Hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian big five.

(1)

THE RELATIONSHIP BETWEEN TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP AND BIG FIVE PERSONALITY

Komang Mahadewi Sandiasih

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between transformational leadership and the Big Five Personality. Subjects were students who are currently or have ever served as a leader in an organization, event, or community. Retrieving data using the model questionnaire in the form of scale. Transformational leadership is measured using a transformational leadership’s scale that made by researcher with 49 items and the reliability is 0.856. Meanwhile, Big Five Personality is measured using Bipolar Transparent Inventory Inventory (TBI) with 55 items and the reliability is 0, 917. Data were analyzed using Pearson Product Moment test. The results indicate that there are positive and significant relationship between transformational leadership with extraversion, agreeableness, conscientiousness, and openness to experience dimension in the Big Five. While, there are negative and significant relationships was found between transformational leadership with neuroticism dimension in the Big Five.


(2)

Komang Mahadewi Sandiasih ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian Big Five. Subjek adalah mahasiswa yang pernah maupun yang sedang menjabat sebagai ketua dalam suatu organisasi. Pengambilan data menggunakan model kuesioner berupa skala. Kepemimpinan transformasional diukur menggunakan skala kepemimpinan transformasional yang dibuat peneliti dengan jumlah 49 item dan reliabilitas sebesar 0,856. Sedangkan, Big Five Personality diukur menggunakan Transparent Bipolar Inventory

(TBI) dengan jumlah item sebanyak 55 dan reliabilitas sebesar 0, 917. Teknik analisis data menggunakan pengujian

Pearson Product Moment. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience dalam Big Five. Hubungan negatif dan signifikan ditemukan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian neuroticism dalam Big Five.


(3)

i

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Komang Mahadewi Sandiasih 129114156

PROGRAM STUDI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

HALAMAN MOTTO

“God is able He will never fail”

Nrimo ing pandum, dilakoni, ditelateni.

Rasah kokean ngopeni howo, rasah kokean nggresulo, rasah kengguh tonggo. Sing di jaluk ora mesti dikabulke, sing dibutuhke ora kudu opo sing ono ing penjaluke.

Sing di wenenhke kui rezeki, ing pancobaning kui rezeki, ing sengkleh kesemu pedot ing semangat kui rezeki.

Opo wae peparingane Gusti kui rezeki.

Peparingane Gusti kui mesti luwih dowo hikmahe ketimbang akal pikirmu. Sing bab olo durung tentu becik, sing becik kadang justru malah olo.

Dilakoni rasah kokean kosik, ndang dirampungke rasah kokean engko. Pie ndang kon rampung nek isih kosik terus engko.

Sing sabar, sing jembar penyimpule, sing giat. Kabeh ono titi wancine.

“It’s a slow process, but quiting won’t speed it up.” “Some days it’s hard to find motivation, some days motivation finds you”

“Always fight, until you can’t anymore, and then be fought for.” “Always be a work in progress.” –Emily Lillian- “In the end, you realize that it’s not about hitting an achievement or being proud of what you did.

Its about being able to wait. Waiting, being patient, working, and trusting that life will slowly inch along and things will eventually get better. After all, change takes time.”


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya pertama dan satu-satunya ini saya persembahkan kepada:

Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

yang selalu menunjukkan kemungkinan di dalam ketidakmungkinan yang saya hadapi

Orang tua dan kedua kakak saya,

yang tidak pernah lelah memberikan dukungan serta doa mereka kepada saya

Saudara, sahabat, dan teman-teman saya,

yang tidak pernah berhenti memberi kata semangat dan memberi waktu untuk menemani saya dalam proses ini.


(8)

(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE

Komang Mahadewi Sandiasih ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian Big Five. Subjek adalah mahasiswa yang pernah maupun yang sedang menjabat sebagai ketua dalam suatu organisasi. Pengambilan data menggunakan model kuesioner berupa skala. Kepemimpinan transformasional diukur menggunakan skala kepemimpinan transformasional yang dibuat peneliti dengan jumlah 49 item dan reliabilitas sebesar 0,856. Sedangkan, Big Five Personality diukur menggunakan Transparent Bipolar Inventory (TBI) dengan jumlah item sebanyak 55 dan reliabilitas sebesar 0, 917. Teknik analisis data menggunakan pengujian Pearson Product Moment. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience dalam Big Five. Hubungan negatif dan signifikan ditemukan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian neuroticism dalam Big Five.


(10)

THE RELATIONSHIP BETWEEN TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP AND BIG FIVE PERSONALITY

Komang Mahadewi Sandiasih

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between transformational leadership and the Big Five Personality. Subjects were students who are currently or have ever served as a leader in an organization, event, or community. Retrieving data using the model questionnaire in the form of scale. Transformational leadership is measured using a transformational leadership’s scale that made by researcher with 49 items and the reliability is 0.856. Meanwhile, Big Five Personality is measured using Bipolar Transparent Inventory Inventory (TBI) with 55 items and the reliability is 0, 917. Data were analyzed using Pearson Product Moment test. The results indicate that there are positive and significant relationship between transformational leadership with extraversion, agreeableness, conscientiousness, and openness to experience dimension in the Big Five. While, there are negative and significant relationships was found between transformational leadership with neuroticism dimension in the Big Five.


(11)

(12)

(13)

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. DASAR TEORI ... 8

A. Kepemimpinan Transformasional ... 8


(15)

xiii

2. Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional... 10

B. Kepribadian Big Five ... 12

1. Pengertian Kepribadian Big Five ... 12

2. Dimensi Kepribadian Big Five ... 14

C. Dimensi Kepribadian Big Five dan Kepemimpinan ... 16

D. Dinamika Penelitian ... 19

E. Hipotesis ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Subjek Penelitian dan Metode Sampling ... 22

C. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 23

D. Definisi Operasional... 24

1. Kepemimpinan Transformasional ... 24

2. Dimensi Kepribadian Big Five ... 23

E. Validitas dan Reliabilitas ... 30

1. Validitas ... 30

2. Seleksi Item ... 30

3. Reliabilitas... 34

F. Metode Analisis Data ... 36

1. Uji Asumsi ... 36

a. Uji Normalitas ... 36

b. Uji Linearitas ... 36


(16)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Pelaksanaan Penelitian ... 38

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39

1. Usia ... 39

2. Jenis Kelamin ... 39

3. Lama Menjabat... 40

C. Deskripsi Data Penelitian ... 40

D. Hasil Analisis Data ... 42

1. Uji Asumsi ... 42

a. Uji Normalitas ... 42

b. Uji Linearitas ... 43

2. Uji Hipotesis... 45

E. Pembahasan ... 47

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

1. Bagi Penelitian Berikutnys ... 50

2. Bagi Subjek ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sebaran Item Skala Kepemimpinan Transformasional

Sebelum Seleksi Item ... 25 Tabel 2. Blueprint Transparent Bipolar Inventory

Sebelum Seleksi Item ... 29 Tabel 3. Sebaran Item Skala Kepemimpinan Transformasional

Setelah Seleksi Item ... 32 Tabel 4. Blueprint Transparent Bipolar Inventory

Setelah Seleksi Item ... 34 Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Alpha Cronbach Skala Kepemimpinan

Transformasional... 35 Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Alpha Cronbach

Transparent Bipolar Inventory ... 36 Tabel 7. Rangkuman Kriteria Subjek Berdasarkan Usia... 39 Tabel 8. Rangkuman Kriteria Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39 Tabel 9. Rangkuman Kriteria Subjek Berdasarkan

Lama Menjabat... 40 Tabel 10. Rangkuman Mean Teoritis dan Mean Empiris ... 41 Tabel 11. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov .

Test ... 43 Tabel 12. Hasil Uji Linearitas Kepemimpinan Transformasional dan

Dimensi Kepribadian Big Five ... 44 Tabel 13. Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment ... 45


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Hubungan Kepemimpinan Transformasional

Dan Dimensi Kepribadian Big Five ... 21 Gambar 2. Ilustrasi Skala Dimensi Kepribadian Big Five ... 26


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian Sebelum Tryout ... 56

Lampiran 2. Reliabilitas Skala Tryout ... 73

Lampiran 3. Skala Penelitian Setelah Try Out ... 84

Lampiran 4. One Sample T-test ... 97

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 101

Lampiran 6. Uji Linearitas ... 104


(20)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemimpin di seluruh dunia sedang dihadapkan pada sejuml ah kebutuhan-kebutuhan yang mendesak. Perubahan kehidupan berasal dari perubahan dalam hal sosial, politik, ekonomi, dan teknologi (Cavins, 2005). Astin dan Astin (2000) menyebutkan bahwa saat ini dunia membutuhkan pemimpin yang adaptif dan menghasilkan solusi kreatif terhadap permasalahan sosial. Frost (2003) menekankan bahwa akibat krisis kepemimpinan, banyak orang mengalami burn-out, tidak dapat menikmati hidup dan pekerjaannya karena menghadapi tekanan di tempat kerja. Meningkatnya kebutuhan terhadap kepemimpinan adalah bukti pergeseran demokrasi di dalam masyarakat saat ini (Patterson, 2012).

Kepemimpinan merupakan fenomena yang dapat terjadi dimana saja (Kouzes & Posner, 2007), termasuk di negara Indonesia. Penghasil pimpinan di pemerintahan dan korporasi salah satunya berasal dari perguruan tinggi (Astin & Astin, 2000). Pada tahun 1998, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengeluarkan Keputusan Menteri No. 155/U/1998 tentang Organisasi Kemahasiswaan Intra Perguruan Tinggi. Melalui keputusan tersebut dijelaskan bahwa salah satu fungsi organisasi mahasiswa adalah mengembangkan kemampuan kepemimpinan mahasiswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah


(21)

2

2

mereka yang belajar di perguruan tinggi dan memegang status pendidikan tertinggi dalam struktur pendidikan di Indonesia.

Krisis kepemimpinan ternyata sampai pada tingkat kemahasiswaan seperti yang dialami oleh beberapa Universitas di Indonesia. Seperti yang terjadi di Univeritas Islam Bandung pada tahun 2013. Waktu pelaksanaan Pemilu Raya Presiden Mahasiswa (PRESMA) mengalami kemunduran karena Dewan Amanat Mahasiswa Unisba (DAMU) sebagai lembaga legislatif, diharapkan sudah memiliki kandidat untuk calon pemimpin di periode Juni-Juli 2013. Pada kenyataannya, hingga November 2013, calon PRESMA baru tidak juga diperoleh. Hal serupa juga dialami Universitas Indonesia pada ajang Pemilihan Raya (PEMIRA) pada tahun 2014, dimana terjadi kemerosotan jumlah calon pemimpin. Proses pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk tahun kepengurusan 2015 di tingkat Universitas maupun di tingkat fakultas hanya diisi oleh calon tunggal saja. Krisis kepemimpinan pada mahasiswa juga dialami Universitas Putera Inodnesia pada PEMIRA untuk kepengurusan tahun 2015/2016. Setelah tiga kali membuka pendaftaran, panitia PEMIRA hanya memperoleh satu pasang calon yang bersedia untuk mendaftarkan diri sebagai presiden dan wakil presiden (Boer, 2016).

Menurut Budi (2006) krisis kepemimpinan saat ini disebabkan karena beberapa hal seperti kepemimpinan pada mahasiswa semakin kurang dan pengkaderan di masing-masing organisasi yang kurang matang. Mahasiswa pada saat ini hanya fokus dengan kegiatan akademik, bersikap


(22)

apatis, dan kurang memiliki eksistensi pada bidang organisasi. Patterson (2012) dalam analisis terhadap kepemimpinan mengungkapkan bahwa semakin sering seorang mahasiswa terlibat dalam organisasi kemahasiswaan, maka pengembangan kemampuan dan perilaku kepemimpinan mereka menjadi semakin kuat.

Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang mengubah perilaku pada diri seseorang maupun perubahan perilaku dalam organisasi.Perubahan tersebut diperlukan karena kehidupan ini mengalami perkembangan atau kemajuan yang dinamis setiap saat seperti teknologi, informasi, pendidikan, dan lain-lain (Usman, 2006).Masa depan membutuhkan pribadi-pribadi berjiwa kepemimpinan yang mampu mendorong dan menciptakan perubahan (drive to change), bukan hanya mengikuti perkembangan (drive by change), apalagi anti perubahan (resist to change) (Harsiwi, 2003). Daft et al., (2005) menyampaikan bahwa seorang pemimpin yang tidak dapat memimpin perubahan mungkin menjadi salah satu alasan kegagalan organisasi, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk membina dan membangun generasi muda yang tangguh dan cerdas sebagai sumber daya manusia yang dapat diandalkan pada masa mendatang (Pujadi, 2008).

Ada salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi yaitu faktor kepribadian (Moenir, 1998).Pemimpin dan kepribadian pemimpin merupakan inti dari proses kepemimpinan. Pemilihan orang yang tepat akan meningkatkan


(23)

4

keefektifan organisasional. Organisasi dapat mengidentifikasikan karakteristik atau sifat yang penting bagi mereka untuk suatu posisi, kemudian menggunakan ukuran penilaian kepribadian untuk menentukan apakah sesesorang cocok dengan kebutuhan posisi tersebut atau tidak. Pendekatan kepribadian pada kepemimpinan juga digunakan untuk pemahaman pribadi dan pengembangan pribadi (Northouse, 2013).

Penelitian Hautala (2005) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepribadian dengan kepemimpinan transformasional.Pada kepemimpinan transformasional, kepribadian pemimpin menjadi sangat menarik (Hetland dan Sandal, 2003; Judge dan Bono, 2000; Roush, 1992; Roush dan Atwater, 1992; Van Eron dan Burke, 1992).Beberapa orang memiliki kepribadian yang dominan, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Di sisi lain, orang dengan kepribadian tertentu mampu menentukan cara berperilaku pada organisasi. Manfaat dari hasil penelitian yang menggunakan pendekatan kepribadian pada pemimpin yaitu kepribadian seseorang, langsung atau tak langsung, akan berpengaruh terhadap perilakunya, khususnya pada waktu seseorang berperan sebagai pemimpin (Poespadibrata, 1998).

Dimensi kepribadian Big Five telah diterima oleh banyak penelitian dan sering digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara kepribadian dan kriteria penting dalam organisasi. Penelitian Bartone, Johnsen, dan Laberg (2009) menemukan bahwa dalam konteks organisasi, dimensi kepribadian Big Five berhubungan dengan kinerja


(24)

pemimpin. Dimensiextraversion tampak lebih berpengaruh di lingkungan kerja yang sangat sosial dan aktif, sedangkan dimensi conscientiousness

memiliki arti lebih besar di bidang akademik dan pengaturan bisnis.

Dimensi kepribadian Big Five meliputi: extraversion (ramah, aktif, dan ambisius), agreeableness (simpatik, hangat, dan kooperatif),

conscientiousness (bertanggung jawab, terorganisir, dan tekun), emotional stability (tenang dan tidak mudah emosi), dan openness to experience

(imajinatif, berbudaya, berwawasan luas dan fleksibel). Individu dengan sifat extraversion cenderung lebih mudah memimpin suatu pertemuan, menghadapi presentasi, dan memimpin ke arah perubahan. Sedangkan, individu dengan skor agreeablenessrendah mungkin kurang terampil pada bidang pelatihan dan pendampingan dalam kerjasama tim, karena individu dengan agreeableness rendah cenderung sangat mandiri dan mementingkan diri sendiri (Browne, 2002).

Penelitian oleh Abu-Jarad, Alkahtani, Nikbin, dan Sulaiman (2011) mengenai gaya kepemimpinan dan memimpin perubahan hanya menemukan empat dari lima faktor kepribadian, yaitu extraversion, openness, conscientiousness, dan agreeableness. Kekurangan dari penelitian ini adalah, responden yang terbatas jumlahnya dan belum cukup memiliki pengalaman di bidang kepemimpinan. Sehingga peneliti kali ini ingin melihat hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian Big Five dengan subjek pada mahasiswa yang berperan sebagai pemimpin.


(25)

6

A. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian Big Fivepada mahasiswa?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menguji hubungaan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian Big Five pada mahasiswa di Kota Yogyakarta. Variabel bebas didefinisikan secara umum sebagai kepribadian lima faktor (big five). Variabel tergantung didefinisikan secara umum sebagai kepemimpinan transformasional.

C. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pengetahuan dan ilmu pskologi terutama pada bidang industri organisasi dan psikologi kepribadian, yakni melihat sifat-sifat kepribadian leader dalam dimensi Big Five yang berhubungan dengan kepemimpinan transformasional.

2) Manfaat praktis 1) Bagi Mahasiswa

a. Penelitian ini diharapkan mampu membantu mahasiswa yang berperan sebagai pemimpin untuk lebih mengenal sifat-sifat kepribadian mereka terkait dengan dimensi kepribadian Big Five.


(26)

b. Penelitian ini diharapkan mampu membantu mahasiswa yang berperan sebagai pemimpin untuk melihat sejauh mana mereka memiliki karakter kepemimpinan transformasional yang mendukung perubahan atau menjadi agent of change.

2) Bagi Organisasi Kemahasiswaan dan Universitas

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi bagi organisasi kemahasiswaan maupun perguruan tinggi mengenai profil kepribadian dari pemimpin.

b. Menjadi pertimbangan organisasi maupun perguruan tinggi

untuk mengadakan pelatihan kepemimpinan dan

pengembangan kepribadian.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan sumber acuan bagi peneliti yang selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan topik kepemimpinan transformasional.


(27)

8

BAB II DASAR TEORI A. Kepemimpinan Transformasional

1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional

Beberapa teori tentang kepemimpinan transformasional didasarkan pada ide dari James MacGregor Burns (1978) yang berupaya menghubungkan peran kepemimpinan dan anggota. Pemimpin berperan meningkatkan motif pengikut, untuk bisa mencapai tujuan pemimpin dan anggota secara lebih baik. Burns (1978) membedakan dua jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional mengarah pada model kepemimpinan yang berfokus pada pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan anggota. Kepemimpinan transformasional merupakan proses di mana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dalam diri pemimpin dan pengikut. Pemimpin transformasional memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif pengikut, serta mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka.

Ide dari Burns tersebut dikembangkan oleh Bass (1985, 1996) melalui berbagai penelitian empiris yang dilakukan.Bass menunjukkan perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional. Kedua jenis kepemimpinan tersebut didefinisikan menurut perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi para pengikut


(28)

dan dampak dari pemimpin pada para pengikut. Kepemimpinan transaksional melibatkan proses pertukaran yang dapat menghasilkan kepatuhan pengikut akan permintaan pemimpin tetapi mungkin tidak menghasilkan antusiasme dan komitmen terhadap tujuan tugas. Sedangkan pada kepemimpinan transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan dari mereka.

Menurut Bass (1985), pemimpin mengubah dan memotivasi para pengikut dengan (1) membuat mereka lebih menyadari pentingnya hasil tugas; (2) membujuk mereka untuk mementingkan kepentingan tim atau organisasi mereka dibandingkan dengan kepentingan pribadi, dan (3) mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi.

Avolio (1999), Avolio dan Bass (1988),Bass (1985), Bass dan Avolio (1993a, 1993b) menyampaikan bahwa pemimpin transformasional adalah mereka yang mengembangkan hubungan positif dengan anggotauntuk memperkuat kinerja anggotasehingga berpengaruh positif pada kinerja organisasi. Albulushi dan Hussain (2008) menyoroti bahwa ketika kepemimpinan transformasional dipraktekkan, anggota tim percaya bahwa para pemimpin mereka tidak hanya menggunakan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tetapi juga peduli pada mereka.


(29)

10

Bass dan Avolio (1990) mengungkapkan bahwa pemimpin transformasionalmendorong para anggota untuk berpikir kritis dan kreatif yang berpengaruh pada komitmen mereka. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional lebih mengarah pada kepuasan dan komitmen tinggi pada anggotasehingga menunjukkan kinerja lebih dari yang diharapkan untuk kelompok maupun organisasi (Bass, 1985, 1998a). Kepuasan dan komitmen pada anggota tersebut didukung penelitian Walumbwa dan Lawler (2003) yang menyatakan bahwa pemimpin transformasional berusaha meningkatkan motivasi dan komitmen organisasi pada anggota dengan memahami kebutuhan mereka serta mengajak mereka untuk dapat memecahkan masalah secara kreatif. PenelitianOthman et.al., (2013) memperoleh hasil bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional secara positif berhubungan dengan komitmen organisasi karyawan di tempat tersebut.

2. Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional berdasarkan empat komponen dalam Avolio (1999) yaitu terdiri dari :

a. Idealized Influence (II)

Para pemimpin transformasional berperilaku sebagai teladan bagi para anggota. Para pemimpin dihormati, dikagumi, dan dipercaya para anggota karena dianggap memilikikemampuan luar biasa, ketekunan dan tekad.Pemimpin ini bersedia mengambil risiko,


(30)

konsisten, dan tidak sewenang-wenang.Dengan demikian, komponen ini menunjukkan dua aspek :perilaku pemimpin dan atribut yang dikaitkan pada pemimpin oleh para anggota.

b. Inspirational Motivation (IM)

Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasipara anggota dengan memberikan tantangan yang bermakna dalam pekerjaan mereka untuk membangkitkan semangat,antusiasme dan optimisme dalam tim. Para pemimpin mengajak para anggota untuk ikut terlibat merancang masa depan oganisasi sehingga harapan mereka tersampaikan danmenunjukkan komitmen anggota mencapai tujuan dan visi bersama.

c. Intellectual Stimulation (IS)

Pemimpin transformasional membangkitkanusaha para anggota untuk menjadi lebih inovatif dan kreatif dengan mempertanyakan pendapat secara luas, melihat kerangka masalah, mendekati situasi lama dengan cara baru, serta mendorong kreativitas anggota. Tidak mengkritik kesalahan individudi depan umum maupun di depan anggota lain.Para anggota diminta menggunakan ide-ide baru dan kreatif ketika mencari solusi untuk menyelesaikan suatu masalah.Para anggota diharapkan mencoba pendekatan dengan ide-ide baru mereka tanpa dikritik ketika berbeda dari ide-ide pemimpin.


(31)

12

d. Individualized Consideration (IC)

Para pemimpin transformasional bertindak sebagai mentor yang memberikan perhatian khusus pada kebutuhan setiap anggota untuk berkembang dan mencapai prestasi. Komponen ini berhasil dipraktekkan ketika kesempatan baru untuk belajardibuat bersamaan dengan iklim yang mendukung. Pemimpin menunjukkan perilaku menghargai dan menerima perbedaan setiap anggota. Pemimpin melakukan interaksi secara personal dengan memperhatikan dan mendengarkan secara efektif. Pemimpin mendelegasikan tugas sebagai sarana mengembangkan anggota dengan tetap memantau dan melihat kemajuan anggota. Melalui pendelegasian tugas, pemimpin melihatanggota yang masih memerlukan arahan maupun dukungan tanpa membuat para anggota merasa sedang diawasi.

B. Kepribadian Big Five

1. Pengertian Kepribadian Big Five

Goldberg (1981) adalah orang pertama yang menggunakan istilah

“Lima Besar” untuk mendeskripsikan temuan yang konsisten dari

analisis faktor atas sifat kepribadian. Model ini muncul dari kata sifat analisis faktor yang digunakan untuk menggambarkan kepribadian serta dikembangkan pada berbagai tes dan skala untuk kepribadian yang normal (Goldberg, 1990; John, 1990, McCrae dan Costa, 1985; Norman, 1963). Pendekatan Big Five terhadap kepribadian disebut


(32)

pendekatan induktif karena kebanyakan didasarkan pada penelitian dimana teori dihasilkan dari data. Data dikumpulkan secara komperehensif supaya hasil yang diperoleh memiliki validitas yang baik. Analisis faktor mungkin dilakukan karena karakteristik tertentu saling terkait (berkorelasi) antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, analisis statistik dilakukan untuk melihat nilai pada setiap karakter dan menempatkan kesamaan yang ditemukan dalam dimensi yang sama. Dengan analisis statistik, analisis faktor mengurangi karakteristik yang diobservasi ke dalam dimensi yang lebih sedikit.

Big Five adalah taksonomi kepribadian berdasarkan pendekatan

lexical yaitu mengelompokkan kata-kata atau bahasa dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan ciri-ciri individu. Kata “Besar” (Big) bermaksud merujuk pada temuan bahwa tiap faktor menggolongkan banyak sifat tertentu. Big Fivemenggambarkan kepribadian orang normal (Digman, 1990). Teori Big Five

dikembangkan melalui beberapa alat ukur dan sering digunakan untuk mengungkap performansi kerja (Suhartanto, 2003), komitmen organisasional (Haryati, 2006), keberhasilan kewirausahaan (Haryanto, 2007), perilaku konsumen (Harahap, 2008), dan kepuasan konsumen (Priyudha, 2009).

Perkembangan taksonomi kepribadian Big Five semakin pesat setelah penelitian di berbagai negara. Penelitian Carpora dan Perugini (1994)di Italia dan Hungaria, penelitian Hofster (1997) di tiga negara


(33)

14

yaitu Inggris, Belanda, dan Jerman, serta penelitian Di Blas dan Forzi (1999) di Italia. Penelitian Somer dan Goldberg (1999) di Turki, serta penelitian McCrae et.al.(1996), McCrae dan Kosta (1997), Beaujouan (2000) menunjukkan bahwa kepribadian Big Fivejuga digunakan di Amerika Serikat dan Jepang.

2. Dimensi Kepribadian Big Five

Selama lebih dari 25 tahun telah muncul suatu konsensus dikalangan peneliti tentang faktor dasar yang membentuk apa yang disebut sebagai kepribadian (Goldberg, 1990; McCrae & Costa, 1987). Goldberg (1981 & 1992) mengemukakan bahwa kelima dimensi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Extraversion (Ekstraversi).

Dimensi ekstraversi ditandai dengan semangat dan antusiasme. Individu ekstraver bersemangat dalam membangun hubungan dengan orang lain. Mereka tidak pernah sungkan berkenalan dan secara aktif mencari teman baru. Mereka tegas dan asertif dalam bersikap. Apabila tidak setuju, mereka menyatakan tidak setuju sehingga mereka mampu menjadi pimpinan dalam sebuah organisasi. Daft (et.al., 2005) menyebutkan bahwa dimensi ekstraversi mencakup karakteristik dominan.

2) Agreeableness (Keramahan).

Dimensi agreeableness ditandai dengan ciri-ciri tulus dalam berbagi, memiliki perasaan halus, dan melihat hal-hal positif pada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari individu agreeable


(34)

menunjukkan sikap baik hati, mampu bekerjasama, dan dipercaya. Daft (et.al., 2005) mendefinisikan agreeablenesssebagai kemampuan seseorang bergaul dengan baik, koperatif, pemaaf, penuh belas kasih, pengertian, dan dipercaya. Pemimpin agreeable

digambarkan simpatik, murah hati dan bersemangat menolong orang lain (Costa & McCrae, 1985).Menurut Wiggins (1996) individu agreeable termotivasi pada orientasi altruistik, yaitu perhatian pada keprihatinan orang lain dan berempati atas kondisi mereka (Judge & Bono, 2000).Penelitian Burns (1978) menemukan hubungan yang kuat antara kepemimpinan transformasional dengan karakteristik agreeableseperti welas asih, empati dan kepercayaan. Dalam penelitian Judge dan Bono (2000) mengenai kepemimpinan transformasional dan kepribadian Big Five, memperoleh hasil bahwaagreeableness secara konsisten berhubungan dengan kepemimpinan transformasional.

3) Conscientiousness (Kehati-hatian).

Dimensi conscientiousness ditunjukkan dengan kesungguhandalam melakukan tugas, bertanggung jawab, menyukai keteraturan dan disiplin. Dalam kehidupan sehari-hari individu conscientiousness menunjukkan sikap tepat waktu, berprestasi, teliti, dan melakukan pekerjaan hingga tuntas. Daft (et.al., 2005) mendefinisikan conscientiousness sebagai individu


(35)

16

bertanggung jawab, gigih dan berorientasi pada prestasi. Individu

conscientiousness lebih senang menyelesaikan pekerjaan sendiri. 4) Neuroticism (Kecemasan).

Neuroticism merupakan lawan dari Emotional Stabilityatau

„kestabilan emosi‟. Daft (et.al.,2005) mendefinisikan emotional stability sebagai kemampuan seseorang menyesuaikan diri dengan baik dan tenang.Neuroticism sering disebut „sifat pencemas‟. Sifat pencemas menunjukkan emosi negatif seperti rasa khawatir, tegang, dan takut. Secara umum, individu neuroticism kurang mampu menghadapi kekecewaan dan konflik.

5) Openness to Experiences (Keterbukaan terhadap pengalaman). Dimensiopenness to experienceberkaitan dengan keterbukaan wawasan dan orisinalitas ide. Individu openness

menerima berbagai stimulus dengan sudut pandang terbuka. Individu opennesstertarik pada berbagai informasi baru, mempelajari hal baru, dan pandai menciptakan aktifitas di luar rutinitas.Daft (et.al., 2005) mengungkapkan openess to experience

sebagai individu imajinatif, kreatif, dan bersedia mempertimbangkan ide baru.

C. Dimensi Kepribadian Big Five dan Kepemimpinan

Pemimpin dan kepribadian pemimpin merupakan inti dari proses kepemimpinan.Beberapa sifat pribadi yang digunakan untuk mengidentifikasi pemimpin mencakup faktor fisik yang unik, ciri


(36)

kepribadian, dan sifat lain (Bryman, 1992). Ciri kepribadian cenderung cukup stabil pada masa dewasa dan mengarahkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu yang sesuai dengan kepribadian mereka.

Menurut Alkahtani (2011) setiap pemimpin memiliki kepribadian yang unik dan istimewa dimana kepribadian merupakan gabungan dari karakteristik dan proses yang tidak terlihat yang mendasari pola perilaku yang relatif stabil sebagai tanggapan terhadap ide, objek, atau orang-orang di dalam lingkungan. Kepribadian pemimpin mempunyai pengaruh yang signifikan pada cara mereka berpikir, merasakan, dan berhubungan dengan orang lain.

Pada pekerjaan, kepribadian pemimpin terkadang akan membantu anggota untuk melaksanakan peran mereka dalam pekerjaan secara efektif dan di hal yang lain. Pemilihan orang yang tepat akan meningkatkan keefektifan organisasional. Organisasi dapat mengidentifikasikan karakteristik atau sifat yang penting bagi posisi tertentu, kemudian menggunakan ukuran penilaian kepribadian untuk menentukan apakah seseorang cocok dengan kebutuhan posisi atau organisasi atau tidak (Northouse, 2013).

Pada meta-analisis Judge & Bono (2004) menunjukkan bahwa semua sifat Big Five berhubungan dengan kepemimpinan transformasional, meskipun hanya hubungan dengan extraversion dan

neuroticism yang memiliki hubungan yang besar dan bermakna praktis. Individu dengan ciri extraversionmerasa lebih mudah untuk memimpin,


(37)

18

menghadapi presentasi, dan memimpin perubahan. Jika pemimpin tinggi pada ekstraversi, mereka akan senang dikelilingi orang-orang saat bekerja. Mereka juga akan aktif memimpin dan mencari kegembiraan dan stimulasi. Orang-orang mungkin akan memahami mereka sebagai pribadi yang ceria dan optimis (Doe, 2004).

Berbeda dengan seseorang yang rendah pada skala agreeableness

mungkin butuh waktu untuk memperoleh ketrampilan pada bidang membangun pembinaan dan pendampingan tim karena mereka sangat mandiri dan sendiri (Browne, 2011).Penelitian Zopiatis (2012) menunjukkan bahwa indivu dengan conscientiousness yang tinggi mungkin mendukung gaya kepemimpinan transformasional. Barrick & Mount (1991) juga menyimpulkan bahwa self-discipline dan prestasi adalah komponen yang signifikan dari conscientiousness.

Dimensi openness to experience berhubungan dengan kepemimpinan transformasional pada dimensi stimulasi intelektual, yakni individu yang mengembangkan rasionalitas, intelegensi, dan kreatif pada hal-hal baru (Jayanti, 2007). Pada tipe kepribadian neurotcism Judge, et. al. (2002) mengatakan bahwa hubungan antara tipe kepribadian ini dan kepemimpinan bersifat negatif. Artinya bahwa individu dengan tipe kepribadian neuroticismcenderung tidak memiliki kecocokan dengan sifat kepemimpinan.


(38)

D. Dinamika Penelitian

Untuk menilai hubungan antara Big Five dan Kepemimpinan Transformasional, Judge, Bono, Ilies, dan Gerhardt (2002) melaksakanakan meta-analisis utama dari kajian 78 kepemimpinan dan kepribadian yang diterbitkan antara tahun 1976 dan 1998. Pada umumnya, Judge et. al. mendapati hubungan yang kuat antara sifat Big Five dan kepemimpinan transformasional. Tampak bahwa orang yang memiliki karakter kepribadian tertentu akan menjadi pemimpin yang efektif. Dalam penelitiannya, sikap extraversion merupakan faktor yang paling terkait dengan kepemimpinan yang menjadi sifat penting dari pemimpin efektif. Diikuti oleh conscientiousness, openess to experience, dan neuroticism

yang rendah. Terakhir, agreeableness memiliki hubungan yang paling rendah.

Penelitian Judge dan Bono (2000) mengkaji hubungan antara kepribadian dan kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian diperoleh bahwa agreeableness dan extraversionberhubungan secara positif dengan kepemimpinan transformasional, sedangkan openness to experienceberhubungan secara negatifdengan kepemimpinan transformasional.Penelitian Rubin, Munz, dan Bommer (2005) menghasilkan bahwaagreeablenessberhubungan secara langsung pada kepemimpinan transformasional.Extraversion meskipun tidak berhubungan secara langsung pada kepemimpinan transformasional, tetapi


(39)

20

merupakan salah satu bagian penting dari kepemimpinan transformasional sehingga tidak boleh diabaikan.

Penelitian Moss dan Ngu (2006) memperoleh hasil bahwa kepribadian extraversion dan conscientiousness berkorelasi positif dengan kepemimpinan transformasional. Penelitian Schyns dan Sanders (2007) menemukan hubungan positif antara anggota dengan kepribadian

extraversion, agreeableness, dan conscientiousnesspada tingkat kepemimpinan transformasional.

Penelitian Alkahtani, Abu-Jarad, Sulaiman, dan Nikbin (2011) menyimpulkan bahwa extraversion berhubungan secara signifikan dengan memimpin perubahan. Memimpin perubahan merupakan bagian dari kepemimpinan transformasional, sehingga disimpulkan bahwa

extraversion berhubungan secara tidak langsung pada kepemimpinan transformasional. Penelitian Bono, Hooper, dan Yoon (2012) mengindikasikan hubungan positif antara anggota dengan kepribadian

agreeableness, extraversion, dan conscentiousness dalam tingkat kepemimpinan transformasional. Penelitian Zopiatis dan Constanti (2011)

pada bidang perhotelan menemukan bahwa kepemimpinan

transformasional secara positif berhubungan dengan extraversion,

openness, dan conscientiousness.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dimensi kepribadian Big Fiveextraversion,


(40)

berhubungan secara positif signifikan dengan kepemimpinan transfromasional. Dimensi kepribadian Big Five neuroticsmberhubungan secara negatif signifikan dengan kepemimpinan transformasional.

Kerangka pemikiran tersebut dijelaskan melalui skema sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Dimensi KepribadianBig Five

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian menyatakan bahwa dimensiextraversion,

agreeableness, conscientiousness dan openness to experience dalam kepribadian Big Five secara positif signifikan berhubungan dengan kepemimpinan transformasional pada mahasiswa. Dimensi neuroticsm

dalam kepribadian Big Five secara negatif signifikan berhubungan dengan kepemimpinan transformasional pada mahasiswa.

Conscientiousness

Openness to Experience

Neuroticism

Kepemimpinan

Transformasional

Extraversion


(41)

22

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan diantara dua variabel atau lebih (Siregar, 2013). Bentuk hubungan diantara dua variabel pada penelitian ini merupakan hubungan yang searah, sehingga fokus penelitian ini adalah mencari hubungan antara dimensi kepribadian Big Five dengan kepemimpinan transformasional. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu dimensi kepribadian Big Five, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini yaitu kepemimpinan transformasional.

B. Subjek Penelitian dan Metode Sampling

Menurut Noor (2012) sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Sedangkan pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian dan pemahaman tentang karakteristik terhadap sampel membuat peneliti mampu menggeneralisasikan karakteristik tersebut pada elemen populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah para mahasiswa yang pernah maupun yang sedang menduduki jabatan sebagai ketua atau koordinator dalam suatu organisasi maupun kegiatan yang berada di lingkup universitas maupun non-universitas di kota Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel


(42)

diambil dari populasi dipilih secara sengaja menurut pertimbangan tertentu sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007). Salah satu teknik pada nonprobability sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara sengaja memilih atau menunjuk diantara anggota populasi yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel (Suryabrata, 2004).

C. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Menurut Noor (2012) teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan angket (questionnaire) karena lebih fleksibel dan mudah digunakan (Azwar, 2009).Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran alat ukur berupa skala dan alat ukur kepribadian. Skala digunakan sebagai alat ukur untuk mengungkap aspek perilaku yang diwakili melalui aitem dari indikator perilaku yang telah disusun (Perianto, 2015). Sedangkan, inventori kepribadian merupakan penilaian diri subjek atas dirinya sendiri dengan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam tes (Supratiknya, 2014).


(43)

24

D. Definisi Operasional

1. Kepemimpinan Transformasional :

Kepemimpinan transformasional pada penelitian ini diukur menggunakan skala kepemimpinan transformasional. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan empat komponen teori Bass (2000) yaitu

idealized influence, inspiration motivation, intelectual stimulation, dan

individualized consideration. Item-item disusun dengan pernyataan

favourable dan unfavourable. Item favourable adalah item yang mengarah sejauh mana dimensi kepemimpinan transformasional diterapkan, sedangkan item unfavourable adalah item yang tidak menunjukkan kepemimpinan transformasional diterapkan.

Dalam mengukur setiap aitem, peneliti menggunakan skala Likert

dimana subjek diminta untuk menentukan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan (Noor, 2011). Dalam skala ini subjek diminta memberi tanda pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

Peneliti menggunakan skala empat pilihan jawaban bertujuan untuk menghindarkan kecenderungan subjek memilih alternatif jawaban yang dianggap paling aman. Selain itu, penggunaan skala empat pilihan jawaban bertujuan untuk mengarahkan subjek memilih pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable (Widoyoko, 2015).


(44)

Setiap pernyataan mendapat skor 1 sampai 4. Untuk pernyataan

favourable jawaban SS mendapat skor 4, S mendapat skor 3, TS mendapat skor 2, dan STS mendapat skor 1. Skor total diperoleh berdasarkan jumlah skor tiap item. Sedangkan, untuk pernyataan

unfavourable SS mendapat skor 1, S mendapat skor 2, TS mendapat skor 3, dan STS mendapat skor 4.

Tabel 1. Sebaran Item Skala Kepemimpinan Transformasional Sebelum Seleksi Item

No. Dimensi Nomor Aitem Total

(%)

Favorable Unfavorable

1.

Idealized Influence

6, 12, 28, 29, 35, 43, 50, 57, 65,

73, 81, 84, 94

2, 13, 21, 29, 36, 44, 51, 58,

66, 78, 85, 93

25 (25 %)

2.

Inspirational Motivation

1, 7, 14, 22, 30, 37, 45, 52, 59,

67, 80, 86

3, 8, 15, 23, 31, 38, 46, 53, 60,

68, 82, 87, 95

25 (25 %)

3.

Individual Consideration

4, 9, 16, 24, 32, 39, 47, 54, 61,

69, 75, 77, 88

10, 17, 25, 33, 40, 48, 55, 62, 70, 89, 96, 98

25 (25 %)

4.

Intellectual Stimulation

11, 18, 26, 34, 41, 49, 56, 63, 71, 79, 90, 92, 99

5, 19, 27, 42, 64, 72, 74, 76, 83, 91, 97, 100

25 (25 %)

TOTAL

100 (100 %)

2. Dimensi kepribadian Big Five

Alat ukur kepribadian Big Five yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil terjemahan dan adaptasi dari Transparent Bipolar Inventory yang dikembangkan oleh Goldberg 1992 (dalam Suhartanto, 2003). Alat ini dibuat oleh Goldberg pada tahun 1992 dimana item aslinya terdiri dari 50 item. Sesuai bentuk aslinya, alat ini dirancang


(45)

26

untuk mengukur kelima dimensi kepribadian Big Five, yaitu:

extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability dan

openness to experience, dengan menggunakan facet-facet atau sifat-sifat yang terkandung dalam tiap dimensi.

Pola dasar pengukuran pada alat ukur ini mengikuti model beda semantik, yaitu subjek diminta untuk memberikan bobot penilaian atau keyakinan mereka terhadap pasangan kata sifat yang ada pada setiap kontinum skala. Pilihan subjek terdiri atas 9 bagian yang diberi angka 1 sampai dengan 9, mulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub

favorable dari sifat-sifat yang menjadi bagian dari dimensi Big Five

yang diungkap.

Cara pemberian skor mengikuti angka yang dipilih oleh subjek. Angka 1 menunjukkan adanya arah sikap yang unfavorable dengan intensitas yang tinggi, sedangkan angka 9 menunjukkan adanya sikap

favorable dengan intensitas yang tinggi pula. Respon atau jawaban yang diletakkan di tengah, yaitu angka 5, menunjukkan adanya kenetralan sikap subjek terhadap sifat dalam dimensi yang bersangkutan. Berikut ini adalah ilustrasi dari skala dimensi kepribadian Big Five yang digunakan dalam penelitian.

Gambar 2. Ilustrasi Transparent Bipolar Inventory

kutub unfavorable kutub favorable

konvensional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 modern


(46)

Secara keseluruhan Transparent Bipolar Inventory modifikasi ini memiliki 60 item. Masing-masing dimensi terdiri dari 12 pasangan kata sifat. Pasangan kata sifat yang ditambahkan merupakan kata sifat yang diidentifikasi dari ciri-ciri perilaku individu dalam setiap dimensi.

Pada dimensi extraversion, pasangan kata sifat yang ditambahkan adalah : pemalu – tidak malu dan kerjasama – kompetititf.Pada dimensi agreeableness, pasangan kata sifat yang ditambahkan adalah : tidak tabah – tabah dan tidak mudah terharu – mudah terharu.

Pada dimensi consientiousness, pasangan kata sifat yang ditambahkan adalah : tidak sistematis – sistematis dan tidak berkomitmen – berkomitmen.Pada dimensi emotional stability, pasangan kata sifat yang ditambahkan adalah : tidak bersemangat – bersemangat dan mudah cemas – tidak mudah cemas.

Pada dimensi openness to experience, pasangan kata sifat yang ditambahkan adalah : konvensional – modern dan tidak filosofis – filosofis.Penambahan pasangan kata sifat pada masing-masing dimensi tersebut dimaksudkan untuk lebih mengungkap dimensi kepribadian

Big Five.

Skor skala pada setiap dimensi diperoleh dengan cara menjumlahkan skor semua item pada tiap dimensi. Semakin banyak jawaban favorable subjek atau memilih angka 9, semakin tinggi skor


(47)

28

yang diperoleh subjek pada dimensi tersebut. Hal itu berarti semakin tinggi dimensi kepribadian Big Five yang dimiliki tersebut.

Sebaliknya, semakin banyak jawaban unfavorable maka semakin rendah skor yang diperoleh, dan itu berarti semakin rendah pula dimensi kepribadian Big Five yang dimiliki tersebut. Untuk pemberian skor pada item emotional stability, semakin rendah skor berarti semakin unfavorable skor atau semakin neuroticism individu tersebut.


(48)

Tabel 2. Blueprint Transparent Bipolar Inventory Sebelum Seleksi Item

Dimensi (Prosentase)

Sifat (facet-facet)

Favorable Unfavorable Unfavorable

Extraversion

12 (20%)

1. terbuka 2. energik 3. banyak bicara 4. berani 5. aktif 6. tegas tertutup tidak energik pendiam takut tidak aktif tidak tegas 7. spontan 8. sosial 9. antusias 10. suka bepergian 11. tidak malu 12. kompetitif dikekang tidak sosial tidak antusias tidak suka bepergian pemalu kerjasama Agreeableness 12 (20%) 13. hangat 14. ramah 15. kooperatif 16. tidak egois 17. menyenangkan 18. jujur dingin tidak ramah tidak kooperatif egois tidak menyenangkan tidak jujur 19. dermawan 20. fleksibel 21. adil 22. sopan 23. tabah

24. mudah terharu kikir sulit menyesuaikan tidak adil kasar tidak tabah tidak mudah terharu Conscientiou-sness 12 (20%) 25. terorganisir 26. bertanggung jawab 27. sadar 28. praktis 29. teliti 30. kerja keras

tidak terorganisir tidak bertanggung jawab pelupa tidak prkatis ceroboh malas 31. hemat 32. dapat dipercaya 33. berhati-hati 34. serius 35. sistematis 36. berkomitmen boros tidak dapat dipercaya terburu-buru tidak serius tidak sistematis tidak berkomitmen Emotional Stability 12 (20%) 37. kalem 38. rileks 39. tenang 40. tidak cemburu 41. stabil 42. puas marah tegang gugup cemburu tidak stabil tidak puas 43. tidak emosional 44. merasa aman 45. tidak merasa

bersalah 46. ceria 47. bersemangat 48. tidak mudah

cemas emosional tidak aman merasa bersalah suka murung tidak bersemangat mudah cemas Openness to Experience 12 (20%) 49. pandai 50. analitis 51. reflektif 52. ingin tahu 53. imajinatif 54. kreatif tidak pandai tidak analitis tidak reflektif tidak ingin tahu tidak imajinatif tidak kreatif 55. bersahaja 56. perseptif 57. berbudaya 58. halus budi 59. modern 60. filosofis

tidak bersahaja tidak perseptif tidak berbudaya tidak halus budi konvensional tidak filosofis

60 (100%)


(49)

30

E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas berkaitan dengan kemampuan alat ukur mengukur secara tepat apa yang harus diukur. Mengenai keselarasan atau relevensi item dengan mengukur skala tidak dapat didasarkan hanya pada penilaian peneliti sendiri, tapi juga memerlukan kesepakatan penilaian dari beberapa penilai yang kompeten (expert judgement) sebelum melakukan try out. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi berarti validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau

professional judgement (Azwar, 2000). Sebelum memvalidasi dengan

professional judgement peneliti melakukan validasi dengan Peer debriefing (Review oleh Sejawat) untuk melihat apakah item yang telah ditulis dapat dimengerti secara umum. Kemudian dilakukan validasi isi oleh Professional Judgement yang dalam penelitian ini dilakukan oleh beberapa dosen yang telah expert dalam bidangnya. Setelah penilai sepakat bahwa item sudah relevan dan layak untuk mendukung validitas isi skala maka peneliti melanjutkan dengan try out.

2. Seleksi Item

Seleksi item bertujuan untuk mendapatkan item-item yang layak digunakan untuk penelitian. Kelayakan item total mengacu pada


(50)

layak digunakan dan koefisien korelasi ≤ 0.3 berarti item tidak layak

digunakan dalam penelitian (Azwar, 2000).

Uji coba (field-test) merupakan prosedur untuk menguji kualitas item secara empirik, yaitu menggunakan data hasil uji-coba item pada kelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek yang hendak dikenai skala ini nantinya (Azwar, 2015). Subjek yang digunakan untuk try out merupakan mahasiswa yang pernah maupun yang sedang menjabat sebagai ketua atau koordinator dalam organisasi atau kegiatan apapun di kota Yogyakarta. Untuk memperoleh estimasi parameter item yang cukup akurat dan stabil antar kelompok subjek, try out harus dilakukan pada kelompok subjek dalam jumlah yang besar. Dengan subjek yang cukup banyak diharapkan memperoleh distribusi skor yang variasinya menyebar secara normal atau mengikuti distribusi normal.

Jumlah item total dari skala ini sebanyak 160, sehingga peneliti menggunakan subjek untuk try out sebanyak 149 orang yang berstatus mahasiswa dari berbagai Universitas di kota Yogyakarta. Uji coba dilakukan dalam situasi dan kondisi administrasi testing yang sebenarnya sehingga respon atau jawaban subjek merupakan respon yang sesungguhnya. Subjek tidak diberi tahukan bahwa pengenaan skala yang bersangkutan sebenarnya dilakukan sebagai suatu uji-coba.

Try out dilakukan selama empat hari dimulai pada hari Jumat tanggal 3 Juni 2016 hingga hari Senin tanggal 6 Juni 2016.


(51)

32

Berdasarkan hasil try out, pada skala kepemimpinan transformasional terdapat 49 item yang memiliki koefisien korelasi

total ≥ 0,3 sehingga lolos seleksi untuk digunakan pada skala yang

sebenarnya.

Tabel 3. Sebaran Item Skala Kepemimpinan Transformasional Setelah Seleksi Item

No. Dimensi Nomor Aitem Total

(%)

Favorable Unfavorable

1.

Idealized Influence

57 (6), 65 (14), 73 (22), 81

(30), 84 (33), 94 (43)

58 (7), 66

(15), 78 (27), 85 (34), 93

(42)

11 ( 22,5 %)

2.

Inspirational Motivation

52 (1), 59 (8), 67 (16), 80

(29), 86 (35)

53 (2), 60 (9), 68 (17), 82

(31), 87 (36), 95 (44)

11 (22,5 %)

3.

Individual Consideration

54 (3), 61 (10), 69 (18), 75

(24), 77 (26), 88 (37)

55 (4), 62

(11), 70 (19), 89 (38), 96

(45), 98 (47)

12 (24,4 %)

4.

Intellectual Stimulation

56 (5), 63 (12), 71 (20), 79

(28), 90 (39), 92 (41), 99

(48)

64 (13), 72

(21), 74 (23), 76 (25), 83

(32), 91 (40), 97 (46), 100

(49) 15 (30,6 %) TOTAL 49 (100 %)

*item yang di bold adalah nomor urutan skala setelah uji coba

Sedangkan, pada Transparent Bipolar Inventory item yang

memiliki koefisien korelasi total ≥ 0,3 sebanyak 55 item. Pada

dimensi Extraversion sebanyak 10 item yang lolos seleksi, pada dimensi Agreeableness sebanyak 11 item yang lolos seleksi, pada


(52)

dimensi Conscientiousness sebanyak 11 item yang lolos seleksi,

Emotional Stability sebanyak 11 item, dan pada dimensi Openness to Experience semua item lolos seleksi yaitu 12 item.


(53)

34

Tabel 4. Blueprint Skala Dimensi Kepribadian Big Five Setelah Seleksi Item

3. Reliabilitas

Azwar (2000) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran mampu dipercaya. Tinggi rendah dari reliabilitas alat ukur ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas. Semakin Dimensi

(Prosentase)

Sifat (facet-facet)

Favorable Unfav Favorable Unfav

Extraversion

12 (20%)

1. terbuka 2. energik 3. banyak bicara 4. berani 5. aktif 6. tegas tertutup tidak energik pendiam takut tidak aktif tidak tegas 7. spontan 8. sosial 9. antusias 10. tidak malu

dikekang tidak sosial tidak antusias pemalu Agreeableness 12 (20%) 11. hangat 12. ramah 13. kooperatif 14. tidak egois 15. menyenangkan 16. jujur dingin tidak ramah tidak kooperatif egois tidak menyenangkan tidak jujur 17. dermawan 18. fleksibel 19. adil 20. sopan 21. tabah kikir sulit menyesuaikan tidak adil kasar tidak tabah Conscientiou-sness 12 (20%) 22. terorganisir 23. bertanggung jawab 24. sadar 25. praktis 26. teliti 27. kerja keras

tidak terorganisir tidak bertanggung jawab pelupa tidak prkatis ceroboh malas 28. dapat dipercaya 29. berhati-hati 30. serius 31. sistematis 32. berkomitmen tidak dapat dipercaya terburu-buru tidak serius tidak sistematis tidak berkomitmen Emotional Stability 12 (20%) 33. rileks 34. tenang 35. tidak cemburu 36. stabil 37. puas tegang gugup cemburu tidak stabil tidak puas 38. tidak emosional 39. merasa aman 40. tidak merasa

bersalah 41. ceria 42. bersemangat 43. tidak mudah

cemas emosional tidak aman merasa bersalah suka murung tidak bersemangat mudah cemas Openness to Experience 12 (20%) 44. analitis 45. reflektif 46. ingin tahu 47. imajinatif 48. keratif

tidak analitis tidak reflektif tidak ingin tahu tidak imajinatif tidak kreatif

49. bersahaja 50. perseptif 51. berbudaya 52. halus budi 53. modern 54. filosofis tidak bersahaja tidak perseptif tidak berbudaya tidak halus budi konvensional tidak filosofis 60


(54)

tinggi koefisien reliabilitas, maka semakin baik alat ukur tersebut. Nilai koefisien reliabilitas diperoleh melalui pendekatan konsistensi internal, yakni memberikan satu kali tes pada sekelompok subjek penelitian. Penghitungan nilai koefisien reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dalam program SPSS 16. Koefisien reliabilitas berada pada rentang angka 0 sampai 1,00. Bila koefisien reliabilitas semakin tinggi yaitu mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel (Azwar, 2015). Pada skala kepemimpinan transformasional diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,856. Sedangkan, pada alat ukur Transparent Bipolar Inventory

diperoleh reliabilitas sebesar 0,917. Hal ini menunjukkan alat ukur penelitian ini baik dan mampu digunakan pada penelitian sesungguhnya.

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Alpha Cronbach Skala Kepemimpinan Transfromasional

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(55)

36

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Alpha Cronbachpada Transparent

Bipolar Inventory

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.917 55

F. Metode Aanalisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi dengan sebaran normal. Data yang menunjukkan taraf signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka disimpulkan data tersebut memiliki sebaran normal. Sebaliknya, data dengan taraf signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka disimpulkan bahwa data tersebut memiliki sebaran tidak normal (Santoso, 2010).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antarvariabel linier atau tidak. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan linear apabila nilai signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05 (p<0,05). Sebaliknya, hubungan tidak linier apabila signifikansi lebih dari 0,05 (p>0,05) (Priyatno, 2014). Uji


(56)

linearitas dilakukan dengan melihat test of linearity pada bantuan program SPSS for Windows 16.0.

2. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Pearson Product Moment apabila data normal dan Spearmen Rho apabila data tidak normal. Koefisien korelasi bergerak diantara 0,00 dan ±1,00. Apabila hasil koefisien korelasi bergerak dari 0,00 sampai 1,00 maka korelasi tersebut positif. Sebaliknya apabila hasil koefisien korelasi bergerak dari 0,00 sampai -1,00 maka korelasi tersebut negatif (Hadi, 2004).

Untuk mengetahui kedua variabel memiliki hubungan signifikan atau tidak, maka digunakan patokan nilai signifikansi 0,05. Jika nilai signifikansi (p) kurang dari 0,05 (p<0,05) maka dapat dikatakan kedua variabel tersebut memiliki hubungan signifikan. Sebaliknya, jika nilai signifikansi (p) lebih dari 0,05 (p>0,05) maka hubungan kedua variabel tidak signifikan (Priyatno, 2010).


(57)

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama lima hari mulai hari Senin tanggal 13 Juni 2016 hingga hari Jumat tanggal 17 Juni 2016. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa/i yang pernah maupun sedang menjabat sebagai ketua atau koordinator pada suatu organisasi, kelompok, atau event. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar skala penelitian kepada beberapa mahasiswa/i sesuai kriteria dari berbagai universitas di Yogyakarta seperti Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Islam Indonesia. Sebelum pengambilan data, peneliti memberi arahan kepada beberapa teman yang bersedia membantu supaya subjek yang dituju sesuai dengan kriteria penelitian. Peneliti menyebarkan sebanyak 350 skala penelitian kepada para subjek. Total skala yang kembali dan diolah oleh peneliti sebanyak 330 skala.


(58)

B. Deskripsi Subjek Penelitian 1. Usia

Tabel 7. Rangkuman Kriteria Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Prosentase

18 8 2,4 %

19 32 9,6 %

20 55 16,6 %

21 108 32,7 %

22 102 30,9 %

23 14 4,2 %

24 6 1,8 %

25 3 0,9 %

26 1 0,3 %

27 1 0,3 %

TOTAL 330 100 %

Rangkuman deskripsi umum subjek pada kategori usia (Tabel 8) menunjukkan mayoritas subjek berada pada usia 21 dan 22 tahun. Pada usia 21 tahun sebanyak 108 orang dengan prosentase 32,7 % dan usia 22 tahun sebanyak 102 orang dengan prosentase sebesar 30,9 %. Sedangkan, subjek paling sedikit berada pada usia 26 dan 27 tahun yaitu sebanyak 1 orang pada masing-masing usia dengan prosentase 0,3 %.

2. Jenis Kelamin

Tabel 8. Rangkuman Kriteria Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

Perempuan 158 47,9 %

Laki-laki 172 52,1 %


(59)

40

Rangkuman pada Tabel 9 menunjukkan subjek penelitian kebanyakan berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 172 orang dengan prosentase sebesar 52,1 %.

3. Lama Menjabat

Tabel 9. Rangkuman Kriteria Subjek Berdasarkan Lama Menjabat

Lama menjabat Jumlah Prosentase 1 – 3 bulan 34 10,3 %

4 - 6 bulan 53 16,1 %

7 – 9 bulan 7 2,1 %

10 – 12 bulan 208 63,0 %

1 tahun 28 8,5 %

TOTAL 330 100 %

Pada Tabel 11 diketahui subjek kebanyakan menjabat selama 10 – 12 bulan yaitu 208 orang dengan prosentase sebesar 63,0 %. Sedangkan, subjek paling sedikit memiliki masa jabatan selama 7 – 9 bulan sebanyak 70 orang dengan prosentase 2,1 %.

C. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian menunjukkan perbedaan data teoritis dan data empiris dari dua variabel hingga diperoleh skor mean teoritis dan skor mean empiris. Mean teoritis merupakan rata-rata skor dari penghitungan secara manual berdasarkan skor maksimal dan skor minimal pada skala penelitian. Rumus untuk menentukan mean teoritik dengan cara berikut ini:


(60)

Mean empirik merupakan rata-rata skor dari penghitungan data statistik dalam program SPSS for windows versi 16.0 berdasarkan skor yang dimiliki oleh subjek penelitian. Berikut ini hasil dari penghitungan data teoritis dan data empiris :

Tabel 10. Rangkuman Mean Teoritis dan Mean Empiris

Skala

Teoritis Empiris

Sig. Mean (n) SD (σ) Mean (n) SD (σ)

Transformasional 122 24 73,20 5,83 0,000

Extraversion 50 13 68,96 11,29 0,000

Agreeableness 55 15 79,90 9,65 0,000

Conscientiousness 55 15 75,64 12,53 0,000

Neuroticism 55 15 37,86 11,8 0,000

Openness to Experience 60 16 84,12 10,73 0,000

Pada rangkuman hasil uji t (Tabel 11) skala kepemimpinan transformasional dan setiap dimensi kepribadian Big Five diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan perbedaan signifikan antara mean teoritis dengan mean empirik pada semua skala penelitian.

Skor mean teoritis pada kepemimpinan Transformasional sebesar 122, sedangkan skor mean empiris sebesar 73,20. Hasil perbandingan menunjukkan mean empiris lebih rendah dibandingkan mean teoritis,


(61)

42

maka diperoleh kesimpulan subjek penelitian memiliki tingkat kepemimpinan transformasional yang cenderung rendah.

Skor mean teoritis pada dimensi extraversion sebesar 50, sedangkan skor mean empiris sebesar 68,96. Pada dimensi agreeableness

dan conscientiousness skor mean teoritis sebesar 55, sedangkan skor mean empiris agreeableness sebesar 79,90 dan conscientiousness sebesar 75,64. Dimensi openness to experience menunjukkan skor mean empiris sebesar 84,21 dan skor mean teoritis sebesar 60. Hasil perbandingan skor pada empat dimensi kepribadian Big Five menunjukkan mean empiris lebih tinggi dibandingkan mean teoritis, maka diperoleh kesimpulan subjek penelitian memiliki extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan

openness to experience yang cenderung tinggi.

Pada dimensi neuroticism skor mean teoritis sebesar 55 dan skor mean empiris sebesar 37,86. Hasil perbandingan menunjukkan mean empiris lebih rendah daripada mean teoritis, sehingga disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki neuroticism yang cenderung rendah.

D. Hasil Analisis Data 1. Uji Asumsi Penelitian

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian untuk mengecek data penelitian berasal dari populasi dengan sebaran normal atau tidak (Santoso, 2010). Pengujian menggunakan teknik


(62)

Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS for windows versi 16.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Predicted Value

N 330

Normal Parametersa Mean 74.6090909

Std. Deviation 2.51924930

Most Extreme Differences Absolute .033

Positive .027

Negative -.033

Kolmogorov-Smirnov Z .591

Asymp. Sig. (2-tailed) .875

a. Test distribution is Normal.

Pada tabel hasil uji normalitas diketahui bahwa data penelitian memiliki nilai signifikansi (p) sebesar 0,875 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berada dalam taraf normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang dianalisis memiliki hubungan yang linear atau tidak (Priyanto, 2014). Pengujian ini menggunakan test of linearity

dalam program SPSS for windows versi 16.0. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut :


(63)

44

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas Kepemimpinan Transformasional dan Dimensi Kepribadian Big Five

ANOVA Table F Sig.

Transformasional * Extraversion (Combined) 2,214 0,000

Linearity 50,163 0,000

Deviation

from Linearity 1,151 0,248

Transformasional *

Agreeableness (Combined) 2,790 0,000

Linearity 81,421 0,000

Deviation

from Linearity 0,918 0,620

Transformasional *

Conscientiousness

(Combined) 2,571 0,000

Linearity 43,290 0,000

Deviation from Linearity

1,762 0,002 Transformasional * Neuroticism (Combined) 1,263 0,119

Linearity 5,5571 0,019

Deviation from Linearity

1,181 0,199 Transformasional * Openness to

Experience

(Combined) 1,639 0,006

Linearity 45,209 0,000

Deviation from Linearity

0,817 0,811

Hasil uji linearitas pada Tabel 14 menunjukkan kepemimpinan transformasional dan dimensi extraversion, agreeableness, conscientiousness, serta opennes to experience

memiliki hubungan linear dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Sedangkan dimensi neuroticism dan kepemimpinan transformasional memiliki signifikansi (p) sebesar 0,019 (p>0,05)


(64)

menunjukkan bahwa dimensi neuroticism dan transformasional memiliki hubungan yang linear.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ditujukan untuk mengetahui dan menguji hipotesis pada penelitian ini, yaitu apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan tarnsformasional dan dimensi kepribadian Big Five. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dalam program SPSS for windows versi 16.0, karena sebaran data normal.

Tabel 13. Hasil Uji KorelasionalPearson Product Moment

Transformasional Transformasional

Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 660

Extraversion

Pearson Correlation .361**

Sig. (2-tailed) .000

N 330

Agreeableness

Pearson Correlation .448**

Sig. (2-tailed) .000

N 330

Conscientiousness

Pearson Correlation .324**

Sig. (2-tailed) .000

N 330

Neuroticism

Pearson Correlation -.127*

Sig. (2-tailed) .021

N 330

Openness to Experience

Pearson Correlation .353**

Sig. (2-tailed) .000

N 330

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Pada hasil uji hipotesis (Tabel 19) terlihat bahwa dimensi


(65)

46

korelasi (r) sebesar 0,361 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil menunjukkan korelasi positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi extraversion, sehingga hipotesis penelitian diterima.

Pada dimensi agreeableness dengan kepemimpinan

transformasional diperoleh koefisien korelasi korelasi (r) 0,448 dan nilai signifikansi (p) 0,000 (p<0,05). Nilai tersebut menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi agreeableness, sehingga hipotesis penelitian diterima.

Kepemimpinan transformasional dan dimensi conscientiousness

menunjukkan hubungan positif dan signifikan. Nilai koefisien korelasi (r) diperoleh sebesar 0,324 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian membuktikan bahwa hipotesis diterima.

Hubungan dimensi neuroticism dan kepemimpinan

transformasional memiliki nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,127 dengan nilai signifikansi (p) 0,021 (p>0,05). Dengan demikian, hipotesis diterima karena hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan.

Nilai koefisien korelasi (r) pada dimensi openness to experience

dengan kepemimpinan transformasional menunjukkan angka 0,353 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan


(66)

transformasional dan dimensi opennes to expreience, sehingga hipotesis diterima.

E. Pembahasan

Penelitian ini menunjukkan korelasi positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience dalam Big Five. Pada dimensi neuroticism ditemukan hubungan yang negatif signifikan dengan kepemimpinan transformasional.

Hubungan positif dan signifikan tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi dimensi-dimensi kepribadian Big Five tersebut, yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience. Sedangkan, semakin rendah kepemimpinan transformasional maka semakin rendah dimensi-dimensi kepribadian Big Five tersebut.

Hubungan yang negatif signifikan pada dimensi neuroticism dan kepemimpinan transformasional mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemimpinan transformasional tidak selalu diikuti kenaikan pada dimensi

neuroticism. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah kepemimpinan transformasional tidak selalu menunjukkan dimensi neuroticism yang rendah.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Judge dan Bono (2000) dan penelitian Rubin, Munz, dan Bommer (2005), yang menemukan bahwa dimensi kepribadian agreeableness secara konsisten berhubungan


(67)

48

dengan kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Moss dan Ngu (2006) yang menunjukkan dimensi

extraversion dan conscientiousness berkorelasi positif dengan kepemimpinan transformasional.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Alkahtani, Abu-Jarad, Sulaiman, dan Nikbin (2011) yang menyimpulkan bahwa extraversion

berhubungan secara signifikan dengan memimpin perubahan yang merupakan bagian dari kepemimpinan transformasional. Penelitian lain yang didukung yaitu, penelitian Rubin, Munz, dan Bommer (2005) yang menunjukkan bahwa extraversion meskipun tidak berhubungan secara langsung dengan kepemimpinan transformasional, tetapi merupakan salah satu bagian penting dari kepemimpinan transformasional sehingga tidak boleh diabaikan.

Hasil penelitian pada dimensi opennes to experience ini juga mendukung penelitian penelitian Zopiatis dan Constanti (2011) yang menemukan bahwa kepemimpinan transformasional secara positif berhubungan dengan extraversion, openness to experience, dan

conscientiousness.

Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkat kepemimpinan transformasional pada subjek yang merupakan mahasiswa cenderung rendah (Tabel 11). Hal tersebut mungkin berhubungan dengan mayoritas subjek yang memiliki masa jabatan dibawah 1 tahun sehinggakurang memiliki pengalaman di bidang kepemimpinan. Zopiatis (2012)


(68)

mengungkapkan bahwa dampak dari umur, lamanya pengalaman sebagai pemimpin dapat mempengaruhi asosiasi antara kepribadian dan kepemimpinan. Selain itu, hasil dari kepemimpinan transformasional membutuhkan waktu yang cukup lama dan berkesinambungan sehingga dengan masa jabatan yang hanya sebentar atau dibawah 1 tahun subjek kurang mampu mengembangkan kepemimpinan transformasional pada organisasi mereka. Hasil tersebut mungkin juga menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional mungkin kurang efektif apabila digunakan pada organisasi mereka, karena pada teori kontingensi dan situasional menjelaskan bahwa para pemimpin dapat menyelaraskan gaya kepemimpinan mereka dengan kebutuhan kelompok untuk meningkatkan efektifitas.


(69)

50

50 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima. Penelitian ini menunjukkan hubungan antara kepemimpinan transformasional dan dimensi kepribadian Big Five yang meliputi, extraversion,

agreeableness, openness to experience, conscientiousness, dan neuroticism.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memilikiketerbatasan antara lain :

1. Masa jabatan kebanyakan subjek di bawah 1 tahun, sehingga menghasilkan tingkat skor kepemimpinan transformasional yang rendah.

2. Penelitian ini kurang sesuai apabila diaplikasikan pada tingkat kemahasiswaan, sehingga menghasilkan skor kepemimpinan transformasional yang rendah.

C. Saran

Dengan memperhatikan keterbatasan, penelitian selanjutnya disarankan: 1. Memilih subjek dengan kriteria masa jabatan atau pengalaman sebagai pemimpin

selama lebih dari 1 tahun.


(1)

104 77.67 3 9.292

105 76.00 2 .000

106 82.50 2 6.364

107 76.33 3 3.512

108 83.25 4 4.272

109 78.75 4 9.430

110 78.00 2 4.243

111 75.00 2 .000

113 76.00 2 8.485

114 84.00 1 .

115 79.00 1 .

117 81.86 7 9.907

Total 74.61 330 5.514

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

transformasional * openness

Between Groups (Combined) 2435.879 54 45.109 1.639 .006

Linearity 1244.261 1 1244.261 45.209 .000

Deviation from Linearity 1191.618 53 22.483 .817 .811

Within Groups 7568.694 275 27.523

Total 10004.573 329

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

transformasional * openness .353 .124 .493 .243

5.

Transfromasional dan Neuroticism

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent


(2)

Report

transformasional

neuroticism Mean N Std. Deviation

11 75.50 2 4.950

13 79.67 3 4.041

15 76.67 3 3.512

16 77.00 2 1.414

17 79.00 2 7.071

18 76.00 1 .

19 74.33 6 5.465

20 73.80 5 4.868

21 78.50 4 8.347

22 71.75 4 5.252

23 81.40 5 5.899

24 75.75 8 5.651

25 73.25 8 2.435

26 79.00 3 8.660

27 75.12 8 4.086

28 73.12 8 7.936

29 74.70 10 4.473

30 75.54 13 4.754

31 77.50 8 5.477

32 75.22 9 5.239

33 74.57 7 2.760

34 74.64 14 7.762

35 73.20 10 5.673

36 75.38 8 4.955

37 77.00 8 6.969

38 73.83 12 5.813

39 73.80 10 4.392

40 71.33 18 4.215

41 73.00 9 5.148

42 75.09 11 6.332

43 75.25 12 5.479

44 72.00 12 3.693


(3)

46 74.67 6 5.989

47 71.83 6 6.047

48 76.25 8 2.659

49 73.60 5 4.561

50 71.88 8 4.518

51 73.43 7 3.409

52 76.00 3 7.000

53 75.67 6 3.266

54 72.00 3 8.544

55 70.67 3 .577

56 88.00 2 12.728

57 78.67 3 10.017

58 71.00 1 .

59 75.80 5 5.167

60 71.00 2 .000

61 75.50 2 .707

62 76.67 3 4.509

63 71.00 3 7.000

66 68.00 1 .

67 69.00 1 .

70 71.00 1 .

78 67.00 1 .

Total 74.61 330 5.514

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

transformasional * neuroticism

Between Groups (Combined) 1987.673 54 36.809 1.263 .119

Linearity 162.403 1 162.403 5.571 .019

Deviation from Linearity 1825.270 53 34.439 1.181 .199

Within Groups 8016.900 275 29.152


(4)

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared


(5)

LAMPIRAN 7

Uji Hipotesis


(6)

Correlations

transformasional extraversion agreeableness conscientiousness neuroticism openness

transformasional Pearson

Correlation 1 .361

** .448** .324** -.127* .353**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .021 .000

N 660 330 330 330 330 330

extraversion Pearson

Correlation .361

** 1 .707** .502** -.185** .612**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000

N 330 330 330 330 330 330

agreeableness Pearson

Correlation .448

**

.707** 1 .631** -.206** .683**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 330 330 330 330 330 330

conscientiousness Pearson

Correlation .324

**

.502** .631** 1 -.185** .639**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000

N 330 330 330 330 330 330

neuroticism Pearson

Correlation -.127

*

-.185** -.206** -.185** 1 -.215**

Sig. (2-tailed) .021 .001 .000 .001 .000

N 330 330 330 330 330 330

openness Pearson

Correlation .353

**

.612** .683** .639** -.215** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 330 330 330 330 330 330

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).