RTRWBAB VI Penetapan Kaw. Strategis

(1)

Laporan Akhir

VI - 1

6.1. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten perlu diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/lingkungan hidup. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :

1. Tata ruang di wilayah sekitarnya.

2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya.


(2)

Laporan Akhir

VI - 2

Adapun jenis-jenis kawasan strategis adalah sebagai berikut:

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan

dengan kriteria:

 Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

ekonomi;

 Memiliki potensi ekspor;

 Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

 Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan;

Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau

 Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan

dengan kriteria:

Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau

budaya;

 Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan

dilestarikan;

 merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya ;

 memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;

 memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial

3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:

Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

 Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi

perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

 Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang menimbulkan kerugian negara;

 Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

 menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

 rawan bencana alam nasional; atau

 sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak

luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Nilai strategis kawasan berdasarkan aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi adalah kawasan Agropolitan di Ngrambe dan Kawasan Perikanan di Bringin.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya yaitu kawasan sekitar Arca Banteng, Candi Pendem, Musium Trinil, Pesanggrahan Srigati, Monumen Suryo dan Benteng Van Den Bosch

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu kawasan disekitar lereng Gunung Lawu, Kawasan disekitar aliran Sungai Bengawan Solo, Kawasan sekitar Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo.

6.2. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi adalah kawasan Agropolitan dan Perikanan. Rencana pengembangan kawasan ini antara lain meliputi :

6.2.1. Pengembangan Kawasan Agropolitan

Agroplitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) diwilayah


(3)

Laporan Akhir

VI - 3

sekitarnya. Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on farm) tetapi juga meliputi pembangunan agribisnis hulu (penyedeiaan sarana pertanian), agribisnis hilir

(prosessing dan pemasaran hasil pertanian) dan jasa – jasa pendukunganya.

Maka rencana kawasan Agropolitan yaitu pengembangan suatu kawasan dengan basis utamanya dalam sektor pertanian dan holtikultura. Tujuan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Ngawi adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing

berbasis kerakyatan, keberlanjutan (tidak merusak lingkungan) dan

terdesentralisasi (wewenang berada di pemerintah daerah dan masyarakat) di kawasan agropolitan.

Adapun arah pengembangan agropolitan Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut :

1. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis didalamnya termasuk

peningkatan kualitas pengusaha (petani dan aparatur), sehingga mampu memanfaatkan potensi atau peluang ekonomi yang ada di perdesaan.

2. meningkatkan agribisnis komoditi unggulan lokalita, yang saling

mendukung dan menguatkan termasuk usaha industri kecil, pengolahan hasil, jasa pemasaran dan agrowisata dengan mengoptimalkan manfaat sumer daya alam secara efisien dan ekonomis.

3. menjalin tersedianya sarana produksi dan permodalan pertanian dengan

enam tepat yaitu jumlah, kualitas, jenis, waktu, harga dan lokasi.

4. Pengembangan kelembagaan petani sebagai sentra pembelajaran dan

pengembangan agribisnis.

5. Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedian agroinput,

pengolahan hasil, pemasaran dan penyedia jasa).

6. Pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian menjadi balai

penyuluhan pengembangan terpadu.

7. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri secara

lokalita.

8. Peningkatan perdagangan / pemasaran termasuk pengembangan terminal

/ subterminal agribisnis dan pusat lelang hasil pertanian.

9. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

umum yang bersifat strategis.

10. Pengembangan pendidikan pertanian untuk generasi muda.

11. Pengembangan percobaan / pengkajian teknologi tepat guna yang sesuai

lokalita.

Rencana pengembangan kawasan Agropolitan ini dilakukan dengan beberapa proses yaitu mencari kawasan yang berpotensi sebagai pertanian, perkebunan dan peternakan selain itu juga mencari kawasan yang berpotensi dalam hal sektor industri seperti kerajinan, jasa, wisata dan transportasi. Dari potensi yang ada dibuat linkage sistemnya. Sehingga akan muncul perkembangan agroindustri dan agrowisata basis ekologi. Untuk itu telah ditetapkan Kawasan Ngrambe yang terdiri dari Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Sine, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal sebagai kawasan agropolitan, dengan pusat pengembangan di Perkotaan Ngrambe. Pengembangan ekonomi tinggi di kawasan Kabupaten Ngawi tengah memicu tingginya aktivitas baik di dalam maupun di sekitar kawasan pengembangan, sehingga perlu adanya dukungan dari aspek lainnya misalnya dari transportasi.

Gambar 6.1 Kawasan Agropolitan


(4)

Laporan Akhir

VI - 4

Diagram 6.1

Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Ngawi

Diagram 6.2

Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Ngawi

Diagram 6.3

Peluang Pengolahan Hasil Komoditi Unggulan (Tebu) Kabupaten Ngawi Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Ngawi Produk Unggulan Kabupaten Ngawi  Pertanian  Perkebunan  Peternakan  Industri

 Bernilai ekonomis tinggi

 Bisa diolah

 Ada jaring pemasaran

 Ada lembaga keuangan yang

mendukung

 Mengembangkan sistem pertanian

yang progresif dan terpadu

TEBU Batang untuk bahan baku pembuat gula

- Modal - Manajemen

 Pemasaran

- Kreativitas Produksi - SDM

Bahan bakar ketel uap pabrik gula

Campuran asbess

Ampas

PULP (Bahan baku kertas)

Sumber bahan baku pisang ada di semua kecamatan di

Kabupaten Ngawi

Batang untuk bahan baku pembuat gula di PG Soedono

Kecamatan Geneng

Ampas

Dipasarkan pada pasar lokal di tiap Kecamatan dan pasar regional di luar

Kabupaten Ngawi seperti Madiun, Sragen, Bojonegoro, Magetan

 Campuran asbes

 Bahan baku kertas (PULP) di Kecamatan Karangannyar

bahan baker ketel uap pada pabrik gula


(5)

Laporan Akhir

VI - 5

Diagram 6.4

Peluang Pengolahan Hasil Komoditi Unggulan (Sapi) Kabupaten Ngawi

6.2.2. Pengembangan Kawasan Perikanan

Kawasan Perikanan adalah kawasan yang membentuk kota perikanan, yang memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan darat, dengan kemudahan memperoleh benih melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan ikan, pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu kelompok yang dipercaya oleh pemerintah.

Kabupaten Ngawi ini memiliki potensi yang besar dalam sector perikanan seperti 26.68 ha kolam, 0,86 ha karamba dengan dan 1.351 ha perairan umum. dan terdiri jenis ikan seperti lele, tawes, nila, mujahir, gurami, jambal patin, gabus dan belut. Pemeliharaan perikanan di Kolam terbesar

berada di Kecamatan Ngawi dengan produksi 189.756 kg, untuk pemeliharaan perikanan karamba terbesar di Bringin dengan produksi 68.823 kg karena adanya Waduk Pondok dan pemeliharaan perairan umum terbesar juga berada di Kecamatan Bringin dengan produksi 43.536 kg

Kawasan Perikanan di Kabupaten Ngawi akan terkonsentrasi di wilayah Waduk Pondok yaitu di Kecamatan Beringin dengan rencana penyediaan infrastruktur yang memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI, infrastruktur yang mendukung seperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta pasar ikan.

Gambar 6.2 Kawasan Perikanan

SAPI DAGING

SEGAR

Produk Samak Kulit (Industri tas, sepatu, dompet, dll)

- Daging Segar

-

Dendeng,Sossis, Nugget, Abon, Cornet, Saugage, Bakso, dll.

Untuk meningkatkan produksi peternakan sapi maka dilakukan program bagi hasil, dimana pemerintah bertindak sebagai penyedia sapi dan masyarakat petani sebagai pengelola dan penyedia lokasi ternak - Dimanfaatkan langsung untuk pupuk kandang

- Sifermentasikan untuk menjadi bio-gas

- Modal - Manajemen

Pemasaran - Kreativitas Produksi - SDM

KULIT SAPI

LIMBAH SAPI


(6)

Laporan Akhir

VI - 6

Diagram 6.5

Pengembangan Kawasan Perikanan

P A S A R

Pada Kecamatan/ Kabupaten

Fasilitas Penunjang untuk Tenaga Kerja :

a. Perumahan untuk tenaga kerja b. Fasilitas Peribadatan c. Fasilitas umum seperti MCK

d. Fasilitas Perdagangan seperti warung atau toko

IKAN DATANG

Sortir StorageCold

Fillet

Pengalengan Ikan Produk Olahan Ikan (bakso, sosis,

nug get)

Abon Ikan

Menghasilkan limbah pada t yang merupakan

bahan untuk membuat terasi dan tepung ikan

Menghasilkan limbah cair yang merupakan bahan untuk membuat

petis dan kecap

INDUSTRI PENUNJANG

Packing

a. Industri Kardus b. Industri Plastik

c. Industri Pembuatan Kaleng d. Industri Botol

e. Industri Pembuatan Keranjang Bambu

Bahan Baku Penunjang Dalam industri pengolahan ikan sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku penunjang seperti bumbu -bumbu, saos d an tepung Pemindangan

Ikan Kerupuk Ikan


(7)

Laporan Akhir

VI - 7

Kawasan Perikanan di Kabupaten Ngawi akan

terkonsentrasi di wilayah Waduk Pondok yaitu di Kecamatan Bringin dengan rencana penyediaan

infrastruktur yang memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI,

infrastruktur yang mendukung seperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta

pasar ikan.

Kecamatan Ngrambe sebagai kawasan agropolitan dengan fungsi Kota Tani Utama dimana sector holtikulturan dan perkebunan sebagai komoditas unggulan

Kecamatan Kedunggalar, Sine, Jogorogo, Kendal dan desa-desa disekitar Kecamatan Ngrambe berfungsi sebagai Kota Tani dan Kawasan Sentra Produksi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI


(8)

Laporan Akhir

VI - 8

6.3. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN

BUDAYA

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah kawasan sekitar candi dan benteng yaitu Candi Pendem, Arca Banteng, Museum Trinil dan Benteng Van Den Bosch. Rencana pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu dengan membuat ketentuan-ketentuan yang perlu perhatian.

A. CANDI PENDEM

Candi Pandem merupakan peninggalan zaman agama Hindu.

Keberadaan candi ini terungkap setelah masyarakat setempat membersihkan timbunan pohon bambu yang tumuh menyerupai gunung. Setelah nampak, pada tahun 1925 oleh Belanda dibongkar dan di bawa ke tretes Ngawi untuk dijadikan markas Belanda. Patung-patung dan Candi-candi yang ada di Dusun

Pendem desa Krandegan Kecamatan Ngrambe. Ini adalah sisa-sisa peninggalan

yang belum terbawa Belanda.

B. ARCA BANTENG

Arca Banteng terletak di Dusun Reco Benteng Desa Wonorojo Kecamatan Kedunggalar. Lokasi ini berjarak sekitar 22 Km arah barat Kota Ngawi. Jalan menuju tempat ini pun mudah di jangkau baik dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit. Arca Banteng terletak di tengah-tengah perkampungan penduduk. Benda-benda purbakala di tempat ini merupakan benda-benda purbakala bekas peninggalan Kerajaan Majapahit. Benda-benda bersejarah itu dikelola oleh BP3 Trowulan dibawah pengawasan Dinas Pariwasa, Seni dan Budaya Jawa Timur.

C. MUSEUM TRINIL

Museum Trinil di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar. Museum ini menyimpan fosil manusia kera berjalan tegak lurus atau yang dikenal dengan

Phitecantropus Erectus yang ditemukan Eugene Dubois pada tahun 1892. selain

situs ini, juga ditenukan fosil Banteng dan Gajah Purba yang sangat berguna bagi penelitian dan pendidikan, khususnya dibidang sejarah purbakala.

Gambar 6.3 Museum Trinil D. BENTENG VAN DEN BOSCH

Benteng Van Den Bosch terletak di Kelurahan Palem Kecamatan Ngawi. Tepatnya di sudut pertemuan dua sungai besar yaitu Bengawan Solo dan Sungai Madiun, sebelah utara Kota Ngawi. Benteng ini dibangun oleh

pemerintah Hindia Belanda pada Tahun 1839 – 1845 masehi dengan nama Font

Van Den Bosch. Lokasi Wisata Sejarah ini mudah dijangkau dengan semua alat transportasi karena letaknya dekat dengan kota Ngawi.

Rencana pengembangan kawasan sosio kultural sekitar candi dan arca yaitu berupa zonasi kawasan pengembangan di sekitar candi dan arca. Pembagian zonasi kawasan bertujuan untuk menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian dan kealamian candi dan benda-benda bersejarah yang ada didalamnya. Zona kawasan sekitar candi terbagi atas 4 zona yaitu Kawasan Inti

(bangunan candi) yang tidak boleh dibangun; Buffer Zone berupa taman bunga,

pagar tanaman/ pepohonan yang berfungsi meredam kebisingan dan aktivitas tinggi di sekitarnya yang dapat merusak; ruang radius (bidang transisi) yaitu kawasan peralihan dengan kegiatan luar yang lebih tinggi intensitasnya; serta pengembangan kawasan sekitar candi untuk menunjang kegiatan pariwisata dan perekonomian, dapat berupa kegiatan perdagangan dan jasa yang menjual hasil industri kerajinan, cinderamata dan makanan khas Kabupaten Ngawi dan berbagai bentuk pengembangan lainnya.


(9)

Laporan Akhir

VI - 9

Gambar 6.4.

Kawasan Strategis Sosio-Kultural

Keterangan :

Candi Pandem (Dusun Pendem desa Krandegan Kecamatan Ngrambe) Arca Banteng (Dusun Reco Benteng Desa Wonorojo Kecamatan Kedunggalar)

Museum Trinil (Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar)

Benteng Van den Bosch (Kelurahan Palem Kecamatan Ngawi)

6.4. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah kawasan disekitar lereng Gunung Lawu, Kawasan disekitar aliaran sungai Bengawan Solo dan Kawasan disekitar Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo. Rencana pengembangan pada

kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitarnya. Kawasan ini menyimpan memiliki fungsi penyelamat lingkungan hidup dengan berbagai fungsinya sebagai kawasan lindung.

A. KAWASAN SEKITAR LERENG GUNUNG LAWU

Kawasan disekitar lereng Gunung Lawu merupakan kawasan yang paling rawan terhadap tanah longsor dan letusan gunung berapi. Yang termasuk dalam kawasan ini diantaranya adalah Kecamatan Sine (Desa Gandol), Kecamatan Jogorogo (Desa Girimulyo), Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Kendal.

Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa : Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng dan proses pemicu longsoran.

Gambar 6.5

Kawasan Disekitar Lereng Gunung Lawu B. KAWASAN SEKITAR SUNGAI BENGAWAN SOLO

Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan air bersih, maka masyarakat Ngawi memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai sumber air bersih, selain itu juga dimanfaatkan untuk irigasi bagi sawah. Sungai Bengawan solo yang


(10)

Laporan Akhir

VI - 10

bersumber dari kota Solo ini melewati jawa timur termasuk di Kabupaten Ngawi yang mana terdapat 2 kecamatan yang dilalui oleh aliran sungai Bengawan Solo yaitu : Kecamatan Pitu dan Kecamatan Ngawi.

Gambar 6.6 Sungai Bengawan Solo

C. KAWASAN SEKITAR WADUK PONDOK, WADUK SANGIRAN DAN WADUK KEDUNG BENDO

Waduk Pondok terletak di Desa Dero Kecamatan Bringin, sekitar 16 Km ke arah timur kota Ngawi. Selain fungsi utamanya sebagai tempat irigasi bagi persawahan dan pertambakan masyarakat Ngawi, waduk Pondok juga dijadikan sebagai tempat objek Wisata.

Waduk Pondok merupakan pilihan tepat bagi wisatawan karena lokasi ini menyuguhkan keindahan panorama alam yang mempesona. Dengan luas ± 2596 Ha. Keberadaan waduk Pondok telah mampu menampung air sampai

dengan 29.000.000 m3, yang mampu membuat waduk ini menyerupai

hampatran air danau dengan latar belakang hutan dan kawasan perbukitan. Objek wisata ini menawarkan keindahan panorama air dan perbukitan. Di waduk Pondok ini pula, pada hari selasa pahing (tanggal Jawa) setiap tahun diadakan upacara tradisional yang disebut Keduk Beji. Pada Upacara ini dilakukan prosesi ritual membersihkan sumber air (sendang) Waduk Pondok.

Rencana pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup pada

kawasan sekitar lereng Gunung Lawu adalah dengan pembatasan

pembangunan permukiman dan menghindari pembangunan fasilitas utama

lainnya disekitar kawasan yang rawan terkena luapan lahar (jika terjadi letusan). Selain itu juga, disiapkan area untuk pengungsian dan rute untuk/ jalur evakuasi jika kemungkinan Gunung Lawu meletus. Untuk kawasan sekitar aliran Sungai Bengawan Solo dan Waduk Pondok, rencana pengembangannya adalah antara lain dengan penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan, pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir, tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir, mengadakan program pengerukan sungai, pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut, program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

Gambar 6.7

Kawasan Waduk Pondok

Secara umum, diketahui bahwa Kabupaten Ngawi memiliki 3 kriteria kawasan strategis, yang mana terdiri dari :

1. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi.

2. Kawasan strategis sosial budaya.


(11)

Laporan Akhir

VI - 11

Gambar 6.8

Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Keterangan :

Kawasan disekitar lereng Gunung Lawu

Kawasan disekitar Aliran Sungai Bengawan Solo Kawasan disekitar Waduk Pondok


(1)

Laporan Akhir

VI - 6

Diagram 6.5

Pengembangan Kawasan Perikanan

P A S A R

Pada Kecamatan/

Kabupaten

Fasilitas Penunjang untuk Tenaga Kerja :

a. Perumahan untuk tenaga kerja b. Fasilitas Peribadatan

c. Fasilitas umum seperti MCK d. Fasilitas Perdagangan seperti warung atau toko

IKAN DATANG

Sortir StorageCold

Fillet Pengalengan Ikan Produk Olahan Ikan (bakso, sosis,

nug get)

Abon Ikan

Menghasilkan limbah pada t yang merupakan

bahan untuk membuat terasi dan tepung ikan

Menghasilkan limbah cair yang merupakan bahan untuk membuat

petis dan kecap

INDUSTRI PENUNJANG

Packing

a. Industri Kardus b. Industri Plastik

c. Industri Pembuatan Kaleng d. Industri Botol

e. Industri Pembuatan Keranjang Bambu Bahan Baku Penunjang Dalam industri pengolahan ikan sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku penunjang seperti bumbu -bumbu, saos d an tepung Pemindangan

Ikan Kerupuk Ikan


(2)

Laporan Akhir

VI - 7

Kawasan Perikanan di Kabupaten Ngawi akan terkonsentrasi di wilayah Waduk Pondok yaitu di Kecamatan Bringin dengan rencana penyediaan

infrastruktur yang memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI,

infrastruktur yang mendukung seperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta

pasar ikan.

Kecamatan Ngrambe sebagai kawasan agropolitan dengan fungsi Kota Tani Utama dimana sector holtikulturan dan perkebunan sebagai komoditas unggulan

Kecamatan Kedunggalar, Sine, Jogorogo, Kendal dan desa-desa disekitar Kecamatan Ngrambe berfungsi sebagai Kota Tani dan Kawasan Sentra Produksi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI


(3)

Laporan Akhir

VI - 8

6.3. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYA

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah kawasan sekitar candi dan benteng yaitu Candi Pendem, Arca Banteng, Museum Trinil dan Benteng Van Den Bosch. Rencana pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu dengan membuat ketentuan-ketentuan yang perlu perhatian.

A. CANDI PENDEM

Candi Pandem merupakan peninggalan zaman agama Hindu.

Keberadaan candi ini terungkap setelah masyarakat setempat membersihkan timbunan pohon bambu yang tumuh menyerupai gunung. Setelah nampak, pada tahun 1925 oleh Belanda dibongkar dan di bawa ke tretes Ngawi untuk dijadikan markas Belanda. Patung-patung dan Candi-candi yang ada di Dusun

Pendem desa Krandegan Kecamatan Ngrambe. Ini adalah sisa-sisa peninggalan

yang belum terbawa Belanda.

B. ARCA BANTENG

Arca Banteng terletak di Dusun Reco Benteng Desa Wonorojo Kecamatan Kedunggalar. Lokasi ini berjarak sekitar 22 Km arah barat Kota Ngawi. Jalan menuju tempat ini pun mudah di jangkau baik dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit. Arca Banteng terletak di tengah-tengah perkampungan penduduk. Benda-benda purbakala di tempat ini merupakan benda-benda purbakala bekas peninggalan Kerajaan Majapahit. Benda-benda bersejarah itu dikelola oleh BP3 Trowulan dibawah pengawasan Dinas Pariwasa, Seni dan Budaya Jawa Timur.

C. MUSEUM TRINIL

Museum Trinil di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar. Museum ini menyimpan fosil manusia kera berjalan tegak lurus atau yang dikenal dengan

Phitecantropus Erectus yang ditemukan Eugene Dubois pada tahun 1892. selain

situs ini, juga ditenukan fosil Banteng dan Gajah Purba yang sangat berguna bagi penelitian dan pendidikan, khususnya dibidang sejarah purbakala.

Gambar 6.3 Museum Trinil

D. BENTENG VAN DEN BOSCH

Benteng Van Den Bosch terletak di Kelurahan Palem Kecamatan Ngawi. Tepatnya di sudut pertemuan dua sungai besar yaitu Bengawan Solo dan Sungai Madiun, sebelah utara Kota Ngawi. Benteng ini dibangun oleh

pemerintah Hindia Belanda pada Tahun 1839 – 1845 masehi dengan nama Font

Van Den Bosch. Lokasi Wisata Sejarah ini mudah dijangkau dengan semua alat transportasi karena letaknya dekat dengan kota Ngawi.

Rencana pengembangan kawasan sosio kultural sekitar candi dan arca yaitu berupa zonasi kawasan pengembangan di sekitar candi dan arca. Pembagian zonasi kawasan bertujuan untuk menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian dan kealamian candi dan benda-benda bersejarah yang ada didalamnya. Zona kawasan sekitar candi terbagi atas 4 zona yaitu Kawasan Inti

(bangunan candi) yang tidak boleh dibangun; Buffer Zone berupa taman bunga,

pagar tanaman/ pepohonan yang berfungsi meredam kebisingan dan aktivitas tinggi di sekitarnya yang dapat merusak; ruang radius (bidang transisi) yaitu kawasan peralihan dengan kegiatan luar yang lebih tinggi intensitasnya; serta pengembangan kawasan sekitar candi untuk menunjang kegiatan pariwisata dan perekonomian, dapat berupa kegiatan perdagangan dan jasa yang menjual hasil industri kerajinan, cinderamata dan makanan khas Kabupaten Ngawi dan berbagai bentuk pengembangan lainnya.


(4)

Laporan Akhir

VI - 9

Gambar 6.4.

Kawasan Strategis Sosio-Kultural

Keterangan :

Candi Pandem (Dusun Pendem desa Krandegan Kecamatan Ngrambe) Arca Banteng (Dusun Reco Benteng Desa Wonorojo Kecamatan Kedunggalar)

Museum Trinil (Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar)

Benteng Van den Bosch (Kelurahan Palem Kecamatan Ngawi)

6.4. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN FUNGSI DAN

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah kawasan disekitar lereng Gunung Lawu, Kawasan disekitar aliaran sungai Bengawan Solo dan Kawasan disekitar Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo. Rencana pengembangan pada

kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitarnya. Kawasan ini menyimpan memiliki fungsi penyelamat lingkungan hidup dengan berbagai fungsinya sebagai kawasan lindung.

A. KAWASAN SEKITAR LERENG GUNUNG LAWU

Kawasan disekitar lereng Gunung Lawu merupakan kawasan yang paling rawan terhadap tanah longsor dan letusan gunung berapi. Yang termasuk dalam kawasan ini diantaranya adalah Kecamatan Sine (Desa Gandol), Kecamatan Jogorogo (Desa Girimulyo), Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Kendal.

Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa : Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng dan proses pemicu longsoran.

Gambar 6.5

Kawasan Disekitar Lereng Gunung Lawu

B. KAWASAN SEKITAR SUNGAI BENGAWAN SOLO

Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan air bersih, maka masyarakat Ngawi memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai sumber air bersih, selain itu juga dimanfaatkan untuk irigasi bagi sawah. Sungai Bengawan solo yang


(5)

Laporan Akhir

VI - 10

bersumber dari kota Solo ini melewati jawa timur termasuk di Kabupaten Ngawi yang mana terdapat 2 kecamatan yang dilalui oleh aliran sungai Bengawan Solo yaitu : Kecamatan Pitu dan Kecamatan Ngawi.

Gambar 6.6 Sungai Bengawan Solo

C. KAWASAN SEKITAR WADUK PONDOK, WADUK SANGIRAN DAN

WADUK KEDUNG BENDO

Waduk Pondok terletak di Desa Dero Kecamatan Bringin, sekitar 16 Km ke arah timur kota Ngawi. Selain fungsi utamanya sebagai tempat irigasi bagi persawahan dan pertambakan masyarakat Ngawi, waduk Pondok juga dijadikan sebagai tempat objek Wisata.

Waduk Pondok merupakan pilihan tepat bagi wisatawan karena lokasi ini menyuguhkan keindahan panorama alam yang mempesona. Dengan luas ± 2596 Ha. Keberadaan waduk Pondok telah mampu menampung air sampai

dengan 29.000.000 m3, yang mampu membuat waduk ini menyerupai

hampatran air danau dengan latar belakang hutan dan kawasan perbukitan. Objek wisata ini menawarkan keindahan panorama air dan perbukitan. Di waduk Pondok ini pula, pada hari selasa pahing (tanggal Jawa) setiap tahun diadakan upacara tradisional yang disebut Keduk Beji. Pada Upacara ini dilakukan prosesi ritual membersihkan sumber air (sendang) Waduk Pondok.

Rencana pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup pada

kawasan sekitar lereng Gunung Lawu adalah dengan pembatasan

pembangunan permukiman dan menghindari pembangunan fasilitas utama

lainnya disekitar kawasan yang rawan terkena luapan lahar (jika terjadi letusan). Selain itu juga, disiapkan area untuk pengungsian dan rute untuk/ jalur evakuasi jika kemungkinan Gunung Lawu meletus. Untuk kawasan sekitar aliran Sungai Bengawan Solo dan Waduk Pondok, rencana pengembangannya adalah antara lain dengan penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan, pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir, tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir, mengadakan program pengerukan sungai, pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut, program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

Gambar 6.7

Kawasan Waduk Pondok

Secara umum, diketahui bahwa Kabupaten Ngawi memiliki 3 kriteria kawasan strategis, yang mana terdiri dari :

1. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi.

2. Kawasan strategis sosial budaya.


(6)

Laporan Akhir

VI - 11

Gambar 6.8

Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Keterangan :

Kawasan disekitar lereng Gunung Lawu

Kawasan disekitar Aliran Sungai Bengawan Solo Kawasan disekitar Waduk Pondok