HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA AKHIR

  HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA AKHIR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi oleh : Theresia Sherly C. A NIM : 059114014 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

  “JADIKAN SEMUA MASALAH ITU PETUALANGAN SAMPAI KITA MENEMUKAN KEBAHAGIAANNYA”

  SKRIPSI ini kupersembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas penyertaannya dalam hidupku 2. Orangtua terhebat yang kumiliki 3. Sahabat-sahabatku tersayang 4. Almamaterku Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA

REMAJA PUTRI AKHIR

Theresia Sherly Chandrasari Aitara

  

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah hubungan yang terjadi antara harga diri dengan kemandirian pada remaja putri akhir. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara harga diri dengan kemandirian pada remaja putri akhir. Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswi dari beberapa Universitas di Yogyakarta, yaitu mahasiswi Universitas Sanata Dharma, Universitas Negeri Yogyakarta, dan mahasiswi Universitas Gadjah Mada. Subjek penelitian ini berjumlah 100 mahasiswi. Alat pengumpulan data pada variabel harga diri dengan menggunakan skala harga diri sedangkan pada variabel kemandirian dengan menggunakan skala kemandirian. Dalam skala harga diri terdapat 25 aitem yang sah dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,922. Sedangkan pada skala kemandirian terdapat 60 aitem yang sah dengan koefisien reliabilitas 0,950. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Korelasi dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil anallisis pada data penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi sebesar 0,815 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel harga diri dengan kemandirian. Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa semakin tinggi harga diri remaja putri maka kemandiriannya akan tinggi, sedangkan apabila harga diri remaja putri rendah maka kemandirian yang dimiliki pun rendah. Kata Kunci: Harga Diri, Kemandirian, Remaja Putri Akhir

  

CORRELATION BETWEEN SELF ESTEEM WITH AUTONOMY

ON FEMALE LATE ADOLESCENCE

Theresia Sherly Chandrasari Aitara

  

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine how the correlation between self-esteem with

autonomy in female late adolescence. The hypothesis of this study is that there is a positive

relationship between self-esteem with autonomy in female late adolescence. The subjects in this

study is an undergraduate students of some university in Yogyakarta, namely undergraduate

student of Sanata Dharma University, Yogyakarta State University, and an undergraduate

student at Gadjah Mada University. The subject of this research were 100 undergraduate students

. Means of collecting data on the variables of self-esteem by using a scale of self-esteem, while the

autonomy variables using the scale autonomy. In the self-esteem scale there are 25 legitimate

aitem with reliability coefficient of 0.922. While the scale of autonomy there were 60 legitimate

aitem with a reliability coefficient 0.950. Hypothesis testing used in this study are correlation test

using Pearson Product Moment Correlation. Analysis results on the data of this study indicate that

the correlation coefficient of 0.815 with a significance level of 0.000 (P <0.05). These results

indicate that there is a positive relationship between the variables of self-esteem with autonomy.

From these results we can say that the higher the self-esteem female late adolescence that

autonomy will be high, whereas if the female late adolescence low self esteem then autonomy was

held low. Keywords: Self-esteem, autonomy, female late adolescence

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Theresia Sherly Chandrasari Aitara Nomor Mahasiswa : 059114014

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA

REMAJA PUTRI AKHIR

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Agustus 2012 Yang menyatakan ( Theresia Sherly C. A)

KATA PENGANTAR

  Syukur Puji Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan karunia-Nya sehingga bisa terselesaikannya Skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Harga Diri dengan Kemandirian Pada Rema ja Putri Akhir” dengan baik.

  Tidak terasa sudah lama penulis berada di Universitas ini, tak terasa pula 2 tahun yang penulis lalui dalam pembuatan skripsi ini. Begitu banyak hambatan dan juga rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini.

  Selama menyelesaiakan Skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan, sehingga Skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Tuhan yang Maha Kuasa. TanpaMu aku bukan apa-apa.

  2. Dr. Christina Siwi. H., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang juga banyak memberikan dorongan untuk menyelesaikan Skripsi ini.

  3. Ibu Titik Kristiyani., S. Psi., M. Psi., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  4. Bapak Y. Heri Widodo., S. Psi., M. Psi., selaku Dosen Pembimbing skripsi.

  5. Ibu Tanti Arini., S. Psi., M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik 6.

  Seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 7. Para responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

  8. Bapak dan Ibu tersayang yang dengan sabar terus mendukungku untuk menyelesaikan Skripsi ini.

  9. Kakakku Lia dan adikku Galuh yang selalu memberikan semangat untukku untuk tetap bisa menyelesaikan Skripsi ini sampai titik darah penghabisan.

  10. Para sahabat di Psikologi : Sinto, Ucie, Rindi, Agnes, Joana, Kriwil, Budi, Silvi, Fera, Via, Andre dan sahabat-sahabat lainnya. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk belajar menjadi pribadi yang apa adanya. Maaf apabila selama bersama kalian ada sikapku yang tidak berkenan.

  11. Para sahabat kontrakan 2005 : Tristan, Arya, Hanes, Lucky, Bagus, A’an, Yosan.

  Bersahabat dengan kalian merupakan kebahagiaan yang tak bisa terhapuskan.

  12. Teman-teman seperjuangan skripsi ini : Novi, Nana, Putri, Lusi. Terima kasih atas kerjasama yang luar biasa dan tiada hentinya.

  13. Sahabat-sahabat lainnya dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu- persatu. Terima kasih atas bantuan, dukungan, bimbingan, kritik, saran dan doa kalian semua.

  Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan oleh penulis. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

  Yogyakarta, 30 Agustus 2012 Penulis

  Theresia Sherly Chandrasari Aitara

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................ ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii HALAMAN MOTTO ............................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................. v ABSTRAK ............................................................................................... vi ABSTRACT ............................................................................................. vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............ viii KATA PENGANTAR ............................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................ xi DAFTAR TABEL .................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang .............................................................................

  B.

  5 Rumusan Masalah .........................................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian ..........................................................................

  D.

  5 Manfaat Penelitian ........................................................................

  BAB II KERANGKA TEORITIS ............................................................

  7 A.

  7 Remaja Akhir ...............................................................................

  1.

  7 Pengertian Remaja Akhir .......................................................

  2. Ciri-ciri Masa Remaja Akhir ...................................................

  29 A. Jenis Penelitian .............................................................................

  40 2. Estimasi Reliabilitas ................................................................

  40 1. Estimasi Validitas ..................................................................

  32 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ......................

  31 E. Alat Pengumpulan Data ...............................................................

  30 D. Subjek Penelitian ...........................................................................

  29 b. Kemandirian ............................................................................

  29 a. Harga Diri ...............................................................................

  29 C. Definisi Operasional .....................................................................

  29 B. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................

  28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................

  8 3. Tugas Perkembangan Remaja Akhir………………………...

  24 E. Hipotesis Penelitian ......................................................................

  23 D. Dinamika Harga Diri dan Kemandirian pada Remaja Putri Akhir

  22 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri .......................

  20 2. Karakteristik Harga Diri .........................................................

  18 1. Aspek-aspek Harga Diri ..........................................................

  17 C. Harga Diri......................................................................................

  16 3. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja .............

  14 2. Tipe-tipe Kemandirian Remaja ..............................................

  13 1. Aspek-aspek Kemandirian .....................................................

  10 B. Kemandirian .................................................................................

  41

  3.

  41 Seleksi Aitem ..........................................................................

  G.

  42 Uji Coba Alat Ukur .......................................................................

  1.

  42 Uji Validitas Alat Ukur ...........................................................

  2.

  44 Uji Reliabilitas Alat Ukur .......................................................

  3.

  45 Seleksi Aitem .........................................................................

  H.

  46 Uji Coba Alat Pengumpulan Data .................................................

  I.

  46 Metode Analisis Data ....................................................................

  1.

  47 Uji Asumsi ..............................................................................

  a.

  47 Uji Normalitas ...................................................................

  b.

  47 Uji Linearitas .....................................................................

  2.

  48 Uji Hipotesis ...........................................................................

  BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................

  49 A.

  49 Pelaksanaan Penelitian .................................................................

  1.

  49 Proses Penelitian …………………………………………….

  2.

  50 Data Demografi ……………………………………………..

  B.

  50 Hasil Uji Asumsi ...........................................................................

  a.

  50 Uji Normalitas ......................................................................

  b.

  51 Uji Linearitas ........................................................................

  C.

  52 Hasil Uji Hipotesis .......................................................................

  D.

  53 Uji Tambahan ...............................................................................

  E.

  54 Pembahasan ……………………………………………………..

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................

  57 A.

  57 Kesimpulan .................................................................................

  B.

  Saran ............................................................................................

  57 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

  58 LAMPIRAN .............................................................................................

  60

  DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Blue Print Skala Harga Diri .....................................................

  34 Tabel 3.2. Skor Untuk Pilihan Jawaban ....................................................

  35 Tabel 3.3. Blue Print Aitem yang Bertahan ..............................................

  36 Tabel 3.4. Blue Print Skala Kemandirian..................................................

  38 Tabel 3.5. Skor Untuk Pilihan Jawaban ....................................................

  39 Tabel 3.6. Blue Print Aitem yang Bertahan ..............................................

  40 Tabel 3.7. Aitem- aitem Dalam Skala Harga Diri Sebelum Di Ujicoba ...

  43 Tabel 3.8. Aitem-aitem Dalam Skala Kemandirian Sebelum Di Ujicoba

  44 Tabel 3.9. Aitem pada Skala Harga Diri yang Lolos Seleksi Aitem ........

  45 Tabel 3. 10 Aitem pada Skala Kemandirian yang Lolos Seleksi Aitem ...

  46 Tabel 4.1. Data Subjek Berdasarkan Usia .................................................

  50 Tabel 4.2. Uji Normalitas Variabel Harga Diri dan Kemandirian ............

  51 Tabel 4.3. Hasil Uji Linearitas ..................................................................

  52 Tabel 4.4. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................

  52 Tabel 4.5. Hasil Uji Tambahan .................................................................

  53

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Harga Diri ...................................................................

  61 Lampiran 2. Skala Kemandirian ...............................................................

  79 Lampiran 3. Hasil Uji Asumsi dan Uji Hipotesis pada Data Penelitian ... 110

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan jaman yang semakin maju banyak membutuhkan keterlibatan peran remaja dalam kehidupan bermasyarakat. Remaja atau adolescence berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan

  yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kemantangan sosial dan psikologisnya (Widyastuti dkk, 2009). Tahapan dalam remaja yang paling stabil secara sosial dan psikologisnya yaitu remaja akhir. Hal ini berarti bahwa remaja senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu objek, didasarkan oleh hasil pemikirannya sendiri. Walaupun dalam banyak hal remaja sering masih digoyahkan pendiriannya oleh orang tua mereka yang mungkin disebabkan oleh masih adanya kebergantungan ekonomi pada orang tua mereka (dalam Mappiare, 1982).

  Dalam perkembangannya, remaja memiliki perbedaan peran berdasarkan jenis kelaminnya. Secara umum, remaja putra dan remaja putri akan terlihat memiliki peran yang berbeda di dalam perkembangan kondisi sosial-ekonomi, sosial kultural, dan juga penilaian pada diri mereka (R. C Soreson, 1974). Remaja putri dalam perkembangannya mengalami masalah dalam pencapaian tugas perkembangannya, terutama dalam perkembangan sosialnya untuk memiliki kemandirian. Hal ini terjadi akibat masih adanya

  2

  sifat ketergantungan terhadap orang lain (Steiberg, 1995). Remaja putri dalam masyarakat terbatas dalam mengembangkan kemandiriannya karena adanya batas antara peran putra dan putri yang diakibatkan perbedaan pertumbuhan dan peran jenis kelamin dimana dalam perkembangannya remaja putra lebih kuat secara fisik dan juga psikis dibandingkan dengan remaja putri (Mappiare, 1982).

  Perubahan jaman yang semakin maju menuntut remaja putri untuk mampu mengembangkan kemandiriannya dengan baik. Menurut Masrun dkk (Masrun, 1986), kemandirian adalah sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri untuk kebutuhan diri sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungannya, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

  Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara remaja dan teman sebaya. Hurlock (Hurlock, 1991) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima serta menolak pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam kelompoknya.

  Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan

  3

  anggota keluarganya. Ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan juga penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya. Dalam mencapai keinginannya untuk mandiri sering kali remaja mengalami hambatan- hambatan yang disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk tetap tergantung.

  Rendahnya kemandirian remaja putri banyak kita lihat dalam lingkungan kita. Secara umum, remaja putri lebih terbatas dalam mengembangkan kemandiriannya karena masih tergantung pada orang tua atau aturan keluarga. Ada larangan-larangan yang wajib dilakukan remaja putri dalam keluarga, contoh umumnya seperti tidak boleh pulang larut malam. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Nandang Budiman (2010) yang menyatakan kemandirian sering disalahtafsirkan sebagai pemberontakan. Keadaan tersebut membuat remaja putri sulit mengembangkan kemandirian dalam dirinya.

  Dalam perkembangannya, terdapat hubungan yang sangat dekat antara pencapaian kemandirian dengan harga diri pada remaja putri. Kemandirian sangat dipengaruhi oleh harga diri seseorang. Seorang remaja yang memandang dirinya positif maka akan memiliki kemandirian yang positif.

  Harga diri merupakan evaluasi yang komprehemsif oleh individu terhadap dirinya sendiri (Gray Little dalam Fuhrmann, 1990), dan evaluasi ini diekspresikan dengan sikap setuju atau tidak setuju, tingkat keyakinan

  4

  individu terhadap diri sendiri sebagai orang yang mampu, penting, berhasil, dan berharga ataukah tidak (Coopersmith, 1967). Harga diri seseorang akan tampak dalam perilaku keseharian karena merupakan objek kesadaran diri dan penentu perilaku (Brown dalam Handayani, 1997).

  Secara umum dapat diketahui bahwa keberhasilan dari proses pencapaian kemandirian seorang remaja putri akan didukung oleh harga diri yang dimiliki. Ketika harga diri remaja putri tersebut tinggi maka kemandirian yang dimilikinya tinggi, dimana remaja putri merasa sanggup dan mampu mencapai kesuksesan. Hal ini akan membuat perasaan bangga terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, ketika harga diri yang dimiliki remaja putri tersebut rendah, maka kemandiriannya pun rendah. Remaja tersebut akan cenderung lebih menutup diri dan merasa tidak mampu melakukan sesuatu dengan baik tanpa orang lain.

  Pada penelitian Reda Prininda (2011) yang meneliti mengenai hubungan antara harga diri dengan kemandirian pada siswa di SMPN 252 Jakarta Timur memiliki hasil korelasi 0,720 menunjukkan hasil yang positif bahwa adanya hubungan antara harga diri dengan kemandirian. Hal ini mendukung teori Steinberg yang menyatakan bahwa harga diri yang baik akan menciptakan kemandirian yang baik.

  Dari uraian diatas, maka dilakukanlah suatu penelitian yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara harga diri dengan kemandirian pada remaja putri akhir, serta memberikan sumbangan efektifnya terhadap harga diri dan kemandirian remaja putri bila terbukti ada hubungan.

  5 Penelitian ini nantinya akan memberikan gambaran seberapa besar hubungan antara harga diri dengan kemandirian pada remaja putri akhir.

  B. Rumusan Masalah

  Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah penelitian yaitu, “Adakah hubungan antara harga diri dengan kemandirian pada remaja putri?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris tentang ada tidaknya hubungan antara harga diri dengan kemandirian pada remaja putri, serta memberikan sumbangan efektifnya.

  D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang psikologi terutama pada psikologi perkembangan dan psikologi sosial, yaitu dalam pengelolaan kualitas diri remaja putri dalam pencapaian harga diri dan kemandiriannya.

  Hasil penelitian ini mendukung teori-teori yang sudah ada.

  2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada orang tua dan masyarakat luas bagaimana mengembangkan kemandirian remaja putri. Selain itu, penelitian akan memberikan

  6

  wawasan bagi para remaja putri sendiri untuk dapat memperbaiki dan juga mengembangkan harga dirinya sehingga memiliki kemandirian yang positif.

BAB II KERANGKA TEORITIS Dalam bab ini peneliti akan menyajikan beberapa teori yang dapat membantu

  mengungkap apakah terdapat “Hubungan antara harga diri dengan kemandirian pada remaja putri akhir”.

A. Remaja Akhir 1. Pengertian Remaja Akhir

  Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescare (kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik.

  Menurut Monks (1999) remaja adalah individu yang berusia antara 12-22 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan dan 18-22 tahun masa remaja akhir. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

  8 Menurut Turner dan Helms (1995) yang menyatakan bahwa fase

  remaja akhir merupakan masa pada tahap perkembangan dewasa awal

  (young adulthood). Menurut seorang ahli psikologi perkembangan,

  Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive

  trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

2. Ciri-ciri Perkembangan pada Masa Remaja Akhir

  Pada masa remaja akhir merupakan masa yang memiliki kematangan fisik dan psikologis. Berikut beberapa ciri-ciri perkembangan pada masa remaja akhir, antara lain : a.

  Segi fisik Menurut Santrock (1999) diketahui bahwa masa ini sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain- nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang dan pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.

  9 b.

  Segi Intelektual Menurut Piaget (dalam Santrock, 1999) kapasitas kognitif masa remaja akhir tergolong masa operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms, 1995). Taraf ini mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi (universitas/akademik). Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang bekerja, sambil terus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.

  c.

  Segi kepribadian dan peran sosial Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Santrock, 1999). Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari

  10

  kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Sebagai anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya dalam kegiatan pendidikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.

3. Tugas Perkembangan Remaja Akhir

  Beberapa tugas perkembangan bagi remaja menurut Gunarsa & Gunarsa (2003) yaitu sebagai berikut : a.

  Menerima keadaan fisiknya Pada masa ini remaja mengalami berbagai macam perubahan fisik. Perubahan fisik berhubungan dengan pertumbuhannya dan kematangan seksual. Pertumbuhan fisik menghasilkan panjang lengan dan tungkai maupun tinggi badan yang tidak selalu sesuai dengan harapan remaja maupun lingkungan. Penampilan yang tidak sesuai dengan penampilan yang diidamkannya dapat merintangi usaha memperluas ruang gerak pergaulannya.

  b.

  Memperoleh kebebasan emosional Remaja harus memperoleh latihan dalam mengambil keputusan seacara bertahap dan bijaksana. Remaja perlu meregangkan ikatan emosional dengan orangtua supaya memilih sendiri dan mengambil keputusan sendiri. Remaja seringkali meninggalkan rumah dan menggabungkan diri dengan teman sebaya yang mungkin juga senasib dalam usaha pemaksaan pembebasan emosional secara ekstrim.

  11 Orangtua lain di luar lingkungan keluarga mungkin dapat

  membantu dalam melakukan pilihan dan mengambil tindakan yang bijaksana. Sebaliknya remaja yang meninggalkan rumah dan keluarga dan tidak memperoleh penampungan yang menunjang perkembangannya, mudah terkena pengaruh kurang baik yang menjerumuskannya. Remaja yang mempunyai bekal “kebebasan emosional” berlandaskan kemampuan membedakan mana yang baik, mana yang tidak baik, apa yang patut dipilih, apa yang harus dihindari, tujuan mana yang harus dikejar dan tindakan atau keputusan mana yang sebaiknya diambil, remaja dapat bergaul dan menjalankan tugas perkembangan selanjutnya.

  c.

  Mampu bergaul Remaja harus belajar dengan teman sebaya dan tidak sebaya, sejenis maupun tidak sejenis untuk mempersiapkan diri di masa depan. Remaja sering menghadapi berbagi macam keadaan, mengalami pengaruh lingkungan baik yang mengarahkan untuk memperluas pergaulannya.

  d.

  Menentukan model untuk identifikasi Remaja pada masa ini sedang meregangkan diri dari ikatan emosional dengan orangtuanya. Mereka sedang membongkar landasan hidup yang sudah diletakkan orangtuanya sepanjang masa anak. Menurut Erikson (dalam Gunarsa, 2003) pada masa ini remaja harus menemukan identitas diri. Ia harus memilki gaya hidup sendiri, yang bisa dikenal dan ajeg walaupun mengalami berbagai macam

  12

  perubahan. Dengan demikian gaya hidup yang khas baginya akan jelas terlihat dari terbentuknya “identitas diri” dalam menduduki tempatnya di masyarakat.

  e.

  Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri Pada masa ini terlihat juga perubahan dalam cara berpikir remaja yang menunjukkan bertambahnya minat terhadap peristiwa yang tidak langsung dan hal-hal yang tidak konkrit. Pikirannya menjangkau jauh ke masa depan, mengenai pilihan bidang pekerjaan, pilihan calon istri/suami dan bentuk kehidupan masyarakat lainnya.

  Untuk mencegah timbulnya perilaku yang sangat menghambat perkembangan remaja, maka remaja perlu melakukan refleksi diri untuk mengetahui kemampuan, sejauh mana jangkauan kesanggupannya mencapai kesempatan yang diperolehnya secara nyata.

  f.

  Memperkuat pengusaan diri atas dasar skala nilai dan norma Remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan dalam. Lingkungan luar dan pengaruhnya kadang-kadang perlu dihambat dan dicegah, supaya tidak terlalu besar perangsangannya terutama bila bersifat negatif. Demikian pula lingkungan dalam diri yang mempengaruhi munculnya perilaku yang tidak bisa ditoleransikan oleh umum, masyarakat harus mengendalikan dan mencegah kemunculannya.

  Konopka (dalam Gunarsa, 2003) menyatakan bahwa masa remaja merupakan fase yang paling penting dalam pembentukkan

  13

  nilai. Pembentukkan nilai merupakan suatu proses emosional dan intelektual yang sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial.

  g.

  Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan Seorang anak bersifat egosentris. Segala hal dipandang dari sudut pandangnya sendiri, terpusat pada keinginan dan kebutuhan sendiri. Reaksi dan tingkah lakunya sangat dipengaruhi oleh emosi dan kebutuhannya, sehingga sulit menangguhkan terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu. Sebaiknya seorang remaja diharapkan bisa meninggalkan kecenderungan, keinginan untuk menang sendiri.

  Sepanjang masa peralihan ini, remaja harus belajar melihat dari sudut pandang orang lain. Belajar mengingkari kesenangan diri sendiri, menangguhkan hal-hal yang menyenangkan dan mendahulukan pelaksanaan tugas dan kewajiban.

  Remaja harus belajar menyesuaikan diri dalam hubungan sosial yang lebih luas dan tugas perkembangan yang lebih majemuk.

  Tugas perkembangan dan kesulitan yang dialami remaja perlu dukungan penuh dari orangtua. Bimbingan dan uluran tangan dari orangtua yang sering ditolak oleh remaja perlu tetap ditawarkan dengan kesabaran.

B. Kemandirian

  Masrun, dkk (Masrun, 1986) mengungkapkan kemandirian adalah modal dasar bagi manusia dalam menentukan sikap dan perbuatan terhadap lingkungannya. Kemandirian mendorong orang untuk berprestasi

  14

  dan berkreasi sehingga menjadi makhluk yang produktif, efisien dan membawa diri ke arah kemajuan.

  Seorang remaja yang dikatakan mandiri berbeda dengan anak usia tiga tahun yang dapat melakukan apa saja keinginannya. Secara kognitif, remaja telah mampu berpikir dengan sudut pandang orang lain dan membandingkan dengan sudut pandangnya sendiri sehingga ia mampu memutuskan mana solusi terbaik untuk masalahnya.

1. Aspek – aspek Kemandirian

  Menurut Robert Havighurst (1972) bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu: a.

  Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

  b.

  Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.

  c.

  Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

  d.

  Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Menurut Steinberg (1993) terdapat tiga aspek pada kemandirian yaitu:

  15 1) Emotional authonomy

  yang mengacu kepada tidak melihat orang dewasa sebagai orang yang serba tahu, tidak bergantung pada orang dewasa, individual dengan pertimbangan sendiri.

  2) Behavioural authonomy

  perubahan kedekatan emosional, yaitu mampu membuat keputusan berdasarkan pertimbangan sendiri, mencapai keputusan yang bebas, berfikir semakin abstrak.

  3) Value authonomy

  ditandai dengan mengemukakan pendapat benar-salah, penting dan tidak penting, keyakinan pada prinsip ideologi, keyakinan pada nilai-nilai sendiri. Remaja yang memiliki kemandirian akan dapat menentukan pilihannya sendiri tanpa dibingungkan oleh pengaruh- pengaruh dari luar dirinya, dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya Menurut Masrun dkk (1986), komponen

  • – komponen utama kemandirian, antara lain :

  a) Bebas

  Bebas ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri, bukan karena orang lain.

  16

  b) Progresif dan ulet

  Progresif dan ulet ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapan.

  c) Inisiatif

  Inisiatf merupakan kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif.

  d) Pengendalian dari dalam (internal locus of control)

  Pengendalian dari dalam yaitu adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya atau kemampuan mengendalikan tindakannya serta kemampuan mempengaruhi lingkungannya atas usahanya sendiri.

  e) Kemantapan diri

  Kemantapan diri mencakup aspek rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya 2.

   Tipe-tipe Kemandirian pada Remaja

  Steinberg (Steinberg, 1999) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy ).

  Kemandirian emosional (emotional autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian yang berhubungan dengan perubahan keterikatan

  17

  hubungan emosional remaja dengan orang lain, terutama dengan orangtua. Oleh karena itu, kemandirian emosional didefinisikan sebagai kemampuan remaja untuk tidak tergantung terhadap dukungan emosional orang lain, terutama orangtua.

  Kemandirian behavioral (behavioral autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian yang merujuk kepada kemampuan remaja membuat keputusan secara bebas dan konsekuen atas keputusannya itu.

  Kemandirian nilai (value autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian yang merujuk pada kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, serta penting dan tidak penting.

3. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja

  Memperoleh kebebasan atau mandiri merupakan suatu tugas bagi remaja. Dalam pencarian identitas diri, remaja cenderung untuk melepaskan diri sendiri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis orangtua. Remaja mengharapkan untuk diperlakukan dan dihargai sebagai orang dewasa. Hal ini dikemukakan oleh Erikson (dalam Hurlock, 1992) yang menamakan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego, atau pencarian identitas diri. Dalam proses ini remaja ingin mengetahui peranan dan kedudukannya dalam lingkungan, selain ingin mengetahui tentang dirinya sendiri.

  18 Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses

  sosialisasi yang terjadi antara remaja dan teman sebayanya. Hurlock (Hurlock, 1992) mengatakan melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima dan juga menolak pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima dalam kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan keluarganya. Ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima kelompoknya. Dalam mencapai keinginannya untuk mandiri seringkali remaja mengalami hambatan- hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan tergantung pada orang lain.

C. Harga Diri

  Salah satu faktor yang paling penting dalam perkembangan remaja adalah harga diri. Baron Byrne (Baron, 1994) mengatakan bahwa harga diri adalah bagaimana cara kita mengevaluasi diri kita. Seorang yang memiliki harga diri tinggi merasa dirnya berharga dan berkemampuan, sedangkan

  19

  seseorang yang memiliki harga diri rendah memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna, tidak berkemampuan dan tidak berharga.

  Harga diri merupakan bagian dari konsep diri seperti yang diutarakan oleh Beane dan Lipka (Beane dan Lipka, 1996) bahwa harga diri adalah penilaian yang individu berikan pada konsep dirinya. Coopersmith (Asmaradewi, 2002) mendefinisikan harga diri sebagai penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh tentang diri dan perasaan terhadap diri sendiri itu akan menimbulkan suatu penilaian terhadap diri sendiri baik positif maupun negatif.

  Individu yang mampu menilai dirinya sendiri sebagaimana adanya menunjukkan yang baik pada dirinya. Individu yang dapat menghargai dirinya sendiri adalah individu yang memiliki harga diri yang positif. Individu yang memiliki harga diri yang positif mampu menghargai dirinya dengan baik dalam kelebihan maupun keterbatasan yang dimilikinya serta mampu mengembangkan dirinya. Sedangkan individu yang memiliki harga diri yang negatif biasanya akan merasa kurang puas, kurang mampu, kurang berharga, kurang berdaya, dan rendah diri serta merasa bersalah, malu dan depresi (Asmaradewi, 2002).

  Menurut Hurlock (Hurlock, 1999), harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan seseorang yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga serta penghargaan, perlakuan, dan penerimaan dari orang lainnya.

  20 Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga diri

  adalah suatu evaluasi diri seseorang yang terjadi dari proses interaksi sosial yang meliputi penilaian positif maupun negatif untuk memperoleh penghargaan dan penetimaan dari orang lain sehingga menghasilkan konsep diri bagi individu tersebut.

1. Aspek-aspek Harga Diri

  Menurut Coopersmith (Coopersmith, 1967), terdapat empat aspek yang menjadi sumber pembentukan harga diri, antara lain : a.

  Keberartian (significance) Keberartian ini biasanya tampak pada penerimaan, penghargaan dan perhatian serta kasih sayang dari lingkungan dan orang lain terhadap seorang individu. Penerimaan dan perhatian biasanya ditunjukkan dengan adanya dukungan dari keluarga serta lingkungan sekitar. Semakin banyak perhatian, penerimaan serta kasih sayang yang diterima oleh seorang individu maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut akan merasa semakin berarti.

  b.

  Kekuatan (power) Kekuatan merupakan suatu kemampuan untuk mempengaruhi serta mengontrol diri sendiri serta orang lain. Kebutuhan seorang individu akan kekuatan ini biasanya akan ditunjukkan dengan adanya kebutuhan akan penghargaan serta pernghormatan dari orang lain. Dalam hal ini, wibawa seorang individu menjadi sebuah petunjuk bahwa individu tersebut memiliki kekuatan. Selain itu, adanya kekuatan dalam diri seorang individu akan mengakibatkan

  21

  munculnya sifat asertif serta explanatory action yang tinggi dalam dirinya.

  c.

  Kompetensi (competence) Kompetensi merupakan suatu penampilan pada diri individu yang prima untuk mencapai keberhasilan serta kesuksesan. Penampilan yang prima ini ditunjukkan dengan adanya kemampuan yang merata pada diri individu dalam setiap usia dimana dengan adanya kemampuan ini individu akan merasa yakin dengan kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai harapan serta cita-citanya. Selain itu individu juga merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang dihadapinya di lingkungan sekitarnya.