BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENANAMAN RASA NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI JATILAWANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuh kembangkan

  potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mengajar mereka. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I pasal I (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki peran strategis untuk membentengi peserta didik sebagai penerus bangsa, memberikan basic perilaku untuk saling menghormati masyarakat yang ada, memberikan pencerahan terhadap perilaku yang menyimpang yang merugikan bangsa dan negara, serta mampu menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik,bertanggung jawab serta mampu menjadi warga negara yang mau dan mampu membela bangsanya dan mengamankan aset-aset bangsanya.

  Terbentuknya individu yang nasionalis haruslah ditata sedini mungkin, setiap jenjang sekolah haruslah menanamkan rasa nasionalisme kepada para anak didiknya. Dalam kehidupan manusia pendidikan mempunyai peran strategis untuk membentengi peserta didik sebagai penerus bangsa, memberikan basic perilaku untuk saling menghormati masyarakat yang ada, memberikan pencerahan terhadap perilaku yang menyimpang yang merugikan bangsa dan negara, serta mampu menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik, bertanggung jawab serta mampu menjadi warga negara yang mau dan mampu membela bangsanya dan mengamankan aset-aset bangsanya. Dalam hal ini generasi muda merupakan sosok individu yang sangat berkompeten dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa, karena hal tersebut akan membawanya kearah kemajuan diri dari bangsanya.

  Masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan, adalah masalah pembangunan dan pembinaan bangsa (nation

  

and character building ). Sebagai masyarakat majemuk, bangsa Indonesia

  harus menghadapi realita sosial menyangkut keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat istiadat, lapisan sosial, kesenjangan ekonomi, dan masalah-masalah sosial lain yang sangat kompleks. Kita harus mengingat berdasarkan pancasila bahwa dasar negara kita tidak ditentukan oleh suku mayoritas, bahasa kesukuan mayoritas maupun agama mayoritas, tapi kita adalah negara yang menyemaikan secara indah semua kebudayaan, agama dan kepercayaan yang ada.

  Dalam upaya membentuk dan menjaga keberagaman dalam keserasian itu diperlukan berbagai upaya yang dapat membina sikap-sikap positif yang saling menghormati, menghargai, mengakui eksistensi, dan kerjasama diantara berbagai keanekaragaman tersebut.

  Kita sungguh miris melihat sikap dan tingkah laku pelajar pada masa sekarang ini, dalam hal kedisiplinan, ketaatan pada peraturan, penghormatan pada lambang-lambang negara semakin menurun pada saat upacara bendera hari senin masih saja ada siswa yang asik mengobrol dan bahkan tawuran antar pelajar pelajar tidak luput dari kemirisan nasionalisme tersebut. Terkait dari inilah Indonesia perlu berbenah dan menengok kebelakang bahwa bangsa Indonesia mengalami perubahan drastis untuk menghargai dan menghormati bangsanya sendiri. Untuk itulah sekolah sebagai suatu lembaga lembaga pendidikan harus bisa meminimalisir berbagai tindakan buruk para penerus bangsa agar mereka tidak lagi merusak nasionalisme bangsa.

  Selain itu pada tahun-tahun yang lalu ada negara yang mengklaim lagu Rasa Sayange, tarian Reog Ponorogo, Batik, alat musik Angklung ini menandakan bahwa jiwa dan rasa nasionalisme negara kita sangat rendah, karena mengapa setelah di klaim kita baru merasa kehilangan dan merasa cemas bila ada hasil cipta, rasa dan karsa kita di klaim oleh negara lain.

  Kemiskinan dan ketidaksejahteraan menyebabkan perpindahan kewarganegaraan sejumlah WNI di daerah perbatasan lebih memilih ke negara tetangga dikarenakan kurangnya perhatian dari pemerintah pusat, pemerintah kurang adil. Faktor ekonomi dan budaya memang sangat berperan dalam rasa nasionalisme bangsa Indonesai karena bagaimana akan bisa membanggakan bangsa dan negara ini jika kemiskinan masih banyak, pengangguran masih numpuk, tingkat kriminalitas makin tinggi. Orang pun akan memikirkan dua kali jika mugkin ditanyakan apakah anda cinta dengan bangsa dan negara ini?Tapi tentunya pendapat orang berbeda tergantung dari pemikiran mereka, akan tetapi sebagain masyarakat Indonesiakan masih berada di garis kemiskinan.

  Contoh lainnya yang bisa dibilang mengurangi dan mengotori rasa nasionalisme adalah dimana banyaknya kasus korupsi bahkan kolusi dan nepotisme yang jelas sekali membuat negara ini tetap dalam keadaan terpuruk. Bagaimana mungkin orang yang benar mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi dapat menguras harta yang bukan haknya. Harta yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat. Apalagi kasus-kasus yang menyangkut para elit politik dan orang nomor sekian di Indonesia. Itu sudah menodai nasionalisme.

  Ditambah lagi perbedaan sedikit saja di negeri ini bisa jadi masalah besar. Contohnya dalam masalah supporter sepak bola yang sering terjadi kerusuhan, pengrusakan dan tawuran antar supporter, rasisnya para suporter. Kapan bangsa Indonesia ini akan dewasa dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi jika adanya perbedaan sedikit saja bisa jadi masalah besar?

  Dalam Azam dan Ju Lan(2011; 15), Azyumardi Azra berpendapat bahwa akhir-akhir ini perkembangan lain dari Nasionalisme Indonesia yaitu a) melalui penerapan otonomisasi dan desentralisasi sejak 2004 yang cenderung menonjolkan semangat kedaerahan tidak jarang berimplikasi terjadinya konflik dan kekerasan antar etnik pada lokalitas tertentu, b) adanya kecenderungan meningkatnya arus dan gerakan islam tradisional yang menolak bukan hanya nasionalisme Indonesia, melainkan juga negara bangsa Indonesia dan sebagai gantinya menawarkan Khalifah atau entitas politik tunggal bagi seluruh umat Islam di alam jagad raya ini. Terlebih lagi jika kita mengikuti pendapat Francisia Seda yang melihat bahwa globalisasi telah mempengaruhi segi-segi politik, ekonomi, dan sosial dalam suatu masyarakat atau bangsa yang pada gilirannya bisa menjadi ancaman terhadap nasionalisme. Proses globalisasi yang di dorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu melampaui batas ruang dan waktu antara lain dapat dilihat dari peran dan pengaruhnya dalam memperkuat pasar di tingkat global. Proses globalisasi yang digerakan oleh pasar tersebut dapat menguatkan dan kemandirian atau otonomi komunitas lokal atau daerah yang pada tataran dan saat tertentu bukan tidak mungkin dapat mengimbangi bahkan mengungguli kekuatan negara bangsa.

  Oleh sebab itu generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang harus ditanamkan rasa nasionalisme yang kuat agar mereka tahu betapa pentingnya perjuangan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dari sebelumnya. Lembaga-lembaga pendidikan berperan penting memberi bekal penalaran kepada masyarakat agar dapat menilai mana- mana dari tradisi yang berhenti karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman, mana yang berlanjut dan mana yang berubah bentuk.

  Tanpa pendidikan, seleksi tidak mungkin terjadi, karena nilai- nilai budaya suatu bangsa hanya dapat dijaga dan diwariskan melalui pendidikan.

  Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendidikan merupakan suatu alat yang dapat menjaga kelestarian budaya. Melalui pendidikan suatu bangsa akan mampu mengaktualkan nilai budaya bangsa. Tujuaan yang hendak dicapai melalui pendidikan secara nasional, antara lain bahwa pendidikan nasional harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa nasionalisme, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. Dengan menanamkan sikap nasionalisme diharapkan siswa tumbuh menjadi manusia yang dapat mengisi dan mempertahankan bangsa dan negaranya.

  Pembelajaran sejarah, terutama pembelajaran sejarah nasional adalah salahsatu diantara sejumlah pembelajaran, mulai dari SD sampai dengan SMA yang mengandung tugas menanamkan semangat berbangsa dan bertanah air. Tugas pokok pembelajaran sejarah adalah dalam rangka character building peserta didik. Pembelajaran sejarah akan membangkitkan kesadaran empati (empatic awareness) dikalangan peserta didik, yaitu sikap simpati dan toleransi terhadap orang lain yang disertai dengan kemampuan mental dan sosial untuk mengembangkan imajinasi dan sikap kreatif, inovatif serta partisipatif. Kesadaran empatik merupakan kecakapan sosial yang berkemampuan membentuk kesadaran dan solidaritas.Sedangkan toleransi akan mendidik siswa untuk menanamkan sikap demokratif berjiwa besar dalam mengharagai dan menghormati pendapat orang lain.

  Dalam menumbuhkan rasa nasionalisme peran di setiap jenjang sekolah sangatlah penting, guru sejarah dituntut untuk meningkatkan rasa nasionalisme kepada para peserta didiknya. Guru harus lebih kritis dan aktif dalam menjalankan tugasnya, pembinaaan terhadap mereka menjadikan guru bukan sekedar pelaksana teknis, melainkan seorang tugas professional yang mengerti dan memahami bagaimana seharusnya memberi layanan belajar kepada peserta didiknya dan guru harus bertanggung jawab atas praktek mengajarnya dan atas apa yang dipelajari siswa-siswanya. Sekolah memiliki kecenderungan untuk pengupayaan perubahan- perubahan tingkah laku yang merupakan cerminan dari setiap individu yang bernaung dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, secara umum masalah yang menjadi inti penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan guru Sejarah dalam peningkatan nasionalisme terhadap siswa. Dari rumusan masalah tersebut, peneliti kemudian merinci menjadi empat sub masalah penelitian yaitu:

  1. Bagaimanamata pelajaran Sejarah mengkaji nilai-nilai nasionalisme

  2. Bagaimana strategi pembelajaran penanaman rasa nasionalisme yang dilakukan guru sejarah kepada setiap anak didiknya.

  3. Apakah ada hambatan yang dialami oleh guru Sejarah dalam meningkatkan rasa nasionalisme tersebut.

  4. Bagaimana hasil yang dicapai oleh guru sejarah dalam meningkatkan rasa nasionalisme

C. Tujuan Penelitian

  Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan guru Sejarah dalam peningkatan sikap nasionalisme. Kemudian peneliti merinci menjadi empat sub tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui:

  1. Bagaimanamata pelajaran Sejarah mengkaji nilai-nilai nasionalisme

  2. Bagaimana strategi pembelajaran penanaman rasa nasionalisme yang dilakukan guru Sejarah kepada setiap anak didiknya

  3. Apakah ada hambatan yang dialami oleh guru Sejarah dalam meningkatkan rasa nasionalisme tersebut.

  4. Bagaimana hasil yang dicapai oleh guru Sejarah dalam meningkatkan rasa nasionalisme

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai penanaman rasa nasionalisme melalui pembelajaran sejarah dapat menjadi bahan masukan bagi pengembang kurikulum dalam penyempurnaan materi Sejarah yang bermuatan dengan nasionalisme yang bisa meningkatkan sikap yang positiv bagi siswa Sekolah Menengah Atas.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan minat belajar Sejarah 2) Menambah wawasan dan pemahaman mengenai nasionalisme.

  b. Bagi Guru 1) Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Sejarah.

  2) Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Sejarah dalam peningkatan sikap nasionalisme siswa.

  3) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai guru.

  c. Bagi Sekolah 1) Diharapkan menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan segala kebijakannya supaya lebih mengarah pada pembinaan sikap dan perilaku terutama dalam pembinaan sikap nasionalisme siswa.

  2) Pengembangan jaringan dan kerjasama strategis antara sekolah dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan sekolah.

  d. Bagi Akademis 1) Memberi manfaat yang besar dalam melatih berpikir ilmiah melalui penelitian.

  2) Sebagai bekal bagi peneliti dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik.

  3) Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini yaitu pendidikan yang mengacu karakter dan budaya bangsa khususnya nasionalisme.

E. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka dalam penelitian berfungsi untuk menggambarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan sehingga dapat dijadikan pijakan bagi penelitian selanjutnya, terutama untuk menyempurnakan kekurangannya. Pada kesempatan ini penelitimencoba mengambil beberapa hasil penelitian yang peneliti anggap juga relevan dengan judul penelitian “Penanaman Rasa

  Nasionalisme Melalui Pembelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Negri Jatilawang Tahun Pelajaran 2013/2014

  ” yang di dalamnya membahas tentang bagaimana guru memberikan materi nasionalisme kepada siswa agar dapat meningkatkan rasa nasionalisme.

  ” yang didalamnya membahas bagaimana penanaman rasa nasionalisme melalui pembelajaran Sejarah di SMA Negeri Jatilawang, antara lain seperti hasil penelitian Tegar Pambayun, Zulfikar Awaludin.

  Pada hasil skripsi milik Tegar Pambayun dengan judul Penanaman Rasa Nasionalisme di SMP Negeri 2 Kalbagor Tahun Pelajaran 2012/2013 membahas tentang penanaman nilai-nilai Nasionalisme melalui kegiatan formal dan non fomal di lingkungan sekolah. Skripsi yang berjudul Peranan Pembelajaran IPS Sejarah Dalam Peningkatan Sikap Nasionalisme Siswa di SMP Negeri 2 Kutasari Tahun ajaran 2011/2012 yang dibuat oleh Zulfikar Awaludin berisi tentang peran serta guru mata pelajaran IPS dalam meningkatkan rasa nasionalisme siswa-siswa di SMP N 2 Kutasari. Hasil penelitiannya lebih mengerucut pada peran guru mata pelajaran IPS dalam menanamkan rasa nasionalisme melalui kegiatan belajar mengajar dengan metode ceramah bervariasi, Tanya jawab dan CTL.

  Berdasarkan penelitian diatas sekiranya ada dan memiliki persamaan dari hasil penelitian yang nanti akan muncul di dalam pembahasan yang peneliti kerjakan. Namun yang membedakan dalam penelitian yang peneliti kerjakan adalah untuk mengetahui bagaimana penanaman rasa nasionalisme melalui pembelajaran Sejarah. Penelitian ini akan mengupas bagimana strategi yang guru terapkan dalam meningkatkan rasa nasionalisme siswa melalui pelajaran Sejarah.

  Jelas kiranya penelitian mengenai nasionalisme, kiranya sangat penting demi generasi muda yang akan melanjutkan cita-cita bangsa dan menjaga keutuhan NKRI.

F. Kajian Teori dan Pendekatan

  1. Pengertian Sejarah Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah meliputi aturan waktu diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dipahami dan dimengerti. (Hugiono dan PK Poerwantana.1987;9). Sedangkan Aman (2011;15) mengemukakan bahwa sejarah adalah gambaran masalalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu itu.

  Sementara itu konsep dasar sejarah dan pelajaran sejarah di sekolah di jelaskan dalam Permen Diknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masayarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Terkait dengan pendidikan dasar hingga menengah pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik (Aman. 2011; 13) 2. Fungsi/ Manfaat Sejarah.

  Mempelajari sejarah bukan sekedar hapalan atau hanya sekedar cerita tentang suatu peristiwa besar yang kemudian dilupakan dan tanpa memperoleh pemahaman sedikitpun.Peristiwa sejarah pasti mengandung nilai. Nilai pembelajaran sejarah apa yang kita peroleh dapat dipergunakan pendapat Kochhar di bawah ini.Nilai keilmuan, sejarah memberikan pelatihan mental yang sangat bagus.

  a. Nilai informatif, sejarah merupakan pusat informasi yang lengkap dan menyediakan panduan untuk menemukan jalan keluar dari semua masalah yang dihadapai manusia. b. Nilai pendidikan, salah satu alasan terbaik untuk mengajarkan sejarah kepada anak-anak adalah nilai pendidikan yang terkandung didalamnya.

  c. Nilai etika, sejarah dianggap sebagai bagian yang sangat penting dalam kurikulum sekolah, terutama dalam hal pembelajaran moralitas.

  d. Nilai budaya, sejarah dapat menjadi instrumen yang sangat efektif untuk membuat pikiran manusia lebih berbudaya.

  1) Nilai politik, sejarah juga membantu perpolitikan di negri kita. 2) Nilai nasionalisme, sebagai instrument penggugah rasa cinta tanah air dalam pikiran anak-anak.

  3) Nilai Internasional, sejarah sangat berharga bagi pengembangan akar Internasionalisme yang rasional. Nilai kerja, sejarah memiliki nilai kerja. Berbagai pekerjaan terbuka bagi mereka yang menjadi sejarawan berkualitas.

  4) Nilai kependidikan, sejarah tidak hanya membantu para siswa dari berbagai umur dan kemampuan untuk menemukan posisi mereka di masa sekarang dengan cara menciptakan “hubungan yang menentramkan” dengan masa lampau, namun juga secara tidak langsung mengandung filsafat tentang asal-usul yang bermakna dimasa lalu dan tujuan yang bermakna di masa depan, yang menjadi alasan bagi kerja keras manusia dimasa sekarang ebruari 2014 pukul 14.04).

  3. Tujuan Mata Pelajaran Sejarah di SMA Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 Standar Isi untuk Satuan

  Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran sejarah di SMA secara rinci memiliki lima tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut;

  a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan

  b. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami faktor sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

  c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peaserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia dimasa lampau.

  d. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang

  e. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian bangsa Indonesia yang memiliki rasa banggga dan cinta tanah air yang dapat diimlementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun Internasional(Aman. 2006: 254)

  Kelima tujuan tersebut pada prinsipnya memiliki tujuan penting untuk membentuk dan mengembangkan tiga kecakapan peserta didik, yaitu kemampuan akademik, kesadaran sejarah, dan nasionalisme. (Aman. 2011;58)

  4. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah di SMA Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu.Pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara substantive, materi sejarah meliputi;

  1. Nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.

  2. Memuat kasanah mengenai peradaban bangsa- bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan baghan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan.

  3. Menenamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serat solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.

  4. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multi dimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari.

  5. Berguna untuk menamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. (Aman. 2011; 56)

  Adapun ruang lingkup materi sejarah berdasarkan peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mata pelajaran sejarah untuk sekolah menengah atas meliputi aspek-aspek yaitu : Prinsip dasar ilmu sejarah, peradaban awal masyarakat dunia dan Indonesia, perkembangan negara- negara tradisional Indonesia, Indonesia pada masa penjajahan, pergerakan kebangsaan, dan proklamasi dan perkembangan negara Indonesia (Aman dalam buku Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah .2011:101-102).

  5. Kinerja Guru Sejarah Dalam pembelajaran sejarah menurut Aman dalam Wiriatmaja dalam buku Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah (1992:66) 2011;95, mengatakan bahwa variable guru merupakan faktor penting bagi keberhasilan pembelajaran sejarah. Kinerja guru adalah faktor penting dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Guru yang memiliki kenerja baik akan mampu menyampaikan pelajaran yang baik dan bermakna, mampu memotivasi peserta didik, terampil dalam memanfaatkan media, mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan memiliki semangat dalam belajar,senang dalam proses pembelajaran, dan merasa mudah memahami matreri pelajaran yang di sampaikan oleh guru (Aman. 2011:96).

  6. Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Hasil belajar mata pelajaran sejarah mencakup kecakapan akademik, kesadaran sejarah, dan nasionalisme.Kecakapan akademik menyangkup ranah kognitif yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang berlaku. Penilaian kesadaran sejarah meliputi kemampuan: 1) menghayati makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang, 2) mengenal diri sendiri dan bangsanya, 3) mebudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa, 4) menjaga peninggalan sejarah bangsa. Sedangkan aspek nasionalisme menyangkut: 1) perasaan bangga siswa sebagai bangsa Indonesia, 2) rasa cinta tanah air dan bangsa, 3) rela berkorban demi bangsa, 4) menerima kemajemukan, 5) bangga pada budaya yang beraneka ragam, 6) menghargai jasa para pahlawan, 7) mengutamakan kepentingan umum (Aman. 2011:77)

  7. Nasionalisme Menurut (Hans Kohn dalam Sumantri 1984: 11) menjelaskan bahwa nasionalisme merupakanpaham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan pada negara kebangsaan. Perasaan yang sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda- beda.

  Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini.diakses 28 Januari 2014 pukul 15.45)

  Adapun pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian nasionalisme yaitu sebagai berikut: a. Menurut Anthony D. Smith (2003: 10) merupakan suatu ideologi yang meletakan bangsa di pusat masalahnya dan berupaya mempertinggi keberadannya.

  b. Menurut L. Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.

  c. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu: 1) Hasrat untuk mencapai kesatuan. 2) Hasrat untuk mencapai kemerdekaan. 3) Hasrat untuk mencapai keaslian. 4) Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. Dari definisi itu nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang: a) memiliki cta-cita bersama yang mengikat warga negara menjadi satu kesatuan; b) memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib sepenanggungan; c) memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama; d) menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah; dan e). teroganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.

  d. Selanjutnya menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.

  diakses pada 4 Februari 2014 pukul 19.21 WIB)

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud nasionalisme adalah sikap dan paham seseorang yang muncul dari dalam hati bagaimana ia menunjukkan rasa kesetiaanya kepada tanah air, tumpah darah negaranya dengan melihat pejuang memperjungkan kemerdekaan dari para penjajah untuk membentuk negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur

  8. Sikap Nasionalisme Sikap nasionalisme merupakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap orang untuk membentuk suatu negara nasional, mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan. Sikap nasionalisme terbentuk atas dasar persamaan nasib atau atas dasar persamaan wilayah.Sikap nasionalisme juga dapat diartikan sebagai perasaan yang sangat mendalam dalam suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya dan didasarkan atas persamaan bahasa, warna kulit kebudayaan, adat istiadat, agama dan ras serta persamaan cita- cita semangat dan keinginan.

  Cinta tanah air dan bangsa atau negara juga amerupakan contoh sikap nasionalisme yang harus dimiliki oleh kita sebagai warga negara yang baik.Sikap ini merupakan cerminan sikap nasionalisme yang diharapkan tumbuh dalam jiwa generasi-generasi penerus bangsa.Selain itu sikap mengutamakan kepentingan negara sendiri baik secara sosial politik dan ekonomi (termasuk didalamnya kesejahteraan rakyat) menjaga dan melestarikan budaya tradisi dari etnis yang ada pada negara tersebut.

  Sikap nasionalisme menurut Aman dalam buku Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah (2011:141) penilaian sikap dan tingkah laku siswa yang merujuk pada loyalitas pengabdian terhadap bangsa dan negaranya.

  Oleh sebab itu yang dimaksud dengan sikap nasionalisme siswa dalam pengetian ini adalah sikap menunjukkan kemauan, kesanggupan para siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program sekolah dalam menumbuhkan rasa naasionalisme siswa.hal ini tentunya telah diatur oleh sekolah dimana guru di sekolah akan membimbing dan mengarahkan kepada sisiwa dalam rangka memberikan bimbingan dan pendidikan yang baik tentang bagaimana menghargai bangsa sendiri hingga tercipta suatu kehidupan warga sekolah yang tahu dan sadar tentang hak dan kewajibannya sebaga warga negara yang baik untuk kemakmuran dan kejayaan bangsanya.

  Agar bisa menerapkan sikap nasionalisme yang luas tersebut lebih baik dimulai dari lingkungan sekolah. Artinya segala tindakan yang menunjukkan kecintaan, penghormatan dan pengakuan terhadap sekolahnya, menjaga nama baik sekolahnya menjaga dirinya sendiri dan perbuatan lainnya adalah wujud nasionalisme yang dapat di pertanggung jawabkan.

  9. Bentuk-Bentuk Nasionalisme

  a. Nasionalisme Kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan akti f rakyatnya, “kehendak rakyat”, “perwakilan politik”

  b. Nasionalisme Etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.

  c. Nasionalisme Romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semula jadi (“organik”) hasil dari bangsa atau ras, menurut semangat romantisme.

  Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik.

  d. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.

  e. Nasionalisme Kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah „national stateā€Ÿ adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri.Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.

  (http://muhamadsyani.wordpress.com/2011/04/18/pendidikan- kewarganegaraan-patriotisme-nasionalisme/ diakses 6 Februari 2014 pukul 07.25 WIB)

  10. Unsur-unsur nasionalisme Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut:

  a. Kesatuan (unity) yang mentransformasikan hal-hal yang Bhinneka menjadi seragam sebagai konsekuensi dari proses integrasi. Tetapi persatuan dan kesatuan tidak boleh disamakan dengan penyeragaman dan keseragaman.

  b. Kebebasan (liberty) yang merupakan keniscayaan bagi negeri- negeri yang terjajah agar bebas dari dominasi asing secara politik dan eksploitasi ekonomi serta terbebas pula dari kebijakan yang menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.

  c. Kesamaan (equality) yang merupakan bagian implisit dari masyarakat demokratis dan merupakan sesuatu yang berlawanan dengan politik kolonial yang diskriminatif dan otoriter.

  d. Kepribadian (identity) yang lenyap disebabkan ditiadakan dimarginalkan secara sistematis oleh pemerintah kolonial Belanda.

  e. Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan inspirasi dan kebanggaan bagi suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya untuk berjuang menegakkan kembali harga diri dan martabatnya di tengah bangsa (http://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/05/31/nasionalisme- indonesia-perspektif-sejarah-bangsa-dan-pancasila/nasionalisme Indonesia, perspektif sejarah bangsa dan Pancasila diakses pada 8 Februari 2014 pukul 9.44)

  11. Nasionalisme di Seluruh Dunia Nasionalisme sebagai ideologi gerakan politik di negara-negara

  Dunia ketiga berkembang setelah negara-negara yang tersebar di Asia,

  Afrika dan Amerika Latin membebaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme pada era setelah Perang Dunia II. Pada era perang kemerdekaan di negara-negara terjajah itu, nasionalisme menjadi ideologi perlawanan terhadap penjajahan.Abad ke 20 adalah masa pertama dalam sejarah, di mana seluruh umat manusia mempunyai sikap politik yang satu dan sama, yakni nasionalisme. Munculnya nasionalisme di mana-mana berarti menambah kesibukan rakyat dan timbulnya tuntutan supaya diadakan masyarakat baru.Akan tetapi nasionalisme berbeda-beda sifatnya menurut keadaan-keadaan sejarah yang khusus dan struktur yang khusus pula di setiap negeri.

  Nasionalisme di seluruh dunia tidak menyederhanakan atau melancarkan tugas untuk menciptakan suatu masyarakat manusia yang bersatu padu dan bergotong royong. Kecuali di Turki tak ada satupun bangsa di Timur Tengah dan Asia yang dalam tahun 1955 telah mencapai keseimbangan politik dan ekonomi yang mengandung tanda-tanda perkembangan yang lancar menuju kemerdekaan-kemerdekaan kewarganegaraan dan perubahan sosial. Ambisi-ambisi nasional dan cita- cita untuk memperluas daerah antara rakyat-rakyat di Asia mengundang kemungkinan terjadinya bentrokan-bentrokran diantara rakyat Asia seperti yang terjadi di antara bangsa-bangsa di Eropa (Kohn, 1984: 115).

  12. Nasionalisme di Indonesia Pada bulan Juni 1927Soekarno mengambil inisiatif mendirikan

  Partai Nasional Indonesia yang memainkan yaitu dalam mempersatukan perasaan nasionalisme bangsa Indonesia sebagai keseluruhan, tanpa memandang perbedaan kebudayaan , suku dan agama. Kesadaran ini mencapai puncaknya pada Sumpah Pemuda yang cemerlang pada waktu Konggres Pemuda Indonesia Kedua, pada tanggal 26- 28 Oktober 1928.

  Sumpah Pemuda itu berisi Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia, Kami putra dan putriIndonesia mengaku bernegara satu negara Indonesia, Kami putra dan putri Indonesia menjunjung berbahasa persatuan bahasa Indonesia.

  Perjuangan bangsa Indonesia mencapai titik kulminasi dengan di kumandangkannya Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945.Hal itu membuktikan bahwa nasionalisme Indonesia sudah merupakan faktor penentu perkembangan sejarah berdirinya negara republik Indonesia.

  Proses pengembangan kesadaran nasionalisme di Indonesia di pelopori oleh Bung Karno terutama sejak masa mudanya, yang berkeyakinan bahwa hanya dengan ide dan jiwa nasionalisme lah sekat- sekat etnik, suku, agama budaya dan tanah kelahiran bisa ditembus untuk menggalang persatuan perjuangan melawan kolonialisme.

  13. Pelestarian nasionalisme Pelestarian nasionalisme di sekolah dapat dicerminkan melalui bebrapa hal yaitu, kejujuran, pengorbanan, peduli lingkungan.saling menghargai. Kejujuran merupakan hal yang sangat sepele namun memiliki arti yang sangat besar, dan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup bangsa, sehingga kejujuran harus ditanamkan sejak usia dini dan kejujuran harus digunakan di manapun dan kondisi apapun. Di sekolah kejujuran sangat penting karena kejujuran merupakan perjuangan, perjuangan mempertaruhkan nama baik. Tidak kalah pentingnya dengan pengorbanan, pengorbanan dalam hal ini adalah tidak mementingkan kepentingan pribadi dan mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan bangsa.Karena penelitian ini dilakukan di lingkungan sekolah maka pengorbanan yang dilakukan adalah adanya sikap berkorban kepada warga sekolah.Kemudian peduli lingkungan, lingkungan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Kepedulian kita terhadap lingkungan akan membawa dampak yang baik, misalnya saja dalam kebersihan ruang kelas, kepedulian kita terhadap lingkungan sekolah. Dari hal kecil inilah membuat siswa siswi atau generasi muda menjadi terbiasa dan dapat meningkatkan sikap nasionalisme. Sikap saling menghormati terhadap sesama inilah sikap yang harus dijaga, karena Indonesia memiliki berbagai jenis suku bangsa, adat istiadat yang berbeda, dan agama yang berbeda juga, sehingga dengan sikap saling menghargai terciptalah suasana cinta damai, dan tidak akan terjadi G.

Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai

  Penanaman Rasa Nasionalisme di SMA Negeri Pada Siswa Kelas XI IPS Di SMA NegeriJatilawang adalah pendekatan kualitatif.Menurut Sugiyono

  (2010: 15) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci.Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara Purposive, teknik pengumpulan

  

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

  penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

  Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian

  

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

  (natural) (setting) Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretatif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah,obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut hal tersebut di ungkapkan oleh Sugiyono (2010: 14- 15).

  Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka pendekatan penelitian bertumpu pada pendekatan fenomenologis adalah berorientasi untuk memehami, menggali dan menafsirkan arti dari peristiwa- peristiwa, fenomena-fenomena dan hubungan denagan orang- orang biasa dalam situasi tertentu. Ini biasa disebut dengan penelitian kualitatif dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena- fenomena atau gejala sosial yang alamiah (nature), digunakan sebagai sumber data, pendekatan ini berdasarkan kenyataan lapangan(empiris) (Iskandar. 2009: 51).

  Peneliti juga menggunakan pendekatan sosial karena permasalahan yang dikaji merupakan nasionalisme.Pendekatan sosial digunakan untuk menganalisis berbagai persoalan yang berkaitan dengan keadaan sosial di dalam ataupun di luar lingkungan sekolah.Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan pendekatan inilah diharapkan bahwa Penanaman rasa nasionalisme melalui pembelajaran sejarah siswa kelas XI

  IPS di SMA Negeri Jatilawang dapat dideskripsikan secara lebih teliti dan mendalam.

  2. Desain Penelitian Untuk memberikan gambaran tentang penelitian ini maka dibuatlah desain penelitiannya yaitu sebagai berikut:

  Gambar1.1. Desain Penelitian

  Proses Hasil Guru

  Evaluasi Materi

  

Pembelajaran

Pembelajaran n

  3. Subyek Penelitian Subyek penelitian merupakan subyek penelitian yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.Dalam penelitian ini penelitiannya adalah guru mata pelajaran Sejarah dan siswa-siswa kelas XI IPS di SMA Negeri Jatilawang.SMA Negeri Jatilawang memiliki 4 kelas untuk kelas IPS.

  Jumlah siswa siswi di kelas XI IPS memiliki jumlah yang tidak sama, kelas XI IPS 1 memiliki 30 orang siswa, kelas IPS 2 memiliki 32 siswa, kelas XI IPS 3 memiliki 30 siswa dan di kelas XI IPS 4 memiliki 32 siswa.

  4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data dan mekanismenya peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini penelitian dilakukan dengan cara kuisioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi adalah sebagai berikut : a. Kuisioner/Angket

  Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi sepereangkat pertanyaan atau pertanyaan terulis kepada respoden untuk di jawabnya. Peneliti menggunakan angket tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternative jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.

  (Sugiyono. 2010 : 201).

  5

  1. Pada kuisioner ini terdapat 10 pernyataan pertimbangkan baik- baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran sejarah dan temukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar cocok dengan pilihanmu

  7 Angket Sikap Nasionalisme Petunjuk :

  1

  6. Rela berkorban untuk bangsa dan negara

  8

  10

  5. Menghargai jasa para pahlawan

  4. Mengutamakan kepentingan umum 9,4

  2

  3. Bangga pada budaya yang beraneka ragam

  2. Cinta tanah air dan negara Indonesia 3, 6

  1. Bangga sebagai bangsa Indonesia

Tabel 1.1 Kisi- Kisi Angket

  No Indikator Butir soal

Tabel 1.2 Butir Soal

  6. Rela berkorban untuk bangsa dan negara 1 , 7

  5. Menghargai jasa para pahlawan 8, 10

  4. Mengutamakan kepentingan umum 9,4

  2

  3. Bangga pada budaya yang beraneka ragam

  2. Cinta tanah air dan negara Indonesia 3, 6

  5

  1. Bangga sebagai bangsa Indonesia

  No Indikator No. Item

  2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya, jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.

  3. Catat respon anda pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk

  • –petunjuk lain yang diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terimakasih .

  Keterangan pilihan jawaban

  1. Sangat Setuju

  2. Setuju

  3. Ragu- ragu

  4. Tidak Setuju

  5. Sangat Tidak Setuju Nama : No. Absen : Kelas :

Tabel 1.3 Pernyataan Angket Nasionalisme

  No. PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN Menjaga keamanan dan keselamatan bangsa

  1. dan negara merupakan tugas setiap warga

  1

  2

  3

  4

  5 dan nergara Keanekaragaman suku bangsa dan budaya 2.

  1

  2

  3

  4

  5 mempererat persatuan dan kesatuan bangsa Cinta produk dalam negri merupakan wujud 3.

  1

  2

  3

  4

  5 dari nasionalisme Bencana yang terjadi di suatu daerah 4.

  1

  2

  3

  4

  5 dijadikan sebagai bencana nasional Membawa nama baik bangsa Indonesia ke 5.

  1

  2

  3

  4

  5 dunia Internasional Mengunakan bahasa Indonesia sebagai 6.

  1

  2

  3

  4

  5 bahasa pemersatu bangsa Pergolakan yang terjadi di berbagai daerah

  7. seperti Aceh, Papua dan Maluku merupakan

  1

  2

  3

  4

  5 tanggung jawab daerah masing- masing Perjuangan para pahlawan tidak memberi 8.

  1

  2

  3

  4

  5 dampak pada generasi muda Kepentingan bangsa dan negara harus

  9. diletakan diatas golongan pribadi dan

  1

  2

  3

  4

  5 golongan Menggunakan nama-nama pahlawan 10.

  1

  2

  3

  4

  5 sebagai nama- nama jalan. JUMLAH

  b. Observasi Observasi merupakan pengamatan, pencatatan secara sistematik kejadian- kejadian, peilaku, obyek- obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Iskandar, 2009: 121). Berkaitan dengan observasi ini, peneliti menggunakan observasi Partisipatif. Dengan observasi partisipatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Susan Stainback dalam Sugiyono (2010: 311) menyatakan

  “in participant observation the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities

  ” Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Untuk itu pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi pasif yaitu peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati, akan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan mereka. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Sejarah. Unsur yang diobservasi meliputi bagaimana guru melakukan penanaman rasa nasionalisme pada saat proses belajar mengajar dan siswa mengikuti proses belajar mengajar di SMA Negeri Jatilawang.

Dokumen yang terkait

BAHASA LISAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 23 78

WAYANG BEBER UNTUK PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 3 DI SMA N 1 SEPUTIH RAMAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 7 64

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 5 70

PEMBELAJARAN MEMBACA ASPEK KEBAHASAAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 99 67

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 66

PENGARUH MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1 DI SMA SWADHIPA NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

5 33 68

ANALISIS PEMBELAJARAN SEJARAH WAJIB DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 - UNS Institutional Repository

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA - repository perpustakaan

0 1 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP KETEPATAN SMASH DALAM PEMBELAJARAN BULUTANGKIS PADA KELAS XI SMA NEGERI 1 BATUAN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 - Repositori STKIP PGRI Sumenep

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - STUDI DESKRIPTIF RESPON SOSIAL PADA REMAJA DI SMK NEGERI KALIBAGOR - repository perpustakaan

0 0 8