Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

BAB 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun

  2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kota mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).

  Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

  Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai.

  Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kota Bandar Lampung didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kota Bandar Lampung disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

  1. Partisipasi Masyarakat Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

  2. Transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

  Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.

  3. Disiplin Anggaran Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif. Anggaran yang tersedia pada setiap pos/ rekening merupakan batas tertinggi belanja/ pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan.

  4. Keadilan Anggaran Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan. Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masyarakat melalui mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

  5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:

  a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai; b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional.

  6. Taat Azas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

5.1 Potensi Pendanaan APBD

  Potensi pendanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya tercakup dalam program kegiatan sebagai berikut:

Tabel 5.1 Matriks Potensi Pendanaan APBD Kabupaten/Kota REALISASI (DALAM RIBUAN) PROYEKSI SEKTOR 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11

  Pengembangan Kawasan 4162333 Permukiman Penataan Bangunan dan 645132 4336792 5096982 Lingkungan Pengembangan 1987423 SPAM Pengembangan

  991000 693210 5543611 PLP Total Belanja APBD

  7785888 5030002 10640593 Bidang Cipta Karya Total Belanja APBD

  179

5.2 Potensi Pendanaan APBN

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana kedaerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut. Untuk lebih jelasnya uraian dana APBN Cipta Karya Kota Bandar Lampung bervariasi pembiayaannya dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2 Perkembangan APBN Cipta Karya di Kota Bandar Lampung dalam 5 Tahun Terakhir

  Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Sektor 2015 2014 2013 2012 2011 Pengembangan Air

  • 1,987,500,000 9.147.555.000 2.499.780.000 13.108.695.000 Minum Pengembangan PLP 12.240.330.000 13.250.000.000 6.600.000.000 4.499.000.000 500.000.000 Pengembangan

  6.064.185.000 2.900.000.000 2.529.360.000 29.641.224.000 Permukiman 28.002.500.000 Penataan Bangunan

  • 4.793.508.000 19.832.500.000 & Lingkungan

  30.490.000.000 32.245.578.000 35.982.500.000 11.629.140.000 47.248.919.000 Total

  Sumber : Dinas Pengairan dan Permukiman Provinsi Lampung, 2015

  181 Dari pembiayaan APBN pada infrastruktur bidang Cipta Karya di Kota Bandar Lampung dapat dilihat Sektor Bangkim mendominasi besaran pembiayaan APBN sekitar 34,64 % dalam lima tahun terakhir. Dengan jumlah pembiayaan terbesar selama lima tahun terakhir pada tahun 2011. Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaa pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan kedaerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritasn asional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan

  

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air

  limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 5.3 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Bandar

  Lampung dalam 5 Tahun Terakhir

  Jenis Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2016 2015 2014 2013 DAK 2017 2012

  DAK Air 3.428.112.000 463.034.000 3.707.368.000 2.092.940.000 1.413.664.500 1.252.680.000 Minum DAK

  1.366.798.000 - 360.630.000 1.389.568.500 1.729.310.000 1.227.620.000 Sanitasi Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, 2017

  Perkembangan pembangunan air minum dansanitasi melalui pembiayaan

  

DAK Air Minumdan DAK Sanitasi mengalami trend pembiayaan yang

  berbeda. DAK Air Minum mengalamai peningkatan dari tahun ke tahun namun pada tahun 2014 mengalami penurunan dikarenakan kegiatan optimalisasi yang dilakukan pada jaringan perpipaan dan non perpipaan yang dilaksanakan oleh PDAM Way Rilau. Sedangkan kegiatan DAK Sanitasi di tahun 2014 tidak terdapat alokasi di Kota Bandar Lampung dikarenakan kekurangan kriteria data dasar dan data teknis yang masuk dalam usulan DAK pada tahun sebelumnya.

5.3 Alternatif Sumber Pendanaan

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost

  

recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-

cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah

  Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  Skema pembiayaan alternatif ini dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah. Dengan hasil pendataan kegiatan KPS bidang Cipta Karya di daerah disajikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 5.4 Matriks Potensi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Melalui KPS NAMA DESKRIPSI BIAYA KELAYAKAN KETERANGAN KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN FINANSIAL (RP) -1 -2 -3 -4 -5

  Pengembangan PT. Sarana Multi 1107417000

  IRR =

  SPAM Kota Bandar Infrastruktur (Persero)

  11,17

  Lampung (PT. SMI) diberi tugas oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan untuk melaksanakan fasilitas dalam rangka Penyiapan Proyek dan Pendampingan Transaksi pada Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Sistem Penyediaan Air Minum Kota Bandar Lampung (Proyek KPBU SPAM Kota Bandar Lampung) melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal

  Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Nomor KEP- 12/PR/2016 Tanggal

  8 Maret 2016 tentang Penugasan Kepada Perusahaan Perseroan (Persero) Badan Usaha Milik Negara (Surat Keputusan Penugasan). Berdasarkan Kesepakatan Induk Nomor DK-3/PR/2016 dan Nomor 690/240/1-10/2016 tanggal 7 Maret 2016 tentang Koordinasi Dalam Rangka Percepatan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Sistem Penyediaan Air Minum Kota Bandar Lampung (Kesepakatan Induk), Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) Proyek KPBU SPAM Kota Bandar Lampung adalah Walikota Bandar Lampung dengan pelimpahan wewenang kepada Direktur Utama PDAM “Way Rilau” Kota Bandar Lampung (PDAM Kota Bandar Lampung) untuk melakukan kontrak dengan Badan Usaha Pelaksana. Proses pelelangan Badan Usaha Proyek KPBU SPAM Kota Bandar Lampung akan mengikuti Perpres 38/2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dan mengikuti Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor

  19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut di atas maka PT. SMI menunjuk PT. Konsindo Inovatek Utama (PT. KIU) sebagai sub- konsultan penyedia jasa konsultasi untuk membantu pelaksanaan penyusunan Rencana Bisnis PDAM Kota Bandar Lampung.

5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun kedepan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

  5.4.1 Peningkatan DDUB oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung

  Peran serta pemerintah kota sangat penting dalam peningkatan investasi infrastruktur bidang Cipta Karya. Dana Daerah Urusan Bersama bidang Cipta Karya yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung meliputi Kegiatan sebagai berikut :

  1. Pembangunan Jalan Lingkungan

  2. Pembangunan Prasarana Air Bersih

  3. Pembangunan Saluran Drainase atau gorong-gorong

  5.4.2 Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah

  Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun kedepan dalam bentuk business plan.

  Kota Bandar Lampung melakukan penyusunan rencana pendanaan bidang Cipta Karya dalam 5 tahun ke depan melalui business plan yang kemudian diakomodir dalam dokumen RPIJM bidang Cipta Karya.

  Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Perusahaan Daerah Air Minum Way Rilau memberikan subsidi berupa pembiayaan daerah dan bantuan pembangunan perpipaan melalui Dana DAK.

  

5.4.3 Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan dunia usaha dalam

pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan kepihak swasta.

Tabel 5.5 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan

  Nama Deskripsi Biaya Kelayakan Keterangan Kegiatan Kegiatan Kegiatan (Rp) Finansial Pengembangan Pembangunan dan

  IRR = 12,7 BOT - Jaringan Air Rehabilitasi Jaringan Minum Air Minum

  Keterangan IRR: Internal Rate of Return

  Perhitungan kelayakan dihitung dengan membandingkan antara tambahan pendapatan dan biaya yang timbul. Dalam hal ini perhitungan dikhususkan pada proyeksi keuangan dari investor itu sendiri. Kelayakan diperhitungkan terhadap total proyek secara keseluruhan dan perhitungan terhadap keseluruhan investasi didasarkan atas arus kas bersih yang dihasilkan.

  1. Hasil Kelayakan yang diperoleh IRR sebesar 12,7% dengan NPV positif dan DCR 11,9.

  2. Adanya penurunan pendapatan sebesar 10%, diperoleh IRR sebesar 12,04% NPV positif dengan DCR mencapai 0,2

  3. Adanya kenaikan biaya meningkat 10% dan pendapatan turun10% diperoleh IRR sebesar 11,24%, NPV negative adapun DCR 1,6

  4. Adanya kenaikan biaya sebesar 25% diperoleh IRR sebesar 10,79%, NPV negatif dengan DCR – 0,5

  

5.4.4 Pendanaan untuk operasi Pemeliharaan dan Rehabilitasi

Infrastruktur

  Pendanaan untuk operasi Pemeliharaan dan rehabilitasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya dilaksanakan melalui APBD Pemerintah Kota Bandar Lampung. Untuk prasarana Air Minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui swakelola masyarakat , operasional ddan pemelharaan diserahkan kepada kelompok masyarakat yang dibentuk atas musyawarah bersama di lokasi tersebut.

5.4.5 Pengembangan Infrastruktur Skala Regional

  Sebagai Kota Metropolitan, Bandar Lampung memerlukan dukungan dari daerah yang berbatasan langsung seperti Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran. Untuk pembangunan infrastruktur skala regional yang akan direncanakan adalah TPA Regional wilayah Bandar Lampung, Natar, Gedong Tataan, dan Katibung. Diharapkan dengan pembangunan TPA Regional ini maka permasalahan persampahan dapat ditangani secara komprehensif dan mengundang investasi sektor swasta.