WAYANG BEBER UNTUK PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 3 DI SMA N 1 SEPUTIH RAMAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

WAYANG BEBER UNTUK PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 3 DI SMA N 1 SEPUTIH RAMAN TAHUN

PELAJARAN 2013/2014 Oleh

Anisa Fitri

Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Materi dalam sejarah adalah cerita suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk menghindari kesan menjemukan dalam pembelajaran sejarah dibutuhkan sebuah media pembelajaran. Media belajar ini dapat membantu dapat meningkatkan ketrampilan alat indera tidak hanya terbatas pada pendengaran, melainkan memfungsikan juga peningkatan serta organ lainnya. Jika sudah seperti itu maka siswa menjadi tertarik dengan mata pelajaran sejarah yang nantinya berdampak pada hasil belajar. Untuk itu pada penelitian ini akan digunakan media wayang yang diharapkan dapat mengatasi kesenjangan media dalam proses pembelajaran. Jenis wayang yang digunakan adalah wayang beber. Karena salah satu fungsi wayang adalah sebagai sarana pendidikan yang harapannya dapat menumbuhkan rasa kepemilikan akan tradisi dan budaya sendiri, mengingat wayang ini juga nyaris punah.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu desain The One-Shot Case Study dengan data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes. Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dengan populasi sekaligus sampel yaitu 40 siswa kelas XI IPS 3 SMA N 1 Seputih Raman.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan wayang beber dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 di SMA N 1 Seputih Raman, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan wayang beber dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 memiliki hasil belajar kognitif yang baik. Hal ini dapat dilihat dari data posttest yang terakhir, kategori yang memiliki persentase tertinggi dalam posttest ketiga adalah kategori nilai 70-79 (baik) dengan persentase 55,56% dan persentase pencapaian jenjang kognitif tertinggi adalah ranah analisis (C4) dengan persentase 84,72%.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jatimulyo, Lampung Selatan pada tanggal 28 April 1991, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Tukiman dengan Ibu Runtiati.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Jatimulyo Pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama 1 Seputih Raman pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas 1 Seputih Raman pada tahun 2009.

Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui SNMPTN. Penulis melaksanakan Praktek Pengalam Lapangan (PPL) di SMP PGRI I Pesisir Selatan. Selama melaksanakan perkuliahan di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung penulis pernah menjabat sebagai Bendahara Bidang Rumah Tangga dan Perpustakaan (FPPI) pada periode 2011-2012, dan juga pernah aktif Generasi Muda (FPPI) pada periode 2010-2011.


(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, setulus hatiku, ku persembahkan karya kecil ku ini untuk :

 Bapak dan Ibu tercinta yang telah dengan sabar membesarkan, mendidik,

menyayangi, dan selalu berdo’a untuk keberhasilanku.


(8)

Moto

دجو

دج

نم

(Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil)


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Wayang Beber Untuk Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Seputih Raman Tahun

Pelajaran 2013/2014” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. jaya, M. S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sekaligus pembimbing I yang dengan ikhlas dan sabar memberikan arahan,


(10)

masukan, motivasi dan bimbingannya kepada penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Hi. Maskun, M.H. selaku ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 7. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, selaku dosen pendidikan sejarah dan

sekaligus pembahas seminar serta penguji yang telah memberikan saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd. M.Hum., selaku dosen pendidikan sejarah dan sebagai pembimbing II yang dengan ikhlas dan senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

9. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Bapak Drs. Syaipul M, M.Si , Bapak Drs. Hi. Ali Imron, M.Hum, Ibu Dr. Risma Sinaga, M.Hum, Bapak Drs. Hi. Tantowi, M.S, Bapak Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd, Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang penulis banggakan dan pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas

10.Bapak Stepanus Wasito, S. Pd, M. Pd selaku kepala SMA N 1 Seputih Raman yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitan;


(11)

11.Ibu Suprapti, S. Pd selaku guru bidang studi sejarah SMA N 1 Seputih Raman yang memberi bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian; 12.Bapak Kunto Guritno, S. Sn selaku guru bidang studi seni pendalangan

SMA N 1 Seputih Raman yang memberi bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian;

13.Ibu Dra. Ni Nyoman Wetty M. Pd selaku dosen media pembelajaran yang memberi bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian;

14.Kedua saudaraku, Rhido Afrizal dan Jaka Firdaus yang selalu menyayangi, mendoakan dan menjadi penyemangat dalam hidupku;

15.Seluruh keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangnya;

16.Sahabat-sahabat terbaikku, Aisyah Yuliyanti, Sasti, Haya, Marlina, terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini;

17.Sahabat-sahabat dari Lazdai, Mufi, Fitri, Rahma, Mbak Wiwit, Arum, Anggun terima kasih atas persahabatan doa, dan dukungannya.

18.Teman- teman seperjuanganku yang banyak membantu ku, angkatan 2010, Afni, Mbk Monik, Dora, Kahayun, Ica, Dian, Nofria, Ria, Indah Mustika, Wulan, Selly, Hakim, Tila, Dani, Edi, Erma, Pramudia terima kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini;

19.Kakak tingkat FKIP Sejarah angkatan 2008,2009.

20.Teman-teman dari komunitas Waybemetro, Mas Sam, Mas Rahman, Mbak Intan, Mas Oki, Bang Opik terima kasih atas bantuannya dalam proses penyusunan skripsi.


(12)

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,

Anisa Fitri


(13)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang. ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Pembatasan Masalah ... 5

1.4. Rumusan Masalah ... 5

1.5. Tujuan Penelitian ... 5

1.6. Kegunaan Penelitian ... 6

1.7. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1. Konsep Media Pembelajaran ... 8

2.1.2. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 9

2.1.3. Konsep Wayang Beber ... 10

2.1.4. Konsep Pembelajaran... 15

2.1.5. Konsep Sejarah ... 16

2.1.6. Konsep Hasil Belajar ... 19

2.1.7. Konsep Penilaian Hasil Belajar ... 21

2.2. Kerangka Pikir ... 21

2.3. Paradigma ... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ... 24

3.2. Populasi dan Sampel ... 25

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 25

3.3.1. Variabel Penelitian ... 25

3.3.2. Definisi Operasional Variabel ... 26

3.4. Instrumen Penelitian ... 27


(14)

xi

3.5.1. Tes ... 28

3.5.2. Wawancara ... 31

3.5.3. Dokumentasi ... 31

3.5.4. Observasi... 32

3.6. Langkah-Langkah Penelitian ... 32

3.7. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 33

3.7.1. Validitas ... 33

3.7.2. Reliabilitas ... 33

3.7.3. Tingkat Kesukaran Soal ... 34

3.7.4. Daya Pembeda Soal ... 35

3.8. Teknik Analisis Data ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA N 1 Seputih Raman Lampung Tengah ... 38

4.1.2. Kondisi Guru ... 39

4.1.3. Kondisi Siswa ... 41

4.1.4. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 42

4.2. Hasil Penelitian ... 43

4.2.1. Data Hasil Kemampuan Akhir (Nilai Posttest Siswa) ... 43

4.3. Pembahasan ... 63

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 70

5.2. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 21

3.1. Anggota Populasi dan Sampel ... 25

3.2. Kisi-Kisi Soal Posttest Pertama ... 28

3.3. Kisi-Kisi Soal Posttest Kedua ... 29

3.4. Kisi-Kisi Soal Posttest Ketiga ... 30

3.5. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran... 35

3.6. Interpretasi Nilai Daya Beda ... 36

3.7. Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 36

3.8. Rekapitulasi Persentase Kemampuan Kognitif Tiap Jenjangnnya ... 37

4.1. Jumlah Guru dan Mata Pelajaran di SMA N 1 Seputih Raman ... 39

4.2. Jumlah Siswa di SMA N 1 Seputih Raman ... 41

4.3. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 42

4.4. Hasil belajar sejarah siswa kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber berdasarkan jenjang kognitif pada posttest pertama... 43

4.5. Rekapitulasi hasil posttest pertama siswa kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber berdasarkan jenjang kognitif ... 46

4.6. Rekapitulasi persentase hasil posttest pertama siswa kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber berdasarkan jenjang kognitif ... 48

4.7. Rekapitulasi persentase kemampuan kognitif tiap jenjangnya pada posttest pertama ... 49

4.8. Hasil belajar sejarah siswa kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber berdasarkan jenjang kognitif pada posttest kedua ... 50

4.9. Rekapitulasi hasil posttest kedua siswa kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber berdasarkan jenjang kognitif ... 53

4.10. Rekapitulasi persentase hasil posttest kedua siswa kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber berdasarkan jenjang kognitif ... 55

4.11. Rekapitulasi persentase kemampuan kognitif tiap jenjangnya pada posttest kedua... 56

4.12. Hasil belajar sejarah siswa kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber berdasarkan jenjang kognitif pada posttest ketiga ... 57

4.13. Rekapitulasi hasil posttest ketiga siswa kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber pada jenjang kognitif... 60 4.14. Rekapitulasi persentase hasil posttest ketiga siswa kelas XI IPS 3


(16)

xi

kognitif ... 62 4.15. Rekapitulasi persentase kemampuan kognitif tiap jenjangnya pada

posttest kedua... 63 4.16. Rekapitulasi persentase hasil posttest pertama, kedua dan ketiga siswa

kelas XI IPS 3 yang diajar menggunakan wayang beber berdasarkan jenjang kognitif ... 64 4.17. Rekapitulasi persentase hasil belajar sejarah siswa kelas XI IPS 3


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Wawancara dengan Anggota Komunitas Wayang Beber

Metropolitan ... 72

2. Lembar Evaluasi Untuk Ahli Media Wayang ... 73

3. Lembar Evaluasi Untuk Ahli Media Pembelajaran ... 77

4. Lembar Evaluasi Untuk Ahli Materi ... 80

5. Lembar Evaluasi Untuk Siswa... 82

6. Gambar Media Pembelajaran Wayang Beber... 85

7. Gambar Penggunaan Wayang Beber Sebagai Media Belajar... 99

8. Struktur Organisasi ... 100

9. Instrumen Validitas Soal Posttest ... 102

10. Hasil Uji Validitas Soal Posttest ... 123

11. Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes ... 126

12. Hasil Tingkat Kesukaran Soal ... 129

13. Hasil Daya Pembeda Soal ... 139

14. Silabus Pembelajaran ... 142

15. Perangkat Pembelajaran RPP ... 145

16. Soal Posttest ... 154

17. Kunci Jawaban Soal Posttest ... 160

18. Lembar Rencana Judul Kaji Tindak/Skripsi ... 161

19. Lembar Pengesahan Susunan Komisi Pembimbing ... 162

20. Lembar Penelitian Pendahuluan ... 163

21. Lembar Izin Penelitian ... 164

22. Surat Pernyataan dari sekolah ... 165

23. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi ... 166

24. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMA N 1 Seputih Raman ... 168


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Kegiatan bimbingan dan pengajaran tersebut dilakukan dalam sebuah institusi yaitu di sekolah. Dalam hal ini siswa diberi pengetahuan dari berbagai aspek mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran tersebut adalah sejarah. Isi dari mata pelajaran sejarah sendiri adalah cerita dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. Guru sejarah dituntut mampu mengantarkan siswa-siswinya untuk memahami sejarah nasional dan dunia hanya dalam waktu kurang lebih tiga tahun. Hal ini merupakan sebuah tantangan berat bagi para guru sejarah karena pada waktu yang bersamaan siswa juga harus memahami pelajaran-pelajaran yang lain.

Namun pada kenyataannya, pada pembelajaran sejarah, mayoritas guru sejarah masih mengajar menggunakan pola-pola konvensional baik metode maupun media yang digunakan. Mata pelajaran sejarah diajarkan dengan metode ceramah seperti yang terjadi di SMA N 1 Seputih Raman. Penggunaan metode yang monoton seperti ini dapat menimbulkan kebosanan sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Pelajaran sejarah menjadi kurang diminati oleh siswa. Pelajaran sejarah dianggap sebagai pelajaran yang tidak penting dan cenderung


(19)

2

diremehkan. Mayoritas siswa menempatkan pelajaran sejarah dalam level yang lebih rendah dibanding pelajaran lain yang lebih menarik dan interaktif. Selain metode pembelajaran, media pembelajaran pun memiliki andil yang penting dalam proses pembelajaran. Melalui media proses belajar mengajar bisa lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning). Menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto, media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Daryanto, 2011:4). Perlu dikemukakan pula bahwa kegiatan pembelajaran adalah suatu proses komunikasi. Dengan kata lain, kegiatan belajar melalui media terjadi bila ada komunikasi antar penerima pesan (P) dengan sumber (S) lewat media (M) tersebut. Namun proses komunikasi itu sendiri baru terjadi setelah ada reaksi balik (feedback). Media pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, penulisan kata-kata dan gambar dari guru sebagai visualisasi materi pelajaran akan terlihat kurang jelas. Ini yang membuat siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran sejarah dan dampaknya terhadap hasil belajar menjadi kurang memuaskan. Seperti yang terjadi di SMA N 1 Seputih Raman hasil belajar sejarahnya masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil tes sejarah siswa kelas XI IPS 3 semester gasal tahun ajaran 2013/2014 dengan nilai antara 53– 80 dan nilai rata-rata kelas 7, 72, sedangkan KKM mata pelajaran sejarah di sekolah ini adalah nilai 74. Rendahnya nilai pelajaran sejarah siswa, disebabkan


(20)

3

siswa kurang paham dengan materi yang disampaikan kepadanya. Dari faktor utama penyebab kurangnya hasil belajar siswa dalam belajar sejarah maka perlu usaha peningkatan hasil belajar misalnya dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik atau menyenangkan.

Untuk itu dalam pemilihan media belajar juga harus tepat. Saat ini media pembelajaran lebih difokuskan pada materi pelajaran tanpa mempertimbangkan unsur lain, seperti unsur budaya. Hal ini akan membuat generasi penerus menjadi lupa dengan budaya sendiri. Maka dari itu dalam mengenyam pendidikan, mereka harus dikenalkan dengan budaya. Karena budaya merupakan ciri khas pribadi suatu bangsa. Selain itu, untuk menanamkan dan menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda sehingga sadar dan insyaf untuk mencintai bangsa dan negaranya. Untuk itu siswa akan dibentuk karakternya menjadi generasi berkualitas, cinta bangsa dan tanah air. Bagaimana pun rasa cinta tanah air yang ditanamkan sejak dini akan memberikan keunggulan tersendiri bagi bangsa Indonesia di era persaingan global.

Berangkat dari hal yang telah dipaparkan di atas, maka perlu digunakan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam proses belajar, membuat proses belajar lebih menarik, juga memiliki fungsi lain yaitu untuk menumbuhkan rasa kepemilikan budaya sendiri, maka dari itu peneliti akan menggunakan wayang. Wayang memiliki beraneka ragam bentuk dan nama, diantaranya adalah wayang kulit, wayang wong, wayang golek, wayang khlitik, wayang suluh, wayang purwa, wayang krucil, wayang beber, wayang suket, dan masih banyak lagi yang belum disebut. Beberapa jenis wayang yang nyaris punah karena hampir tidak


(21)

4

pernah lagi ditonton masyarakat di antaranya adalah wayang suket, wayang klitik, wayang krucil, wayang gedog, dan wayang beber. (http://m.sindoweekly-magz.com/artikel/26/ii/-29-Agustus-2013-4-September2013/highlight/142/keban- gaan bangsa-yang-mulai-menghilang, diakses tanggal 21 April 2014)

Jenis wayang yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wayang beber. Wayang beber sendiri memiliki dimensi yang berbeda dari wayang lainnya yaitu berdimensi gambar. Wayang beber tersebut kemudian digunakan dalam kelas dan dilihat hasil belajarnya. Hasil belajar sendiri merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Nana Sudjana, 2009: 3). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan wayang beber sebagai media pembelajaran sejarah dan melihat hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 di SMA N 1 Seputih Raman tahun pelajaran 2013/2014 setelah digunakan wayang beber.

1.2. Identifikasi Masalah

Dengan adanya latar belakang di atas diidentifikasikan berbagai permasalahan-permasalahan sebagai berikut.

1. Hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman

2. Hasil belajar afektif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman


(22)

5

3. Hasil belajar psikomotor siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman

1.3. Pembatasan Masalah

Banyaknya permasalahan yang muncul dalam penelitian ini membuat pembahasan semakin luas. Oleh sebab itu, peneliti membatasi masalah pada hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman. Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, diharapkan penyusunan penelitian ini lebih fokus pada suatu permasalahan dan dapat sesuai dengan tujuan yang peneliti harapkan.

1.4. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman?

1.5. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan tentang apa yang ingin dicapai dari hasil akhir penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman.


(23)

6

1.6. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah yakni:

1. Bagi guru : Menambah wawasan guru terhadap alternatif media

pembelajaran yang menarik dan bermanfaat bagi kegiatan pembelajaran.

2. Bagi siswa : Dengan menggunakan media pembelajaran yang bervaria- si dapat memberikan suasana baru dalam proses belajar di dalam kelas. Selain itu dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap tradisi dan budaya bangsa sendiri.

3. Bagi penulis : Memberikan pengalaman yang berharga kepada peneliti untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran sejarah menggunakan wayang beber di SMA N 1 Seputih Raman serta dapat dijadikan sarana pengembangan diri.


(24)

7

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Objek Penelitian : SMA N 1 Seputih Raman

Subjek Penelitian : Guru dan Siswa Mata Pelajaran Sejarah kelas XI IPS 3 di SMA N 1 Seputih Raman

Tempat Penelitian : SMA N 1 Seputih Raman Waktu Penelitian : Tahun 2014

Temporal : Tahun Ajaran 2013/2014 Bidang Ilmu : Pendidikan


(25)

8

REFERENSI

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta.: Gava Media. hlm. 4 (http://m.sindoweekly-magz.com/artikel/26/ii/-29-agustus-2013-4-september-

2013/highlight/142/kebanggaan-bangsa-yang-mulai-menghilang, diakses tanggal 21 April 2014)

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hlm. 3


(26)

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

2.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan landasan teori bagi penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah:

2.1.1 Konsep Media Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah proses komunikasi. Agar tidak terjadi kesesatan dalam proses komunikasi diperlukan sebuah media. Melalui media proses belajar mengajar bisa lebih menarik.

Gagne’ dan Briggs secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran

meliputi alat yag secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer (Azhar Arsyad, 2013:4).

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk alat yang berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan isi materi dalam proses belajar mengajar.

Menurut Kemp and Dayton media memiliki kontribusi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Di antara kontribusi tersebut menurut kedua ahli tersebut adalah sebagai berikut:

a) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. b) Pembelajaran dapat lebih menarik.

c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif.


(27)

9

e) Kualitas pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.

f) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun diperlukan.

g) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

h) Peran guru berubah ke arah positif, artinya tidak menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar (Wina Sanjaya, 2009: 211).

Dari uraian tersebut, dapat dilihat bahwa media memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal.

2.1.2. Klasifikasi Media Pembelajaran

Sebuah media sangat dibutuhkan dalam sebuah proses belajar mengajar untuk menunjang sebuah keberhasilan dari pembelajaran. Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Media pembelajaran memilik banyak variasi sehingga dalam menyampaikan materi tidak hanya terpaku dengan satu media saja.

Menurut Amir Hamzah Suleiman, media pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Alat-alat audio, yaitu alat-alat yang menghasilkan bunyi atau suara. Contoh cassete tape recorder dan radio.

2. Alat-alat visual Yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat visual atau alat-alat peraga ini terbagi atas:

a. Alat-alat visual dua dimensi b. Alat-alat visual tiga dimensi

a. Alat-alat visual dua dimensi terbagi dua pula, yaitu:

1. Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan Contoh:

Gambar di atas kertas atau karton, gambar yang diproyeksikan dengan opaque projektor, lembaran balik, wayang beber, grafik, diagram, bagan, poster, gambar hasil cetak saring, dan foto.


(28)

10

Contoh:

Slaid, filmstrip, lembaran transparan untuk overhead projector b. Alat-alat visual tiga dimensi. Disebut tiga dimensi karena mempunyai

ukuran panjang, lebar dan tinggi. Contoh :

Benda asli, model, contoh barang atau specimen, alat tiruan sederhana, atau mock up. Termasuk di dalamnya diorama, pameran dan bak pasir. 3. Alat-alat audio-visual yaitu alat-alat yang dapat menghasilkan rupa dan

suara dalam satu unit. Contoh

Film bersuara dan televisi (Amir Hamzah Suleiman, 1981: 26-27).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa wayang beber digolongkan sebagai alat visual dua dimensi pada bidang tidak transparan. Hal ini dapat dilihat dari ciri fisik wayang beber yang terbuat dari kain atau kertas (bidang tidak transparan) dan berdimensi gambar.

Media pendidikan digolongkan menurut metode penggunaannya. Penggolongan tersebut ada tiga jenis, yaitu

1. metode penggunaan secara masal; 2. alat-alat Auto Instruktif;

3. metode penggunaan secara konvensional, yaitu setiap guru secara individual memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Seluruh media pendidikan dan sumber belajar dapat dipergunakan untuk membantu guru dalam mengajar di ruang kelas kepada siswa, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, mulai dari bentuk pengalaman tiruan sampai dengan jenis pengalaman langsung (Hamidjojo, 1970: 5).

Dari penggolongan kriteria di atas, wayang beber dapat digolongkan dalam metode penggunaan secara konvesional karena guru secara individual memepunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar.

2.1.3. Konsep Wayang Beber

Menurut Amir Hamzah Suleiman, wayang beber merupakan media pembelajaran dua dimensi pada bidang tidak transparan (Amir Hamzah Suleiman, 1981:26)


(29)

11

Wayang beber, jenis wayang ini tidak memperlihatkan tokoh cerita satu per satu, melainkan pagelarannya berupa lembaran kain yang dilukisi dengan gambar-gambar berupa jalannya cerita atau adegan-adegan. Ki dalang menceritakan apa yang menjadi inti cerita di setiap lembarnya. Biasanya bisa jadi untuk satu cerita membutuhkan beberapa lembar kain atau kertas untuk digambari adegan. Dikedua sisi kain panjang atau kertas itu direkatkan kayu yang digunakan untuk menggulung setelah adegan diceritakan oleh dalang. Ketika ki dalang hendak menceritakan maka gulungan itu dibuka atau dibeber, maka wayang ini dinamakan wayang beber (J. Syahban Yasasusastra, 2011: 13).

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa wayang beber memiliki dimensi yang berbeda jika dibandingkan dengan wayang lainnnya. Wayang beber tidak menggunakan dimensi bayang, seperti wayang kulit, dan tidak juga menggunakan dimensi bentuk manusia, seperti wayang golek atau wayang orang tetapi menggunakan dimensi gambar.

a. Teknik Pembuatan Wayang Beber

Cara membuat wayang beber yaitu sebagai berikut. Cara membuat wayang beber

Sediakan kertas atau kain sepanjang yang diperlukan untuk jumlah gambar yang akan dipertunjukan. Gambar cukup besar supaya jelas bagi kelompok orang yang akan melihatnya. Makin banyak orang yang akan menontonnya, gambar harus makin besar dan makin lebar kain atau kertas yang diperlukan: 40 atau 50 cm atau lebih. Sediakan pula dua buah bumbung dari bambu atau kaleng susu kental. Bumbung dan kaleng itu harus diberi sumbu, dimana dia tegak dan dapat diputar. Gulunglah kain atau kertas yang sudah berisi gambar-gambar itu pada salah satu bumbung, kemudian sangkutkan ujung kain atau kertas bergambar itu pada bumbung yang satu lagi. Begitu Anda mulai bercerita, putar bumbung kosong, maka gambar berjalan ke bumbung kosong itu untuk menempatkannya satu per satu di hadapan para penonton. Begitu terus menurut cerita atau pesanyang ingin Anda sampaikan (Amir Hamzah Suleiman 1981 : 40).

b. Teknik Penggunaan Wayang Beber

Wayang beber memiliki teknik tersendiri dalam penggunaannya. Menurut Amir Hamzah Suleiman, ujung kain disangkutkan pada sebuah tongkat yang berada disebelah kirinya dan selebihnya tergulung pada tongkat yang berada dikanannya.


(30)

12

Kalau ia bercerita, maka tongkat dikiri diputarnya sehingga gambar-gambar di atas kain itu berjalan menurut arah gerak kain (Amir Hamzah Suleiman 1981 : 39). Teknik pagelaran wayang beber ini cukup dengan membeber gulungan kain atau kertas. Dalam gulungan tersebut ada gambar yang terdiri atas satu episode atau lebih. Gulungan akan berhenti di setiap episode, di sini pendongeng

memaparkan cerita gambar tersebut

(http://eprints.umk.ac.id/1651/3/isi_artikel_mila_roysa. pdf, diakses tanggal 24 November 2014). Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa untuk menggunakan wayang beber cukup dengan membeber kain atau kertas yang tergulung kemudian dalang/guru menceritakan gambar yang terpapar.

Pertunjukan wayang beber yang sesungguhnya dicatat oleh Ma Huan (dalam Sutarso, 1981:72), yaitu orang itu duduk bersila di tanah dan menempatkan gambar di hadapnya, membentangkan bagian (adegan) yang satu ke yang lain dan menghadapkan (gambar adegan) itu ke arah penonton (http://eprints.umk.ac.id/1651/3/isi_artikel_mila_roysa. pdf, diakses tanggal 24 November 2014).

Untuk menggunakan wayang beber, diperlukan sebuah tempat seperti aula yang di dalamnya tidak ada kursi karena dalam menggunakan wayang beber, baik dalang/guru maupun siswa/penonton harus dalam posisi duduk, seperti yang dilakukan oleh Komunitas Wayang Beber Metropolitan yang menggunakan wayang beber dengan penonton maupun dalang dalam posisi duduk (lihat lampiran 7 gambar 15) maka dalam penelitian ini pun, guru maupun siswa kelas XI IPS 3 dalam posisi duduk ketika menggunakan wayang beber sebagai media pembelajaran (lihat lampiran 7 gambar 16).


(31)

13

c. Kelebihan dan Kelemahan Wayang Beber

Dalam penggunaanya sebagai media pembelajaran, wayang beber memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan wayang beber yaitu

Media ini termasuk media yang memberikan pengalaman langsung karena siswa dapat melihat tokoh-tokoh yang disajikan dalam wayang beber. Tokoh yang disajikan melalui gambar dengan ilustrasi dan warna yang menarik dapat memperkuat daya imajinasi dan siswa mengetahui dengan jelas alur cerita yang disajikan dengan wayang beber. (http://eprints.umk.ac.id/1651/3/isi_artikel_mila_roysa. pdf, diakses tanggal 24 November 2014).

Wayang beber dapat dijadikan salah satu alternatif penyampaian dongeng karena teknik pagelarannya tidak serumit pagelaran wayang yang lainnya. Teknik pagelaran wayang beber ini cukup dengan membeber gulungan kain atau kertas. Dalam gulungan tersebut ada gambar yang terdiri atas satu episode atau lebih. Gulungan akan berhenti di setiap episode, di sini pendongeng memaparkan cerita gambar tersebut (http://eprints.umk.ac.id/1651/3/isi_artikel_mila_roysa. pdf, diakses tanggal 24 November 2014).

Dalam penyajiannya, wayang beber berdimensi gambar. Ada muatan lain apabila seorang guru menggunakan media tradisional tersebut. Muatan tersebut adalah adanya pengembangan dan pemanfaatan media yang telah ada, sekaligus memperkenalkan kembali salah satu produk budaya bangsa (http://eprints.umk.ac.id/1651/3/isi_artikel_mila_roysa. pdf, diakses tanggal 24 November 2014).

Berdasarkan uraian di atas, wayang beber memiliki kelebihan yaitu dapat memperkuat daya imajinasi, siswa mengetahui dengan jelas alur cerita yang disajikan, teknik pagelarannya tidak serumit pagelaran wayang yang lainnya, dan dapat memperkenalkan kembali salah satu produk budaya bangsa.

Selain kelebihan, wayang beber pun memiliki kelemahan, seorang pelukis wayang beber mengatakan:


(32)

14

Untuk membuat wayang beber memang butuh keahlian khusus, karena gambar yang ditampilkan memiliki ciri dan karakteristik sendiri. Teknik penggambaran wayang beber secara bentuk dasar anatomi tokoh mengikuti pada gambar tokoh Wayang Beber Tradisi. Seperti pada bentuk anatomi badan pada pundak tokoh yang lebih panjang salah satu sisinya juga pada salah satu mata tokoh wayang yang keluar dari garis anatomi. Selain itu, dalam gambar adegan dalam wayang beber dipisahkan oleh garis imajiner untuk pembatas antara adegan kiri dan kanan, garis wimba untuk pembatas adegan atas dan bawah. Garis pembatas ini digambarkan tak harus berbentuk garis tetapi bisa diasumsikan dengan yang lain. Teknik pewarnaan yang digunakan adalah teknik pewarnaan bebas, namun sebagian masih mengikuti teknik pewarnaan pada Wayang Beber Tradisi yaitu menggunakan teknik pewarnaan sungging. Sungging sendiri merupakan seni lukis tradisional Jawa yang mempunyai teknik, pola tertentu dengan perbedaan gradasi warna yang bertingkat. Sedangkan bentuk ampok yang dipakai terdiri dari beberapa pasang kayu yang berbentuk knock down, sehingga mudah dilepas dan dipasang lagi. Seligi ditancapkan pada lubang (ceblokan) yang terdapat pada salah satu batang kayu yang telah dilubangi dan dipasang paralon putih untuk menaruh seligi agar lebih kencang dan kuat tetapi tetap mudah untuk diputar. Selain cara pembuatannya yang cukup rumit, biaya pembuatannya pun tidak murah karena dalam pembuatan wayang beber diperlukan berbagai macam warna cat. (Surahman, wawancara, 2 April 2014).

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa dalam menggambar wayang beber ada hal-hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

a) Gambar tokoh wayang mengikuti anatomi tokoh wayang dalam wayang beber tradisi, yaitu salah satu mata tokoh wayang keluar dari garis anatomi.

b) Teknik pewarnaan yang digunakan adalah teknik pewarnaan bebas, namun beberapa bagian harus mengkuti teknik pewarnaan pada Wayang Beber Tradisi yaitu menggunakan teknik pewarnaan sungging. Sungging sendiri merupakan seni lukis tradisional Jawa yang mempunyai teknik, pola tertentu dengan perbedaan gradasi warna yang bertingkat.

c) Untuk membatasi tiap adegan, digunakan garis imajiner (membatasi adegan kanan dan kiri) dan garis wimba (membatasi adegan atas dan


(33)

15

bawah) yang diasumsikan dengan sesuatu yang lain, misal pohon, lampu jalan, awan dan lain-lain.

Teknik pembuatan wayang beber yang membutuhkan keahlian khusus seperti ini merupakan kelemahan wayang beber. Selain itu pembuatannya membutuhkan biaya yang tidak murah.

2.1.4. Konsep Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Wina Sanjaya, 2009: 26).

Pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pendidik untuk mengubah peserta didik, baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya dan potensi yang ada diluar diri. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2008: 57). Dari pendapat tersebut, diketahui tujuan pembelajaran dapat tercapai jika dalam proses pembelajaran ada unsur-unsur pendukung seperti media pembelajaran.


(34)

16

2.1.5. Konsep Sejarah

Sejarah merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan. Sejarah mengandung arti cerita tentang peristiwa dan kejadian pada masa lampau.

H. Roeslan Abdulgani mendefinisikan sejarah ialah salah satu bidang ilmu meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidik tersebut, untuk akhirnya dijadikan pembendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (dalam Hugiono dan P. K Poerwantana, 1987:4).

Menurut W.J.S. Poerwardaminta sejarah mengandung tiga pengertian; (1) kesusastraan lama: silsilah, asal-usul, (2) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, (3) Ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; serta riwayat (Hugiono dan P. K Peorwantama, 1987:1). Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami (Hugiono dan P.K Peorwantama, 1987:1).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa sejarah merupakan salah satu bidang ilmu yang berbicara tentang gambaran peristiwa di masa lampau yang benar-benar terjadi, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis.

Sebagai suatu bidang ilmu, sejarah pun menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas. Pada tingkat SMA yang sudah bernalar, sejarah harus diberikan secara kritis. Mereka diharapkan sudah mampu berpikir


(35)

17

mengapa sesuatu terjadi, apa sebenarnya yang terjadi, dan ke mana arah kejadian-kejadian itu (Kuntowijoyo, 1995:4).

Pada penelitian ini, materi sejarah yang digunakan adalah sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai abad ke-20. Materi ini dipilih karena dalam materi tersebut terdapat esensi cerita Panji yaitu pencarian jati diri. Cerita itu juga bisa diterapkan sebagai simbol untuk mengusahakan mencapai berbagai macam tujuan dalam kehidupan meski ada banyak halangan (Nurcahyo dalam skripsi Dinda Intan Pramesti Putri, 2011:71). Penggunaan esensi cerita Panji dimaksudkan karena media yang digunakan adalah media wayang beber. Sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai abad ke-20 yaitu sebagai berikut.

Eropa pada masa akhir abad ke-18 dan awal abad ke 19 didominasi oleh sesuatu pergolakan besar, ialah Revolusi Prancis, yang merupakan perpaduan pertumbuhan kondisi-kondisi obyektif di Prancis dan gagasan-gagasan revolusioner mengenai kemanusiaan serta keadilan yang disebarluaskan oleh para intelektuil Prancis, seperti Voltaire, Montesquie, dan Rousseau. Rakyat Prancis yang telah disadarkan bahwa mereka diperlakukan tidak adil menantang secara radikal kaum penindasnya, yaitu golongan-golongan bangsawan dan rohaniawan yang selama ini menikmati hak-hak istimewa yang merupakan ekses kelanjutan sistem feodal.Pada tahun 1789, dengan dipimpin oleh golongan menengah dan

dengan slogan “Liberte, egalite, fraternite”, mereka mulai bergerak untuk menyapu orde lama, dan dalam proses itu telah menumbangkan monarki Prancis dan tidak pula dapat menghindarkan ekses-ekses, sehingga republik baru yang mereka dirikan terjerumus ke dalam perang melawan hampir semua angota negara Eropa (Samekto, 1976:214).

Sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai abad ke-20 yaitu Revolusi Prancis. Esensi cerita Panji dalam Revolusi Prancis yaitu ingin mendirikan pemerintahan baru (republik) dengan menumbangkan monarki Prancis yang dilakukan oleh golongan menengah.


(36)

18

Dalam masa tiga tenang selama tiga tahun, kaum “patriot’ atau “radikal”

dalam jumlah yang relative kecil gigih berusaha untuk tetap menghidupkan pertentangan. Patriot yang khas adalah pemimpin mereka yang paling berpengaruh, yaitu Samuel Adams dari Massachussets yang tak lelah-lelahnya memperjuangkan satu tujuan: kemerdekaan. Sarana yang digunakan Adam berupa manusia: tujuannya adalah mengumpulkan kepercayaan dan dukungan rakyat biasa, membebaskan mereka dari rasa takut terhadap tokoh-tokoh politik dan sosial yang lebih berpangkat, menyadarkan mereka pada pentingnya arti diri mereka sendiri dan menggugah mereka untuk bertindak. Pada tahun 1772, ia mendorong rapat

kota Boston untuk membentuk “komisi korespondensi” yang akan

menyusun hak-hak dan keluhan kaum kolonis (Muhammad Basri, 2013:189-190).

Dari uraian di atas jelas bahwa esensi cerita Panji dalam Revolusi Amerika adalah keinginan merdeka dari segala bentuk penindasan.

Kekalahan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang (1904-1905) menyulut untuk pertama kali Rusia (1905). Kekalahan ini menyebabkan gengsi Rusia jatuh, rakyat memandang bahwa tsar beserta rezimnya memikul tanggung jawab atas kecerobohan dalam perang itu. Pada tahun 1905, sejumlah besar rakyat di bawah pimpinan Gapon, melakukan demontrasi damai di depan istana tsar, mengajukan petisi untuk memperbaiki kondisi yang dikeluhkan oleh rakyat. Barangkali dampak demontrasi damai ini tidak begitu besar jika tentara tsar tidak melakukan penembakan terhadap barisan damai tersebut. Peristiwa ini terkenal dengan sebutan Minggu Berdarah, 23 Januari 1905. Jatuhnya ratusan korban menimbulkan protes rakyat di seluruh negeri. Menurut Easton, kekacauan terjadi dimana-mana menuntut agar diadakan berbagai pembaharuan dan memuncak dengan terjadinya pemogokan umum yang diorganisir oleh Wakil-Wakil Pekerja Soviet Petersburg (Petersburg Soviet of Workers Deputies) (Julius Siboro, 2012:45).

Esensi cerita Panji dalam Revolusi Rusia adalah rakyat menuntut agar diadakan berbagai pembaharuan. Mereka melakukan pemogokan yang diorganisir oleh Wakil-Wakil Pekerja Soviet Petersburg (Petersburg Soviet of Workers Deputies).

Perpaduan beberapa faktor telah menjadikan Inggris sebagai negara pertama di dunia yang mengalami revolusi Industri. Telah dikemukakan bahwa revolusi ini pertama-tama didorong oleh perlunya peningkatan produksi berhubung dengan desakan pertumbuhan penduduk. Peningkatan produksi ini hanya dapat dijalankan dengan penggunaan alat-alat mekanis yang masih harus ditemukan. Peningkatan produksi dengan mesin-mesin itu tambah dirangsang lagi dengan adanya produksi di negara-negara


(37)

19

daratan Eropa yang menjadi kancah peperangan sehingga mereka terpaksa membeli barang-barang Inggris. Pun lumpuhnya roda produksi di negara-negara itu memberikan kepada Inggris monopoli luas di pasaran dunia (Samekto, 1976:230)

Sejarah dunia selanjutnya adalah Revolusi Industri. Esensi cerita Panji dalam Revolusi Industri yaitu keinginan peningkatan produksi karena adanya desakan pertumbuhan penduduk. Usaha-usaha yang dilakukan adalah melakukan penelitian untuk menemukan alat-alat mekanis.

2.1.6. Konsep Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam penegertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Nana Sudjana, 2009:3).

Hasil belajar dapat dimanifestasikan dalam wujud, (1) pertambahan materi, pengetahuan berupa fakta, informasi, dan prinsip, (2) penguasaan pola-pola perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotorik, (3) perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang selalu dapat diamati dalam wujud perilaku maupun yang mungkin pada waktu tertentu hanya siswa yang dapat menghayati (Abin S. dalam skripsi Nova Giana, 2010:17).

Sudjana (dalam skripsi Himma Hayati, 2010:16) berpendapat bahwa bahwa hasil belajar dalam aspek kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan belajar dan alat yang biasa digunakan unutk menilai hasil belajar adalah tes.

Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku. Selain itu hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (dalam skripsi Himma Hayati, 2010:16)


(38)

20

Menurut Gagne hasil belajar merupakan kapabilitas, setelah belajar orang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Kapabilitas dapat timbul melalui:

a. Stimulus yang berasal dari lingkungan

b. Proses kognitif yang dilakukan dari pembelajaran, karena hasil belajar merupakan akibat dari pembelajaran, dengan demikian apabila sesorang siswa dalam pembelajaran baik maka hasil yang didapatkan pun baik (dalam skripsi Nova Giana, 2010:17).

Dalam upaya mengetahui ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi.

1. Pengetahuan yang disebut C1 menekan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya.

2. Pemahaman yang disebut C2 kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

3. Penerapan yang disebut C3 kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi.

4. Analisis yang disebut C4 kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.

5. Sintesis yang disebut C5 kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Evaluasi yang disebut C6 merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada (Bloom dalam Sudjana (2006).

Berdasarkan uraian tersebut maka hasil belajar dapat dikatakan bahwa melalui hasil belajar dapat diketahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Dan dalam penelitian ini hasil belajar yang diamati adalah aspek kognitif.


(39)

21

2.1.7. Penilaian Belajar

Ketika berbicara tentang hasil belajar maka tidak bisa dipisahkan dari penilaian sebagai aktivitas di dalam menentukan tinggi rendahnya hasil belajar. Bila membicarakan penilaian maka tidak terlepas membahas masalah evaluasi. Crowl, Sally, Podell (1997) mengatakan bahwa : “evaluasi mengarah kepada proses pembuatan keputusan tentang nilai” (www.geocities.com/guruvala, diakses 19 September 2014). Ini berarti evaluasi bisa digunakan oleh guru, pendidik atau lembaga dalam memutuskan seseorang atau suatu aktivitas untuk dapat digolongkan, baik, buruk, gagal atau berhasil. Hasil dari evaluasi belajar tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mempelajari suatu mata pelajaran.

Dalam penelitian ini, penentuan kategori hasil belajar kognitif siswa menggunakan ketentuan dari Dinas Pendidikan Bandar Lampung (Kategori penilaian kognitif, 2013:2) yaitu 80-100 (Memuaskan), 70-79 (Baik), 60-69 (Cukup), 45-59 (Kurang cukup).

Tabel 2.1 Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Kognitif Siswa

NO. KATEGORI JUMLAH SISWA

1. 80-100 (Memuaskan) 2. 70-79 (Baik)

3. 60-69 (Cukup)

4. 45-59 (Kurang cukup)

Sumber: Dinas Pendidikan Bandar Lampung (2013:2) 2.2. Kerangka Pikir

Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Materi dalam sejarah adalah cerita suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk


(40)

22

menghindari kesan menjemukan dalam pembelajaran sejarah dibutuhkan sebuah media pembelajaran. Jika guru hanya berceramah saja tanpa media maka minat siswa untuk mengikuti pembelajaran sejarah menjadi rendah. Media belajar ini dapat membantu mengurangi informasi lisan yang menjemukan, dan dapat meningkatkan ketrampilan alat indera tidak hanya terbatas pada pendengaran, melainkan memfungsikan juga peningkatan serta organ lainnya. Jika sudah seperti itu maka siswa menjadi tertarik dengan mata pelajaran sejarah yang nantinya berdampak pada hasil belajar.

Melihat permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan wayang dalam pembelajaran sejarah sehingga mampu untuk mengoptimalkan hasil belajar sejarah siswa. Jenis wayang yang digunakan adalah wayang beber. Salah satu fungsi wayang adalah sebagai sarana pendidikan yang harapannya dapat menumbuhkan rasa kepemilikan akan tradisi dan budaya sendiri. Mengingat wayang ini juga nyaris punah. Wayang beber memiliki dimensi yang berbeda jika dibandingkan dengan wayang lainnya. Dalam penyajiannya, wayang beber berdimensi gambar. Untuk dijadikan media pembelajaran sejarah, isi cerita wayang beber diganti dengan cerita sejarah.


(41)

23

2.3. Paradigma

Keterangan :

: Garis kegiatan : Garis Pengaruh

Pembelajaran Sejarah

Hasil Belajar Kognitif

Penggunaan Wayang Beber di Kelas XI IPS 3 SMA N 1 Seputih Raman


(42)

24

REFERENSI

Azhar Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.. hlm.3 Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group. hlm. 211

Amir Hamzah Suleiman. 1981. Media Audio –Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: Gramedia. hlm. 26-27

Hamidjojo, S. 1970. Perkembangan Media dan Teknologi Pendidikan. Bandung: PPSP. hlm. 5

Amir Hamzah Suleiman. Op. Cit., hlm. 26

J. Syahban Yasasusastra. 2011. Mengenal Tokoh Pewayangan: Biografi, Bentuk, dan Perwatakan. Yogyakarta: Pustaka Mahardika. hlm.1

Amir Hamzah Suleiman. Op. Cit., hlm. 40 Ibid., hlm. 39

(http://eprints.umk.ac.id/1651/3/isi_artikel_mila_roysa. pdf, diakses tanggal 24 November 2014

Ibid. Ibid. Ibid.

Wina Sanjaya. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hlm. 26

Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm. 57

Hugiono dan P.K. Poerwantana.1987.Pengantar Ilmu Sejarah. Bina Aksara.hlm. 4


(43)

25

Ibid.

Dinda Intan Pramesti Putri. 2011. Etnografi Seni Pertunjukan Wayang Beber.Tradisi Lama yang Kembali Hidup di Tengah Ibukota Jakarta (Studi Kasus: Komunitas Wayang Beber Metropolitan). Depok: Universitas Indonesia Press. hlm. 18

Samekto. 1976. Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris. Jakarta: Sastra Budaya. Hlm. 214

Muhammad Basri. 2013. Sejarah Amerika. Bandar Lampung: Universitas Lampung Press. Hlm. 189-190

Julius Siboro. 2012. Eropa Dari Masa Menjelang Perang Dunia I Sampai Masa Antarbellum. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Hlm 45

Samekto.Op.Cit., hal. 230

Nana Sudjana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. hlm.3

Giana, Nova.2010.Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw : Studi Pada Siswa Kelas X SMAN I Natar Lampung Selatan 2010/2011. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Halaman 17

Hayati, Himmah. 2010. Skripsi Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Bandar Lampung: Universitas Lampun.. Halaman 16

Ibid.

Nova Giana.Op.Cit., hal. 17

Bloom dalam Sudjana (2006) hasil belajar kognitif

Tersedia di http://elearning.milaulas.com/mod/page/view.php?id=23i www.geocities.com/guruvala, diakses tanggal 19 September 2014

Tim Depdiknas. 2013. Kategori Penilaian kognitif siswa. Lampung: Depdiknas Bandar Lampung. hlm. 2


(44)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu (Wina Sanjaya, 2013:87). Di dalam penelitian eksperimen terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan eksperimen semu (quasi experimental research) dengan desain one-shot case study, yaitu hanya satu kelas yang diberi perlakuan (treatment) selanjutnya diobservasi hasilnya. Rancangan desain one-shot case study dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: (Sugiyono, 2010: 110) Keterangan:

X : Pembelajaran sejarah menggunakan wayang beber O : Observasi


(45)

25

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kelompok besar yang menjadi objek penelitian (Musfiqon, 2012: 89). Sampel adalah bagian dari populasi (Wina Sanjaya, 2013: 295). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011:68). Populasi pada penelitian ini adalah 40 siswa kelas XI IPS 3 SMA N 1 Seputih Raman yang sekaligus sebagai sampel.

Tabel 3.1Anggota Populasi dan Sampel

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

XI IPS 3 18 22 40

Sumber: Tata Usaha SMA N 1 Seputih Raman

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono, variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:60). Dalam penelitian ada dua variabel yaitu :

a. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi (Wina Sanjaya, 2013: 95). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah wayang beber.


(46)

26

b. Variabel Terikat (dependen)

Variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, yang muncul atau tidak muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah, dan mengganti variabel bebas (Wina Sanjaya, 2013: 95). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa.

3.3.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan definisi yang akan dioperasionalkan dan dapat diukur, setiap variabel akan dirumuskan dalam bentuk rumusan tertentu berguna untuk membatasi ruang lingkup yang dimaksud dan memudahkan pengukurannya, agar setiap variabel dalam penelitian ini dapat diukur dan diamati.

a) Wayang Beber

Wayang beber merupakan media berbasis visual. Wayag beber memiliki dimensi yang berbeda jika dibandingkan dengan wayang lainnnya. Wayang beber tidak menggunakan dimensi bayang, seperti wayang kulit, dan tidak juga menggunakan dimensi bentuk manusia, seperti wayang golek atau wayang orang tetapi menggunakan dimensi gambar. Bahan yang digunakan untuk membuat wayang beber adalah kain mori dan ukurannya yaitu 1,5 meter. Teknik pewarnaan yang digunakan adalah teknik pewarnaan bebas, namun sebagian masih mengikuti teknik pewarnaan pada Wayang Beber Tradisi yaitu menggunakan teknik pewarnaan sungging. Sungging sendiri merupakan seni lukis tradisional Jawa yang mempunyai teknik, pola tertentu dengan perbedaan gradasi warna yang bertingkat.


(47)

27

Untuk bentuk seligi (tumpuan untuk membentangkan kain) panjangnya 2 meter dan diameter 1 cm. Sedangkan bentuk ampok (kotak untuk menancapkan seligi) terdiri dari beberapa pasang kayu yang berbentuk knock down, sehingga mudah dilepas dan dipasang lagi. Seligi ditancapkan pada lubang (ceblokan) yang terdapat pada salah satu batang kayu yang telah dilubangi dan dipasang paralon putih untuk menaruh seligi agar lebih kencang dan kuat tetapi tetap mudah untuk diputar. Cara menyampaikannya yaitu dalang atau guru berada di depan wayang beber.

b) Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam penegertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar juga merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dari kegiatan pembelajaran. Dari sisi guru kegiatan pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Eko Putro Widoyoko, 2013: 51). Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa, yaitu tes hasil belajar siswa pada pelajaran sejarah. Instrumen penelitian tes hasil belajar siswa berupa perangkat tes formatif tipe pilihan ganda yang diberikan


(48)

28

kepada siswa untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran sejarah.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Tes

Menurut Djemari, tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (dalam Eko Putro Widoyoko, 2013: 57). Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah alat untuk menetukan atau mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Tes yang digunakan berupa tes formatif pilihan ganda yang diadakan setiap akhir kompetensi dasar atau pada waktu yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah post-test berupa tes formatif pilihan ganda yang berjumlah 30 soal yang terbagi ke delam 6 ranah kognitif yaitu pengetahuan C1, pemahaman C2, penerapan C3, analisis C4, sintesis C5, dan evaluasi C6. Untuk menentukan hasil belajar kognitif siswa dinas pendidikan memiliki kriteria kategorinya yaitu 80-100 (Memuaskan), 70-79 (Baik), 60-69 (Cukup), 45-59 (Kurang cukup). Adapun kisi-kisi soalnya sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Posttest Pertama

NO. JENJANG NOMOR SOAL JUMLAH

1. Pengetahuan (C1) 1,6 2


(49)

29

3. Penerapan (C3) 3 1

4. Analisis (C4) 7,9 2

5. Sintesis (C5) 4,10 2

6. Evaluasi (C6) 8 1

JUMLAH KESELURUHAN 10

Sumber : Olah Data Peneliti

Dari kisi-kisi soal posttest tersebut maka teknik penskoran jawaban dari masing-masing jenjang sebagai berikut :

Jenjang = jumlah soal x skor C1 = 2 x 7 = 14

C2 = 2 x 8= 16 C3 = 1 x 10 = 10 C4 = 2 x 11= 22 C5 = 2 x 12= 24 C6 = 1 x 14= 14 Jumlah skor 100

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest Kedua

NO. JENJANG NOMOR SOAL JUMLAH

1. Pengetahuan (C1) 2, 5 2

2. Pemahaman (C2) 1, 9 2

3. Penerapan (C3) 10 1

4. Analisis (C4) 3, 7 2


(50)

30

6. Evaluasi (C6) 8 1

JUMLAH KESELURUHAN 10

Sumber : Olah Data Peneliti

Dari kisi-kisi soal posttest di atas maka teknik penskoran jawaban dari masing-masing jenjang sebagai berikut :

Jenjang = jumlah soal x skor C1 = 2 x 7 = 14

C2 = 2 x 8= 16 C3 = 1 x 10 = 10 C4 = 2 x 11= 22 C5 = 2 x 12= 24 C6 = 1 x 14= 14 Jumlah skor 100

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Posttest Ketiga

NO. JENJANG NOMOR SOAL JUMLAH

1. Pengetahuan (C1) 3, 4 2

2. Pemahaman (C2) 8, 10 2

3. Penerapan (C3) 6 1

4. Analisis (C4) 2, 7 2

5. Sintesis (C5) 1, 5 2

6. Evaluasi (C6) 9 1

JUMLAH KESELURUHAN 10


(51)

31

Dari kisi-kisi soal posttest di atas maka teknik penskoran jawaban dari masing-masing jenjang sebagai berikut :

Jenjang = jumlah soal x skor C1 = 2 x 7 = 14

C2 = 2 x 8= 16 C3 = 1 x 10 = 10 C4 = 2 x 11= 22 C5 = 2 x 12= 24 C6 = 1 x 14= 14 Jumlah skor 100

3.5.2. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diinterviu dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Wina Sanjaya, 2013: 40). Dalam wawancara peneliti menerapkan wawancara yang bersifat lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat tetapi dengan pertanyaan yang semakin fokus dan mengarah pada kedalaman informasi.

3.5.3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen, seperti konsep teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti (Wina Sanjaya, 2013: 49). Data-data yang telah diperoleh melalui berbagai


(52)

32

referensi buku digunakan untuk melengkapi konsep-konsep dari variabel yang telah ditentukan, serta memperkuat suatu argumentasi yang didapatkan menurut pendapat dari para ahli.

3.5.4. Observasi

Pengertian observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung data jumlah siswa kelas XI IPS SMA N 1 Seputih Raman. Data tersebut peneliti dapatkan selama melakukan penelitian pendahuluan.

3.6. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, jumlah siswa, dan cara guru mengajar.

2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Menyusun dan menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 5. Membuat instrumen tes penelitian.

6. Melakukan validasi instrumen. 7. Mengujicobakan instrumen.

8. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. 9. Menganalisis data.


(53)

33

10. Membuat kesimpulan.

3.7. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.7.1 Validitas

Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan dengan alat ukur. Dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. (Eko Putro Widoyoko, 2013: 141). Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas konstruk. Validitas konstruk didapat dengan membuat kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan indikator tes, prediktor dan butir tes. Penentuan kesesuaian antar variabel tersebut dapat dilakukan melalui penilaian ahli.

3.7.2. Reliabilitas

Menurut Sugiyono, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012:173). Tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang relatif tetap apabila dilakukan secara berulang-ulang pada kelompok individu yang sama (Margono, 2010:171). Hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Saifuddin Azwar, 2012:7).

Dari pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa reliabilitas merupakan keajegan atau konsistensi suatu alat ukur yang apabila digunakan pada subjek


(54)

34

yang sama dalam selang waktu yang berbeda maka hasilnya akan relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan sedikit pada hasilnya, namun hal ini masih dapat ditoleransi. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Dimana:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

(Arikunto, 2006:109)

3.7.3. Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P : angka indeks kesukaran item

Np : banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul N : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar


(55)

35

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran suatu butir soal dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria indeks kesukaran yang dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Besarnya P Interpretasi

Kurang dari 0,30 Sangat Sukar 0,30 - 0,70 Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70 Mudah

Sumber : Sudijono (2008:372) 3.7.4. Daya Pembeda

Sebelum menghitung daya pembeda, terlebih dahulu data diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Sudijono mengungkapkan bahwa menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

D = PA - PB ; dimana PA= BA dan PB = BB JA JB

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal

PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir Soal yang diolah


(56)

36

JA : jumlah kelompok atas JB : jumlah kelompok bawah (Sudijono, 2008:389)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,21 - 0,40 Sedang

0,41 - 0,70 Baik

0,71- 1,00 Sangat Baik

Bertanda negatif Buruk sekali Sumber : Sudijono (2008:389)

3.8. Teknik Analisis Data

Tes ini dilakukan sebagai bentuk penilaian/evaluasi dalam proses pelaksanaan setelah menggunakan wayang beber maka diperlukan suatu analisis data untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penentuan kategori hasil belajar kognitif siswa menggunakan ketentuan dari Dinas Pendidikan Bandar Lampung (Kategori penilaian kognitif, 2013:2) yaitu 80-100 (Memuaskan), 70-79 (Baik), 60-69 (Cukup), 45-59 (Kurang cukup) maka jumlah siswa dipersentasekan guna melihat kesimpulan hasil belajar kognitif setelah pembelajaran, seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.7 Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Kognitif Siswa

NO. KATEGORI JUMLAH SISWA


(57)

37

2. 70-79 (Baik) 3. 60-69 (Cukup)

4. 45-59 (Kurang cukup)

Sumber: Dinas Pendidikan Bandar Lampung (2013:2)

Rekapitulasi persentase kemampuan kognitif tiap jenjangnya ditabulasikan ke dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.8 Rekapitulasi persentase kemampuan kognitif tiap jenjangnya

NO. Indikator Kognitif Pencapaian Maksimum Persentase 1. Pengetahuan (C1)

2. Pemahaman (C2) 3. Penerapan (C3) 4. Analisis (C4) 5. Sintesis (C5) 6. Analisis (C6) Sumber: Sudijono, (2007:43)


(58)

38

REFERENSI

Wina Sanjaya. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur.. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hlm. 87

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. hlm. 110

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. hlm. 89

Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm. 295

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet. hlm. 68 Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

hlm. 60

Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm. 95 Ibid.,

Eko Putro Widoyoko S. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. hlm. 51

Eko Putro Widoyoko S., Op. Cit., hlm 57 Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm. 40

Ibid., hlm. 49

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta. hlm. 104 Eko Putro Widoyoko S., Op. Cit., hlm 141

Sugiyono, Op. Cit., hlm 173

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 171


(59)

39

Saifuddin Azwar. 2012. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 7

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT. Rineka Cipta. hlm. 109.

Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm.372.

Ibid.,

Ibid., hlm.389

Tim Depdiknas. 2013. Kategori Penilaian kognitif siswa. Lampung: Depdiknas Bandar Lampung. Hlm. 2

Anas Sudijono. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Rajo Grafindo Persada. Hlm. 43


(60)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan wayang beber dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 di SMA N 1 Seputih Raman, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan wayang beber dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 memiliki hasil belajar kognitif yang baik. Hal ini dapat dilihat dari data posttest yang terakhir, kategori yang memiliki persentase tertinggi dalam posttest ketiga adalah kategori nilai 70-79 (baik) dengan persentase 55,56% dan persentase pencapaian jenjang kognitif tertinggi adalah ranah analisis (C4) dengan persentase 84,72%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menggunakan wayang beber dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:


(61)

71

1. Wayang beber dapat dijadikan alternatif media pembelajaran karena selain dapat membantu siswa dalam proses belajar, tetapi juga memiliki fungsi lain yaitu untuk menumbuhkan rasa kepemilikan akan tradisi dan budaya sendiri. 2. Untuk membuat media wayang beber perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Penggambaran tokoh wayang mengikuti anatomi tokoh wayang dalam wayang beber tradisi, yaitu salah satu mata tokoh wayang keluar dari garis anatomi;

b. Teknik pewarnaannya sebagian menggunakan teknik pewarnaan sungging agar tidak menghilangkan pakem yang ada;

c. Penggunaan ampok dan seligi;

d. Lakon cerita mengandung esensi cerita Panji;

e. Dalam penggunaanya guru duduk sambil menceritakan hal yang terpapar dalam wayang beber sehingga sekolah harus memiliki ruangan khusus yang di dalamnya tidak ada kursi.

3. Teknik pembuatan gambar dalam wayang beber memang tidak mudah perlu memiliki keahlian khusus, selain itu biaya yang dikeluarkan tidak murah, untuk itu peneliti menyarankan kepada guru yang tertarik untuk menggunakan wayang beber bisa membuat print out wayang beber yang digunakan dalam penelitian ini namun hanya untuk materi yang sesuai dengan penelitian ini, kemudian gambar tersebut ditempelkan di atas kain.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________________.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.. Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta.: Gava Media.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamidjojo, S. 1970. Perkembangan Media dan Teknologi Pendidikan. Bandung:

PPSP

Hugiono dan P.K. Poerwantana.1987.Pengantar Ilmu Sejarah. Bina Aksara Julius Siboro. 2012. Eropa Dari Masa Menjelang Perang Dunia I Sampai Masa

Antarbellum. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Muhammad Basri. 2013. Sejarah Amerika. Bandar Lampung: Universitas

Lampung Press

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Samekto. 1976. Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris. Jakarta: Sastra Budaya

Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(63)

____________. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur.. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Rajo Grafindo Persada

.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Suleiman, Amir Hamzah. 1981. Media Audio –Visual Untuk Pengajaran,

Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: Gramedia.

Tim Depdiknas. 2013. Kategori Penilaian kognitif siswa. Lampung: Depdiknas Bandar Lampung.

Widoyoko, S. Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Yasasusastra, J. Syahban. 2011. Mengenal Tokoh Pewayangan: Biografi, Bentuk, dan Perwatakan. Yogyakarta: Pustaka Mahardika.

Refrensi Skripsi:

Ariyono, Andy. 2012. Pengembangan Media Komik Pendidikan Untuk Mata Pelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar Pada Materi Persiapan

Kemerdekaan Indonesia. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Press

Giana, Nova.2010.Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw : Studi Pada Siswa Kelas X SMAN I Natar Lampung Selatan 2010/2011. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Hayati, Himmah. 2010. Skripsi Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Riyadi,Amru Salam. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Mata Diklat Mengoperasikan Mesin CNC Dasar Di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press. Putri, Dinda Intan Pramesti. 2011. Etnografi Seni Pertunjukan Wayang Beber.

Tradisi Lama yang Kembali Hidup di Tengah Ibukota Jakarta (Studi Kasus: Komunitas Wayang Beber metropolitan). Depok: Universitas Indonesia Press


(64)

Internet:

(http://autumnskyline.wordpress.com/, diakses 25 Maret 2014)

(http://elearning.milaulas.com/mod/page/view.php?id=23i diakses Januari 2014) (http://eprints.umk.ac.id/1651/3/isi_artikel_mila_roysa. pdf, diakses tanggal 21

April 2014)

(http://m.sindoweekly-magz.com/artikel/26/ii/-29-agustus-2013-4-september- 2013/highlight/142/kebanggaan-bangsa-yang-mulai-menghilang, diakses tanggal 21 April 2014)


(1)

39

Saifuddin Azwar. 2012. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 7

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT. Rineka Cipta. hlm. 109.

Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm.372.

Ibid.,

Ibid., hlm.389

Tim Depdiknas. 2013. Kategori Penilaian kognitif siswa. Lampung: Depdiknas Bandar Lampung. Hlm. 2

Anas Sudijono. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Rajo Grafindo Persada. Hlm. 43


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan wayang beber dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 3 di SMA N 1 Seputih Raman, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan wayang beber dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 memiliki hasil belajar kognitif yang baik. Hal ini dapat dilihat dari data posttest yang terakhir, kategori yang memiliki persentase tertinggi dalam

posttest ketiga adalah kategori nilai 70-79 (baik) dengan persentase 55,56% dan

persentase pencapaian jenjang kognitif tertinggi adalah ranah analisis (C4) dengan persentase 84,72%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menggunakan wayang beber dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:


(3)

71

1. Wayang beber dapat dijadikan alternatif media pembelajaran karena selain dapat membantu siswa dalam proses belajar, tetapi juga memiliki fungsi lain yaitu untuk menumbuhkan rasa kepemilikan akan tradisi dan budaya sendiri. 2. Untuk membuat media wayang beber perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Penggambaran tokoh wayang mengikuti anatomi tokoh wayang dalam wayang beber tradisi, yaitu salah satu mata tokoh wayang keluar dari garis anatomi;

b. Teknik pewarnaannya sebagian menggunakan teknik pewarnaan sungging agar tidak menghilangkan pakem yang ada;

c. Penggunaan ampok dan seligi;

d. Lakon cerita mengandung esensi cerita Panji;

e. Dalam penggunaanya guru duduk sambil menceritakan hal yang terpapar dalam wayang beber sehingga sekolah harus memiliki ruangan khusus yang di dalamnya tidak ada kursi.

3. Teknik pembuatan gambar dalam wayang beber memang tidak mudah perlu memiliki keahlian khusus, selain itu biaya yang dikeluarkan tidak murah, untuk itu peneliti menyarankan kepada guru yang tertarik untuk menggunakan wayang beber bisa membuat print out wayang beber yang digunakan dalam penelitian ini namun hanya untuk materi yang sesuai dengan penelitian ini, kemudian gambar tersebut ditempelkan di atas kain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________________.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.. Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta.: Gava Media.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamidjojo, S. 1970. Perkembangan Media dan Teknologi Pendidikan. Bandung:

PPSP

Hugiono dan P.K. Poerwantana.1987.Pengantar Ilmu Sejarah. Bina Aksara Julius Siboro. 2012. Eropa Dari Masa Menjelang Perang Dunia I Sampai Masa

Antarbellum. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Muhammad Basri. 2013. Sejarah Amerika. Bandar Lampung: Universitas

Lampung Press

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Samekto. 1976. Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris. Jakarta: Sastra Budaya

Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(5)

____________. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur.. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Rajo Grafindo Persada

.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Suleiman, Amir Hamzah. 1981. Media Audio –Visual Untuk Pengajaran,

Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: Gramedia.

Tim Depdiknas. 2013. Kategori Penilaian kognitif siswa. Lampung: Depdiknas Bandar Lampung.

Widoyoko, S. Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Yasasusastra, J. Syahban. 2011. Mengenal Tokoh Pewayangan: Biografi, Bentuk, dan Perwatakan. Yogyakarta: Pustaka Mahardika.

Refrensi Skripsi:

Ariyono, Andy. 2012. Pengembangan Media Komik Pendidikan Untuk Mata Pelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar Pada Materi Persiapan

Kemerdekaan Indonesia. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Press

Giana, Nova.2010.Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw : Studi Pada Siswa Kelas X SMAN I Natar Lampung Selatan 2010/2011. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Hayati, Himmah. 2010. Skripsi Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Riyadi,Amru Salam. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Mata Diklat Mengoperasikan Mesin CNC Dasar Di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press. Putri, Dinda Intan Pramesti. 2011. Etnografi Seni Pertunjukan Wayang Beber.

Tradisi Lama yang Kembali Hidup di Tengah Ibukota Jakarta (Studi Kasus: Komunitas Wayang Beber metropolitan). Depok: Universitas Indonesia Press


(6)

Internet:

(http://autumnskyline.wordpress.com/, diakses 25 Maret 2014)

(http://elearning.milaulas.com/mod/page/view.php?id=23i diakses Januari 2014) (http://eprints.umk.ac.id/1651/3/isi_artikel_mila_roysa. pdf, diakses tanggal 21

April 2014)

(http://m.sindoweekly-magz.com/artikel/26/ii/-29-agustus-2013-4-september- 2013/highlight/142/kebanggaan-bangsa-yang-mulai-menghilang, diakses tanggal 21 April 2014)