BAB VI - DOCRPIJM 289444ca79 BAB VIBAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KOTA MAGELANG Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal

  diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1 Kerangka Kelembagaan

  Bagian ini berisikan kondisi kelembagaan di kota, antara lain mengenai organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.

6.1.1 Struktur organisasi, tugas, dan fungsi masing-masing unit yang terkait dengan pembangunan infrastruktur Cipta Karya

  Lembaga pemerintah Kota Magelang yang terkait langsung dengan program pembangunan Bidang Cipta Karya adalahDinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kota Magelang, Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang, Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang. Berikut tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi Dinas Ke-Cipta Karyaa-an di Kota Magelang: a.

   Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kota Magelang

  Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang yang digunakan adalah Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Susunan Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah. Sesuai dengan Perda tersebut Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

  Perda Nomor 1 Tahun 2016 tersebut merupakan pengganti Peraturan daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. Perda Nomor 4 Tahun 2008 disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

  Untuk penyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang sesuai PERATURAN WALIKOTA MAGELANG NOMOR

  32 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG mempunyai beberapa fungsi. Adapun fungsi dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut :

  a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;

  b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;

  c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;

  d. pelaksanaan administrasi sesuai dengan lingkup tugasnya; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas fungsinya.

  Sesuai dengan tugas dan fungsinya kegiatan Ke-Cipta Karya-an di Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang diampu oleh bidang yaitu Bidang Cipta Karya. Secara spesifik dalam menjalankan tugas dan fungsinya Bidang Cipta Karya membawahi 3 seksi yaitu Seksi Bangunan Gedung, Seksi Penataan Bangunan Dan Lingkungan, dan Seksi Jasa Konstruksi Tugas dan Fungsi Bidang Cipta Karya: a. Menyusun rencana program dan kegiatan Bidang Cipta Karya.

  b. Menganalisis dan mengkaji data dan informasi sebagai bahan perumusan kebijakan teknis Cipta Karya.

  c. Melaksanakan pembinaan dan pengendalian pembangunan gedung.

  d. Menyelia pemberian bantuan teknispembangunan gedung.

  e. mengkaji data dan informasi sebagaibahan rekomendasi sertifikat layak fungsi bangunan gedung.

  f. mengkaji bahan penyusunan rencana dan gambar konstruksi bangunan gedung beserta perhitungan anggarannya.

  g. Mengkaji bahan rekomendasi gambar kerja kegiatan bangunan gedung negara dan bangunan umum.

  h. Mengkaji bahan rekomendasiIzin Mendirikan Bangunan (IMB). i. Mengawasi pemeliharaan dan Rehab Bangunan Gedung Negara. j. Menyusun draft kajian terhadap pembangunan kawasan yang diprioritaskan penanganannya. k. Melaksanakan pembinaan jasa konstruksi l. mengkoordinir monitoring, evaluasi dan pelaksanaan jasa konstruksi m. melaksanakanpelatihan tenaga terampil konstruksi. n. Mengkaji bahan sistem informasi jasa konstruksi o. Mengkaji tinjauan teknis pengajuan ijin usaha jasa konstruksi. p. Mengkoordinir Pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi. q. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Cipta Karya. r. Memberi petunjuk, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan. s. Memberikan saran/pertimbangan kepada atasan sebagai bahan masukan. t. Melaksanakan tertib administrasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas/kegiatan BidangCipta Karya. u. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan.

  Untuk struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 6.1 Struktur OrganisasiDinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang

b. Dinas Lingkungan Hidup

  Pembentukan struktur organisasi dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup di Kota Dinas Lingkungan Hidup sesuai dengan Perda Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah merupakan Dinas Teknis Daerah yang mengampu urusan Lingkungan hidup, sebagian urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang berupa Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan, Penataan Taman dan PJU, juga mengampu sebagian urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman berupa Pemakaman di Kota Magelang dalam hal pengawasan, pembinaan dan pengendaliannya, sedangkan Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas diatur dalam Peraturan Walikota Magelang Nomor 41 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas lingkungan Hidup Kota Magelang. Di mana Organisasi Perangkat daerah Dinas Lingkungan Hidup merupakan gabungan antara SKPD Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Kota.

  Fungsi dan peran Dinas Lingkungan Hidup berdasar bidangnya, mengampu urusan lingkungan hidup, urusan pekerjaan umum dan penataan ruang serta Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman. Tugas pokok yang diampu adalah melaksanakan kewenangan Pemerintah Kota Magelang di bidang Lingkungan Hidup, Pengolahan Sampah, Keindahan dan Penerangan Jalan Umum yang meliputi: a. Lingkungan Hidup

  b. Kebersihan;

  c. Pertamanan;

  d. Penerangan Jalan Umum;

  e. Pengelolaan Pemakaman

Gambar 6.2 Struktur OrganisasiDinas Lingkungan Hidup Kota Magelang c. Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang

  Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang yang digunakan adalah Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 33 Tahun 2016 tentang Susunan Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah.

  Sesuai dengan Perwal tersebut Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah

  Untuk penyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Magelang mempunyai beberapa fungsi. Adapun fungsi dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Magelang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut : a. P erumusan rencana dan kebijakan teknis di bidang Pekerjaan Umum.

  b. Pengkoordinasian dan pengarahan dalam penyusunan program, pengelolaan keuangan serta urusan umum kepagawaian dan dinas.

  c. Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  d. Pengendalian dan pembinaan terhadap pelaksanaan operasional di lingkungan tugasnya

  Tugas dan fungsi Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang dalam bidang ke-Cipta Karya-an terletak dalam dalam penangan penyehatan lingkungan, pembangunan permukiman serta pencegahan dan pengendalian kawasan kumuh. Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut dilaksankan oleh Bidang Kawasan Permukiman Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang yang meliputi: 1) Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman 2) Kepala Seksi Pembangunan Permukiman 3) Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Permukiman Kumuh Berikut bagan strukktur organisas Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang:

Gambar 6.3 Struktur Organisasi Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota

  Berdasarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Susunan Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan tupoksi keciptakaryaan, diantaranya yaitu :

  a. Koordinasi antar lembaga yang belum dilakukan dengan efektif

  b. Belum tersedianya database keciptakaryaan yang terpadu dan mudah diakses c. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani

  d. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan

  e. Pemenuhan target nasioanal 100-0-100 yang membutuhkan kesamaan pandangan antara para pemangku kepentingan

6.1.2 Potensi dan persoalan terkait dengan organisasi dan tata laksana pembangunan infrastruktur Bidang Keciptakaryaan

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

  Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

  Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing- masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing- masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya:

  

Tabel 6.1:

Hubungan Kerja Instansi Bidang Keciptakaryaan

No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

  1. Bappeda Kota Magelang a. Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan daerah; b. Pelaksanaan tugas bidang perencanaan pembangunan daerah; c. Pembinaan perencanaan pembangunan daerah; d. Pengoordinasian perencanaan pembangunan daerah

  Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU-PR) Kota Magelang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pembentukan

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Ada tiga lembaga yang akan dilihat kondisi SDM-nya yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang. Berikut ini disampaikan data komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya.

  Mengenai ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya, dalam penyusunan keorganisasian yang ada di Kota Magelang sudah mengacu pada ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut juga diteruskan dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Susunan Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah. Dalam Perda ini dijelaskan secara jelas tentang tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing dinas/unit kerja yang ada

  e. Penembangan kawasan Bidang Kawasan permukiman

  d. RTBL

  c. Sarana prasarana dasar (PSD)

  b. Pengelolaan air limbah

  4 Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Magelang a. Penganan Kumuh Perkotaan

  c. Pertamanan; Bidang Pengelolaan dan Penangananan Persampahan UPTTempat Pembuangan Sampah akhir

  b. Kebersihan;

  3. Dinas Lingkungan Hidup a. Lingkungan Hidup

  BidangCipta Karya

  2. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang pengairan, drainase, bina marga, penataan bangunan dan gedung dan penataan ruang

  Bidang Fispra

6.1.3 Analisis kebutuhan SDM dibandingkan dengan kondisi eksisting

1. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  dan Susunan Perangkat Daerah. Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah, yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

  Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi tersebut Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang terbagi atas 3 (Tiga) Bidang, 1 (Satu) Sekretariat dan 3 UPTD. Sedangkan jumlah pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang sampai dengan Januari 2017 berjumlah 48 orang dengan komposisi sebagai berikut:  Menurut Jenis Kelamin :

  Pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang menurut Jenis Kelamin lebih didominasi oleh pegawai dengan jenis kelamin laki-laki atau sebesar 91,67 % dari total pegawai sebagaimana tabel 6.2 berikut:

Tabel 6.2 Komposisi Pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

  1 Laki-laki 44 91,67 %

  2 Perempuan 4 8,33 % 48 100,00 % Sumber : Data Kepegawaian DPU Kota Magelang, 2017

   Menurut Tingkat Pendidikan : Tingkat pendidikan pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang sebagian besar adalah Sarjana dan Sarjana Muda atau sebesar 37,31% dari total pegawai sebagaimana tabel 6.2 berikut:

Tabel 6.2 Komposisi Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Menurut Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah Prosentase

  1 Pasca Sarjana/ S2 5 10,41%

  2 Sarjana/ Sarjana Muda 19 39,58%

  3 SMA dan sederajat 14 29,17%

  4 SMP dan sederajat 6 12,5%

  5 SD dan sederajat 4 8,3% 67 100% Sumber : Data Kepegawaian DPU Kota Magelang, 2017

   Menurut Golongan/Ruang :

  Komposisi pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang menurut pangkat/golongan sebagian besar adalah pegawai dengan golongan III atau sebesar 52,24 % dari total pegawai sebagaimana tabel 6.3 berikut :

  Tabel6.3 KomposisiPegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Menurut Golongan/Ruang No Jabatan Jumlah Prosentase

  1 Golongan IVA 3 6,25 %

  2 Golongan IIID 4 8,33 %

  3 Golongan IIIC 8 16,67 %

  4 Golongan IIIB 8 16,67 %

  5 Golongan IIIA 1 2,08%

  6 Golongan II 19 39,58 %

  7 Golongan I 5 10,41 % 48 100% Sumber : Data Kepegawaian DPU Kota Magelang, 2017

  Berdasarkan data diatas diketahui bahwa personil Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang paling banyak bergolongan/ruang II, sebagian dari mereka berijazah SMA, sehingga untuk tugas dan operasional di lapangan dapat dimaksimalkan.  Menurut Jenjang Jabatan :

  Komposisi pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Pejabat Eselon I sebesar 1,49%, Pejabat Eselon III dan IV sebesar 28,36 %, sedangkan jumlah staf sebesar 70,15% dari total pegawai sebagaimana tabel 6.4 berikut:

Tabel 6.4 Komposisi Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang Menurut Golongan/Pangkat No Golongan/Pangkat Jumlah Prosentase

  1 Eselon II B 0 %

  2 Eselon III A 1 2,08 %

  3 Eselon III B 3 6,25 %

  4 Eselon IV A 12 25 %

  5 Eselon IV B 1 20,83 %

  6 Staf 31 64,58 % JUMLAH 48 100%

   Sumber : Data Kepegawaian DPU Kota Magelang, 2017, data diolah

  Berdasarkan tabel 6.4 diatas terlihat bahwa mayoritas sebanyak 64,58% karyawan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang adalah staf. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kekuatan tangan kerja DPU-PR cukup signifikan untuk menjalani tugas-tugas lapangan.

  Jumlah karyawan Dinas Pekerjaan Umum Kota Magelang jika dibandingkan dengan kondisi 5 (lima) tahun sebelumnya yaitu pada akhir tahun 2010 dengan jumlah 82 orang berkurang sebesar 32 orang sehingga menjadi 48 orang.

2. Dinas Lingkungan Hidup

  Kepegawaian di Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang ada 3 jenis status kepegawaiannya yaitu : a. PNS

  b. Tenaga kontrak

  c. Tenaga Harian Lepas (THL) Jumlah PNS per akhir bulan Januari tahun 2017 berjumlah 119 orang, terdiri dari laki- laki 106 orang dan perempuan 13 orang.

Gambar 6.4 Perbandingan Jenis Kelamin Pegawai Perempuan Laki-laki

  Dari gambar terlihat ada kesenjangan yang cukup mencolok dari segi perspektif gender dimana jumlah pegawai perempuan tidak seimbang dengan pegawai laki-laki yang ada, hanya sekitar 9% dari total pegawai yang ada. Dari 13 orang pegawai perempuan ini 6 orang menduduki jabatan struktural, sehingga jumlah pegawai perempuan ini tentunya tidak sebanding dengan tugas yang diampu oleh Dinas Lingkungan Hidup. Selengkapnya susunan kepegawaian berdasarkan beberapa kriteria dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.5. Susunan Kepegawaian menurut Jabatan, Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin JUMLAH

  

POSISI S2 S1 D4 D3 SMA SMP SD JML

L P L P L P L P L P L P L P 1 - - - - - - - Eselon II/b

  • 1 - - - - -
  • 1 - Eselon III/a - - -
  • 1 - - - - -

  3 - - - - - - - - Eselon III/b

  • 3 - - - -

  Eselon IV/a

  1 4 -

  1

  1 1 - 1 - - - 9 - - -

  • Eselon IV/b - - - - - - - - -

  1 - 1 - -

  • - - - - Fungsional - - - - - - - - - - -

    Staf Pelaksana

  1 - 3 - - -

  2

  3

  22

  2 23 -

  38

  3

  97

  6

   8

  3

  1

  1

  3

  24

  2

  23 - - - Jml 38 3 119

  • * Sumber Sub Bag. Umum dan Kepegawaian per Mei 2016

  Jika digambarkan dengan diagram batang akan terlihat seperti gambar di bawah ini:

Gambar 6.5 Jenjang Pendidikan Pegawai

  50 SD/MI S2

  40 S1 SMA/STM/SME A

  30 D4 SMP/ST/MTs D3

  20 S1 SMA/STM/SMEA S2

  10 D3 SMP/ST/MTs D4 SD/MI jenjang pendidikan

  Dari gambar di atas terlihat bahwa PNS Dinas Lingkungan Hidup yang paling banyak adalah lulusan SD/sederajat yang bertugas di lapangan sebagai tukang sapu maupun tenaga angkutan sampah. Melihat realita ini tentunya pengembangan SDM susah dilakukan untuk karyawan lulusan SD tersebut karena keterbatasan wawasan dan pola pikir yang ada. Terlebih mereka sudah cukup lama bekerja di lapangan sehingga pengarahan yang bisa dilakukan sebatas tentang pekerjaan di lapangan.

  Konsekuensi dari latar belakang pendidikan yang didominasi lulusan SMP dan SD ini maka sudah tidak bisa dikembangkan lagi pola pikirnya dengan pelatihan dan diklat. Oleh karena itu, dengan tidak mengesampingkan kemampuan pegawai yang sudah ada, melihat realitas ini perlu adanya tambahan PNS dengan latar belakang pendidikan yang lebih memadai lagi. Untuk kemajuan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat masih dibutuhkan tenaga-tenaga perencana yang menguasai. Oleh karena itu perlu adanya penambahan karyawan dengan kompetensi yang baik dan memadai.

  Berdasar tabel 2.1 juga dapat dilihat bahwa PNS dengan jabatan fungsional belum ada di Dinas Lingkungan Hidupsaat ini. PNS dengan jabatan fungsional dibutuhkan untuk menunjang kinerja dinas dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk membantu mewujudkan visi Walikota Magelang.

  Dinas Lingkungan HidupKota Magelang sebagai dinas teknis yang mengampu bidang Lingkungan,Kebersihan Pertamanan dan PJU tentunya memerlukan pegawai dengan kompetensi tertentu, yaitu dibidang lingkungan, pertamanan/landscape, teknik mesin/arsitektur/sipil/listrik, teknisi dan operator alat berat, administrasi perencanaan, keuangan, umum dan kepegawaian. Kondisi saat ini PNS dengan kompetensi tersebut sebagian memang sudah ada di Dinas Lingkungan HidupKota Magelang, namun baik dari segi kualitas maupun kuantitas masih kurang, sehingga masih banyak pegawai yang melaksanakan tugas tidak sesuai dengan background pendidikan/ keahliannya.

  Susunan kepegawaian di Dinas Lingkungan HidupKota Magelang disesuaikan dengan bidang tugas yang menjadi Tupoksi Dinas adalah sebagai berikut :

Tabel 6.7 Susunan Kepegawaian Menurut Bidang Kekurangan tenaga Bidang S2 S1 D4 D3 SMA SMP SD Jumlah Keterangan

  PNS dengan 1 orang perencana kompetensi dan 1 orang Sekretariat 2 - -

  5

  2

  4

  

2

15 keuangan dan akuntansi perencana masih minim

  2 orang tenaga Pengolahan dan administrasi dan 2

  1

  2 - penanganan

  1

  7

  

12

  25

  48 PNS yang ada lebih orang teknisi sampah banyak bertugas di kendaraan lapangan, bagian Taman : 3 orang administrasi masih (pranata taman, Pertamanan, PJU & dibantu tenaga pengelola bibit, adm)

  2

  • 1

  1

  8

  

5

  9

  26 Pemakaman harian lepas. Pemakaman : 8 orang untuk gali kubur

  Keurangan staf

  2

  2

  1

  1

  

1

- - Tata Lingkungan 7 berbasis Teknik

  Lingkungan bidang Keurangan staf Pengendalian berbasis Teknik Pencemaran dan Lingkungan

  3

  3

  1 - - - -

  7 Konservasi Sumber Daya Alam

  Tenaga administrasi 1 orang tenaga dan lapangan administrasi dan 2 2 - - - UPTD TPSA

  4

  

2

  5

  13 terbatas orang operator alat berat Jumlah

  6

  11

  2

  3

  26

  

23

41 119

  Berdasar tabel di atas dapat dilihat bahwa sebaran PNS di tiap bidang tidak merata karena disesuaikan dengan tugas yang diampunya dan kompetensi individu. Jumlah yang banyak belum tentu menunjukkan terpenuhinya kebutuhan SDM yang ada. Pada Bidang Sekretariat yang mengampu urusan kesekretariatan yaitu Umum dan Kepegawaian, Program dan Keuangan pun masih membutuhkan tenaga yang kompeten di bidang perencanaan. Pada Bidang Pengolahan dan Penanganan sampah serta Bidang Pertamanan, PJU dan Pemakaman, PNS yang ada lebih banyak di lapangan, sehingga untuk urusan administrasi dibantu dengan Tenaga Harian Lepas. Bidang Tata Lingkungan dan bidang Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Sumber Daya Alam juga mengalami kekurangan tenaga karena dengan jumlah personel sebanyak 10 orang untuk mengampu administrasi dan survey lapangan untuk pengawasan dan kajian izin HO yang jumlahnya selalu bertambah dan membutuhkan ketepatan waktu sesuai SOPnya.

  Selain tugas pokok sesuai bidangnya, ada beberapa PNS di bidang yang menangani pengadaan barang dan jasa dalam lingkup dinas. Bahkan karena keterbatasan PNS yang memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa sehingga ada yang menangani pengadaan untuk bidang yang lain. Dengan demikian, keterbatasan SDM dalam pelayanan tugas sehari- hari di Dinas Lingkungan Hidup semakin jelas.

  Akibat keterbatasan PNS yang ada di Dinas Lingkungan HidupKota Magelang maka untuk menyelesaikan urusan yang menjadi tupoksi dinas juga mempekerjakan tenaga kontrak dan Tenaga Harian Lepas. Tenaga Kontrak adalah tenaga yang bekerja sesuai SK Walikota dan sudah bekerja cukup lama di Dinas Lingkungan Hidup namun tidak dapat diangkat menjadi PNS karena suatu sebab. Tenaga kontrak ini masa kerjanya sampai usia 56 tahun, saat ini tenaga yang ada sudah berusia cukup umur dan tidak lama lagi memasuki masa pensiunnya Sedangkan tenaga harian lepas adalah tenaga yang dibayar dengan upah per hari untuk membantu tugas Dinas. Adapun susunan tenaga kontrak dan Tenaga Harian lepas per bidang adalah sebagai berikut :

Tabel 6.8 Daftar Tenaga Kontrak dan Tenaga Harian Lepas menurut Bidang Pekerjaan

  Tenaga Harian

No Bidang pekerjaan Tenaga Kontrak Lepas

( THL )

  1 Pengelolaan sampah 13 115

  2 Operator TPST

  2

  3 Pemeliharaan taman

  69

  4 Pengelolaan sampah TPA

  7

  5 Pengelolaan dan pemeliharaan TPU Giriloyo

  6

  6 Penjaga kantor / malam

  3

  7 Petugas kebersihan kantor

  1 Jumlah 13 203

  Dari tabel 6.8 terlihat bahwa tenaga kontrak dan tenaga harian lepas yang dimiliki paling banyak untuk pengelolaan sampah, yaitu sebagai tenaga angkutan sampah, pengemudi angkutan sampah maupun tukang sapu yang sangat diperlukan dalam penanganan sampah kota. Tenaga harian lepas pada bidang taman bertugas untuk memelihara taman-taman dan PJU Kota, namun karena keterbatasan personel, ada juga tenaga harian lepas yang membantu administrasi.

  Dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, ada 43 (empat puluh tiga) orang yang akan pensiun dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, mencapai 38 % dari jumlah PNS saat ini, baik yang menduduki jabatan struktural maupun staff pelaksana. Kebanyakan yang pensiun adalah tenaga kebersihan yang merupakan ujung tombak dari DLH. Tenaga kontrak yang saat ini berjumlah 13 (tiga belas) orang dalam 5 tahun kedepan juga akan memasuki masa pensiunnya, tentunya hal ini berdampak pada kinerja dinas karena kekurangan personil, terutama untuk menangani kebersihan kota. Oleh karena itu, perlu adanya rencana penambahan tenaga harian lepas untuk menggantikan tugas tenaga PNS maupun tenaga kontrak yang memasuki masa pensiun .

3. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman a. Susunan Kepegawaian

  Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Dinas PERKIM) Kota Magelang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perngkat Daerah. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah, yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

  Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi tersebut Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Magelang terbagi atas 2 (Dua) Bidang, 1 (Satu) Sekretariat dan 1 UPTD. Sedangkan jumlah pegawai pada Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Magelang pada Januari 2017 berjumlah 30 orang dengan komposisi sebagai berikut:  Menurut Jenis Kelamin :

  Pegawai Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Magelang menurut Jenis Kelamin lebih didominasi oleh pegawai dengan jenis kelamin laki- laki atau sebesar 70.00 % dari total pegawai sebagaimana tabel 6.9 berikut:

Tabel 6.9 Komposisi Pegawai Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Magelang Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

  1 Laki-laki 21 70,00 %

  2 Perempuan 9 30,00 % 30 100% Sumber : Data Kepegawaian Dinas PERKIM Kota Magelang, 2017

   Menurut Tingkat Pendidikan : Tingkat pendidikan pegawai Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

  Kota Magelang sebagian besar adalah Sarjana dan Sarjana Muda atau sebesar 40,00% dari total pegawai sebagaimana tabel 6.10 :

Tabel 6.10 Komposisi Pegawai Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Magelang Menurut Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah Prosentase

  1 Pasca Sarjana/ S2 4 13,33 %

  2 Sarjana/ Sarjana Muda 12 40,00 %

  3 SMA dan sederajat 9 30,00 %

  4 SMP dan sederajat 3 10,00 %

  5 SD dan sederajat 2 6,67 % 30 100% Sumber : Data Kepegawaian Dinas PERKIM Kota Magelang, 2017 b.

   Proyeksi Kebutuhan SDM Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam mempersipkan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) perlu memproyeksikan kebutuhan pegawai selama 5 tahun dengan mempertimbangkan aspek beban kerja yang diampu pada masing-masing Bidang/UPTD/Sekretariat. Kebutuhan pegawai ini dihimpun dari unit kerja pada Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman yang melaksanakan tugas/kegiatan pada bidang-bidang, sekretariat, UPTDserta dengan mempertimbangkan kompetensi pegawai yang dibutuhkan serta sesuai dengan proyeksi kebutuhan Diklat Pegawai.Proyeksi kebutuhan pegawai selama 5 tahun ini selain untuk memenuhi kebutuhan pegawai dikarenakan kurangnya personil juga sebagai pengganti pegawai yang memasuki masa pensiun selama tahun 2016 sampai dengan tahun 2021.

  Berdasarkan data eksisting dan proyeksi kebutuhan pegawai Dinas PERKIM Kota Magelang dengan mempertimbangkan aspek beban kerja yang diampu pada masing-masing bidang/UPTD/bagian saat ini kekurangan pegawai hampir di semua bidang/bagian. Hal ini disebabkan dalam 5 tahun terakhir banyak pegawai yang mengalami masa pensiun dan tidak diiringi dengan penambahan pegawai baru khususnya yang memiliki kemampuan teknis bidang sipil dan arsitektur. Jumlah proyeksi kebutuhan pegawai keseluruhan 30 orang.

6.1.4 Analisis Kelembagaan

  Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya : lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

  Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung faktor produksinya. Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di kabupaten/kota.

  1. Kemitraan pemerintah dengan swasta maupun dengan

masyarakat dalam pembangunan

bidang CK

  1. Peningkatan Sumber Daya Manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk pengembangan kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat

  Strategi W-T:

  2. Peningkatan efektivitas

ketatalaksanan penyelenggaraan

pembangunan bidang C K

  

1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi

organisasi pelaksana pembangunan bidang CK

  5. Tuntutan publik terhadap ketersediaan infrastruktur cipta Strategi S-T:

  4. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan

  2. Kenaikan harga barang kebutuhan sarana cipta karya

  1. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani

  Ancaman (T)

  3. Penguatan UPTD untuk manajemen aset dan evaluasi kemanfaatan infrastruktur Cipta Karya

  2. Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat

  1. Peningkatan kapasitas kelembagaan

  Strategi W-O:

  2. Perencanaan dan penilaian

(valuation) pembiayaan investasi

dari sumber-sumber pemerintah,

swasta dan masyarakat

  5. Pertumbuhan penduduk Strategi S-O:

  Untuk dapat menemukan program yang perlu dilaksanakan dilakukan dengan analisis Strengh Weakness Opportuntty dan Threats (SWOT) sebagai berikut.

  4. Perkembangan aktivitas bisnis

  3. Pertumbuhan ekonomi daerah

  2. Ketersediaan DAK

  1. Pelaksanaan otonomi daerah

  4. Keterbatasan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana Peluang (O)

  3. Koordinasi antar lembaga

  2. Keterbatasan dana

  1. Jumlah dan kualitas SDM

  4. Sumber dana APBD Kelemahan (W)

  

3. Kemitraan pemerintah, swasta dan

masyarakat

  2. Ketersediaan dokumen perencanaan

  1. Visi dan misi daerah

  Internal Eksternal

Kekuatan (S)

Tabel 6.11 Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  2. Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kerja pendukung karya pembangunan bidang CK

  Kemitraan pada hakikatnya merupakan wujud yang ideal dalam peran serta masyarakat dalam pembangunan. Kemitraan didasari atas hubungan antarpelaku yang bertumpu pada ikatan usaha yang saling menunjang dan saling menguntungkan, serta saling menghidupi berdasarkan asas kesetaraan dan kebersamaan. Setiap pelaku usaha memiliki potensi, kemampuan dan keistimewaan sendiri, walaupun berbeda ukuran, jenis, sifat, dan tempat usahanya. Setiap pelaku usaha juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dengan kelebihan dan kekurangan itu timbul kebutuhan kerjasama dan kemitraan. Dengan demikian, kelebihan-kelebihan akan dilipat gandakan dengan memaksimalkan manfaat yang mungkin diperoleh. Sedangkan kekurangan- kekurangan dapat diusahakan untuk dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali, dengan kerjasama yang saling menutupinya.

  Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya. Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung jawab serta peranan dari masing-masing pelaku.

  Pengembangan kemitraan dalam pembangunan dapat mencakup dua pola dasar, yaitu pertama, dalam bentuk peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan yang sifatnya memberikan lebih banyak peluang untuk berpartisipasi pada kegiatan yang semula merupakan tugas pemerintah. Atau dengan kata lain, pemerintah memberi ijin pemanfaatan aset milik pemerintah (konsesi)kepada pihak swasta dan masyarakat untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu guna melakukan tugas-tugas pelayanan umum. Kedua, kerjasama kemitraan antara masyarakat, swasta dan pemerintah melalui pengembangan formula pembagian modal kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pihak. Dalam rangka ini dikembangkan pola -pola kerjasama kemitraan yang mencakup pembagian keuntungan dan sekaligus juga risikonya.

  Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang bersikap spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka panjang.

  Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia.

  Berdasarkan cara pandang kota sebagai pusat pelayanan ekonomi wilayah/kawasan, maka hendaknya kota tidak hanya dilihat sebagai unit yang berdiri sendiri secara individual, tetapi dipandang sebagai satu kesatuan dalam suatu sistem. Berkaitan dengan peningkatan peran swasta dalam berbagai bentuk pembangunan skala besar seperti pembangunan perumahan, kota baru, kota satelit dan lain -lain, maka kegiatannya perlu dilaksanakan dalam suatu kerangka sistem perkotaan yang lebih luas, di samping pembangunan sistem internal kotanya sendiri. Dengan demikian, dapat terwujud keterpaduan dan sinkronisasi system prasarana kota dan antara kota yang berdampingan atau berdekatan, baik yang dibangun pemerintah maupun yang dibangun oleh swasta. Selain itu juga dapat saling mendukung dengan sistem dalam kota intinya dan juga mendukung keterkaitan dengan kota-kota lainnya.

  Dengan kata lain, sinkronisasi pembangunan regional merupakan tantangan yang harus diatasi dengan meningkatnya berbagai bentuk pembangunan skala besar oleh pihak swasta. Dalam banyak hal, memang kegiatan swasta sudah tidak lagi berskala mikro, tetapi sudah sampai pada skala makro yang berdampak makro pula, seperti pengembangan permukiman skala besar atau kota baru, penyediaan sistem telekomunikasi melalui satelit, pembangunan pusat-pusat tenaga listrik, dan sebagainya. Mengingat makin besarnya bentuk dan nilai partisipasi swasta dalam pembangunan daerah yang berskala besar seperti itu, maka sinkronisasi investasi pembangunan menjadi imperatif agar terjadi sinergi yang optimal antara berbagai pelaku pembangunan. Kegiatan yang saling tumpang tindih harus dapat dihilangkan. Di sisi lain, adanya sinkronisasi dapat mengisi ‘gap’ atau kekosongan dari suatu kegiatan pembangunan.

  Dalam membangun kemitraan, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan:

  1) Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy indicators).

  2) Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu kesepakatan di antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog. 3) Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. Transparansi erat kaitannya dengan tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan. 4) Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup kepentingan-kepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan pembangunan. 5) Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional.

  6) Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.

6.1.5 Rencana Pengembangan Kelembagaan

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOTsebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputistrategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tatalaksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia.Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencanapengembangan kelembagaan di daerah seperti dijelaskan sebagai berikut ini.

1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Rencana pengembangan Keorganisasian sebagaimana hasil analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi dapat diupayakan dengan : 1) Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi pelaksana pembangunan bidang cipta karya 2) Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam menentukan social cost and benefit sharing untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya 3) Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan cipta karya 4) Penguatan UPTD untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur

  Cipta Karya 5) Menyusun tupoksi sesuai dengan analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya

  2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

  Rencana pengembangan ketatalaksanaan sebagai analisis SWOT yang dilakukan, dapat diupayakan dengan : 1) Pembentukan lembaga yang menangani program-program kemitraan pemerintah dengan swasta maupun dengan masyarakat dalam pembangunan bidang cipta karya

  2) Peningkatan kemampuan dalam perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan investasi dari sumber-sumber pemerintah, swasta dan masyarakat 3) Peningkatan prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya, khususnya untuk pengadaan alat pengelolaan sampah dan drainase 4) Peningkatan efektivitas ketatalaksanan penyelenggaraan pembangunan bidang cipta karya 5) Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya 6) Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah sehat 7) Pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansiataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya

  3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  PengembanganSumber Daya Manusia dalam lembaga pembangunan bidang cipta karya melalui perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individudan kebutuhan organisasi. Perencanaan pegawai dilakukan dengan mengacu padaanalisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan denganpeningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitaspegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidangCipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapatbeberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta KaryaKementerian PU yang dapat dilaksanakan antara lain. 1) Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah NegaraPusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis 2) Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3) Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III 4) Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunandan

  Lingkungan 5) Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undanganBangunan

  Gedung dan Lingkungan

  6) Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL 7) Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan