Karakteristik Penderita Leukemia Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA LEUKEMIA RAWAT INAP

DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2005-2009

SKRIPSI

Oleh:

DELVIA ASRA

NIM. 061000068

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA LEUKEMIA RAWAT INAP DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2005-2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : NIM. 061000068 DELVIA ASRA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

KARAKTERISTIK PENDERITA LEUKEMIA RAWAT INAP DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2005-2009 Oleh:

NIM. 061000068 DELVIA ASRA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 22 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 194508171973022001 NIP. 195908181985032002

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH

NIP. 194904171979021001 NIP. 196404041992031005 Drs. Jemadi, M.Kes Medan, September 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

NIP. 196108311989031001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Leukemia adalah keganasan yang ditandai diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik. WHO (2002) melaporkan CFR leukemia di seluruh dunia 76%. Di Indonesia (2006) proporsi leukemia 5,93% dari seluruh pasien kanker rawat inap rumah sakit. Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 tercatat 116 penderita rawat inap.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 116 data penderita (total sampling). Data dianalisa dengan uji chi-square, t-tes dan uji Kruskal Wallis.

Berdasarkan data tahun 2005-2009, kecendrungan kunjungan penderita leukemia menunjukkan penurunan menurut persamaan garis Y=28,3-1,7x. Proporsi penderita leukemia: kelompok umur 11-20 tahun 19,0%, sex ratio 119%, Batak 48,5%, Islam 69,2%, SLTA 37,9%, pelajar/mahasiswa 25,6%, biaya sendiri 38,8%, jenis leukemia LMA 44,4%, keluhan demam 52,6%, kemoterapi dan transfusi darah 68,1%, lama rawatan rata-rata 9,62 hari, CFR 24,1% dan pulang atas permintaan sendiri 36,2%. Proporsi LLK secara bermakna lebih tinggi pada kelompok umur lebih tua daripada jenis leukemia lainnya (100,0% vs 26,9 vs 29,5 vs 46,2;

χ2

=31,844; p=0,000), proporsi penderita leukemia yang meninggal secara bermakna lebih tinggi pada umur >50 tahun daripada pulang berobat jalan dan pulang atas

permintaan sendiri (46,4% vs 23,9% vs 33,3%; χ2

=12,044; p=0,017), lama rawatan rata-rata penderita leukemia secara bermakna lebih lama pulang berobat jalan daripada pulang atas permintaan sendiri dan meninggal (13,46 hari vs 7,55 hari vs

6,43 hari; χ2

=9,924; p=0,007), proporsi penderita leukemia akut secara bermakna lebih tinggi mendapatkan kemoterapi dan transfusi darah daripada leukemia kronik

(82,9% vs 34,5%; χ2

=22,310; p=0,000). Tidak ada perbedaan yang bermakna jenis kelamin berdasarkan jenis leukemia (p=0,514), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis leukemia (p=0,461), lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,238), jenis leukemia berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,807), dan sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,319).

Kepada pihak RSU Dr. Pirngadi Medan untuk memberikan pemahaman kepada penderita dan keluarganya untuk mengikuti pengobatan sampai selesai, meningkatkan pelayanan untuk menurunkan angka kematian, dan memberi perhatian kepada penderita leukemia yang tidak mempunyai dana.


(5)

ABSTRACT

Leukemia is a malignancy characterized stem cell differentiation and proliferation hematopoetik. WHO (2002) reported leukemia CFR 76% worldwide. In Indonesia (2006) the proportion of leukemia 5.93% of all cancer patients hospitalization. At Dr. Pirngadi Hospital Medan in 2005-2009 recorded 116 hospitalized patients.

This study is a descriptive case series design. Population and sample data 116 patients (total sampling). Data were analyzed with chi-square, t-test and Kruskal Wallis.

Based on data from 2005-2009, patients with leukemia visit showed a decrease according to the equation Y=28.3-1.7x. The proportion of patients with leukemia: the age group 11-20 years 19.0%, sex ratio of 119%, Batak 48,5%, Muslim 69.2%, high school 37.9%, students 25.6%, own cost 38.8%, type of leukemia LMA 44.4%, fever 52.6%, chemotherapy and blood transfusions 68.1%, average length stay 9.62 days, CFR 24.1% and home by own demand 36.2%. The proportion of LLK was significantly higher in older age than kind of other leukemia (100.0% vs 26.9%

vs 29.5% vs 46.2%; χ2

=31.8444; p=0.000), proportion of patients with leukemia who died were significantly higher in the age >50 years than outpatient and home by own

demand (46.4% vs 23.9% vs 33.3%; χ2

=12.044; p=0.017), average length stay outpatient were significantly longer than home by own demand and died (13.46 days

vs. 7.55 days vs. 64.3 days; χ2

=9.924, p=0.007), proportion of patients with acute leukemia was significantly higher chemotherapy and blood transfusions than chronic leukemia (82.9% vs. 34.5%; χ2=22.310; p=0.000). There was no significant difference between gender with type of leukemia (p=0.514), average lengt stay with type of leukemia (p=0.461), average length stay with cost sources (p=0.238), type of leukemia with condition when go home (p=0.807), and cost sources with condition when go home (p=0.319).

The Hospital is expected to make patient and their families understanding and want to complete the treatment, improve services to reduce mortality, and take care for patients with leukemia who does not have cost.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Delvia Asra

Tempat/Tanggal Lahir : Pariaman, 24 Februari 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. H. Agussalim Gg. Cendrawasih Blok B9 Perumnas Kp. Baru Pariaman, Sumatera Barat

Riwayat Pendidikan : 1. 1994-2000 : SD Negeri 27 Pariaman 2. 2000-2003 : SMP Negeri 2 Pariaman 3. 2003-2006 : SMA Negeri 1 Pariaman

4. 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Leukemia Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tulisan ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Abusani dan Ibunda Ramani, terima kasih atas do’a dan dukungan yang terus Ananda terima selama ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku dosen pembimbing akademik. 4. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku

Dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan proposal hingga skripsi.

5. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi.


(8)

6. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian.

7. Para Dosen dan Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Kakak dan adikku tersayang (Melia Asra, Amd.Keb dan Alfajri Asra) atas do’a dan motivasinya selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

9. Sahabat-sahabat (Geni, Rafi, Yati, Azmi, Yeni, Kak Lia), teman-teman Peminatan Epidemiologi 2006, dan teman-teman FKM lainnya terima kasih telah membantu penulis saat menghadapi kesulitan dalam penyusunan skripsi dan memberikan motivasi dalam menjalankan pendidikan di FKM USU. 10. Keluarga Besar PHBI FKM USU yang telah banyak memberi motivasi

kepada penulis.

11. Serta semua pihak yang telah berjasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan membangun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Leukemia ... 8

2.2. Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih ... 8

2.2.1. Granulosit... 9

2.2.2. Agranulosit ... 10

2.3. Patofisiologi ... 13

2.4. Klasifikasi Leukemia ... 14

2.4.1. Leukemia Akut ... 14

2.4.2. Leukemia Kronik ... 15

2.5. Epidemiologi Leukemia ... 17

2.5.1. Distribusi Frekuensi Leukemia ... 15

2.5.2. Determinan Leukemia ... 20

2.6. Gejala Klinis Leukemia ... 24

2.6.1. Leukemia Limfositik Akut ... 24

2.6.2. Leukemia Mielositik Akut ... 25

2.6.3. Leukemia Limfositik Kronik ... 25

2.6.4. Leuke mia Granulositik/Mielositik Kronik ... 25

2.7. Pencegahan Leukemia ... 26

2.8.1. Pencegahan Primer ... 26

2.8.2. Pencegahan Sekunder ... 27

2.8.3. Pencegahan Tersier ... 33

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 34


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 39

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 39

4.2.2. Waktu Penelitian ... 39

4.3. Populasi dan Sampel ... 39

4.3.1. Populasi ... 39

4.3.2. Sampel ... 40

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 40

4.5. Pengolahan Data ... 40

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

5.1.1. Visi ... 41

5.1.2. Misi ... 41

5.1.3. Motto ... 42

5.2. Tahun dan Kecenderungan ... 42

5.3. Karakteristik Penderita Leukemia ... 43

5.3.1. Sosiodemografi ... 43

5.3.2. Riwayat Penyakit Keluarga ... 48

5.3.3. Jenis Leukemia ... 49

5.3.4. Keluhan Penderita Leukemia ... 50

5.3.5. Penatalaksanaan Medis ... 50

5.3.6. Lama Rawatan Rata-Rata ... 51

5.3.7. Keadaan Sewaktu Pulang ... 52

5.4. Analisa Statistik ... 54

5.4.1. Umur Berdasarkan Jenis Leukemia... 54

5.4.2. Umur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 55

5.4.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Leukemia ... 55

5.4.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Leukemia ... 56

5.4.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 57

5.4.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 57

5.4.7. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Leukemia... 58

5.4.8. Jenis Leukemia Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 59

5.4.9. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 60

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Distribusi dan Trend Kunjungan Penderita Leukemia Berdasarkan Data Tahun 2005-2009 ... 61

6.2. Sosiodemografi ... 62

6.2.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 62

6.2.2. Suku... 63

6.2.3. Agama ... 64


(11)

6.2.5. Pekerjaan ... 66

6.2.6. Sumber Biaya... 67

6.3. Jenis Leukemia ... 68

6.4. Keluhan Penderita Leukemia ... 69

6.5. Penatalaksanaan Medis ... 70

6.6. Lama Rawatan Rata-Rata ... 71

6.7. Keadaan Sewaktu Pulang ... 72

6.8. Analisa Statistik ... 73

6.8.1. Umur Berdasarkan Jenis Leukemia ... 73

6.8.2. Umur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 75

6.8.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Leukemia ... 76

6.8.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Leukemia ... 77

6.8.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 78

6.8.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 79

6.8.7 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Leukemia ... 80

6.8.8. Jenis Leukemia Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 81

6.8.9. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 82

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 84

7.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares)

Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Tahun di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009... 42 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun

2005-2009 ... 43 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Suku di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 44 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Suku Tercatat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 45 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Agama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 45 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Agama Tercatat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 46 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Pendididkan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 46 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Pendidikan Tercatat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun

2005-2009 ... 47 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Leuke mia Rawat Inap Berdasarkan

Pekerjaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 47 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Pekerjaan Tercatat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 48 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 48 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 49 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Jenis Leukemia Tercatat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun


(13)

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Keluhan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 50 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun

2005-2009 ... 50 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Lama Rawatan Rata-rata di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun

2005-2009 ... 51 Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun

2005-2009 ... 52 Tabel 5.18. Karakteristik Penderita Leukemia Rawat Inap yang Meninggal di

RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 53 Tabel 5.19. Distribusi Proporsi Umur Penderita Leukemia Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun

2005-2009 ... 54 Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Umur Penderita Leukemia Rawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 55 Tabel 5.21. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Leukemia Rawat

Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 55 Tabel 5.22. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 56 Tabel 5.23. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 57 Tabel 5.24. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 57 Tabel 5.25. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi


(14)

Tabel 5.26. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 59 Tabel 5.27. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sel darah putih ... 12

Gambar 2.2. Leukemia ... 12

Gambar 2.3 Neutrofil ... 12

Gambar 2.4 Eosinofil ... 12

Gambar 2.5 Bassofil ... 12

Gambar 2.6 Limfosit ... 12

Gambar 2.7 Monosit ... 12

Gambar 2.8 Leukemia Limfositik Akut ... 15

Gambar 2.9 Leukemia Mielositik Akut ... 15

Gambar 2.10 Leukemia Limfositik Kronik ... 16

Gambar 2.11 Leuke mia Granulositik/Mielositik Kronik ... 17

Gambar 6.1. Grafik Garis Kunjungan Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Data Tahun 2005-2009 di RSU Dr. Pirngadi Medan... 61

Gambar 6.2. Diagram Bar Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 62

Gambar 6.3. Diagram Bar Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Suku di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009... 63

Gambar 6.4. Diagram Pie Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Agama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009... 64

Gambar 6.5. Diagram Bar Proporsi Penderita Leukemia Berdasarkan Pendidikan Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009... 65

Gambar 6.6. Diagram Bar Proporsi Penderita Leukemia Berdasarkan Pekerjaan Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009... 66

Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita Leukemia Berdasarkan Sumber Biaya Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009... 67

Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 68


(16)

Gambar 6.9. Diagram Bar Proporsi Keluhan Penderita Leukemia Rawat

Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 69 Gambar 6.10. Diagram Pie Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 70 Gambar 6.11. Diagram Pie Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 72 Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Leukemia Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 73 Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Leukemia Rawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 75 Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 76 Gambar 6.15. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 77 Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 78 Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita Leukemia

Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 79 Gambar 6.18. Diagram Bar Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita

Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 80 Gambar 6.19. Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita

Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Jenis Leukemia di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 81 Gambar 6.20. Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita

Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr.


(17)

ABSTRAK

Leukemia adalah keganasan yang ditandai diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik. WHO (2002) melaporkan CFR leukemia di seluruh dunia 76%. Di Indonesia (2006) proporsi leukemia 5,93% dari seluruh pasien kanker rawat inap rumah sakit. Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 tercatat 116 penderita rawat inap.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 116 data penderita (total sampling). Data dianalisa dengan uji chi-square, t-tes dan uji Kruskal Wallis.

Berdasarkan data tahun 2005-2009, kecendrungan kunjungan penderita leukemia menunjukkan penurunan menurut persamaan garis Y=28,3-1,7x. Proporsi penderita leukemia: kelompok umur 11-20 tahun 19,0%, sex ratio 119%, Batak 48,5%, Islam 69,2%, SLTA 37,9%, pelajar/mahasiswa 25,6%, biaya sendiri 38,8%, jenis leukemia LMA 44,4%, keluhan demam 52,6%, kemoterapi dan transfusi darah 68,1%, lama rawatan rata-rata 9,62 hari, CFR 24,1% dan pulang atas permintaan sendiri 36,2%. Proporsi LLK secara bermakna lebih tinggi pada kelompok umur lebih tua daripada jenis leukemia lainnya (100,0% vs 26,9 vs 29,5 vs 46,2;

χ2

=31,844; p=0,000), proporsi penderita leukemia yang meninggal secara bermakna lebih tinggi pada umur >50 tahun daripada pulang berobat jalan dan pulang atas

permintaan sendiri (46,4% vs 23,9% vs 33,3%; χ2

=12,044; p=0,017), lama rawatan rata-rata penderita leukemia secara bermakna lebih lama pulang berobat jalan daripada pulang atas permintaan sendiri dan meninggal (13,46 hari vs 7,55 hari vs

6,43 hari; χ2

=9,924; p=0,007), proporsi penderita leukemia akut secara bermakna lebih tinggi mendapatkan kemoterapi dan transfusi darah daripada leukemia kronik

(82,9% vs 34,5%; χ2

=22,310; p=0,000). Tidak ada perbedaan yang bermakna jenis kelamin berdasarkan jenis leukemia (p=0,514), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis leukemia (p=0,461), lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,238), jenis leukemia berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,807), dan sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,319).

Kepada pihak RSU Dr. Pirngadi Medan untuk memberikan pemahaman kepada penderita dan keluarganya untuk mengikuti pengobatan sampai selesai, meningkatkan pelayanan untuk menurunkan angka kematian, dan memberi perhatian kepada penderita leukemia yang tidak mempunyai dana.


(18)

ABSTRACT

Leukemia is a malignancy characterized stem cell differentiation and proliferation hematopoetik. WHO (2002) reported leukemia CFR 76% worldwide. In Indonesia (2006) the proportion of leukemia 5.93% of all cancer patients hospitalization. At Dr. Pirngadi Hospital Medan in 2005-2009 recorded 116 hospitalized patients.

This study is a descriptive case series design. Population and sample data 116 patients (total sampling). Data were analyzed with chi-square, t-test and Kruskal Wallis.

Based on data from 2005-2009, patients with leukemia visit showed a decrease according to the equation Y=28.3-1.7x. The proportion of patients with leukemia: the age group 11-20 years 19.0%, sex ratio of 119%, Batak 48,5%, Muslim 69.2%, high school 37.9%, students 25.6%, own cost 38.8%, type of leukemia LMA 44.4%, fever 52.6%, chemotherapy and blood transfusions 68.1%, average length stay 9.62 days, CFR 24.1% and home by own demand 36.2%. The proportion of LLK was significantly higher in older age than kind of other leukemia (100.0% vs 26.9%

vs 29.5% vs 46.2%; χ2

=31.8444; p=0.000), proportion of patients with leukemia who died were significantly higher in the age >50 years than outpatient and home by own

demand (46.4% vs 23.9% vs 33.3%; χ2

=12.044; p=0.017), average length stay outpatient were significantly longer than home by own demand and died (13.46 days

vs. 7.55 days vs. 64.3 days; χ2

=9.924, p=0.007), proportion of patients with acute leukemia was significantly higher chemotherapy and blood transfusions than chronic leukemia (82.9% vs. 34.5%; χ2=22.310; p=0.000). There was no significant difference between gender with type of leukemia (p=0.514), average lengt stay with type of leukemia (p=0.461), average length stay with cost sources (p=0.238), type of leukemia with condition when go home (p=0.807), and cost sources with condition when go home (p=0.319).

The Hospital is expected to make patient and their families understanding and want to complete the treatment, improve services to reduce mortality, and take care for patients with leukemia who does not have cost.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.1

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran atau polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti; jantung, kanker, diabetes, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Demikian juga dengan pola penyakit penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif).2

Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah kanker. Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World Health


(20)

Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015.3 Pada tahun 2000 terdapat 10 juta orang (5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta wanita) menderita kanker di seluruh dunia dan 6,2 juta diantaranya meninggal dunia (Case Fatality Rate/CFR 62%).4

Penelitian Jemal, et al. (2004) melaporkan bahwa terdapat 1.368.030 kasus baru kanker di Amerika Serikat dan 563.700 orang meninggal karena penyakit tersebut (CFR 41,7%).5 Sedangkan di Eropa 1.711.000 orang meninggal dari 2.886.800 kasus kanker pada tahun yang sama (CFR 59,27%).6

Data Departemen Kesehatan (2003) menyebutkan, kanker merupakan penyebab utama kematian keenam di Indonesia dan diperkirakan terdapat insiden kanker 100 per 100.000 penduduk setiap tahunnya.7 Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) menyebutkan bahwa prevalensi kanker di Indonesia adalah 430 per 100.000 penduduk.3

Data dari Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) melaporkan bahwa pada tahun 2005 terdapat 7 juta kematian dari 11 juta orang yang terdiagnosis kanker (CFR 63,63%). Diperkirakan pada tahun 2030 terdapat 17 juta kematian dari 27 juta orang yang terdiagnosis kanker (CFR 62,96%).8

Salah satu jenis kanker yang ditandai oleh penimbunan sel darah putih abnormal dalam sumsum tulang adalah leukemia.9 Menurut WHO (2002) leukemia terjadi hampir di seluruh dunia. Registrasi kanker telah mencatat sekitar 250.000 kasus baru per tahun dengan CFR 76%. Dari 100.000 kasus baru kanker, Leukemia Mielositik Akut (LMA) sekitar 2,5%, sementara Leukemia Limfositik Akut (LMA) adalah sekitar 1,3%.10


(21)

Data American Cancer Society (2004), angka kejadian leukemia di Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki (56,88%) dan 14.420 kasus baru lainnya pada perempuan (43,12%). Insiden rate (IR) leukemia pada laki-laki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan pada wanita 8 per 100.000 penduduk pada tahun yang sama.11

Data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa setiap 4 menit terdapat 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan 139.860 orang di Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma dan 53.240 orang meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu 12,2 per 100.000 penduduk.12

Seminar kanker pada anak (2001) di Jakarta, Djajadiman (bagian Hematologi Anak) mengatakan leukemia merupakan kanker yang paling banyak di jumpai pada anak-anak yaitu 30-40% dari seluruh kanker pada anak. Angka kejadian tertinggi antara usia 3-6 tahun dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan dengan perbandingan 2: 1.13

Berdasarkan data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006 , kasus leukemia (5,93%) berada pada peringkat kelima setelah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker hati dan saluran empedu intrahepatik, limfoma non-Hodgkin dari seluruh pasien kanker rawat inap rumah sakit di Indonesia.14

Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap tahun ditemukan 650 kasus kanker baru di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat di Jakarta. Sebanyak 70% merupakan penderita leukemia atau kanker darah. Umumnya, pasien kanker anak datang setelah masuk stadium lanjut yang sulit untuk disembuhkan.15


(22)

Hasil penelitian Lubis (2004), melaporkan bahwa pada tahun 1998-2002 di RS Santa Elisabeth Medan tercatat 84 penderita leukemia, 48 orang diantaranya menderita leukemia limfositik (57,14%) dan 36 orang lainnya menderita leukemia mielositik (42,86%).16

Hasil penelitian Simamora (2009), melaporkan bahwa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2004-2007 tercatat 162 penderita leukemia, Leukemia Limfositik Akut (LLA) 87%; Leukemia Granulositik/Mielositik Akut (LGA/LMA) 6,2%; Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK) 2,5%, dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) 4,3%.17

Data yang diperoleh dari rekam medik di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 ditemukan penderita leukemia rawat inap sebanyak 116 orang. Rincian tiap tahun yaitu pada tahun 2005 jumlah penderita 27 orang, tahun 2006 jumlah penderita 25 orang, tahun 2007 jumlah penderita 20 orang, tahun 2008 jumlah penderita 26 orang, dan tahun 2009 jumlah penderita 18 orang.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita leukemia rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2006-2009.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita leukemia rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.


(23)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita leukemia rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui trend kunjungan penderita leukemia rawat inap berdasarkan data tahun 2005-2009.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita leukemia berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan sumber biaya).

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita leukemia berdasarkan riwayat penyakit keluarga.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis leukemia.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita leukemia berdasarkan keluhan.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita leukemia berdasarkan penatalaksanaan medis.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita leukemia berdasarkan lama rawatan rata-rata

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita leukemia berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(24)

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita leukemia berdasarkan jenis leukemia.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita leukemia berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis leukemia.

l. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis leukemia

m. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya

n. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

o. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan jenis leukemia.

p. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis leukemia berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

q. Untuk mengetahui perbedaan proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(25)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai masukan bagi pihak RSU Dr. Pirngadi Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita leukemia

1.4.2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian mengenai leukemia.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Leukemia

Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.18

Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.19 Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.20

Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan,21 dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.22

2.2. Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh23, yaitu berfungsi melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4.000 sampai 10.000/mm3.18


(27)

Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih digolongkan menjadi 2 yaitu : granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan agranulosit (leukosit mononuklear).24

2.2.1. Granulosit

Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma. Berdasarkan warna granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat 3 jenis granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil.25

a. Neutrofil

Neutrofil adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap invasi oleh bakteri,26 sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau agen penyebab infeksi lainnya.25

Neutrofil mempunyai inti sel yang berangkai dan kadang-kadang seperti terpisah- pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus (granula). Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit terhadap zat warna basa dan memberi warna biru atau merah muda pucat yang dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah muda26 (gambar 2.3. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran 1000x). 27

Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak, mencapai 60% dari jumlah sel darah putih.25 Neutrofil merupakan sel berumur pendek dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup antara 1-4 hari dalam jaringan ikat, setelah itu neutrofil mati.24


(28)

b. Eosinofil

Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar.25 Sel granulanya berwarna merah sampai merah jingga18 (gambar 2.4. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran 1000x).27

Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar hanya 6-10 jam sebelum bermigrasi ke dalam jaringan ikat, tempat eosinofil menghabiskan sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya.26 Dalam darah normal, eosinofil jauh lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah putih.24

c. Basofil

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kurang dari 1% dari jumlah sel darah putih. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma yang bentuknya tidak beraturan dan berwarna keunguan sampai hitam25 (gambar 2.5. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran 1000x).27

Basofil memiliki fungsi menyerupai sel mast, mengandung histamin untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan heparin untuk membantu mencegah pembekuan darah intravaskular.25

2.2.2. Agranulosit

Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit.25


(29)

a. Limfosit

Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah neutrofil, berkisar 20-35% dari sel darah putih, memiliki fungsi dalam reaksi imunitas.25 Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma yang sempit berwarna biru18 (gambar 2.6. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran 1000x).27

Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bergantung timus, berumur panjang, dibentuk dalam timus. Limfosit B tidak bergantung timus, tersebar dalam folikel-folikel kelenjar getah bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen sedangkan limfosit B, jika dirangsang dengan semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respons kekebalan hormonal.18

b. Monosit

Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-8% dari sel darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah.24 Intinya terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus, protoplasmanya melebar, warna biru keabuan yang mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan18,28 (gambar 2.7. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran 1000x).27

Monosit memiliki fungsi fagositik dan sangat aktif, membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme.24, 25


(30)

Gambar 2.1. Sel darah putih27 Gambar 2.2. Leukemia27 Granulosit

Gambar 2.3. Neutrofil27 Gambar 2.4. Eosinofil27 Gambar 2.5. Basofil27 Agranulosit


(31)

2.3. Patofisiologi

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.29

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.18

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa


(32)

menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.30

2.4. Klasifikasi Leukemia

Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :31

2.4.1. Leukemia Akut

Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain.32 Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.33

a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.19

LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%).21 Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang19 (gambar 2.8. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).27


(33)

Gambar 2.8. Leukemia Limfositik Akut b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.31

LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).20 Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.18(gambar 2.8. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).27


(34)

2.4.1. Leukemia Kronik

Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.22

a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.34(gambar 2.8. a dan b. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).27

LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.35

a b

Gambar 2.10. Leukemia Limfositik Kronik

b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)

LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang.34 LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang


(35)

dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.36(gambar 2.8. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa a. perbesaran 200x, b. perbesaran 1000x).27

Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.21

a b

Gambar 2.11. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik 2.5. Epidemiologi

2.5.1. Distribusi Frekuensi Leukemia a. Berdasarkan Orang a.1. Umur

Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di Amerika Serikat, leukemia menyerang semua umur. Pada tahun 2008, penderita leukemia 44.270 orang dewasa dan 4.220 pada anak-anak. Biasanya jenis leukemia yang menyerang orang dewasa yaitu LMA dan LLK sedangkan LLA paling sering dijumpai pada anak-anak.12

Menurut penelitian Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di RSUD Dr. Soetomo LLA menduduki peringkat pertama kanker pada anak


(36)

selama tahun 1991-2000. Ada 524 kasus atau 50% dari seluruh keganasan pada anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%) adalah LLA, 50 anak (10%) menderita nonlimfoblastik leukemia, dan 42 kasus merupakan leukemia mielositik kronik.19

Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun2004-2007 menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anak-anak usia <15 tahun khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun 7,4%, usia 20-60 tahun 20,4%, dan pada usia >60 tahun 1,8%.17

a.2. Jenis Kelamin

Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57% kasus baru leukemia pada laki-laki.10 Berdasarkan laporan dari Surveillance Epidemiology And End Result (SEER) di Amerika tahun 2009, kejadian leukemia lebih besar pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 57,22%:42,77%.38

Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan, proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (58%:42%).17

a.3. Ras

IR di negara barat adalah 4 per 100.000 anak-anak di bawah usia 15 tahun. Angka kejadian terendah terdapat di Afrika (1,18-1,61/100.000) dan tertinggi di antara anak-anak Hispanik (Costa Rica 5,94/100.000 dan Los


(37)

Angeles 5,02/100.000). IR ini lebih umum pada ras kulit putih (42,1 per 100.000 per tahun) daripada ras kulit berwarna (24,3 per 100.000 per tahun).19

Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009), leukemia merupakan salah satu dari 15 penyakit kanker yang sering terjadi dalam semua ras atau etnis. Insiden leukemia paling tinggi terjadi pada ras kulit putih (12,8 per 100.000) dan paling rendah pada suku Indian Amerika/penduduk asli Alaska (7,0 per 100.000).10

b. Berdasarkan Tempat dan Waktu

Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus leukemia di Amerika Serikat, 18.059 kasus diantaranya pada laki-laki (55,37%) dan 14.557 kasus lainnya pada perempuan (44,63%). Pada tahun yang sama 21.716 orang meninggal karena leukemia (CFR 66,58%).39

Berdasarkan laporan kasus dari F. Tumiwa dan AMC. Kaparang (2008) menyebutkan bahwa IR tertinggi LMK terdapat di Swiss dan Amerika (2 per 100.000) sedangkan IR terendah berada di Swedia dan Cina (0,7 per 100.000).40

LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai di Indonesia yaitu 25-20% dari leukemia. IR LMK di negara barat adalah 1-1,4 per 100.000 per tahun.31

Berdasarkan data dari International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) penderita leukemia pada anak-anak di RSK Dharmais terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat 6 kasus leukemia pada anak dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus.15


(38)

Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2004 terdapat 30 penderita (18,52%), tahun 2005 terdapat 39 penderita (24,07%), tahun 2006 terdapat 35 penderita (21,61%) dan pada tahun 2007 terdapat 58 penderita (35,8%).17

2.5.2. Determinan Penyakit Leukemia

Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.

a. Host

a.1. Umur, jenis kelamin, ras

Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun).36 Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.10

Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.41


(39)

Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).42

a.2. Faktor Genetik

Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.31

Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.9

Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.10


(40)

b. Agent b.1. Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.31

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.9

b.2. Sinar Radioaktif 21

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut


(41)

terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak. b.3. Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.19

Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.10

b.4. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.19

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di


(42)

Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.10

c. Lingkungan (pekerjaan)10

Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

2.6. Gejala Klinis

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.42 2.6.1. Leukemia Limfositik Akut

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan


(43)

anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.34

2.6.2. Leukemia Mielositik Akut21

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.

2.6.3. Leukemia Limfositik Kronik21

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.

2.6.4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik21

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.


(44)

2.7. Pencegahan

2.7.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.43

a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif44

Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin sesuai kebutuhan klinis.

b. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia44

Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan-bahan karsinogen agar pekerja dapat bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan langsung terhadap zat-zat kimia tersebut.

c. Mengurangi frekuensi merokok

Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA disebabkan oleh merokok.45 Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok yang bisa menyebabkan kanker termasuk leukemia (LMA).


(45)

d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah46

Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah. Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-masing calon mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah satu dari pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita sindrom Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi. Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.

2.7.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan.43 Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat.47

a. Diagnosis dini a.1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali (86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, dan perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah. Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang disebabkan adanya perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia jenis LLK ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia, gejala-gejala hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat) menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut. Pada LGK/LMK hampir selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga didapatkan nyeri tekan


(46)

pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang terdapat purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.31, 41

a.2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.

a.2.1. Pemeriksaan darah tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%).48 Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit.31 Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,48 sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3. 18

a.2.2. Pemeriksaan sumsum tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.20 Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.47 Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.16


(47)

b. Penatalaksanaan Medis b.1. Kemoterapi

b.1.1. Kemoterapi pada penderita LLA

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.

a. Tahap 1 (terapi induksi)

Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.29 Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia.9 Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.19

b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.21

c. Tahap 3 ( profilaksis SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah.29 Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang


(48)

berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.9

d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.29

Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.18 b.2.1. Kemoterapi pada penderita LMA21

a. Fase induksi

Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupu n remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.

b. Fase konsolidasi

Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.


(49)

Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.18

b.3.1. Kemoterapi pada penderita LLK

Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:20

a. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang b. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.

c. Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali. d. Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).

e. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.21

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala.20 Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.9

Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.32


(50)

b.4.1. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK a. Fase Kronik

Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.35 b. Fase Akselerasi,

Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah. b.2. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.21

b.3. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.49 Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang


(51)

sesuai.33 Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.30

b.4. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.36

2.7.3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangi perkembangan kemampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.43 Untuk penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan yang diberikan yaitu perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit. Selain itu perbaikan di bidang psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari orang-orang terdekat juga diperlukan.41


(52)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita leukemia adalah pasien yang dinyatakan menderita leukemia berdasarkan hasil diagnosa dokter RSU Dr. Pirngadi sesuai yang tercatat di kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi penderita leukemia dibedakan atas:

a. Umur adalah usia penderita leukemia sesuai yang tercatat dalam kartu status yang kemudian dikategorikan dengan menggunakan rumus Sturges: 1. 1-10 tahun

2. 11-20 tahun 3. 21-30 tahun 4. 31-40 tahun 5. 41-50 tahun

Karakteristik Penderita Leukemia 1. Sosiodemografi

Umur

Jenis Kelamin Suku

Agama Pendidikan Pekerjaan Sumber Biaya

2. Riwayat Penyakit Keluarga 3. Jenis Leukemia

4. Keluhan

5. Penatalaksanaan Medis 6. Lama Rawatan Rata-rata 7. Keadaan Sewaktu Pulang


(53)

6. 51-60 tahun 7. 61-70 tahun 8. 71-75 tahun

untuk analisa statistik, umur dikategorikan atas:50 1. <15 tahun

2. 15-50 tahun 3. >50 tahun

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang dimiliki penderita sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah etnik yang melekat pada diri penderita leukemia sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Minang 5. Aceh 6. Nias

d. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita leukemia sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas:

1. Islam 2. Kristen


(54)

e. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang ditempuh oleh penderita leukemia sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Belum sekolah/tidak sekolah 2. SD/ sederajat

3. SLTP/ sederajat 4. SLTA/ sederajat

5. Akademi/ Perguruan tinggi

f. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita leukemia sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Pegawai Negeri (PNS/TNI/Polri) 2. Wiraswasta

3. Ibu rumah tangga 4. Pelajar/mahasiswa 5. Petani

6. Tidak bekerja

3.2.3. Riwayat penyakit keluarga adalah ada tidaknya anggota keluarga penderita leukemia (keluarga kandung) yang memiliki riwayat penyakit leukemia yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas:

1. Ada 2. Tidak ada

3.2.4. Jenis Leukemia adalah jenis leukemia yang diderita oleh penderita leukemia berdasarkan hasil diagnosa sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas:

1. Leukemia Limfositik Akut

2. Leukemia Granulositik/Mielositik Akut 3. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik 4. Leukemia Limfositik Kronik


(55)

Untuk analisa statistik, jenis leukemia dikategorikan menjadi: 1. Leukemia Akut

2. Leukemia Kronik

3.2.5. Keluhan adalah gejala yang dirasakan oleh penderita leukemia yang menjadi alasan untuk datang berobat ke rumah sakit sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Pucat 2. Demam

3. Nyeri perut/perut besar 4. Nyeri tulang/sendi

5. Pembesaran kelenjar limfe 6. Sesak nafas

7. Perdarahan

3.2.6. Sumber biaya adalah biaya yang digunakan oleh penderita leukemia untuk membiayai kebutuhannya selama rawat inap di rumah sakit, dikategorikan atas:

1. Askes 2. Jamkesmas

3. Umum (biaya sendiri)

Untuk analisa statistik, sumber biaya dikategorikan menjadi: 1. Bukan biaya sendiri (Askes, jamkesmas)

2. Biaya sendiri

3.2.7. Penatalaksanaan Medis adalah segala usaha medis yang dilakukan kepada penderita leukemia untuk menyelamatkan jiwa penderita leukemia sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Kemoterapi


(56)

3.2.8. Lama rawatan rata-rata adalah jumlah rata-rata hari perawatan penderita leukemia yang dihitung dari hari pertama masuk rumah sakit sampai hari terakhir mendapat perawatan penderita sesuai yang tercatat dalam kartu status. 3.2.9. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita leukemia sewaktu keluar

dari rumah sakit sesuai yang tercatat dalam kartu status, yang di kategorikan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal


(57)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi memiliki data leukemia yang dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita leukemia rawat inap tahun 2005-2009. 4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari -Juli 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua data penderita leukemia rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005 -2009 yang tercatat dalam kartu status dengan jumlah 116 data penderita.


(58)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah data penderita leukemia rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dan besar sampel sama dengan populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita leukemia rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009. Berkas rekam medis dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisa dengan Chi Square, t-test, dan uji Kruskal Wallis. Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, grafik garis, diagram bar dan pie.


(59)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah Dr. W. Bays, pada tahun1939 pimpinan rumah sakit ini diserahkan kepada Dr. A. A. Messing.

Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun1942, rumah sakit ini diambil alih oleh bangsa jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Bysono Ince dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro.

5.1.1. Visi

Terwujudnya Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Mantap Tahun 2010 (Mandiri, Tanggap, dan Profesional).

5.1.2. Misi

a. Meningkatkan upaya pelayanan medik, non medik, dan perawatan secara profesional,

b. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian dan pengembangan IPTEK,

c. Mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se-Sumatera Utara, dan

d. Meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen RS yang berkualitas, transparan dan akuntabel


(60)

5.1.3. Motto

Aegroti Salus Lex Suprima artinya adalah “Kepentingan Penderita Adalah Yang Utama.”

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menyediakan fasilitas pelayanan antara lain: a. Pelayanan spesialis/klinik diantaranya anak, bedah, kebidanan dan

kandungan, penyakit dalam, gigi dan mulut, syaraf, THT, mata, paru-paru, kulit dan kelamin, jantung, bedah tulang, alergi, klinik ketergantungan obat, klinik menopause, jiwa, bedah laser, dan bedah syaraf.

b. Perawatan rawat inap diantaranya kelas III, II, I, utama, VIP, ICU, ICCU, dan unit stroke.

c. Pelayanan penunjang diantaranya laboratorium patologi klinik, laboratorium patologi anatomi, radio diagnostik, radiotherapi, CT-Scan, USG, endoskopi, ECG, echocardiografi, treadmil, EEG, EMG, TUR, laparoskopi, konsultasi gizi, farmasi, hemodialisa, kamar bedah, bronchoscopy, dan fisioterapi.

5.2. Tahun dan Kecenderungan

Proporsi penderita leukemia rawat inap berdasarkan tahun di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Tahun di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No. Tahun f %

1. 2005 27 23,3

2. 2006 25 21,6

3. 2007 20 17,2

4. 2008 26 22,4

5. 2009 18 15,5


(61)

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita leukemia menurut waktu tertinggi pada tahun 2005 dengan proporsi 23,2% dan terendah pada tahun 2009 dengan proporsi 15,5%.

Dari tahun 2005-2009 kecenderungan frekuensi penderita leukemia rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan mengalami penurunan dengan persamaan garis Y=28,3-1,7x. Frekuensi penderita leukemia dari tahun 2005-2009 mengalami penurunan sebanyak 27-18=9 kasus dengan simpel rasio penurunan = 1,5 kali dan persentase

penurunan sebesar x100% = 33,3%. 5.3. Karakteristik Penderita Leukemia 5.3.1. Sosiodemografi

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita leukemia rawat inap berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Umur (tahun) Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

f % f % f %

1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-75 9 11 7 11 6 8 7 4 7,8 9,5 6,0 9,5 5,2 6,9 6,0 3,4 5 11 7 7 4 10 9 0 4,3 9,5 6,0 6,0 3,5 8,6 7,8 0,0 14 22 14 18 10 18 16 4 12,1 19,0 12,0 15,5 8,7 15,5 13,8 3,4 63 54,3 53 45,7 116 100,0


(62)

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa proporsi penderita leukemia berdasarkan umur tertinggi kelompok umur 11-20 tahun 19,0% dan terendah kelompok umur 71-75 tahun 3,4%. Berdasarkan jenis kelamin tertinggi laki-laki 54,3% dengan sex ratio

x 100% = 119%.

Karakteristik penderita leukemia dengan umur termuda (1 tahun) pada penelitian ini 2 penderita yaitu 1 perempuan dan 1 laki-laki, LMA dan LLA, keluhan sesak nafas dan pembesaran kelenjar limfe, biaya sendiri dan jamkesmas, kemoterapi dan transfusi darah, kemoterapi, pulang berobat jalan dan pulang atas permintaan sendiri. Karakteristik penderita leukemia dengan umur tertua (1 penderita) yaitu 75 tahun, laki-laki, keluhan sesak nafas, askes, kemoterapi dan transfusi darah, dan pulang berobat jalan.

b. Suku

Proporsi penderita leukemia rawat inap berdasarkan suku di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Suku di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No Suku f %

1. Tercatat 99 85,3

2. Tidak Tercatat 17 14,7

Total 116 100,0

Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita leukemia berdasarkan suku tercatat 85,3%.


(63)

Proporsi penderita leukemia rawat inap berdasarkan suku yang tercatat di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Suku Tercatat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No. Suku f %

1. Batak 48 48,5

2. Jawa 29 29,3

3. Melayu 8 8,1

4. Minang 5 5,0

5. Aceh 8 8,1

6. Nias 1 1,0

Total 99 100,0

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita leukemia berdasarkan suku tertinggi adalah Batak 48,5%.

c. Agama

Proporsi penderita leukemia rawat inap berdasarkan agama di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Leukemia Rawat Inap Berdasarkan Agama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No Agama f %

1. Tercatat 107 92,2

2. Tidak Tercatat 9 7,8

Total 116 100,0

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita leukemia berdasarkan agama tercatat 92,2%.


(1)

jenis leukemia * jenis kelamin Crosstabulation

36 34 70

51,4% 48,6% 100,0%

67,9% 73,9% 70,7%

36,4% 34,3% 70,7%

17 12 29

58,6% 41,4% 100,0%

32,1% 26,1% 29,3%

17,2% 12,1% 29,3%

53 46 99

53,5% 46,5% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

53,5% 46,5% 100,0%

Count

% within jenis leukemia % within jenis kelamin % of Total

Count

% within jenis leukemia % within jenis kelamin % of Total

Count

% within jenis leukemia % within jenis kelamin % of Total

leukemia akut

leukemia kronik jenis leukemia

Total

laki-laki perempuan jenis kelamin

Total

Chi-Square Tests

,426b 1 ,514

,186 1 ,666

,428 1 ,513

,658 ,334

,422 1 ,516

99 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,47.


(2)

T-Test

Group Statistics

70 10,93 12,818 1,532

29 9,07 6,617 1,229

jenis leukemia leukemia akut leukemia kronik lama rawatan (hari)

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

2,116 ,149 ,740 97 ,461 1,86 2,513 -3,128 6,848

,947 92,255 ,346 1,86 1,964 -2,041 5,760

Equal variances assumed Equal variances not assumed lama rawatan (hari)

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

Group Statistics

71 10,56 12,577 1,493

45 8,13 6,927 1,033

sumber biaya Bukan biaya sendiri umum (biaya sendiri) lama rawatan (hari)

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

2,105 ,150 1,186 114 ,238 2,43 2,049 -1,629 6,489

1,339 112,163 ,183 2,43 1,815 -1,166 6,026

Equal variances assumed Equal variances not assumed lama rawatan (hari)

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(3)

Oneway

Descriptives lama rawatan (hari)

46 13,46 14,540 2,144 9,14 17,77 2 81

42 7,55 6,318 ,975 5,58 9,52 1 26

28 6,43 6,251 1,181 4,00 8,85 1 27

116 9,62 10,773 1,000 7,64 11,60 1 81

PBJ PAPS meninggal Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances lama rawatan (hari)

5,508 2 113 ,005

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

NPar Tests

Kruskal-Wallis Test

Test Statisticsa,b

9,924 2 ,007 Chi-Square

df

Asymp. Sig.

lama rawatan (hari)

Kruskal Wallis Test a.

Grouping Variable: keadaan sewaktu pulang b.


(4)

jenis leukemia * penatalaksanaan medis Crosstabulation

12 58 70

17,1% 82,9% 100,0%

38,7% 85,3% 70,7%

12,1% 58,6% 70,7%

19 10 29

65,5% 34,5% 100,0%

61,3% 14,7% 29,3%

19,2% 10,1% 29,3%

31 68 99

31,3% 68,7% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

31,3% 68,7% 100,0%

Count

% within jenis leukemia % within

penatalaksanaan medis % of Total

Count

% within jenis leukemia % within

penatalaksanaan medis % of Total

Count

% within jenis leukemia % within

penatalaksanaan medis % of Total

leukemia akut

leukemia kronik jenis leukemia

Total

kemoterapi

kemoterapi dan tranfusi

darah penatalaksanaan medis

Total

Chi-Square Tests

22,310b 1 ,000

20,117 1 ,000

21,571 1 ,000

,000 ,000

22,084 1 ,000

99 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,08.


(5)

keadaan sewaktu pulang * jenis leukemia Crosstabulation

29 13 42

69,0% 31,0% 100,0%

41,4% 44,8% 42,4%

29,3% 13,1% 42,4%

24 8 32

75,0% 25,0% 100,0%

34,3% 27,6% 32,3%

24,2% 8,1% 32,3%

17 8 25

68,0% 32,0% 100,0%

24,3% 27,6% 25,3%

17,2% 8,1% 25,3%

70 29 99

70,7% 29,3% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

70,7% 29,3% 100,0%

Count

% within keadaan sewaktu pulang % within jenis leukemia % of Total

Count

% within keadaan sewaktu pulang % within jenis leukemia % of Total

Count

% within keadaan sewaktu pulang % within jenis leukemia % of Total

Count

% within keadaan sewaktu pulang % within jenis leukemia % of Total

PBJ

PAPS

meninggal keadaan

sewaktu pulang

Total

leukemia akut

leukemia kronik jenis leukemia

Total

Chi-Square Tests

,429a 2 ,807

,436 2 ,804

,000 1 ,996

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)


(6)

sumber biaya * keadaan sewaktu pulang Crosstabulation

32 23 16 71

45,1% 32,4% 22,5% 100,0%

69,6% 54,8% 57,1% 61,2%

27,6% 19,8% 13,8% 61,2%

14 19 12 45

31,1% 42,2% 26,7% 100,0%

30,4% 45,2% 42,9% 38,8%

12,1% 16,4% 10,3% 38,8%

46 42 28 116

39,7% 36,2% 24,1% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

39,7% 36,2% 24,1% 100,0%

Count

% within sumber biaya % within keadaan sewaktu pulang % of Total Count

% within sumber biaya % within keadaan sewaktu pulang % of Total Count

% within sumber biaya % within keadaan sewaktu pulang % of Total Bukan biaya sendiri

umum (biaya sendiri) sumber

biaya

Total

PBJ PAPS meninggal

keadaan sewaktu pulang

Total

Chi-Square Tests

2,283a 2 ,319

2,313 2 ,315

1,456 1 ,228

116 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,86.