DAFTAR ISI - DOCRPIJM 82a5c7f0ee BAB IVBAB 4

  Kab.Bolaang RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow DAFTAR ISI

  

  BAB 4

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB 4 i

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow DAFTAR TABEL

  

  ii

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

BAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

4.1 Analisis Sosial

4.1.1 Prinsip Dasar

  Analisis dampak sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai bagian dari upaya safeguard lingkungan dan sosial. Melalui analisa dampak sosial inipun dapat mengedentifikasi kebutuhan penanganan sosial pasca pelaksanaan pembangunan infrastrutur bidang Cipta Karya. Dan analisa dampak sosial perlu dilakukan juga terkait dengan isu- isu strategis yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain sebagai berikut:

  1. Lapangan Pekerjaan (Temporer)

  Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap pembangunan. Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan pembangunan. Selain peluang kerja, kegiatan- kegiatan tersebut juga dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik formal maupun informal.

  2. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

  Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan.

  3. Penguatan Organisasi Masyarakat

  Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat.

  4. Kearifan Lokal

  Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom).

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

  Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

  5. Keterbukaan dan Demokrasi

  Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

  6. Transparansi dan Akuntabilitas

  Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

  7. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

  Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

  8. Konflik Sosial

  Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan.

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

  Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

9. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

  Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan- kegiatan tersebut.

  10. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

  Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek Re- Kompak menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.

  11. Pembebasan Lahan/Tanah

  Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam implementasinya akan dilaksanakan pembebasan terhadap lahan/tanah tersebut. Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut dimungkinkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

  Tujuan Kegiatan

  Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis dampak sosial terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

  bahan pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor dan Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan.

  Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah :

  a. Mengidentifikasi dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan yang berpotensi menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat.

  Dampak penting yang timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsung maupun tidak langsung.

  b. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak pada saat pembangunan dilaksanakan. Komponen lingkungan sosial yang akan diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.

  c. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif maupun negatif.

  d. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak yang tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar masyarakat mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.

  e. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau dampak yang nyata dan terjadi) maupun strategi mitigasinya (untuk menentukan efektivitasnya).

  Kegunaan Kegiatan Analisis Dampak Sosial

  a. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi pelaksanaan pembangunan dari segi lingkungan sosial ekonomi dan budaya.

  b. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana kegiatan pembangunan.

  c. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sosial.

  Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan pembangunan perumahan dan lingkungan.

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

4.1.2 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

4.1.2.2 Pengarusutamaan Gender

  Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang.

4.1.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut. Hasil identifikasi aspek social pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya .

4.2 Aspek Lingkungan

4.2.1 Prinsip Dasar

  Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut, semua kegiatan yang diajukan dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

  a. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk : (i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung kategori dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di bawah).

  Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

  b. AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan keuangan setiap usulan proyek.

  c. Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak negatif pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa proyek, harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya, proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat dimaksimalkan.

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

  d. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek konstruksi, harus disertai dengan AMDAL.

  e. Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan rentan (IVP), kawasan lindung, atau merupakan kawasan sengketa.

  Di samping itu, produksi, atau penggunaan : Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau.

  Asbes, berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes, seperti renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan diterapkan.

  Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif, atau eksplosif) atau bahan berkategori B3 dalam undang- undang Indonesia, tidak dapat dibiayai.

  Pestisida, herbisida, dan insektisida. Konstruksi bendungan (dam). Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk barang, struktur fisik dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya memiliki nilai spiritual, tidak dapat dibiayai.

  f. Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak termasuk proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek dimaksud dapat diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

  Kategori Proyek Safeguard lingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek,

  seperti: pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian proyek tiap proyek atau kegiatan yang diusulkan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari 3 kategori berikut. Kategorisasi serupa berdasarkan peraturan- perundangan Nasional juga dicantumkan dalam tabel.

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow Tabel 4. 1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup untuk Dinas Pekerjaan Umum Bidang Jenis Rencana Usaha/Kegiatan No.

  Besaran Persampahan 1.

  Pembuangan dengan sistem controlled landfill, sanitary landfill dengan luas landfill a.

  ≥ 40 Ha

  b. TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill ≥ 25 Ha c. Pembangunan transfer station dengan kapasitas ≥ 1.000 ton/hari

2. Pembangunan Perumahan/Permukiman

  a. Kota sedang dan kecil dengan luas ≥ 200 Ha b. Kota besar dengan luas ≥ 100 Ha

  Kota Metropolitan dengan luas c.

  ≥ 50 Ha 3.

  a. IPLT dan/IPAL dengan luas kolam ≥ 3 Ha b. Pembangunan sistem perpipaan air limbah dengan luas layanan ≥ 500 Ha

4. Drainase Permukiman

  a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan

  • lebar

  ≥ 5 m

  • atau panjang

  ≥ 10 km

  b. Pembangunan saluran di kota sedang

  • lebar

  ≥ 10 m

  • atau panjang

  ≥ 15 km

5. Air Bersih di kota besar/metropolitan

  a. Pembangunan jaringan distribusi dengan luas layanan ≥ 1.500 Ha b. Pembangunan jaringan transmisi, dengan panjang ≥ 25 Km

  Pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air lainnya dengan debit pengambilan

  6.

  ≥ 500 liter /detik Sumber : Permen LH No. 11 Tahun 2006

1. Persampahan a.

d. Pembangunan incenerator Semua Ukuran e.

2. Pembangunan Perumahan dan Permukiman

2 Ha s/d 50 Ha

c. Kota Sedang, Kecil (luas)

  Revitalisasi Kawasan (Memfungsikan kembali kawasan) ≥ 1 Ha

  

Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya

  IPAL < 3 Ha Tabel 4. 2 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL untuk

  Gangguan kesehatan, estetika, bau, pembahan kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar PILT/IPAL, pembahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar b.

  IPLT < 2 Ha Perubahan bentuk lahan, pengaruh proses teknologi terhadap lingkungan fisik, kimiawi, biologi, sosial, ekonomi dan budaya

  4. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) a.

  8 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019 Kab.Bolaang Mongondow Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan system control ladfill Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruh penggunaan teknologinya terhadap lingkungan fisik - kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis hewan Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap pembakaran, emisi bio gas (H2S, Nox, Sox, Cox, dioxin), pencemaran air tanah maupun air permukaan

  3. Peremajaan Perumahan dan Permukiman

  2 Ha s/d 100 Ha

  2 Ha s/d 25 Ha Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pemborosan dan kemerosotan, pengaruhnya terhadap lingkungan fisik - kimiawi, biologi, sosial ekonomi dan budaya Perubahan tata guna lahan skala kawasan, perubahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, perubahan tingkat konsumsi air bersih, perubahan koefisien KDB & KLB, perubahan volume run - off, perubahan kawasan resapan air, kesenjangan sosial dengan masyarakat sekitar b. Kota Besar (luas)

  a. Kota Metropolitan (luas)

  Bangunan Komposting dan daur ulang (kapasitas sampah baku) > 4 ton/hari, >500 m2

  <1.000 ton/hari

  Kapasitas <5.000 ton c. Pembangunan Transfer Station (kapasitas operasional)

  Leachate (air lindi), gangguan cacing, gangguan lalat, keluhan penduduk sekitar terhadap keberadaan tempat pembuangan sampah di sekitar, dll Luas <5 Ha

  TPA di daerah pasang surut Ke dalam proses pembusukan, keculai untuk lokasi yang berada di bantaran sungai, tidak dibangun di sekitar sungai/berbatasan langsung dengan sungai

  Luas <10 Ha Kapasitas <10.000 ton b.

  a. Kota Metropolitan & Besar ≥ 1 Ha Perubahan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan pelestarian cagar budaya Perubahan kepadatan penduduk, perubahan tingkat pelayanan prasarana & sarana kota, perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan b. Kota Sedang ≥ 2 Ha c.

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  2 Km - 10 Km *) c. Pembangunan Salurang di Kota > 5 Km

  Kab.Bolaang Mongondow

  Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

  5. Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah (Sewerage) Kota besar/metropolitan (luas layanan) < 500 Ha

  Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimiawi, proses dan hasil kegiatannya mempengaruhi lingkungan Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidakpuasan atas nilai kompensasi

6. Drainase Permukiman Perkotaan

  a. Pembangunan saluran di Kota Besar & Metropolitan Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

  Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidakpuasan atas nilai kompensasi kerusakan property atau kompensasi pembebasan lahan, perubahan kualitas air di bagian hilir saluran. Drainase Utama (panjang) < 5 Km Drainase Sekunder dan Tertier (panjang)

  1 Km - 5 Km

  b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang Drainase Utama (panjang) < 10 Km Drainase Sekunder dan Tertier

  • ) Pembangunan drainase sekunder dan tertier di kota sedang kemungkinan melewati pemukiman padat

7. Pembangunan Bangunan Gedung

8. Air Bersih Perkotaan a.

  Pembangunan jaringan distribusi 100 Ha s/d < 500 Ha Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial budaya, eksploitasi sumber daya air yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan pemborosan maupun kerusakan sumber daya alam, ekologi waduk Gangguan lalu lintas, kecemburuan sosial antar konsumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka tanah (land subsident) akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, intrusi air asin, perubahan kualitas air b. Pembangunan jaringan pipa transmisi (panjang)

2 Km s/d < 10 Km c.

  Pengambilan air baku dan sungai, danau dan sumber air lainnya (debit) 50 liter/det s/d 250 liter/det d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air dengan Pengolahan Lengkap (debit) &gt; 50 liter/det e.

  Pengambilan air tanah dalam &gt; 5 liter/det dan &lt; 50 liter/det

  (luas lantai) &lt; 10.000 m2 Perubahan bentuk lahan, proses teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimia, hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi, budaya, flora fauna, perubahan intensitas bangunan gedung terhadap Gangguan lalu lintas, kebisingan, kesehatan, getaran, gangguan genangan lokal (dewatering), gangguan cahaya, kebakaran, bangkitan LHR, air limbah, sampah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses, drainase, area parkir), perubahan KDB, KLB, peningkatan kaki lima (PKL), peningkatan emisi gas, bahan yang bersifat ozon

  • ) Skala besaran wajib UKL/UPL untuk pengambilan dari mata air &gt;5 liter/det s/d &lt;50 liter/det
  • ) Sepanjang belum diatur oleh

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

  Pembangunan Kawasan Terpadu :Pembangunan meliputi Permukiman, perkantoran, pendidikan, olahraga, kesehatam, tempat ibadah, pusat perdagangan dan perbelanjaan

  9. Gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, genangan lokal, bangkitan LHR, sampah, air limbah, Perubahan bentuk lahan,

  Luas Lahan

  5 Ha peningkatan kebutuhan pelayanan penerapan teknologinya prasarana dan sarana perkotaan (air mempengaruhi lingkungan fisik bersih, sanitasi, sampah, drainase,

  • kimia, biologi, proses dan areal parkir), perubahan KLB, KDB, hasilnya peningkatan PKL mempengaruhi lingkungan Luas Lantai Bangunan &lt; 10.000 m2 sosial, ekonomi dan budaya

  10. Pembangunan Kawasan Permukiman untuk Pemindahan Penduduk dan atau Permukiman Kembali Perubahan tata guna lahan kawasan, ketidakpuasan atas pemberian kompensasi penggantian dan bangunan, adaptasi dengan penduduk sekitar, perubahan ekosistem kawasan, perubahan daya dukung kawasan (lahan, sumber daya air, pertanian, kehutanan, perkebunan, dll), perubahan koefisien run off, perubahan KDB, KLB

  Jumlah penduduk yang Perubahan bentang alam dan a.

  50 KK - 200 KK dipindahkan bentuk lahan, eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya mempengaruhi Catatan : *) ke dalam kegiatan ini lingkungan sosial ekonomi, termasuk kawasan yang budaya, penerapan dipersiapkan untuk menampung teknologinya mempengaruhi pengungsi dan memukimkan lingkungan fisik - kimia - kembali, penduduk yang biologi, mempengaruhi dipindahkan akibat pembangunan pelestarian kawasan konservasi proyek misalnya waduk, jalan, sumber daya alam bencana alam dan bencana sosial, dll

b. Luas Lahan Kawasan

  2 Ha - 100 Ha Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Nomor : 17/KPTS/M/2003, Tanggal : 3 Februari 2003 Keterangan :

  Semua kegiatan yang memerlukan disposal area dan/atau borrow area dengan luas &gt; 1 Ha (kawasan perkotaan) dan/atau 1. &gt; 5 Ha (kawasan perdesaan), memerlukan UKL/UPL

2. Klasifikasi kota menurut sumber dari National Urban Development Strategic (NUDS) :

  a. Kota Metropolitan Populasi &gt;1.000.000 jiwa

  b. Kota Besar Populasi 500.000 - 1.000.000 jiwa

  c. Kota Sedang Populasi 200.000 - 500.000 jiwa

  d. Kota Kecil Populasi 20.000 - 200.000 jiwa

  e. Kota Kecamatan Populasi 3.000 - 20.000 jiwa

  Kab.Bolaang Mongondow

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Pengadaan Lahan/Tanah

  Pengadaan tanah dan pemukiman kembali terpicu jika suatu proyek yang akan didanai berlokasi pada tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh usaha privat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak negatif akibat pengadaan tanah ini. Prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus dilakukan secara :

  a. Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan terkena; b. Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman kembali;

  c. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga yang terkena dampak. Warga dimaksud memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi yang memadai, seperti tanah alternatif dan/atau uang kompensasi yang sama dengan harga pasar tanah dan aset. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga yang terkena harus diberi kesempatan untuk membahas secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah kompensasi dan/atau pemukiman kembali;

  d. Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah, berdasarkan nilai pasar setempat yang mempunyai nilai ekonomi atau keuntungan lokasional yang sama, yang berlaku pada saat pembayaran ganti rugi; ii). bangunan, berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi/kualitas bangunan yang sama; iii). tanaman, sesuai dengan harga pasar, ditambah perhitungan atas kerugian non- material; dan iv). aset lain, diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh aset yang sama.

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

  e. Pihak-pihak terkena yang dimaksud di sini dapat termasuk orang, badan hukum, atau lembaga yang, karena implementasi proyek, terkena dampak dalam bentuk seperti: a). faktor fisik, berupa tanah, bangunan, tanaman, atau aset lainnya; dan b). faktor non-fisik, berupa manfaat lokasional, akses ke tempat kerja, infrastruktur, dan sebagainya. Berdasarkan alas haknya, kategori spesifik warga atau pihak yang terkena adalah sebagai berikut: i).pemilik

  • – orang yang memiliki hak atas tanah, termasuk masyarakat adat pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian atau kesepakatan tertentu dengan pemilik tanah; iii). penggarap
  • – orang atau pihak yang menguasai tanah secara fisik tanpa alas hak, atau perjanjian dengan pemilik tanah; dan iv). na
  • – orang atau pihak yang mengelola tanah wakaf.

  f. Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai kompensasi tertentu, atau jika dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan sebagian tanah dan asetnya kepada proyek. Pertemuan dan diskusi di kalangan warga atau pihak yang terkena, difasilitasi oleh Forum Stakeholders, akan diatur untuk menjamin bahwa warga atau pihak tersebut dapat mengambil keputusan secara independen.

  g. Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang terkena mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga tanah (dibuktikan dengan perhitungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak), sama dengan atau kurang dari 10% dari luas tanah tersebut, dan dikuatkan oleh surat persetujuan yang ditandatangani oleh warga dimaksud setelah mereka melakukan pembicaraan terpisah seperti dimaksud pada butir F di atas dan mendapatkan penjelasan atas hak-hak mereka. Tim Pemantau Safeguard harus memastikan bahwa tidak ada paksaan atas warga tersebut untuk memberikan tanahnya secara sukarela. Persetujuan ini harus didokumentasikan dalam dokumen resmi (legal).

  h.

  Proyek harus sudah memiliki batas-batas (alignment) tanah yang dibutuhkan, jumlah warga yang harus dipindahkan, informasi umum tentang pendapatan dan mata pencaharian warga tersebut, dan harga pasar tanah yang berlaku, yang diajukan oleh Pemrakarsa dan didukung oleh formulir NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), sebelum pengadaan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali) dilaksanakan.

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

  Apabila ada konflik atau inkonsistensi antara peraturan-perundangan yang berlaku di Indonesia dan prinsip atau prosedur yang ditetapkan dalam kerangka pengadaan tanah ini, maka Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Pemerintah Kota/Kabupaten peserta USDRP, akan mengabaikan peraturan- perundangan tersebut sejauh diperlukan, sehingga implementasi kerangka ini dapat berlangsung efektif :

  • - Proyek harus disosialisasikan dan dikonsultasikan dengan pihak yang berkepentingan, khususnya warga yang dipindahkan.

  Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi: informasi menyeluruh mengenai - ukuran, isi, rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak negatif yang mungkin terjadi akibat proyek yang diusulkan.

  • - Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup

  waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara independen.

  Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas

  • - kepada orang-orang yang dipindahkan.

  Yang berhak menerima santunan :  Pemilik-pemegang hak atas lahan, termasuk lahan ulayat (masyarakat adat), bangunan, tanaman, atau aset lainnya;  Penyewa-menguasai lahan berdasarkan perjanjian dengan pemilik lahan;  Penggarap-menguasai lahan secara fisik tanpa alas hak, dengan atau tanpa ijin pemilik lahan;  Nadzir, bagi lahan wakaf Cara menghitung kompensasi :

  Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan

  warga yang terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan,atau aset lainnya sesuai dengan besaran dan kualitas yang dimiliki sebelumnya.

  Contoh cara menghitung :  Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan lokasi yang sama, yang berlaku saat pembayaran ganti rugi;  Bangunan: berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas bangunan yang sama;

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

   Tanaman: sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian immaterial  Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan biaya untuk memperoleh aset yang sama Pengaduan /klaim : Keluhan atau pengaduan berkenaan dengan pelaksanaan pengadaan lahan disampaikan ke :  Pemda, sebagai PemrakarsaForum StakeholdersTim Pengawas Safeguards Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAL/UKL/UPL :

  Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana kegiatan, dan alamat kantor.

  a. Rencana Kegiatan : nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen

  rencana kegiatan (Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi)

  b. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber

  dampak, jenis, dan besaran dampak

  c. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: langkah-langkah

  untuk mencegah dan mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi keadaan darurat; Kegiatan pemantauan, tolok ukur untuk menilai efektivitas pengelolaan lingkungan.

  d. Tanda Tangan dan Cap: menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk melaksanakan UKL/UPL tersebut.

4.2.2 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah

  Kab.Bolaang Mongondow

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

  Tahap selanjutnya setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No.9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM. Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut: 1.

  Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

  a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya. b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan.

  c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

  d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

  2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada.

  Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain: a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

  Kab.Bolaang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2015-2019

  Mongondow

  b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

  3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

4.2.3 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  1. Proyek wajib AMDAL

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

4.3 Analisis Ekonomi

4.3.1 Kemiskinan

  Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya.