DOCRPIJM 63161226bd BAB IVBAB 4 Analisis Isu Strategis meranti OK

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1 Permasalahan Daerah

  Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi.

  Identifikasi permasalahan pembangunan daerah merupakan salah satu input bagi perumusan tujuan dan sasaran yang bersifat prioritas sesuai platform Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih.

  Berdasarkan hasil identifikasi data dan informasi kondisi daerah selama beberapa tahun terakhir sebagaimana disajikan pada Bab II. Gambaran Umum Kondisi Daerah, maka berikut ini disajikan permasalahan pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti: 1. Tingginya tingkat kemiskinan.

  Dengan jumlah penduduk kabupaten meranti sebanyak kurang lebih seratus tujuh puluh sembilan ribu jiwa, 35,4% masyarakat masih berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini juga menjadi suatu pekerjaan berat bagi pemerintah kabupaten meranti untuk mengejar target kemiskinan yang ditargetkan Provinsi Riau dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang RPJMD, yang menargetkan penduduk miskin sejumlah 5,84% pada akhir Tahun 2018.

  2. Pendidikan

  a. Rendahnya Angka Melek Huruf Berdasarkan data pada BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah, Angka Melek Huruf di Kabupaten Meranti sangat rendah, yaitu hanya 20%, hal ini terjadi semenjak Tahun 2011 hingga Tahun 2014. Hal ini dapat menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk kabupaten Meranti tidak dapat membaca dan menulis.

  b. Rendahnya Rata-Rata lama Sekolah Tergambar dalam bab sebelumnya bahwa rata-rata masyarakat di kabupaten meranti hanya bersekolah hingga kelas 7 (1 SMP). Rata-rata lama sekolah di kabupaten meranti juga masih tertinggal dari apa yang ditargetkan oleh provinsi riau, dimana provinsi Riau menargetkan untuk rata-rata lama sekolah adalah 10 Tahun atau rata-rata telah mencapai bangku SLTA/SMA/MA.

  c. Rendahnya Angka Partisipasi Kasar Tingkat SLTP

  Berhubungan dengan rata-rata lama sekolah diatas, angka partisipasi kasar tingkat SLTP berada pada tingkatan 65,79%. Hal ini sebagian anak yang telah lulus SD tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan kegiatan ekonomi penduduk pada usia tersebut yang sebagian membantu orang tua untuk berkerja atau bahkan pada usia tersebut sudah berstatus kawin sehingga mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga.

  d. Rendahnya Angka Partisipasi Murni Tingkat SMP dan SMA Angka Partisipasi Murni (APM) kabupaten meranti masih tergolong rendah di tingkatan SMP dan SMA, hal ini terlihat dari APM SMP sebesar 51.9 persen, dan APM SMA sebesar 43.42 persen.

  e. Rendahnya rasio guru dan murid Berdasarkan data yang telah diolah, diketahui bahwa gap atau perbedaan rasio Guru dan Murid sekolah dasar di Kabupaten Meranti cukup tinggi, 1 guru SD mengajar 978 Murid.

  f. Rendahnya Partisipasi Sekolah  PAUD

  Berdasarkan data yang telah diolah, diketahui hanya 39,67 % anak usia dini yang mengikuti PAUD, hal ini perlu menjadi sorotan bagi pemerintah, karena PAUD merupakan dasar bagi jenjang pendidikan berikutnya

   SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Berdasarkan data yang telah diolah, diketahui hanya 62,59% lulusan SD yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP.

  g. Rendahnya ketersediaan Sekolah Berdasarkan data yang telah diolah, untuk 10.000 jumlah penduduk usia sekolah yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti hanya tersedia 44 sekolah untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Kekurangan jumlah sekolah atau tidak meratanya jumlah sekolah juga menjadi salah satu faktor rendahnya jumlah partisipasi sekolah tingkat menengah.

  h. Rendahnya Angka Kelulusan (AL) Terlihat dalam Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, terdapat 56,1% murid SMP/MTs yang belum lulus pada tahun 2013 dan masih terdapat 52,56 persen murid SMA/SMK/MA yang belum lulus pada tahun 2014. Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka memperbaiki tingkat pendidikan masyarakatnya. i. Rendahnya Angka Melanjutkan (AM)

  Terlihat dalam Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, angka melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs masih sangat rendah yaitu hanya 26,73%. Hal ini tentusaja mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat kabupaten meranti kedepannya.

  3. Kesehatan

  a. Rendahnya rasio dokter Berdasarkan data pada BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah, rasio dokter khususnya dokter spesialis hanya 0,01 terhadap 1.000 penduduk.

  Nilai rasio dokter umum dan spesialis tersebut terlalu kecil, sehingga diperlukan peningkatan jumlah dokter umum dan dokter spesialis dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat

  b. Masih terdapat ibu melahirkan yang tidak mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

  Berdasarkan data yang diolah masih terdapat 17% proses kelahiran yang tidak mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

  c. Menurunnya cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Berdasarkan data beberapa tahun kebelakang, jumlah desa/kelurahan yang mendaptkan akses imunisasi cendurung menurun. Terhitung pada Tahun 2010 69% desa/kelurahan telah tercakup Universal Child Immunization (UCI), sedangkan pada Tahun 2013, Universal Child Immunization (UCI) hanya mencakup 55,45% kelurahan/desa.

  d. Rendahnya Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Dalam Beberapa Tahun terakhir penanganan kasus DBD menurun dari 100 % menjadi hanya 42,92 % pada Tahun 2015. Hal ini menunjukan 57,08% penderita DBD tidak tertangani oleh pemerintah.

  e. Rendahnya Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Dalam data-data yang tersaji dalam Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, menunjukan bahwa penanganan kesehatan bagi penduduk miskin sangat kecil, yaitu hanya 1,26% hal ini tentunya sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat, dimana akses kesehatan hanya dinikmati oleh masyarakat menengah dan menengah atas.

  4. Pekerjaan Umum

  a. Rendahnya Proporsi Jalan dalam Kondisi Baik Dapat dilihat dalam bab sebelumnya bahwa jalan dalam kondisi baik di kabupaten meranti hanya 0,22 atau dapat dikatakan hanya 22% jalan di kabupaten meranti dalam kondisi baik. Oleh karena itu dirasakan perlu adanya peningkatan sehingga jalan sebagai penopang utama ekonomi dan transportasi masyarakat dapat semakin lancar.

  b. Belum Tersedianya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Pada Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, tergambarkan bahwa di Kabupaten Meranti Belum tersedia Tempat Pembuangan Sampah. Hal ini sangat berpengaruh dengan tingkat kesehatan masyarakat, oleh karena itu, dirasa sangat perlu bagi pemerintah daerah untuk segera membangun tempat Pembuangan Sampah.

  c. Rendahnya Drainase dalam Kondisi Baik Terlihat dalam Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, hanya 0,3% drainase dalam keadaan baik, hal ini berarti bahwa 99,7% drainase dalam keadaan buruk, apabila tidak segera diantisipasi hal ini dapat berakibat buruk, terlebih lagi dalam musim penghujan.

  d. Rendahnya Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Hanya 37,35 masyarakat kabupaten meranti yang menikmati air bersih. Hal ini akan memberikan dampak buruk bagi peningkatan kualitas hidup penduduk di Kabupaten Kepulauan Meranti.

  5. Penataan Ruang Belum tercapainya minimal rasio Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau pada kabupaten Meranti masih pada posisi 15%, sedangkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun Penataan Ruang yang mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah.

  6. Perencanaan Daerah Permasalahan perencanaan daerah yang selalu muncul antara lain: 1) belum sinkronnya dokumen rencana pembangunan antara kabupaten, provinsi dan pusat, 2) rendahnya kualitas aparatur perencana, 3) lemahnya koordinasi antar SKPD 4) lemahnya pengendalian dan pengawasan terhadap program yang dilaksanakan.

  7. Perhubungan Sebagai daerah kepulauan, transportasi menjadi salah satu hal utama yang perlu dikedepankan. Selain transportasi air, perlu dikembangkan transportasi via udara sebagai penunjang ekonomi dan mempermudah akses keluar masuk masyarakat.

  8. Lingkungan Hidup

  a. Rendahnya Masyarakat Berakses Air Minum Hanya 14,49% penduduk di Kabupaten Kepulauan Meranti yang berakses air minum. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Meranti tidak mendapatkan akses air minum.

  b. Rendahnya Persentase Rumah Tangga (RT) Yang Menggunakan Air Bersih

  Berdasarkan data yang telah diperoleh, belum seluruh masayarakat Kabupaten Kepulauan Meranti yang menggunakan air bersih atau hanya 20,66 masyarakat yang mendapatkan akses air bersih.

  c. Tidak adanya Penghijauan Wilayah Rawan Longsor dan Sumber Mata Air Dengan tidak adanya penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air pada kabupaten Kepulauan Meranti dapat mengakibatkan adanya bencana alam.

  d. Masih kecilnya luas lahan yang bersertifikat Masih kecilnya luas lahan yang bersertifikat akan berpengaruh terhadap harga lahan pada Kabupaten Kepulauan Meranti bahkan dikhawatirkan akan berdampak pada pertikaian warga tentang perbutan lahan yang tidak bertuan.

  9. Kependudukan dan Catatan Sipil

  a. Rendahnya Rasio Penduduk berKTP Per Satuan Penduduk Tercatat rasio penduduk ber-KTP hanya 0,03, hal ini dapat berakibat buruk ketika petugas pencatatan sipil tidak melakukan pendataan serta masyarakat akan kesulitan dalam melakukan berbagai urusan seperti;misalnya urusan perbankan, mengurus sertifikat tanah, mengurus perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.

  b. Rendahnya Rasio Bayi Berakte Kelahiran Kepemilikan akta kelahiran penduduk di Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2010 sebesar 0,45 lalu 3 tahun beikutnya yaitu tahun 2014 hanya 0,66 saja.

  Hal ini mengindikasikan masih terdapat 34% bayi yang lahir tanpa memiliki akta kelahiran.

  c. Rendahnya kepemilikan KTP Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, bahwa kepemilikan KTP di kabupaten meranti masih sangat kecil yaitu 1,8%.

  d. Rendahnya kepemilikan Akta Kelahiran Per 1000 Penduduk Kepemilikan Akta Kelahiran per 1000 penduduk kabupaten Meranti masih sangat rendah yaitu hanya 16%. Atau hampir 84% masyarakat tidak memiliki akta kelahiran.

  10. Sosial Hingga Tahun 2014 Kabupaten Kepulauan Meranti belum memiliki Panti Rehabilitasi.

  11. Ketenagakerjaan

  a. Masih Rendahnya Angka Partisipasi Angkatan Kerja

  Dari data dan informasi yang dikumpulkan tercatat pada tahun 2010 kabupaten meranti memiliki angka partisipasi kerja sebesar 51,5%. Dengan hal ini masih terdapat 48,5% penduduk yang belum bekerja pada Kabupaten Kepulauan Meranti

  b. Masih Rendahnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Sesuai dengan data yang tersedia dalam Bab II, bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja kabupaten meranti adalah 67,1%. Dengan hal ini terdapat 33,9% angkatan kerja yang belum bekerja, Oleh karena itu Pemerintah Daerah harus melakukan penambahan lapangan pekerjaan dan peluang usaha untuk masayarakat Kabupaten Kepulauan Meranti.

  12. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Berdasarkan data yang diolah, diketahui hanya sejumlah 37% saja koperasi yang masih aktif. Hal ini tentunya perlu menjadi catatan bagi pemerintah daerah untuk lebih giat mengembangkan perekonomian disektor masyarakat kecil melalui koperasi.

  13. Pertanahan Rendahnya jumlah penduduk yang memiliki lahan. Berdasarkan data yang diolah, diketahui hanya sejumlah 30,63% masyarakat yang tercatat memiliki lahan.

  14. Otonomi Daerah, Pemerintahan umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan Persandian

  a. Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan data yang diolah, diketahui selama tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga konstan mengalami penurunan hingga tercatat pada Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 2,81%.

  b. Tingginya Tingkat Kemiskinan

  Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2010-2013 terjadi penurunan dari 42,55 persen menjadi 34, 80 persen. Walaupun data kemiskinan sudah turun, tetapi angka kemiskinan pada Kabupaten Kepulauan Meranti masih tinggi.

  c. Masih Belum Tersedianya Website Pemerintah

  Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2010-2013 terjadi penurunan dari 42,55 persen menjadi 34, 80 persen. Walaupun data kemiskinan sudah turun, tetapi angka kemiskinan pada Kabupaten Kepulauan Meranti masih tinggi. d. Pengembangan wilayah strategis belum optimal

  Berdasarkan data yang diolah, selama lima tahun terakhir pengembangan wilayah-wilayah yang strategis di Kabupaten Kepulauan Meranti belum cukup signifikan. Tercatat pengembangan hanya sebesar 3,01% saja. Pembangunan terhadap daerah atau suatu kecamatan yang cenderung padat penduduk atau akan cenderung akan pandat penduduk, pembangunannya harus lebih difokuskan guna membangun wilayah perkotaan.

  e. Rendahnya Persentase Desa Berstatus Swasembada

  Berdasarkan data yang diolah, kurang dari 1% desa yang berstatus swasembada, hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan daerahnya atau desanya.

4.2 Isu Strategis

  Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi daerah atau masyarakat dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu trategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

  Penentuan data atau informasi menjadi isu strategis sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional;

  2. Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah;

  3. Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat;

  4. Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah; dan 5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola.

4.2.1 Isu Internasional

  4.2.1.1. Sustainability Development Goals (SDGs) Setelah pelaksanaan MDGs periode 2010-2015, saat ini sedang digagas agenda pasca MDGs yaitu Sustainability Development Goals (SDGs) yang ruang lingkupnya lebih luas dan lebih kompleks. Prinsip penjabaran konkrit pelaksanaan SDGs untuk agenda pasca 2015, yaitu: (1) SDGs tidak melemahkan komitmen internasional terhadap pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, namun bahkan akan memperbarui komitmen dan melanjutkan komitmen MDGs yang masih belum selesai, dengan penyesuaian selaras dengan dinamika yang terjadi; (2) SDGs akan dilaksanakan berdasarkan Agenda 21,

  Johannesburg Plan of Implementation dan Rio Principles, serta mempertimbangkan perbedaan kondisi, kapasitas dan prioritas nasional; (3) SDGs akan difokuskan pada pencapaian tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu dimensi pembangunan manusia (human development), dimensi ekonomi (economic development) dan dimensi lingkungan (environtment development).

  4.2.1.2. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil, dan kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global. Dampak terciptanya MEA adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja trampil, dan dampak arus bebas modal.

  Pada tanggal 31 Desember 2015 yang akan datang, Association of Southeast Asian Nations atau ASEAN sebagai organisasi regional geopolitik dan ekonomi di Asia Tenggara akan mulai memberlakukan sebuah komunitas yang disebut dengan ASEAN Community 2015 atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tujuan dari pembentukan komunitas ASEAN adalah sama dengan tujuan awal dibentuknya ASEAN pada 8 Agustus 1967 lalu, yakni mempercepat proses perkembangan ekonomi, politik, dan sosial budaya di kawasan Asia Tenggara untuk mensejahterakan masyarakat di seluruh Asia Tenggara, dari rakyat dan untuk rakyat ASEAN.

  Peningkatan integrasi ini di satu pihak akan menciptakan peluang yang lebih besar bagi perekonomian nasional, tetapi di lain pihak juga menuntut daya saing perekonomian nasional yang lebih tinggi. Tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia untuk mewujudkan Komunitas ASEAN yaitu mengubah mindset dari konsumtif menjadi produktif. Kesiapan Indonesia perlu dilakukan di segala bidang secara menyeluruh, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Edukasi masyarakat tentang peluang MEA 2015, peningkatan daya saing perekonomian nasional dan daerah, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja Indonesia akan menjadi aset berharga bagi Indonesia untuk meraih keberhasilan MEA 2015 bagi kepentingan pembangunan nasional.

  Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastruktur, dan sektor industri. Dan pemerintah Indonesia juga harus menyiapkan respon kebijakan yang berkaitan dengan Pengembangan Industri Nasional, Pengembangan Infrastruktur, Pengembangan Logistik, Pengembangan Investasi, dan Pengembangan Perdagangan, mengubah paradigama yang lebih mengarah ke kewirausahaan dengan mengedepankan kepentingan nasional. Untuk bisa menghadapi persaingan MEA, tidak hanya swasta (pelaku usaha) yang dituntut harus siap namun juga pemerintah dalam bentuk kebijakan yang pro pengusaha, tidak hanya itu pemerintah juga harus bisa memperkuat produk UKM dengan membina melalui kemasan, sertifikat halal, pendaftaran merk, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri yang dapat dikenal secara global.

4.2.2 Penelaahan RPJMN dan RPJMD Provinsi Riau

  Penelaahan kebijakan pembangunan nasional untuk penyusunan RPJMD kabupaten dilakukan terhadap dokumen RPJMN dan RPJMD provinsi atau kebijakan pemerintah dan provinsi terkait dengan pembangunan daerah kabupaten.

  Penelaahan kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam RPJMN merupakan salah satu identifikasi faktor-faktor eksternal yang bertujuan untuk mendapatkan butir-butir kebijakan pemerintah terpenting, yang berhubungan, dan berpengaruh langsung terhadap perencanaan pembangunan daerah dalam 5 (lima) tahun ke depan. Hasil telaahan pada dasarnya dimaksudkan sebagai sumber utama bagi identifikasi isu-isu strategis. Kebijakan yang diidentifikasi dapat berupa peluang atau, sebaliknya, ancaman bagi daerah selama kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang.

  4.2.2.1. Nawa Cita dalam RPJMN 2015-2019 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN tahun 2015-2019 memuat agenda prioritas nasional atau yang biasa disebut Nawa Cita, sebagai berikut:

  1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan

  memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara. Hal tersebut dapat

  terwujud dengan berbagai upaya antara lain; pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif, penguatan sistem pertahanan, memperkuat jatidiri sebagai Negara maritim, meningkatkan kualitas perlindungan warga Negara Indonesia dan badan hukum di luar negeri, melindungi hak dan keselamatan pekerja migram, memperkuat peran dalam kerjasama global dan regional, meminimalisasi dampak global, pembangunan industri pertahanan nasional, membangun POLRI yang professional, peningkatan ketersediaan dan kualitas data serta informasi kependudukan.

  2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan

  terpercaya. Hal tersebut dapat terwujud dengan upaya-upaya berikut:

  melanjutkan konsolidasai demokrasi untuk memulihkan kepercayaan public melalui refomasi sistem kepartaian dan sistem pemilu, penguatan sistem presidensial dan penguatan lembaga perwakilan, meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan, membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah, penyempurnaan dan peningkatan kualitas refomasi birokrasi nasional (RBN), meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan badan pubilk yang baik.

  3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

  dan desa dalam kerangka kesatuan. Hal tersebut dapat terwujud dengan

  upaya-upaya: peletakan dasar-dasar dimulainya desentralisasi asimetris, pemerataan pembangunan antar wilayah terutama kawasan timur Indonesia, penguatan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat.

  4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan refomasi sistem dan

  penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. Hal

  tersebut dapat terwujud melalui: peningkatan penegakan hukum yang berkeadilan, pencegahan dan pemberantasan korupsi, pemberantasan tindakakn penebangan liar, perikanan liar, dan penambangan liar, pemberantasan narkoba dan psikotropika, menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah, melindungi anak, perempuan, dan kelompok marjinal.

  5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Hal tersebut dapat terwujud dengan upaya: pembangunan kependudukan dan keluarga berencana, pembangunan pendidikan khususnya pelaksanaan program Indonesia Pintar, pembangunan kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia Sehat, peningkatan kesejahteraan rakyat marjinal melalui pelaksanaan program Indonesia Kerja.

  6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.

  Hal tersebut dapat terwujud melalui: pembangunan konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, membangun transportasi masal perkotaan, membangun infrastruktur/ prasarana dasar, peningkatan efektivitas, dan efisiensi dalam pembiayaan infrastruktur, penguatan investasi, mendorong BUMN menjadi agen pembangunan, peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi, akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, pembangunan kapasitas perdagangan nasional, peningkatan daya saing tenaga kerja.

  7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor

  strategis ekonomi domestik. Hal tersebut dapat terwujud melalui: peningkatan

  kedaulatan pangan, kedaulatan energi, pelestarian sumber daya alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, pengembangan ekonomi maritim dan kelautan, penguatan sektor keuangan, penguatan kapasitas fiskal Negara.

  8. Melakukan revolusi karekter bangsa.

  9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

  Nawacita tersebut merupakan rangkuman program-program yang tertuang dalam Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden yang dijabarkan dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2015-2019, terdiri dari empat bagian utama yakni: (1) norma pokok pembangunan kabinet kerja; (2) tiga dimensi pembangunan; (3) kondisi perlu; serta (4) quick wins dan program lanjutan lainnya. Tiga dimensi pembangunan dan kondisi yang diperlukan dimaksud memuat sektor- sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019 yang selanjutnya dijabarkan dalan Rencana Kerja Pemerintah setiap tahunnya.

  4.2.2.2. Isu Strategis Wilayah Sumatera Berdasarkan RPJMN Dalam lingkup pembangunan nasional, kebijakan pengembangan wilayah diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan wilayah Kalimantan,

  Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua dengan tetap mempertahankan momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Percepatan pembangunan wilayah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta mengurangi kesenjangan.

  Dalam konteks konsepsi pengembangan kewilayahan, Kabupaten Kepulauan Meranti masuk sebagai salah satu kabupaten/kota di Provinsi Riau yang mana merupakan bagian dari Wilayah Sumatera, berkaitan hal tersebut maka isu strategis pengembangan yang harus dicermati adalah isu strategis di Wilayah Sumatera yang meliputi:

  1) Belum optimalnya pengembangan sektor dan komoditas unggulan wilayah; 2) Terbatasnya sumber daya energi listrik dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal; 3) Belum terintegrasinya jaringan transportasi intermoda wilayah; 4) Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan tingginya angka kemiskinan; 5) Masih rendahnya kualitas birokrasi dan tata kelola; 6) Belum optimalnya pengembangan kawasan perbatasan, pulau-pulau terdepan dan terpencil; serta 7) Kerawanan bencana dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup belum optimal.

  4.2.2.3. Isu Strategis Provinsi Riau Berdasarkan RPJMD Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti dalam menyusun dokumen RPJMD tidak dapat mengabaikan isu-isu strategis yang telah dirumuskan dalam Perda Nomor 7

  Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014-2019, Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pengembangan infrastruktur dan integrasi jaringan transportasi

  2. Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan

  3. Pengurangan kemiskinan, ketimpangan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja

  4. Optimalisasi pengembangan sektor dan komoditas unggulan wilayah

  5. Peningkatan pelayanan publik, kualitas birokrasi dan tata kelola

  6. Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

  7. Pembangunan budaya melayu dan kehidupan beragama

  8. Peningkatan peran swasta, investasi dan optimalisasi peran kawasan strategis provinsi

  9. Penganggulangan kerawanan bencana dan pengelolaan sumber dayua alam dan lingkungan hidup

  10. Pengelolaan wilayah pesisir dan laut

  11. Kesenjangan antar wilayah

  12. Peningkatan daya saing

  13. Peningkatan kemandirian pangan

  14. Peningkatan ketahanan energi

4.2.3 Isu Daerah

  Penelaahan RPJPD merupakan langkah utama dalam perumusan RPJMD mengingat RPJMD merupakan penjabaran dari tahapan pembangunan periode 5 (lima) tahunan berkenaan dalam RPJPD.

  Pelaksanaan dan pencapaian RPJM ke-2 ditujukan untuk mewujudkan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai Kawasan Niaga melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang.

4.2.3.1 Bidang Hukum, Pemerintahan dan Politik

  Pembangunan bidang hukum diarahkan pada pemantapan penerapan produk hukum dan penegakan hukum. Pada tahap ini, selain mewujudkan harmonisasi produk hukum juga dilakukan perwujudan produk hukum yang memihak kepentingan masyarakat, penguasaan budaya hukum serta membangun kepercayaan terhadap aparat hukum dan lembaga peradilan.

  Pembangunan bidang pemerintahan diarahkan pada pemantapan profesionalisme aparatur yang didukung oleh penataan sistem dan prosedur serta standarisasi kualitas pelayanan, pemantapan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan. Peningkatan harmonisasi hubungan antar tingkat pemerintahan dan pemangku kepentingan diorientasikan pada pengembangan pelayanan organisasi pemerintahan.

  Pembangunan bidang politik diarahkan pada pemantapan pelaksanaan proses demokrasi politik, membangun kemandirian organisasi politik serta pemantapan masyarakat madani. Pada tahapan ini dilakukan upaya perluasan akses masyarakat dalam partisipasi politik melalui kelembagaan.

  4.2.3.2 Bidang Ekonomi

  Menekankan pada terbangunnya struktur perekonomian perdagangan yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Selanjutnya dengan telah terbangunnya kemitraan kelompok-kelompok perekonomian antar wilayah yang telah dicapai pada RPJM ke-2 (dua), peningkatan perekonomian wilayah di Kepulauan Meranti dititikberatkan pada peningkatan pengelolaan dan pemanfaatan jejaring sentra ekonomi baik lokal maupun antar wilayah dengan penerapan pengelolaan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

  Di sektor pariwisata, pemantapan kinerja pemangku kepentingan pariwisata diarahkan pada pengembangan destinasi pariwisata serta pemantapan pelestarian kesan dan citra Kepulauan Meranti sebagai tempat yang nyaman untuk beraktifitas.

  Sektor KUMKM diarahkan pada pemantapan jaringan kelembagaan untuk mengatasi persaingan global melalui kemitraan yang bersinergi, kebersamaan, kesetiakawanan oleh semua komponen yang terkait.

  Dalam rangka meningkatkan investasi daerah, dalam tahap ini diupayakan pada peningkatan pemasaran prospek investasi dan pemantapan regulasi di bidang investasi.

  4.2.3.3 Bidang Sosial Budaya

  Sasaran utama pada bidang pendidikan diarahkan pada penuntasan program wajib belajar 12 (dua belas) tahun. Pemantapan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan dengan rehabilitasi dan penambahan ruang kelas baru (RKB), serta ditingkatkannya bantuan beasiswa bagi siswa berprestasi dan siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.

  Pemantapan pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tetap merupakan sasaran prioritas. Peningkatan kualitas tenaga pendidik melalui rekrutmen tenaga pendidik dan pelatihan terus dilaksanakan.

  Pembangunan di sektor kesehatan diupayakan untuk memperkuat peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular serta tidak menular, peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan serta sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

  Pembangunan pada sektor keagamaan di prioritaskan pada pemantapan kerukunan hidup umat beragama dalam mengimplementasikan dan aktualisasi pemahaman serta pengamalan agama dalam kehidupan.

  Sektor kebudayaan diprioritaskan pada upaya pemantapan pengembangkan nilai-nilai budaya lokal dan mempertahankan cagar budaya (heritage). Pembangunan bidang pemuda dan olahraga diarahkan pada pemantapan kemandirian pemuda dalam hal kemampuan untuk mensejahterakan dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Adapun pengembangan keolahragaan dilakukan melalui peningkatan sarana prasarana olah raga dan kualitas atlit sehingga mampu berprestasi pada ajang olahraga nasional maupun internasional.

  Pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diprioritaskan pada pemantapan upaya peningkatan pemberdayaan perempuan berbasis kemandirian ekonomi, pendidikan dan kesehatan, peningkatan upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak melalui pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, pengembangan partisipasi lembaga sosial masyarakat dalam penanganan permasalahan perempuan dan anak serta peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan.

  Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan pada pemantapan kualitas dan kuantitas kesejahteraan perseorangan, keluarga, kelompok, dan komunitas masyarakat serta peningkatan penggalian potensi sumber kehidupan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

  Pembangunan Keluarga Berencana dan Keluarga sejahtera diarahkan pada pemantapan kualitas keluarga, menurunkan angka kelahiran bayi (CBR), peningkatan peserta KB baru. Untuk peningkatan ketahanan keluarga diarahkan terus untuk membentuk kelompok bina keluarga seperti BKB dan BKR.

4.2.3.4 Bidang Fisik dan Prasarana

  Pada aspek infrastruktur wilayah diarahkan pada percepatan pembangunan infrastruktur wilayah. Pengembangan infrastruktur transportasi jalan dan laut pada tahap ini ditandai dengan peningkatan kuantitas, kemantapan infrastruktur yang telah ada serta melanjutkan pembangunan infrastruktur strategis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

  Pembangunan infrastruktur transportasi terutama jalan sebagai aksesibilitas masyarakat diarahkan pada peningkatan kualitas jalan dengan pola penanganan yang terpadu antara lain dengan memperhatikan saluran dan kondisi drainase di sekitarnya.

  Pengembangan seluruh sistem jaringan utilitas kota diarahkan pada sistem terpadu dengan konstruksi ducting system. Sistem ini akan meningkatkan keamanan jaringan utilitas serta meningkatkan kualitas estetika kota.

  Peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan pada sarana prasana air minum dan sanitasi, listrik, gas serta sarana prasana telekomunikasi terus ditingkatkan guna meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat.

  Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten akan selalu memprioritaskan kawasan-kawasan yang harus diselamatkan seperti kawasan lindung serta kawasan-kawasan yang secara alami rentan terhadap bencana. Kawasan-kawasan tersebut tetap dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) yang tidak terbangun. Selain itu kawasan budaya peninggalan masa lalu (Cagar budaya) baik berupa bangunan maupun situs perlu dilestarikan.

  Dalam upaya pencegahan degradasi lingkungan, dilakukan peningkatan kuantitas resapan limpahan air permukaan dalam upaya mengembalikan kandungan air tanah dan mengendalikan daya tampung sungai seiring dengan meningkatnya luas lahan terbangun. Mengembalikan fungsi konservasi kawasan bantaran sungai, perlindungan mata air, sumur resapan dan pengalokasian ruang terbuka hijau (RTH) dilakukan secara bertahap dengan pendekatan partisipatif.

4.2.4 Isu Strategis Kabupaten Kepulauan Meranti

  Isu strategis daerah merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode lima tahun sebelumnya dan memiliki dampak jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara bertahap. Berdasarkan identifikasi terhadap permasalahan-permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh Kabupaten Kepulauan Meranti yang diselaraskan dengan prioritas pada RPJPD serta dilandaskan pada berbagai isu pembangunan internasional, nasional, provinsi, dan regional, maka dapat dirumuskan isu strategis pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti yang selanjutnya menjadi pertimbangan didalam perumusan tujuan dan sasaran yang dipadukan dengan visi, misi dan program Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti.

  Adapun isu-isu strategis Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2016-2021 disajikan sebagai berikut:

  1. Penurunan tingkat kemiskinan dan penangguran serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  Tingkat kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Meranti cenderung mengalami penurunan, penurunan yang tinggi terjadi pada tahun 2011 dimana kemiskinan turun sebesar 8.04 %. Walaupun demikian, kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Meranti masih tertinggi di Provinsi Riau. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Kepulauan Meranti cenderung fluktuatif dari tahun ketahun. Dinamika ini terjadi karena Usia Angkatan Kerja, Jenis Kelamin dan Pendidikan. Hal yang sama juga terjadi terhadap tingkat pengangguran terbuka, terdapat fluktuasi nilai TPT yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Jumlah Masyarakat yang memiliki usia produktif tinggi tapi tidak bekerja, tingkat pendidikan yang rendah, dan terbatasnya lapangan pekerjaan.

  2. Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan kesehatan.

  Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang menjadi objek dan subjek pembangunan. Dari hasil penelitian terungkap bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan manusia sebagai fokusnya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi tenaga kerja. Untuk itu pemerintah perlu memberikan perhatian khusus dibidang pendidikan agar setiap warga memiliki hak yang sama dalam mendapatkan akses pendidikan. Secara umum pembangunan pendidikan di Kabupaten Kepulauan Meranti sudah semakin membaik. Hal ini ditandai dengan beberapa indikator yang sudah tercapai seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

  Begitu pula halnya dengan kesehatan masyarakat merupakan faktor penting dalam pelaksanaan program pembangunan. Kualitas kesehatan yang baik akan memberikan sumberdaya manusia yang siap untuk melaksanakan pembangunan suatu Negara. Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan terus ditingkatkan terutama daerah-daerah yang jauh dari pusat kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar memberikan kemudahan daya jangkau masyarakat, terutama warga miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan di saat gawat darurat.

  3. Pembangunan infrastruktur dasar untuk meningkatkan cakupan dan layanan sarana dan prasarana wilayah baik inter maupun antar pulau.

  Infrastruktur fisik merupakan komponen dasar perekonomian dan aspek utama dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masayarakat. Infrastruktur juga merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi sehingga penyediaan infrastruktur yang baik menjadi kebutuhan yang harus dipersiapkan pemerintah daerah. Termasuk dalam penyediaan infrastruktur ini adalah jalan, jembatan, pelabuhan, penyediaan air bersih, listrik, pengelolaan limbah, drainase dan lain- lain.

  4. Pengembangan komoditas unggulan untuk menopang perekonomian daerah.

  Saat ini sektor migas masih menjadi andalan dan memberikan kontribusi penerimaan terbesar dari sektor lainnya. Namun menurunnya produksi minyak bumi dan harga di pasar dunia berakibatnya semakin menurunya sumber penerimaan daerah. Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah mengembangkan potensi yang dimiliki sebagai andalan baru dalam penerimaan daerah. Sektor perkebunan seperti sagu, kopi, karet, dan pinang sangat potensial untuk dikembangkan mengingat tumbuhan ini sangat cocok dikembangkan, begitu pula dengan sektor perikanan, dengan daerah yang dikelilingi oleh lautan maka potensi perikanan cukup besar untuk dikelola dengan baik.

  5. Perdagangan lintas batas daerah perbatasan.

  Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat working group border trade

  agreement (BTA) atau perdagangan lintas batas kembali diaktifkan. Dengan terbukanya perdagangan lintas batas ini tentu akan menguntung perekonomian masyarakat. Kabupaten Kepulauan Meranti sendiri merupakan daerah dengan karakteristik ekonomi yang kuat dan sering menjadi pusat pertumbuhan ekonomi diwilayahnya. Bahkan Kabupaten Kepulauan Meranti sudah sejak lama menjadi lintas batas perdagangan baik domestik. Maupun internasional.pasalnya sebagai daerah perbatasan aktivitas perdagangan meranti masih tergantung dengan Negara tetangga, apalagi meranti memiliki potensi perkebunan kelapa, sagu dan kopi. Selain itu masyarakat kabupaten kepulauan Meranti yang tinggal diperbatasan juga masih tergantung pasokan barang kebutuhan dari negeri jiran Malaysia seperti beras, gula dan minyak goreng. Jika menunggu pasokan dari pulau jawa atau pekanbaru, harga kebutuhan pokok akan lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Sebab jarak antara Kabupaten Kepulauan Meranti lebih dekat ketimbang pekanbaru apalagi pulau jawa.

  6. Wilayah kepulauan yang terisolasi Sebagai wilayah kepulauan aksesibiltas Kabupaten Kepulauan Meranti sangat terbatas. Sarana transportasi dalam daerah maupun ke luar daerah hanya mengandalkan transportasi air berupa kapal cepat (speedboat) maupun kapal besar (ferry) yang dibatasi dengan waktu pagi dan siang. Pintu gerbang keluar ataupun masuk ke Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Pelabuhan Pelindo II Selatpanjang. Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi daerah yang terisolasi karena terbatasnya akses.

  7. Maraknya peredaran narkoba.

  Kasus peredaran dan penggunaan narkoba menjadi yang paling teratas menyumbang angka kriminalitas di Kabupaten Kepulauan Meranti. Sebagai daerah wilayah kepulauan dan pulau terdepan yang berbatasan dengan Negara tetangga Malaysia, disinyalir masuknya narkoba dari Malaysia melalui jalur perairan. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki kepolisian Resort Kabupaten Kepulauan Meranti untuk mengawasi wilayah perairan dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk membawa narkoba masuk ke wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.

  8. Pelestarian nilai-nilai dan warisan Budaya Melayu serta penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat.

  Sebagai daerah yang diwarisi dengan budaya melayu, maka nilai-nilai dan warisan budaya melayu harus dilestarikan, jangan sampai tergerus dengan majunya perkembangan zaman. Kondisi ini harus disikapi dengan mempersiapkan generasi muda dengan menanamkan dan memperkenal nilai- nilai dan warisan budaya melayu sejak dini.

  9. Menurunnya daya dukung lingkungan hidup Isu lingkungan menempati posisi strategis dalam konteks pembangunan berkelanjutan yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Faktor penting untuk mencapai berkelanjutan adalah pembangunan dengan tetap memperhitungkan faktor lingkungan. Penanganan yang tepat terhadap permasalahan lingkungan yang muncul sebagai dampak dari pembangunan menjadi tugas pemerintah.

  Permasalahan lingkungan yang menjadi perhatian adalah masalah sampah. Pengelolaan sampah dengan model open dumping harus ditinggalkan karena dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa system pengelolaan sampah open dumping tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu dalam rangka pengelolaan sampah juga terus didorong untuk mewujudkan pengelolaan sampah dengan pola 3-R (reduce,

  reuse dan recycle). Gerakan seperti pengembangan bank sampah baik di lingkungan masyarakat maupun di sekolah-sekolah perlu diintensifkan lagi.

  Adanya aktifitas usaha sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun dunia usaha tanpa memperhatikan pengelolaan limbah sagu yang baik akan membahayakan lingkungan sekitar. Sebagian besar kilang sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti beroperasi dibibir pantai/laut dan limbahnya langsung dibuang ke laut. Hal ini tentu mengakibatnya tercemarnya ekosistem laut. Permasalahan lainnya yang menjadi isu nasional bahkan internasional adalah kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi disebabkan adanya pembukaan lahan dengan cara dibakar. Setiap tahun kebakaran hutan dan lahan gambut ini terus saja terjadi dan ini menjadi pekerjaan rumah bukan hanya pemerintah daerah tetapi juga pemerintah pusat bersama-sama meminimalisir agar kejadian ini tidak terjadi lagi. Beberapa tindakan yang sudah dan sedang dilakukan untuk menangkal kebakaran hutan dan lahan adalah penegakan hukum terhadap pembakar lahan secara tegas, restorasi di lahan gambut dan pembuatan bloking kanal dilahan gambut. Abrasi pantai juga saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Setiap tahunnya 5 sampai dengan 10 meter daratan sepanjang pantai utara terjun bebas kelaut. Sampai saat ini pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti belum mampu untuk menanggulanginya yang disebabkan luasnya daratan yang mengalami abrasi dan terbatasnya anggaran. Diperlukan peran pemerintah pusat untuk menanggulanginya karena sebagai pulau terdepan tentu saja ini menyangkut dengan kedaulatan Negara Republik Indoensia.

  10. Reformasi birokrasi pemerintahan daerah.

  Reformasi birokrasi pada dasarnya terdiri dari atas tiga elemen utama, yaitu 1) reformasi keuangan daerah yaitu sebuah mekanisme penganggaran yang tepat sasaran dan langsung menyentuh pada kepentingan masyarakat luas; 2) reformasi sumber daya aparatur daerah yaitu sebuah kerangka kerja yang memastikan keberlangsungan sebuah program kerja dengan memusatkan perhatian kepada kesiapan sumber daya manusia; 3) reformasi pelayanan publik yaitu sebuah kondisi ideal pelayanan public yang tersampaikan dari pemerintah kepada masyarakat sebagai hasil akhir dari reformasi keuangan daerah dan reformasi sumber daya aparatur. Dengan anggaran yang tepat dan profil aparat yang tepat, maka pelayanan publik ideal dapat diwujudkan dan selalu terupdate dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan masyarakat.