PEMBELAJARAN MEMBACA ASPEK KEBAHASAAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

(2)

Mukti Arum Kusumadewi

ABSTRAK

PEMBELAJARAN MEMBACA ASPEK KEBAHASAAN PADA SISWA KELAS XI

SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

MUKTI ARUM KUSUMADEWI

Pembelajaran membaca aspek kebahasaan mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut merupakan permasalahan dari penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pembelajaran membaca aspek kebahasaan serta mengetahui keselarasan antara perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hal yang dideskripsikan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi nonpartisipasi. Peneliti mengamati objek penelitian dengan membuat daftar catatan dan mendokumentasikan objek penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu koleksi data, reduksi data, dan penyajian data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah melakukan tiga tahap kegiatan dalam pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada perencanaan pembelajaran komponen yang sesuai antara lain skenario pembelajaran, kesesuaian teknik pembelajaran, serta kelengkapan instrumen. Komponen yang belum sesuai yaitu tujuan pembelajaran karena kurang sesuai dengan format ABCD, sedangkan pemilihan materi, dan pemilihan sumber belajar karena tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pada pelaksanaan pembelajaran terlihat aktivitas pembelajaran meliputi kegiatan membaca, diskusi, dan persentasi. Evaluasi yang dilakukan oleh guru mencakup penilaian hasil dengan teknik tes tertulis yang dilakuan secara individu.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang pada 8 Desember 1992. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Santoso Pondhy dan R. Hamidah. Penulis pertama kali menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak AL-Hidayah Sawah Lama, Tanjungkarang Timur, pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 1998. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh penulis di SD Negeri 1 Sawah Lama, Tanjungkarang Timur pada tahun 1998 dan selesai pada tahun 2004. Kemudian penulis menyelesaikan studi pada tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 20 Bandar Lampung pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2007. Jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Mengengah Atas di SMA Negeri 13 Bandar lampung pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Universitas Lampung.

Pengalaman mengajar didapat penulis ketika melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Tumijajar, Tulang Bawang Barat pada Tahun Pelajaran 2013/2014.


(7)

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas nikmat pendidikan yang telah Tuhan Yang Maha Esa berikan, kupersembhakan karya ini kepada:

1. kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan doa, semangat, motivasi, serta cinta;

2. kakak dan adikku,Susi, Ayu, Adi yang senantiasa membantu dan memberikan semangat;

3. partner terbaikku; 4. keluarga besarku;


(9)

MOTO

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan Qalam. Dialah yang mengajar manusia

segala yang belum diketahui (QS. Al Alaq 1-5)

Maka sesungguhnya di samping kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya di samping kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Alam Nasyrah: 5-6)

Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkannya

di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan

menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada disisi-Nya. Barang siapa nerlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh

nasabnya (HR. Muslim)

Kebanyakan kegagalan hidup berasal dari orang yang tidak menyadari betapa

Sudah dekatnya mereka pada kesuksesan saat mereka memutuskan untuk menyerah


(10)

(11)

SANWACANA

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tujuan dituliskannya skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini

1. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, membeikan solusi, memotivasi, mengarahkan, menjelaskan, serta memberikan nasihat yang dapat bermanfaat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

2. Dr. Edy Suyanto, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, membeikan solusi, memotivasi, mengarahkan, menjelaskan, serta memberikan nasihat yang dapat bermanfaat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

3. Dr. Munaris, M.Pd., selaku Penguji Bukan Pembimbing, yang telah memberikan nasihat, bimbingan, dan saran kepada penulis;


(12)

4. Drs. Kahfie Nazaruddin M.Hum., selaku Ketua Pogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung yang telah mengayomi dan membantu penulis selama menempuh pendidikan;

5. Dr. Muhammad Fuad M.Hum., selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung yang telah membantu dan mengayomi penulis selama menempuh pendidikan;

6. Dr. Karomani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah membantu dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung yang telah banyak membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

8. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 9. Bapak dan Ibu staf administrasi Universitas Lampung;

10. Triyatmo, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 13 Bandar Lampung yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

11. Yuli Hariyanto, S.Pd., selaku Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia SMA Negeri 13 Bandar Lampung, sekaligus guru pedamping yang telah membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian;

12. Bapak dan Ibu guru staf tatausaha SMA Negeri 13 Bandar Lampung yang telah membantu peneulis selama penelitian;

13. Ayahku tercinta Bapak Santoso Pondhy dan Ibuku tercinta Ibu R. Hamidah yang tak henti-hentimnya memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan dan dorongan, nasehat,serta bimbingan yang diberikan selama menyelesaikan skripsi ini;


(13)

14. Kakakku dan Adikku, Susi, Ayu, Adhi yang selalau mendoakan, membantu, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

15. Seseorang yang selalu menemani, menyemangati, menghibur penulis selama menyelesaikan skripsi;

16. Keluarga besarku yang telah membantu dalam menyelesiakan pendidikan hingga sarjana;

17. Anik, Tanti, Shera, Nani, Acit, Oja, serta teman-teman Batrasia angkatan 2010 terimakasih atas kerja sama dan dukungannya;

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini;

Semoga ketulusan Bapak, Ibu, serta rekan-rekan mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis


(14)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

PERSEMBAHAN... v

MOTO ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembelajaran ... 6

2.1.1 Tujuan Pembelajaran... 6

2.2 Perencanaan Pembelajaran... 7

2.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 8

2.2.1.1 Tujuan dan Fungsi RPP... 8

2.2.1.2 Unsur yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyusunan RPP ... 9

2.3 Pengertian Strategi Pembelajaran ... 9

2.3.1 Klasifikasi Strategi Pembelajaran ... 10

2.3.1.1 Strategi Pembelajaran Langsung... 10

2.3.1.2 Strategi Pembelajaran Tak Langsung... 11


(15)

ix

2.3.1.4 Strategi Pembelajaran Empirik ... 11

2.3.1.5 Strategi Pembelajaran Mandiri... 12

2.4 Metode Pembelajaran... 12

2.5 Pengertian Media Pembelajaran... 12

2.5.1 Macam-Macam Media Pembelajaran ... 13

2.5.1.1 Media Audio ... 14

2.5.1.2 Media Visual ... 14

2.5.1.3 Media Audiovisual ... 14

2.5.2 Keterlibatan Siswa dalam Pemanfaatan Media... 14

2.6 Evaluasi Pembelajaran ... 15

2.7 Aktivitas Siswa... 16

2.8 Pengertian Membaca ... 16

2.8.1 Tujuan Membaca... 16

2.9 Jenis Membaca ... 17

2.9.1 Membaca Nyaring... 17

2.9.1.1 Keterampilan yang dituntut dalam Membaca Nyaring... 17

2.9.2 Membaca Dalam Hati ... 19

2.9.2.1 Membaca Ekstensif ... 19

2.9.2.2 Membaca Intensif... 21

2.9.2.3 Keterampilan yang dituntut dalam Membaca Dalam Hati... 24

2.10 Membaca Bahasa ... 25

2.11 Pengertian Pembelajaran Membaca………. 29

2.12 Arah dan Orientasi Pembelajaran ... 29

2.12.1 Siswa Mampu Menikmati Kegiatan Membaca ... 30

2.12.2 Mampu Membaca Dalam Hati dengan Kecepatan Fleksibel ... 30

2.12.3 Memperoleh Tingkat Pemahaman yang Cukup Atas Isi Bacaan ... 31

2.13 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca ... 31

2.14 Prosedur Pembelajaran Membaca ... 33

2.14.1 Tahap Prabaca ... 33

2.14.2 Kegiatan Membaca... 35

2.14.3 Kegiatan Pascabaca ... 36

2.15 Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaan... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 39

3.2 Sumber Data... 39

3.3 Teknik Pengambilan Data ... 40

3.4 Teknik Analisis Data... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan... 42


(16)

x

4.2.1 Kejelasan Rumusan Tujuan Pembelajaran... 45

4.2.2 Pemilihan Materi Ajar... 47

4.2.3 Pengorganisasian Materi Ajar ... 49

4.2.4 Pemilihan Sumber Belajar ... 51

4.2.5 Kejelasan Skenario Pembelajaran ... 53

4.2.6 Kerincian Skenario Pembelajaran ... 54

4.2.7 Kecapaian Teknik dengan Tujuan Pembelajaran ... 59

4.2.8 Kelengkapan Instrumen ... 60

4.3 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaan ... 62

4.3.1 Kegiatan Pendauluan ... 63

4.3.2 Kegiatan Inti... 66

4.3.3 Kegiatan Penutup ... 73

4.4 Evaluasi Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaan ... 75

4.5 Keselarasan Pelaksanaan dan Perencanaan Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaan ... 76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 82

5.2 Saran... 83 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Instrumen Penelitian... 84

Instrumen Perencanaan ... 85

Instrumen Pelaksanaan... 86

Silabus ... 87

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 93

Surat Penelitian Pendahuluan... 94

Surat Izin Penelitian ... 95

Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 96

Daftar Nilai Siswa ... 97

Lembar Kerja Siswa ... 98


(18)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1 Guru Melibatkan Siswa Dalam Pemanfaatan Media ... 65

Gambar 4.2 Siswa Mencatat Materi Penting ... 67

Gambar 4.3 Guru Menguasai Kelas ... 69

Gambar 4.4 Siswa Saat Berdiskusi ... 71

Gambar 4.5 Siswa Berdiskusi Dengan Guru... 72

Gambar 4.6 Siswa Mempersentasikan Hasil Diskusi ... 73


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang sangat sulit melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, karena suatu perubahan tingkah laku berhubungan dengan perubahan sistem syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba (Rohman dkk, 2013: 5). Belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor intern dan ekstern. Dalam faktor intern dipengaruhi oleh intelegensi, bakat, kemampuan motorik panca indra, dan skema berpikir yang dapat menunjang pembelajaran siswa. Faktor ekstern merupakan faktor yang dipengaruhi dari lingkungan luar seseorang antara lain, pengalaman sosial siswa, metode dalam mengajar serta strategi dalam mengajar. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran guru dituntut untuk dapat menyampaikan sebuah pengetahuan kepada peserta didik dengan menggunakan segala hal, baik itu media, strategi, ataupun metode pembelajarannya.

Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,


(20)

2

menantang, memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Wetty, 2006: 14). Bedasarkan pernyataan tersebut maka tugas guru adalah mewujudkan ketentuan tersebut bagaimana seorang guru harus dapat melakukan perencanaan pembelajaran yang didasarkan atas kurikulum, silabus, kondisi sekolah, siswa, dan guru, pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan atas perencanaan pembelajaran, serta penilaian hasil belajar didasarkan atas tujuan pembelajaran, sehingga terlaksana pembelajaran yang efektif dan efisien.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. (Tarigan, 2008: 7). Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari keterampilan lainnya. Ditinjau dari aspek isi atau tema terdapat dua aspek membaca yaitu membaca aspek kebahasaan dan membaca aspek kesastraan. Membaca aspek kebahasaan merupakan kegiatan membaca suatu bacaan dengan menerapkan keterampilan berbahasa. Bahan yang disajikan dalam membaca aspek kebahasaan ini bersifat ilmiah, bacaan populer, bacaan berita, dan bacaan yang berhubungan dengan kebahasaan. Adapun membaca aspek kesastraan merupakan kegiatan membaca dengan memperlihatkan keindahan. Membaca aspek kesastraan ini bahan bacaan yang dibaca berupa kesastraan seperti, teks drama, puisi, cerpen, novel, dan bacaan yang berhubungan dengan kesastraan. Untuk membatasi permasalahan dalam hal ini peneliti membatasi pada aspek kebahasaan. Kegiatan membaca aspek kebahasaan ini tertuang dalam silabus kelas XI SMA terutama pada KD


(21)

3

11.1 Mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan membaca cepat 300 kata per menit dan KD 11.2 Menemukan fakta dan opini pada editorial melalui membaca intensif. Pada saat ini kurikulum yang berlaku pada sekolah yang dijadikan tempat penelitian oleh peneliti yaitu kurikulum KTSP. Peneliti menganggap kurikulum KTSP merupakan kurikulum yang sebagian besar guru telah menguasai dan telah menerapkannya di kelas dibandingkan kurikulum 2013 yang masih belum tersosialisasi secara menyeluruh ke sekolah-sekolah. Kurikulum KTSP dianggap peneliti sesuai karena kurikulum ini berotonomi pada sekolah. Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kedaan sekolah. Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan diharapkan selaras agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Peneliti melihat guru memiliki kemampuan untuk melaksanakan dan merencanakan pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut dilihat dariskilldan jenjang pendidikan guru, sehingga sudah banyak pengalaman yang diperolehnya. Sekolah yang dipilih juga telah banyak mengikuti berbagai macam perlombaan baik di bidang akademik maupun Non Akademik yang banyak memperoleh juara.

Berdasarkan uraian di atas penulis mangambil sebuah judul Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaan Siswa Kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Bagaimana perencaan Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?


(22)

4

(2) Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014? (3) Bagaimana evaluasi Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaan

siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah mengetahui:

(1) Perencanaan pembelajaran membaca aspek kebahasaan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?

(2) Pelaksanaan pembelajaran membaca aspek kebahasaan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?

(3) Evaluasi pembelajaran membaca aspek kebahasaan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran yang dilakukan guru bidang studi Bahasa Indonesia. Khususanya pada perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan aktivitas siswa, dan hasil belajar peserta didik.

b. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan bahan masukan dalam melakukan penelitian pembelajaran membaca aspek kebahasaan bagi peneliti selanjutnya.


(23)

5

1.5 Ruang Lingkup Penelitin

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014.

(2) objek penelitian ini adalah pembelajaran membaca aspek kebahasaan (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi).


(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pembelajaran

Winkel (dalam Rohman dkk, 2013: 68), mengemukakan pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran merupakan proses dimana peserta didik memperoleh kejadian eksternal dan kemudian mempengaruhi kejadian internal peserta didik tersebut.

Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi dan sumber daya. Dengan demikian, diperlukan suatu strategi yang tepat dan efektif.

2.1.1 Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran harus dapat dikonsepkan secara jelas dan tepat oleh seorang guru. Untuk itu, guru dituntut untuk dapat merumuskan tujuan pembelajaran tersebut sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan jelas dan tepat.

Robert F. Mager (dalam Rohman dkk, 2013: 108), mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan


(25)

7

oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel (dalam Rohman dkk, 2013: 108), menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran merupakan suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (dalam Rohman, 2013: 108), bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebgai hasil belajar. Sejalan dengan itu, Oemar Hamalik (dalam Rohman, 2013: 108), menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapakan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang dijadikan tolok ukur dalam pembelajaran agar apa yang diharapkan dapat tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya pembelajaran.

2.2 Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2008: 2). Sedangkan, pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa (Rohman dkk, 2013: 44).

Berdasarkan pendapat ahli di atas penulis menarik kesimpulan bahwa perencanaan pembelajaran adalah sebuah proses dimana seorang guru merencanakan sebuah


(26)

8

pembelajaran dengan mengacu pada kurikulum khususnya silabus dengan menyesuaikan kondisi sekolah, guru, dan siswa. Perencanaan pembelajaran dibuat agar pembelajaran tersebut berjalan dengan efektif dan efesien sehingga tidak keluar dari arah yang seharusnya.

2.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum melaksanakan pembelajaran seorang guru haruslah siap segala hal baik itu yang tertulis maupun tidak. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat siap dalam proses belajar mengajar. Hal yang dapat dilakukan guru sebelum mengajar harus mempersiapkan sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus (Kunandar, 2011: 263).

RPP merupakan suatu tindakan guru dalam mencapai ketuntasasn kompetensi dan tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai dalam proses belajar mengajar.

2.2.1.1 Tujuan dan Fungsi RPP

Dalam setiap melakuakn sesuatu hal tentulah memiliki tujuan dan fungsi apa yang akan dihasilkan. Begitu pula dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru sudah pasti memiliki tujuan dan fungsi. Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk : (1) mempermudah, memperlancar, dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar, (2) dengan menyusun rencana pembelajaran yang profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana, sedangkan fungsi


(27)

9

RPP adalah sebagai acuan bagi guru dalam proses belajar mengajar agar dapat berjalan secara efektif dan efesien (Kunandar, 2011: 264).

2.2.1.2 Unsur-Unsur yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan RPP

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah (Kunandar, 2013: 265).

(1) Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan dalam silabus;

(2) Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari;

(3) Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung;

(4) Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.

2.3 Pengertian Strategi Pembelajaran

Seorang guru dalam membelajarkan peserta didik harus dapat memilih strategi yang tepat dan efesien. Strategi merupakan suatu usaha untuk memperoleh tujuan dan keberhasilan. Dalam proses belajar mengajar penggunaan strategi sangat dibutuhkan oleh seorang guru agar dapat mencapai kesuksesan dan keberhasilan mencapai tujuan. Berikut diuraikan beberapa definisi mengenai strategi pembelajaran menurut para ahli.


(28)

10

Kemp (dalam Rohman dkk, 2013: 24), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sejalan dengan itu, Gerlach dan Ely (dalam Rohman dkk, 2013: 25), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis sependapat dengan pendapat Kemp bahwa strategi merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dikerjakan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian, strategi dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk mencapai sebuah keberhasilan dan kesuksesan dalam belajar mengajar.

2.3.1 Klasifikasi Strategi Pembelajaran

Strategi dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu; (1) strategi pembelajaran langsung(direct instruction), (2) tak langsung(indirect instruction), (3) interaktif, (4) mandiri, (5) melalui pengalaman(experimental)(Rohman dkk, 2013: 29-30).

2.3.1.1 Strategi Pembelajaran Langsung

Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. Strategi pembelajaran langsung dapat mengembangkan kemampuan siswa serta


(29)

11

menumbuhkan pemikiran kritis namun strategi pembelajaran langsung dapat dikombinasikan dengan strategi pembelajaran lainnya.

2.3.1.2 Strategi Pembelajaran Tak Langsung

Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut dengan inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penemuan. Dalam strategi tersebut seorang guru dari penceramah berubah menjadi seorang fasilitator. Strategi pembelajaran tak langsung guru hanya memberikan fasilitas kepada peserta didik dengan mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat.

2.3.1.3 Strategi Pembelajaran Interaktif

Strategi ini menekankan pada diskusi dan sharing diantara peserta didik. Diskusi dan sharing ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan, dan pengetahuan guru serta temanya untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakannya.

2.3.1.4 Strategi Pembelajaran Empirik

Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif.

2.3.1.5 Strategi Pembelajaran Mandiri

Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Kelebihan dari


(30)

12

strategi ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab, serta kelemahannya adalah peserta didik belum dewasa sehingga sulit menggunakan pembelajaran sendiri.

2.4 Metode Pembelajaran

Selain strategi yang harus dipahami oleh seorang pengajar metode, dalam mengajar pun harus dipahami oleh seorang guru. Karena metode merupakan salah satu komponen dalam keberhasilan dalam mengajar. Menurut Fathurrahman Pupuh (2007) secara harfiah metode berarti cara. Dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan metode yang dilakukan guru harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar tercapainya tujuan dalam pembelajaran.

2.5 Pengertian Media Pembelajaran

Suatu pembelajaran akan dapat tersampaikan dengan mudah apabila pembelajaran tersebut menggunakan sebuah media yang menjadi alat untuk menransfer tujuan pembelajaran yang dimaksud. Berikut pengertian media pembelajaran menurut para pakar pendidikan.

Muyani Sumantri (dalam Rohman dkk, 2013: 156), mengemukakan menurut Bringgs (1970) ialah alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar, contoh: buku, film, kaset. Sejalan dengan itu, Arsito Rahardi (dalam Rohman dkk, 2013: 156), menuliskan menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Noehi Nasution (dalam Rohman dkk, 2013: 156), menuliskan media pembelajaran menurut (1) Gagne,


(31)

13

media pembelajaran sebgai komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, (2) Briggs, media pembelajaran adalah wahana fisik yang mengandung materi pelajaran, dan (3) Wilbur Schramm, media pembelajaran adalah teknik pembawa informasi atau pesan pembelajaran. Menurut Yususf Hadi Marso (dalam Rohman dkk, 2013: 156), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar.

Berdasarkan pengertian menurut para pakar di atas, penulis berpendapat yang sama dengan pendapat Muyani Sumantri (dalam Rohman dkk, 2013: 156), mengemukakan menurut Bringgs (1970) ialah alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar, contoh: buku, film, kaset.

2.5.1 Macam-Macam Media Pembelajaran

Media Pembelajaran sangat beragam dari yang sederhana ke yang berteknologi tinggi dari yang natural ke pembuatan sendiri oleh guru. Media tersebut sangat bermanfaat bagi proses pembelajaran bagi guru dan siswa. Menurut Sutikno (2013: 108-109) mengemukakan beberapa macam media pembelajaran.

Dilihat dari jenisnya media dibagi atas; (1) media audio, (2) media visual, dan (3) media audiovisual. Dilihat dari segi keadaannya dibagi atas; (1) media

audiovisual murni, dan (2) audiovisual buatan. Sedangkan, media dilihat dari bahan pembuatannya dibagi atas; (1) media sederhana, dan (2) media yang sulit didapat.

Bedasarkan pembagian media diatas banyak guru menggunakan media yang dilihat dari jenisnya.


(32)

14

2.5.1.1 Media Audio

Media audio merupakan media yang hanya mengandalkan suara saja, seperti radio, cassete recorder. Hal ini digunakan untuk melatih keterampilan menyimak anak. Banyak guru dalam keterampilan menyimak menggunakan media audio.

2.5.1.2 Media Visual

Media Visual merupakan media yang mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini menampilkan gambar atau simbol yang bergerak. Dalam hal ini guru sangat jarang menggunakan media ini.

2.5.1.3 Media Audiovisual

Media audiovisual merupakan perpaduan antara media audio dan media visual. Media yang mengandung unsur suara dan gambar. Media ini sering sekali digunakan oleh guru karena, memiliki kemampuan yang lebih baik.

2.5.2 Keterlibatan Siswa dalam Pemanfaatan Media

Media digunakan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk memberikan variasi dalam cara mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran. Pemanfaatan media dalam proses belajar mengajar harus melibatkan siswa. Dengan hal ini, maka siswa akan belajar dan berpengalaman. Pengalaman merupakan interaksi antara individu dan lingkungan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mengandung arti bagi individu. Pengalaman terdiri atas dua aspek antara lain, pengalaman langsung dan tak langsung. Burton (dalam Nasution, 2013: 98-100), mengemukakan tingkat-tingkat pengalaman langsung dan tak langsung yang berhubungan dengan media pembelajaran.


(33)

15

I. Pengalaman Langsung : Sesungguhnya turut serta melakukan dan mengalaminya.

II. Pengalaman Tak Langsung

A. Berdasarkan pengamatan langsung : Melihat peristiwa itu terjadi, menggunakan benda-benda dan alat-alat.

B. Berdasarkan gambar : Melihat film, melihat foto.

C. Berdasarkan lukisan : menggunakan peta, diagram, grafik, dan sebagainya. D. Berdasarkan bahasa : Membaca uraian tentang manusia, tempat-tempat,

peristiwa, dan benda-benda, mendengarkan uraian.

E. Berdasarkan lambang : Menggunakan lambang-lambang teknis, istilah, rumus, indeks, dan sebagainya.

2.6 Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan mengevaluasi, mengoreksi, menilai sebatas mana kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran. Evaluasi pembelajaran mencakup pembuatan pertimbangan tentang jasa, nilai atau manfaat program, hasil, dan proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian diatas dapat dilihat bahwa fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk pengembangan pembelajaran dan akreditasi. ( Dimyati dan Mudjiono, 2002: 221) Benyamin S. Bloom membagi tujuan pembelajaran menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Tujuan pembelajaran berhubungan erat dengan hasil belajar karena hasil belajar yang dicapai harus sesuai dengan tujuan belajar. Berdasarkan teori Bloom maka dapat dikategorikan tiga jenis hasil belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. (Sanusi, 1996: 4)


(34)

16

2.7 Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2008: 277).

2.8 Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis (Tarigan, 2008: 7).

Dari segi linguistik membaca adalah proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Anderson (dalam Tarigan, 1979 : 7), mengemukakan sebuah aspek pembacaan sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.

2.8.1 Tujuan Membaca

Dalam setiap kegiatan yang kita lakukan pasti memiliki tujuan begitu pula dengan membaca. Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna arti erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca (Tarigan, 1979: 9).


(35)

17

2.9 Jenis Membaca

Membaca merupakan suatu empat keterampilan dalam bahasa. Tingkat baca seseorang dapat dilihat bagaimana cara ia membaca suatu bacaan. Seseorang yang memahami bagaimana teknik membaca maka hasil yang didapat akan lebih besar begitu pula sebaliknya. Berdasarkan pernyataan tersebut maka jenis membaca dilihat dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca terbagi atas dua jenis yaitu: (a) membaca nyaring dan, (b) membaca dalam hati (Tarigan, 2008: 23).

2.9.1 Membaca Nyaring

Membaca nyaring merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang (Tarigan, 2008: 23).

2.9.1.1 Keterampilan yang Dituntut dalam Membaca Nyaring

Barbe dan Abbott, 1975 dan Dawson, 1963 (dalam Tarigan, 2008: 26), mengemukakan kegiatan membaca nyaring merupakan kegiatan yang menuntut berbagai macam keterampilan. Keterampilan tersebut harus dapat dilatih sedini mungkin yaitu pada tingkat sekolah dasar. Keterampilan yang dilatih pada tingkat sekolah dasar dapat dijadikan modal untuk ketingkat lanjutan yaitu pertama dan atas. Berikut keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring ditingkat sekolah dasar:

(a). Kelas I

(1) Mempergunakan ucapan yang tepat, ( 2) Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata), (3) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar


(36)

18

makna mudah terpahami, (4) Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik, (5) Menguasai tanda-tanda sederhana, seperti titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!).

(b) Kelas II

(1) Membaca dengan terang dan jelas, (2) Membaca dengan penuh perasa dan ekspresi, (3) Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.

(c) Kelas III

(1) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi, (2) Mengerti serta memahami bahan bacaan.

(d) Kelas IV

(1) Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar, (2) Ketepatan mata dan suara: 3 patah kata dalam satu detik.

(e) Kelas V

(1) Memabaca dengan pemahaman dan perasaan, (2) Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan, (3) Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan.

(f) Kelas VI

(1) Memabaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi, (2) Membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri) dan mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat.


(37)

19

2.9.2 Membaca Dalam Hati

Membaca dalam hati merupakan proses membaca yang mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Kegiatan membaca dalam hati banyak dilakukan pada sekolah tingkat lanjutan yaitu atas dan menengah. Dengan demikian, kegiatan membaca dalam hati seharusnya dilatih semenjak anak-anak sudah dapat membaca sendiri. Secara garis besar membaca dalam hati ini terbagi atas (a) membaca ekstensif dan, (b) membaca intensif (Tarigan, 2008: 32).

2.9.2.1 Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif merupakan kegiatan membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu sesingkat mungkin. Tujuan membaca ekstensif yaitu untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga membaca secara efesien dapat terlaksana. Membaca ekstensif terbagi atas tiga yaitu (1) membaca survey, (2) membaca sekilas, dan (3) membaca dangkal (Tarigan, 2008: 32).

(1) Membaca Survey

Membaca survey merupakan kegiatan membaca untuk meneliti apa yang kita telaah. Kegiatan membaca survey ini dilakukan dengan jalan.

a) Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku; b) Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam

buku-buku yang bersangkutan.


(38)

20

Kecepatan serta ketepatan dalam mensurvey bahan bacaan ini sangat penting karena menentukan berhasil atau tidaknya sesorang dalam studinya.

(2) Membaca Sekilas

Membaca sekilas merupakan kegiatan membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi penerangan. Tujuan utama dalam membaca sekilas yaitu, (a) untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat, (b) untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan, (c) untuk menemukan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan (Albert 1961 dalam Tarigan, 2008: 33).

B. Macam-Macam Teknik Membaca Cepat

Dalam membaca cepat untuk memperoleh isi wacana, menemukan gagasan pokok, ataupun ide pokok haruslah seseorang menguasai teknik dalam membaca cepat. Berikut teknik yang dapat dilakukan dalam membaca cepat.

a. Skimming

Teknik membaca cepatskimmingadalah teknik untuk mencari gagasan pokok atau hal-hal penting yang ada di dalam bacaan. Contohnya: membaca ensiklopedia, kamus, index, yellow pages,dan lain-lain. Teknik Skimming dapat dilakukan apabila seseorang ingin mengenali topik bacaan, ingin melakukan penyegaran akan apa yang pernah dibaca, ingin mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan, ingin mengetahui pendapat seseorang secara umum.


(39)

21

b. Scanning

Teknik membaca cepatscanningadalah teknik membaca untuk memahami informasi dari suatu bacaan

C. Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan mambaca.

Banyak sekali seseorang dalam membaca masih sulit dalam memahami sebuah wacana terutama dalam membaca cepat. Untuk itu seseorang harus dapat menghindari hal tersebut berikut hambatan yang sering dilakukan dalam membaca cepat yaitu (a) vokalisai atau bergumam ketika membaca, (b) membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara, (c) kepala bergerak searah tulisan yang dibaca, (d) subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita, (e) jari tangan selalu menunjuk tulisan yang sedang kita baca;

(f) gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya.

( http://bloggerndesonet.blogspot.com/2014/01/pengertian-membaca-cepat-teknik-membaca.html 10.16)

(3) Membaca Dangkal

Membaca dangkal pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Kegiatan membaca dangkal biasanya dilakukan hanya demi kesenangan seperti membaca novel, cerpen, dan lain-lain.

2.9.2.2 Membaca Intensif

Membaca Intensif merupakan studi saksama, telaah isi, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua


(40)

22

sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif terbagi atas (1) membaca telaah isi, dan (2) membaca telaah bahasa (Tarigan, 2008: 37).

(1) Membaca Telaah Isi

Membaca telaah isi merupakan kegiatan untuk mengetahui dan menelaah isinya secara mendalam, serta ingin membacanya dengan teliti. Membaca telaah isi dapat terbagi atas empat jenis yaitu, (a) membaca teliti, (b) membaca pemahaman, (c) membaca kritis, (d) membaca ide (Tarigan, 2008: 40).

(a) Membaca Teliti

Membaca teliti seperti dengan membaca sekilas yaitu diperlukan ketelitian dalam membaca bahan-bahan yang kita sukai. Jenis membaca teliti menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh. Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan, antara lain.

1) survey yang cepat untuk memperhatikan/melihat organisasi dan pendekatan umum;

2) membaca secara saksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting;

3) penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel.

(b) Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memahami (1) standar dan norma-norma kesusatraan, (2) reensi kritis, (3) drama tulis, (4) pola-pola.


(41)

23

(c) Membaca Kritis

Albert ( et al) 1961 (dalam Tarigan, 2008: 92), mengemukakan membaca kritis merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evalutiv, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. (d) Membaca Ide

Membaca ide merupakan sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacan.

(2) Membaca Telaah Bahasa

Kegiatan membaca yang menelaah isi dan bentuk dalam suatu bacaan. Telaah bahasa ini merupakan dwi tunggal yang utuh karena terdiri atas isi dan bahasa. Isi dianggap sebagai rohani dan bacaan dianggap sebagai jasmani sehingga terlihat keindahannya. Membaca telaah bahasa ini terdiri atas dua jenis yaitu membaca bahasa dan sastra (Tarigan, 2008: 123).

(a) Membaca Bahasa

Tujuan dalam membaca bahasa ini yaitu untuk mengembangkan daya kata dan mengembangkan kosa kata. Daya kata digunkan untuk berbicara dan menulis, sedangkan kosa kata digunakan untuk membaca dan menyimak (Tarigan, 2008: 123).

(b) Membaca Sastra

Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi. Suatu karya sastra dikatakan baik apabila bentuk dan isinya menimbulkan keindahan. (Tarigan, 2008:141)


(42)

24

2.9.2.3 Keterampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati

Keterampilan membaca dalam hati agar tercapai sebaiknya dilakukan pada tingkat sekolah dasar sebelum melanjut ke tingkat pertama dan menengah. Semakin tinggi tingkat seseorang maka teknik membacanya pun tinggi. Berikut keterampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati di tingkat sekolah dasar (Tarigan, 2008: 38-39).

(a) kelas I

(1) membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan bibir, dan tanpa berbisik, (2) membaca tanpa gerakan kepala.

(b) kelas II

(1) membaca tanpa gerakan bibir atau kepala, (2) membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara.

(c) kelas III

(1) membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir, (2) memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati, (3) lebih cepat membaca dalam ati daripada membaca bersuara.

(d) kelas IV

(1) mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar, (2) kecepatan mata dalam membaca 3 kata per detik.

e) kelas V

(1) membaca dalam hati jauh lebih cepat daripada membaca bersuara, (2) membaca dengan pemahaman yang baik, (3) membaca tanpa gerakan bibir atau


(43)

25

kepala serta tidak menunjuk dengan jari tangan, (4) membaca bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu, senang membaca dalam hati.

(f) kelas VI

(1) membaca tanpa gerakan bibir, tanpa komat kamit, (2) dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan, (3) dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada tingkat dasar (Barbe and Abbott 1975 dalam Tarigan, 2008: 39).

2.10 Membaca Bahasa

Membaca bahasa merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengembangkan daya kata dan memperkaya kosa kata. Daya kata terdiri atas dua jenis yaitu, daya kata yang dipergunakan dalam berbicara dan menulis. Daya kata yang dipergunakan dalam membaca untuk memaknai secara jelas dan tepat sedangkan, daya kata yang dipergunakan dalam membaca dan menyimak merupakan daya kata untuk menghadapi serta menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup dari kata-kata tersebut, sehingga dapat dimengerti (Tarigan, 2008: 123-124).

Untuk menegmbangkan daya kata dan memperkaya kosa kata berikut hal-hal yang dapat diperhatikan.

A. Memperbesar Daya Kata

Dalam kegiatan membaca bahasa berikut hal-hal yang dapat diperhatikan, (1) ragam-ragam bahasa, (2) mempelajari makna kata dari konteks, (3) bagian-bagian kata, (4) penggunaan kamus, (5) makna-makna varian, (6) idiom, (7) sinonim dan antonim, (8) konotasi dan denotasi, (9) derivasi (Tarigan, 2008: 124).


(44)

26

1. Ragam-ragam Bahasa

Secara garis besar ragam bahasa dapat dibedakan atas lima jenis antara lain: (1) bahasa formal, (2) bahasa informal, (3)bahasa percakapan, (4) bahasa kasar, (5)bahasa slang. Kelima ragam bahasa tersebut merupakan ragam bahasa yang harus dikuasai untuk dapat memperbesar daya kata. Ragam bahasa tersebut merupakan ragam bahasa yang perlu dipahami satu per satu untuk memperbesar daya kata.

2. Mempelajari Makna Kata dari Konteks

Dalam sebuah konteks banyak makna kata yang ditemui. Sesorang mungkin sulit dalam memperoleh makna kata dari sebuah konteks. Makna kata dari sebuah konteks dapat diperoleh melalui pengalaman dan bacaan. Semakin banyak pengalaman semakin banyak kosa kata yang ditemui. Bacaan merupakan hal yang sering dilakukan orang ketika mengisi waktu luang, dengan bacaan maka kosa kata dapat ditemui dengan demikian daya kata dapat bertambah dengan bertambahnya kosa kata.

3. Bagian-bagian Kata

Bagian-bagian kata dapat pula memperbesar daya kata. Bagian-bagian kata seperti, kata dasar, awalan, akhiran, sisipan dapat digunakan untuk memahami sebuah makna kata dari sebuah konteks dengan bantuan bagian-bagian kata tersebut maka makna kata dalam sebuah konteks dapat dicerna dengan baik.

4. Penggunaan Kamus

Kamus merupakan sesuatu yang dapat membantu seseorang dalam mengalami kesuliatan mengenai arti sebuah kata yang sulit. Dalam kamus terdapat kosa kata


(45)

27

yang dapat ditemui semakin banyak kita membaca kamus semakin banyak kosa kata yang diperoleh dan semakin besar daya kata yang diterima.

5. Aneka Makna

Dalam sebuah bahasa banyak aneka makna yang terkandung. Aneka makna tersebut dapat memperbesar daya kata seseorang. Aneka makna dapat diperoleh saat seseorang membiasakan memperlihatkan makna-makna berbeda yang dikandung sebuah kata.

6. Idiom

Idiom merupakan suatu kata yang bermakna khusus yang tidak dapat dimaknai dengan satu kata melainkan secara keseluruhan. Kata idiom ini dapat membantu memperbesar daya kata seseorang, semakin banyak kosa kata yang diperoleh maka kata idiom akan mudah ditemukan dan daya kata semakin besar.

7.Sinonim dan Antonim

Daya kata dapat diperoleh melalui penggunaan sinonim dan antonim dalam berbicara dan menulis serta memahami maknanya saat kegiatan membaca. Penggunaan sinonim dan antonim ini dapat membantu memperoleh daya kata.

8. Konotasi

Konotasi merupakan kata yang dapat membangkitkan arus yang terpendam sehingga dapat memesona kita dengan kejutan. Seperti, kata ibu dapat dihubungkan dengan kelembutan, kasih sayang, asuhan, pengorbanan, dan perawatan. Penggunaan konotasi dapat memperbesar daya kata seseorang dari satu kata dapat memperoleh kata-kata lainya.


(46)

28

9. Derivasi Kata

Derivasi kata atau asal usul kata merupakan suatu yaang dapat dilakukan untuk memperbesar daya kata. Dalam pembedaharaan bahasa Indonesia banyak sekali kata-kata sing yang memperkaya seperti, bahasa Arab, Belanda, sansekerta, Cina, Portugis, dan Persia. Kata dalam bahasa Indonesia banyak memperkaya dari kata-kata asing. Semakin banyak derivasi kata-kata semakin bayak daya kata-kata yang diperoleh.

B. Mengembangkan Kosa Kata Kritik

Memperbesar daya kata hanya dapat berhasil dengan baik apabila diikuti upaya memperkaya kosa kata. Pembaca yang baik adalah pembaca yang kritis sehingga memerlukan kosa kata kritik yang memadai. Berikut upaya mengembangkan kosa kata kritik (1) bahasa kritik suara, (2) memetik makna dari konteks, (3)petunjuk-petunjuk konteks (Tarigan, 2008: 133).

(1) Bahasa Kritik Suara

Bahasa yang digunakan untuk memahami bacaan dengan menilai. Kata-kata yang digunakan dapat mengekspesikan kemurahan hati, ketidaksetujuan, ketidakacuhan, atau ketidakpastian dengan tepat.

(2) Memetik Makna dari Konteks

Membaca bahan bacaan agar memperoleh makna-makna baru harus memiliki metode atau cara untuk menemukan makna itu. Makna dapat diperoleh dengan melihat petunjuk yang dapat berupa sufiks, infiks, prefiks, dasar kata. Berdasarkan petunjuk itu maka makna dapat dipetik dari sebuah konteks.


(47)

29

(3) Petunjuk-petunjuk Konteks

Petunjuk-petunjuk konteks dapat membantu dalam mengembangkan kosa kata. petunjuk itu dapat dijumpai pada kata-kata baru atau yang tak lazim. Petunjuk konteks dapat berupa definisi, contoh, uraian baru, mempergunakan pengubah, dan mempergunakan kontras.

2.11 Pengertian Pembelajaran Membaca

Membaca merupakan seluruh aktivitas yang dilakukan pembaca untuk memeroleh informasi yang terkandung dalam sebuah bahan bacaan. Produk membaca merupakan hasil dari proses membaca yakni pemahaman atas isi bacaan. Jadi, pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai serangkaian kativitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca di bawah arahan, bimbingan, dan motivasi guru (Yunus, 2012: 148).

Pembelajaran membaca bukan hanya sebatas proses membacanya tetapi melibatkan aktivitas visual dan kognisi untuk memahami, mengkritisi, dan memproduksi sebuah bacaan. Seperti, seorang guru memberikan sebuah tanggapan mengenai cerita. Kemudian siswa pun memberi tanggapannya mengenai cerita tersebut. Dari hasil tersebut maka siswa dapat membuat sebuah cerita. Hal tersebutlah yang disebuat dengan pembelajaran membaca bukan hanya pemahaman tetapi aktivitas dalam pembelajaran tersebut.

2.12 Arah dan Oreintasi Pembelajaran Membaca

Dalam kegiatan belajar mengajar tentu memiliki arah tujuan mau diarahkan kemana pembelajaran tersebut. Suatu kegiatan yang dilakukan tanpa adanya arah maka hasilnya pun akan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam


(48)

30

pembelajaran membaca ini secara umum harus mengarah pada tujuan utama pembelajaran membaca. Ketiga tujuan tersebut yaitu; 1) memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca, 2) mampu membaca dalam hati dengan kecepatan fleksibel, 3) serta memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan (Yunus, 2012: 149).

2.12.1 Siswa mampu menikmati kegiatan membaca

Tujuan pertama pembelajaran ini dapat ditafsirkan agar siswa mencitai membaca. Tujuan ini penting karena sebagai modal agar siswa dapat membaca sekaligus sebgai pembaca. Namun, di dunia sekolah banyak siswa hanya dapat membaca tetapi bukan seorang pembaca. Hal ini pastilah sangat membosankan bagi siswa. Dalam hal ini maka diharapkan siswa dapat menciptakan cinta membaca bukan hanya mampu membaca.

2.12.2 Mampu membaca dalam hati dengan kecepatan fleksibel

Tujuan kedua dalam dalam pembelajaran membaca adalah siswa mampu membaca dalam hati dengan kecepatan fleksibel. Tujuan pembelajaran membaca pada poin kedua haruslah diarahkan pada siswa mampu memiliki kecepatan baca yang fleksibel. Fleksibilitas dapat diartikan sebagai gaya yang digunakan dalam membaca. Jadi, dengan gaya yang berbeda maka hasil dalam membaca akan berbeda. Fleksibilitas membaca menyarankan untuk dapat memiih variasi kecepatan membaca yang beragam. Pembaca harus dapat menentukan kapan harus membaca cepat, lenyap, ataupun loncat.


(49)

31

2.12.3 Memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan

Tujuan pembelajaran membaca yang ketiga yaitu menyarankan agar pembelajaran membaca secara khusus menguasai berbagai macam strategi dalam membaca. Dengan mnguasai berbagai macam strategi membaca maka kegiatan membaca dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Semua strategi membaca pada umumnya merupakan panduan bagi pembaca agar fokus dalam membaca. Strategi membaca juga menyarankan pada pembaca untuk memiliki tujuan baca yang optimal dengan demikian dapat dnegan jelas tujuan baca tersebut. Berdasarkan ketiga tujuan tersebut maka dalam pembelajaran membaca dapat terarah sesuai yang diharapkan oleh pembaca. Sehingga, proses pembelajaran membaca dapat terarah.

2.13 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca

Langkah awal agar dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran membaca adalah memahami berbagai macam prinsip pembelajaran membaca. Menurut Nuttal (1996) (dalam Yunus, 2012: 155), mengemukakan beberapa prinsip umum pembelajaran membaca. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak. Hal ini berarti pembelajaran membaca tidak adapat dilakukan secara sporadis tetapi dilakukan secara bertahap. Beberapa tahapan dalam pembelajaran membaca tersebut.

a. Memberanikan anak membaca. b. Mendorong anak membaca.

c. Menjajaki kemampuan baca anak agar mengetahui kelemahan anak dalam membaca.


(50)

32

d. Modeling membaca: mendemonstrasikan cara-cara yang dibutuhkan anak dalam membaca.

e. Klarifikasi: memberikan contoh baca, menjelaskan strategi membaca dan memberi pembelajaran secara eksplisit jika diperlukan.

Brown (2001) (dalam Yunus, 2012: 157), mengemukakan bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran membaca pemahaman, perlu diperhatikan beberapa pronsip dasar mendesain pembelajaran membaca pemahaman. Beberapa prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Yakinlah bahwa kita tidak mengabaikan pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran membaca secara spesifik.

2. Gunakan teknik/strategi pembelajaran membaca yang mampu membangun motivasi intirnsik siswa.

3. Perhatikan keaslian dan keterbacaan wacana yang kita pilih. 4. Terapkan strategi paling tepat untuk setiap bahan bacaan.

5. Terapkan model baca interaktif selama proses pembelajaran membaca. 6. Laksanakan prosedur pembelajaran membaca dengan membaginya kedalam

tiga tahapan yakni tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca. 7. Gunakan prinsip strategi membaca pemahaman berikut dalam pelaksanaan

proses pembelajaran.

a. Identifikasikan tujuan baca secara jelas dan nyata.

b. Gunakan teknik membaca dalam hati yang efesien serta gunakan kecepatan membaca yang fleksibel.

c. Gunakan strategi membaca skimming untuk menemukan ide pokok bacaan. d. Gunakan strategi membaca skaning untuk menemukan informasi


(51)

33

khusus/penjelas.

e. Gunakan peta konsep untuk mempermudah pemahaman bacaan.

f. Gunakan tebakan untuk mendefenisikan kata yang belum diketahui maknanya. g. Analisislah lebih lanjut kata/kosakata yang belum dipahami tersebut.

h. Bedakan antara makna literal dan makna impikatif.

i. Tandai penanda wacana yang menandakan keterhubungan antara ide satu dengan ide lainnya.

Prisip-prisip pembelajaran membaca harus dapat dipahami dan diketahui, karena hal tersebut diperlukan untuk memperoleh hasil membaca yang maksimal.

2.14 Prosedur Pembelajaran Membaca

Proses pembelajaran membaca secara garis besar terdiri atas tiga tahapan yakni; 1). Tahapan prabaca, 2). Tahapan membaca, 3). Tahapan pascabaca (Yunus, 2012: 159).

2.14.1 Tahapan Prabaca

Rahim (2007) (dalam Yunus, 2012: 159), mengemukakan bahwa pengajaran membaca dilandasi oleh pandangan teori skemata, berdasarkan pandangan tersebut membaca adalah proses pembentukan makna terhadap teks. Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum melakukan kegiatan membaca.

Dalam kegiatan prabaca guru mengarahkan perhatian pada skemata siswa yang berhubungan dengan teks bacaan. Skemata adalah latar belakang mengenai pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki mengenai informasi atau konsep


(52)

34

tentang sesuatu. Dengan demikian maka siswa harus memiliki tujuan antara bahan bacaan dengan hubungan bahasa lisan dan bahasa tulis.

Hadley (2001) (dalam Yunus, 2012: 160), mengemukakan berbagai variasi kegiatan prabaca sebagai berikut.

a. Curah pendapat untuk membangkitkan ide yang memiliki kemungkinan besar ada dalam teks.

b. Melihat judul tulisan,headlinebacaan, grafik, gambar, atau unsur visual lain yang ada dalam bacaan.

c. Merumuskan isi prediksi bacaan.

Cox (1999) mengemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan prabaca sebagai berikut.

a. Menjelaskan gambaran awal

Gambaran awal cerita memberikan informasi kepada siswa mengenai isi cerita yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman.

b. Petunjuk untuk melakukan antisipasi

Petunjuk dirancang untuk menstimulasi pikiran , berisi pertanyaan- pertanyaan deklaratif yang berkaitan dengan materi yang akan dibaca.

c. Pemetaan semantik (peta konsep)

Pemetaan semantik merupakan strategi parabaca yang dilakukan untuk memperkenalkan kosakata yag ditemukan dalam bacaan dan dihubungkan dengan pengetahuan awal siswa dengan informasi yang didapat dari bacaan.


(53)

35

d. Menulis sebelum membaca

Siswa diminta untuk menuliskan pengalaman pribadi yang relevan dengan isi bacaan sebelum membaca materi. Kegiatan menulis sebelum membaca dapat bermanfaat khususnya bagi kegiatan mengerjakan tugas, respon yang lebih rumit terhadap karakter dan reaksi yang lebih positif.

e. Drama atau simulasi

Drama atau simulasi memberikan gambaran mengenai suatu cerita dan membiarkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam cerita sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing (Yunus, 2012: 160).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka kegiatan membaca prabaca yang dapat dilakukan antara lain (1) curah pendapat, (2) eksplorasi visual, (3) membuat prediksi, (4) membuat pertanyan membuat pemandu, (5) membuat peta simantik, (6) dramatisasi, (7) menggali skema, (8) mengungkapkan keingintahuan, (9) tebak cerita (Yunus, 2012: 161).

2.14.2 Kegiatan Membaca

Setelah kegiatan prabaca dilaksanakan dalam pembelajaran membaca, maka tahapan selanjutnya yaitu kegiatan membaca. Pada tahapan ini banyak variasi yang dapat digunakan oleh guru dengan strategi yang dipilih oleh guru atau siswa. Kegitan ini sangat bergantung pada metode yang dipilih. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain (1) menemukan inti gagasan, (2) mengidentifikasikan kata kunci, (3) mengutip bacaan, (4) menjaring data, (5) mengisi format bacaan, (6) merespons bacaan, (7) membuat peta konsep bacaan, (8) sharing ide dan


(54)

36

diskusi, (9) menguji diksi, (10) menjaring kata sulit, (11) menguji fakta opini, dan lain-lain (Yunus, 2012: 161).

2.14.3 Kegiatan Pascabaca

Tahapan pembelajaran membaca yang terakhir yaitu kegiatan pascabaca. Kegiatan pascabaca merupakan tahapan pembelajaran membaca bertujuan untuk menguji kemampuan membaca dan memantapkan kemampuan membaca para siswa. Burns Rahim (2007), mengemukakan bahwa kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi (dalam Yunus, 2012: 161).

Nuttal (1996) memberikan alternatif yang dapat guru pilih pada kegiatan pascabaca, walaupun dalam pandangan penulis aktivitas ini lebih cenderung pada tahapan pembelajaran inti membaca, beberapa alternatif tersebut adalah sebagai berikut (dalam Yunus, 2012: 162).

a. Membandingkan hipotesis yang disusun pada tahapan prabaca dengan isis bacaaan sehingga jika prediksi tersebut meleset siswa diajak untuk membangun pemahaman baru atas isi wacana.

b. Membangun respons atas isi bacaan.

c. Diskusi dan adu argumen tentang isi bacaan. d. Membahas isi wacana secara utuh dn menyeluruh.

e. Membuat tulisan reproduksi atau rangkuman atas isi wacana. f. Menguji pemahaman membaca.

Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran membaca harus dilakukan melalui tiga tahapan yakni, prabaca, membaca, dan pascabaca. Tahapan-tahapan tersebut


(55)

37

merupakan tahapan yang wajib dilalui oleh siswa, karena dengan tiga tahap tersebut terlihat aktivitas belajar siswa. Tanpa aktivitas siswa maka kegiatan yang dilakukan bukan pembelajaran membaca. Sejalan dengan konsep pembelajaran bahwa pembelajaran adalah serangkaian aktivitas siswa.

2.15 Pembelajaran Membaca Aspek Kebahasaaan

Pembelajaran merupakan serangakain aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu dalam bimbingan dan arahan serta motivasi dari seorang guru. Kegiatan pembelajaran di sekolah harus meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu, keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Empat keterampilan tersebut dalam pembelajaran di sekolah dibagi atas dua aspek yaitu aspek kebahasaan dan kesastraan dengan tujuan agar siswa memahami dalam bidang bahasa dan sastra. Pembelajaran membaca aspek kebahasaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan kosa kata dan daya kata dengan menggunakan keterampilan berbahasa ( Tarigan, 2008: 123). Pembelajaran membaca aspek kebahasaan ini yaitu membaca cepat 300 kata per menit dan menemukan perbedaan fakta dan opini melalui editorial dengan membaca intensif. Kegiatan pembelajaran membaca aspek kebahasaan dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu, prabaca, membaca, dan pascabaca (Yunus, 2012: 159-162).

Kegiatan prabaca dilakukan guru dengan mengarahkan perhatian pada skemata siswa yang berhubungan dengan teks bacaan. Skemata merupakan latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang informasi atau konsep tentang sesuatu, seperti judul tulisan, headline bacaan, grafik, gambar,


(56)

38

atau unsur visual lain serta merumuskan prediksi isi bacaan. Kegiatan membaca guru melakukan berbagai metode yang dipilih bergantung pada kegiatan pembelajaran kegiatan yang dapat dilakukan yaitu (1) menemukan inti gagasan, (2) mengidentifikasi kata kunci, (3) mengutip bacaan, (4) menjaring data, (5) mengisi format isi bacaan, (6) merespon bacaan, (7) membuat peta onsep, (8)

sharingide dan diskusi, (9) menguji diksi, (10) menjaring kata sulit, (11) menguji fakta dan opini. Kegiatan membaca yang dilakukan yaitu kegiatan menguji diksi dan menguji fakta opini sehingga metode yang dapat digunakan yaitu metode membaca cepat dan membaca intensif.

Kegiatan pascabaca dilakukan untuk menguji kemampuan membaca sekaligus memantapkan hasil bacaan. Hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan pascabaca yaitu mengembangkan bahan bacaan, memberikan pertanyaan, menceritakan kembali, dan persentasi visual. Dalam kegiatan membaca cepat pascabaca yang dilakukan guru dapat memberikan pertanyaan yang sesuai dengan wacana. Berdasarkan uraian diatas maka kegiatan pembelajaran membaca aspek kebahasaan dapat guru lakukan dengan tiga tahap sehingga siswa akan memperoleh pemahaman dengan melakukan pascabaca serta dapat mengembangkan kosa kata dan daya kata dengan melaukan kegiatan membaca yang menggunakan berbagai metode.


(57)

39

BAB III

METODE PEELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Hadari dan Mimi, 1996: 73).

Metode deskriptif kulaitatif merupakan prosedur penelitian yang menggambarkan keadaan objek berdasarkan fakta yang sebenarnya. Penulis menggunakan metode ini untuk melihat proses pembelajaran membaca aspek kebahasaan siswa kelas XI di SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini kegiatan pembelajaran membaca aspek kebahasaan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Sumber data diperoleh berdasarkan hal berikut.

a. Perencanaan pembelajaran yang berupa silabus dan RPP yang mengenai membaca aspek kebahasaan.


(58)

40

b. Dokumentasi pelaksanaan pembelajaran membaca aspek kebahasaan ( kegiatan awal, inti, dan penutup serta aktivitas siswa) berupa rekaman video dan foto. c. Data hasil siswa berupa nilai.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi dan teknik dokumentasi. Teknik observasi dilakukan berdasarkan pendekatan observasi non partisipasi. Pendekatan observasi non partisipasi jika observer terlibat langsung secara tidak aktif (pasif) dalam objek yang diteliti (Usman dkk, 2008: 54). Pada pengumpulan data ini peneliti hanya mengamati objek penelitian dengan membuat daftar catatan dan mendokumentasikan objek penelitian. Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data selama penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti merujuk pada teori Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013: 92).

a. Koleksi Data(Data Collection)

Kegiatan koleksi data ini dilakukan dengan dokumentasi dan wawancara mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran membaca aspek kebahasaan kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

b. Reduksi Data(Data Redukction)

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, serta memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data ditandai dengan aktivitas


(59)

41

telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pengamatan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi kebahasaan aspek kebahasaan

c. Penyajian Data(Display Data)

Penyajian data merupakan deskripsi mengenai informasi yang tersusun berupa uaraian singkat yang faktual mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran membaca aspek kebahasaan yang memungkinkan penarikan simpulan dan tindakan lanjutan. Berikut instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan pengamatan disajikan dalam lampiran.


(60)

82

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 proses pembelajaran membaca aspek kebahasaan telah memenuhi standar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Secara rinci dapat dilihat pada lampiran.

1. Perencanaan Pembelajaran

a. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru telah jelas, namun belum memenuhi kaidah ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan degree). Guru hanya memenuhi beberapa kaidah dalam perumusan tujuan pembelajaran.

b. Pemilihan materi ajar. Pemilihan materi yang dilakukan oleh guru sudah mencakup tujuan pembelajaran, hanya beberapa materi saja yang belum sesuai.

c. Pengorganisasian materi ajar. Pengorganisasian materi ajar yang dilakukan guru telah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru melakukan dengan memilih materi yang mudah terlebih dahulu kemudian materi yang sulit. hal ini agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.


(61)

83

d. Pemilihan sumber belajar. Sumber belajar yang dipilih oleh guru telah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru menggunakan sumber belajar laptop, buku rujukan, dan LCD. Dengan hal ini maka, tujuan pembelajaran dapat tercapai.

e. Kejelasan skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru telah jelas. Dalam skenario pembelajaran guru telah membagi dalam tiga kolom. Pada kolom pertama tertulis tahapan dalam pembelajaran, kolom kedua tertulis kegiatan pembelajaran, dan kolom ketiga tertulis nilai budaya dan karakter.

f. Kerincian skenario pembelajaran. Secara rinci guru telah menuliskan tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan nilai budaya yang diharapkan. Pada kegiatan tahapan terdiri atas tiga tahap yaitu, pembuka, inti, dan penutup. Dalam kegiatan pembelajaran guru secara rinci melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta nilai budaya dan karakter yang diharapkan oleh guru yaitu, bersahabat dan mandiri. g. Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran yang

dirancang oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran hanya beberapa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran seperti, persentasi, diskusi kelompok, daninquiri.

h. Kelengkapan instrumen. Instrumen yang dibuat oleh guru masih ada yang belum sesuai dengan tujuan pembelajaran, seperti pada instrumen evaluasi guru hanya menentukan beberapa tolok ukur, sehingga tujuan pembelajaran tidak semua tercapai.


(62)

84

2. Pelaksanaan Pembelajaran I. PRAPEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran dilakukan guru dengan menanyakan kehadiran siswa, mempersiapkan siswa untuk belajar dengan mengulas materi yang lalu dengan kegiatan tersebut maka akan terlihat bahwa siswa telah siap untuk belajar.

II. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN a. Penguasaan Materi Pembelajaran

Selama proses pembelajaran guru terlihat menguasai materi pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu, kemudian materi yang akan dipelajari dikaitkan oleh guru dengan pengetahuan lain. Hal ini dilakukan guru agar siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan materi itu saja tetapi memperoleh pengetahuan di luar materi yang dijelaskan. Materi disampaikan guru secara jelas dan dikaitakan pula dengan relaitas kehidupan. Dengan hal ini maka, siswa akan memperoleh manfaat setelah mempelajari materi tersebut.

b. Pendekatan / Strategi Pembelajaran

Proses pembelajaran dilakukan dengan menyampaikan meteri secara runtut, agar siswa mudah dalam memahami materi serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selama pembelajaran guru menggunakan strategi pembelajaran interaktif sehingga terlihat hubungan baik antara guru dan siswa serta terlihat penguasaan kelas yang dilakukan oleh guru dengan cara berkeliling melihat kemampuan siswa saat berdiskusi . Dengan demikian guru telah menanamkan nilai positif pada siswa.


(63)

85

c. Pemanfaatan Sumber Belajar

Selama pembelajaran guru menggunakan media yang efektif dan efesien. Media yang digunakan oleh guru selama pembelajaran anatar lain, laptop, LCD, koran serta buku rujukan. Dalam pemakaian sumber belajar guru selalu melibatkan siswa dalam menggunakan sumber belajar, hal ini agar siswa memperoleh pengalaman belajar. Seperti media koran, dalam hal ini guru bukan hanya memanfaatkan koran sebagai media untuk menunjang pembelajaran tetapi guru memanfaatkan untuk memberikan pengalaman kepada siswa yaitu siswa berpengalaman dalam kegaiatan membaca. d. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

Selama pembelajaran guru selalu menumbuhkan partisipasi aktif dengan cara selalu memberikan petanyaan kepada siswa dan bagi siswa yang dapat menjawab guru memberikan apresiasi kepada siswa. Dengan demikian guru dapat menumbuhkan keceriaaan dan antusiasme siswa dalam belajar. Guru juga menunjukkan sikap terbuka dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya bila ada materi yang belum paham.

e. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Selama pembelajaran guru tidak melakukan penilaian proses, yang dilakukan guru hanya melakukan penilaian hasil belajar dengan cara melakukan tes tertulis setelah akhir pembelajaran. Penilaian hasil yang dilakukan guru tidak sesuai dengan instrumen penialaian. Dalam instrumen penilaian guru menentukan beberapa tolok ukur, namun pada pelaksanaannya guru menilai tidak terpaku pada tolok ukur.


(64)

86

f. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh guru selama pembelajaran telah jelas, baik, dan benar, baik pada bahasa lisan maupun tulisan. Pada bahasa lisan guru menyapa siswa dengan menggunakan kata Anda, hal ini agar melatih siswa bahwa di dalam dunia perkuliahan dalam menyapa siswa tidak menggunakan kata anak-anak melainkan Anda. Dengan demikian guru telah menyampaikan pesan yang menarik dengan gaya yang sesuai yang telah dilakukan oleh guru.

III. PENUTUP

Kegiatan penutup dilakukan guru dengan membuat rangkuman yang melibatkan siswa dengan cara tanya jawab serta kegiatan refleksi yang dilakukan dengan cara tes tertulis. Hal ini dilakukan untuk melihat pemahaman siswa setelah menerima materi yang disampaikan. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru menyampaikan manfaat setelah menerima materi.

3. Evaluasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa guru melakukan kegiatan evaluasi dilakukan dengan kegiatan tes tertulis. Guru menampilkan soal dengan menggunakan LCD yang berjumlah 22 soal dengan skor satu. Penilaian dilakukan guru dengan tolok ukur standar PAP dengan KKM 75. Dari hasil evaluasi terlihat siswa berkemampuan kurang berjumlah tiga siswa, sangat kurang satu siswa, sangat baik satu siswa, baik lima siswa, dan sedang 24 siswa, dan empat siswa tidak hadir dengan jumlah keseluruhan 38 siswa.


(65)

87

Dengan hasil tersebut sudah sebagian siswa memahami materi yang disampaikan guru dan kepada siswa yang belum diharapkan guru dapat memberikan bimbingan secara mandiri.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014, penulis memberikan saran sebagai berikut.

1. Secara umum pembelajaran yang dilakukan guru telah cukup baik terlihat dari pelaksanaan pembelajaran. Selama pelaksanaan pembelajaran guru telah menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran hanya saja pada akhir pembelajaran sebaiknya selalu memberikan evaluasi.

2. Bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian terutama mengenai pembelajaran sebaiknya dapat memilih objek lain yang sesuai dengan kurikulum.


(66)

88

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012.Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

Jakarta: PT. Refika Aditama.

Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. 2008.Cermat Berbahasa Indonesia untuk perguruan tinggi.Jakarta: Akapress.

Aqib, Zainal.2007.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Yrama Widia. Dimyati dan Mudjionno. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT. Asdi

Mahastya.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai PengembanganProfesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. 1996.Penelitian Terapan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rohman, Muhammad dan Amri, Sofan. 2013.Strategi dan Desain

Pengembangan Sistem Pembelajaran.Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Samani, Muchlas, dkk. 2010.Pedoman Penyusunan Portofolio.Jakarta:

Kementrian Pendidikan Nasional.

Sanusi, Effendi. 1996.Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra.Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sugiyono. 2013.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Sutikno, M. Sobry. 2013.Belajar dan Pembelajaran.Lombok: Holistica.

Tarigan Guntur, Henry. 2008.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2010.Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.


(67)

89

Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. 2008.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Wetty, Ni Nyoman. 2011.Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

http://bloggerndesonet.blogspot.com/2014/01/pengertian-membaca-cepat-teknik-membaca.html 10.16


(1)

2. Pelaksanaan Pembelajaran I. PRAPEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran dilakukan guru dengan menanyakan kehadiran siswa, mempersiapkan siswa untuk belajar dengan mengulas materi yang lalu dengan kegiatan tersebut maka akan terlihat bahwa siswa telah siap untuk belajar.

II. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN a. Penguasaan Materi Pembelajaran

Selama proses pembelajaran guru terlihat menguasai materi pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu, kemudian materi yang akan dipelajari dikaitkan oleh guru dengan pengetahuan lain. Hal ini dilakukan guru agar siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan materi itu saja tetapi memperoleh pengetahuan di luar materi yang dijelaskan. Materi disampaikan guru secara jelas dan dikaitakan pula dengan relaitas kehidupan. Dengan hal ini maka, siswa akan memperoleh manfaat setelah mempelajari materi tersebut.

b. Pendekatan / Strategi Pembelajaran

Proses pembelajaran dilakukan dengan menyampaikan meteri secara runtut, agar siswa mudah dalam memahami materi serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selama pembelajaran guru menggunakan strategi pembelajaran interaktif sehingga terlihat hubungan baik antara guru dan siswa serta terlihat penguasaan kelas yang dilakukan oleh guru dengan cara berkeliling melihat kemampuan siswa saat berdiskusi . Dengan demikian guru telah menanamkan nilai positif pada siswa.


(2)

c. Pemanfaatan Sumber Belajar

Selama pembelajaran guru menggunakan media yang efektif dan efesien. Media yang digunakan oleh guru selama pembelajaran anatar lain, laptop, LCD, koran serta buku rujukan. Dalam pemakaian sumber belajar guru selalu melibatkan siswa dalam menggunakan sumber belajar, hal ini agar siswa memperoleh pengalaman belajar. Seperti media koran, dalam hal ini guru bukan hanya memanfaatkan koran sebagai media untuk menunjang pembelajaran tetapi guru memanfaatkan untuk memberikan pengalaman kepada siswa yaitu siswa berpengalaman dalam kegaiatan membaca. d. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

Selama pembelajaran guru selalu menumbuhkan partisipasi aktif dengan cara selalu memberikan petanyaan kepada siswa dan bagi siswa yang dapat menjawab guru memberikan apresiasi kepada siswa. Dengan demikian guru dapat menumbuhkan keceriaaan dan antusiasme siswa dalam belajar. Guru juga menunjukkan sikap terbuka dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya bila ada materi yang belum paham.

e. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Selama pembelajaran guru tidak melakukan penilaian proses, yang dilakukan guru hanya melakukan penilaian hasil belajar dengan cara melakukan tes tertulis setelah akhir pembelajaran. Penilaian hasil yang dilakukan guru tidak sesuai dengan instrumen penialaian. Dalam instrumen penilaian guru menentukan beberapa tolok ukur, namun pada pelaksanaannya guru menilai tidak terpaku pada tolok ukur.


(3)

f. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh guru selama pembelajaran telah jelas, baik, dan benar, baik pada bahasa lisan maupun tulisan. Pada bahasa lisan guru menyapa siswa dengan menggunakan kata Anda, hal ini agar melatih siswa bahwa di dalam dunia perkuliahan dalam menyapa siswa tidak menggunakan kata anak-anak melainkan Anda. Dengan demikian guru telah menyampaikan pesan yang menarik dengan gaya yang sesuai yang telah dilakukan oleh guru.

III. PENUTUP

Kegiatan penutup dilakukan guru dengan membuat rangkuman yang melibatkan siswa dengan cara tanya jawab serta kegiatan refleksi yang dilakukan dengan cara tes tertulis. Hal ini dilakukan untuk melihat pemahaman siswa setelah menerima materi yang disampaikan. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru menyampaikan manfaat setelah menerima materi.

3. Evaluasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa guru melakukan kegiatan evaluasi dilakukan dengan kegiatan tes tertulis. Guru menampilkan soal dengan menggunakan LCD yang berjumlah 22 soal dengan skor satu. Penilaian dilakukan guru dengan tolok ukur standar PAP dengan KKM 75. Dari hasil evaluasi terlihat siswa berkemampuan kurang berjumlah tiga siswa, sangat kurang satu siswa, sangat baik satu siswa, baik lima siswa, dan sedang 24 siswa, dan empat siswa tidak hadir dengan jumlah keseluruhan 38 siswa.


(4)

Dengan hasil tersebut sudah sebagian siswa memahami materi yang disampaikan guru dan kepada siswa yang belum diharapkan guru dapat memberikan bimbingan secara mandiri.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014, penulis memberikan saran sebagai berikut.

1. Secara umum pembelajaran yang dilakukan guru telah cukup baik terlihat dari pelaksanaan pembelajaran. Selama pelaksanaan pembelajaran guru telah menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran hanya saja pada akhir pembelajaran sebaiknya selalu memberikan evaluasi.

2. Bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian terutama mengenai pembelajaran sebaiknya dapat memilih objek lain yang sesuai dengan kurikulum.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012.Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Jakarta: PT. Refika Aditama.

Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. 2008.Cermat Berbahasa Indonesia untuk perguruan tinggi.Jakarta: Akapress.

Aqib, Zainal.2007.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Yrama Widia. Dimyati dan Mudjionno. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT. Asdi

Mahastya.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai PengembanganProfesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. 1996.Penelitian Terapan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rohman, Muhammad dan Amri, Sofan. 2013.Strategi dan Desain

Pengembangan Sistem Pembelajaran.Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Samani, Muchlas, dkk. 2010.Pedoman Penyusunan Portofolio.Jakarta:

Kementrian Pendidikan Nasional.

Sanusi, Effendi. 1996.Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra.Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sugiyono. 2013.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Sutikno, M. Sobry. 2013.Belajar dan Pembelajaran.Lombok: Holistica.

Tarigan Guntur, Henry. 2008.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2010.Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.


(6)

Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. 2008.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Wetty, Ni Nyoman. 2011.Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

http://bloggerndesonet.blogspot.com/2014/01/pengertian-membaca-cepat-teknik-membaca.html 10.16