Kajian Kematian Maternal di RSUD dr. Pringadi Medan Tahun 2013

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kematian Maternal
Pada The WHO application of ICD-10 to deaths during pregnancy,
childbirth and the puerperium: ICD-MM (2012), terdapat beberapa definisi yang
harus diketahui, yaitu
1. Definisi kematian pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas: ICD-10, yaitu
kematian seorang wanita pada saat kehamilan atau dalam waktu 42 hari setelah
terminasi kehamilan, tanpa memperhatikan penyebab kematiannya (obstetrik
maupun non-obstetrik).
2. Definisi kematian maternal, yaitu kematian seorang wanita pada masa
kehamilan ataupun dalam waktu 42 hari setelah terminasi kehamilan, tanpa
memperhatikan durasi dan letak kehamilan, dari berbagai penyebab terkait
kepada atau diperberat oleh kehamilan atau penatalaksanaanya, tapi bukan
karena suatu kejadian kecelakaan atau kejadian insidental.
3. Definisi kematian maternal yang terlambat, yaitu kematian seorang wanita
karena penyebab langsung maupun tidak langsung lebih dari 42 hari, tapi
kurang dari 1 tahun setelah terminasi kehamilan.


2.2. Penyebab Kematian : Dokumentasi dan Analisis
2.2.1. Definisi Penyebab Kematian
Berdasarkan terminology ICD-10, dasar penyebab kematian didefinisikan
sebagai penyakit atau kondisi yang memprakarsai rantai kejadian penyakit yang
berujung kepada kematian atau kondisi kondisi dari suatu kecelekaan atau
kekerasan yang menyebabkan cedera yang fatal. Identifikasi tunggal dari
penyebab kematian harus sespesifik mungkin.

2.2.2 Sertifikasi Penyebab Kematian
Penyebab kematian pertama kali ditentukan oleh orang-orang yang telah
terlatih atau tersertifikasi, yang kemudian melaporkan kondisi penyakit dan

Universitas Sumatera Utara

6

kejadian yang mengarah kepada kematian seorang wanita kedalam sebuah
sertifikat medis penyebab kematian. ICD-10 telah membuat sebuah format
sertifikat medis penyebab kematian, yang bertujuan membantu proses pencatatan,

yang kemudian berdasarkan rekomendasi format ini, setiap negara membuat
formulir tersendiri untuk dijadikan catatan sipil.

Tabel 2.1. Contoh sertifikat medis penyebab kematian (medical certificate of
cause of death)
Penyebab kematian, penyakit atau kondisi yang Perkiraan jarak antara
diperkirakan sebagai dasar penyebab harus terletak onset dan kematian
pada baris terbawah bagian 1
(a)
Bagian 1
Penyakit atau kondisi yang
menyebabkan kematian langsung
(b)
Penyebab yang mendahului :
Dikarenakan atau merupakan
konsekuensi dari
Dikarenakan atau merupakan
(c)
konsekuensi dari
Dikarenakan atau merupakan

(d)
konsekuensi dari
Bagian 2 kondisi lain yang secara
signifikan memberikan kontribusi
kepada kematian, tapi tidak
berhubungan dengan penyakit
atau kondisi yang menyebabkan
kematian
Wanita tersebut :
฀ Hamil pada saat kematian
฀ Tidak hamil pada saat kematian (tapi hamil dalam kurun waktu 42 jam)
฀ Hamil dalam kurun waktu 1 tahun
Sumber : WHO (2012)

2.2.3. Mengkode Penyebab Kematian
Berdasarkan kondisi yang tercantum pada sertifikat kematian dan setelah
menerapkan aturan pada ICD-10, peraturan pengkodean dan seleksi, ditetapkan
kode ICD-10 untuk setiap penyebab kematian, oleh orang-orang yang telah dilatih
untuk pengkodean.


Universitas Sumatera Utara

7

2.2.4. Penganalisaan Penyebab kematian
Peneliti kemudian mengunakan setiap kode ICD-10 yang telah ditentukan
untuk dimasukan, secara epidemiologi dan klinis, kedalam masing-masing grup
bermakna dan mempublikasi statistik dari kematian tersebut.

2.3. Klasifikasi
Tabel 2.2. Klasifikasi kematian maternal menurut ICD-10
Kelompok-kelompok dasar penyebab kematian selama kehamilan, persalinan, dan
masa nifas dalam kelompok yang telah diekslusi, dan inklusi
Contoh Penyebab
Tipe
Nama grup / nomor
kematian
Kematian maternal :
1. Kehamilan dengan
Abortus, keguguraan,

langsung
kejadian abortus
kehamilan ektopik, dan
keadaan lain yang
menyebabkan kematian
maternal dan kejadian
abortus
Kematian maternal :
2. Gangguan hipertensi
Edema, proteinuria, dan
langsung
pada kehamilan,
gangguan hipertensi pada
persalinan dan masa
kehamilan, persalinan, dan
nifas
masa nifas
Kematian maternal :
3. Perdarahan obstetrik
Penyakit obstetrik atau

langsung
kejadian lain terkait
perdarahan
Kematian maternal :
4. Infeksi terkait
Penyakit atau kondisi
langsung
kehamilan
karena infeksi yang terkait
pada kehamilan
Kematian maternal :
5. Komplikasi obstetrik Kasus obstetrik langsung
langsung
lainnya
yang lain diluar kelompok
1-4
Kematian maternal :
6. Komplikasi yang tak
Kejadian efek samping
langsung

terduga terkait
berat dan kejadian
penatalaksanaan
komplikasi yang tak
terantisipasi dari
penanganan medis dan
operasi selama kehamilan,
persalinan, dan masa nifas
Kematian maternal :
7. Komplikasi nonKondisi non obstetrik lain
tidak langsung
obstetrik
 Penyakit jantung
 Keadaan endokrin
 Keadaan gastrointestinal

Universitas Sumatera Utara

8










Kematian maternal :
tidak terspesifikasi

8. Tidak tiketahui / tidak
dapat ditentukan

kematian selama
kehamilan, persalinan,
dan masa nifas

9. Penyebab secara
kebetulan


Keadaan respiratory
Keadaan genitourinary
Gangguan autoimun
Penyakit otot rangka
Gangguan psikiatri
Keganasan
Infeksi yang tidak
disebabkan oleh
kehamilan
Kematian selama
kehamilan, persalinan, dan
masa nifas dalam kelompok
yang dimana dasar
penyebabnya tidak
diketahui atau belum
ditentukan
Kematian selama
kehamilan, persalinan, dan
masa nifas dalam kelompok

karena penyebab eksternal

Sumber : WHO (2012)

2.4. Ukuran statistika Terkait Kematian Maternal
Terdapat 3 ukuran statistika yang digunakan terkait kematian maternal,
yaitu :
1. Jumlah kematian maternal dalam kurun waktu periode tertentu per 100.000
kelahiran hidup dalam periode yang sama, dikatakan sebagai rasio maternal
mortality
2. Jumlah kematian maternal dalam kurun waktu periode tertentu per 100.000
wanita usia reproduktif dalam periode yang sama, dikatakan sebagai maternal
mortality rate
3. Kemungkinan kematian dikarena penyebab maternal selama masa usia
reproduktif seorang wanita, dikatakan sebagai resiko kematian maternal dari
kehidupan wanita dewasa (WHO, UNICEF, UNFPA dan The World Bank,
2010)

Universitas Sumatera Utara


9

2.5. Pendekatan yang Digunakan untuk Mengukur Kematian Maternal
Tabel 2.3. Pendekatan Pengukuran Kematian Maternal
Catatan sipil

Angka statistik kematian maternal harus diperoleh melalui data
registrasi sipil, sehingga pendekatan ini melibatkan pendaftaran
secara rutin kelahiran dan kematian.
Kelemahannya :
Dengan tidak adanya pencarian kasus secara aktif, kematian
maternal mungkin saja terlewatkan atau salah diklasifikasi;
oleh karena itu
Survei rumah Pendekatan ini digunakan sebagai alternative disaat data
tangga
registrasi sipil tidak tersedia.
Keterbatasan :
1. Survei mengidentifikasi kematian yang berhubungan
dengan kehamilan (tapi bukan kematian maternal);
2. Membutuhkan ukuran sampel yang besar untuk
menyediakan statistik yang dapat diandalkan perkiraannya,
sehingga menjadikan metode ini mahal
3. Walaupun dengan ukuran sampel yang besar, perkiraan
yang diperoleh masih merupakan subjek ketidakpastian
(interval kepercayaan yang lebar), sehingga sulit untuk
memantau perubahan dari waktu ke waktu.
Sisterhood
Metode Sisterhood memperoleh informasi dengan cara
method
mewawancarai sampel yang representatif dari responden
tentang kelangsungan hidup semua saudara perempuan dewasa
mereka (untuk menentukan jumlah saudara yang pernah
menikah, berapa banyak yang masih hidup, berapa banyak
yang telah mati, dan berapa banyak yang meninggal selama
kehamilan, persalinan, atau dalam waktu enam minggu
kehamilan) sehingga pendekatan dengan cara ini mengurangi
jumlah sampel
Kelemahan :
1. Cara ini lebih unggul dalam mengidentifikasi kematian
terkait kehamilan, daripada kematian ibu itu sendiri
2. Masalah mengenai interval kepercayaan yang lebar tetap
ada, sehingga menghalangi trend analisis
3. Versi awal yang telah dikembangkan (metode persaudaraan
perempuan tidak langsung) tidak sesuai untuk digunakan
dalam pengaturan yang di mana tingkat kesuburan rendah
(yaitu tingkat kesuburan total < 4) atau di lokasi yang telah
terjadi migrasi besar atau penyebab lain dari dislokasi sosial
4. Metode ini lebih mengarah ke retrospektif daripada
perkiraan kematian ibu saat kini (lebih dari 10 tahun
sebelum survei dilakukan)
5. Demografi dan Kesehatan Survei ( DHS ) menggunakan
pendekatan yang merupakan variasi dari persaudaraan

Universitas Sumatera Utara

10

perempuan (metode persaudaraan langsung)
6. Perkiraan-perkiraan ini mengacu pada periode sekitar lima
tahun sebelum survei terdahulu
7. Seperti dalam metode tidak langsung, masalah interval
kepercayaan masih tetap lebar (oleh karena itu, pemantauan
trend lebih terbatas) dan pendekatan ini juga lebih
menyediakan informasi mengenai kematian terkait
kehamilan daripada kematian ibu .
ReproductivePendekatan ini melibatkan pengidentifikasian dan penyelidikan
age
mortality mengenai penyebab dari semua kematian pada wanita usia
studies
reproduksi di daerah / populasi yang didefinisikan dengan
(RAMOS)
menggunakan beberapa sumber data (misalnya wawancara
anggota keluarga , pendaftaran vital, fasilitas catatan kesehatan,
catatan pemakaman, dukun beranak) dan memiliki karakteristik
berikut :
1. Sumber informasi yang banyak dan beragam harus
digunakan untuk mengidentifikasi kematian dari wanita usia
reproduktif; tidak pernah ada sumber tunggal
mengidentifikasi semua kematian.
2. Identifikasi yang tidak memadai dari semua kematian dari
usia reproduksi perempuan menyebabkan diremehkannya
tingkat kematian maternal
3. Wawancara dengan anggota rumah tangga dan penyedia
layanan kesehatan dan ulasan catatan fasilitas digunakan
untuk mengklasifikasikan kematian sebagai maternal atau
sebaliknya.
4. Jika dilakukan dengan benar, pendekatan ini menyediakan
estimasi yang cukup lengkap dari angka kematian ibu (pada
keadaan dimana tidak adanya sistem pendaftaran rutin dapat
diandalkan) dan bisa memberikan MMRs subnasional.
5. Pendekatan ini dapat menjadi rumit, memakan waktu, dan
mahal untuk dilakukan - terutama dalam skala besar .
6. Jumlah kelahiran hidup yang digunakan dalam perhitungan
mungkin tidak akurat, terutama saat kondisi di mana
kebanyakan wanita melahirkan di rumah.
Otopsi Verbal
Pendekatan ini digunakan untuk menetapkan penyebab
kematian melalui wawancara dengan keluarga atau anggota
masyarakat. Catatan kelahiran dan kematian kemudian
dikumpulkan secara berkala, dalam skala populasi kecil
(biasanya dalam lingkup kabupaten) di bawah sistem surveilans
demografis yang dikelola oleh lembaga penelitian di negaranegara berkembang.
Keterbatasan :
1. Kesalahan mengklasifikasi penyebab kematian perempuan
usia reproduksi dengan teknik ini adalah biasa .
2. Pendekatan ini mungkin gagal untuk mengidentifikasi

Universitas Sumatera Utara

11

secara benar sekelompok kematian maternal, terutama yang
terjadi di awal masa kehamilan (misalnya ektopik , terkait
aborsi) dan penyebab tidak langsung kematian ibu
(misalnya malaria).
3. Akurasi dari perkiraan ini tergantung pada sejauh mana
pengetahuan anggota keluarga tentang peristiwa yang
menyebabkan kematian, keterampilan pewawancara, dan
kompetensi dokter yang melakukan diagnosis dan
pengkodean.
4. Pengunaan sistem surveilans demografi sangat mahal untuk
dipertahankan, dan temuan tidak dapat diekstrapolasi untuk
mendapatkan MMRs nasional.
Sensus
Sensus nasional, dengan tambahan jumlah pertanyaan yang
terbatas, dapat menghasilkan perkiraan kematian maternal;
Pendekatan ini dapat menghilangkan kesalahan sampling
(karena mencakupi keseluruh penduduk) dan oleh karena itu
memungkinkan perincian lebih rinci dari hasil yang didapat,
termasuk trend waktu, subdivisi geografis, dan strata sosial.
1. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi kematian dalam
rumah tangga dalam waktu yang referensi periode waktu
yang singkat (1-2 tahun), sehingga memberikan estimasi
angka kematian ibu yang terbaru, tetapi dilakukan dalam
interval waktu 10 tahun dan oleh karenanya membatasi
monitoring kematian maternal.
2. Pelatihan enumerator sangatlah penting, karena kegiatan
sensus mengumpulkan informasi mengenai berbagai topik
lain yang tidak hanya berhubungan dengan kematian ibu.
3. Hasil yang didapat harus disesuaikan dengan kelengkapan
kelahiran dan kematian dinyatakan dalam sensus, dan
dengan distorsi dalam struktur usia, dalam rangka
mendapatkan perkiraan yang handal.
Sumber : WHO, UNICEF, UNFPA, dan The World Bank (2010)

2.6. Status Kematian Maternal Dunia dan Indonesia
Data statistik kematian maternal dunia dan Indonesia, berdasarkan PBB
atau United Nation (2013) dan Kemenkes RI (2013) :
1. Statistik untuk kategori dunia menunjukan adanya penurunan maternal
mortality, yaitu dari 400 / 100.000 pada tahun 1990, menjadi 320 / 100.000
pada tahun 2000, dan 210 / 100.000 pada tahun 2010. Terjadi penurunan
sebesar 47 persen dari tahun 1990 menuju 2010.

Universitas Sumatera Utara

12

2. Statistik untuk kategori Negara-negara berkembang menunjukkan adanya
penurunan maternal mortality, yaitu 440 / 100.000 pada tahun 1990, menjadi
350 / 100.000 pada tahun 2000, dan 240 / 100.000 pada tahun 2010. Terjadi
penurunan sebesar 45 persen dari tahun 1990 menuju 2010.
3. Statistika kategori asia tenggara menunjukkan adanya penurunan maternal
mortality, yaitu 410 / 100.000 pada tahun 1990, menjadi 240 / 100.000 pada
tahun 2000, dan 150 / 100.000 pada tahun 2010. Terjadi penurunan sebesar 63
persen dari tahun 1990 menuju 2010.
4. Untuk Indonesia sendiri AKI menunjukkan penurunan dari 390 / 100.000 pada
tahun 1991 menjadi 228 / 100.000 pada tahun 2007. Namun berdasarkan data
survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menunjukkan
adanya peningkatan AKI, yaitu menjadi 359 / 100.000.

Target Sasaran Pembangunan Millenium untuk Indonesia sendiri adalah
menjadi 102 / 100.000, dimana menurut estimasi yang dibuat oleh SDKI
menggunakan rumus eksponensial, AKI di Indonesia pada tahun 2015 baru
mencapai 161 / 100.000. Sementara itu, kebijakan rencana pembangunan jangka
panjang nasional (RPJMN) tahun 2014 adalah menurunkan AKI menjadi 118 /
100.000 (Kemenkes, 2013).

2.7. Penyebab Kematian Maternal
Penyebab kematian terbagi atas 4, yaitu :
1.

Kematian maternal karena akibat langsung penyakit penyulit kehamilan,
persalinan, dan masa nifas, yang disebut sebab obsetrik langsung. Contohnya,
infeksi, eklamsi, perdarahan, emboli, air ketuban, trauma anastesi, trauma
operasi, dan sebagainya.

2.

Kematian maternal karena akibat penyakit yang timbul pada masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas, yang disebut sebab obsetrik tidak langsung.
Contohnya, penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, hepatitis infeksiosa,
penyakit ginjal, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

13

3.

Kematian maternal karena akibat kejadian-kejadian yang tidak berhubungan
dengan proses reproduksi dan penanganannya pada ibu hamil, bersalin, dan
masa nifas. Contohnya, kecelakaan, kebakaran, tenggelam, bunuh diri, dan
sebagainya.

4.

Kematian maternal yang tidak dapat digolongkan, yang disebut sebab tak
jelas (Mochtar, 1998).

Menurut laporan KIA Provinsi tahun 2011, jumlah kematian ibu yang
dilaporkan sebanyak 5.118 jiwa. Penyebab kematian ibu yang terbanyak masih
didominasi perdarahan (32%), disusul hipertensi dalam kehamilan (25%), Infeksi
(5%), Partus lama (5%), dan Abortus (1%). Penyebab lain-lain (32%) cukup
besar, termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik (kemenkes, 2013).

2.8. Faktor-faktor Resiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal
Menurut Mochtar (1998), di Indonesia faktor yang mempengaruhi
tingginya angka kematian maternal antara lain :
1. Faktor umum, yaitu karena masih banyaknya perkawinan, kehamilan dan
persalinan yang diluar kurun waktu reproduksi yang sehat, terutama pada usia
muda.
2. Faktor paritas, yaitu ibu dengan jumlah kehamilan dan persalinan yang lebih
dari 6 kali masih banyak terjadi.
3. Faktor perawatan antenatal, yaitu rendahnya kesadaran ibu hamil untuk
memeriksakan kandungannya.
4. Faktor penolong, yaitu tingginya angka dimana persalinan ditolong oleh
seorang dukun beranak, baru dikirim jika persalinan tidak maju atau terjadi
komplikasi.
5. Faktor sarana dan fasilitas, seperti darah, obat-obatan yang murah dan
terjangkau, fasilitas anastesi, dan sebagainya.
6. Faktor lainnya, yaitu faktor sosial ekonomi, kepercayaan dan budaya
masyarakat, pendidikan dan ketidaktahuan, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

14

7. Faktor sistem rujukan, dimana belum seluruh kabupatan dapat diisi seorang
ahli kebidanan.

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2013), tingginya angka kematian ibu terkait dua faktor, yaitu :
1. Faktor penyebab langsung, yang ada di Indonesia masih didominasi oleh
perdarahan, hipertensi/eklampsia, dan infeksi.
2. Faktor penyebab tidak langsung, karena masih banyaknya kasus 3 terlambat
dan 4 terlalu, yaitu:
a. 3 Terlambat :
a) Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan.
b) Terlambat dirujuk ke fasilitas kesehatan
c) Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
b. 4 Terlalu :
a) Terlalu tua untuk hamil (diatas usia 35 tahun)
b) Terlalu muda untuk hamil (dibawah usia 20 tahun)
c) Terlalu banyak anak (jumlah anak lebih dari 4)
d) Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun)

2.9. Pencegahan Kematian maternal
Beberapa hal penting yang harus dicapai untuk menurunkan angka
maternal mortality dalam buku Blackwell Lecturer Note (2004), yaitu :
1. Meningkatkan akses kesehatan antenatal.
2. Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

akan

pentingnya

pemeriksaan

antenatal.
3. Meningkatkan keterlibatan antara ahli kebidanan dan anastesi untuk saling
berkonsultasi saat persalinan.
4. Mengunakan pedoman atas dasar bukti dalam semua area pemeriksaan
kesehatan maternal.
5. Pelatihan secara berkala untuk semua staf, termasuk saat kasus darurat untuk
kasus perdarahan dan distosia bahu.

Universitas Sumatera Utara

15

Sementara itu dalam buku rencana aksi percepatan penurunan angka
kematian ibu di Indonesia (Kemenkes, 2013), dikatakan seharusnya sebagian
besar kematian ibu dapat dicegah karena sebagian besar komplikasi kebidanan
dapat ditangani.
Komplikasi dapat dicegah apabila :
1. Ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan
2. Tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain
menggunakan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan
pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan
pasca-salin
3. Tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi
4. Apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan
pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan
5. Proses rujukan efektif
6. Pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna

Selain itu, juga terdapat 3 kondisi yang perlu dicermati dalam
menyelamatkan ibu, yaitu :
1. Sifat komplikasi obstetrik yang tidak dapat diprediksi, yang kemudian
menempatkan ibu hamil mempunyai resiko mengalami komplikasi kebidanan
yang dapat mengancam jiwanya.
2. Karena setiap kehamilan beresiko, maka seharusnya setiap ibu mempunyai
akses terhadap pelayanan yang adekuat yang dibutuhkannya saat komplikasi
terjadi. Sebagian komplikasi mungkin dapat mengancam jiwa sehingga harus
segera mendapat pertolongan di Rumah sakit yang mampu memberikan
pertolongan kegawat-daruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
3. Sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa persalinan dan dalam 24 jam
pertama pasca persalinan, suatu periode singkat sehingga akses terhadap dan
kualitas pelayanan pada periode ini perlu mendapatkan prioritas agar
mempunyai daya ungkit yang tinggi dalam menurunkan kematian ibu.

Universitas Sumatera Utara

16

2.10. Upaya Penurunan Kematian Maternal di Indonesia dalam mencapai
MDG
Pada tanggal 26 januari 2012, kemenkes RI bekerja sama dengan USAID
meluncurkan program ―Expanding Maternal Newborn Survival (EMAS)‖ yang
dilaksanakan oleh Johns Hopkins Program for International Education in
Gynecology and obstetrics (JHPIEGO). Program EMAS ini sendiri merupakan
bagian dari kemitraan komprehensif antara Amerika Serikat dan Indonesia yang
dimana program ini bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Neonatal sebesar 25%, dan rencananya akan difokuskan pada 30
provinsi kabupaten di enam provinsi yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,
Jawa Barat, Banten, Jawa tengah, dan Jawa Timur, karena provinsi-provinsi
tersebut menyumbang kurang lebih 50 % dari seluruh kematian ibu di Indonesia.
Pendekatan program

EMAS ini

sendiri

dilakukan dengan cara

meningkatkan kualitas pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) di 150 RS pemerintah dan swasta dan 300 puskesmas / balkesmas
(pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar / PONED) serta memperkuat
sistem rujukan yang efisien dan efektif antara puskesmas dan rumah sakit
(Kemenkes RI, 2012).
Demi mencapai sasaran pembangunan millenium 2015, Indonesia juga
membuat suatu rencana aksi nasional (RAN), untuk mempercepat penurunan AKI
2015 pada tahun 2013. RAN sendiri mempunyai tujuan untuk mempercepat
penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.
Dalam mencapai tujuan tersebut, ada 3 strategi yang digunakan untuk
mencapai target AKI tahun 2015, yaitu :
1. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
Keselamatan ibu hamil, bersalin, dan nifas sangat dipengaruhi oleh
aksesnya setiap saat terhadap pelayanan kebidanan berkualitas, terutama setiap
kehamilan dan persalinan mempunyai resiko komplikasi mengancam nyawa.
Konsep pelayanan kebidanan berkesinambungan ini sangat penting pada
periode persalinan dan 24 jam pertama pasca-salin oleh karena di dalam waktu
yang sangat pendek tersebut sebagian besar kematian ibu terjadi.

Universitas Sumatera Utara

17

2. Peningkatan peran pemerintah daerah terhadap peraturan yang dapat
mendukung secara efektif pelaksanaan program
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem pelayanan
publik lainnya yang pengaturannya dalam beberapa aspek sangat ditentukan
oleh kebijakan dan peraturan daerah (Perda), seperti penyediaan dan
penempatan tenaga kesehatan dan tenaga penunjang kesehatan, serta
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan.
Tenaga kesehatan merupakan ujung tombak dari pelaksanaan program
pelayanan kesehatan. Penjaminan kompetensi tenaga kerja juga perlu mendapat
perhatian khusus.
Sarana dan prasarana yang memadai juga sangat penting, seperti
ketersediaan darah 24/7. Sehingga perlu ada koordinasi yang baik antara unit
transfuse darah (UTD) rumah sakit umum daerah (RSUD), UTD rumah sakit
(RS) yang lebih tinggi, dan UTD RS swasta dalam penyediaan darah.
Penguatan sistem rujukan, sehingga pasien yang dirujuk segera bisa
mendapat pertolongan juga perlu dikuatkan.
Peraturan daerah (PERD) juga harus mempertimbangkan peran sektor
swasta, sehingga ada peran aktif untuk bersama-sama secara terkoordinasi
memberikan pelayanan kesehatan terbaik sesuai kebutuhan masyarakat, dengan
diatur oleh PERDA.
3. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat
Harus dilakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan sikap
keluarga dan masyarakat pada umumnya mengenai pentingnya memahami
bahwa setiap kehamilan beresiko mengalami komplikasi yang mengancam
jiwa, sehingga perlu dilakukan perencanaan persalinan dengan baik dan
perencanaan untuk melakukan pencegahan dan pencarian pertolongan segera
bila komplikasi terjadi. Termasuk kedalamnya adalah keluarga harus
mempunyai pengertian bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan
yang diinginkan oleh ibunya, termasuk kapan kehamilan yang dikehendaki,
dan berapa jumlah anak yang diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

18

Terdapat juga 7 program utama yang dianggap akan mempunyai daya
ungkit yang besar dalam upaya mempercepat penurunan AKI oleh karena
menjamin tersedianya pelayanan berkualitas yang dapat diakses setiap saat, yaitu :
1. Penyediaan pelayanan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa sesuai standar.
2. Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat dasar yang mampu
memberikan pertolongan persalinan sesuai standar selama 24 jam – 7 hari /
minggu.
3. Penjaminan seluruh puskesmas perawatan, PONED, dan RS PONEK 24 jam –
7 hari / minggu berfungsi sesuai standar.
4. Pelaksanaan rujukan efektif pada kasus komplikasi
5. Penguatan pemerintahan daerah kabupaten / kota dalam tata kelola
desentralisasi program kesehatan.
6. Pelaksanaan kemitraan lintas sektor dan swasta.
7. Peningkatan perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat melalui
pemahaman dan pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan
komprehensif (P4K) serta posyandu (Kemenkes, 2013).

Universitas Sumatera Utara