DOCRPIJM 1495026127BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN (Repaired)

  Kabupaten Ogan Komering Ilir

BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN/KOTA Pada bab ini diuraikan tentang arahan kebijakan kelembagaan bidang

  cipta karya. Selanjutnya diuraikan pula kondisi kelembagaan di kabupaten/kota, antara lain mengenai organisasi, tatalaksana, dan sumber daya manusia. Selain itu diuraikan pula gambaran umum kerangka regulasi yang sudah ada dan regulasi yang diperlukan daerah dalam pelaksanaan tugas, fungsi, serta kewenangannya pada pembangunan infrastruktur Bidang CiptaKarya.

6.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan yang menjadi landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan di pemerintahan kabupaten/kota. Yakni: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas- luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang- kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  VI-1 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan.

  Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: (1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2 adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, yang berkaitan dengan pelayanan dasar;.(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat 1 antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah. Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina

  Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

  4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

  VI-2 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan

  e-government

  penerapan di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.

  Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah.

  Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good

  governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program

  reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu:

  1)

  Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  VI-3 Kabupaten Ogan Komering Ilir 2) Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan

  berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3) Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi

  tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4) Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan

  tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  5) Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem

  rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  6) Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern

  Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7) Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi

  pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8) Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota. 9) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6.2. Kerangka Kelembagaan

  Bagian ini menguraikan tentang kondisi eksisting kelembagaan pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir yang menangani bidang Cipta Karya dan selanjutnya analisis kerangka kelembagaan bidang Cipta Karya.

6.2.1 Kondisi Eksisting Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Organisasi yang menangani bidang keciptakaryaan di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir sampai dengan tahun 2016 adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan (PU CKP). Instansi tersebut diatur dengan Peraturan Daerah Nomor .... Tahun ..... tentang Organisasi Perangkat Daerah. Selanjutya pada mulai tahun 2017 yang menangani bidang keciptakaryaan di Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah Dinas Perumahan

  VI-4 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  Rakyat dan Kawasan Permukiman, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor: ….. Tentang….. ..

  Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Ogan Komering Ilir, merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang perumahan dan permukiman. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Ogan Komering Ilir menyelenggarakan fungsi:

  a. Perumusan kebijakan teknis bidang perumahan dan permukiman;

  b. Pelaksanaan tugas bidang perumahan dan permukiman;

  c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan; d. Pembinaan dan pengembangan bidang perumahan dan permukman; dan

  e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

  Adapun susunan organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Ogan Komering Ilir terdiri dari:

  a. Kepala Dinas;

  b. Sekretariat terdiri dari:

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Subbagian Perencanaan Evaluasi dan Laporan;

  3. Subbagian Keuangan

  c. Bidang Perumahan terdiri dari:

  1. Seksi Pembinaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan;

  2. Seksi Pengembangan Perumahan

  3. Seksi Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan

  d. Bidang Kawasan Permukiman terdiri dari:

  1. Seksi Pembinaan dan Pengendalian Kawasan Permukiman

  2. Seksi Pengembangan Kawasan Permukiman

  3. Seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkuingan Permukiman

  e. Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan terdiri dari:

  VI-5 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  1. Seksi Jasa Konstruksi dan Pengelolaan Bangunan Gedung;

  2. Seksi Pembinaan dan Pengendalian Bangunan Gedung

  3. Seksi Pengawasan Pemanfaatan Bangunan dan Lingkungan Secara lebih jelas bagan struktur organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat dilihat pada Gambar 6.1.

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

  Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing- masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Dalam

Tabel 6.1. ditampilkan hubungan Kerja Instansi di Bidang Cipta Karya di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

  VI-6

  VI-7 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Ogan Komering Ilir 2017-2021 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

  Gambar 6. 1 Struktur Organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Ogan Komering Ilir KEPALA DINAS SEKRETARIS KASUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

  KASUBBAG PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN KASUBBAG KEUANGAN KABID PERUMAHAN

  KASI PEMBINAAN & PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN KASI PENGEMBANGAN PERUMAHAN KASI PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN

KABID KAWASAN PERMUKIMAN

KASI PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

KAWASAN PERMUKIMAN

KASI PENGEMBANGAN KAWASAN

PERMUKIMAN

KASI AIR MINUM DAN PENYEHATAN

  

LINGKUNGAN PERMUKIMAN (PLP)

KABID TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KASI JASA KONSTRUKSI DAN PENGELOLAAN BANGUNAN GEDUNG KASI PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

  BANGUNAN & LINGKUNGAN KASI PENGAWASAN PEMANFAATAN BANGUNAN

DAN LINGKUNGAN

INSTANSI PERAN INSTANSI DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CK UNIT/BAGIAN YANG MENANGANI PEMBANGUNAN BIDANG CK

  b. Pelaksanaan tugas bidang perumahan dan permukiman;

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi

  Dalam pembangunan bidang Cipta Karya kedua lembaga ini sudah cukup tepat untuk mengawal pelaksanaan pembangunannya. Bappeda sebagai lembaga perencanaan daerah secara keseluruhan memiliki kemampuan mengarahkan pembangunan sesuai dengan arah pembangunan sesuai visi misi daerah. Sedangkan Dinas Pekerjaan dan Umum dan Perumahan memiliki kemampuan secara teknis bagaimana pembangunan daerah tersebut dilaksanakan.

  Sumber : Dinas PU CKP OKI / Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman OKI dan Bappeda OKI

  Bidang Permukiman; Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan; Bidang Sanitasi; Bidang Air Minum.

  d. Pembinaan dan pengembangan bidang perumahan dan permukiman.

  c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang perumahan dan permukiman

  VI-8 Kabupaten Ogan Komering Ilir

Tabel 6.1 Hubungan Kerja Instansi di Bidang Cipta Karya di Kabupaten Ogan Komering Ilir No

  2. Dinas PU CKP/Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Ogan Komering Ilir

  Bidang Permukiman; Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan; Bidang Sanitasi; Bidang Air Minum.

  c. Pembinaan perencanaan pembangunan daerah; d. Pengkoordinasian perencanaan pembangunan daerah.

  b. Pelaksanaan tugas bidang perencanaan pembangunan daerah;

  a. Perumusan kebijakan umum bidang perencanaan pembangunan daerah;

  1. BAPPEDA Kabupaten Ogan Komering Ilir

  a. Perumusan kebijakan teknis bidang perumahan dan permukiman;

  Kabupaten Ogan Komering Ilir

  juga kualitas. Lembaga yang akan dilihat kondisi SDM-nya yaitu di Dinas Perumahan dan Permukiman. Berikut ini disampaikan data komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya.

  Tabel 6.

2 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya di Kabupaten Ogan Komering Ilir

  

UNIT KERJA GOLONGAN JENIS PENDIDIKAN JABATAN

(orang) KELAMIN (orang) FUNGSIONAL

(orang)

  Dinas PU Golongan II : Pria: SMA: …….. ……. CKP/ Dinas Orang; Orang;

  ……. Orang; Perumahan Rakyat dan

  Golongan III : Wanita: S1: ……. …….. Kawasan

  Orang Orang; …….Orang;

  Permukiman Kab. OKI

  GolonganIV: S2: …….

  Orang ………Orang

  Sumber : Dinas PU CKP OKI/Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kab. OKI

6.2.2 Analisis Kerangka Kelembagaan bedasarkan Kondisi Eksisting Kelembagaan

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah,

  bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. Adapun secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis Keorganisasian

  Berdasarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya Perda Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor

  …. Tahun …. tentang Organisasi Perangkat Daerah. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan tupoksi keciptakaryaan, diantaranya yaitu :

  a. Koordinasi antar lembaga yang belum dilakukan dengan efektif

  b. Belum tersedianya database keciptakaryaan yang terpadu dan mudah diakses

  c. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani

  d. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan

  VI-9 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  e. Tuntutan publik terhadap ketersediaan infrastruktur cipta karya

  2. Analisis Ketatalaksanaan

  Mengenai ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya, dalam penyusunan keorganisasian yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir sudah mengacu pada ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007. Peraturan Pemerintah tersebut juga diteruskan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 9 Tahun 2009. Dalam Perda ini dijelaskan secara jelas tentang tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing dinas/unit kerja yang ada.

  3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM)

  Analisis Sumber Daya Manusi (SDM) Bidang Cipta Karya menunjukkan adanya beberapa kendala diantaranya : a. Jumlah dan kualitas SDM keciptakaryaan yang belum mencukupi. Luasan daerah layanan dan banyaknya unit kegiatan membutuhkan penyesuaian jumlah dan kapasitas SDM.

  b. Terjadinya rolling pegawai (perpindahan) yang tidak diikuti dengan regenerasi. Hal ini menjadi kendala karena berpengaruh dalam terbentuknya koordinasi antar SDM.

  4. Analisis SWOT Kelembagaan

  Untuk melakukan analisis kelembagaan digunakan metode SOWT dimana hasil untuk permasalah, tantangan, hambatan, ancaman dan pelung. Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan pada kedepan berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal.

  Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung faktor produksinya.

  VI-10 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di kabupaten/kota.

  Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya : lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan.

  Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

  Untuk menemukan berbagai program yang perlu dilakukan, maka dilakukan analsiis SWOT seperti dalam tabel berikut.

Tabel 6.3 Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  INTERNAL Kekuatan (S) Kelemahan (W)

  1. Visi dan misi daerah;

  1. Jumlah dan kualitas

  2. Ketersediaan dokumen SDM; perencanaan;

  2. Keterbatasan dana dari

  3. Kemitraan pemerintah, pemerintah; swasta dan

  3. Koordinasi antar masyarakat; lembaga;

  4. Sumber dana APBD

  4. Keterbatasan jumlah dan swasta. dan kualitas sarana

  EKSTERNAL dan prasarana. Peluang (O) Strategi S-O: Strategi W-O:

  1. Pelaksanaan otonomi

1. Kemitraan pemerintah

  1. Peningkatan kapasitas

  daerah; dengan swasta kelembagaan;

  2. Ketersediaan DAK; maupun dengan

  2. Penguatan lembaga

  3. Pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam untuk peningkatan daerah; pembangunan bidang partisipasi masyarakat.

  4. Perkembangan CK;

  VI-11 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  aktivitas bisnis;

2. Perencanaan dan

  5. Pertumbuhan penilaian (valuation) penduduk. pembiayaan investasi; dari sumber-sumber pemerintah, swasta

  Ancaman (T) Strategi S-T: Strategi W-T:

  1. Peningkatan

  1. Optimalisasi dan

  1. Peningkatan Sumber pertumbuhan masalah peningkatan efektivitas Daya Manusia, baik yang harus ditangani; pelaksanaan fungsi secara kualitas

  2. Kenaikan harga barang organisasi; maupun kuantitas kebutuhan sarana cipta

  2. Peningkatan kapasitas untuk pengembangan karya; kelembagaan dalam kemitraan pemerintah,

  social

  3. Pertumbuhan menentukan swasta dan

  cost and benefit

  kebutuhan masyarakat;

  sharing

  pembiayaan; untuk

  2. Penguatan UPTD

  4. Tuntutan publik pembangunan untuk manajemen aset terhadap ketersediaan infrastruktur bidang dan monitoring & infrastruktur cipta CK. evaluasi infrastruktur karya.

  Cipta Karya.

  Sumber : Hasil Analisis

  Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya.

  Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung jawab serta peranan dari masing-masing pelaku. Menjadi tantangan kita bersama untuk mengembangkan semangat dan suasana yang mendorong tumbuhnya kemitraan dan mengembangkan pola-pola yang praktis dan menarik,serta menjamin keuntungan bagi semua pihak.

  Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya yang ingin kita dorong dalam perekonomian dan pembangunan. Kemitraan juga dapat memberi pemecahan atas dilema efisiensi dan pemerataan kesempatan, karena efisiensi tidak mengharuskan pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu.

  Kemitraan merupakan jawaban terhadap monopoli yang dalam sistem ekonomi pasar dan liberal menjadi penyakit yang senantiasa menjadi masalah bagi negara yang menganut paham itu. Kemitraan haruslah didorong tidak saja

  VI-12

  VI-13 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  antara peme rintah dengan usaha besar, tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi, serta antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah usaha yang tepat dan tidak bertentangan dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar, dalam membangun ekonomi yang berda sarkan demokrasi.

  Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan: 1) Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy indicators);

  2) Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu kesepakatan di antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog;

  3) Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan Transparansi erat kaitannya dengan tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan;

  4) Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup kepentingan-kepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas- luasnya dalam kemitraan pembangunan;

  5) Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional;

  6) Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha. Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka

  Kabupaten Ogan Komering Ilir

  pendek saja, apalagi yang bersikap spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka panjang.

  Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan olehmakin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia.

  Kerangka Regulasi 6.3.

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Selanjutnya berdasarkan strategi-strategi tersebut, dikembangkan lagi rencana pengembangan kelembagaan di daerah seperti dijelaskan sebagai berikut ini.

6.3.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Rencana pengembangan Keorganisasian sebagaimana hasil analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi dapat diupayakan dengan :

  1. Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi

  pelaksana pembangunan bidang cipta karya;

  2. Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam menentukan social cost and benefit sharing untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya;

  3. Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam

  pembangunan cipta karya;

  4. Penguatan UPTD untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi

  infrastruktur Cipta Karya;

  VI-14

5. Menyusun tupoksi sesuai dengan analisis jabatan dan beban kerja dalam

  VI-15 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya

  6.3.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

  Rencana pengembangan ketatalaksanaan sebagai analisis SWOT yang dilakukan, dapat diupayakan dengan :

  1. Pembentukan lembaga yang menangani program-program kemitraan pemerintah dengan swasta maupun dengan masyarakat dalam pembangunan bidang cipta karya;

  2. Peningkatan kemampuan dalam perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan investasi dari sumber-sumber pemerintah, swasta dan masyarakat;

  3. Peningkatan prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya, khususnya untuk pengadaan alat pengelolaan sampah dan drainase;

  4. Peningkatan efektivitas ketatalaksanan penyelenggaraan pembangunan bidang cipta karya;

  5. Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya;

  6. Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah sehat;

  7. Pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

  6.3.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam lembaga pembangunan bidang cipta karya melalui perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Perencanaan pegawai dilakukan dengan mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan

  Kabupaten Ogan Komering Ilir

  dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat dilaksanakan antara lain.

  1. Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis;

  2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara;

  3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III;

  4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  5. Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan;

  6. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL;

  7. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi;

  8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan;

  9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan;

  10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya;

  11. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana;

  12. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara;

  13. Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN;

  14. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai;

  15. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai;

  16. Diklat Pejabat Inti Satker (PIS); 17. Diklat Jabatan Fungsional.

  VI-16

  VI-17 Kabupaten Ogan Komering Ilir

  3. Tahun 2017

  2. Tahun 2017

  1. Tahun 2017

  Dinas PU CKP / BLH / Dinas PR- KP;

  2. Dinas PU CKP / Dinas PR-KP; 3.

  1. Dinas PU CKP /Dinas TKP / Dinas PR-KP

  Pokja Sanitasi Kab. OKI; 3. Pokja Sanitasi Kab. OKI.

  1. Pokja PKP Kab. OKI; 2.

  3. Peraturan terkait pembangunan dan pemeliharaan MCK Umum; Jamban Keluarga; IPAL; IPLT.

  2. Peraturan terkait pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase lingkungan perkotaan;

  1. Peraturan terkait Pencegahan dan Penanggulangan Kawasan Kumuh Perkotaan;

  3. Air Limbah Domestik

  2. Drainase Lingkungan;

  1. Kawasan Kumuh;

  2 Peraturan Bupati (Perbup)

  2. Tahun 2017;

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Ogan Komering Ilir 2017-2021

  1. Retribusi Sampah;

Tabel 6.4 Matriks Kebutuhan Regulasi di Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir No Arah Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian Substansi Arahan Regulasi Unit Penanggung Jawab Unit Terkait /Institusi Target Penyelesaian

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  1 Peraturan Daerah (Perda)

  1. Persampahan;

  2. SPAM IKK;

  3. Bangunan Gedung

  2. Rekening Air Minum SPAM IKK;

  1. Tahun 2017;

  3. Izin Mendirikan Bangunan/Gedung

  1. UPTD Persampahan; 2.

  PDAM Tirta Agung; 3. Badan Perizinan dan Penanaman Modal

  Daerah.

  1. BPPK/BLH; 2.

  Dinas PU CKP / Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman (PR-KP) 3. Dinas TKP/ Dinas PU-Tata Ruang (PU-TTR)

  3. Tahun 2007 Sumber : Hasil Analisis