Hal ini selaras dengan penelitian dari
National Institute for Occupational Safety and Health (Department of Health
and Human Services, 2008) yang menetapkan perawat sebagai profesi dengan risiko sangat tinggi terhadap stres.
5 Salah satu kelompok perawat dengan risiko terhadap stres yang berlebihan adalah perawat yang bertugas di bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Numerof dan Abrams (dalam Kusumawati, 2009), ditemukan bahwa perawat yang bekerja di IGD memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawat di unit lain.
Menurut Depkes RI (1999), hal tersebut disebabkan perawat di bagian IGD melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus dan berkesinambungan, serta menanggulangi kejadian luar biasa. Selain itu, perawat harus melakukan pencegahan kematian pada pasien gawat darurat sehingga dapat hidup dan berfungsi dengan baik.
Menurut Wren dan Michie (dalam Liewelyn dan Kennedy, 2003), stres yang jika tidak ditangani secara optimal dapat menyebabkan burnout. Hal ini juga selaras dengan yang diungkapkan oleh Schultz dan Schultz (2010), bahwa ketika individu melakukan coping yang kurang efektif dalam menghadapi stres dapat menyebabkan munculnya burnout. Oleh sebab itu, perawat yang tidak dapat menangani stres secara optimal maka stres akan berlarut dan mengakibatkan munculnya burnout.
Fenomena burnout sudah lama diidentifikasikan keberadaannya, hanya saja tidak banyak organisasi melakukan upaya untuk mengatasi terjadinya
burnout pada anggota organisasi. Istilah burnout ini pertama kali dikenalkan
oleh Freudenberger pada tahun 1974 sebagai representasi psychological stress
6 yang menunjukkan respon negatif akibat adanya tekanan dari pekerjaan (Murtiasari dan Ghozali, 2006).
Lebih lanjut, Maslach (Maslach and Jackson, 1981) mendefinisikan
burnout sebagai sebuah sindrom kelelahan emosi, depersonalisasi, dan
penurunan pencapaian prestasi diri bagi individu yang bekerja untuk memberikan pelayanan bagi orang lain. Cropanzano, Rup, dan Byrne (dalam Schultz dan Schultz, 2010) mengatakan bahwa individu yang mengalami
burnout cenderung menjadi kaku dengan pekerjaannya, serta mengikuti aturan
dan prosedur secara kompulsif karena merasa sangat kelelahan untuk beradaptasi terhadap aturan tersebut. Burnout digambarkan dengan rendahnya energi, self-esteem, efikasi diri, dan keterlibatan kerja, serta meningkatnya simptom stres fisik, turnover, dan menarik diri dalam situasi yang memerlukan dukungan sosial.
Burnout lebih banyak dialami oleh individu yang bekerja di bidang
pelayanan sosial (Maslach, Schaufeli, dan Leiter, 2005). Perawat IGD, sebagai salah satu pelayan sosial, menjadi salah satu subyek yang lebih rentan terhadap munculnya burnout. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Adali, Priami, dan Potter (dalam Mahony, 2011) bahwa perawat IGD mengalami tingkat burnout yang lebih tinggi daripada perawat lainnya.
Wawancara singkat dengan salah satu perawat IGD menunjukkan adanya gejala burnout. Subyek diminta untuk mengungkapkan apa saja yang
7 dirasakan saat bekerja sebagai perawat IGD. Subyek mengungkapkan adanya perasaan lelah setelah selesai bekerja, menjadi tidak sabar dengan pasien, dan terkadang menjadi ragu apakah dalam memberikan asuhan keperawatan sudah tepat atau belum, yang ditunjukkan dari pernyataan:
“Wah, saya kadang jadi lelah setelah bekerja karena kerja jadi perawat IGD itu berat lho, soalnya harus menghadapi orang yang gawat keadaannya..melakukan tindakan yang cepat tapi tepat gak asal-asalan. Istilahnya pasien yang saya rawat itu harus selamat dari kondisi yang gawat. Karena itu, kadang saya jadi nggak sabar dengan pasien saya, cepat emosian, apalagi dengan pasien yang banyak omong. Ya berat jadi perawat IGD, apalagi kerjaannya gak cuma untuk pasien, malah kadang jadi administrasi tu, yang ngurus pendaftaran jadi pasien. Jadi ya kurang konsentrasi dengan kerjaan saya.” (Al, 16 Agustus, 2012)
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perawat IGD memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan hidup pasien sehingga stres mudah muncul. Stres yang tidak dapat ditangani secara optimal dapat memunculkan burnout.
Maslach (dalam Cherniss, 1987) mengungkapkan bahwa burnout memberi dampak bagi individu, orang lain, dan organisasi. Dampak pada individu terlihat dari adanya gangguan fisik seperti sulit tidur, rentan terhadap penyakit, munculnya gangguan psikosomatis maupun gangguan psikologis yang meliputi penilaian yang buruk terhadap diri sendiri. Dampak burnout yang dialami individu terhadap orang lain dirasakan oleh penerima pelayanan dan keluarga. Hal ini disebabkan individu yang mengalami burnout tidak memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi atau mendengarkan apa yang
8 dikatakan klien, sinis terhadap pelanggan, bersikap menyalahkan, perasaan dilumpuhkan, serta kaku dalam berpikir. Menurut Cordes dan Dougherty (dalam Spector, 2008) burnout dapat memberikan dampak bagi organisasi yaitu meningkatnya frekuensi tidak masuk kerja, berhenti dari pekerjaan, dan rendahnya performansi kerja sehingga berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi kerja dalam organisasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Leiter dan Maslach (2009) pada 667 perawat di Provinsi Atlantik, Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa burnout merupakan prediktor yang signifikan terhadap munculnya turnover. Spence Laschinger, Adali, dan Priami (dalam Mahony, 2011 mengatakan bahwa konsekuensi burnout adalah rendahnya moral, meningkatnya turnover, menurunnya afektivitas dan performansi kerja, serta rendahnya kualitas pelayanan terhadap pasien.
Ada dua faktor yang dapat menimbulkan burnout yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, seperti faktor demografis, kepribadian, dan sikap bekerja. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, seperti tergantung pada karakteristik organisasi dan karakteristik kerja (Maslach, Schaufeli, dan Leiter, 2001).
Penelitian tentang burnout lebih banyak dihubungkan pada faktor- faktor lingkungan atau konteks kerja (Halbesleben & Buckley, 2004). Hal ini sesuai dengan Alarcon, Eschleman, dan Bowling (2009), yang menyatakan bahwa penelitian tentang burnout lebih banyak berfokus pada korelasi
9 terhadap lingkungan. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa faktor kepribadian juga memainkan peranan yang penting dalam munculnya burnout. Buhler dan Land (2004) mengatakan bahwa kecenderungan faktor kepribadian merupakan pengaruh yang kuat dalam menentukan burnout saat individu berada dalam lingkungan sosial. Yan dan Tang (2003) menguji peran individual, interpersonal, dan faktor organisasi di antara relawan China untuk lanjut usia di Hongkong. Mereka menemukan bahwa faktor demografik, individu, interpersonal, dan organisasi juga berhubungan secara signifikan terhadap
Arifianti (2008) depersonalisasi dan rendahnya pencapaian prestasi. mengemukakan
bahwa individu yang cenderung ekstrovert maka burnout akan semakin rendah, dan individu yang cenderung introvert maka burnout akan semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian yang dimiliki oleh perawat dapat menentukan tingkat burnout yang dialami. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin melihat lebih jauh tentang kepribadian yang berkaitan dengan burnout, khususnya pada perawat IGD.
Menurut McCrae dan Morgan (dalam Morgan dan Bruin, 2010), kepribadian dapat dideskripsikan sebagai istilah lima domain yang mendiskripsikan secara lengkap kepribadian individual . Lima domain tersebut disebut sebagai istilah dimensi kepribadian Big five. Dimensi big five terdiri dari extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, dan
openness to experience (Raad & Perugini, 2002). Costa dan McRae (dalam
Lawrence, Cervone, dan John, 2004) menggambarkan kelima dimensi tersebut
10 sebagai 1) Neuroticism berlawanan dengan emotional stability yang mencakup perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan tegang; 2) Openness to Experience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup; 3) Extraversion menunjukkan tingkat kesenangan individu untuk menjalin hubungan, memiliki kebutuhan untuk stimulasi dan beraktivitas; 4) Agreeableness menunjukkan kualitas interpersonal, seperti suka menolong, penuh kepercayaan, dan berterus terang; dan 5) Conscientiousness menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan dorongan yang diperlukan dalam kehidupan sosial.
Pada tahun 2003, Storm dan Rothman melakukan review pada beberapa penelitian mengenai konsistensi dimensi kepribadian big five sebagai prediktor burnout. Berdasarkan hasil review tersebut, ditemukan bahwa penelitian yang paling banyak menunjukkan konsistensi adalah mengenai hubungan yang positif antara neuroticism terhadap burnout, hubungan yang negatif antara agreeableness terhadap burnout, dan hubungan yang negatif antara extraversion terhadap burnout. Hal ini menjadi bukti bahwa dimensi kepribadian big five dapat digunakan sebagai prediktor burnout.
Dalam penelitian tentang hubungan antara dimensi kepribadian big five dengan burnout pada mahasiswa di Universitas Afrika Selatan, Morgan dan Bruin (2009) menemukan bahwa dimensi emotional stability, extraversion, dan conscientiousness memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap
11 semua aspek burnout, sedangkan openness to experience dan agreeableness tidak memiliki hubungan negatif terhadap semua aspek burnout. Bakker dkk
( 2006) menemukan bahwa antara dimensi emotional stability, extraversion,
dan openness to experience memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap burnout pada relawan konselor. Akan tetapi, hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Storm dan Rothmann (2003) bahwa ada hubungan yang positif antara openness to experience dengan burnout, dan ada hubungan yang negatif antara neuroticism, extraversion, agreeableness, dan conscientiousness terhadap burnout pada kelompok apoteker.
Berdasarkan review hasil penelitian tersebut terdapat inkonsistensi pada subyek mahasiswa dengan kelompok profesional. Penelitian pada kelompok profesional yaitu relawan konselor dan apoteker menemukan adanya hubungan antara openness to experience dengan burnout. Hal ini dapat dilihat dari adanya hubungan yang negatif antara openness to experience dengan burnout pada relawan konselor, dan ada hubungan positif antara
openness to experience dengan burnout pada kelompok apoteker. Sedangkan
pada kelompok mahasiswa tidak ada hubungan antara openness to experience dengan burnout. Di sisi lain pada kelompok profesional, dimensi
agreeableness tidak berhubungan secara signifikan dengan burnout pada
relawan konselor. Sedangkan pada kelompok apoteker memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap burnout. Oleh sebab itu perlu dilakukan kajian kembali untuk memastikan apakah ada hubungan antara masing-masing
12 dimensi kepribadian big five dengan burnout pada kelompok profesional, yaitu pada perawat IGD.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kepribadian big five dan burnout pada perawat. Meskipun penelitian tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti, khususnya burnout pada pekerja sosial, penulis ingin melihat kembali hubungan dimensi kepribadian big five dengan
burnout pada perawat IGD. Hal ini menjadi penting dikarenakan burnout
dapat memberikan dampak yang negatif bagi organisasi. Selain itu, pengetahuan masyarakat mengenai perawat hanya sebatas tugas dan peranannya tanpa melihat bahwa individu itu memiliki keterbatasan dalam menghadapi tuntutan profesi yang membuat perawat tidak dapat mengatasi stress nya sehingga memunculkan burnout. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan dimensi kepribadian big five dengan burnout pada perawat yang bertugas di bagian IGD.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah dimensi kepribadian big five berhubungan dengan tingkat burnout pada perawat IGD rumah sakit di Yogyakarta?
13 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara dimensi kepribadian big ive dengan tingkat burnout pada perawat IGD rumah sakit di Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis: Memberikan wawasan dalam ilmu psikologi industri dan organisasi dan psikologi kesehatan terkait dengan model kepribadian big
five dan burnout pada perawat IGD.
2. Manfaat Praktis: Bagi pihak rumah sakit, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan screening penerimaan calon perawat IGD.
BAB II LANDASAN TEORI A. Burnout
1. Definisi Burnout
Menurut Cherniss (1987), burnout adalah penarikan diri secara psikologis dari pekerjaan dalam mereaksi stres yang berlebihan.
Perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan, misalnya menjaga jarak dan bersikap sinis terhadap klien, membolos, sering terlambat, dan keinginan pindah kerja.
Maslach (dalam Halbesleben dan Buckley, 2004) mengatakan bahwa burnout adalah suatu sindrom psikologis yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan rendahnya pencapaian prestasi diri. Secara khusus, kelelahan emosional mengacu pada pengurasan emosi. Karyawan yang mengalami kelelahan secara emosional biasanya akan merasa seolah-olah tidak adaptif dan tidak bisa memberikan lebih untuk pekerjaannya. Energi yang telah terkuras dapat menyebabkan karyawan tidak memiliki kekuatan untuk melakukan pekerjaan. Depersonalisasi (juga dikenal sebagai sinisme) terjadi dalam respon terhadap kelelahan emosional tersebut. Dalam hal ini, karyawan melepaskan diri dari pekerjaan mereka dan mulai mengembangkan sikap tidak berperasaan atau tidak peduli terhadap pekerjaannya, kinerja mereka, dan yang berhubungan dengan pekerjaan (misalnya, klien atau rekan
15 kerja). Rendahnya pencapaian prestasi diri mengacu pada persepsi berkurang kemampuannya dalam pekerjaan. Pada dimensi ini, karyawan merasa bahwa mereka tidak dapat melakukan pekerjaan mereka seperti dulu bisa.
Menurut Shinn (dalam Cherniss, 1987), proses burnout ini dimulai ketika seseorang mengalami stres dan ketegangan yang tidak dapat diredakan melalui penyelesaian masalah secara aktif. Shinn menambahkan, situasi stres biasanya dimediasi oleh penyelesaian masalah secara aktif. Jika penyelesaian masalah secara aktif tersebut gagal untuk mengurangi stres, burnout mungkin muncul sebagai mekanisme coping.