Analisis Determinan Masyarakat Dalam Memilih Transaksi Qard di Penggadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis
penelitian lapangan (field research) dan metode penelitian kuntitatif.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan kantor cabang pegadaian syariah, yaitu Jl Raya Setia
Budi No. 84 Tanjung Rejo, waktu penelitian dilakukan pada Maret
sampai
dengan selesai.
3.3 Defenisi Operasional
Penelitian ini dilakukan berdasarkan batasan yang akan diteliti yaitu
mencakup faktor-faktor masyarakat dalam memilih transaksi Qard Pegadaian
Syariah dikota Medan, dalam hal ini faktor – faktor masyrakat dalam minat gadai,
dan pengetahuan, pegadaian syariah dikota Medan.
a.
Variabel Bebas (X) antara lain:
1. Pendapatan adalah hasil yang diperoleh masyarakat dari masyarakat
setelah melakukan atau mengerjakan pekerjaanya.
2. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk
kelangsungan hidupnya dalam rangka mencapai kemakmuran.
Universitas Sumatera Utara
3. Keamaan adalah keadaan bebas dari bahaya atau keadaan yang terjamin
keamananya.
b. Variabel Terikat yaitu minat masyarakat dalam memilih transaksi qardh
dipegadaian syariah cabang Setia Budi Medan
3.4 Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri- ciri
yang telah ditetapkan(Nazir,2003:271) populasi dari penelitian ini adalah nasabah
penggadaian syariah Setia Budi No 84 Tanjung Rejo, Medan.
2. Sample
Sample merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
1997:117). Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu
tehnik nonprobability sampling atau teknik penentuan jumlah sample dan
pemilihan
anggota
sampel
tanpa
memperhitungkan
nilai
peluang
atau
kemungkinan terpilihnya setiap anggota populasi (Sholeh, 2005:274). Penulis
mengambil sampel sebanyak 50 nasabah penggadaian syariah Setia Budi, Medan,
dengan jumlah 4950 nasabah, dengan ketentuan Untuk menentukan besarnya
sampel apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara
20-25 % (Arikunto, 2002).
Universitas Sumatera Utara
3.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
1. Data primer adalah data yang berasal dari dari sumber asli atau pertama,
data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi atau dalam bentuk file,
data ini diperoleh dari narasumber atau responden (Sarwono, 2006:8),
melalui quisioner yang diberikan kepada nasabah pegadaian syariah Setia
Budi, Medan.
2. Data skunder adalah data yang telah tersedia sehingga peneliti bisa
mencari dari website resmi pegadaian serta bahan bacaan lain yang
berhubungan dengan penelitian.
3.5.2.1 Metode Pengumpulan Data
1. Quisioner penulis membuat daftar pertanyan yang sesuai dengan
penelitian, kuisioner ini diajukan kepada nasabah yang menggunakan jasa
gadai.
2. Studi kepustakaann yaitu mengumpulkan data dan infomasi melalui
berbagai literatur yang sesuai dengan penelitian dalam penulisan skripsi
seperti dari buku, internet, jurnal dan lain- lain.
3. Observasi, dengan melakukan penelitian langsung terhadap objek yang
akan diteliti yaitu di pegadaian syariah
Universitas Sumatera Utara
3.6. Alat Analisis Data
Alat analisis data yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian
yaitu:
1. Dengan menggunakan program komputer SPSS 19 disamping itu juga
digunakan aplikasi Microsoft Office World 2007 dalam penulisan penelitian
dan Microsoft Office Excel 2007 sebagai program pembantu, untuk
meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika dibandingkan dengan
pencatatan ulang secara manual.
2. Skala likert, menurut Kinenear (dalam Muhammad 2008: 154) skala likert
berhubungan dengan peryataan sikap dalam meghadapi sesuatu.Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan, pernytaan sikap sebagai berikut:
•
Sangat setuju (SS) dengan skor 5
•
Setuju (S) dengan skor 4
•
Ragu-ragu (R) dengan skor 3
•
Tidak setuju (TS) dengan skor 2
•
Sangat tidak setuju(STT) sengan skor 1
Keterangan perhitungan skala likert Pertama, dihitung banyaknya responden
yang memberi nilai pada skor tertentu secara keseluruhan (seluruh butir
pernyataan). Kemudian hitung skor dari keseluruhan butir pertanyaan lalu di
hitung rata- ratanya (responden yang menjawab dikalikan skor).
Universitas Sumatera Utara
3.6.1 Uji Validitas
Untuk menguji skala pengukuran yang digunakan, peneliti menggunakan
Uji validitas dan Uji realibilitas. Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila
skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sarwono, 2006: 99).
Uji validitas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
program SPSS 21, dengan membandingkan nilai r hasil Corrected Item Total
Correlation (r-hitung) dengan r tabel (situmorang, 2008: 43).
Adapun
kriterianya adalah sebagai berikut:
-
Apabila �ℎ�����>������, maka pertanyaan dinyatakan valid.
Apabila �ℎ����� 0,60 atau cronbach’s alpha > 0,80.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Model Analisis Data
Dalam upaya pembuktian atas hipotesis yang telah dibuat maka harus
dilakukan pengujian atas hipotesis itu sendiri dengan menggunakan metode/
stategi/ pendekatan/ desain penelitian yang sesuai. Berdasarkan rumusan masalah
dan hipotesis yang dibuat maka penelitian ini menerapkan metode analisa data
deskriptif kuantitatif dengan pemodelan regresi linier berganda. Penerapan metode
ini akan menghasilkan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Dengan demikian dapat ditunjukkan seberapa besar kontribusi variabel-variabel
bebas (variable independen) terhadap variabel terikatnya (variabel dependen) serta
arah hubungan yang terjadi (hubungan negatif atau positif.
Model analisis yang digunakan dalam menganalisa adalah model Statistik
Parametrik, sedangkan metode yang dipakai adalah metode regresi linier berganda
ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
persamaan regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut (Suharyadi dan
Purwanto, 2004:509):
y=a+ b 1 x 1+ b 2 x 2+ b 3 x 3+ e
Dimana:
Y
a
b 1 ,b 2 ,b 3 ,
X1
X2
X3
e
= Minat Masyarakat Terhadap Pegadaian Syariah
= Konstanta
= Koefisien determinasi
= faktor Kebutuhan
= Faktor Keamanan
=Faktor Kebutuhan
= Error
Universitas Sumatera Utara
Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1.
��
��1
>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Pendapatan ) maka Y (Minat
Masyarakat dengan transaksi Qardh) mengalami kenaikan,ceteris paribus.
2.
��
�� 2
> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Kebutuhan) makaY (Minat
Masyarakat dengan transaksi Qardh) mengalami kenaikan, ceteris paribu.
3.
��
�� 3
> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Keamanan) maka Y (Minat
masyarakat dalam transaksi Qardh) mengalami kenaikan, ceteris paribus.
3.7.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)
Uji kesesuaian (Test of Goodness of Fit) merupakan pengujian kecocokan
atau kebaikan antara .hasil pengamatan (frekuensi pengamatan) tertentu dengan
frekuensi yang diperoleh berdasarkan nilai harapannya (frekuensi teoritis), atau uji
yang digunakan untuk melihat sejauh mana garis regresi mencocok data.
3.7.2 Uji Koefisien Determinasi (R-square)
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabelvariabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai
≤R
variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1(0
2≤1).
Semakin
besar nilai R2, maka semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variasi variabel – variabel independen. Sebaliknya jika R2 kecil, maka akan
semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat di jelaskan oleh variabel
independen.
Universitas Sumatera Utara
3.7.3
Uji t-statistik
Uji t-statistik merupakan pengujian untuk mengetahui apakah masingmasing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan
menganggap variabel independen lainya konstan.
Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
t hitung
(�� −�)
=
Dimana :
��(�� )
bi = koefesien variabel ke – i
b = nilai hipotesis nol
Se(bi) = simpangan baku dari variabel independent ke-i
Dalam uji t ini digunakan perumusan bentuk hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = b
Ha : bi ≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke I nilai parameter hipotesis,
dan biasanya b dianggap=0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y.
Pengujian dilakukan melalui uji-t dengan membandingkan t-statistik dengan ttabel. Apabila hasil perhitungan menunjukkan :
a. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel dengan tingkat
kepercayaan sebesar (α).
Artinya variasi variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat, dimana
tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian
dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar (α).
Universitas Sumatera Utara
b. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel dengan tingkat
kepercayaan (α).
Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat, dimana
terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini
dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar (α)
3.7.4 Uji F-statistik
Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujian untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap
dependen variabel.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus
2
R /(K-1)
F- hitung= (1-R
)/(N-K)
2
Dimana:
R2 : Koefisien determinasi
k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
Untuk uji F-statistik ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : b1 = b2 = bn………..bn=0(tidak ada pengaruh)
Ha : b1 ≠ 0………………bi=1(ada pengaruh)
Kriteria pengambilan keputusan:
Ho: b1 = b2 = 0 H0 diterima (F-hitung < F-tabel) artinya variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha : b1≠ b2≠0 Ha diterima (F -hitung > F-tabel) artinya variabel independen
secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Agar pengujian hipotesis berdasarkan model analisis tidak bias atau bahkan
menyesatkan, maka perlu digunakan uji penyimpangan asumsi klasik.
3.8.1. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan
yang
kuat
(kombinasi
linier)
diantara
independen
variabel.
Multikolinieritas dikenalkan oleh Ragnar Frisch (1934). Suatu model regresi linier
akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung
multikolinieritas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat
antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi. Adanya
multikolinieritas ditandai dengan:
• Standart error tidak terhingga
• Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α= 1%, α= 5%,
α= 10%
• Terjadi perubahan tanda atau berlawanan dengan teori
• R2 sangat tinggi
Cara mendeteksi apakah terdapat gejala multikolonearitas dapat dikatakan
terbebas dari gejala multikolinearitas jika nilai correlation antar variabel
independen lebih kecil dari 0,8 (correlation 0,05 maka
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah tidak linear.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Pegadaian Syariah
4.1.1 Sejarah Pegadaian Secara Umum
Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Lembaga
semacam ini pada awalnya dikenal mulai dari Eropa, yaitu negara Italia, Inggris,
dan Belanda. Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa dan
dikembangkan oleh orang Belanda (VOC) yaitu sekitar abad ke – 19, dengan
Gubernur Jenderal VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Lening, yaitu lembaga
keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali
didirikan di Batavia melalui surat keputusan tertanggal 28 Agustus 1746. Namun
ketika VOC bubar di Indonesia pada tahun 1800 maka usaha pegadaian diambil
alih oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa pemerintahan Deandels,
dikeluarkan peraturan tentang barang yang dapat diterima sebagai jaminan gadai
seperti perhiasan, kain dan lain-lain.
Pada tahun 1811, kekuasaan di Indonesia diambil alih oleh Inggris, yaitu
Raffles selaku penguasa yang mengeluarkan peraturan bahwa setiap orang Bank
Van Lening selama ia mendapat izin dari pemerintah setempat. Selanjutnya pada
tahun 186 Hindia Belanda kembali menguasai Indonesia dan membuat
Pachstelsel yang semakin berkembang. Pada tahun 1900, pihak pemerintah
Hindia Belanda melakukan penelitian mengenai kemungkinan penguasaan
pemerintah terhadap lembaga tersebut. Hasil penelitin itu berkesimpulan bahwa
Universitas Sumatera Utara
badan usaha dimaksud cukup menguntungkan pihak pemerintah, sehingga
didirikan Pilot Project di Sukabumi. Setelah berhasil maka dikeluarkan Staatsblad
No. 131 pada tanggal 1 April 1901, sebagai dasar hukum bagi pendirian
Pegadaian Negeri pertama di Indonesia. Tanggal 1 April 1901 yang kemudian
dijadikan sebagai hari lahirnya Pegadaian di Indonesia.
Seiring dengan perjalanan waktu, pegadaian negeri tersebut semakin
berkembang dengan baik sehingga pemerintahan Hindia Belanda mnegeluarkan
peraturan monopoli, yaitu Staatsblad No. 749 Tahun 1914, dan Staatsblad No. 28
Tahun 1921. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan monopoli pun diatur oleh
pihak pemerintah Hindia Belanda dalam KUHP yang tercantum dalam pasal 509
dan
Staatsblad
No.
266
Tahun
1930.
Sesudah
bangsa
Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, yaotu pada tangga 1 Januari
1967 penguasaan terhadap Pegadaian Negara mengalami peralihan sehingga
Pegadaian Negara dijadikan Perusahaan Negara (PN) dan berada dalam lingkup
Departemen Keuangan Pemerintahan RI berdasarkan PP No. 176 Tahun 1961.
Selanjutnya, status badan hukum pegadaian sebagai Perusahaan Pegadaian
Negara kembali mengalami perubahan untuk kesekian kalinya menjadi
Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 1969;
Undang-Undang No. 9 tahun 1969, dan PP No. 17 Tahun 1969; serta Surat
Keputusan Menteri Keuangan RI No.Kep.664/MK/9/1969, yang berlaku efektif
mulai tanggal 1 Mei 1969, penyebab perubahan status hukum pegadaian
dimaksud lebih banyak sebagai suatu perusahaan yang seringkali mengalami
kerugian. Setelah itu, PP No. 10 Tahun 1990 mengubah dasar hukum Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Jawatan (Perjan) menjadi Perusahaan Umum (Perum) pegadaian. Berdasarkan
perubahan status hukum sebagai perusahaan umum, pegadaian diharapkan mampu
mengelola usahanya secara profesional, berwawasan bisnis oriental tanpa
meninggalkan misinya (Zainudin Ali, 2008:11) yaitu:
a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai
b. Mencegah timbulnya praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan pinjaman
tidak wajar lainnya
Berdasarkan hal diatas, lembaga pegadaian dimaksudkan sebagai suatu
lembaga yang memberikan fasilitas bagi warga masyarakat untuk dapat
memperoleh pinjaman uang secara praktis. Pinjamn uang dimaksud lebih mudah
diperoleh calon nasabah karena menjaminkan barang-barnga yang mudah didapat
pula. Hal ini membuat lembaga pegadaian diminati oleh banyak orang dari
berbagai lapisan masyarakat. Karena itu, lembaga pegadaian secara relatif
mempunyai kelebihan bila dibandingkan lembaga keuangan lainnya.
4.4.2 Sejarah Pegadaian Secara Khusus (Pegadaian Syariah)
Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak
awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10
menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik
riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan sebagai
landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak
Universitas Sumatera Utara
berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16
Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah
meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis
anggapan itu. Berkat Rahmat Alloh SWT dan setelah melalui kajian panjang,
akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai
langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.
Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern
yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai
Islam. Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor
Cabang Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu
unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini
merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari
usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta
dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan
Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar,
Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September
2003. Masih di tahun yang sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh
dikonversi menjadi Pegadaian Syariah.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pegadaian Syariah Di Indonesia
Keberadaan
Pegadaian
Syariah
pada
awalnya
didorong
oleh
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Disamping itu, masyarakat Indonesia
yang menjadi nasabah Pegadaian kebanyakan umat Islam, sehingga dengan
keberadaan Pegadaian Syariah ini, maka akan memperluas pangsa pasar
pegadaian dan nasabah akan merasa aman dikarenakan transaksinya sesuai dengan
syariat Islam. Berarti pinjaman yang diterapkan adalah pinjaman tanpa bunga dan
halal.
Rahn (gadai syariah) adalah produk jasa yang berlandaskan pada prinsipprinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas
rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Rahn
dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong- menolong dan
tidak untuk mencari keuntungan. Dalam transaksi rahn yang tidak mengenal
istilah “bunga uang”, maka pemberi gadai tidak dikenakan tambahan pembayaran
atas pinjaman yang diterimanya, namun bagi penerima gadai memperoleh imbalan
berupa ijarah (pengganti pengelolaan agunan) dari penyimpanan marhun (barang
jaminan/ agunan). Produk yang disalurkan adalah Gadai Syariah (Ar- Rahn) yang
mulai diluncurkan sejak Januari 2003 dengan cabang Pegadaian Syariah pertama
kantor cabang Dewi Sartika
Tujuan dan lapangan usaha rahn (gadai syariah) tercantum dalam
kesepakatan bersama PT Pegadaian dan Bank Muamalat pasal 1 ayat 2 dan
Keputusan Direksi PT Pegadaian nomor 06.A/UL.3.00.22.3/2003, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Tujuan Usaha Gadai
a. Mengimplementasikan dan mensosialisasikan produk gadai syariah
khususnya kepada masyarakat muslim Indonesia.
b. Menjawab
kebutuhan
nasabah
muslim
di
Indonesia
yang
menginginkan transaksi pinjaman sesuai syariah.
2. Lapangan Usaha
Dengan mengindahkan prinsip – prinsip syariah islam dalam transaksi
ekonomi dan terjaminnya keselamatan kekayaan negara, perusahaan
menyelenggarakan usaha gadai syariah sebagai berikut:
a. Penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan
prinsip syariah islam dalam transaksi ekonomi secara syariah.
b. Penyaluran usaha dalam bentuk skim lainnya yang dibenarkan menurut
hukum syariat islam.
4.3 Gambaran Khusus Pegadaian Syariah
4.3.1 Profil Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan
Pegadaian syariah di Kota Medan baru berdiri pada tahun 2010 atas
persetujuan menteri keuangan untuk membuka pegadaian yang berbasis syariah di
kota Medan dan masih dalam naungan PT. Pegadaian yang Kantor Wilayahnya
berada di Jl. Pegadaian No. 112, Medan. Cabang Pegadaian Syariah pertama kali
yang dibuka yaitu berada di Jl. Kertas No. 105 Sei Sikambing yang berdiri pada
tanggal 1 Februari 2010, kemudian pegadaian syariah Jl. AR. Hakim No. 115
(Pasar Sukorame) pada akhir Maret 2010, lalu pada pegadaian syariah Jl. Raya
Universitas Sumatera Utara
Setia Budi No. 84 Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal pada tanggal 27 Mei 2010,
dan terakhir di Jl. Asrama No. 185A Kel. Helvetia Kec. Medan Helvetia pada juli
2010.Perkembangan PT Peagadaian syariah semakin berkembang dengan ditandai
meningkatnya laba yang dan semakin diminati oleh masyarakat dengan dilihat
dari jumlah nasabah yaitu sebanyak 4950 nasabah dan semakin bertambah dari
hari kehari karena kebutuhan masyarakat. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa minat masyarakat dalam menggadaikan emas cukup besar atau antusias
karena didorong dengan berbagai kebutuhan yang yang terus meningkat terutama
pada saat menjelang bulan rahmadhan menjelang idul fitri dan pada saat anak –
anak masuk sekolah karena kebutuhan yang meningkat maka menggadaikan emas
adalah cara yang efektif karena prosesnya ang cepat dan aman.
4.3.2 Jenis Produk dan Usaha Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi
Medan
Produk - produk yang disalurkan pegadaian syariah cabang Setia Budi
Syariah pada masyarakat, yaitu:
1. Gadai Syariah (pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai) .
2. Galeri 24 (penjualan emas secara tunai).
3. Arrum (kredit yang diberikan untuk pengusaha mikro).
4. Amanah (pembiayaan pembelian kendaraan).
5. Mulia (penjualan emas dengan cara cicilan).
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
1. Produk Rahn/gadai syariah yaitu produk jasa gadai yang
berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dengan mensyaratkan
pemberian pinajaman atas dasar penyerahan barang jaminan oleh
nasabah2.
2.
Gold Counter/ Mulia penjualan logam mulia oleh Pegadaian
kepada masyarakat yang berminat untuk berinvestasi pada emas secara
tunai dan angsuran.
3.
Produk ARRUM yaitu pembiayaan kepada pengusaha mikro dan
kecil untuk pengembangan usaha dengan jaminan fidusi yang berprinsip
syariah
4.
Amanah yaitu pembiayaan pembelian kendaraan, pegadaian
syariah menyediakan .
5.
Mulia yaitu penjualan emas dengan cara cicilan yang disediakan
oleh pegadaian kepada masyarakat yang berkualitas dan aman.
4.4 Visi dan Misi Pegadaian Syariah
Visi dan Misi pegadaian syariah tidak dapat dipisahkan dari Visi dan Misi
PT pegadaian pada umumnya, dikarenakan pegadaian syariah baru berdiri di
Indonesia dan masih dalam naungan induknya yaitu PT. Pegadaian
Universitas Sumatera Utara
4.4.1 Visi Pegadaian Syariah
“Pegadaian pada tahun 2013 menjadi “ Champion” dalam pembiayaan
mikro dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat golongan menengah
ke bawah”
a. Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman dan selalu
memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi atas dasar hukum gadai dan
fudisia.
b. Membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka
optimalisasi sumber daya perusahaan yang baik secara konsisten
c. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan
diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat.
4.4.2 Misi Pegadaian
sebagai suatu lembaga yang ikut meningkatkan perekonomian dengan cara
memberikan uang pinjaman berdasarkan hukum gadai kepada masyarakat kecil,
agar terhindar dari praktek pinjaman uang dengan bunga yang tidak wajar
ditegaskan dalam keputusan Menteri Keuangan No. Kep-39/MK/6/1/1971 tanggal
20 Januari 1970 dengan tugas pokok sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat dan
bila perlu memperluas daerah operasinya.
2. Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon,
pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya.
3. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas
dasar hukum gadai kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, industri
kecil, yang bersifat produktif, kaum buruh/pegawai negeri yang
ekonominya lemah dan bersifat konsumtif
4. Disamping menyalurkan kredit, maupun usaha-usaha lainnya yang
bermanfaat terutama bagi pemerintah dan masyarakat
5. Bertolak dari misi Pegadaian tersebut dapat dikatakan bahwa sebenarnya
Pegadaian adalah sebuah lembaga dibidang keuangan yang mempunyai visi
dan misi bagaimana masyarakat mendapat perlakuan dan kesempatan yang
adil dalam perekonomian (www.pegadaian.co.id).
4.5 Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi
Struktur organisasi merupakan gambaran dari susunan fungsi-fungsi yang
ada didalam organisasi. Bagian-bagian yang ada menunjukkan pembagian tugas,
kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing personil yang
bersangkutan sehingga tercipta suatu kerja sama yang baik yang mengarah kepada
ketertiban sehingga organisasi tersebut dapat mewujudkan tujuan yang ingin
dicapai. Struktur organisasi Perum Pegadaian Syariah Kantor Cabang Setia Budi
Medan.
Universitas Sumatera Utara
Struktur organisasi
Adapun struktur organisasi pegadaian syariah di kota Medan dapat dilihat
pada gambar berikut:
Pimpinan KCPS
(Murni S.E)
Penaksir
Kasir
Septian Rizki
Asmadi
Petugas
Gudang
Bagian
Administrasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pegadaian Syariah
Cabang Setia Budi Medan
Struktur organisasi pada pegadain syariah sama dengan struktur organisasi
pegadaian konvensional, yaitu sama-sama mempunyai satu pimpinan dan
beberapa karyawannya, yaitu pimpinan KCPS, bagian penaksir, bagian kasir,
petugas gudang dan bagian administrasi.
Demikianlah struktur organiasi pegadaian syariah, namun kenyataannya
pada pegadaian syariah tidaklah demikian setelah kita melihat langsung
kelapangan (kantor pegadaian syariah). Seharusnya sebuah perusahaan harus
membagi para karyawannya dan meletakkan pada bagiannya masing- masing,
agar kinerja dari seorang karyawan tersebut bisa fokus dan bekerja dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Namun terdapat adanya kekurangan atau kelemahan dari sturktur organisasi
didalam pegadaian syariah yaitu masih kurangnya kuantitas karyawan yang
diperlukan dalam bidangnya disetiap kantor caban yang bekerja sesuai dengan
bidang
4.6 Analisis Hasil dan Pembahasan
4.6.1 Analisis Karakteristik Responden
Adapun jumlah responden yang menjadi sampel yaitu 50 responden dan yang
dianalisis dalam penelitian antara lain, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan perbulan
a. Umur
Berdasarkan umur responden dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 15 – 30 tahun,
31- 40 tahun, 41 – 50tahun serta usia 50 tahun keatas. Data karakteristik umur
responden adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
Tabel 4.1
Karakteristik Responden berdasarkan Umur
Umur
Jumlah
Persentase
15- 30 Tahun
31 – 40 Tahun
41 – 50 Tahun
>50Ttahun
Jumlah
32
12
3
3
50
64%
24%
6%
6%
100
Sumber : Data Diolah
Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa kelompok umur 15-30 tahun yang
menjadi responden adalah sebanyak 32 orang (64%), umur 31-40 tahun sebanyak
12 orang (24%), umur 41-50 sebanyak 3 orang (6%), dan diatas 50 tahun
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 3 orang (6%). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
yang paling banyak menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu pada usia 15-30
yaitu berjumlah 32 responden dan usia 31-40 yaitu berjumlah 12 responden.
Umur
15- 30 Tahun
31 – 40 Tahun
41 – 50 Tahun
>50Ttahun
Jumlah
Gambar 4.2
Data Responden Menurut Umur
b. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin maka responden yang diambil adalah laki- laki dan
perempuan, sehingga diperoleh dari quisioner yang diperoleh dari responden
adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki – laki
27
54%
Perempuan
23
46%
Jumlah
50
100
Sumber :Data diolah
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel yang telah diolah dari responden maka dapat diketahui bahwa
yang paling banyak yang menjadi responden adalah laki –laki dengan jumlah
27(54%), sedangkan perempuan sebanyak 23 responden (46%). Hal ini
disebabkan pada saat penyebarn responden lebih banyak ditemukan nasabah lakilaki yang ditemukan yaitu sebanyak 27 responden atau (54%).
Jenis Kelamin
1 Laki – laki
2 Perempuan
3 Jumlah
27%
jumlah
50%
23%
Gambar 4.3
Data Responden Menurut Jenis Kelamin
c.
Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan yang diambil maka profil responden yang
digunakan untuk sample adalah SD, SMP, SMA, Diploma , Strata1, Srata2 dan
Strata2. Dari hasil quisioner maka diperoleh sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Jumlah
Persentase
SD
SMP
SMA
Diploma
S1
S2
S3
Jumlah
4
5
30
4
7
50
8%
10%
60%
8%
14%
100
Sumber :Data diolah
Berdasarkan hasil yang telah diolah yang menjadi responden yang
terbanyak yang adalah pendidikan SMA yaitu sebanyak 30 (60%) dan responden
yang terbanyak kedua adalah Strata1 7(14%), SMP sebanyak 5(10%) SD
sebanyak 4 (8%) serta Diploma sebanyak 4 (8%) sementara Strata 2 dan Strata3
adalah( 0). Responden yang paling banyak ditemui adalah tingkat pendidikan
SMA
30 (60%) dan Strata1 7 (14%), karena pada saat penelitin banyak
menemukan tingkat pendidikan SMA dan Strata 1
Pendidikan
Jumlah 4 5 30 4 7
-Persentase 8%
10% 60% 8% 14%
--
Gambar 4.4
Karakteistik Responden Menurut Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
d.
Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan maka karakteristik responden yang diperoleh
adalah pegawai Negeri/Swasta, angkatan, petani, wiraswasta dan ibu
rumahtangga adalah sebagai berikut
No
1
2
3
4
5
6
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Jumlah
Persentase
Pegawai Negeri/ Swasta
5
10%
Angkatan
3
6%
Petani
5
10%
Wiraswasta
29
58%
Ibu Rumahtangga
8
16%
Jumlah
50
100
Sumber: Data diolah
Berdasarkan karakteristik data yang telah diolah maka dapat diketahui
bahwa pegawai negeri/swasta sebanyak 5 (10%) angkatan sebanyak 3 orang (6%)
petani sebanyak 5 (10%) wiraswasta sebanyak 29 (58%) dan ibu rumahtangga
sebanyak 8 orang (16%) dari hasil olah data diketahui responden yang banyak
ditemui adalah wiraswasta sebanyak 29 orang dan ibu rumahtangga yang ditemui
saat penelitian yaitu sebanyak 8 (16%)
Pekerjaan
Pegawai Negeri/
Swasta
Angkatan
Petani
Gambar 4.5
Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
e.
Pendapatan
Berrdasarkan pendapatan maka dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu Rp >
1.500.000., Rp >2.500.000; Rp>2.500.000 dan Rp > 5.000.000;
No
1
2
3
4
5
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan
Pendapatan
Jumlah
Persentase
Rp .< 1.500.000
18
36%
Rp < 2.500.000
15
30%
Rp 5.000.000
3
6%
Jumlah
50
100
Sumber : Data diolah
Berdasarkan pendapatan Rp < 1.500.000; sebanyak 18 orang atau (36%), Rp <
2.500.000; sebanyak 15 orang atau (30%), Rp 5.000.000 sebanyak 3 orang atau 6%. Dengan demikian
responden yang paling banyak ditemui adalah yang berpendapatan < 1.500.000;
sebanyak 18 orang atau 36% kemudian Rp < 2.500.000; sebanyak 15 orang atau
(30%), Rp dan
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis
penelitian lapangan (field research) dan metode penelitian kuntitatif.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan kantor cabang pegadaian syariah, yaitu Jl Raya Setia
Budi No. 84 Tanjung Rejo, waktu penelitian dilakukan pada Maret
sampai
dengan selesai.
3.3 Defenisi Operasional
Penelitian ini dilakukan berdasarkan batasan yang akan diteliti yaitu
mencakup faktor-faktor masyarakat dalam memilih transaksi Qard Pegadaian
Syariah dikota Medan, dalam hal ini faktor – faktor masyrakat dalam minat gadai,
dan pengetahuan, pegadaian syariah dikota Medan.
a.
Variabel Bebas (X) antara lain:
1. Pendapatan adalah hasil yang diperoleh masyarakat dari masyarakat
setelah melakukan atau mengerjakan pekerjaanya.
2. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk
kelangsungan hidupnya dalam rangka mencapai kemakmuran.
Universitas Sumatera Utara
3. Keamaan adalah keadaan bebas dari bahaya atau keadaan yang terjamin
keamananya.
b. Variabel Terikat yaitu minat masyarakat dalam memilih transaksi qardh
dipegadaian syariah cabang Setia Budi Medan
3.4 Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri- ciri
yang telah ditetapkan(Nazir,2003:271) populasi dari penelitian ini adalah nasabah
penggadaian syariah Setia Budi No 84 Tanjung Rejo, Medan.
2. Sample
Sample merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
1997:117). Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu
tehnik nonprobability sampling atau teknik penentuan jumlah sample dan
pemilihan
anggota
sampel
tanpa
memperhitungkan
nilai
peluang
atau
kemungkinan terpilihnya setiap anggota populasi (Sholeh, 2005:274). Penulis
mengambil sampel sebanyak 50 nasabah penggadaian syariah Setia Budi, Medan,
dengan jumlah 4950 nasabah, dengan ketentuan Untuk menentukan besarnya
sampel apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara
20-25 % (Arikunto, 2002).
Universitas Sumatera Utara
3.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
1. Data primer adalah data yang berasal dari dari sumber asli atau pertama,
data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi atau dalam bentuk file,
data ini diperoleh dari narasumber atau responden (Sarwono, 2006:8),
melalui quisioner yang diberikan kepada nasabah pegadaian syariah Setia
Budi, Medan.
2. Data skunder adalah data yang telah tersedia sehingga peneliti bisa
mencari dari website resmi pegadaian serta bahan bacaan lain yang
berhubungan dengan penelitian.
3.5.2.1 Metode Pengumpulan Data
1. Quisioner penulis membuat daftar pertanyan yang sesuai dengan
penelitian, kuisioner ini diajukan kepada nasabah yang menggunakan jasa
gadai.
2. Studi kepustakaann yaitu mengumpulkan data dan infomasi melalui
berbagai literatur yang sesuai dengan penelitian dalam penulisan skripsi
seperti dari buku, internet, jurnal dan lain- lain.
3. Observasi, dengan melakukan penelitian langsung terhadap objek yang
akan diteliti yaitu di pegadaian syariah
Universitas Sumatera Utara
3.6. Alat Analisis Data
Alat analisis data yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian
yaitu:
1. Dengan menggunakan program komputer SPSS 19 disamping itu juga
digunakan aplikasi Microsoft Office World 2007 dalam penulisan penelitian
dan Microsoft Office Excel 2007 sebagai program pembantu, untuk
meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika dibandingkan dengan
pencatatan ulang secara manual.
2. Skala likert, menurut Kinenear (dalam Muhammad 2008: 154) skala likert
berhubungan dengan peryataan sikap dalam meghadapi sesuatu.Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan, pernytaan sikap sebagai berikut:
•
Sangat setuju (SS) dengan skor 5
•
Setuju (S) dengan skor 4
•
Ragu-ragu (R) dengan skor 3
•
Tidak setuju (TS) dengan skor 2
•
Sangat tidak setuju(STT) sengan skor 1
Keterangan perhitungan skala likert Pertama, dihitung banyaknya responden
yang memberi nilai pada skor tertentu secara keseluruhan (seluruh butir
pernyataan). Kemudian hitung skor dari keseluruhan butir pertanyaan lalu di
hitung rata- ratanya (responden yang menjawab dikalikan skor).
Universitas Sumatera Utara
3.6.1 Uji Validitas
Untuk menguji skala pengukuran yang digunakan, peneliti menggunakan
Uji validitas dan Uji realibilitas. Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila
skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sarwono, 2006: 99).
Uji validitas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
program SPSS 21, dengan membandingkan nilai r hasil Corrected Item Total
Correlation (r-hitung) dengan r tabel (situmorang, 2008: 43).
Adapun
kriterianya adalah sebagai berikut:
-
Apabila �ℎ�����>������, maka pertanyaan dinyatakan valid.
Apabila �ℎ����� 0,60 atau cronbach’s alpha > 0,80.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Model Analisis Data
Dalam upaya pembuktian atas hipotesis yang telah dibuat maka harus
dilakukan pengujian atas hipotesis itu sendiri dengan menggunakan metode/
stategi/ pendekatan/ desain penelitian yang sesuai. Berdasarkan rumusan masalah
dan hipotesis yang dibuat maka penelitian ini menerapkan metode analisa data
deskriptif kuantitatif dengan pemodelan regresi linier berganda. Penerapan metode
ini akan menghasilkan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Dengan demikian dapat ditunjukkan seberapa besar kontribusi variabel-variabel
bebas (variable independen) terhadap variabel terikatnya (variabel dependen) serta
arah hubungan yang terjadi (hubungan negatif atau positif.
Model analisis yang digunakan dalam menganalisa adalah model Statistik
Parametrik, sedangkan metode yang dipakai adalah metode regresi linier berganda
ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
persamaan regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut (Suharyadi dan
Purwanto, 2004:509):
y=a+ b 1 x 1+ b 2 x 2+ b 3 x 3+ e
Dimana:
Y
a
b 1 ,b 2 ,b 3 ,
X1
X2
X3
e
= Minat Masyarakat Terhadap Pegadaian Syariah
= Konstanta
= Koefisien determinasi
= faktor Kebutuhan
= Faktor Keamanan
=Faktor Kebutuhan
= Error
Universitas Sumatera Utara
Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1.
��
��1
>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Pendapatan ) maka Y (Minat
Masyarakat dengan transaksi Qardh) mengalami kenaikan,ceteris paribus.
2.
��
�� 2
> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Kebutuhan) makaY (Minat
Masyarakat dengan transaksi Qardh) mengalami kenaikan, ceteris paribu.
3.
��
�� 3
> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Keamanan) maka Y (Minat
masyarakat dalam transaksi Qardh) mengalami kenaikan, ceteris paribus.
3.7.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)
Uji kesesuaian (Test of Goodness of Fit) merupakan pengujian kecocokan
atau kebaikan antara .hasil pengamatan (frekuensi pengamatan) tertentu dengan
frekuensi yang diperoleh berdasarkan nilai harapannya (frekuensi teoritis), atau uji
yang digunakan untuk melihat sejauh mana garis regresi mencocok data.
3.7.2 Uji Koefisien Determinasi (R-square)
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabelvariabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai
≤R
variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1(0
2≤1).
Semakin
besar nilai R2, maka semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variasi variabel – variabel independen. Sebaliknya jika R2 kecil, maka akan
semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat di jelaskan oleh variabel
independen.
Universitas Sumatera Utara
3.7.3
Uji t-statistik
Uji t-statistik merupakan pengujian untuk mengetahui apakah masingmasing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan
menganggap variabel independen lainya konstan.
Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
t hitung
(�� −�)
=
Dimana :
��(�� )
bi = koefesien variabel ke – i
b = nilai hipotesis nol
Se(bi) = simpangan baku dari variabel independent ke-i
Dalam uji t ini digunakan perumusan bentuk hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = b
Ha : bi ≠ b
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke I nilai parameter hipotesis,
dan biasanya b dianggap=0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y.
Pengujian dilakukan melalui uji-t dengan membandingkan t-statistik dengan ttabel. Apabila hasil perhitungan menunjukkan :
a. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel dengan tingkat
kepercayaan sebesar (α).
Artinya variasi variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat, dimana
tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian
dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar (α).
Universitas Sumatera Utara
b. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel dengan tingkat
kepercayaan (α).
Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat, dimana
terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini
dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar (α)
3.7.4 Uji F-statistik
Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujian untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap
dependen variabel.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus
2
R /(K-1)
F- hitung= (1-R
)/(N-K)
2
Dimana:
R2 : Koefisien determinasi
k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
Untuk uji F-statistik ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : b1 = b2 = bn………..bn=0(tidak ada pengaruh)
Ha : b1 ≠ 0………………bi=1(ada pengaruh)
Kriteria pengambilan keputusan:
Ho: b1 = b2 = 0 H0 diterima (F-hitung < F-tabel) artinya variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha : b1≠ b2≠0 Ha diterima (F -hitung > F-tabel) artinya variabel independen
secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Agar pengujian hipotesis berdasarkan model analisis tidak bias atau bahkan
menyesatkan, maka perlu digunakan uji penyimpangan asumsi klasik.
3.8.1. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan
yang
kuat
(kombinasi
linier)
diantara
independen
variabel.
Multikolinieritas dikenalkan oleh Ragnar Frisch (1934). Suatu model regresi linier
akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung
multikolinieritas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat
antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi. Adanya
multikolinieritas ditandai dengan:
• Standart error tidak terhingga
• Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α= 1%, α= 5%,
α= 10%
• Terjadi perubahan tanda atau berlawanan dengan teori
• R2 sangat tinggi
Cara mendeteksi apakah terdapat gejala multikolonearitas dapat dikatakan
terbebas dari gejala multikolinearitas jika nilai correlation antar variabel
independen lebih kecil dari 0,8 (correlation 0,05 maka
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah tidak linear.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Pegadaian Syariah
4.1.1 Sejarah Pegadaian Secara Umum
Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Lembaga
semacam ini pada awalnya dikenal mulai dari Eropa, yaitu negara Italia, Inggris,
dan Belanda. Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa dan
dikembangkan oleh orang Belanda (VOC) yaitu sekitar abad ke – 19, dengan
Gubernur Jenderal VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Lening, yaitu lembaga
keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali
didirikan di Batavia melalui surat keputusan tertanggal 28 Agustus 1746. Namun
ketika VOC bubar di Indonesia pada tahun 1800 maka usaha pegadaian diambil
alih oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa pemerintahan Deandels,
dikeluarkan peraturan tentang barang yang dapat diterima sebagai jaminan gadai
seperti perhiasan, kain dan lain-lain.
Pada tahun 1811, kekuasaan di Indonesia diambil alih oleh Inggris, yaitu
Raffles selaku penguasa yang mengeluarkan peraturan bahwa setiap orang Bank
Van Lening selama ia mendapat izin dari pemerintah setempat. Selanjutnya pada
tahun 186 Hindia Belanda kembali menguasai Indonesia dan membuat
Pachstelsel yang semakin berkembang. Pada tahun 1900, pihak pemerintah
Hindia Belanda melakukan penelitian mengenai kemungkinan penguasaan
pemerintah terhadap lembaga tersebut. Hasil penelitin itu berkesimpulan bahwa
Universitas Sumatera Utara
badan usaha dimaksud cukup menguntungkan pihak pemerintah, sehingga
didirikan Pilot Project di Sukabumi. Setelah berhasil maka dikeluarkan Staatsblad
No. 131 pada tanggal 1 April 1901, sebagai dasar hukum bagi pendirian
Pegadaian Negeri pertama di Indonesia. Tanggal 1 April 1901 yang kemudian
dijadikan sebagai hari lahirnya Pegadaian di Indonesia.
Seiring dengan perjalanan waktu, pegadaian negeri tersebut semakin
berkembang dengan baik sehingga pemerintahan Hindia Belanda mnegeluarkan
peraturan monopoli, yaitu Staatsblad No. 749 Tahun 1914, dan Staatsblad No. 28
Tahun 1921. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan monopoli pun diatur oleh
pihak pemerintah Hindia Belanda dalam KUHP yang tercantum dalam pasal 509
dan
Staatsblad
No.
266
Tahun
1930.
Sesudah
bangsa
Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, yaotu pada tangga 1 Januari
1967 penguasaan terhadap Pegadaian Negara mengalami peralihan sehingga
Pegadaian Negara dijadikan Perusahaan Negara (PN) dan berada dalam lingkup
Departemen Keuangan Pemerintahan RI berdasarkan PP No. 176 Tahun 1961.
Selanjutnya, status badan hukum pegadaian sebagai Perusahaan Pegadaian
Negara kembali mengalami perubahan untuk kesekian kalinya menjadi
Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 1969;
Undang-Undang No. 9 tahun 1969, dan PP No. 17 Tahun 1969; serta Surat
Keputusan Menteri Keuangan RI No.Kep.664/MK/9/1969, yang berlaku efektif
mulai tanggal 1 Mei 1969, penyebab perubahan status hukum pegadaian
dimaksud lebih banyak sebagai suatu perusahaan yang seringkali mengalami
kerugian. Setelah itu, PP No. 10 Tahun 1990 mengubah dasar hukum Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Jawatan (Perjan) menjadi Perusahaan Umum (Perum) pegadaian. Berdasarkan
perubahan status hukum sebagai perusahaan umum, pegadaian diharapkan mampu
mengelola usahanya secara profesional, berwawasan bisnis oriental tanpa
meninggalkan misinya (Zainudin Ali, 2008:11) yaitu:
a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai
b. Mencegah timbulnya praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan pinjaman
tidak wajar lainnya
Berdasarkan hal diatas, lembaga pegadaian dimaksudkan sebagai suatu
lembaga yang memberikan fasilitas bagi warga masyarakat untuk dapat
memperoleh pinjaman uang secara praktis. Pinjamn uang dimaksud lebih mudah
diperoleh calon nasabah karena menjaminkan barang-barnga yang mudah didapat
pula. Hal ini membuat lembaga pegadaian diminati oleh banyak orang dari
berbagai lapisan masyarakat. Karena itu, lembaga pegadaian secara relatif
mempunyai kelebihan bila dibandingkan lembaga keuangan lainnya.
4.4.2 Sejarah Pegadaian Secara Khusus (Pegadaian Syariah)
Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak
awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10
menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik
riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan sebagai
landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak
Universitas Sumatera Utara
berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16
Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah
meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis
anggapan itu. Berkat Rahmat Alloh SWT dan setelah melalui kajian panjang,
akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai
langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.
Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern
yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai
Islam. Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor
Cabang Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu
unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini
merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari
usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta
dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan
Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar,
Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September
2003. Masih di tahun yang sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh
dikonversi menjadi Pegadaian Syariah.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pegadaian Syariah Di Indonesia
Keberadaan
Pegadaian
Syariah
pada
awalnya
didorong
oleh
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Disamping itu, masyarakat Indonesia
yang menjadi nasabah Pegadaian kebanyakan umat Islam, sehingga dengan
keberadaan Pegadaian Syariah ini, maka akan memperluas pangsa pasar
pegadaian dan nasabah akan merasa aman dikarenakan transaksinya sesuai dengan
syariat Islam. Berarti pinjaman yang diterapkan adalah pinjaman tanpa bunga dan
halal.
Rahn (gadai syariah) adalah produk jasa yang berlandaskan pada prinsipprinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas
rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Rahn
dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong- menolong dan
tidak untuk mencari keuntungan. Dalam transaksi rahn yang tidak mengenal
istilah “bunga uang”, maka pemberi gadai tidak dikenakan tambahan pembayaran
atas pinjaman yang diterimanya, namun bagi penerima gadai memperoleh imbalan
berupa ijarah (pengganti pengelolaan agunan) dari penyimpanan marhun (barang
jaminan/ agunan). Produk yang disalurkan adalah Gadai Syariah (Ar- Rahn) yang
mulai diluncurkan sejak Januari 2003 dengan cabang Pegadaian Syariah pertama
kantor cabang Dewi Sartika
Tujuan dan lapangan usaha rahn (gadai syariah) tercantum dalam
kesepakatan bersama PT Pegadaian dan Bank Muamalat pasal 1 ayat 2 dan
Keputusan Direksi PT Pegadaian nomor 06.A/UL.3.00.22.3/2003, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Tujuan Usaha Gadai
a. Mengimplementasikan dan mensosialisasikan produk gadai syariah
khususnya kepada masyarakat muslim Indonesia.
b. Menjawab
kebutuhan
nasabah
muslim
di
Indonesia
yang
menginginkan transaksi pinjaman sesuai syariah.
2. Lapangan Usaha
Dengan mengindahkan prinsip – prinsip syariah islam dalam transaksi
ekonomi dan terjaminnya keselamatan kekayaan negara, perusahaan
menyelenggarakan usaha gadai syariah sebagai berikut:
a. Penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan
prinsip syariah islam dalam transaksi ekonomi secara syariah.
b. Penyaluran usaha dalam bentuk skim lainnya yang dibenarkan menurut
hukum syariat islam.
4.3 Gambaran Khusus Pegadaian Syariah
4.3.1 Profil Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan
Pegadaian syariah di Kota Medan baru berdiri pada tahun 2010 atas
persetujuan menteri keuangan untuk membuka pegadaian yang berbasis syariah di
kota Medan dan masih dalam naungan PT. Pegadaian yang Kantor Wilayahnya
berada di Jl. Pegadaian No. 112, Medan. Cabang Pegadaian Syariah pertama kali
yang dibuka yaitu berada di Jl. Kertas No. 105 Sei Sikambing yang berdiri pada
tanggal 1 Februari 2010, kemudian pegadaian syariah Jl. AR. Hakim No. 115
(Pasar Sukorame) pada akhir Maret 2010, lalu pada pegadaian syariah Jl. Raya
Universitas Sumatera Utara
Setia Budi No. 84 Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal pada tanggal 27 Mei 2010,
dan terakhir di Jl. Asrama No. 185A Kel. Helvetia Kec. Medan Helvetia pada juli
2010.Perkembangan PT Peagadaian syariah semakin berkembang dengan ditandai
meningkatnya laba yang dan semakin diminati oleh masyarakat dengan dilihat
dari jumlah nasabah yaitu sebanyak 4950 nasabah dan semakin bertambah dari
hari kehari karena kebutuhan masyarakat. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa minat masyarakat dalam menggadaikan emas cukup besar atau antusias
karena didorong dengan berbagai kebutuhan yang yang terus meningkat terutama
pada saat menjelang bulan rahmadhan menjelang idul fitri dan pada saat anak –
anak masuk sekolah karena kebutuhan yang meningkat maka menggadaikan emas
adalah cara yang efektif karena prosesnya ang cepat dan aman.
4.3.2 Jenis Produk dan Usaha Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi
Medan
Produk - produk yang disalurkan pegadaian syariah cabang Setia Budi
Syariah pada masyarakat, yaitu:
1. Gadai Syariah (pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai) .
2. Galeri 24 (penjualan emas secara tunai).
3. Arrum (kredit yang diberikan untuk pengusaha mikro).
4. Amanah (pembiayaan pembelian kendaraan).
5. Mulia (penjualan emas dengan cara cicilan).
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
1. Produk Rahn/gadai syariah yaitu produk jasa gadai yang
berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dengan mensyaratkan
pemberian pinajaman atas dasar penyerahan barang jaminan oleh
nasabah2.
2.
Gold Counter/ Mulia penjualan logam mulia oleh Pegadaian
kepada masyarakat yang berminat untuk berinvestasi pada emas secara
tunai dan angsuran.
3.
Produk ARRUM yaitu pembiayaan kepada pengusaha mikro dan
kecil untuk pengembangan usaha dengan jaminan fidusi yang berprinsip
syariah
4.
Amanah yaitu pembiayaan pembelian kendaraan, pegadaian
syariah menyediakan .
5.
Mulia yaitu penjualan emas dengan cara cicilan yang disediakan
oleh pegadaian kepada masyarakat yang berkualitas dan aman.
4.4 Visi dan Misi Pegadaian Syariah
Visi dan Misi pegadaian syariah tidak dapat dipisahkan dari Visi dan Misi
PT pegadaian pada umumnya, dikarenakan pegadaian syariah baru berdiri di
Indonesia dan masih dalam naungan induknya yaitu PT. Pegadaian
Universitas Sumatera Utara
4.4.1 Visi Pegadaian Syariah
“Pegadaian pada tahun 2013 menjadi “ Champion” dalam pembiayaan
mikro dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat golongan menengah
ke bawah”
a. Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman dan selalu
memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi atas dasar hukum gadai dan
fudisia.
b. Membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka
optimalisasi sumber daya perusahaan yang baik secara konsisten
c. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan
diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat.
4.4.2 Misi Pegadaian
sebagai suatu lembaga yang ikut meningkatkan perekonomian dengan cara
memberikan uang pinjaman berdasarkan hukum gadai kepada masyarakat kecil,
agar terhindar dari praktek pinjaman uang dengan bunga yang tidak wajar
ditegaskan dalam keputusan Menteri Keuangan No. Kep-39/MK/6/1/1971 tanggal
20 Januari 1970 dengan tugas pokok sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat dan
bila perlu memperluas daerah operasinya.
2. Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon,
pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya.
3. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas
dasar hukum gadai kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, industri
kecil, yang bersifat produktif, kaum buruh/pegawai negeri yang
ekonominya lemah dan bersifat konsumtif
4. Disamping menyalurkan kredit, maupun usaha-usaha lainnya yang
bermanfaat terutama bagi pemerintah dan masyarakat
5. Bertolak dari misi Pegadaian tersebut dapat dikatakan bahwa sebenarnya
Pegadaian adalah sebuah lembaga dibidang keuangan yang mempunyai visi
dan misi bagaimana masyarakat mendapat perlakuan dan kesempatan yang
adil dalam perekonomian (www.pegadaian.co.id).
4.5 Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi
Struktur organisasi merupakan gambaran dari susunan fungsi-fungsi yang
ada didalam organisasi. Bagian-bagian yang ada menunjukkan pembagian tugas,
kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing personil yang
bersangkutan sehingga tercipta suatu kerja sama yang baik yang mengarah kepada
ketertiban sehingga organisasi tersebut dapat mewujudkan tujuan yang ingin
dicapai. Struktur organisasi Perum Pegadaian Syariah Kantor Cabang Setia Budi
Medan.
Universitas Sumatera Utara
Struktur organisasi
Adapun struktur organisasi pegadaian syariah di kota Medan dapat dilihat
pada gambar berikut:
Pimpinan KCPS
(Murni S.E)
Penaksir
Kasir
Septian Rizki
Asmadi
Petugas
Gudang
Bagian
Administrasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pegadaian Syariah
Cabang Setia Budi Medan
Struktur organisasi pada pegadain syariah sama dengan struktur organisasi
pegadaian konvensional, yaitu sama-sama mempunyai satu pimpinan dan
beberapa karyawannya, yaitu pimpinan KCPS, bagian penaksir, bagian kasir,
petugas gudang dan bagian administrasi.
Demikianlah struktur organiasi pegadaian syariah, namun kenyataannya
pada pegadaian syariah tidaklah demikian setelah kita melihat langsung
kelapangan (kantor pegadaian syariah). Seharusnya sebuah perusahaan harus
membagi para karyawannya dan meletakkan pada bagiannya masing- masing,
agar kinerja dari seorang karyawan tersebut bisa fokus dan bekerja dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Namun terdapat adanya kekurangan atau kelemahan dari sturktur organisasi
didalam pegadaian syariah yaitu masih kurangnya kuantitas karyawan yang
diperlukan dalam bidangnya disetiap kantor caban yang bekerja sesuai dengan
bidang
4.6 Analisis Hasil dan Pembahasan
4.6.1 Analisis Karakteristik Responden
Adapun jumlah responden yang menjadi sampel yaitu 50 responden dan yang
dianalisis dalam penelitian antara lain, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan perbulan
a. Umur
Berdasarkan umur responden dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 15 – 30 tahun,
31- 40 tahun, 41 – 50tahun serta usia 50 tahun keatas. Data karakteristik umur
responden adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
Tabel 4.1
Karakteristik Responden berdasarkan Umur
Umur
Jumlah
Persentase
15- 30 Tahun
31 – 40 Tahun
41 – 50 Tahun
>50Ttahun
Jumlah
32
12
3
3
50
64%
24%
6%
6%
100
Sumber : Data Diolah
Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa kelompok umur 15-30 tahun yang
menjadi responden adalah sebanyak 32 orang (64%), umur 31-40 tahun sebanyak
12 orang (24%), umur 41-50 sebanyak 3 orang (6%), dan diatas 50 tahun
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 3 orang (6%). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
yang paling banyak menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu pada usia 15-30
yaitu berjumlah 32 responden dan usia 31-40 yaitu berjumlah 12 responden.
Umur
15- 30 Tahun
31 – 40 Tahun
41 – 50 Tahun
>50Ttahun
Jumlah
Gambar 4.2
Data Responden Menurut Umur
b. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin maka responden yang diambil adalah laki- laki dan
perempuan, sehingga diperoleh dari quisioner yang diperoleh dari responden
adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki – laki
27
54%
Perempuan
23
46%
Jumlah
50
100
Sumber :Data diolah
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel yang telah diolah dari responden maka dapat diketahui bahwa
yang paling banyak yang menjadi responden adalah laki –laki dengan jumlah
27(54%), sedangkan perempuan sebanyak 23 responden (46%). Hal ini
disebabkan pada saat penyebarn responden lebih banyak ditemukan nasabah lakilaki yang ditemukan yaitu sebanyak 27 responden atau (54%).
Jenis Kelamin
1 Laki – laki
2 Perempuan
3 Jumlah
27%
jumlah
50%
23%
Gambar 4.3
Data Responden Menurut Jenis Kelamin
c.
Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan yang diambil maka profil responden yang
digunakan untuk sample adalah SD, SMP, SMA, Diploma , Strata1, Srata2 dan
Strata2. Dari hasil quisioner maka diperoleh sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Jumlah
Persentase
SD
SMP
SMA
Diploma
S1
S2
S3
Jumlah
4
5
30
4
7
50
8%
10%
60%
8%
14%
100
Sumber :Data diolah
Berdasarkan hasil yang telah diolah yang menjadi responden yang
terbanyak yang adalah pendidikan SMA yaitu sebanyak 30 (60%) dan responden
yang terbanyak kedua adalah Strata1 7(14%), SMP sebanyak 5(10%) SD
sebanyak 4 (8%) serta Diploma sebanyak 4 (8%) sementara Strata 2 dan Strata3
adalah( 0). Responden yang paling banyak ditemui adalah tingkat pendidikan
SMA
30 (60%) dan Strata1 7 (14%), karena pada saat penelitin banyak
menemukan tingkat pendidikan SMA dan Strata 1
Pendidikan
Jumlah 4 5 30 4 7
-Persentase 8%
10% 60% 8% 14%
--
Gambar 4.4
Karakteistik Responden Menurut Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
d.
Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan maka karakteristik responden yang diperoleh
adalah pegawai Negeri/Swasta, angkatan, petani, wiraswasta dan ibu
rumahtangga adalah sebagai berikut
No
1
2
3
4
5
6
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Jumlah
Persentase
Pegawai Negeri/ Swasta
5
10%
Angkatan
3
6%
Petani
5
10%
Wiraswasta
29
58%
Ibu Rumahtangga
8
16%
Jumlah
50
100
Sumber: Data diolah
Berdasarkan karakteristik data yang telah diolah maka dapat diketahui
bahwa pegawai negeri/swasta sebanyak 5 (10%) angkatan sebanyak 3 orang (6%)
petani sebanyak 5 (10%) wiraswasta sebanyak 29 (58%) dan ibu rumahtangga
sebanyak 8 orang (16%) dari hasil olah data diketahui responden yang banyak
ditemui adalah wiraswasta sebanyak 29 orang dan ibu rumahtangga yang ditemui
saat penelitian yaitu sebanyak 8 (16%)
Pekerjaan
Pegawai Negeri/
Swasta
Angkatan
Petani
Gambar 4.5
Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
e.
Pendapatan
Berrdasarkan pendapatan maka dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu Rp >
1.500.000., Rp >2.500.000; Rp>2.500.000 dan Rp > 5.000.000;
No
1
2
3
4
5
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan
Pendapatan
Jumlah
Persentase
Rp .< 1.500.000
18
36%
Rp < 2.500.000
15
30%
Rp 5.000.000
3
6%
Jumlah
50
100
Sumber : Data diolah
Berdasarkan pendapatan Rp < 1.500.000; sebanyak 18 orang atau (36%), Rp <
2.500.000; sebanyak 15 orang atau (30%), Rp 5.000.000 sebanyak 3 orang atau 6%. Dengan demikian
responden yang paling banyak ditemui adalah yang berpendapatan < 1.500.000;
sebanyak 18 orang atau 36% kemudian Rp < 2.500.000; sebanyak 15 orang atau
(30%), Rp dan