RESPON PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN DOSIS PUPUK PELENGKAP CAIR (PPC) SUPER GREEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) SKRIPSI

  RESPON PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN DOSIS PUPUK PELENGKAP CAIR (PPC) SUPER GREEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) SKRIPSI OLEH ABDUL HALIM

  07C10407002

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Cabai merah (Capsicum annum L.) pada mulanya diketahui berasal dari meksiko, dan menyebar di negara-negara sekitarnya di amerika Selatan, Amerika Tengah pada sekitar abad ke-8. Dari benua Amerika kemudian menyebar ke Eropa di perkirakan pada sekitar abad ke-15. kini tanaman cabai merah sudah menyebar keberbagai Negara tropik, terutama di benua asia, dan Afrika (Tim Bina karya Tani, 2008).

  Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia. Cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya.

  Sebagai usaha untuk meningkatkan hasil produksi tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, sifat fisika dan kimia, serta biologi tanah.

  Salah satu upaya memperbaikinya adalah dengan menambahkan pupuk kandang, karena pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara makro dan mikro bagi tanaman.

  Soepardi (1983) menyatakan bahwa pupuk kandang merupakan salah satu bahan pelengkap yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

  Menurut Candra (2003), kotoran sapi yang diberikan kedalam tanah mengalami dipahami bahwa pemberian kotoran sapi akan meningkatkan jumlah humus dalam tanah yang juga berarti meningkatkan C-organik tanah. Peningkatan C-organik dalam tanah juga meningkatkan bahan organik tanah.

  Selain penggunaan pupuk kandang dalam peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, Karena pemupukan sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun, salah satu pupuk yang beredar dipasaran diantaranya pupuk pelengkap cair (PPC) super green.

  Pupuk pelengkap cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk pelengkap cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan pelengkap). Pupuk pelengkap cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosa sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Anonim, 2004 dalam Fitri Rizqiani dkk., 2007). Pemberian pupuk pelengkap cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari pemberian melalui tanah, adapun dosis anjuran untuk tanaman cabai adalah 2- 4 cc/liter air. (Hanolo, 1997 dalam Fitri Rizqiani dkk., 2007).

  Dari permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pupuk kandang dan konsentrasi pupuk pelengkap cair (PPC) yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman cabai yang baik sesuai yang diharapkan.

  1.2. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang dan konsentrasi PPC super green terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

  1.3. Hipotesis

  1. Pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

  2. Konsentrasi PPC super green berpengaruh terhadap pertubuhan dan hasil tanaman cabai

  3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan konsentrasi PPC super green terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Cabai

  a. Sistematika

  Menurut Wiryanta (2005), tanaman cabai (Capsicum annum L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Clas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Capsicum Spesies : Capsicum Annum. L

  b. Morfologi

1. Akar

  Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut saja, biasanya di akar terdapat bintil – bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme, meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh kearah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu ( Setiadi, 2005 ).

  2. Batang

  Batang dibedakan menjadi dua macam yaitu batang utama dan batang percabangan ( batang skunder ). Batang berwarna coklat hijau, berkayu, panjang antara 20 – 28 cm dan diameter 1,5 cm – 2,5 cm. Percabangan berwarna hijau dengan panjang antara 5 – 7 cm. Diameter percabangan lebih kecil dari batang utama, berkisar antara 0,5 cm – 1 cm. Cabang yang terletak dekat batang utama diameternya lebih besar dibandingkan dengan bagian atasnya (Nawangsih, 2003).

  3. Daun

  Daun tanaman cabai bervariasi menurut sepesies dan varietas, ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bulat telur, dan bahkan ada yang langset dengan ujung meruncing. Daun cabai yang ditompang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip, warna permukaan daun cabai bagian atas biasanya berwarna hijau tua, hijau muda, hijau dan hijau kebiruan, sedangkan warna bagian bawah daun berwarna hijau muda, hijau pucat, dan hijau, permukaan daun cabai ada yang halus dan ada pula yang berkerut dengan ukuran panjang antara 3–11 cm dengan lebar antara 1 – 5 cm ( Prajananta, 1997 dan Wiryanta, 2005 )

  4. Bunga

  Bunga cabai berkelamin dua (hemafrodit), yaitu dalam satu bunga terdapat kelamin jantan dan kelamin betina. Bunga cabai tersusun atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota, alat kelamin jantan dan kelamin betina, letak bunga menggantung dan biasanya tumbuh pada ketiak daun ada yang tunggal atau bergerombol dalam tandan, biasanya dalam satu tandan terdapat 2-3 panjang bunga 1-1,5 cm dan panjang tangkainya 1-2 cm. Mahkota bunga akan gugur pada saat buah mulai terbentuk, kelopak bunga tertinggal dan melekat dipangkal calon buah ( Nawangsih, 2003 ).

5. Buah

  Buah cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah. Buah ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun dan buah.

  Bagian buah tersusun atas kulit buah berwarna hijau, daging buah dan biji, permukaan buah rata, licin dan yang telah masak berwarna merah mengkilat. buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk yaitu servano, cubanelle, cayenne, pimento, Anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bell.

  Panjang buah berkisar antara 9 – 15 cm, diameter 1-1,5 cm, dan berat bervariasi dari 7,5 – 25 gr/buah, panjang tangkai 3,5 – 4,4 cm, buah menggantung terletak dipercabangan atau ketiak daun. Jumlah buah perpohon berkisar antara 150-200 buah/batang (Nawangsih, 2003).

2.2. Syarat Tumbuh Cabai

1. Iklim

  Tanaman cabai memiliki daya adaptasi yang luas, karena itu cabai dapat ditanam diberbagai lahan dan disembarang waktu. Pada umumnya cabai dapat tumbuh didaratan rendah sampai daratan tinggi ± 2000 meter diatas permukaan laut (mdpl), yang mempunyai iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab.

  Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 24° -27°C dan untuk hibrida mempunyai daya penyesuaikan tersendiri terhadap lingkungan tumbuh (Suharjono, 2006).

2. Tanah

  Tekstur dan struktur tanah sangat mempengaruhi semua sifat fisik tanah, seperti daya tahan tanah mengikat air dan permeabilitas, peredaran udara didalam tanah, temperatur serta mudah tidaknya pengolahan tanah (Wiryanta, 2005).

  Hampir semua tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian cocok pula bagi tanaman cabai. Untuk mendapatkan kualitas dan hasil yang tinggi, keadaan tanah yang ideal untuk tanaman cabai adalah jenis tanah Andosol dan Regosol yang subur, gembur, remah, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek (tergenang), bebas cacing (nematoda), penyakit tular tanah, dan poros. Walaupun demikian, cabai masih dapat ditanam di tanah lempung (berat), tanah agak liat, tanah merah, maupun tanah hitam. Namun tanah yang demikian memerlukan proses pengolahan yang lebih ekstra sebelum ditanami. Adapun kisaran pH tanah yang ideal untuk tanaman cabai adalah antara 5,5 – 6,8, karena pada pH dibawah 5,5 atau diatas 6,8 hanya akan menghasilkan hasil yang sedikit (Suharjono,2006).

2.3. Pupuk Kandang

  Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami dibandingkan pembenah buatan/sintetis. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N, P dan K rendah, tapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan pertumbuhan tanaman.

  Pupuk mikroba yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (mikro organisme) sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.

  Sebagai bahan pembenah tanah pupuk organik mencegah terjadinya erosi, pengerakan permukaan tanah (crusting) dan retakan tanah, serta mempertahankan kelengasan tanah (Sutanto, 2002).

  Pupuk kandang ialah campuran kotoran ternak dan urin. Campuran tanah dan pupuk kandang sapi sangat baik bagi pertumbuhan tanaman karena pupuk kandang mampu meningkatkan kelembaban tanah dan membangun kesuburan tanah terutama apabila dilakukan dalam waktu yang relatif panjang (Sutanto, 2002).

  Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah pupuk kandang tersebut mempunyai kandungan unsur hara mikro yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit (Samekto, 2006).

2.4. Pupuk Pelengkap Cair Super Green.

  Super Green adalah pupuk cair lengkap yang mengandung unsur-unsur N 1, P 2, dan K O serta zat penyangga tanaman serta unsur-unsur mikro lainya yang sangat

  2

  dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.

  Adapun kelebihan dari pupuk pelengkap cair super green antara lain :

  3. Dapat dicampur dengan berbagai jenis pestisida

  4. Sangat baik untuk tanaman hias, palawija, hortikultura serta tanaman perkebunan.

  Komposisi Pupuk pelengkap cair super green yaitu : N 24%, P 3%, K 8%, organik nutrien 2%, Cu 3 ppm, Co 0,35 ppm, Mn 22 ppm, Zn 4 ppm, B 22 ppm, dan Mo 2 ppm. Dosis yang dianjurkan dalam penggunaan PPC super green untuk tanaman cabai yaitu 2- 4 ml/liter air.

  Pemupukan tanaman lewat daun biasanya disebut foliar feeding yaitu suatu cara pemupukan yang disemprotkan lewat daun dan diharapkan pupuk yang disemprotkan dapat masuk ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) dan celah-celah kutikula (Sutanto, 2002).

  Daya larut yang menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada di dalam pupuk untuk diserap tanaman atau hilang karena tercuci. Pupuk daun yang berkualitas memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam aplikasi pupuk, terutama tidak perlu terlalu lama. Pupuk berdaya larut tinggi memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat sampai dan diserap oleh permukaan daun. Jika ada campuran pupuk dan air masih terdapat endapan, bahan yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan

2.5. Peran dan Fungsi Unsur Hara Bagi pertumbuhan Tanaman

  Tanaman membutuhkan bahan organik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya, dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan dengan oleh unsur lain dan apabila terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

  Unsur hara N dan K menentukan berlangsungnya metabolism di dalam tanaman. Jika kekurangan hara tersebut tanaman akan terhambat pertumbuhannya dan peranan unsur hara tersebut tidak dapat digantikan oleh unsur hara lainnya. Unsur hara N dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar untuk penyusun purines dan pirimidin, komponen asam amino penyusun protein, pembentukan asam nukleat, unit structural dari butir hijau daun (klorofil), penyusun propirin dalam metabolism klorofil sebagai katalisator dalam pembentukan senyawa-senyawa organik lainnya. Unsur hara K berfungsi sebagai katalisator dalam pembentukan protein, activator enzim, pengatur turgor daun, menetralkan reaksi dalam sel terutama asam organik hasil metabolisme, mengatur berbagai kegiatan unsur mineral, meningkatkan pertumbuhan jaringan meristem, memperkuat tegaknya batang, memperkuat perkembanagan akar, dan meningkatkan kadar karbohidrat sehingga biji tanaman berisi lebih padat (Salisbury dan Ross, 1995).

  Berdasarkan tanaman hidup terdiri atas bahan organik 27 %, air 70% dan mineral 3%. Analisis kimia menunjukkan bahwa pada tubuh tanaman adanya berbagai unsur mineral dan beberapa faktor. Faktor tersebut adalah perbandingan

2.6. Mekanisme Penyerapan Unsur Hara Melalui Daun

  Mekanisme penyerapan unsur hara melalui daun dimulai dengan proses difusi

dan osmosis melalui lubang stomata dan berhubungan lansung dengan proses

transpor aktif ke seluruh jaringan tanaman. Membukanya stomata merupakan

mekanisme yang diatur oleh tekanan turgor sendiri berbanding lansung dengan

kandungan oksigen (O 2 dari ruang di bawah stomata dan pada saat itu unsur hara akan berdifusi ke dalam lubang stomata bersama dengan air (Sarief, 1986).

  Daun memiliki mulut yang dikenal dengan nama stomata. Sebagian besar

stomata terletak di bagian bawah daun. Fungsi stomata untuk mengatur

penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai ke daun. Saat

suhu udara meningkat, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan

mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan

membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan

daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga

masuk ke dalam jaringan daun (Prasetya, 2011)..

  Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman

sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak

menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya

dilakukan secara benar.Penyemprotan pupuk daun dilakukan pada saat

membukanya stomata (pagi atau pada sore hari). Prioritas penyemprotan pada

bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor yang

mempengaruhi efektivitas pemupukan ialah faktor cuaca. Karena bila terjadi

  

suhu udara panas menyebabkan konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun

cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. (Prasetya, 2011).

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

  3.1. Waktu dan Tempat

  Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai dari tanggal 21 Pebruari 2013 sampai dengan tanggal 25 Juni 2013..

  3.2. Bahan dan Alat

1. Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

  a. Benih Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas TM 999 yang diproduksi PT. East West Seed Indonesia.

  b. Pupuk Kandang Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran sapi yang sudah siap pakai (Sudah terdekomposisi). Diambil dari Gampong Pasi Aceh. Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.

  c. Pupuk pelengkap cair super green Pupuk pelengkap cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah PPC super green yang di produksi PT. Petro Kimia Gresik Group.

  d. Pupuk Dasar Pupuk dasar yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk NPK (16:16:16) dengan dosis 1 ton/ha. e. Pestisida Insektisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah decis dan valiant.

  Fungisida yang digunakan adalah Bion - M.

  f. Kapur (Dolomit) Pemberian kapur pertanian (Dolomit) dengan dosis 2 ton/ha.

  g. Mulsa plastik hitam perak (MPHP) yang digunakan, pemasangan dilakukan pada siang hari agar mulsa mudah umtuk di pasang krena bersifat elastic jika terkena sinar matahari

  h. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gembor, meteran, jangka sorong, timbangan analitik, ember, parang, cangkul, spayer dan alat- alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

  Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x4, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi pupuk kandang dan dosis PPC.

  Faktor dosis pupuk kandang (K) terdiri atas 3 taraf, yaitu : K = 2880 gr/plot ( 20 ton/ha)

  1 K 2 = 4320 gr/plot ( 30 ton/ha )

  K

  3 = 5760 gr/plot ( 40 ton/ha) Faktor konsentrasi PPC super green (P) terdiri atas 4 taraf, yaitu : P = 0 ml/liter air P

  1 = 2 ml /liter air

  20

  3 P

  2 K

  1 P

  3 K

  2 P

  3 K

  3 P

  3

  20

  30

  40

  20

  30

  40

  30

  2 P

  40

  20

  30

  40

  2

  2

  2

  4

  4

  4

  6

  6

  6 Model Matematis yang digunakan adalah: Y ijk =  + i + K j + P k + (KP) jk +  ijk Keterangan: Y

  ijk

  2 K

  2 K

  P

  8

  2

  = 4 ml /liter air P

  3 = 6 ml /liter air

  Dengan demikian tedapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan maka terdapat 144 perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel .

  1 Tabel 1. Susunan Kombinasi perlakuan antara Kupuk Kandang dan Dosis PPC Super Green

  No Kombinasi perlakuan Dosis pupuk kandang(ton/ha)

  Konsentrasi super green (ml /liter)

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  9

  1 P

  K

  1 K

  3 P

  1 K

  2 P

  1 K

  1 P

  3 P

  10

  K

  2 P

  K

  1 P

  12 K

  11

  = Nilai pengamatan untuk faktor pupuk kandang taraf ke-j, faktor konsentrasi PPC taraf ke-k dan ulangan ke-i P k = Pengaruh faktor konsentrasi PPC ke-k ( k = 1,2,3 dan 4) (KP)

  jk

  = Interaksi pupuk kandang dan konsentrasi PPC pada taraf pupuk kandang ke-j, taraf konsentrasi PPC ke-k  ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor pupuk kandang taraf ke-j, faktor konsentrasi PPC taraf ke-k.

  Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan persamaan sebagai berikut: BNJ

  0,05

  = q

  0,05

  ( p;db

  g

  )

  r KT g

  Dimana : BNJ 0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 % q 0,05 ( p;db g ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat bebas galat )

  KT g = Kuadrat tengah galat r = Jumlah ulangan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

  1. Persiapan Persemaian Media semai dipersiapkan sebelum dilakukan persemaian, media semai terdiri dari Tanah dan pupuk kandang. Media semai kemudian diaduk hingga merata kemudian dimasukkan kedalam babybag yang berukuran 8x4 cm, kemudian media semai dalam babybag didiamkan selama 14 hari sebelum penanaman benih dipersemaian. menggunakan air hangat selama 8 jam untuk memecahkan dormansi yang ada pada benih, kemudian benih ditiriskan dan diletakkan didalam kain yang lembab, kemudian benih yang dibungkus dalam kotak penyimpanan selama 24 jam untuk mempercepat proses perkecambahan.

  3. Penanaman Benih Benih ditanam pada media semai terlebih dahulu, sebelum benih ditanam media semai disiram terlebih dahulu sampai basah, kemudian media semai dilubangi dibagian tengahnya dengan kedalaman 2 cm, selanjutnya benih ditanam dengan meletakkan satu per satu di bagian tengah babybag yang sudah dilubangi.

  4. Pengolahan Tanah Lahan yang diolah terlebih dahulu harus di bersihkan dari sisa-sisa rerumputan tanaman sebelumnya, kemudian tanah diolah dengan menggunakan cangkul.

  5. Persiapan Plot Plot yang digunakan dalam penelitian ini adalah berukuran 120 cm persegi, setelah plot selesai maka dilakukan pemberian pupuk kapur pertanian (Dolomit) dengan dosis 2 ton/ha. (288 gr/plot) yang deberikan 2 minggu sebelum tanam

  6. Aplikasi Pupuk Kandang.

  Pupuk kandang diaplikasikan dengan sistem tabur di plot 15 hari sebelum tanam dengan dosis sesuai perlakuan.

  Pupuk dasar deberikan pada saat 7 hari sebelum tanam, pupuk dasar akan diberikan yaitu pupuk NPK dengan dosis 144 gram per plot. Pupuk dasar akan diberikan pada permukaan plot kemudian diaduk dengan tanah hingga tercampur dengan tanah

  8. Pemasangan Mulsa Mulsa yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulsa plastik hitam perak (MPHP), pemasangan mulsa akan dilakukan pada siang hari agar mulsa mudah untuk dipasang karena bersifat elastis jika terkena sinar matahari.

  Pemasangan mulsa akan dilakukan satu hari setelah pemberian pupuk dasar.

  9. Persiapan Lubang Tanam Lubang tanam dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan kaleng yang berdiameter 15 cm. Lubang tanam dibuat 2 hari sebelum tanam.

  10. Penanaman Bibit Penanam dilakukan setelah bibit berumur 28 hari setelah semai, penanaman dilakukan pada sore hari dengan menanam 4 tanaman per unit perlakuan/plot.

  Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 60 cm.

  11. Pemeliharaan

  a. Penyiraman

  Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore bila tidak hujan tergantung kondisi lingkungan.

  b. Penyulaman Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam.

  Pemasangan ajir dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam, panjang ajir 120 cm, pemasangan ajir dilakukan dengan menancapkan ajir ke samping barisan tanaman.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

  Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan cara kimia yaitu dengan penyemprotan pestisida Vegasus, Bion M-1/8 WP dan fungisida Dithane

  45 WP.

  12. Aplikasi PPC Aplikasi PPC dilakukan pada umur 7, 14, 21, 28, 35, 43, 50, dan 57 hari setelah tanam (HST), dengan interval waktu 7 hari sekali. PPC diaplikasikan dengan cara penyemprotan dengan menggunakan sprayer.

3.5. Pengamatan

  Adapun peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tingggi Tanaman.

  Tinggi tanaman diukur pada umur 30, 45, dan 60 hari setelah tanam (HST) dengan mengukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi.

  b. Diameter Pangkal Batang Diameter pangkal batang diukur pada umur 30, 45, dan 60 HST.

  Jumlah buah per tanaman dilakukan dengan menghitung jumlah buah pertanaman yang dipanen untuk setiap tanaman sampel. Perhitungan jumlah buah pertanaman dilakukan selama 4 kali panen.

  d. Berat Buah per Tanaman (gram) Perhitungan berat buah pertanaman dilakukan dengan menimbang setiap tanaman sampel dengan menggunakan timbangan analitik. Perhitungan dilakukan 3 kali panen dengan interfal waktu 5 hari sekali. Dikonversikan dalam satuan ton/ha.

  e. Produksi (ton).

  Produktivitas dihitung berdasarkan data konversi berat buah dalam satuan ton.

  

IV. -HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian

4.1.1. Pengaruh Pupuk Kandang

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18) menunjukkan bahwa pupuk kandangberpengaruh sangat nyata terhadapdiameter batang umur 30, 45 dan 60 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, umur 45 dan 60 HST, jumlah buah, berat buah per tanaman serta produktivitas.

  Akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST.

1. Tinggi Tanaman (cm)

  Rata–rata tinggi tanaman umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 2.

  0,05

  Tabel 2. Rata–rata tinggi tanaman pada Berbagai pupuk kandangUmur 30, 45 dan

  60 HST Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)

  Simbol ton ha¯ ¹

  30 HST

  45 HST

  60 HST

  20 26.08 32.13 ab 38.92 b K

  1

  30 27.60 34.19 b 41.52 b K

  2

  40 23.83 30.19 a 37.19 a K

  3

  3.44 3.94 - BNJ 0,05

  

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yangsama berbeda

tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ ) 0.05 Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 30 HST dijumpai

  pada pupuk kandang30 ton/ha (K

  2 ) meskipun secara statistik menunjukkan

  perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan media tanam lainnya. Pada umur 45 HST tanaman tertinggi dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K

  2 ) yang berbeda Hubungan antara tinggi tanaman pada berbagai pupuk kandang umur 30, 45 dan 60 HSTdapat dilihat pada Gambar 1.

  120.00

  41.52

  38.92

  )

  37.19 100.00

  cm (

  80.00

  an

  34.19

  32.13

  30.19

  am

  60.00

  60 HST

  an T

  40.00

  27.60

  45 HST

  26.08

  23.83

  ggi

  30 HST

  in

  20.00 T

  0.00

  20

  30

  40 Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹) Gambar 1. Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk KandangUmur 30, 45dan

  60 HST

2. Diameter Pangkal Batang (mm)

  Rata–ratadiameter pangkalbatang umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 3.

  0,05

  Tabel 3. Rata–rataDiameter PangkalBatang pada Berbagai Pupuk KandangUmur 30, 45 dan 60 HST

  Pupuk Kandang Diameter PangkalBatang (mm) Simbol ton ha¯ ¹

  30 HST

  45 HST

  60 HST 20 5.05 a 6.38 a 7.61 a K

  1

  30 6.12 b 7.50 b 9.60 b K

  2

  40 5.91 b 5.91 a 8.44 a K

3 BNJ 0,05

  

0.65

  0.76

  0.99 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ ) 0.05 Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 30, Hubungan antara diameter pangkalbatang pada berbagai pupuk kandang umur 30, 45 dan 60 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

  9.60

  25.00

  )

  8.44

  m

  7.61

  m

  20.00

  g (

  7.50

  an

  15.00

  5.91

  6.38

  at

  60 HST

   B

  10.00

  6.12

  5.91

  er

  45 HST

  5.05

  et

  5.00

  30 HST

  iam D

  0.00

  20

  30

  40 Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹ Gambar 2. Diameter Batang Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk KandangUmur

  30, 45 dan 60 HST

3. Jumlah Buah per Tanaman (buah)

  Rata–rata jumlah buahper tanaman cabai dalam 4 kali panen pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 4.

  0,05

  Tabel 4. Rata–rata Jumlah Buah Tanaman Cabaidalam Empat Kali Panen pada Berbagai Pupuk Kandang

  Pupuk Kandang Jumlah Buah (buah)

  Simbol ton ha¯ ¹ K 20 19.58 a

1 K

  2

  30 27.39 b K

  3

  40 22.63 ab

  BNJ0,05

  6.69 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0.05 )

  Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K

  2 ) yang berbeda nyata dengan pupuk kandang 20 ton/ha Hubungan antara jumlah buah tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 3.

  27.39

  30.00

  an

  22.63

  25.00

  19.58

  am

  20.00

  an T

  15.00

  ) er ah p

  10.00

  u ah (b u

  5.00 B

  0.00

  lah m

  20

  30

  40 Ju

  Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹)

  Gambar 3. Jumlah Buah per Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk Kandang

4. Berat Buah per Tanaman (gram)

  Rata–rata berat buahtanaman cabai dalam tiga kali panen pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 5.

  Tabel 5. Rata–rata Berat Buah per Tanaman Cabai dalam Tiga Kali Panen pada Berbagai Pupuk Kandang

  Pupuk Kandang Berat Buah per Tanaman (gr)

  Simbol ton ha¯ ¹ 20 79.78 a K

  1

  30 101.12 b K

  2

  40 81.11 a K

3 BNJ0,05

  19.05 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0.05 )

  Tabel 5 menunjukkan bahwa buah terberat dijumpai pada pupuk kandang

  Hubungan antara berat buah tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 4.

  120.00 101.12

  an

  100.00

  81.11

  79.78

  am

  80.00

  an T )

  60.00

  er am p

  40.00

  (gr ah u

  20.00 B

  at

  0.00

  er B

  20

  30

  40 Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹) Gambar 4. Berat Buah per Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk Kandang

5. Produktivitas (ton)

  Rata–rata produktivitas tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 6.

  0,05

  Tabel 6. Rata–rata Produktivitas Tanaman Cabai Panen pada Berbagai Pupuk Kandang

  Pupuk Kandang Produktivitas (ton)

  Simbol ton ha¯ ¹ 20 2.22 a K

  1

  30 2.81 b K

  2

  40 2.25 a K

3 BNJ0,05

  0.53 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0.05 )

  Tabel 6 menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi dijumpai pada pupuk kandang 30 ton/ha (K

  2 ) yang berbeda nyata dengan pupuk kandang 20 ton/ha (K 1 ) Hubungan antara berat buah tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 5.

  Gambar 5. Produktivitas Tanaman Cabai pada Berbagai Pupuk Kandang

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18) manunjukkan bahwa dosis PPC super green berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman cabai umur 45HST, diameter batang umur 30, 45 dan 60 HST, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan produktivitas. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 60 HST.

  rod u k ti vi tas ( ton ) Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹)

  40 P

  30

  20

  3

  2.5

  2

  1.5

  1

  0.5

  2.25

  2.81

  2.22

4.1.2. Pengaruh PPC Super Green

1. Tinggi Tanaman (cm)

  Rata–ratatinggi tanaman umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai dosis PPC super green setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 7.

  Tabel 7.Rata–rataTinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green Umur 30, 45 dan 60 HST

  Dosis PPC Super Green Tinggi Tanaman (cm) Simbol ml/liter air

  30 HST

  45 HST

  60 HST 23.44 a 30.47 a 37.61 a

  P 2 29.28 b 35.89 b 43.31 b P

  1

  4 26.22 ab 31.64 ab 38.22 a P

  2

  6 24.42 ab 37.69 a P

  3

  30.67 a BNJ 0,05

  5.19

  4.38

  5.02 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ ) 0.05 Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 30 HST dijumpai

  pada dosis PPC super green 2 ml/1liter air (P

  1 ) yang berbeda nyata dengan dosis

  PPC super green 0 ml/1 liter air (P ), namun tidak berbeda nyata dengan dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P

  2 ) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air

  (P ). Pada umur 45 HST tanaman tertinggi dijumpai pada dosis PPC super green

  3

  2 ml/1 liter air (P

  1 )yang berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter

  air (P ) dan dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P ), namun tidak berbeda

  3

  nyata dengan dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P

  2 ). Sedangkan pada umur

  60 HST tanaman tertinggi dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P )yang berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P ), dosis

1 PPC super green 4 ml/1 liter air (P 2 ) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P ).

  3 Hubungan antara tinggi tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green umur 30, 45 dan 60 HST dapat dilihat pada Gambar 6.

  43.31 120.00

  38.22

  )

  37.69

  37.61 100.00

  cm (

  80.00

  35.89

  an

  31.64

  30.67

  30.47

  am

  60.00

  60 HST

  an T

  29.28

  45 HST

  40.00

  26.22

  24.42

  23.44

  ggi

  30 HST

  in

  20.00 T

  0.00

  2

  4

  6 Dosis PPC Super Green (ml/liter air) Gambar 6. Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green Umur

  30, 45 dan 60 HST

2. Diameter Pangkal Batang (mm)

  Rata–ratadiameter pangkal batang tanaman cabai umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai dosis PPC super green setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat

  0,05 pada Tabel 8.

  Tabel 8. Rata–rataDiameter Pangkal Batang pada Berbagai Dosis PPC Super GreenUmur 30, 45 dan 60 HST

  Dosis PPC Super Green Diameter Pangkal Batang (mm) Simbol ml/liter air

  30 HST

  45 HST

  60 HST 5.17 a 6.47 a 7.75 a

  P 2 6.61 b 7.67 b 9.82 c P

  1

  4 5.74 a 7.10 ab 8.77 b P

  2

  6 5.26 a 7.87 a P

  6.52 a

3 BNJ 0,05

  

0.83

  0.97

  0.99 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0.05 ) nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P ), dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P

  

2 ) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P

3 ). Pada umur 45

  20.00

  9.60

  8.44

  0.00

  5.00

  10.00

  15.00

  25.00

  5.91

  20

  30

  40 D

  iam et er B at an g ( m m )

Pupuk Kandang (ton ha¯ ¹

  60 HST

  45 HST

  7.61

  7.50

  HST diameter pangkalbatang dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P

  1 ) yang

  1 ) yang berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P ) dan

  dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P

  3 ), namun tidak berbeda nyata

  dengan dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P

  2

  ). Sedangkan pada umur 60 HST diameter batang dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P

  berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P ), dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P

  6.38

  2 ) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P 3 ).

  Hubungan antara diameterpangkal batang tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green umur 30, 45 dan 60 HST dapat dilihat pada Gambar 6.

  Gambar 6. Diameter PangkalBatang Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green Umur 30, 45 dan 60 HST

  5.05

  6.12

  5.91

  30 HST

3. Jumlah Buah per Tanaman(buah)

  15

  18.33

  27.13

  25.51

  18.53

  5

  10

  20

  2 ).

  25

  30

  2

  4

  6 Ju

  m lah B u ah p er T an am an ( b u ah )

  Hubungan antara jumlah buah tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green dapat dilihat pada Gambar 7.

  Rata–rata jumlah buahpertanaman pada berbagai dosis PPC super green setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 9.

  Tabel 9. Rata–rata Jumlah per Tanaman Buah pada Berbagai Dosis PPC Super Green

  4 25.51 ab P

  Dosis PPC Super Green Jumlah Buah (buah)

  Simbol ml/liter air P

  18.33 a P

  1

  2 29.52 b P

  2

  3

  3 ) , namun

  6 19.44 a

  BNJ0,05

  8.53 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0.05 )

  Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P

  1

  ) yang berbeda nyata dengan dosis PPC super green 0 ml/1 liter air (P ) dan dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P

  tidak berbeda nyata dengan dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P

4. Berat Buah per Tanaman (gr)

  Rata–rata berat buah per tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 10.

  Tabel 10. Rata–rata Berat Buahper Tanamanpada Berbagai Dosis PPC Super Green

  Dosis PPC Super Green Berat Buah/Tanaman (gr)

  Simbol ml/liter air 77.25 a

  P 2 107.45 b P

  1

  4 82.82 a P

  2

  6 81.81 a P

3 BNJ0,05

  24.28 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0.05 )

  Tabel 9 menunjukkan bahwa buah terberat per tanaman dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P

  1 ) yang berbeda nyata dengan dosis PPC

  super green 0 ml/1 liter air (P ), dosis PPC super green 4 ml/1 liter air (P

  2 ) dan

  dosis PPC super green 6 ml/1 liter air (P

3 ).

  Hubungan antara berat buah per tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green dapat dilihat pada Gambar 7.

  107.45 120.00

  an

  100.00

  82.82

  81.81

  77.25

  am

  80.00

  an T )

  60.00

  er am p

  40.00

  (gr ah u

  20.00 B

  at

  0.00

  er B

  2

  4

  6 Dosis PPC Super Green (ml/liter air) Gambar 7. Berat Buah per Tanaman Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC

  Super Green

6. Produktivitas (ton)

  Rata–rata produktivitas tanaman cabai pada berbagai pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 11.

  Tabel 11. Rata–rata Produktivitas Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green

  Dosis PPC Super Green Produktivitas (ton)

  Simbol ml/liter air 2.15 a

  P 2 2.98 b P

  1

  4 2.30 a P

  2

  6 2.27 a P

3 BNJ0,05

  0.67 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0.05 )

  Tabel 9 menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi dijumpai pada dosis PPC super green 2 ml/1 liter air (P

  1 ) yang berbeda nyata dengan dosis PPC super Hubungan antara produktivitas tanaman cabai pada berbagai dosis PPC super green dapat dilihat pada Gambar 7.

  Gambar 7. Produktivitas Tanaman Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis PPC Super Green

  Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 18) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara pupuk kandang dan dosis PPC super green terhadap semua peubah yang diamati.

  rod u k ti vi tas ( ton ) Dosis PPC Super Green (ml/liter air)