Analisis Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Audit Fee, Audittenure, Dan Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Quality Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Teroritis
2.1.1. Kualitas Audit
Menurut I Gusti (2008;29), “secara sederhana, audit (auditing)
adalah kegiatan membandingkan suatu kriteria (apa yang seharusnya)
dengan kondisi (apa yang sebenarnya terjadi)”. Kualitas
merupakan
komponen profesionalisme yang benar benar harus dipertahankan oleh
Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih
mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau
kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh
sebab
itu,
keberpihakan
auditor dalam hal ini seharusnya lebih
diutamakan pada kepentingan publik (IAI, 2001).
De
Angelo
(1981)
mendefinisikan kualitas
audit
sebagai
sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan
salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor
tergantung
kepada
independensi
auditor
untuk
mengungkapkan
pelanggaran tersebut.
Kualitas audit memiliki arti yang berbeda – beda. Dari sisi
auditor, kualitas audit merupakan hasil kerja para auditor yang telah
sesuai dengan standar – standar serta kode etik profesi yang telah
ditetapkan. Kualitas audit diharapkan dapat mengurangi ketidakpuasan
para pemakai informasi dan menjaga reputasi auditor. Sedangkan kualitas
Universitas Sumatra Utara
audit menurut para pengguna laporan keuangan adalah jika auditor dapat
memberikan opini yang sesuai dan bertanggung jawab serta memberikan
jaminan bahwa tidak terdapat kecurangan atau salah saji material. Baik
tidaknya kualitas suatu hasil audit bergantung kepada kemampuan
penyedia jasa audit dalam memenuhi harapan klien secara konsisten.
Menurut Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas Actual
Quality (kualitas sebenarnya) dan Perceived Quality (kualitas yang
dirasakan). Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari
pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang.
Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan
percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material.
Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai
bagi laporan - laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk
memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas
adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material,
tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini. Maka dari itu, jika
auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitasaudit
yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan untuk memperbaiki
salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang
bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit (Al-Thuneibat et.al.,
2011).
Dalam
penelitian
sebagaiproksivariabel
ini,
Kualitas
opini
going
Audit.Dalam
concern
digunakan
akuntansi,
going
Universitas Sumatra Utara
concerndiartikankemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan
kegiatan usahanya danterus berfungsi sebagai entitas bisnis.
2.1.2. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam penelitian ini
diproksikan dengan reputasi kantor akuntan publik tersebut, yang diwakili
dengan kantor akuntan publik big four dan non big four. Kantor akuntan
publik dengan reputasi big four dipastikan memiliki klien yang lebih
banyak daripada akuntan publik non bigfour. Hal ini didasari pada kualitas
auditor yang ada dalam kantor akuntan yang punya reputasi big four, yang
dianggap memiliki kecepatan, ketepatan dan memiliki sarana serta
prasarana yang lebih baik dari auditor kantor akuntan non big four.
Choi et al. (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa secara
umum, kantor akuntan publik internasional dengan nama besar (seperti big
four) atau keahlian industri bisa menyediakan laporan auditan dengan
kualitas yang lebih tinggi dibandingkan kantor akuntan yang relatif kecil
yang kurang nama besar atau keahlian industri. Dengan demikian, ukuran
kantor akuntan publik yang berklasifikasi bigfour akan memberikan hasil
audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang
tidak terklasifikasi big four. Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia
yang berafiliasi dengan the Big 4, adalah :
a. KAP Purwantono, Suherman & Surja – berafilisiasi dengan Ernst &
Young
Universitas Sumatra Utara
b. KAP Osman Bing Satrio – berafilisiasi dengan Deloitte Touche
Tomatsu
c. KAP Siddharta dan Widjaja – berafilisiasi dengan KMPG, dan
d. KAP
Tanudiredja,Wibisana
&
Rekan
–
berafilisiasi
dengan
PricewaterhouseCoopers (PwC).
2.1.3. Biaya Eksternal Audit (Audit Fee)
Biaya audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan
mempertimbangkan
berbagai hal seperti kompleksitas
jasa
yang
diberikan,tingkat keahlian dan lain – lain.
Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 18) fee audit adalah :
“ Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas
jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan
jasa
tersebut,
struktur
biaya
KAP
yang
bersangkutandan pertimbangan professional lainnya “.
Menurut Sukrisno Agoes (2012 : 18) indikator dari fee audit dapat
diukur dari :
1. Resiko penugasan
2. Kompleksitas jasa yang diberikan
3. Struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan
danpertimbangan profesi lainnya
4. Ukuran Kantor Akuntan Publik
Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang
cukup penjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
Universitas Sumatra Utara
yang disebutkan diatas. Selain faktor tersebut, dalam menetapkan imbalan
jasa atau fee audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal – hal
sebagai berikut :
1. Kebutuhan klien
2. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum (statutory duties)
3. Independensi
4. Tingkat keahlian (levels of expertise)
5. Tanggung jawab
6. Banyaknya waktu
yang diperlukan dan secara efektif
digunakan Akuntan Publik.
Penetapan jasa audit yang dilakukan oleh KAP biasanya didasari
perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya tenaga, yaitu :
Manager, Supervisor, Auditor Senior dan Auditor Junior. Sedangkan,
biaya tidak langsung seperti : percetakan, biaya penyusutan komputer,
gedung dan asuransi.
Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan
Publik juga harus memperhatikan tahapan – tahapan pekerjaan audit dan
tahap pelaporan.
Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik
merupakan salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Selama dua
decade terakhir penelitian mengenai pasar jasa audit telah tumbuh secara
signifikan.Namun, penelitian mengenai fee audit di Negara – Negara
Universitas Sumatra Utara
berkembang masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri penelitian
mengenai fee audit di Indonesia mungkin dilakukan tetapi tidak
terpublikasikan dijurnal ilmiah.
De Angelo dalam Putri Dyah R. (2011) menyatakan bahwa fee
audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung
dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan
klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang
dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang
melakukan jasa audit. Sedangkan menurut Sankaraguruswamy et al.
(2003)
fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi
tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, keuangan
klien, ukuran perusahaan klien, ukuran auditor (KAP), keahlian yang
dimiliki auditor tentang industry, serta efisiensi yang dimiliki auditor.
Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat
Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang
Kebijakan Penentuan Fee Audit.Dalam bagian lampiran 1 dijelaskan
bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota
Institusi Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai
akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa
professional yang diberikannya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa
yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam
jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tungtutan
Universitas Sumatra Utara
standar professional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang
terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan
oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau
akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan
kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar
professional yang berlaku.
2.1.4. Masa Perikatan Auditor – Klien (Audit Tenure)
Menurut (Nurul,Nur, azlina, 2012) “audit tenure adalah jangka
waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama”
Audit Tenure adalah Masa Perikatan (keterlibatan) antara Kantor
AkuntanPublik (KAP) dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau
dapat juga diartikan sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Isu
mengenai Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap
independensi
auditor.
AlThuneibat
et
al.
(2011)
dalam
penelitiannyamenyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor
dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka,
cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas
audit. Namun, Jackson et al. (2008) memiliki pandangan yang berbeda
dari hasilpenelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et al. (2011).
Merekamenyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan
adanya hubungan antara auditor dan klien.
Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of
CertifiedAccountants (AICPA) dalam Al-Thuneibat et al.,2011, ditemukan
Universitas Sumatra Utara
bahwakegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari
ikatan yangdibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian
tersebutmelakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit. Dua
penelitian yangmemeriksa gugatan yang melibatkan auditor (St Pierre dan
Anderson, 1984; Stice,1991 dalam Al-Thuneibat et al., 2011) menemukan
bahwa kegagalan audit lebihumum terjadi pada tiga tahun atau kurang
dalam hubungan auditor-klien. Auditor dengan perikatan yang panjang,
dibandingkan dengan auditor dengan perikatanyang pendek, lebih
mungkin untuk mengeluarkan opini going concern untuk klienyang
kemudian menyatakan kebangkrutan (Geiger dan Raghunandan, 2002
dalamAl-Thuneibat et al., 2011).
Hubungan antara auditor klien bisa disimpulkan akan berpengaruh
terhadap kualitas hasil audit. Disatu sisi, hubungan auditor-klien yang
panjang
akan
memungkinkan
auditor
dan
manajemen
mencapai
kenyamanan dalampekerjaan yang dapat mengancam independensi auditor
tersebut. Namun disisi lain hubungan auditor-klien yang panajang juga
bisa saja mempunyai dampak posistif terhadap kualitas audit, dengan
argumen bahwa auditor akan mengenali dan sangat memahami proses
bisnis perusahaan dan perilaku manajemen. Kemudian jika perusahaan
menggunakan jasa auditor baru, maka auditor tersebut butuh masa
pengenalan dan penyesuaian terhadap bisnis kliennya yang akan sedikit
mengganggu efektifitas dan efisiensi proses audit.
2.1.5. Komite Audit
Universitas Sumatra Utara
2.1.5.1. Definisi dan Karakteristik Komite Audit
Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia
usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada
tahun 1970-an, New York Stock Exchange (NYSE) mulai
mewajibkan
keberadaan
komite
audit
sebagai
persyaratan
pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan
mengenai
komite
audit.
Sejalan
dengan
kecenderungan
internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah
ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good Corporate
Governance (GCG) yang diterbitkan pada bulan Mei 2002.
Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran
Bapepam Nomor SE-03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan
keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi
BUMN). Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai
oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal
yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang
akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG (2006), jumlah komite
audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan
tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.
Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawas dan
akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum
memadai. Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Universitas Sumatra Utara
Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan
perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan
sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit harus memiliki
keahlian yang memadai. Komite audit memiliki kewenangan dan
fasilitas untuk mengakses data perusahaan.
Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara
independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari
moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari
karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara
eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus
menjembatani antarafungsi pengawasan dewan komisaris dengan
internal auditor.
Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu
atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat
berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman
dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite
audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal
auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris
(Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008 : 145).
Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh belum
memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris
perusahaan. Pemilihan anggota dewan komisaris yang berdasarkan
kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check
andbalance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Fungsi audit internal dan eksternal belum berjalan optimal
mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi
yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu,
Universitas Sumatra Utara
muncul tuntutan adanya auditor independen. Komite audit timbul
untuk memenuhi tuntutan tersebut.
2.1.5.2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006 : 148) , komite
audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu :
1. Laporan Keuangan ( financial reporting)
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan
keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan
yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran
yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha,
rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.
2. Tata Kelola Perusahaan ( corporate governance )
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola
perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan
telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan
yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasa
secara efektif terhadap benturan kepentingan dan
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan ( corporate control )
Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan
perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang
berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian
intern serta memonitor proses pengawasan yang
dilakukan oleh auditor internal.
Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung
jawab komite audit adalah :
1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern
yang memadai. Adanya pengawasan intern ditujukan
untuk mewujudkan prinsip pertanggungjawaban (
responsibility).
2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan
keuangan.
Prinsip
transparansi
(transparency)
dikembangkan dalam tugas ini.
Universitas Sumatra Utara
3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit,
kewajaran biaya eksternal audit, serta kemandirian dan
objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal
ini menjalankan prinsip akuntabilitas ( accountability).
4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab
komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa
eksternal audit.
Hal ini terkait
dengan prinsip
pertanggungjawaban (responsibility).
Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu :
1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup
tugasnya ;
2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan ;
3. Mengusahakan saran hokum dan professional lainnya
yang indepenten apabila dipandang perlu ;
4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman
sesuai, apabila dianggap perlu.
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada
dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu
perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan (empowerment)
dewan komisaris. Oleh karena itu, pertanggungjawaban komite
audit kepada dewan komisaris.
Universitas Sumatra Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan ukuran kantor
akuntan publik, audit fee, audit tenure, karakteristik komite audit dan audit
quality dapat diuraikan dan diikhtisarkan dalam Tabel 2.1 berikut ini:
No.
1.
2.
Nama
Peneliti
Bambang
Hartadi
(2009)
Ni Wayan
Rustiarini
(2011)
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Pengaruh Fee
Audit, Rotasi
KAP, dan
Reputasi Auditor
Terhadap Kualitas
Audit Di Bursa
Efek Indonesia
Independen:
Audit Fee, Rotasi
KAP, dan
Reputasi KAP
Komite Audit
Dan Kualitas
Audit:Kajian
Berdasarkan
Karakteristik,
Kompetensi,
Dan Aktivitas
Komite Audit
Independen:
Karakteristik
Komite Audit
(usia dan gender),
Kompetensi
Komite Audit
(independensi,
tingkat
pendidikan,
keahlian di kerja)
dan Aktivitas
Komite
Audit (frekuensi
pertemuan,
Dependen:
Kualitas Audit
Hasil Penelitian
Hasil penelitian
ini menunjukkan :
Fee audit
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit Rotasi KAP
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit Reputasi
KAP tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit.
Hasil dari
penelitian ini
menunjukkan
bahwa usia,
gender, tingkat
pendidikan,
keahlian dibidang
akuntansi dan
frekuensi
pertemuan
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit, sedangkan
Universitas Sumatra Utara
jumlah anggota
dan komitmen
waktu).
Dependen:
Kualitas Audit
3.
Sinaga
(2012)
Analisis Pengaruh
AuditTenure,
Ukuran KAP, dan
Ukuran
Perusahaan
Klien terhadap
Kualitas Audit
Independen:
Audittenure,
Ukuran KAP
dan Ukuran
Perusahaan
Klien Variabel
Dependen:
Kualitas Audit
4.
5.
Arum
Ardianing
sih (2013)
Febriyanti
(2014)
independensi,
komitmen waktu,
pengalamn kerja
dan jumlah
anggota tidak
berpengaruh
terhadap kualitas
audit.
Audit tenure tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap kualitas
audit, sedangkan
ukuran KAP dan
ukuran
perusahaan klien
berpengaruh
secara signifikan
terhadap kualitas
audit.
Pengaruh Komite
Audit, Lama
Perikatan Audit,
dan Audit
Capacity Stress
terhadap
Kualitas Audit
Independen:
KomiteAudit,
Lama Perikatan
Audit, dan Audit
Capacity Stress
Dependen:
Kualitas Audit
Komite audit,
lama perikatan
audit, dan audit
capacity stress
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit.
Pengaruh Masa
Perikatan Audit,
Rotasi KAP,
Ukuran
Perusahaan
Independen:
Masa Perikatan
Audit, Rotasi
KAP,Ukuran
Perusahaan
Masa perikatan
audit, rotasi
KAP,dan ukuran
KAP tidak
berpengaruh
Universitas Sumatra Utara
Klien, dan Ukuran Klien, dan
KAP pada
Ukuran
Kualitas
KAP.
Audit.
Dependen:
Kualitas Audit
6.
Astuti
(2014)
Analisis
Pengaruh Audit
Tenure, Ukuran
Kantor Akuntan
Publik, Ukuran
Perusahaan Klien
dan Rotasi Audit
terhadap Kualitas
Audit pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa
efek Indonesia
Periode 20092012
Independen :
Audit Tenure,
Ukuran Kantor
Akuntan
Publik, Ukuran
Perusahaan
Klien dan
Rotasi Audit
Dependen :
Kualitas Audit
pada kualitas
audit,sedangkan
ukuran
perusahaan klien
berpengaruh
terhadap kualitas
audit.
Audit Tenure,
Ukuran
Kantor Akuntan
Publik,
dan rotasi audit
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Kualitas Audit
sedangkan
Ukuran
Perusahaan Klien
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
Kualitas Audit
pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEI pada
periode 200920012.
Menurut Bambang Hartadi (2009), dalam penelitiannya berjudul Pengaruh
Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa fee audit berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, rotasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit,
dan reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Universitas Sumatra Utara
Menurut Ni Wayan Rustiarini (2011) dengan judul Komite Audit Dan
Kualitas Audit:Kajian Berdasarkan Karakteristik, Kompetensi,Dan Aktivitas
Komite Audit.
Adapun variabel independen yang digunakan antara lain
karakteristik komite audit (diukur dari usia dan kebangsaan), kompetensi komite
audit ( diukur dari independensi, tingkat pendidikan, keahlian di bidang akuntansi
dan pengalaman kerja) serta aktivitas komite audit (diukur dari frekuensi
pertemuan, jumlah anggota dan komitmen waktu) dan variabel dependennya
adalah kualitas audit. Penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2009 – 2011. Penelitian tersebut
menemukan hasil hasil bahwa usia, kebangsaan, tingkat pendidikan, keahlian
dibidang akuntansi dan frekuensi pertemuan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, sedangkan independensi, komitmen waktu, pengalaman kerja dan
jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Menurut Sinaga (2012) menguji pengaruh audit tenure, ukuran KAP, dan
ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit dengan menggunakan analisis
regresi logistik dengan aplikasi SPSS 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
audit tenure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran
KAP berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, dan ukuran
perusahaan klien berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Menurut Ardianingsih (2013) melakukan penelitian pengaruh komite
audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress terhadap kualitas audit.
Objek penelitiannya adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode
2008 –2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit, lama
Universitas Sumatra Utara
perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
Menurut Febriyanti dkk (2014) melakukan penelitian pengaruh masa
perikatan audit, rotasi KAP, ukuran perusahaan klien, dan ukuran KAP terhadap
kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang listing di
BEI 2009 – 2012 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran perusahaan
klien berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
Astuti (2014) meneliti tentang analisis pengaruh audit tenure, ukuran
KAP, rotasi audit dan ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 20092012. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
samplingyang menghasilkan 136 unit analisis dari tahun 2009-2012. Penelitian
yang didasarkan pada analisis data yang menggunakan regresi logistik pada
tingkat signifikansi 5% menghasilkan kesimpulan bahwa audit tenure, ukuran
kantor akuntan publik (KAP), dan rotasi audit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit sedangkan ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI dari tahun 2009-2012.
2.3.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang
utuh dalam rangka mencari jawaban – jawaban ilmiah terhadap masalah
–
Universitas Sumatra Utara
masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel – variabel, hubungan antara
variabel – variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian
terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris (Sekaran, 2006). Untuk
memperoleh jawaban – jawaban ilmiah mengenai pengaruh ukuran kantor akuntan
publik, audit tenure, audit fee, karakteristik komite audit terhadap audit quality,
peneliti menyusun kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Ukuran KAP (X1)
H1
Audit Fee (X2)
H2
AuditTenure (X3)
H3
Kualitas Audit (Y)
Gender Komite Audit (X4)
Usia Komite Audit (X5)
H4
H5
Universitas Sumatra Utara
Dilihat dari sudut pandang auditor, hasil audit dikatakan berkualitas
apabila mereka telah bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat
menilai resiko bisnis
auditee
dengan tujuan
untuk
meminimalisasi
ketidakpatutan auditee dan menjaga reputasi auditor. Pemilihan auditor dengan
kualitas tinggi dinilai mampu meningkatkan tingkat kredibilitas laporan
keuangan, karena KAP yang besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih
baik dari KAP yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan kantor akuntan publik dengan
ukuran yang lebih besar memiliki auditor-auditor yang lebih ahli dan lebih
berpengalaman dibandingkan dengan kantor akuntan yang lebih kecil. Dengan
keahlian, pengalaman, dan jam terbang audit yang lebih tinggi, maka kualitas
hasil auditnya juga akan lebih baik.
Biaya eksternal audit adalah besaran biaya (fee) audit yang diterima oleh
auditor dari pekerjaan mengaudit yang mereka kerjakan. Biaya eksternal audit
dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit karena menurut penelitian terdahulu
semakin besar biaya eksternal audit maka semakin berkualitas pula laporan audit
yang dihasilkan.
Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik
(KAP)
dalam memberikan
jasa
audit
terhadap
kliennya.
Masa
penugasan/tenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan
oleh perusahaan (Myers et.al., 2003).
Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan dengan usia
dan gender komite audit. Usia dan gender dinilai berpengaruh pada kualitas audit
Universitas Sumatra Utara
karena dengan kematangan usia dan keberadaan wanita dalam komite audit akan
memberikan dampak positif kepada perusahaan, dimana mereka akan bekerja
dengan baik terutama dalam mengawasi kinerja auditor sehingga menghasilkan
laporan audit yang berkualitas.
2.4.
Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008) hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan
maksud untuk diuji secara
empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai
konsep yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.
2.4.1. Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit
Kantor Akuntan Publik merupakan suatu bentuk organisasi
akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang
– udangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008).
Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan
harus dapat disajikan dengan akurat dan terpercaya yaitu perusahaan
menggunakan jasa kantor akuntan publik
(KAP) untuk melaksanakan
pekerjaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Tidak jarang
banyak dari perusahaan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan
keuangan yang nantinya akan berdampak terhadap penyampaian pelaporan
keuangan, perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik yang
mempunyai reputasi atau nama baik.
Universitas Sumatra Utara
DeAngelo (1981) menyatakan bahwa variabel ukuran KAP dapat
mengukur kualitas audit karena KAP yang mempunyai klien yang lebih
banyak
akan
berusaha
menjaga
nama
baiknya
dengan
tetap
mempertahankan kualitas audit yang dihasilkannya. Berdasarkan uraian di
atas maka diajukan hipotesis:
H1 : Ukuran KAP mempengaruhi kualitas audit pada
perusahaanmanufaktur di BEI.
2.4.2. Audit Fee terhadap Kualitas Audit
Pada umumnya di Indonesia pengungkapan audit fee masih bersifat
voluntary disclosure (sukarela) yang artinya perusahaan bisa menyatakan
besaran audit fee pada laporan keuangan mereka ataupun tidak
menyatakannya sama sekali.Besarnya audit fee
tidak terdapat pada
peraturan manapun, dan hanya dapat ditentukan melalui kesepakatan
antara akuntan publik dengan pihak klien atas jasa audit yang diberikan.
Auditor mengharapkan audit fee yang sesuai dengan jasa yang telah
diberikan, dan klien menginginkan audit fee yang tidak terlalu besar,
sehingga tetap menguntungkan klien. Kurniasih (2014) membuat
kesimpulan bahwa variabel audit fee memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap kualitas audit. Seorang auditor akan meminta fee yang lebih
tinggi jika perusahaan menginginkan laporan audit yang berkualitas,
namun perusahaan berharap auditor yang memiliki sikap independensi
tidak meminta fee yang terlalu terlalu tinggi. Fee yang besar kadangkala
Universitas Sumatra Utara
dapat
memacu seorang auditor dalam menghasilkan audit laporan
keuangan yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan
hipotesis:
H2 :Audit Fee mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan
manufaktur di BEI.
2.4.3. Audit Tenure terhadap Kualitas Audit
Lama perikatan audit diartikan sebagai periode keterikatan
antara auditor dengan klien, yaitu lamanya waktu seorang auditor
mengaudit pada perusahaan klien. Lama perikatan audit antara auditor
dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya diri dengan
pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak melakukan
inovasi pada strategi audit yang digunakan. Sehingga menjadikan
kualitas audit yang diberikan menjadi turun.
Al –Thuneibat et.al.,2011 berpendapat bahwa hubungan yang
lama antara auditor dengan kliennya berpotensi untuk menciptakan
kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor
dan mengurangi kualitas audit. Pengetahuan auditor akan kinerja
perusahaan akan semakin baik ketika masa perikatan terjadi dalam
jangka waktu yang cukup panjang.
Pengetahuan akan kinerja perusahaan yang lebih baik tentu
saja dapat membantu auditor untuk memberikan jasa audit yang
berkualitas. Oleh karena itu, semakin lama masa perikatan antara auditor
Universitas Sumatra Utara
dan klien, maka kualitas audit akan semakin meningkat (Jackson et.al.,
2008). Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H3 :Audit Tenure mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan
manufakturdi BEI.
2.4.4. Karakteristik Komite Audit terhadap Kualitas Audit
Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan
berdasarkan
usia, dan gender. Perbedaan pemikiran dan pandangan
terhadap penyebab kesuksesanpria dan wanita dapat mempengaruhi
proporsi keberadaan wanita pada beberapa jabatan.
Anggapan bahwa selama ini kesuksesan pria berasal dari
kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan yang diraih oleh wanita
hanya berasaldari faktor keberuntungan yang menyebabkan
wanita
memiliki proporsi yang masih sedikit dalam beberapa jabatan yang
penting dilingkup manajemenperusahaan. Meskipun demikian, perlu
dipertimbangkan kembali bahwa keberadaan wanita memiliki sikap
konservatisme
yang
tinggi
dan
berhati hatidalam pengambilan
keputusan (Rustiarini, 2011).
Hal tersebut menyebabkan wanita dianggap cenderung memilih
keputusan untuk menghindari resiko sehingga memiliki ketelitian yang
cukup tinggi. Oleh karena itu, keberadaan wanita dalam komite audit
diharapkan dapat mengurangi tingkat akrual dalam laporan keuangan
sehingga di maksudkan dapat meningkatkan kualitas audit. Rustiarini
Universitas Sumatra Utara
(2011) mendapatkan hasil penelitian bahwa keberadaan wanita dalam
komite audit berpengaruh negatif pada akrual lancar. Penelitian Carter
et al., dalam Rustiarini (2011) menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki dua orang atau lebih wanita dalam anggota dewan memiliki
nilai perusahaan yang lebih tinggi daripada jumlah wanita yang kurang
dari dua orang. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H4 :Gender Komite Audit mempengaruhi kualitas audit pada
perusahaan manufaktur di BEI.
Faktor usia dapat mempengaruhi kinerja anggota komite audit.
Anggota komite audit yang berusia dewasa (usia 40-60 tahun) akan
mencapai
jenjang karir
sejauh
yang
mereka mampu serta posisi
kariryang paling stabil, kelompokusia ini merupakan masa pencapaian
seseorang untuk mempertahankan kepuasandalam karir yang membuat
mereka lebih fokus pada
pekerjaan. Semakinbertambah usia
maka
seseorang akan semakin bijaksana dalam menyikapimasalah dan lebih
bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan.
Pengalamanyang dimiliki oleh orang yang semakin berumur
akan membuat seseorang dapat memprioritaskan dan membagi waktu
dengan lebih bijaksana yaitu denganbekal praktik-praktik yang telah
dilakukannya
sebelumnya. Penelitian Rustiarini
(2011) menunjukkan
bahwa usia anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap akrual
lancar.
Universitas Sumatra Utara
Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H5 :Usia Komite Audit mempengaruhi kualitas audit pada
perusahaan manufaktur di BEI.
Universitas Sumatra Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Teroritis
2.1.1. Kualitas Audit
Menurut I Gusti (2008;29), “secara sederhana, audit (auditing)
adalah kegiatan membandingkan suatu kriteria (apa yang seharusnya)
dengan kondisi (apa yang sebenarnya terjadi)”. Kualitas
merupakan
komponen profesionalisme yang benar benar harus dipertahankan oleh
Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih
mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau
kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh
sebab
itu,
keberpihakan
auditor dalam hal ini seharusnya lebih
diutamakan pada kepentingan publik (IAI, 2001).
De
Angelo
(1981)
mendefinisikan kualitas
audit
sebagai
sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan
salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor
tergantung
kepada
independensi
auditor
untuk
mengungkapkan
pelanggaran tersebut.
Kualitas audit memiliki arti yang berbeda – beda. Dari sisi
auditor, kualitas audit merupakan hasil kerja para auditor yang telah
sesuai dengan standar – standar serta kode etik profesi yang telah
ditetapkan. Kualitas audit diharapkan dapat mengurangi ketidakpuasan
para pemakai informasi dan menjaga reputasi auditor. Sedangkan kualitas
Universitas Sumatra Utara
audit menurut para pengguna laporan keuangan adalah jika auditor dapat
memberikan opini yang sesuai dan bertanggung jawab serta memberikan
jaminan bahwa tidak terdapat kecurangan atau salah saji material. Baik
tidaknya kualitas suatu hasil audit bergantung kepada kemampuan
penyedia jasa audit dalam memenuhi harapan klien secara konsisten.
Menurut Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas Actual
Quality (kualitas sebenarnya) dan Perceived Quality (kualitas yang
dirasakan). Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari
pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang.
Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan
percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material.
Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai
bagi laporan - laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk
memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas
adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material,
tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini. Maka dari itu, jika
auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitasaudit
yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan untuk memperbaiki
salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang
bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit (Al-Thuneibat et.al.,
2011).
Dalam
penelitian
sebagaiproksivariabel
ini,
Kualitas
opini
going
Audit.Dalam
concern
digunakan
akuntansi,
going
Universitas Sumatra Utara
concerndiartikankemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan
kegiatan usahanya danterus berfungsi sebagai entitas bisnis.
2.1.2. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam penelitian ini
diproksikan dengan reputasi kantor akuntan publik tersebut, yang diwakili
dengan kantor akuntan publik big four dan non big four. Kantor akuntan
publik dengan reputasi big four dipastikan memiliki klien yang lebih
banyak daripada akuntan publik non bigfour. Hal ini didasari pada kualitas
auditor yang ada dalam kantor akuntan yang punya reputasi big four, yang
dianggap memiliki kecepatan, ketepatan dan memiliki sarana serta
prasarana yang lebih baik dari auditor kantor akuntan non big four.
Choi et al. (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa secara
umum, kantor akuntan publik internasional dengan nama besar (seperti big
four) atau keahlian industri bisa menyediakan laporan auditan dengan
kualitas yang lebih tinggi dibandingkan kantor akuntan yang relatif kecil
yang kurang nama besar atau keahlian industri. Dengan demikian, ukuran
kantor akuntan publik yang berklasifikasi bigfour akan memberikan hasil
audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang
tidak terklasifikasi big four. Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia
yang berafiliasi dengan the Big 4, adalah :
a. KAP Purwantono, Suherman & Surja – berafilisiasi dengan Ernst &
Young
Universitas Sumatra Utara
b. KAP Osman Bing Satrio – berafilisiasi dengan Deloitte Touche
Tomatsu
c. KAP Siddharta dan Widjaja – berafilisiasi dengan KMPG, dan
d. KAP
Tanudiredja,Wibisana
&
Rekan
–
berafilisiasi
dengan
PricewaterhouseCoopers (PwC).
2.1.3. Biaya Eksternal Audit (Audit Fee)
Biaya audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan
mempertimbangkan
berbagai hal seperti kompleksitas
jasa
yang
diberikan,tingkat keahlian dan lain – lain.
Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 18) fee audit adalah :
“ Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas
jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan
jasa
tersebut,
struktur
biaya
KAP
yang
bersangkutandan pertimbangan professional lainnya “.
Menurut Sukrisno Agoes (2012 : 18) indikator dari fee audit dapat
diukur dari :
1. Resiko penugasan
2. Kompleksitas jasa yang diberikan
3. Struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan
danpertimbangan profesi lainnya
4. Ukuran Kantor Akuntan Publik
Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang
cukup penjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
Universitas Sumatra Utara
yang disebutkan diatas. Selain faktor tersebut, dalam menetapkan imbalan
jasa atau fee audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal – hal
sebagai berikut :
1. Kebutuhan klien
2. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum (statutory duties)
3. Independensi
4. Tingkat keahlian (levels of expertise)
5. Tanggung jawab
6. Banyaknya waktu
yang diperlukan dan secara efektif
digunakan Akuntan Publik.
Penetapan jasa audit yang dilakukan oleh KAP biasanya didasari
perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya tenaga, yaitu :
Manager, Supervisor, Auditor Senior dan Auditor Junior. Sedangkan,
biaya tidak langsung seperti : percetakan, biaya penyusutan komputer,
gedung dan asuransi.
Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan
Publik juga harus memperhatikan tahapan – tahapan pekerjaan audit dan
tahap pelaporan.
Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik
merupakan salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Selama dua
decade terakhir penelitian mengenai pasar jasa audit telah tumbuh secara
signifikan.Namun, penelitian mengenai fee audit di Negara – Negara
Universitas Sumatra Utara
berkembang masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri penelitian
mengenai fee audit di Indonesia mungkin dilakukan tetapi tidak
terpublikasikan dijurnal ilmiah.
De Angelo dalam Putri Dyah R. (2011) menyatakan bahwa fee
audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung
dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan
klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang
dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang
melakukan jasa audit. Sedangkan menurut Sankaraguruswamy et al.
(2003)
fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi
tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, keuangan
klien, ukuran perusahaan klien, ukuran auditor (KAP), keahlian yang
dimiliki auditor tentang industry, serta efisiensi yang dimiliki auditor.
Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat
Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang
Kebijakan Penentuan Fee Audit.Dalam bagian lampiran 1 dijelaskan
bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota
Institusi Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai
akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa
professional yang diberikannya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa
yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam
jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tungtutan
Universitas Sumatra Utara
standar professional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang
terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan
oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau
akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan
kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar
professional yang berlaku.
2.1.4. Masa Perikatan Auditor – Klien (Audit Tenure)
Menurut (Nurul,Nur, azlina, 2012) “audit tenure adalah jangka
waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama”
Audit Tenure adalah Masa Perikatan (keterlibatan) antara Kantor
AkuntanPublik (KAP) dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau
dapat juga diartikan sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Isu
mengenai Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap
independensi
auditor.
AlThuneibat
et
al.
(2011)
dalam
penelitiannyamenyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor
dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka,
cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas
audit. Namun, Jackson et al. (2008) memiliki pandangan yang berbeda
dari hasilpenelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et al. (2011).
Merekamenyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan
adanya hubungan antara auditor dan klien.
Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of
CertifiedAccountants (AICPA) dalam Al-Thuneibat et al.,2011, ditemukan
Universitas Sumatra Utara
bahwakegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari
ikatan yangdibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian
tersebutmelakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit. Dua
penelitian yangmemeriksa gugatan yang melibatkan auditor (St Pierre dan
Anderson, 1984; Stice,1991 dalam Al-Thuneibat et al., 2011) menemukan
bahwa kegagalan audit lebihumum terjadi pada tiga tahun atau kurang
dalam hubungan auditor-klien. Auditor dengan perikatan yang panjang,
dibandingkan dengan auditor dengan perikatanyang pendek, lebih
mungkin untuk mengeluarkan opini going concern untuk klienyang
kemudian menyatakan kebangkrutan (Geiger dan Raghunandan, 2002
dalamAl-Thuneibat et al., 2011).
Hubungan antara auditor klien bisa disimpulkan akan berpengaruh
terhadap kualitas hasil audit. Disatu sisi, hubungan auditor-klien yang
panjang
akan
memungkinkan
auditor
dan
manajemen
mencapai
kenyamanan dalampekerjaan yang dapat mengancam independensi auditor
tersebut. Namun disisi lain hubungan auditor-klien yang panajang juga
bisa saja mempunyai dampak posistif terhadap kualitas audit, dengan
argumen bahwa auditor akan mengenali dan sangat memahami proses
bisnis perusahaan dan perilaku manajemen. Kemudian jika perusahaan
menggunakan jasa auditor baru, maka auditor tersebut butuh masa
pengenalan dan penyesuaian terhadap bisnis kliennya yang akan sedikit
mengganggu efektifitas dan efisiensi proses audit.
2.1.5. Komite Audit
Universitas Sumatra Utara
2.1.5.1. Definisi dan Karakteristik Komite Audit
Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia
usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada
tahun 1970-an, New York Stock Exchange (NYSE) mulai
mewajibkan
keberadaan
komite
audit
sebagai
persyaratan
pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan
mengenai
komite
audit.
Sejalan
dengan
kecenderungan
internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah
ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good Corporate
Governance (GCG) yang diterbitkan pada bulan Mei 2002.
Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran
Bapepam Nomor SE-03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan
keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi
BUMN). Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai
oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal
yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang
akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG (2006), jumlah komite
audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan
tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.
Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawas dan
akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum
memadai. Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Universitas Sumatra Utara
Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan
perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan
sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit harus memiliki
keahlian yang memadai. Komite audit memiliki kewenangan dan
fasilitas untuk mengakses data perusahaan.
Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara
independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari
moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari
karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara
eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus
menjembatani antarafungsi pengawasan dewan komisaris dengan
internal auditor.
Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu
atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat
berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman
dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite
audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal
auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris
(Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008 : 145).
Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh belum
memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris
perusahaan. Pemilihan anggota dewan komisaris yang berdasarkan
kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check
andbalance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Fungsi audit internal dan eksternal belum berjalan optimal
mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi
yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu,
Universitas Sumatra Utara
muncul tuntutan adanya auditor independen. Komite audit timbul
untuk memenuhi tuntutan tersebut.
2.1.5.2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006 : 148) , komite
audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu :
1. Laporan Keuangan ( financial reporting)
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan
keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan
yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran
yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha,
rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.
2. Tata Kelola Perusahaan ( corporate governance )
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola
perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan
telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan
yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasa
secara efektif terhadap benturan kepentingan dan
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan ( corporate control )
Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan
perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang
berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian
intern serta memonitor proses pengawasan yang
dilakukan oleh auditor internal.
Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung
jawab komite audit adalah :
1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern
yang memadai. Adanya pengawasan intern ditujukan
untuk mewujudkan prinsip pertanggungjawaban (
responsibility).
2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan
keuangan.
Prinsip
transparansi
(transparency)
dikembangkan dalam tugas ini.
Universitas Sumatra Utara
3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit,
kewajaran biaya eksternal audit, serta kemandirian dan
objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal
ini menjalankan prinsip akuntabilitas ( accountability).
4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab
komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa
eksternal audit.
Hal ini terkait
dengan prinsip
pertanggungjawaban (responsibility).
Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu :
1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup
tugasnya ;
2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan ;
3. Mengusahakan saran hokum dan professional lainnya
yang indepenten apabila dipandang perlu ;
4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman
sesuai, apabila dianggap perlu.
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada
dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu
perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan (empowerment)
dewan komisaris. Oleh karena itu, pertanggungjawaban komite
audit kepada dewan komisaris.
Universitas Sumatra Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan ukuran kantor
akuntan publik, audit fee, audit tenure, karakteristik komite audit dan audit
quality dapat diuraikan dan diikhtisarkan dalam Tabel 2.1 berikut ini:
No.
1.
2.
Nama
Peneliti
Bambang
Hartadi
(2009)
Ni Wayan
Rustiarini
(2011)
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Pengaruh Fee
Audit, Rotasi
KAP, dan
Reputasi Auditor
Terhadap Kualitas
Audit Di Bursa
Efek Indonesia
Independen:
Audit Fee, Rotasi
KAP, dan
Reputasi KAP
Komite Audit
Dan Kualitas
Audit:Kajian
Berdasarkan
Karakteristik,
Kompetensi,
Dan Aktivitas
Komite Audit
Independen:
Karakteristik
Komite Audit
(usia dan gender),
Kompetensi
Komite Audit
(independensi,
tingkat
pendidikan,
keahlian di kerja)
dan Aktivitas
Komite
Audit (frekuensi
pertemuan,
Dependen:
Kualitas Audit
Hasil Penelitian
Hasil penelitian
ini menunjukkan :
Fee audit
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit Rotasi KAP
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit Reputasi
KAP tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit.
Hasil dari
penelitian ini
menunjukkan
bahwa usia,
gender, tingkat
pendidikan,
keahlian dibidang
akuntansi dan
frekuensi
pertemuan
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit, sedangkan
Universitas Sumatra Utara
jumlah anggota
dan komitmen
waktu).
Dependen:
Kualitas Audit
3.
Sinaga
(2012)
Analisis Pengaruh
AuditTenure,
Ukuran KAP, dan
Ukuran
Perusahaan
Klien terhadap
Kualitas Audit
Independen:
Audittenure,
Ukuran KAP
dan Ukuran
Perusahaan
Klien Variabel
Dependen:
Kualitas Audit
4.
5.
Arum
Ardianing
sih (2013)
Febriyanti
(2014)
independensi,
komitmen waktu,
pengalamn kerja
dan jumlah
anggota tidak
berpengaruh
terhadap kualitas
audit.
Audit tenure tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap kualitas
audit, sedangkan
ukuran KAP dan
ukuran
perusahaan klien
berpengaruh
secara signifikan
terhadap kualitas
audit.
Pengaruh Komite
Audit, Lama
Perikatan Audit,
dan Audit
Capacity Stress
terhadap
Kualitas Audit
Independen:
KomiteAudit,
Lama Perikatan
Audit, dan Audit
Capacity Stress
Dependen:
Kualitas Audit
Komite audit,
lama perikatan
audit, dan audit
capacity stress
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
audit.
Pengaruh Masa
Perikatan Audit,
Rotasi KAP,
Ukuran
Perusahaan
Independen:
Masa Perikatan
Audit, Rotasi
KAP,Ukuran
Perusahaan
Masa perikatan
audit, rotasi
KAP,dan ukuran
KAP tidak
berpengaruh
Universitas Sumatra Utara
Klien, dan Ukuran Klien, dan
KAP pada
Ukuran
Kualitas
KAP.
Audit.
Dependen:
Kualitas Audit
6.
Astuti
(2014)
Analisis
Pengaruh Audit
Tenure, Ukuran
Kantor Akuntan
Publik, Ukuran
Perusahaan Klien
dan Rotasi Audit
terhadap Kualitas
Audit pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa
efek Indonesia
Periode 20092012
Independen :
Audit Tenure,
Ukuran Kantor
Akuntan
Publik, Ukuran
Perusahaan
Klien dan
Rotasi Audit
Dependen :
Kualitas Audit
pada kualitas
audit,sedangkan
ukuran
perusahaan klien
berpengaruh
terhadap kualitas
audit.
Audit Tenure,
Ukuran
Kantor Akuntan
Publik,
dan rotasi audit
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Kualitas Audit
sedangkan
Ukuran
Perusahaan Klien
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
Kualitas Audit
pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEI pada
periode 200920012.
Menurut Bambang Hartadi (2009), dalam penelitiannya berjudul Pengaruh
Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa fee audit berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, rotasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit,
dan reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Universitas Sumatra Utara
Menurut Ni Wayan Rustiarini (2011) dengan judul Komite Audit Dan
Kualitas Audit:Kajian Berdasarkan Karakteristik, Kompetensi,Dan Aktivitas
Komite Audit.
Adapun variabel independen yang digunakan antara lain
karakteristik komite audit (diukur dari usia dan kebangsaan), kompetensi komite
audit ( diukur dari independensi, tingkat pendidikan, keahlian di bidang akuntansi
dan pengalaman kerja) serta aktivitas komite audit (diukur dari frekuensi
pertemuan, jumlah anggota dan komitmen waktu) dan variabel dependennya
adalah kualitas audit. Penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2009 – 2011. Penelitian tersebut
menemukan hasil hasil bahwa usia, kebangsaan, tingkat pendidikan, keahlian
dibidang akuntansi dan frekuensi pertemuan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, sedangkan independensi, komitmen waktu, pengalaman kerja dan
jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Menurut Sinaga (2012) menguji pengaruh audit tenure, ukuran KAP, dan
ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit dengan menggunakan analisis
regresi logistik dengan aplikasi SPSS 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
audit tenure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran
KAP berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, dan ukuran
perusahaan klien berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Menurut Ardianingsih (2013) melakukan penelitian pengaruh komite
audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress terhadap kualitas audit.
Objek penelitiannya adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode
2008 –2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit, lama
Universitas Sumatra Utara
perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
Menurut Febriyanti dkk (2014) melakukan penelitian pengaruh masa
perikatan audit, rotasi KAP, ukuran perusahaan klien, dan ukuran KAP terhadap
kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang listing di
BEI 2009 – 2012 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran perusahaan
klien berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
Astuti (2014) meneliti tentang analisis pengaruh audit tenure, ukuran
KAP, rotasi audit dan ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 20092012. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
samplingyang menghasilkan 136 unit analisis dari tahun 2009-2012. Penelitian
yang didasarkan pada analisis data yang menggunakan regresi logistik pada
tingkat signifikansi 5% menghasilkan kesimpulan bahwa audit tenure, ukuran
kantor akuntan publik (KAP), dan rotasi audit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit sedangkan ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI dari tahun 2009-2012.
2.3.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang
utuh dalam rangka mencari jawaban – jawaban ilmiah terhadap masalah
–
Universitas Sumatra Utara
masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel – variabel, hubungan antara
variabel – variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian
terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris (Sekaran, 2006). Untuk
memperoleh jawaban – jawaban ilmiah mengenai pengaruh ukuran kantor akuntan
publik, audit tenure, audit fee, karakteristik komite audit terhadap audit quality,
peneliti menyusun kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Ukuran KAP (X1)
H1
Audit Fee (X2)
H2
AuditTenure (X3)
H3
Kualitas Audit (Y)
Gender Komite Audit (X4)
Usia Komite Audit (X5)
H4
H5
Universitas Sumatra Utara
Dilihat dari sudut pandang auditor, hasil audit dikatakan berkualitas
apabila mereka telah bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat
menilai resiko bisnis
auditee
dengan tujuan
untuk
meminimalisasi
ketidakpatutan auditee dan menjaga reputasi auditor. Pemilihan auditor dengan
kualitas tinggi dinilai mampu meningkatkan tingkat kredibilitas laporan
keuangan, karena KAP yang besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih
baik dari KAP yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan kantor akuntan publik dengan
ukuran yang lebih besar memiliki auditor-auditor yang lebih ahli dan lebih
berpengalaman dibandingkan dengan kantor akuntan yang lebih kecil. Dengan
keahlian, pengalaman, dan jam terbang audit yang lebih tinggi, maka kualitas
hasil auditnya juga akan lebih baik.
Biaya eksternal audit adalah besaran biaya (fee) audit yang diterima oleh
auditor dari pekerjaan mengaudit yang mereka kerjakan. Biaya eksternal audit
dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit karena menurut penelitian terdahulu
semakin besar biaya eksternal audit maka semakin berkualitas pula laporan audit
yang dihasilkan.
Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik
(KAP)
dalam memberikan
jasa
audit
terhadap
kliennya.
Masa
penugasan/tenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan
oleh perusahaan (Myers et.al., 2003).
Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan dengan usia
dan gender komite audit. Usia dan gender dinilai berpengaruh pada kualitas audit
Universitas Sumatra Utara
karena dengan kematangan usia dan keberadaan wanita dalam komite audit akan
memberikan dampak positif kepada perusahaan, dimana mereka akan bekerja
dengan baik terutama dalam mengawasi kinerja auditor sehingga menghasilkan
laporan audit yang berkualitas.
2.4.
Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008) hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan
maksud untuk diuji secara
empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai
konsep yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.
2.4.1. Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit
Kantor Akuntan Publik merupakan suatu bentuk organisasi
akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang
– udangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008).
Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan
harus dapat disajikan dengan akurat dan terpercaya yaitu perusahaan
menggunakan jasa kantor akuntan publik
(KAP) untuk melaksanakan
pekerjaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Tidak jarang
banyak dari perusahaan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan
keuangan yang nantinya akan berdampak terhadap penyampaian pelaporan
keuangan, perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik yang
mempunyai reputasi atau nama baik.
Universitas Sumatra Utara
DeAngelo (1981) menyatakan bahwa variabel ukuran KAP dapat
mengukur kualitas audit karena KAP yang mempunyai klien yang lebih
banyak
akan
berusaha
menjaga
nama
baiknya
dengan
tetap
mempertahankan kualitas audit yang dihasilkannya. Berdasarkan uraian di
atas maka diajukan hipotesis:
H1 : Ukuran KAP mempengaruhi kualitas audit pada
perusahaanmanufaktur di BEI.
2.4.2. Audit Fee terhadap Kualitas Audit
Pada umumnya di Indonesia pengungkapan audit fee masih bersifat
voluntary disclosure (sukarela) yang artinya perusahaan bisa menyatakan
besaran audit fee pada laporan keuangan mereka ataupun tidak
menyatakannya sama sekali.Besarnya audit fee
tidak terdapat pada
peraturan manapun, dan hanya dapat ditentukan melalui kesepakatan
antara akuntan publik dengan pihak klien atas jasa audit yang diberikan.
Auditor mengharapkan audit fee yang sesuai dengan jasa yang telah
diberikan, dan klien menginginkan audit fee yang tidak terlalu besar,
sehingga tetap menguntungkan klien. Kurniasih (2014) membuat
kesimpulan bahwa variabel audit fee memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap kualitas audit. Seorang auditor akan meminta fee yang lebih
tinggi jika perusahaan menginginkan laporan audit yang berkualitas,
namun perusahaan berharap auditor yang memiliki sikap independensi
tidak meminta fee yang terlalu terlalu tinggi. Fee yang besar kadangkala
Universitas Sumatra Utara
dapat
memacu seorang auditor dalam menghasilkan audit laporan
keuangan yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan
hipotesis:
H2 :Audit Fee mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan
manufaktur di BEI.
2.4.3. Audit Tenure terhadap Kualitas Audit
Lama perikatan audit diartikan sebagai periode keterikatan
antara auditor dengan klien, yaitu lamanya waktu seorang auditor
mengaudit pada perusahaan klien. Lama perikatan audit antara auditor
dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya diri dengan
pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak melakukan
inovasi pada strategi audit yang digunakan. Sehingga menjadikan
kualitas audit yang diberikan menjadi turun.
Al –Thuneibat et.al.,2011 berpendapat bahwa hubungan yang
lama antara auditor dengan kliennya berpotensi untuk menciptakan
kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor
dan mengurangi kualitas audit. Pengetahuan auditor akan kinerja
perusahaan akan semakin baik ketika masa perikatan terjadi dalam
jangka waktu yang cukup panjang.
Pengetahuan akan kinerja perusahaan yang lebih baik tentu
saja dapat membantu auditor untuk memberikan jasa audit yang
berkualitas. Oleh karena itu, semakin lama masa perikatan antara auditor
Universitas Sumatra Utara
dan klien, maka kualitas audit akan semakin meningkat (Jackson et.al.,
2008). Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H3 :Audit Tenure mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan
manufakturdi BEI.
2.4.4. Karakteristik Komite Audit terhadap Kualitas Audit
Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan
berdasarkan
usia, dan gender. Perbedaan pemikiran dan pandangan
terhadap penyebab kesuksesanpria dan wanita dapat mempengaruhi
proporsi keberadaan wanita pada beberapa jabatan.
Anggapan bahwa selama ini kesuksesan pria berasal dari
kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan yang diraih oleh wanita
hanya berasaldari faktor keberuntungan yang menyebabkan
wanita
memiliki proporsi yang masih sedikit dalam beberapa jabatan yang
penting dilingkup manajemenperusahaan. Meskipun demikian, perlu
dipertimbangkan kembali bahwa keberadaan wanita memiliki sikap
konservatisme
yang
tinggi
dan
berhati hatidalam pengambilan
keputusan (Rustiarini, 2011).
Hal tersebut menyebabkan wanita dianggap cenderung memilih
keputusan untuk menghindari resiko sehingga memiliki ketelitian yang
cukup tinggi. Oleh karena itu, keberadaan wanita dalam komite audit
diharapkan dapat mengurangi tingkat akrual dalam laporan keuangan
sehingga di maksudkan dapat meningkatkan kualitas audit. Rustiarini
Universitas Sumatra Utara
(2011) mendapatkan hasil penelitian bahwa keberadaan wanita dalam
komite audit berpengaruh negatif pada akrual lancar. Penelitian Carter
et al., dalam Rustiarini (2011) menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki dua orang atau lebih wanita dalam anggota dewan memiliki
nilai perusahaan yang lebih tinggi daripada jumlah wanita yang kurang
dari dua orang. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H4 :Gender Komite Audit mempengaruhi kualitas audit pada
perusahaan manufaktur di BEI.
Faktor usia dapat mempengaruhi kinerja anggota komite audit.
Anggota komite audit yang berusia dewasa (usia 40-60 tahun) akan
mencapai
jenjang karir
sejauh
yang
mereka mampu serta posisi
kariryang paling stabil, kelompokusia ini merupakan masa pencapaian
seseorang untuk mempertahankan kepuasandalam karir yang membuat
mereka lebih fokus pada
pekerjaan. Semakinbertambah usia
maka
seseorang akan semakin bijaksana dalam menyikapimasalah dan lebih
bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan.
Pengalamanyang dimiliki oleh orang yang semakin berumur
akan membuat seseorang dapat memprioritaskan dan membagi waktu
dengan lebih bijaksana yaitu denganbekal praktik-praktik yang telah
dilakukannya
sebelumnya. Penelitian Rustiarini
(2011) menunjukkan
bahwa usia anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap akrual
lancar.
Universitas Sumatra Utara
Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H5 :Usia Komite Audit mempengaruhi kualitas audit pada
perusahaan manufaktur di BEI.
Universitas Sumatra Utara