Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa . Sukajadi Kecamatan Perbaungan

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
2.1.1

Pengertian pajak

Pajak merupakan iuran wajib rakyat untuk negaranya yang bersifat memaksa
menurut undang-undang dan tidak mendapat timbal balik secara langsung
melainkan digunakan untuk pembayaran pengeluaran kepentingan umum. Pajak
memliki peranan yang sangat penting untuk kehidupan bernegara guna membiayai
semua pengeluaran termasuk pengeluaran pelaksanaan pembangunan (Mimmy
Sari Syahputri, 2013).

2.1.2 Jenis pajak
Penerimaan negara dalam bentuk pajak hampir dipastikan setiap tahunnya
meningkat sesuai dengan perkembangan perekonomian yang tertuang dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya.

Di

Indonesia terdapat beberapa jenis pajak, berdasarkan pengelolahannya dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat dan
pajak yang dikelolah oleh pemerintah daerah.
1. Pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yaitu berupa Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPn BM), Bea Materai (BM), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
2. Pajak yang dikelola pemerintah daerah yaitu berupa Pajak Pembangunan 1
(PP1), Pajak Hotel, Pajak Kenderaan Bermotor (PKB), Pajak Restoran dan
pajak-pajak lainnya yang sesuai dengan kepentingan daerah masingmasing (Mimmy, 2013).

9
Universitas Sumatera Utara

10


2.1.3

Tarif Pajak

Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak berdasarkan pasal 5
undang-undang pajak bumi dan bangunan, tarif pajak yang dikenakan atas objek
pajak adalah tarif tuggal sebesar 0,5%. Masyarakat umum banyak yang salah
menafsirkan besarnya kenaikan PBB itu dikarenakan kenaikan tarif, padahal tarif
tersebut sejak 1986 sampai dengan saat ini tidak berubah dan tetap 0,5%.
Kenaikan PBB tersebut yang terjadi setiap tahunnya itu dikarenakan kenaikan
dasar pengenaan PBB (Nilai Jual Objek Pajak PBB) akibat naiknya harga tanah
atau kenaikan material dan upah kerja untuk bangunan tersebut (Boediono, 2000).

2.1.4

Wajib pajak

Wajib pajak merupakan badan atau pribadi (subjek pajak) yang dikenakan
kewajiban membayar pajak yang meliputi pembayaran pajak, pemungutan pajak
dan pemotongan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan yang

sesuai dengan perundang-undangan perpajakan.
Adapun hak dan kewajiban wajib pajak yaitu
 Hak Wajib Pajak
a. Menerima SPPT PBB setiap tahun pajak, paling lambat bulan Juni atau
satu bulan setelah menyerahkan surat pemberitahuan objek pajak
(SPOP).
b. Mendapatkan penjelasan segala sesuatunya yang berhubungan dengan
ketetapan PBB.
c. Mengajukan keberatan dan pengurangan.
d. Mendapatkan surat tanda terima setoran (STTS) PBB dari Bank atau
Kantor Pos dan Giro yang tercantum pada SPPT atau Tanda Terima
Sementara (TTS) dari Petugas pemungutan PBB kelurahan yang
ditunjuk resmi.

 Kewajiban Wajib Pajak

10
Universitas Sumatera Utara

11


a. Menanda tangani bukti terima SPPT dan mengirimnya kembali kepada
lurah/kepala desa/dinas pendapatan daerah/ kantor penyuluhan pajak
untuk diteruskan ke atau kantor pelayanan PBB yang menerbitkan
SPPT.
b. Melunasi PBB pada tempat yang telah ditentukan.

2.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Banyak para ahli dalam perpajakan memberikan pengertian atau definisi
mengenai PBB yang berbeda-beda, namun berbagai perbedaan definisi tersebut
mempunyai tujuan dan maksud yang sama hanya saja sudut pandang dari para ahli
perpajakan tersebut yang berbeda. Berikut merupakan definisi PBB menurut
beberapa ahli perpajakan:
Menurut Widodo, Atim Widodo dan hendro puspita (2010):
“Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap
bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang no. 12
tahun 1994 yaitu merupakan pajak yang bersifat kebendaan atau objektif dalam
arti besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah
dan atau bangunan.”
Menurut Liliawati Muljono (1999):

“Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam
arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan
atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan
besarnya pajak.”
Menurut Darwin (2009):
“Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak
bergerak yang berupa bumi dan/atau bangunan.”
Menurut Soemitro dan Muttaqin (2001):

11
Universitas Sumatera Utara

12

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak
bergerak yang bermaksud mengenakan Pajak Bumi Dan Bangunan.”
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan secara umum yaitu
mengenai PBB. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang bersifat
kebendaan yang dikenakan atas harta tidak bergerak yaitu bumi dan/atau
bangunan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 UU Pajak Bumi dan Bangunan,

yang dimaksud dengan bumi disini adalah pemukaan bumi (perairan) dan tubuh
bumi yang berada dibawahnya sedangkan bangunan disini adalah konstruksi
teknik yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
yang diperuntukan sebagai tempat tinggal, atau tempat berusaha, atau tempat yang
dapat diusahakan.

2.2.1

Subjek PBB

Yang menjadi subjek PBB adalah badan atau pribadi yang secara nyata:
1. Mempunyai hak atas bumi/tanah, dan atau;
2. Memperoleh manfaat atas bumi/tanah, dan atau;
3. Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau;
4. Memperoleh manfaat atas bangunan.
Pengertian secara nyata disini mempunyai suatu hak atas bumi yang
dibuktikan dengan sertifikat, sedangkan memperolehh manfaat atas bumi
dibuktikan dengan adanya pengolahan atas bumi tersebut oleh pribadi atau badan
yang bersangkutan sehingga mereka memperoleh hasil dari bumi yang
dikelolanya. Sedangkan memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan mencakup siapa saja yang memiliki, menguasai dan/atau memperoleh
manfaat atas bangunan tersebut (Mimmy, 2013).

12
Universitas Sumatera Utara

13

2.2.2

Objek PBB

Objek PBB adalah berupa bumi dan/atau bangunan. Pengertian bumi dan/atau
bangunan yang telah tertuang dalam pasal 1 ayat (1) dan (2) yaitu:
(1). Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya
(2). Bangunan adalah permukaan bumi kontruksi teknik yang ditanam atau
diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia sedangkan pengertian laut wilayah Indonesia sudah meliputi pengertian
zona ekonomi ekslusif. Hal ini berkaitan dengan pengertian pertambangan minyak

lepas pantai. Demikian pula dengan pengertian bangunan, memori penjelasan
undang-undang nomor 12 tahun 1985 menjelaskan, meliputi:
1. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti:
a. Hotel;
b. Pabrik; dan
c. Emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan
kompleks bangunan tersebut.
2. Jalan tol
3. Kolam renang
4. Pagar mewah
5. Tempat olahraga
6. Galangan kapal, dermaga
7. Taman mewah
8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Dalam rangka memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk berupaya dalam
pelaksanaan pemungutan PBB mencapai pembebanan pajak secara adil. UndangUndang memberikan wewenang kepada menteri keuangan untuk mengatur
tentang klasifikasi objek pajak. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan
bangunan disini adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya
dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak


13
Universitas Sumatera Utara

14

terutang. Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Letak
2. Peruntukkan
3. Pemanfaatan
4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.
Sedangkan dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan
2. Rekayasa
3. Letak
4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.
Klasifikasi tersebut oleh surat keputasan menkeu nomor 1003/kmk.04/1985
tanggal 28 desember 1985 ditentukan bahwa untuk tanah terdiri dari 50 (lima

puluh) kelas, sedangkan untuk bangunan terdiri dari kelas a, b, c, d dan e, dan
masing-masing kelas bangunan dirinci dalam 4 (empat) kelas, sehingga
seluruhnya terdiri dari 20 (dua puluh) kelas (Boediono, 2000).

2.2.3

Pembebasan Objektif

Melalui Pasal 3, Undang-Undang PBB mengenal adanya pembebasan objektif.
Artinya, ada beberapa tanah dan/atau bangunan dibebaskan dari pengenaan PBB
dengan alasan-alasan tertentu. Objek pajak yang dibebaskan tersebut adalah:
1. Yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional,
yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
2. Yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.

14
Universitas Sumatera Utara


15

3. Yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, tanah
nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara
yang belum dibebani hak.
4. Yang digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat yang berdasar asa
perlakuan timbal balik.
5. Yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh menteri keuangan.
Tentang kepentingan umum tidak untuk memperoleh keuntungan, memori
undang-undang menegaskan adalah nyata-nyata tidak bertujuan untuk mencari
keuntungan seperti pesantren atau sejenis dengan itu, madrasah, tanah wakaf,
rumah sakit umum, panti asuhan, mesjid, gereja, kelenteng, museum dan
candi. Hal ini dapat diketahui antara lain dari anggaran dasar atau anggaran
rumah tangga yayasan atau lembaga yang bergerak dibidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional tersebut. Termasuk
pengertian ini adalah hutan wisata milik negara, sesuai Pasal 2 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan.
Organisasi sebagaimana dimaksud butir 5 di atas, terakhir berdasarkan
surat keputusan menteri keuangan nomor 611/kmk.04/1994, tanggal 23
Desember 1994 (Boediono, 2000).

2.3 Dasar Pengenaan PBB
2.3.1 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya NJOP
ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerah tersebut. NJOP
ditetapkan perwilayah berdasarkan keputusan menteri keuangan dengan
mendengarkan pertimbangan bupati/walikota serta memperhatikan (Mimmy,
2013):
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar.

15
Universitas Sumatera Utara

16

2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.
3. Nilai perolehan baru.
4. Penentuan nilai jual objek pajak pengganti.

2.3.2 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah batas NJOP atas bumi
dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap
daerah kabupaten/kota adalah Rp 8.000.000.00 dan setinggi-tingginya adalah Rp
12.000.000.00 dengan ketentuan yaitu:
1. Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali dalam satu tahun pajak
2. Apabila pajak mempunyai beberapa objek pajak, maka yang mendapat
pengurangan NJOPTKP hanya satu onjek pajak yang nilainya terbesar dan
tidak bisa digabungkan objek pajak lainnya.
Keputusan tentang penyesuain besarnya NJOPTKP sebagai dasar perhitungan
PBB diatur dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 201/KMK.04/2000.

2.4 Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak adalah kerelaan wajib pajak dalam memberikan kontribusi
dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan dengan cara membayar kewajiban
pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlahnya.
Kesadaran membayar pajak sangat perlu ditingkatkan sejalan dengan
besarnya pendapatan mereka. Kesadaran dalam membayar pajak tercermin dari
kebijaksanaan yang diambil oleh seorang wajib pajak seperti pembayaran pajak
tepat waktu, menghindari denda karena keterlambatan, memahami pentingnya
pajak tersebut untuk pembangunan negara (Mimmy, 2013).

16
Universitas Sumatera Utara

17

2.5 Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga
Pendapatan adalah penghasilan/perolehan seseorang baik berupa uang maupun
barang sebagai batas jasa atau kontraprestasi yang diterima untuk suatu jangka
waktu tertentu.
Pendapatan berupa uang tersebut yaitu hasil dari upah dan gaji seperti:
kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang. Untuk gaji
dan upah dari hasil sendiri seperti: komisi dan hasil bersih dari usaha yang
dijalankannya sendiri. Untuk pendapatan berupa barang yaitu dimana pembayaran
gajinya dapat dalam bentuk: beras, pengobatan, transportasi, rekreasi, dan lain
sebagainya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati (Mimmy, 2013).

2.6 Pendidikan Wajib Pajak
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Mimmy, 2013). Setiap warga negara
wajib memperoleh pendidikan formal untuk bekal dimasa depan, tetapi ada juga
masyarakat yang tidak menamatkan pendidikan wajib mereka bahkan ada juga
dari mereka yang tidak bersekolah, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti: biaya yang pas-pasan, tidak adanya kemauan dari orang tersebut,
tidak adanya dukungan dari orang terdekat dan lain sebagainya. Maka dari itu
terdapat di masyarakat tingkat pendidikan seseorang itu menjadi berbeda-beda.
Berikut adaah tingkatan pendidikan yang ada:
a. Pendidikan dasar: TK (Taman Kanak-Kanak) dan SD (Sekolah Dasar)
b. Pendidikan lanjutan: SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah
Menengah Atas) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
c. Pendidikan tinggi: Diploma, Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor.

17
Universitas Sumatera Utara

18

2.7 Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan perpajakan masyarakat masih minim, terdapat beberapa masyarakat
masyarakat kurang paham apa yang dimaksud dengan pajak, kontribusi pajak dan
hal-hal tentang perpajakan. Kebanyakan dari mereka hanya ikut membayar pajkak
mereka tanpa mengetahui lebih lanjut mengenai perpajakan sehingga mengurangi
tingkat kesadaran wajib pajak (Mimmy, 2013).
Maka dari itu diharapkan melalui pendidikan perpajakan dapat mendorong
individu kearah yang positif dan mampu menghasilkan pola pikir yang positif
yang selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh positif sebagai pendorong
untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak.

2.8 Kerangka Pemikiran
2.8.1

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan

uraian

di

atas,

gambaran

menyeluruh

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PENDAPATAN PERBULAN
(X )
PEKERJAAN (X2)

PENGETAHUAN
PERHITUNGAN PBB (X8)

TIPE RUMAH (X3)
PENDIDIKAN (X4)
KESADARAN WAJIB
PAJAK PBB (Y)

PEMAHAMAN TENTANG
PBB (X5)

PEMBANGUNAN DAERAH
PROSEDUR YANG
DIJALANKAN PETUGAS

SANKSI DENDA (X9)

PAJAK MUDAH

Gambar 2.1 Skema Pemikiran
18
Universitas Sumatera Utara

19

2.8.2

Hipotesis
Hipotesis merupakan pengujian statistik yang didasari oleh suatu asumsi
alternatif lain (Siagi dan Sugiato, 2000). Berdasarkan teori dan kerangka
pemikiran yang telah dibuat maka hipotesis dari penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Pendapatan Perbulan
H0 = Pendapatan perbulan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB
H1 = Pendapatan perbulan berpengaruh signifikan terhadap kesadaran

wajib pajak dalam pembayaran PBB.
2. Pekerjaan
H0 = Pekerjaan

wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
H1 = Pekerjaan

wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB.
3. Tipe Rumah
H0 = Tipe rumah wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
H1 = Tipe rumah wajib

pajak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB.
4. Pendidikan
H0 = Pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
H1 = Pendidikan wajib

pajak

berpengaruh

signifikan

terhadap

kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB.
5. Pemahaman Tentang PBB
H0 = Pemahaman tentang PBB

wajib pajak tidak berpengaruh

signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran
PBB.
H1 = Pemahaman tentang PBB wajib pajak berpengaruh signifikan

terhadap

kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB.

6. Pembangunan Daerah

19
Universitas Sumatera Utara

20

H0 = Pembangunan daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.
H1 = Pembangunan daerah

berpengaruh

signifikan

terhadap

kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB.
7. Prosedur yang Dijalankan Petugas Pajak Mudah Dimengerti
H0 = Prosedur yang Dijalankan Petugas Pajak Mudah Dimengerti

tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak
dalam pembayaran PBB.
H1 = Prosedur yang Dijalankan Petugas Pajak Mudah Dimengerti

berpengaruh

signifikan

terhadap

kesadaran wajib pajak

dalam membayar PBB.
8. Pengetahuan Perhitungan PBB
H0 = Pengetahuan Perhitungan PBB wajib pajak tidak berpengaruh

signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran
PBB.
H1 = Pengetahuan perhitungan PBB wajib pajak

signifikan terhadap

berpengaruh

kesadaran wajib pajak dalam membayar

PBB.
9. Sanksi Denda
H0 = Sanksi denda tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran

wajib pajak dalam pembayaran PBB.
H1 = Sanksi denda berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran

wajib pajak dalam membayar PBB.

2.9 Data
Data merupakan bentuk jamak dari datum yang merupakan informasi yang
diperoleh dari satu satuan amatan. Pada umumnya informasi ini diperoleh melalui
observasi (pengamatan) yang dilakukan terhadap sekumpulan individu. Informasi
yang diperoleh memberikan gambaran, keterangan, atau fakta mengenai suatu
persoalan dalam bentuk kategorik, huruf atau bilangan (Sugiarto,dkk,2001).

20
Universitas Sumatera Utara

21

2.9.1 Jenis Data
Data dapat golongan menurut jenisnya berdasarkan kriteria, yaitu:
Data kualitatif dan kuantitatif
a. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja.
Termasuk dalam klasifikasi data tipe ini adalah data yang berskala ukur
nominal dan ordinal. Sebagai contoh adalah data kepuasan pelanggan
(tinggi, sedang, rendah).
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Termasuk dalam
klasifikasi data tipe ini adalah data yang berskala ukur interval dan rasio.
Sebagai contoh data kuantitatif adalah data tinggi badan siswa, misalnya:
130 cm, 135 cm, 140 cm, dan sebagainya.
Data internal dan eksternal
a. Data Internal merupakan data yang didapat dari dalam perusahaan atau
organisasi yang melakukan riset. Data ini menggambarkan keadaan
dalam organisasi tersebut.
b. Data Eksternal merupakan data mengenai keadaan diluar organisasi,
pada umumnya didapat dari pihak lain yang digunakan sebagai
pembanding. Data eksternal itu sendiri terbagi atas dua bagian, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang
yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut. Data ini
diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang diperoleh dari pihak lain
atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan.
Sebagai contoh adalah data jumlah produksi suatu produk.

21
Universitas Sumatera Utara

22

Data time series dan cross section
a. Data Time Series merupakan data yang dikumpulkan dari beberapa
tahapan waktu secara kronologis, misalnya mingguan, bulanan, atau
tahunan.
b. Data Cross Section merupakan data yang dikumpulkan pada waktu dan
tempat tertentu saja, misalnya data hasil pengisian kuesioner tentang
prilaku pembelian suatu produk shampo oleh responden pada bulan Juni
2011.

2.9.2 Skala Pengukuran
Skala merupakan suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada
sejumlah ciri tersebut. Diantara bermacam-macam pengukuran untuk responrespon yang diamati terhadap objek-objek, yang sering dipergunakan ialah
ukuran-ukuran cacah, peringkat, panjang, wolume, waktu, bobot dan lainnya.
Dalam statistik dibedakan empat macam skala pengukuran yang mungkin
menghasilkan yaitu:
a. Skala Nominal
Skala ini menggolongkan objek-objek atau kejadian-kejadian kedalam
berbagai kategori untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan ciri-ciri
objek. Kategori-kategori tersebut dilambangkan dengan kata-kata, huruf
simbol, atau angka.
Contoh :

1. Pria
2. Wanita

b. Skala Ordinal
Seperti halnya dalam skala nominal, kelompok-kelompok yang sudah
didefinisikan sebelumnya juga menggunakan lambang angka atau huruf.
Ukuran pada skala ordinal tidak memberikan nilai absolut pada objek,
tetapi hanya urutan (ranking) relatif saja.

22
Universitas Sumatera Utara

23

Contoh: ingin diketahui status sosial seseorang yaitu A rendah, B sedang,
dan C tinggi.
c. Skala Interval
Skala interval memberikan ciri angka kepada kelompok objek yang
mempunyai skala nominal dan ordinal, ditambah dengan jarak yang sama
pada urutan objeknya. Skala interval diberikan apabila kategori yang
digunakan bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu, tetapi
tidak bisa dibandingkan.
d. Skala Rasio
Skala rasio menggunakan titik baku mutlak (titik nol mutlak). Angka pada
skala rasio menunjukan nilai sebenarmya dari objek yang diukur
sedangkan satuan ukurnya ditetapkan dengan perjanjian tertentu.

2.9.3

Skala Instrumen (Model Skala Sikap)

Bentuk-bentuk skala instrumen (model skala sikap) yang sering digunakan dalam
penelitian ada 5 macam, yaitu:
a. Skala Likert
Skala likert diguankan untuk mengatur sikap, pendapatan, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gajala sosial. Pada skala
likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel. Kemudian
subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang terukur yang
mana menjadi titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa
pertanyaan yang perlu dijawab responden. Setiap jawaban diungkapkan
dengan kata-kata, misalnya: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
sangat tidak setuju.
b. Skala Gutman Skala gutman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel
multidimensi. Skala Gutman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

23
Universitas Sumatera Utara

24

c. Skala diferensial semantik
Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan
serangkaian bipolar (dua kutub). Responden diminta untuk menilai suatu objek
atau konsep pada suatu skala yang mempunyai dua adjektif yang bertentangan.
Misalkan: panas-dingin, popular-tidak popular, bagus-buruk, dan sebagainya.
d. Rating Scale
Rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Misalnya: ketat-longgar, lemah-kuat,
positif-negatif.
e. Skala Thurstone
Skala thurstone meminta responden untuk memilih jawaban pertanyaan yang
ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan-pandangan
yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai
antara 1 sampai 10 tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.

2.9.4

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menunjukan cara-cara yang dapat ditempuh untuk
memperoleh data yang dibutuhkan (Sugiarto dkk, 2001). Seperti yang telah
dipelajari metode pengumpulan data terdiri dari metode pengumpulan data primer
dan metode pengumpulan data sekunder.
a. Metode Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil dari pengisian
kuesioner yang biasa dilakukan peneliti. Pelaksanaanya dapat dilakukan
dengan melakukan survei atau percobaan.
1. Survei
Survei dilakukan apabila data yang dicari sebenarnya sudah ada di
lapangan. Teknik pengumpulan data dengan cara survei bisa dilakukan
dengan:


Wawancara dengan responden. Wawancara atau interview
adalah suatu cara pengumpulan data dengan menanyakan

24
Universitas Sumatera Utara

25

langsung kepada responden dalam suatu permasalahan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah disiapkan terlebih dahulu


sebagai kuesioner.
Angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah jawaban
tertulis dari responden atas kuesioner yang diberikan. Dengan
kuesioner, informasi yang dikumpulkan dapat lebih banyak dan
tersebar merata dalam satu wilayah walaupun kenyataannya



tidak semua kuesioner dikembalikan kepada peneliti.
Pooling (menggunakan telepon) atau melakukan observasi

langsung.
2. Percobaan (experiment)
Cara percobaan dilakukan apabila data yang ingin diperoleh belum
tersedia dan dengan demikian variabel yang akan diukur harus
dibangkitkan melalui suatu percobaan.
b. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Metode ini sering disebut dengan metode menggunakan bahan dokumen,
karena dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil data
sendiri, tetapi meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang
dihasilkan dari pihak-pihak lain. Data sekunder pada umumnya digunakan
oleh

peneliti

untuk

memberikan

gambaran

tambahan,

gambaran

perlengkapan ataupun untuk diperoses lebih lanjut.

2.9.5

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang
ingin diteliti sedangkan sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih
dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili
populasinya (Sugiarto dkk, 2001).
Suatu sampel yang baik atau benar akan dapat memberikan gambaran
yang sebenarnya tentang populasi sehingga jika suatu penelitian sampelnya tidak
diambil secara benar, maka hasilnya tidak akan dapat digeneralisasikan dan tidak

25
Universitas Sumatera Utara

26

dapat memberikan hasil yang tepat dalam menggambarkan keadaan sebenarnya
dari populasi yang diteliti.
Pengambilan sampel (sampling) adalah suatu proses yang dilakukan untuk
memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi sehingga dapat
mewakili populasi tersebut.

2.9.6

Teknik Sampling

Secara garis besar metode penarikan sampel dapat dibagi menjadi dua yaitu
pemilihan sampel dari populasi secara acak (random atau probability sampling )
dan pemilihan sampel dari populasi secara tidak acak (nonrandom atau
nonprobability sampling). Pembagian dari kedua sampling tersebut dapat dilihat

pada bagan berikut (Mimmy, 2013):

Teknik Sampling

Probability

Acak
Sederhana

Sistematik

Non Probability

Berstrata

Berkelompok

(Statified)

(Cluster)

Convenience

Judgment

Quota

Snow
Ball

Gambar 2.2 Bagan Pembagian Teknik Sampling

2.10 Analisis Data
2.10.1 Uji Independensi Untuk Variabel-Variabel Kategori
Uji independensi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua faktor. Uji indepedensi termasuk ke dalam uji chisquare. Uji independensi berfungsi untuk menganalisis frekuensi dari 2 variabel

26
Universitas Sumatera Utara

27

dengan multiple kategori untuk menentukan apakah 2 variabel saling bebas (Sri
Pingit Wulandari dkk, 2009).
Sebelum dilakukan analisis regresi logistik terlebih dahulu ditetapkan
mana variabel bebas yang ada hubungan dengan variabel tak bebas. Variabel
bebas (prediktor) adalah variabel yang mempengaruhi Y (kasus), sedangkan
variabel tak bebas (respon) adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung dari
variabel bebas X.
Beberapa contoh dari variabel-variabel kategori seperti jenis kelamin (terdiri dari
dua kategori, yakni laki-laki dan perempuan), warga negara (WNI dan WNA),
hobi (suka memasak atau tidak suka memasak), kelulusan (lulus atau tidak lulus),
kebahagiaan (tidak terlalu bahagia, bahagia, sangat bahagia) dan sebagainya. Uji
idenpedensi untuk variabel-variabel kategori merupakan suatu uji untuk menguji
ada tidaknya hubungan di antara variabel-variabel kategori. Berikut diberikan
beberapa contoh kasus yang dapat diselesaikan dengan pendekatan pengujian
indenpedensi untuk variabel-variabel kategori.
 Menentukan ada tidaknya hubungan antara tingkat usia terhadap acara TV
yang disukai. Misalkan untuk variabel tingkat usia terdiri dari tiga
kategori, takni anak-anak, remaja dan dewasa, sedangkan untuk variabel
acara TV terdiri dari tiga kategori, yakni kartun, musik dan berita.

 Menentukan ada tidaknya hubungan antara tingkat pendapatan keluarga
terhadap kebahagiaan. Misalkan untuk variabel tingkat pendapatan terdiri
dari tiga kategori, yakni dibawah rata-rata, rata-rata, dan diatas rata-rata,
sedangkan untuk variabel kebahagiaan terdiri dari tiga kategori, yakni
tidak terlalu bahagia, bahagia, dan sangat bahagia.
Hipotesis nol yang diajukan pada uji indenpedensi untuk variabel-variabel
kategori adalah variabel-variabel kategori signifikan secara statistika tidak
berhubungan

(statiscally independent),

menyatakan

variabel-variabel

kategori

sedangkan
signifikan

hipotesis

alternatif

secara

statistika

berhubungan (statistically dependent) (Prana Ugiana Gio & Elly Rosmaini,
2015).

27
Universitas Sumatera Utara

28

2.10.2 Uji Chi Kuadrat
Uji chi kuadrat disebut juga daengan Kai Kuadrat. Chi-Kuadrat adalah salah satu
uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel di mana skala
data kedua variabel adalah nominal. Apabila dari 2 variabel ada 1 variabel dengan
skala nominal maka dilakukan uji chi-kuadrat dengan merujuk bahwa harus
digunakan uji derajat yang terendah.
Uji chi-kuadrat merupakan uji nonparametris yang paling banyak
digunakan, namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah: frekuensi
responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana
chi-kuadrat dapat digunakan:
1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut Actual Count
(F0) sebesar 0 (Nol).
2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja
yang memeliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (Fh)
kurang dari 5.
3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah cell
dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
Rumus chi-kuadrat sebenernya tidak hanya ada satu. Apabila tabel kontingen
bentuk 2 x 2, maka rumus yang digunakan adalah “Koreksi Yates”. Apabila tabel
kontingensi 2 x 2 seperti di atas, tetapi tidak memenuhi syarat seperti di atas, yaitu
ada cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus harus diganti
dengan rumus “Fisher Exact Test” (statistikian.com, 2012).
Beberapa jenis rumus yang terdapat pada uji chi-kuadrat diantaranya:
a. Uji Chi-Kuadrat Pearson (Pearson’s Chi-Square Test) dan Contoh
Perhitungan
Uji chi-kuadrat Pearson dapat digunakan untuk menguji apakah terdapat
hubungan yang signifikan secara statistika di antara dua variabel kategori.
Pada uji chi-kuadrat Pearson membandingkan antara frekuensi pengamatan

28
Universitas Sumatera Utara

29

(observerd frequency) yang tersaji dalam tabel kontingensi dengan nilai-nilai
yang memenuhi hipotesis nol mengenai indenpedensi (indenpendence).
Penjumlahan dilakukan untuk seluruh cell dalam tebel kontingensi. Untuk
setiap cell, dikuadratkan (square) hasil dari selisih antara frekuensi
pengamatan dengan frekuensi harapan, dan kemudian dibagi dengan
frekuensi harapan. Uji chi-kuadrat Pearson diperkenalkan oleh seorang
statistikawan Inggris, yakni Karl Pearson sekitar tahun 1900.

b. Uji Koreksi Yates

Rumus Koreksi Yates merupakan salah satu dari beberapa rumus uji chikuadrat. Untuk menggunakan rumus ini, perlu membuat sebuah tabel
kontingensi 2 x 2. Tabel kontingensi menyajikan jumlah subjek yang diamati
dari seluruh kombinasi kejadian yang mungkin. Sebagai contoh diberikan dua
variabel kategori, yakni variabel jenis kelamin dan variabel hobi. Dari
variabel jenis kelamin memiliki dua kategori, yakni laki-laki dan perempuan
sedangkan pada variabel hobi misalkan memiliki 2 kategori, yakni membaca
dan memasak. Pada tabel kontingensi menyajikan jumlah subjek yang diamati
untuk seluruh kombinasi yang mungkin dari dua variabel kategoti tersebut.
Berikut tabel kontingensinya.

Tabel 2.1 Kontingensi

Y (Jenis
Kelamin)
Laki-laki
Perempuan

Hobi
Membaca
A
C

Memasak
B
D

Berikut rumus uji koreksi yates:

=

(2.1)

29
Universitas Sumatera Utara

30

di mana:
= Chi-Kuadrat
n

= banyaknya sampel

A,B,C dan D

= sel hasil persilangan dari dua variabel

Besarnya degreee of freedom (df):
df = (k-1) (b-1)

(2.2)

di mana:
df = degreee of freedom
k = kolom
b = baris

Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas
H1 : Ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas
Kriteria penolakan H0 uji Chi-Square sebesar

hitung >

(1:5%)

= 3,841

atau p_value < α (0,05).

c. Uji Eksak Fisher (Fisher’s Exact Test)

Uji Eksak Fisher merupakan uji eksak yang diturunkan oleh seorang bernama
Fisher, karenanya disebut Uji Eksak Fisher. Uji ini dilakukan untuk menguji
signifikansi hipotesis komparatif dua sampel independen. Perbedaan Uji
Fisher dengan Uji Chi Square adalah pada sifat kedua uji tersebut dan ukuran
sampel yang diperlakukan. Uji Fisher bersifat eksak sedangkan Uji Chi
Square bersifat pendekatan. Uji Chi Square dilakukan pada data dengan
sampel besar, sedangkan Uji Fisher dilakukan pada data dengan sampel kecil.
Data yang dapat diuji dengan Uji Fisher ini berbentuk nominal dengan
ukuran sampel n sekitar 40 atau kurang, dan ada sel-sel berisikan frekuensi

30
Universitas Sumatera Utara

31

diharapkan kurang dari lima. Perhitungan uji Fisher sama sekali tidak
melibatkan Chi-Square, akan tetapi langsung menggunakan peluang (Prana
Ugiana Gio & Elly Rosmaini, 2015).
d. Likelihood Ratio Test
Dalam statistik , Likelihood ratio test adalah uji statistik digunakan untuk
membandingkan kebenaran dari dua model, salah satunya (yang nol model)
adalah kasus khusus dari lain (alternatif model). Tes ini didasarkan
pada likelihood ratio, yang menyatakan berapa kali lebih mungkin data
berada di bawah satu model dari yang lain. Likelihood ratio ini, atau
logaritma ekuivalen, kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai p,
atau dibandingkan dengan nilai kritis untuk memutuskan apakah akan
menolak model null dalam mendukung model alternatif. Ketika logaritma
dari likelihood ratio digunakan, statistik ini dikenal sebagai statistik loglikelihood

ratio,

dan

distribusi

probabilitas

dari

statistik

uji

ini,

mengasumsikan bahwa model nol adalah benar, dan dapat didekati dengan
menggunakan teorema Wilks (Prana Ugiana Gio & Elly Rosmaini, 2015).

2.11 Regresi
2.11.1 Pengertian Regresi
Suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan
antara dua variabel atau lebih, dengan tujuan untuk membuat prediksi nilai suatu
variabel dependen melalui variabel independen.
Analisis regresi adalah teknik statistik untuk memeriksa dan memodelkan
hubungan diantara variabel-variabel. Analisis regresi dapat digunakan untuk dua
hal pokok, yaitu:
a. Untuk memperoleh suatu persamaan dari garis yang menunjukkan persamaan
hubungan antara dua variabel. Persamaan dan garis yang dihasilkan bisa
berupa persamaan garis bentuk linier maupun nonlinear.

31
Universitas Sumatera Utara

32

b. Untuk menaksir suatu variabel yang disebut variabel tak bebas (terikat)
dengan variabel lain yang disebut variabel bebas berdasarkan hubungan yang
ditunjukkan persamaan regresi tersebut.
Berdasarkan amatan dan analisis data, penyelesaian regresi ini dapat berupa
persamaan linier maupun nonlinier. Oleh karena itu analisis regresi ini terbagi atas
regresi linier dan regresi nonlinear. Yang termasuk kedalam regresi linear adalah
regresi linier sederhana, regresi linear berganda, dan sebagainya. Sedangkan yang
termasuk kedalam regresi nonlinear adalah regresi model parabola kuadratik,
model parabola kubik, model eksponen, model geometrik, regresi logistik, dan
sebagainya (Mimmy, 2013).

2.11.2 Regresi Linier Sederhana
Sebagaimana telah disebutkan, analisis regresi banyak digunakan untuk
mempelajari bentuk hubungan antara variabel. Aplikasi regresi sangat banyak
dijumpai pada area bisnis. Misalnya untuk melihat bentuk hubungan antara
periklanan dengan penjualan, hubungan antara tes sikap dengan kinerja karyawan,
hubungan

antara

rasio

keuangan

dengan

harga

saham,

dan

lain-lain

(Sugiarto,2000).
Regresi linier sederhana bertujuan mempelajari hubungan linier antara dua
variabel. Dua variabel ini dibedakan menjadi variabel bebas (X) dan variabel tak
bebas (Y). Variabel bebas adalah variabel yang bisa dikontrol sedangkan variabel
tak bebas adalah variabel yang mencerminkan respon dari variabel bebas.
Model populasi regresi linier sederhana dinyatakan dalam persamaan:
=

(2.3)

di mana:
= variabel tak bebas
i

= 1, 2,. . .,
…,

= variabel kontrol

32
Universitas Sumatera Utara

33

= komponen sisaan yang tidak diketahui nilainya (acak)
dan

= parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga
menggunakan statistik sampel

Dalam persamaan di atas, komponen sisaan (

= galat) merupakan komponen

yang dapat menunjukkan:
1. Pengaruh dari berbagai variabel yang tidak dimasukkan dalam persamaan
regresi karena pertimbangan
2. Penetapan persamaan matematika yang tidak sempurna
3. Kesalahan pengukuran dalam pengumpulan dan pemprosesan data
observasi
Model populasi linier ini diduga dengan metode kuadrat terkecil (Least
Square Method). Prinsip metode kuadrat terkecil ini adalah meminimumkan

selisih kuadrat antara Y observasi dan Y dugaan. Model sampel untuk regresi
linier sederhananya:
=a

(2.4)

di mana:
Y

= variabel tak bebas

X

= variabel bebas

a

= penduga bagi intersep (α)

b

= penduga bagi koefesien regresi (β)

2.11.3 Regresi Berganda
Pembahasan selanjutnya pada buku ini akan memusatkan perhatian pada regresi
berganda dengan dua variabel bebas. Untuk regresi berganda yang mempunyai
lebih dari dua variabel bebas, pada prinsipnya sama saja, tetapi disarankan
menggunakan program komputer dalam perhitungan.

33
Universitas Sumatera Utara

34

Model populasi regresi berganda dua variabel bebas:



+…+

+

+

(2.5)

di mana:
Y

= variabel tak bebas
…,
dan

= himpunan variabel control (variabel independen)
= parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga
menggunakan statistik sampel
= komponen sisaan yang tidak diketahui nilainya (acak)

Model populasi regresi berganda ini diduga dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil (Least Square Method). Prinsip metode kuadrat terkecil adalah
meminimumkan selisih kuadrat antara Y-observasi dan Y-pendugaan. Model
sampel untuk regresi linier bergandanya ialah:
=a

+…+

+

(2.6)

di mana:
Y

= variabel tak bebas

X

= variabel bebas

a

= penduga bagi intersep (α)

b

= penduga bagi koefesien regresi ( )

34
Universitas Sumatera Utara

35

2.11.4 Regresi Logistik
Metode regresi merupakan analisis data yang mendeskripsikan antara sebuah
variabel respon dan satu atau lebih variabel penjelas atau prediktor (Hosmer dan
Lemeshow, 2000). Perbedaan regresi sederhana dan regresi logistik adalah
variabel respon. Regresi logistik merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mencari hubungan variabel respon yang bersifat dichotomous
(berskala nominal atau ordinal dengan dua kategori) atau polychotomous
(mempunyai skala nominal atau ordinal dengan lebih dari kategori) dengan satu
atau lebih variabel prediktor. Sedangkan variabel respon bersifat kontinyu atau
kategorik (Agresti, 1990).
Regresi logistik berdasarkan jenis skala data variabel respon yang
digunakan dibagi menjadi 3 macam, yaitu regresi logistik biner, multinomial, dan
regresi logistik ordinal.
1. Regresi Logistik Biner (Binary Logistic Regression)
Sebelum melakukan pengolahan dengan menggunakan program paket
SPSS 13.0 maka data yang akan digunakan haruslah disesuaikan terlebih
dahulu. Pada regresi logistik biner, data variabel respon yang digunakan
adalah data dengan skala nominal dengan hanya berupa 2 kategori yaitu
“sukses” atau “gagal” misalnya: ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, hadirabsen, laki-perempuan, dst. Sedangkan data variabel prediktor dapat
berupa data dengan skala ordinal (seringkali digunakan pada kasuskasus/penelitian sosial kemasyarakatan) ataupun data dengan skala rasio
(seringkali dijumpai pada penelitian industri).
2. Regresi Logistik Multinomial (Multinomial Logistic Regression)
Pada regresi logistik multinomial, data variabel respon yang digunakan
adalah data berskala nominal dengan lebih dari 2 kategori, misalnya:
agama, warna lampu lalu lintas, dst. Sedangkan data variabel prediktor
dapat berupa data dengan skala ordinal ataupun rasio.
3. Regresi Logistik Ordinal (Ordinal Logistic Regression)

35
Universitas Sumatera Utara

36

Pada regresi logistik ordinal, data variabel respon yang digunakan adalah
data berskala ordinal dengan 2 atau lebih kategori, misalnya: setuju-tidak
setuju, setuju-biasa-tidak setuju, sangat setuju-setuju-biasa-tidak setujusangat tidak setuju, dst. Sedangkan data variabel prediktor dapat berupa
data ordinal ataupun rasio.
Analisis regresi logistik merupakan salah satu pendekatan model matematis yang
digunakan untuk menganilisis hubungan satu atau dua variabel independen
dengan sebuah variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom/binary.
Variabel kategorik yang dikotom merupakan variabel yang mempunyai dua nilai
variasi yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang diberi
skor 0 atau 1 yaitu dalam hal ini mengenai kesadaran wajib pajak yaitu sadar atau
tidak sadar (Sri Pingit Wulandari dkk, 2009).

2.11.5 Persamaan Regresi Logistik
Regresi

logistik

adalah

suatu

analisis

regresi

yang

digunakan

untuk

menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan sekumpulan variabel
prediktor di mana variabel respon bersifat biner atau dikotomus. Variabel
dikotomus adalah variabel yang hanya mempunyai dua kemungkinan nilai,
misalnya sukses dan gagal, sedang variabel prediktor sering disebut juga
covariate. Dengan demikian dihasikan persamaan sebagai berikut:

Model regresi logistik univariat yaitu (Hosmer, 2000):

π(x) =

(2.7)

di mana:
π(x) = probabilitas sukses dari variabel x (variabel dependen)
= konstanta
= koefisien regresi
x

= variabel independen

e

= bilangan natural (2,7182818...)

36
Universitas Sumatera Utara

37

Model regresi logistik multivariat

π(x) =

(2.8)

di mana:
π(x)

= probabilitas sukses dari variabel x (variabel dependen)
= konstanta
= koefisien regresi

xi

= variabel independen

i

= 1,2,3,..,k

e

= bilangan natural (2,7182818...)

Statistik Wald untuk uji signifikansi parameter regresi logistik digunakan
untuk melihat apakah suatu variabel independen (prediktor) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (respon). Hipotesis
pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0

:

=0

H1

:

≠0
̂

= ̇ ̂
̂

(2.9)

Statistik uji wald tersebut mengikuti distribusi normal sehingga H0 ditolak
jika lwl> Zα/2.
di mana:
= uji wald ke-i
= nilai koefisien regresi logistik untuk variable ke-i
= nilai standart eror untuk variable ke-i

37
Universitas Sumatera Utara

38

Odds Ratio (ψ) yaitu nilai yang menunjukan besarnya pengaruh kategori
satu kategori dua (kategori dua terhadap respon dengan kategori
pembanding) dalam satu variabel tersebut.

ψ=

(2.10)

di mana:
Ψ

= Odds Ratio

π(1)

= adalah peluang kejadian kelompok pertama

π(0)

= adalah peluang kejadian kelompok kedua

2.11.6 Metode Analisis
Langkah-langkah dalam peneliatian:
1. Untuk mengetahui karakteristik kesadaran wajib pajak bumi dan bangunan
digunakan analisis deskriptif dengan semua variabel menggunakan tabulasi
silang.
2. Untuk mengetahui pola hubungan faktor-faktor penyebab kesadaran wajib
pajak bumi dan bangunan menggunakan model regresi logistik dengan tahaptahap sebagai berikut:
a) Uji idenpedensi
b) Penaksiaran univariat untuk mengetahui hubungan antara variabel
prediktor dengan variabel respon secara individu.
c) Uji signifikansi untuk mengetahui variabel respon apa saja yang
signifikan terhadap variabel prediktor untuk dimasukkan dalam regresi
logistik multivariat.
d) Penaksiran multivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel
prediktor dengan variabel respon secara serentak.
e) Uji signifikansi untuk mengetahui variabel yang masuk pada model
signifikan.

38
Universitas Sumatera Utara

39

f) Model terbaik jika variabel yang ada dalam model sudah signifikan.
g) Ketepatan klasifikasi

Mulai
Data
Analisis Regresi Logistik

Penaksiran Univariat
Uji Signifikansi
Penaksiran Multivariat
Uji Signifikansi
Model Terbaik
Ketepatan Klasifikasi

Selesai
Gambar 2.3 Tahap Penelitian Regresi Logistik

39
Universitas Sumatera Utara