Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
VI‐11
I‐1
LAPORAN AKHIR
IX‐1
VI‐11
Bab 5
Kerangka Strategi Pembiayaan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
5.1. Potensi Pendanaan APBD
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa
kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk
meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di
daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu
mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana
yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam
mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.
Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu
dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan
pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan
sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang
dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan
dapat disusun langkah‐langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2‐JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan
untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, dan
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
V-1
VI‐22
I‐2
LAPORAN AKHIR
IX‐2
VI‐22
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan
dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang‐Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber‐sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan
digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
2. Undang‐Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini,
Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.
Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.
Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah
atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan
kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan
yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber
pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-2
VI‐33
I‐3
LAPORAN AKHIR
IX‐3
VI‐33
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman
daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan
NonBank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman
langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan
badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan
prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah. b. Belanja Daerah meliputi: Belanja
Langsung dan Belanja Tidak Langsung. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan
Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-3
VI‐44
I‐4
LAPORAN AKHIR
IX‐4
VI‐44
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
A.
Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan
akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk
daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK
diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi
sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
─ Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
─ Tingkat kerawanan air minum.
B.
Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara‐kan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs
yang dengan kriteria teknis:
─ kerawanan sanitasi;
─ cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana
Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang
diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2‐JM bidang infrastruktur ke‐PU‐an
yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka
keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan
peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2‐JM bidang Cipta Karya meliputi:
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-4
VI‐55
I‐5 LAPORAN AKHIR
IX‐5
VI‐55
1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja
di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang
Air Minum dan Sanitasi.
2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana‐dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang
telah ada. Oleh karena itu, dana‐dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu
sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar‐besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang
Cipta Karya.
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Bojonegoro selama 3‐5 tahun terakhir
dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang
dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b.
Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-5
Tabel 5. 1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
d.
Tahun 2010
Pendapatan Daerah
(1)
Rp (dlm juta
rupiah)
(2)
Tahun 2011
%
(3)
Rp (dlm juta
rupiah)
(4)
Tahun 2012
%
(5)
Rp (dlm juta
rupiah)
(6)
Tahun 2013
%
(7)
Rp (dlm juta
rupiah)
(8)
Tahun 2014
%
Rp (dlm juta rupiah)
%
(9)
(10)
(11)
Pendapatan Asli Daerah
290.997.088.943,59
Pajak Daerah
14.978,05
1,23
53.172,17
3,53
26.971,30
1,45
58.309,47
2,88
68.677.391.510,46
2,45
Retribusi Daerah
13.092,04
1,07
31.383,99
2,08
38.874,11
2,09
38.127,67
1,88
31.677.391.510,46
1.13
803,22
0,07
1.551,72
0,10
11.262,13
0,61
14.802.,38
0,73
18.408.829.313,09
0,65
50.959,23
4,18
78.530,85
5,21
81.309,13
4,37
104.526,64
5,16
172.233.476.609,58
6,14
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan
Lain‐lain PAD
1.761.753.712.013,00
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
297.131,04
24,38
351.733,79
23,32
584.633,66
31,45
553.156,84
27,33
796.681.977.013,00
28,44
Dana Alokasi Umum
583.763,53
47,91
665.218,29
44,11
785.584,83
42,25
876.021,91
43,27
920.522.357.000,00
32,86
Dana Alokasi Khusus
57.373,20
4,71
67.916,90
4,50
68.347,17
3,68
46.545,62
2,30
44.549.378.000,00
1,59
Lain‐lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
Total Pendapatan
748.194.436.370,00
200,00 0.00
0,02
0,00
0.00
0,00
0,00
898
0,04
0,00
46.557,16
3,82
54.458,35
3,61
55.149,58
2,97
71.514,22
3,53
115.737.760.185,00
4,13
105.490,38
8,66
185.099,15
12,27
180.802,37
9,72
236.525,56
11,68
258.359.458.000,00
9,22
48.169,79
3,95
19.049,44
1,26
26.233,70
1,41
23.919,96
1,18
374.097.218.185,00
13,35
1.218.517,79
100
1.508.114,65
100
1.859.167,98
100
2.024.348,29
100
2.800.945.237.326,59
Sumber : APBD Kabupaten Bojonegoro 2010‐2014
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-6
100
Tabel 5. 2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2010
Pendapatan Daerah
(1)
Rp (dlm juta
rupiah)
(2)
Tahun 2011
%
(3)
Rp (dlm juta
rupiah)
(4)
Tahun 2012
%
(5)
Rp (dlm juta
rupiah)
(6)
Tahun 2013
%
(7)
Rp (dlm juta
rupiah)
(8)
Tahun 2014
%
Rp (dlm juta rupiah)
%
(9)
(10)
(11)
Belanja Tidak Langsung
1.223.242.985.230,28
Belanja Pegawai
549.293,121
55,44
711.000,074
51,4
772.216,575
45,98
Belanja Bunga
12.300,000
1,24
7.296,651
0,53
4.059,119
0,24
209
0,01
209.000
0,01
208.600.000,00
0,008
Belanja Subsidi
Belanja Bansos
Bantuan Pemda lain/Belanja Bagi Hasil
kpd Prov/Kab/Kota dan pemdes
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Pemerintahan Desa dan Partai Politik
840.955.103
41,34
1.055.118.376.043,00
43,66
0,00
32.834,446
3,31
77.573,928
5,62
40.012,234
2,38
19.533.615
0,96
8.649.280.000,00
0,35
1.080,000
0,11
1.140
0,08
1.152
0,07
1.076.495
0,05
1.128.378.150,00
0,046
34.779,950
3,51
55.682,700
4,03
90.570
5,39
160.146.928
7,87
157.138.170.037,28
6,50
1.000.181.000,00
0,041
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
1.192.986.264.295,00
Belanja Pegawai
30.428,382
3,07
54.344,783
3,93
66.491,341
3,96
100.774.819
4,95
38.874.191.395,00
1,60
Belanja Barang dan Jasa
146.411,357
14,78
248.788,150
18,01
337.071,334
20,07
567.230.882
27,89
616.425.271.012,00
25,5
Belanja Modal
131.466,879
13,27
212.492,277
15,38
300.090,558
17,87
315.627.293
15,52
537.686.801.888,00
22,2
Total Belanja
990.677,136
1.381.308,323
1.679.631,188
Sumber : APBD Kabupaten Bojonegoro 2010‐2014
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-7
2.034.120.196
2.416.229.249.525,7
Tabel 5. 3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2010
Pendapatan Daerah
(1)
Rp (dlm juta
rupiah)
(2)
Tahun 2011
%
(3)
Rp (dlm juta
rupiah)
(4)
Tahun 2012
Tahun 2013
%
Rp (dlm juta rupiah)
%
(5)
(6)
(7)
Rp (dlm juta
rupiah)
(8)
Tahun 2014
%
(9)
Penerimaan Pembiayaan
Rp (dlm juta rupiah)
%
(10)
(11)
364.294.283.920,50
Sisa Anggaran Tahun
Sebelumnya
Penggunaan SiLPA
Penerimaan Investasi Jangka
Panjang Non Permanen
Penerimaan Pinjaman
dan Obligasi Daerah
Penerimaan Kembali
Pinjaman
171.939,66
0,00
9.590.144.350,00
16,60
9.566.551,25
0,02
318.179,86
0,00
15.395.103.106,00
14,67
12.051.059,81
0,01
386.469,64
0,00
19.559.000.000,00
13,65
12.933.088,76
0,01
386.607.524.376,17
95
76,9
10.412.644.000,00
2,26
95.612.500.000,00
Pengeluaran Pembiayaan
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
1.274.938.911,77
2,21
30.000.000.000,00
28,59
59.500.000.000,00
41,54
Pembayaran Pokok Pinjaman
31.333.500.000.000
54,23
34.100.000.000,00
32,50
35.003.314.900,00
24,43
Pengeluaran Investasi Jangka
Panjang Non Permanen
15.573.614.468,00
26,95
25.424.859.298,00
24,23
29.175.689.218,00
20,37
Total Pembiayaan
353.881.639.920,50
57.781.936.220,68
104.932.331.643,67
143.251.323.676,408
Sumber : RPJMD 2013‐2018 & Lampiran I Nomor Tanggal Peraturan Daerah : 3 Tahun 2014 1 Oktober 2014
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-8
15.000.000.000
1,61
85.000.000.000,00
18,48
19.831.500.000
2,12
10.612.500.000,00
2,30
933.316.566.220,27
459.906.783.920,50
Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas
untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah
daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja
pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3‐5 tahun terakhir. Proporsi
belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang sudah ada.
Tabel 5. 4 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2010
Sektor
Alokasi
APBD (juta
rupiah)
(2)
(1)
Pengembangan
Permukiman
Pengembangan
Air Minum
Penataan
Bangunan &
Lingkungan
Pengembangan
PLP
Total Belanja
APBD Bidang
Cipta Karya
Total Belanja
APBD
%
(3)
Tahun 2011
Alokasi
APBD (juta
rupiah
(4)
%
(5)
Tahun 2012
Alokasi
APBD (juta
rupiah
(6)
Tahun 2013
Tahun 2014
%
Alokasi APBD
(juta rupiah
%
Alokasi APBD
(juta rupiah
%
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
9.764,46 15,90
7.838,15 1,06
2.750,02
4,48
1.827,72 0,25
8.072,18
0,95
7.199,69
0,35
70.051,50
36.802,23 59,93
12.053 1,63
8.095,00
0,95
53.155,18
2,61
100.000
4,3
0,20
186,65 0,03
182,9
0,02
264,775
0,01
4.060,00
0,17
49.440,57 80,51
21.905,52 2,97
41.886,36
4,92
136.693,81
6,72
126.430,00
5,48
123,686
61.406,244
738.624,61
25.536,28 3,00
851.511,09
76.074,17 3,74
2.034.120,196
43.218,50 1,87
3,03
2.305.749.457
Sumber : RPJMD 2013‐2018 & Lampiran Perda No. 3 Tahun 2014
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk
Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di Kabupaten/Kota. DDUB ini
menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang
Cipta Karya.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-9
Tabel 5. 5 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2010
Alokasi
APBN
(juta
rupiah)
(2)
Sektor
(1)
DDUB
(3)
Tahun 2011
Alokasi
APBN
(juta
rupiah)
(4)
DDUB
(5)
Tahun 2012
Alokasi
APBN
(juta
rupiah
(6)
DDUB
(7)
Tahun 2013
Alokasi
APBN
(juta
rupiah
(8)
Pengembangan
Permukiman
Pengembangan Air
Minum
Penataan Bangunan
& Lingkungan
Pengembangan PLP
31,1
36,57
Total
31,1
36,57
Tahun 2014
Alokasi
APBN
DDUB
(juta
rupiah
(9)
(10)
DDUB
(11)
Sumber : APBD Kabupaten Bojonegoro
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang
Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2‐JM), maka dibutuhkan analisis
proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta. Berdasarkan data‐data realisasi pendapatan dan belanja APBD tahun 2012‐
2015, maka didapat proyeksi pendapatan dan belanja APBD Kabupaten Bojonegoro dari Tahun 2017‐
2021, sebagaimana Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 di bawah ini.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-10
Tabel 5. 6 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
I
Realisasi
Komponen
APBD
2014
2012 (jutaan 2013 (jutaan
2015 (jutaan
(jutaan rupiah)
rupiah)
rupiah)
rupiah)
(1)
(2)
PAD
DBH
DAU
DAK
Lain‐lain
Pendapatan
yang sah
Total APBD
(3)
(4)
(5)
159.247
584.651
785.584
68.347
263.556
215.766
553.156
876.021
46.545
332.857
291.243
796.681
920.522
44.549
464.681
337.695
994.881
895.987
67.346
602.859
1.861.387
2.024.345
2.517.676
2.898.768
Prosent
ase
Pertum
buh an
Proyeksi
2017 (jutaan
rupiah)
(6)
0,097
0,248
0,085
0,089
0,263
Sumber : Hasil Analisis
2018
(jutaan rupiah)
2019
(jutaan rupiah)
2020
(jutaan rupiah)
2021
(jutaan rupiah)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
340.705,99
1.591.585,61
972.846,44
143.535,79
1.017.306,52
377.652,46
1.764.178,64
1.078.342,81
159.100,94
1.127.624,19
414.598,91
1.936.771,52
1.183.839,10
174.666,09
1.237.941,76
451.545,35
2.109.364,40
1.289.335,38
190.231,23
1.348.259,33
488.491,80
2.281.957,28
1.394.831,67
205.796,37
1.458.576,91
4.065.978,36
4.506.899,04
4.947.817,37
5.388.735,69
5.829.654,03
Tabel 5. 7 Proyeksi Belanja APBD dalam 5 Tahun ke Depan
2017
(ribuan rupiah)
(5)
Prosent
ase
Per
tum
buhan
(6)
(7)
(8)
Realisasi
Komponen
APBD
2012 (ribuan
rupiah)
(1)
(2)
Belanja
Tidak
Langsung
Belanja
Langsung
Total APBD
2014
2013 (ribuan
(ribuan rupiah)
rupiah)
(3)
(4)
2015 (ribuan
rupiah)
Proyeksi
2018
(ribuan rupiah)
2019
(ribuan rupiah)
2020
(ribuan rupiah)
2021
(ribuan rupiah)
(9)
(10)
(11)
1.050.487
1.140.293
1.388.581
0,228
2.189.983
2.444.872
2.699.761
2.954.650
3.209.540
677.619
983.633
1.275.767
1.455.890
0,292
1.859.974
2.076.454
2.292.934
2.509.414
2.725.893
1.693.112
2.034.120
2.416.061
2.844.471
4.049.957
4.521.326
4.992.695
5.464.064
5.935.433
1.015.493
Sumber : Hasil Analisis
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-11
5.2. Potensi Pendanaan APBN
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan
khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut yang bersumber dari APBN. Meskipun pembangunan
infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut
melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi
SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui
Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Pos‐pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk
grafik proporsi untuk melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran
selama lima tahun terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No.71 Tahun 2010)
seperti Gambar 5.1. Apabila ada kenaikan atau penurunan komponen pendapatan dan belanja yang
signifikan atau terkait dengan bidang Cipta Karya, perlu dianalisis secara deskriptif dan ditulis
penjelasan rincinya. sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data
dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi
anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Gambar 5. 1 Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBN
Tabel 5. 8 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
(1)
Pengembangan
Permukiman
Pengembangan
Air Minum
Penataan
Bangunan &
Lingkungan
Pengembangan
PLP
Total
Alokasi
Tahun 2010
(dlm Juta rp)
(2)
‐
Alokasi
Tahun 2011
(dlm Juta rp)
(3)
‐
Alokasi
Tahun 2012
(dlm Juta rp)
(4)
‐
Alokasi
Tahun 2013
(dlm Juta rp)
(5)
‐
Alokasi
Tahun 2014
(dlm Juta rp)
(6)
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
311
365.675
‐
‐
‐
311
365.675
‐
Sumber : Hasil Analisis
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-12
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk
mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui
penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah
tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas
nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan
di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan
untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak
skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian
Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat
alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 5. 9 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK
Tahun 2010
(1)
DAK Air Minum
(2)
2011
(3)
1.108.200
DAK Sanitasi
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
(4)
(5)
(6)
1.309.250.000
2.168.070.000
Sumber : Hasil Analisis
5.3. Alternatif Sumber Pendanaan
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit
oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang
Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan
investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan
daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak dibidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.
Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP‐SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-13
Tabel 5. 10 Hasil Penilaian Business Plan PDAM Kabupaten Bojonegoro
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal
ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan
dalam bentuk business plan. Adapun business plan PDAM Kabupaten Bojonegoro disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 5. 11 Business Plan PDAM Kabupaten
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-14
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit
oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang
Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan
investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan
daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak dibidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.
Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP‐SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Tabel 5. 12 Hasil Penilaian Business Plan PDAM Kabupaten Bojonegoro
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Tabel 5. 13 Rencana Investasi PDAM Kabupaten Bojonegoro
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-15
5.4. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam hal menggali pendanaan dari pihak swasta, pemerintah daerah belum ada rencana
untuk melaksanakan kerjasama, dimana hingga saat ini pemerintah kabupaten hanya bekerja sama
dengan badan usaha milik daerah yaitu PDAM dalam hal pengembangan air minum. Pembangunan
Bidang Cipta Karya Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi
sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan
masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta
Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
Dalam rangka percapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2‐JM,
maka Pemerintah Kabupaten Bojonegoro perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman yaitu dengan membangun kemitraan baik
dengan perusahaan daerah, perusahaan swasta maupun dengan masyarakat. Oleh karena itu pada
bagian ini, Satgas RPI2JM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain :
1. Strategi peningkatan DDUB Kabupaten Bojonegoro;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran;
3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur
permukiman yang sudah ada;
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Strategi yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk peningkatan investasi
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yaitu :
A. Strategi Peningkatan Program DDUB oleh Kabupaten dan Provinsi
1) Mengembangkan dan meningkatkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
dan menunjukkan laporan administrasi yang lebih baik.
2) Memanfaatkan kecamatan sebagai lokasi khusus program untuk mengharmonisasikan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program dalam meningkatkan DDUB tersebut.
B. Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah dan Efisiensi Penggunaan Anggaran
1) Pemberdayaan BUMD sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah melalui
reformasi visi BUMD, restrukturisasi BUMD, dan profitisasi BUMD.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-16
2) Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak baru/potensial
serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan
C. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
1) Melaksanakan konsep good governanceyang akan tercapai jika dengan akuntabilitas dan
transparansi sehingga akan meningkatkan kinerja pemerintahan daereah menjadi lebih baik.
2) Menyeimbangkan antara pengukuran hasil dari usaha masa lalu dengan pengukuran yang
mendorong kinerja masa mendatang.
3) Penentuan tarif air pada PDAM akan meberikan dampak peningkatan kinerja keuangan dari
Perusahaan Daerah.
D. Strategi Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pembiayaan Pembangunan
Cipta Karya
1)
Keterpaduannya pengembangan infrastruktur permukiman yang akan mendukung tingkat
kualitas hidup masyarakat.
2)
Peningkatan penertiban, pengawasan, pembinaan dan pengendalian penataan ruang dan
dilaksanakanyakordinasi dengan instansi lain dalam urusan pembangunan pada bidang Cipta
Karya.
3)
Memposisikan masyarakat sebagai penentu kebijakan dan pelaku utama pembangunan di
daerah masing‐masing, termasuk mengutamakan nilai budaya lokal dalam proses
pembangunan partisipatif.
E. Strategi Pendanaan untuk Operasi Pemeliharaan dan Rehabilitasi Infrastruktur Permukiman
yang Sudah Ada
1) Meningkatkan kondisi sarana dan prasarana yang telah ataupun sedang dibangun agar
tingkat pelayanannya dapat dipertahankan dan ditingkat sesuai dengan kualitas yang
memadai, serta tetap dapat dioperasikan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam
rangka menunjang sektor‐sektor produktif.
2) Diprioritaskannya infrastruktur yang sudah dibangun ataupun sedang dalam proses
pembangunan, diupayakan pemeliharaannya agar nilai ekonomisnya tidak menurun.
F. Strategi Peningkatan Pembiayaan Infrastruktur
1) Melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kegiatan‐kegiatan pembangunan yang
berpotensi didanai melalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta).
2) Mengoptimalkan sumber pendanaan alternatif seperti pinjaman dan hibah luar negeri
(PHLN).
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-17
I‐1
LAPORAN AKHIR
IX‐1
VI‐11
Bab 5
Kerangka Strategi Pembiayaan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
5.1. Potensi Pendanaan APBD
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa
kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk
meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di
daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu
mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana
yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam
mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.
Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu
dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan
pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan
sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang
dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan
dapat disusun langkah‐langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2‐JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan
untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, dan
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
V-1
VI‐22
I‐2
LAPORAN AKHIR
IX‐2
VI‐22
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan
dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang‐Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber‐sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan
digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
2. Undang‐Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini,
Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.
Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.
Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah
atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan
kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan
yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber
pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-2
VI‐33
I‐3
LAPORAN AKHIR
IX‐3
VI‐33
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman
daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan
NonBank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman
langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan
badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan
prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah. b. Belanja Daerah meliputi: Belanja
Langsung dan Belanja Tidak Langsung. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan
Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-3
VI‐44
I‐4
LAPORAN AKHIR
IX‐4
VI‐44
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran
nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
A.
Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan
akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk
daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK
diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi
sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
─ Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
─ Tingkat kerawanan air minum.
B.
Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara‐kan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs
yang dengan kriteria teknis:
─ kerawanan sanitasi;
─ cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana
Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang
diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2‐JM bidang infrastruktur ke‐PU‐an
yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka
keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan
peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2‐JM bidang Cipta Karya meliputi:
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-4
VI‐55
I‐5 LAPORAN AKHIR
IX‐5
VI‐55
1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja
di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang
Air Minum dan Sanitasi.
2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana‐dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang
telah ada. Oleh karena itu, dana‐dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu
sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar‐besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang
Cipta Karya.
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Bojonegoro selama 3‐5 tahun terakhir
dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang
dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b.
Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-5
Tabel 5. 1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
d.
Tahun 2010
Pendapatan Daerah
(1)
Rp (dlm juta
rupiah)
(2)
Tahun 2011
%
(3)
Rp (dlm juta
rupiah)
(4)
Tahun 2012
%
(5)
Rp (dlm juta
rupiah)
(6)
Tahun 2013
%
(7)
Rp (dlm juta
rupiah)
(8)
Tahun 2014
%
Rp (dlm juta rupiah)
%
(9)
(10)
(11)
Pendapatan Asli Daerah
290.997.088.943,59
Pajak Daerah
14.978,05
1,23
53.172,17
3,53
26.971,30
1,45
58.309,47
2,88
68.677.391.510,46
2,45
Retribusi Daerah
13.092,04
1,07
31.383,99
2,08
38.874,11
2,09
38.127,67
1,88
31.677.391.510,46
1.13
803,22
0,07
1.551,72
0,10
11.262,13
0,61
14.802.,38
0,73
18.408.829.313,09
0,65
50.959,23
4,18
78.530,85
5,21
81.309,13
4,37
104.526,64
5,16
172.233.476.609,58
6,14
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan
Lain‐lain PAD
1.761.753.712.013,00
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
297.131,04
24,38
351.733,79
23,32
584.633,66
31,45
553.156,84
27,33
796.681.977.013,00
28,44
Dana Alokasi Umum
583.763,53
47,91
665.218,29
44,11
785.584,83
42,25
876.021,91
43,27
920.522.357.000,00
32,86
Dana Alokasi Khusus
57.373,20
4,71
67.916,90
4,50
68.347,17
3,68
46.545,62
2,30
44.549.378.000,00
1,59
Lain‐lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
Total Pendapatan
748.194.436.370,00
200,00 0.00
0,02
0,00
0.00
0,00
0,00
898
0,04
0,00
46.557,16
3,82
54.458,35
3,61
55.149,58
2,97
71.514,22
3,53
115.737.760.185,00
4,13
105.490,38
8,66
185.099,15
12,27
180.802,37
9,72
236.525,56
11,68
258.359.458.000,00
9,22
48.169,79
3,95
19.049,44
1,26
26.233,70
1,41
23.919,96
1,18
374.097.218.185,00
13,35
1.218.517,79
100
1.508.114,65
100
1.859.167,98
100
2.024.348,29
100
2.800.945.237.326,59
Sumber : APBD Kabupaten Bojonegoro 2010‐2014
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-6
100
Tabel 5. 2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2010
Pendapatan Daerah
(1)
Rp (dlm juta
rupiah)
(2)
Tahun 2011
%
(3)
Rp (dlm juta
rupiah)
(4)
Tahun 2012
%
(5)
Rp (dlm juta
rupiah)
(6)
Tahun 2013
%
(7)
Rp (dlm juta
rupiah)
(8)
Tahun 2014
%
Rp (dlm juta rupiah)
%
(9)
(10)
(11)
Belanja Tidak Langsung
1.223.242.985.230,28
Belanja Pegawai
549.293,121
55,44
711.000,074
51,4
772.216,575
45,98
Belanja Bunga
12.300,000
1,24
7.296,651
0,53
4.059,119
0,24
209
0,01
209.000
0,01
208.600.000,00
0,008
Belanja Subsidi
Belanja Bansos
Bantuan Pemda lain/Belanja Bagi Hasil
kpd Prov/Kab/Kota dan pemdes
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Pemerintahan Desa dan Partai Politik
840.955.103
41,34
1.055.118.376.043,00
43,66
0,00
32.834,446
3,31
77.573,928
5,62
40.012,234
2,38
19.533.615
0,96
8.649.280.000,00
0,35
1.080,000
0,11
1.140
0,08
1.152
0,07
1.076.495
0,05
1.128.378.150,00
0,046
34.779,950
3,51
55.682,700
4,03
90.570
5,39
160.146.928
7,87
157.138.170.037,28
6,50
1.000.181.000,00
0,041
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
1.192.986.264.295,00
Belanja Pegawai
30.428,382
3,07
54.344,783
3,93
66.491,341
3,96
100.774.819
4,95
38.874.191.395,00
1,60
Belanja Barang dan Jasa
146.411,357
14,78
248.788,150
18,01
337.071,334
20,07
567.230.882
27,89
616.425.271.012,00
25,5
Belanja Modal
131.466,879
13,27
212.492,277
15,38
300.090,558
17,87
315.627.293
15,52
537.686.801.888,00
22,2
Total Belanja
990.677,136
1.381.308,323
1.679.631,188
Sumber : APBD Kabupaten Bojonegoro 2010‐2014
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-7
2.034.120.196
2.416.229.249.525,7
Tabel 5. 3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2010
Pendapatan Daerah
(1)
Rp (dlm juta
rupiah)
(2)
Tahun 2011
%
(3)
Rp (dlm juta
rupiah)
(4)
Tahun 2012
Tahun 2013
%
Rp (dlm juta rupiah)
%
(5)
(6)
(7)
Rp (dlm juta
rupiah)
(8)
Tahun 2014
%
(9)
Penerimaan Pembiayaan
Rp (dlm juta rupiah)
%
(10)
(11)
364.294.283.920,50
Sisa Anggaran Tahun
Sebelumnya
Penggunaan SiLPA
Penerimaan Investasi Jangka
Panjang Non Permanen
Penerimaan Pinjaman
dan Obligasi Daerah
Penerimaan Kembali
Pinjaman
171.939,66
0,00
9.590.144.350,00
16,60
9.566.551,25
0,02
318.179,86
0,00
15.395.103.106,00
14,67
12.051.059,81
0,01
386.469,64
0,00
19.559.000.000,00
13,65
12.933.088,76
0,01
386.607.524.376,17
95
76,9
10.412.644.000,00
2,26
95.612.500.000,00
Pengeluaran Pembiayaan
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
1.274.938.911,77
2,21
30.000.000.000,00
28,59
59.500.000.000,00
41,54
Pembayaran Pokok Pinjaman
31.333.500.000.000
54,23
34.100.000.000,00
32,50
35.003.314.900,00
24,43
Pengeluaran Investasi Jangka
Panjang Non Permanen
15.573.614.468,00
26,95
25.424.859.298,00
24,23
29.175.689.218,00
20,37
Total Pembiayaan
353.881.639.920,50
57.781.936.220,68
104.932.331.643,67
143.251.323.676,408
Sumber : RPJMD 2013‐2018 & Lampiran I Nomor Tanggal Peraturan Daerah : 3 Tahun 2014 1 Oktober 2014
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-8
15.000.000.000
1,61
85.000.000.000,00
18,48
19.831.500.000
2,12
10.612.500.000,00
2,30
933.316.566.220,27
459.906.783.920,50
Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas
untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah
daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja
pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3‐5 tahun terakhir. Proporsi
belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang sudah ada.
Tabel 5. 4 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2010
Sektor
Alokasi
APBD (juta
rupiah)
(2)
(1)
Pengembangan
Permukiman
Pengembangan
Air Minum
Penataan
Bangunan &
Lingkungan
Pengembangan
PLP
Total Belanja
APBD Bidang
Cipta Karya
Total Belanja
APBD
%
(3)
Tahun 2011
Alokasi
APBD (juta
rupiah
(4)
%
(5)
Tahun 2012
Alokasi
APBD (juta
rupiah
(6)
Tahun 2013
Tahun 2014
%
Alokasi APBD
(juta rupiah
%
Alokasi APBD
(juta rupiah
%
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
9.764,46 15,90
7.838,15 1,06
2.750,02
4,48
1.827,72 0,25
8.072,18
0,95
7.199,69
0,35
70.051,50
36.802,23 59,93
12.053 1,63
8.095,00
0,95
53.155,18
2,61
100.000
4,3
0,20
186,65 0,03
182,9
0,02
264,775
0,01
4.060,00
0,17
49.440,57 80,51
21.905,52 2,97
41.886,36
4,92
136.693,81
6,72
126.430,00
5,48
123,686
61.406,244
738.624,61
25.536,28 3,00
851.511,09
76.074,17 3,74
2.034.120,196
43.218,50 1,87
3,03
2.305.749.457
Sumber : RPJMD 2013‐2018 & Lampiran Perda No. 3 Tahun 2014
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk
Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di Kabupaten/Kota. DDUB ini
menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang
Cipta Karya.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-9
Tabel 5. 5 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun 2010
Alokasi
APBN
(juta
rupiah)
(2)
Sektor
(1)
DDUB
(3)
Tahun 2011
Alokasi
APBN
(juta
rupiah)
(4)
DDUB
(5)
Tahun 2012
Alokasi
APBN
(juta
rupiah
(6)
DDUB
(7)
Tahun 2013
Alokasi
APBN
(juta
rupiah
(8)
Pengembangan
Permukiman
Pengembangan Air
Minum
Penataan Bangunan
& Lingkungan
Pengembangan PLP
31,1
36,57
Total
31,1
36,57
Tahun 2014
Alokasi
APBN
DDUB
(juta
rupiah
(9)
(10)
DDUB
(11)
Sumber : APBD Kabupaten Bojonegoro
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang
Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2‐JM), maka dibutuhkan analisis
proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta. Berdasarkan data‐data realisasi pendapatan dan belanja APBD tahun 2012‐
2015, maka didapat proyeksi pendapatan dan belanja APBD Kabupaten Bojonegoro dari Tahun 2017‐
2021, sebagaimana Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 di bawah ini.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-10
Tabel 5. 6 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
I
Realisasi
Komponen
APBD
2014
2012 (jutaan 2013 (jutaan
2015 (jutaan
(jutaan rupiah)
rupiah)
rupiah)
rupiah)
(1)
(2)
PAD
DBH
DAU
DAK
Lain‐lain
Pendapatan
yang sah
Total APBD
(3)
(4)
(5)
159.247
584.651
785.584
68.347
263.556
215.766
553.156
876.021
46.545
332.857
291.243
796.681
920.522
44.549
464.681
337.695
994.881
895.987
67.346
602.859
1.861.387
2.024.345
2.517.676
2.898.768
Prosent
ase
Pertum
buh an
Proyeksi
2017 (jutaan
rupiah)
(6)
0,097
0,248
0,085
0,089
0,263
Sumber : Hasil Analisis
2018
(jutaan rupiah)
2019
(jutaan rupiah)
2020
(jutaan rupiah)
2021
(jutaan rupiah)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
340.705,99
1.591.585,61
972.846,44
143.535,79
1.017.306,52
377.652,46
1.764.178,64
1.078.342,81
159.100,94
1.127.624,19
414.598,91
1.936.771,52
1.183.839,10
174.666,09
1.237.941,76
451.545,35
2.109.364,40
1.289.335,38
190.231,23
1.348.259,33
488.491,80
2.281.957,28
1.394.831,67
205.796,37
1.458.576,91
4.065.978,36
4.506.899,04
4.947.817,37
5.388.735,69
5.829.654,03
Tabel 5. 7 Proyeksi Belanja APBD dalam 5 Tahun ke Depan
2017
(ribuan rupiah)
(5)
Prosent
ase
Per
tum
buhan
(6)
(7)
(8)
Realisasi
Komponen
APBD
2012 (ribuan
rupiah)
(1)
(2)
Belanja
Tidak
Langsung
Belanja
Langsung
Total APBD
2014
2013 (ribuan
(ribuan rupiah)
rupiah)
(3)
(4)
2015 (ribuan
rupiah)
Proyeksi
2018
(ribuan rupiah)
2019
(ribuan rupiah)
2020
(ribuan rupiah)
2021
(ribuan rupiah)
(9)
(10)
(11)
1.050.487
1.140.293
1.388.581
0,228
2.189.983
2.444.872
2.699.761
2.954.650
3.209.540
677.619
983.633
1.275.767
1.455.890
0,292
1.859.974
2.076.454
2.292.934
2.509.414
2.725.893
1.693.112
2.034.120
2.416.061
2.844.471
4.049.957
4.521.326
4.992.695
5.464.064
5.935.433
1.015.493
Sumber : Hasil Analisis
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-11
5.2. Potensi Pendanaan APBN
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan
khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut yang bersumber dari APBN. Meskipun pembangunan
infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut
melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi
SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui
Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Pos‐pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk
grafik proporsi untuk melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran
selama lima tahun terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No.71 Tahun 2010)
seperti Gambar 5.1. Apabila ada kenaikan atau penurunan komponen pendapatan dan belanja yang
signifikan atau terkait dengan bidang Cipta Karya, perlu dianalisis secara deskriptif dan ditulis
penjelasan rincinya. sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data
dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi
anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Gambar 5. 1 Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBN
Tabel 5. 8 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
(1)
Pengembangan
Permukiman
Pengembangan
Air Minum
Penataan
Bangunan &
Lingkungan
Pengembangan
PLP
Total
Alokasi
Tahun 2010
(dlm Juta rp)
(2)
‐
Alokasi
Tahun 2011
(dlm Juta rp)
(3)
‐
Alokasi
Tahun 2012
(dlm Juta rp)
(4)
‐
Alokasi
Tahun 2013
(dlm Juta rp)
(5)
‐
Alokasi
Tahun 2014
(dlm Juta rp)
(6)
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
311
365.675
‐
‐
‐
311
365.675
‐
Sumber : Hasil Analisis
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-12
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk
mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui
penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah
tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas
nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan
di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan
untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak
skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian
Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat
alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 5. 9 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK
Tahun 2010
(1)
DAK Air Minum
(2)
2011
(3)
1.108.200
DAK Sanitasi
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
(4)
(5)
(6)
1.309.250.000
2.168.070.000
Sumber : Hasil Analisis
5.3. Alternatif Sumber Pendanaan
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit
oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang
Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan
investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan
daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak dibidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.
Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP‐SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-13
Tabel 5. 10 Hasil Penilaian Business Plan PDAM Kabupaten Bojonegoro
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal
ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan
dalam bentuk business plan. Adapun business plan PDAM Kabupaten Bojonegoro disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 5. 11 Business Plan PDAM Kabupaten
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-14
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit
oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang
Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan
investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan
daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak dibidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.
Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP‐SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Tabel 5. 12 Hasil Penilaian Business Plan PDAM Kabupaten Bojonegoro
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Tabel 5. 13 Rencana Investasi PDAM Kabupaten Bojonegoro
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-15
5.4. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam hal menggali pendanaan dari pihak swasta, pemerintah daerah belum ada rencana
untuk melaksanakan kerjasama, dimana hingga saat ini pemerintah kabupaten hanya bekerja sama
dengan badan usaha milik daerah yaitu PDAM dalam hal pengembangan air minum. Pembangunan
Bidang Cipta Karya Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi
sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan
masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta
Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
Dalam rangka percapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2‐JM,
maka Pemerintah Kabupaten Bojonegoro perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman yaitu dengan membangun kemitraan baik
dengan perusahaan daerah, perusahaan swasta maupun dengan masyarakat. Oleh karena itu pada
bagian ini, Satgas RPI2JM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain :
1. Strategi peningkatan DDUB Kabupaten Bojonegoro;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran;
3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur
permukiman yang sudah ada;
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Strategi yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk peningkatan investasi
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yaitu :
A. Strategi Peningkatan Program DDUB oleh Kabupaten dan Provinsi
1) Mengembangkan dan meningkatkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
dan menunjukkan laporan administrasi yang lebih baik.
2) Memanfaatkan kecamatan sebagai lokasi khusus program untuk mengharmonisasikan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program dalam meningkatkan DDUB tersebut.
B. Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah dan Efisiensi Penggunaan Anggaran
1) Pemberdayaan BUMD sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah melalui
reformasi visi BUMD, restrukturisasi BUMD, dan profitisasi BUMD.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-16
2) Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak baru/potensial
serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan
C. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
1) Melaksanakan konsep good governanceyang akan tercapai jika dengan akuntabilitas dan
transparansi sehingga akan meningkatkan kinerja pemerintahan daereah menjadi lebih baik.
2) Menyeimbangkan antara pengukuran hasil dari usaha masa lalu dengan pengukuran yang
mendorong kinerja masa mendatang.
3) Penentuan tarif air pada PDAM akan meberikan dampak peningkatan kinerja keuangan dari
Perusahaan Daerah.
D. Strategi Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pembiayaan Pembangunan
Cipta Karya
1)
Keterpaduannya pengembangan infrastruktur permukiman yang akan mendukung tingkat
kualitas hidup masyarakat.
2)
Peningkatan penertiban, pengawasan, pembinaan dan pengendalian penataan ruang dan
dilaksanakanyakordinasi dengan instansi lain dalam urusan pembangunan pada bidang Cipta
Karya.
3)
Memposisikan masyarakat sebagai penentu kebijakan dan pelaku utama pembangunan di
daerah masing‐masing, termasuk mengutamakan nilai budaya lokal dalam proses
pembangunan partisipatif.
E. Strategi Pendanaan untuk Operasi Pemeliharaan dan Rehabilitasi Infrastruktur Permukiman
yang Sudah Ada
1) Meningkatkan kondisi sarana dan prasarana yang telah ataupun sedang dibangun agar
tingkat pelayanannya dapat dipertahankan dan ditingkat sesuai dengan kualitas yang
memadai, serta tetap dapat dioperasikan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam
rangka menunjang sektor‐sektor produktif.
2) Diprioritaskannya infrastruktur yang sudah dibangun ataupun sedang dalam proses
pembangunan, diupayakan pemeliharaannya agar nilai ekonomisnya tidak menurun.
F. Strategi Peningkatan Pembiayaan Infrastruktur
1) Melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kegiatan‐kegiatan pembangunan yang
berpotensi didanai melalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta).
2) Mengoptimalkan sumber pendanaan alternatif seperti pinjaman dan hibah luar negeri
(PHLN).
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VI-17