Tanggung Jawa Bperum Damri Sebagai Angkutan Bandara Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada Perum Damri Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta) Chapter III V

BAB III
TANGGUNG JAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN
BANDARA DENGAN PENUMPANG BUS
A. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Di Bidang Angkutan
Tanggungjawab dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan sebagai
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.

22

Di dalam istilah Belanda

disebutkan Verantwoordelijkatau bertanggungjawab yaitu wajib mengadakan
pertanggungjawaban, serta memikul tanggungjawab atas kemungkinan terjadinya
kerugian. 23
Dalam ilmu hukum, khususnya hukum pengangkutan, dikenal dengan
adanya prinsip-prinsip tanggungjawab di bidang angkutan.Prinsip-prinsip
tanggungjawab ini berkaitan dengan tanggungjawab pengangkut untuk membayar
gantikerugian kepada pengguna jasa. Beberapa prinsip tanggungjawab tersebut
adalah:
1. Based on fault(prinsip tanggung jawab berdasarkan atas kesalahan)
Prinsip Based on Fault atau prinsip tanggungjawab berdasar atas kesalahan

diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyebutkan: “Tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
Pasal

ini

dikenal

dengan

pasal

tentang

perbuatan

melawan

hukum


(onrechtmatigedaad).
Titik tolak pengertian perbuatanmelawan hukum adalah Pasal 1365

22

Ilham, Kamus Bahasa Indonesia,Mitra Jaya Publisher, Surabaya, 2010, hal 414.
Imam Radjo Mulano, Penjelasan Istilah-istilahHukum Belanda-Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1982, hal.211.
23

Universitas Sumatera Utara

KUHPerdata tersebut, sebagaimana diberi penafsiran dalam putusan Hoge Raad
(Mahkamah Agung) Belanda tanggal 31 Januari 1919, yang diikuti juga oleh
pengadilan di Indonesia. Menurut Yurisprudensi, suatu perbuatan melawan
hukum adalah suatu perbuatan yang:
a. Melanggar hak orang lain;
b. Bertentangan dengan kewajiban hukum yang berbuat;
c. Bertentangan dengan kepatutan yang terdapat dalam masyarakat tentang diri,

barang orang lain atau
d. Bertentangan dengan kesusilaan yang baik.
Tafsiran ini sangat luas, sehingga dalam bidang angkutan, pelanggaran lalu
lintas oleh pengangkut atau oleh pegawainya juga termasuk dalam perbuatan
melawan hukum, namun selama perbuatan itu tidak langsung mengenai
kewajibannya terhadap pengguna jasa angkutan, merupakan tanggungjawab
sendiri dari pengangkut, tetapi perbutan tersebut harus diperhitungkan apabila
karena perbuatan tersebut pihak pengguna jasa angkutan mengalami kerugian dan
akan mempunyai akibat terhadap masalah tanggungjawab pengangkut terhadap
pengguna jasa angkutan.
Akibat terpenting yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata adalah
tanggungjawab pihak yang melakukan perbuatan hukum, berupa kewajibannya
membayar ganti kerugian. Dapat dikemukakan bahwa tanggungjawab menurut
pasal tersebut adalah tanggungjawab berdasarkan atas kesalahan yang harus
dibuktikan oleh pihak yang menuntut ganti kerugian. Selain itu menurut Pasal
1366 KUHPerdata, tanggungjawab seseorang bisa juga diakibatkan karena
kelalaian atau kurang hati-hatinya.

Universitas Sumatera Utara


Pada prinsip ini jelas bahwa beban pembuktian ada pada pihak yang
dirugikan, artinya pihak yang dirugikan yang harus membuktikan bahwa
kerugiannya diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum, sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 1865 KUHPerdata: “setiap orang yang mendalilkan bahwa ia
mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri atau membantah
sesuatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan
adanya hak atau peristiwa tersebut”. Dan prinsip based on fault ini tidak
didasarkan pada perjanjian, tetapi dengan perbuatan melawan hukum tersebut juga
menimbulkan perikatan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1353 KUHPerdata.
2. Presumption of liability (prinsip pengangkut selalu bertanggungjawab)
Prinsip ini merupakan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu
bertanggungjawab”, tanpa ada keharusan bagi pihak yang dirugikan untuk
membuktikan bahwa ada perbuatan melawan hukum dari pihak pengangkut atau
tidak. Prinsip ini didasarkan pada perjanjian pengangkutan, akan tetapi
pengangkutdapat membebaskan diri dari tanggungjawabnya, apabila pengangkut
dapat membuktikan bahwa:
a. Kerugian yang disebabkan oleh malapetaka yang selayaknya tidak dapat
dicegah atau dihindarinya atau berada di luar kekuasaannya;
b. Ia telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghindari
timbulnya kerugian;

c. Kerugian yang timbul bukan karena kesalahannya;
d. Kerugian ditimbulkan oleh kelalaian atau kesalahan dari penumpangsendiri
atau karena, cacat, sifat atau mutu barang yang diangkut.
PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta selalu
bertanggungjawab atas kecelakaan yang diakibatkan oleh pengemudi selama
penumpang memilki karcis sebagai bukti sebagai penumpang bus DAMRI yang
menjadi bukti perjanjian antara penumpang dengan bus DAMRI, bahwa selama di

Universitas Sumatera Utara

dalam bus hingga sampai tujuan penumpang merupakan tanggungjawab bus
DAMRI. Setiap penumpang telah diasuransikan dengan asuransi Jasa Raharja,
bila terjadi kecelakaan maka santunan dari pihak jasa raharja maksimal sebesar
sepuluh juta rupiah (Rp.10.000.000,00) dan bila penumpang sampai meninggal
sebesar dua puluh lima juta (Rp.25.000.000,00). Tanggungjawab juga dilakukan
oleh pengemudi terhadap penumpang yang diangkutnya tersebut yaitu berupa
santunan sebesar 50% dengan didahulukan oleh pihak perusahaan dan selebihnya
akan ditangani oleh pihak PERUM DAMRI. Dimana satu bus DAMRI angkutan
khusus bandara Soekarno-Hatta di tanggungjawabi oleh 2 pengemudi secara
shift(bergantian). 24

Praduga bahwa pengangkut selalu bertanggungjawab tidak sama dengan
praduga bahwa pengangkut bersalah, karena justru unsur kesalahan inilah yang
tidak menentukan dalam hal ada atau tidaknya tanggungjawab pengangkut.
Menurut prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu bertanggungjawab”,
pengangkut bertanggungjawab dengan tidak mempersoalkan, apakah pengangkut
bersalah atau tidak, atau dengan kata lain, unsur kesalahan tidak menentukan ada
atau tidaknya tanggungjawab pengangkut. Dengan demikian, maka dasar dari
prinsip ini sudah pasti bukanlah suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan
pengangkut, sehingga harus dicari dasar lain.
Jika tanggungjawab pengangkut bukan atas perbuatan melawan hukum
(delictual liability), maka kemungkinan yang lain hanyalah bahwa tanggungjawab
pengangkut berdasarkan suatu kontrak atau perjanjian (contractual liability), yaitu

24

Hasil wawancara tanggal 25 Juli 2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku
ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta
Jakarta Timur.

Universitas Sumatera Utara


tanggungjawab pengangkut yang mengadakan perjanjian dengan pengguna jasa,
bila perjanjian tersebut tidak dipenuhi, kurang dipenuhi atau terlambat dipenuhi.
Adapun alasan-alasan untuk mempergunakan prinsip praduga bahwa
pengangkut selalu dianggap bertanggungjawab dan beban pembuktian diletakkan
pada pengangkut didasarkan pada teori-teori:
1. Pengangkut dalam menjalankan usahanya dapat menimbulkan bahaya
terhadap pihak lain;
2. Pengangkut harus memikul risiko untuk usaha-usaha yang dijalankannya;
3. Dipergunakan alat angkut, sehingga segala kerugian yang disebabkan oleh alat
angkut harus ditanggung oleh pengangkut.
Dengan demikian dalam prinsip ini, adanya tanggungjawab pengangkut,
tidak tergantung pada adanya kesalahan dari pengangkut, karena justru apabila
ada kesalahan pada pengangkut, maka prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu
bertanggungjawab” tidak berlaku lagi dan unsur kesalahan ini harus dibuktikan
oleh pihak yang dirugikan, dengan kata lain tanggungjawab pengangkut tidak
merupakan praduga (presumed) lagi. Hal ini tentunya dapat merubah
tanggungjawab pengangkut berdasarkan kontrak atau perjanjian menjadi
tanggungjawab berdasarkan atas kesalahan atau perbuatan melawan hukum.
Antara prinsip based on fault dengan prinsip “praduga bahwa pengangkut

selalu bertanggungjawab” tersebut mempunyai perbedaan yang sangat mendasar,
yaitu, prinsip based on fault tidak didasarkan pada adanya suatu kontrak atau
perjanjian dan beban pembuktiannya ada pada pihak yang dirugikan dalam hal ini
adalah pihak pengguna jasa angkutan, sedangkan prinsip “praduga bahwa
pengangkut selalu bertanggungjawab” selalu didasarkan pada adanya suatu
kontrak atau perjanjian dan beban pembuktiannya terletak pada pengangkut. 25
3. Presumption

of

non

liability(prinsip

pengangkut

selalu

tidak


bertanggungjawab)
Prinsip ini merupakan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu tidak
bertanggungjawab”, untuk barang bawaan yang berada di dalam pengawasan
penumpang sendiri, contohnya adalah bagasi tangan, dan beban pembuktian
adanya tanggungjawab pengangkut terletak pada penumpang dan tanggungjawab
ini baru ada, apabila ada kesalahan dari pengangkut. Prinsip didasarkan pada

25

Siti Nurbaiti, Op.Cit., hal 26-30.

Universitas Sumatera Utara

perjanjian pengangkutan. Dengan adanya prinsip ini, maka ada kemungkinan
tidak ada satu pihakpun yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai kerugian
terhadap barang bawaan yang berada dalam pengawasan penumpang sendiri, yaitu
apabila penumpang membuktikan bahwa ia telah mengambil tindakan seperlunya
untuk menjaga barang tersebut, sedangkan pengangkut juga telah membuktikan
bahwa ia tidak mungkin dapat mencegah timbulnya kerugian.Dengan demikian,
maka penumpang sendirilah yang harus memikul kerugiannya. Kemungkinan

tersebut, terlepas dari hal apakah kerugian terhadap barang bawaan yang berada
dalam pengawasan penumpang sendiri ditimbulkan oleh penumpang lain. Jika
terjadi hal yang demikian, memang pengangkut tidak bertanggungjawab, akan
tetapi penumpang tersebut, dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan Pasal 1365
KUHPerdata mengenai perbuatan melawan hukum.
Kekhususan dari prinsip presumption of non liability ini adalah ditujukan
khusus pada barang bawaan yang berada dalam pengawasan penumpang sendiri,
yang didasarkan pada perjanjian, dimana beban pembuktian ada pada penumpang,
karena barang sepenuhnya berada dalam pengawasan penumpang sendiri dan
berarti menjadi tanggungjawab penumpang sendiri. Hal ini berbeda dengan
prinsip presumption of liability, dimana beban pembuktian ada pada pengangkut,
karena barang (termasuk penumpang) berada sepenuhnya dalam pengawasan
pengangkut.
Prinsip presumption of non liability mempunyai persamaan dengan prinsip
based on fault, yang pihak yang harus membuktikan adalah pihak penumpang
atau pihak ketiga, sebagai pihak yang dirugikan, tetapi juga mempunyai

Universitas Sumatera Utara

perbedaan, yaitu pada prinsip based on fault tidak didasarkan pada perjanjian,

sedangkan pada presumption of non liability, didasarkan pada perjanjian.
Prinsip bahwa pengangkut tidak bertanggungjawab pada dasarnya dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Dapat diterapkan dalam keadaan netral atau normal atau tidak terdapat hal-hal
yang istimewa sehingga dalam hal yang demikian tidak ada persoalan beban
pembuktian;
b. Pengangkut tidak bertanggungjawab dalam hal-hal yang sama seperti pada
pengangkutan penumpang dan barang, yaitu apabila pengangkut dapat
membuktikan:
1. Ia telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah
timbulnya kerugian;
2. Ia tidak mungkin mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk
mencegah timbulnya kerugian;
3. Adanya kesalahan penumpang sendiri atau penumpang lain.
c. Pengangkut bertanggungjawab jika penumpang dapat membuktikanadanya
perbuatan sengaja atau kesalahan berat dari pengangkut;
d. Pengangkut bertanggungjawab jika penumpang dapat membuktikan apabila
penumpang telah mengambil semua tindakan yang perlu, tetapi ada kelalaian
dari pengangkut.
4. Absolute atau strict liability( prinsip tanggung jawab mutlak)
Prinsip ini mengandung pengertian, bahwa secara yuridis, salah atau tidak
salah, pengangkut harus bertanggungjawab, dengan tidak ada beban pembuktian.
Hal ini berarti, pihak pengangkut selalu bertanggungjawab tanpa melihat ada atau
tidak adanya kesalahan atau tidak melihat siapa yang bersalah, atau prinsip

Universitas Sumatera Utara

tanggungjawab yang memandang kesalahan sebagai suatu yang tidak relevan
untuk dipermasalahakan apakah pada kenyatannya ada atau tidak ada.
Tentang prinsip absolute liability ada yang membedakan dengan strict
liability, tetapi ada juga yang menyamakannya. Pendapat yang menyamakan
antara prinsip absolute dengan strict liability adalah Mieke Komar. Ia mengutip
pendapat dari Goldie, yang diambil dari doktrin yang berasal dari hukum Anglo
Saxon yang dikenal sejak kasus Ryland vs Flecther: “The doctrine of strict (or
absolute) liability has evolved in modern times on certain kinds of situation where
injury has been caused by an activity that is not wrongful but gives rise to liability
even in the absence of an allegation of negligence of fault…”.
Berdasarkan

prinsip

tersebut,

tergugat

(dalam

hal

ini

pihak

pengangkut)harus membayar seluruh kerugian yang telah disebabkan oleh
tindakannya, terlepas dari salah satu atau tidaknya pihak tegugat. Namun dalam
strict liability, selalu disertai dengan pembatasan jumlah ganti rugi , selain itu
dalam prinsip ini tidak dipermasalahkan adanya unsur kesalahan, kesengajaan
atau kelalaian, asal ada cukup pembuktian tentang terjadinya kerugian akibat
perbuatan tergugat.
Pendapat

yang

membedakan

antara

absolute

dengan

strict

liability,diantaranya adalah Komar Kantaatmadja dan E. Saefullah. Komar
Kantaatmadja mengemukakan bahwa prinsip absolute liability, selain tidak perlu
mempersoalkan ada atau tidaknya kesalahan, juga dalam ganti rugi tidak ada
pembatasan atau ada kemungkinan diwajibkan untuk membayar seluruh kerugian
yang diderita tergugat, sedangkan dalam prinsip strict liability ada proses
pembuktian, sehingga luas lingkup ganti kerugiannya menjadi terbatas.
Sedangkan menurut pendapat E. Saefullah, perbedaan antara absolute liability
dengan strict liability terletak pada ada atau tidaknya hubungan kausalitas. Pada
strict liability harus ada hubungan kausalitas antara orang-orang yang benar-benar
bertanggungjawab dengan kerugian dan tetap diakuinya semua hal dapat

Universitas Sumatera Utara

membebaskan tanggungjawab pengangkut, kecuali hal-hal yang mengarah pada
pernyataan tidak bersalah (absence of fault), karena kesalahan tidak lagi
diperlukan, sedangkan absolute liability akan timbul kapan saja. Keadaan yang
membuktikan tanggungjawab tersebut tanpa mempersalahkan oleh siapa dan
bagaimana terjadinya kerugian tersebut. Dengan demikian, dalam absolute
liability tidak diperlukan hubungan kausalitas dan hal-hal yang membebaskan dari
tanggungjawab hanya yang dapat dinyatakan secara tegas dalam perundangundangan.
Selanjutnya E.Saefullah menyimpulkan bahwa tidak ada ukuran pasti di
dalam membedakan istilah absolute liability dengan strict liability, namun ada
indikasi yang diterima umum bahwa pada strict liability, pihak yang
bertanggungjawab dapat membebaskan diri berdasarkan semua alasan yang sudah
umum dikenal (conventional defense), sedangkan pada absolute liability alasanalasan umum pembebasan tersebut tidak berlaku, kecuali secara khusus
dinyatakan dalam instrumen-instrumen tertentu (konvensi, undang-undang, dan
sebagainya), dan tanggungjawab akan timbul begitu kerugian terjadi tanpa
mempersoalkan siapa penyebabnya dan bagaimana terjadinya.
Demikian dalam penggunaan istilah ini ternyata tidak dapat dibedakan
secara tegas karena yang menjadi ukuran utama dari prinsip tanggungjawab
mutlak (absolute-strict liability) adalah tanggungjawab yang tidak mempersoalkan
ada atau tidak adanya kesalahan.
Untuk tercapainya penerapan prinsip tanggungjawab mutlak tersebut, perlu
memperhatikan batas-batas yang dapat dipergunakan untuk alasan pembebasan
tanggungjawab pengangkut. Secara logis dan wajar, pembatasan itu harus diberi

Universitas Sumatera Utara

kriteria, misalnya dengan menentukan hanya hal-hal yang sudah diketahui oleh
umum atau sudah lazim tidak perlu dibuktikan. Sebagai contoh kebijakan
pemerintah misalnya. Sebab tujuan utama dianutnya prinsip tanggungjawab
mutlak adalah untuk memudahkan penyelsaian klaim ganti rugi dengan sejauh
mungkin menghindari proses pengadilan.
5. Limitation of liability (prinsip pembatasan tanggungjawab)
Prinsip iniberhubungan dengan semua prinsip tanggungjawabyang telah
dikemukakan, yaitu baik based on fault, presumption of liability, presumption of
non liability, maupun absolute liability. Pembatasan tanggung jawab pengangkut,
pada dasarnya merupakan pembatasan dalam jumlah ganti rugi yang harus
dijabarkan

dalam

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

di

bidang

angkutan.Alasan digunakannya prinsip ini adalah:
a. Kegiatan pengangkutan, risiko terbesar ada pada pengangkut, maka sudah
sepantasnya risiko itu dibatasi, walaupun mungkin dipandang dari sudut
moral, pembatasan tanggungjawab dalam hal seorang penumpang menderita
luka-luka atau meninggal adalah tidak pantas, akan tetapi prinsip pembatasan
tanggungjawab ini sebagai suatu prinsip harus tetap ada, dan ketidakpantasan
penggunaannya dalam praktek, dapat dihindarkan apabila terdapat alsanalasan yang kuat, menurut kebijakan hakim-hakim yang dapat menyelesaikan
perkaranya;
b. Agar pengangkut tidak boleh mengadakan syarat-syarat perjanjian
pengangkutan yang meniadakan tanggungjawabnya;
c. Adanya limit-limit tertentu sebagai dasar untuk menyelesaikan tuntutantuntutan ganti rugi dengan secepat-cepatnya dan semudah-mudahnya tanpa
harus meminta perantara hakim lagi. Setidak-tidaknya pencantuman limit
ganti rugi dalam peraturan perundang-undangan di bidang angkutan akan
memberikan pedoman atau patokan yang jelas, baik bagi pengangkut maupun
pihak yang menuntut ganti rugi, mengenai ganti rugi yang harus dibayarkan.
Prinsip pembatasan tanggungjawab ini ada yang bersifat breakable limit dan
unbreakable limit. Breakable limit, artinya dapat dilampaui dan tidak dapat
bersifat mutlak, dimana ganti rugi yang dibayarkan diberikan oleh pengangkut
masih dapat dimungkinkan untuk dibayarkan melebihi jumlah yang dinyatakan,

Universitas Sumatera Utara

yaitu dalam hal kerugian disebabkan oleh adanya perbuatan sengaja (willfull
misconduct) atau kelalaian berat (gross negligence) dari pengangkut. Sedangkan
unbreakable limit, artinya tidak dapat dilampauidengan alasan apapun. Hal ini
berarti tanggungjawab pengangkut dengan ganti rugi yang harus dibayarkan tidak
boleh melebihi jumlah yang dinyatakan. 26
B. Hak Dan Kewajiban PERUM DAMRI Sebagai Pengangkut
1. Hak PERUM DAMRI sebagai Pengangkut (Pelaku usaha)
Secara umum, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Indonesia tidak dijumpai definisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut.
Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah
pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang
(penumpang) dan/atau barang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara
pengangkutan.
Dilihat dari sisi kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan
dalam 3 jenis, yaitu;
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Ada yang berbentuk perusahaan perseroan (Persero), contohnya PT Kereta
Api Indonesia (Persero), dan PT Garuda Indonesia Airlines (Persero), dan PT
Pelayaran Nusantara Indonesia (Persero). Ada juga yang berbetuk Perusahaan
Umum (Perum), contohnya Perum DAMRI.
b. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
Umumnya berbentukbadan hukum perseroan terbatas, contohnya PTLintas

26

Siti Nurbaiti, Op.Cit., hal 30-39.

Universitas Sumatera Utara

Sumatera, PT Samudra Indonesia, PT Sriwijaya Airlines, dan PT Lion
Airlines, sedangkan yang berbentuk badan hukum koperasi, contohnya Taksi
Kopti Jaya. Akan tetapi, ada juga yang berbetuk persekutuan bukan badan
hukum CV, contohnya CV Titipan Kilat.
c. Badan Usaha Milik Perseorangan
Contohnya PO Putra Remaja.
Berdasarakan uraian diatas, dapat disimpulkan kriteria pengangkut menurut
Undang-Undang Pengangkutan Indonesia adalah:
1) Perusahaan penyelenggara pengangkutan;
2) Menggunakan alat pengangkut mekanik;
3) Penerbit dokumen pengangkutan; dan
4) Memperoleh izin usaha dari pemerintah Indonesia. 27
Sedangkan pengertian pelaku usaha dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan KonsumenPasal 1 butir 2 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, yaitu:
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Indonesia,
baik sendiri maupun bersama-sama melaluiperjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 28
PERUM DAMRI sebagai pengangkut yang merupakansalah satu badan usaha
milik negara, PERUM DAMRI sendiri mengikuti yang terdapat dalam Undang-

27

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 54-55.
Yusuf Shofie, Penyelsaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang
Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Penegakan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003,hal 13.
28

Universitas Sumatera Utara

Undang yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. 29
Menurut UULAJ (Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan) Nomor
22 Tahun 2009, hak-hak perusahaan pengangkutan umum, yaitu:
Pasal 195, menyatakan bahwa:
Ayat 1
“Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang diangkutjika
pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu yang
ditetapkan sesuai dengan perjanjian pengangkutan”.
Ayat 2
“Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas barang yang
disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan”.
Ayat 3
“Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau
penerima tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)”.
Pasal 196, menyatakan bahwa:
“Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai dengan
batas waktu yang telah disepakati,Perusahaan Angkutan Umum berhak
memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam
penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. 30
Pengangkutan

umum

berhak

memperoleh

kembali

dokumen

pengangkutandari penumpang dan/atau pengirim barang sebagai bukti bahwa
biaya pengangkutan memang sudah dibayar lunas sebelumnya dan sudah
dikembalikan kepada penumpang atau pengirim. 31

29

Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku
ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta
Jakarta Timur.
30
Siti Nurbaiti, Op.Cit, Lampiran 1 Pasal 195-196 UULAJ, hal 276.
31
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit.,hal 154.

Universitas Sumatera Utara

Dapat diperjanjikan pula bahwa perusahaan pengangkutan umum berhak
menolak mengangkut barang yang dilarang undang-undang atau membahayakan
ketertiban dan kepentingan umum. Barang yang dilarang itu,misalnya, barang
seludupan, petasan, berbagai jenis narkotika, ekstasi, minuman keras, ataupun
hewan yang dilindungi.
Pengaturan mengenai pelaku usaha sebagai badan usaha dimana dalam
bidang pengangkutan merupakan pengangkut juga diatur di dalam UndangUndangNo. 8Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, hak-hak pelaku
usaha, yaitu:
Pasal 6bagian kedua yang menyatakan bahwa:
(a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
(b) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
(c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
(d) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
(e) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya. 32
2. Kewajiban PERUM DAMRI sebagai pelaku usaha (pengangkut)
Kewajiban utama pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang
serta menerbitkan dokumen pengangkutan dan sebagai imbalan haknya
memeperoleh biaya pengangkutan dari penumpang atau pengirim barang.Pihakpihak dapat juga memperjanjikan bahwa di samping kewajiban utama,
pengangkut mempunyai kewajiban pelengkap, yaitu:
a. Menjaga serta merawat penumpang dan memelihara barang yang diangkut
dengan sebaik-baiknya.
32

Yusuf Shofie, Op.Cit, pasal 6 UUPK, hal 151.

Universitas Sumatera Utara

b. Melepaskan dan menurunkan penumpang di tempat pemberhentian atau di
tempat tujuan dengan aman dan selamat.
c. Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan utuh, lengkap,
tidak rusak, atau tidak terlambat. 33
Kewajiban PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta,
secara khusus adalah mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan dengan
selamat dan untuk pengaturan kewajiban yang lain tetap berpedoman dan
mengikuti yang terdapat pada undang-undang. 34
Kewajiban perusahaan angkutan umum dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (UULAJ) antara
lainterdapat dalam:
Pasal 186 menyatakan bahwa:
Perusahaan angkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah
disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan
oleh penumpang dan/atau pengirim barang.
Pasal 187menyatakan bahwa:
Perusahaan angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang telah
dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim barang jika terjadi pembatalan
pemberangkatan.
Pasal 188menyatakan bahwa:
Perusahaan

angkutan

umum

wajibmengganti

kerugian

yang

diderita

olehpenumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan
pelayananangkutan.
Pasal 189menyatakan bahwa:
33

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2008, hal 152.
34
Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku
ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta
Jakarta Timur.

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan

angkutan

umum

wajib

mengasuransikan

tanggungjawabnyasebagaimana dimaksud dalam pasal 188.
Pasal 190menyatakan bahwa:
Pengemudi kendaraan bermotor umum dapat menurunkan penumpang dan/atau
barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika penumpang
dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan
angkutan.
Pasal 191 menyatakan bahwa:
Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diakibatkan
oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggara
angkutan.
Pasal 192 menyatakan bahwa:
Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang
diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan
angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau
dihindari atau karena kesalahan penumpang”.
Ayat 2 “Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
kerugian yang nyata-nyata dialami atau bagian biaya”.
Ayat 3 “Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak
Penumpang diangkut dan berakhir di tempat tujuan yang disepakati”.
Ayat 4 “Pengangkut tidak bertanggungjawab atas kerugian barang bawaan
penumpang, kecuali jika penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut
disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengangkut”.
Ayat 5 “Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya ganti kerugian diatur dengan
peraturan pemerintah”.
Pasal 193 menyatakan bahwa:
Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang
diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat
penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya
barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari
atau kesalahan pengirim”.
Ayat 2 “Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
kerugian yang nyata-nyata dialami”.

Universitas Sumatera Utara

Ayat 3 “Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak
barang diangkut sampai barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakati”.
Ayat 4 “Perusahaan angkutan umum tidak bertanggungjawab jika kerugian
disebabkan oleh pencantuman keterangan yang tidak sesuai dengan surat muatan
angkutan barang”.
Ayat 5 “Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran ganti kerugian diatur dengan
peraturan pemerintah”.
Pasal 194 menyatakan bahwa:
Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum tidak bertanggungjawab atas kerugian yang
diderita oleh pihak ketiga, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan bahwa
kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan perusahaan angkutan umum”.
Ayat 2 “Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian pihak
ketiga kepada perusahaan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal
terjadinya kerugian”. 35
Pengaturan mengenai pelaku usaha sebagai suatu badan usaha dalam bidang
pengangkutan yaitu pengangkut juga diatur di dalam Undang No. 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, kewajiban pelaku usaha, yaitu:
Pasal 6 bagian kedua menyatakan bahwa:
a.
b.

c.
d.

e.

f.

g.

Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikandan pemeliharaan;
Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standartmutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencobabarang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi
atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yangdiperdagangkan;
Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian. 36

35

Siti Nurbaiti, Op.Cit, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, hal 273-275.
36
Yusuf Shofie, Op.Cit, UUPK, hal 151-152.

Universitas Sumatera Utara

C. Hak Dan Kewajiban Penumpang Bus DAMRI
1. Hak penumpang bus DAMRI
Undang-Undang Lalu Lintas Dan angkutan Jalan menentukan bahwa
pengguna jasa adalah “perseorangan” atau badan hukum yang menggunakan jasa
perusahaan angkutan umum Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009.
Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang, penumpang adalah
orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan dan atas dasar
ini ia berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan. Menurut perjanjian
pengangkutan, penumpang mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia
adalah pihak dalam perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang
diangkut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, penumpang harus
mampu melakukan perbuatan hukum atau mampu membuat perjanjian (Pasal
1320 KUHPerdata). Berdasarkan uraian di atas, kriteria penumpang menurut
Undang-Undang Pengangkutan Indonesia, yaitu:
a. Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan.
b. Pihak tersebut adalah penumpang yang wajib membayar biaya pengangkutan.
c. Pembayaran biaya pengangkutan dibuktikan oleh karcis yang dikuasai oleh
penumpang. 37
Adapun Hak-hak penumpang bus DAMRI sebagai konsumen menurut
Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
Pasal 4 bagian pertama, menyatakan bahwa:

37

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 65.

Universitas Sumatera Utara

1.) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
2.) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3.) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
4.) Hak untuk didengar pendapat dan keluhanya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5.) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6.) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7.) Hak untuk diperlukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8.) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
9.) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Kewajiban penumpang bus DAMRI sebagai konsumen menurut Undang No. 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen konsumen, yaitu:
Pasal 5 berbunyi:
a.
b.
c.
d.

Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
Mengikuti upaya penyelsaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut. 38

38

Yusuf Shofie, Op.Cit., UUPK, hal 151-152.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN
BANDARA TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI
KECELAKAAN BUS
A. Eksistensi PERUM DAMRI Sebagai Angkutan Bandara
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Perusahaan Umum
(PERUM) DAMRI memberi definisi mengenai PERUM DAMRI, yang
selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut perusahaan, adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan
kewenangan menteri, dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan
negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. 39
Sejarah Berdirinya PERUM DAMRI
PERUM DAMRI merupakan perpanjangan

sejarah warisan dari

perusahaan angkutan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia pada kurun
tahun sekitar tahun 1943, yaitu dari semulanya bernama Jawa Unyu Zigyosha
sebuah perusahaan angkutan barang dengan truk dan cikar dipulau Jawa serta
Zidosha Sokyoku adalah sebuah perusahaan angkutan penumpang bus.Pada saat
kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 kedua
perusahaan angkutan tersebut direbut paksa oleh para pejuang Indonesia dan
diserahterimakan kepada pemerintah Republik Indonesia yang kemudian
mengelolanya dibawah fungsi Departemen Perhubungan. Oleh pemerintah
Republik Indonesia, kedua perusahaan angkutan warisan Jepang tersebut diubah
39

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Perusahaan
Umum (PERUM) DAMRI.

Universitas Sumatera Utara

namanya menjadi "Djawatan Pengangkutan Untuk Angkutan Barang" dan
"Djawatan Angkutan Darat Untuk Angkutan Penumpang". Pada tanggal 25
November 1946, berdasarkan maklumat Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 01/DAM/46, kedua perusahaan tersebut disatukan dan diberi nama
"Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia" atau disingkat DAMRI.
Berdasarkan maklumat tersebut maka fungsi utama DAMRI adalah
menyelenggarakan angkutan darat bagi kepentingan masyarakat dengan
menggunakan truk, bus serta jenis angkutan motor lainnya. Terjadi peralihan
status DAMRI menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara (BPUPN)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.233 Tahun 1961, yang kemudian pada
tahun 1965 BPUPN dihapus dan DAMRI ditetapkan sebagai Perusahaan Negara
(PN). Yang kemudian berubah lagi di tahun 1982 menjadi Perusahaan Umum
(PERUM DAMRI) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 1984, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 2002 dengan lapangan usaha berupa angkutan bus kota, angkutan
perintis, angkutan antar wilayah, angkutan wisata serta jenis angkutan lainnya
yang dimungkinkan oleh peraturan perundangan yang berlaku hingga sekarang.
DAMRI maju dan berkembang bersama pelanggan. Melayani kebutuhan
masyarakat, menggerakkan masyarakat mencapai tujuan memenuhi harapan akan
perjalanan yang aman, cepat, dan nyaman, kemarin, sekarang, dan nanti.
Adapun visi dan misi PERUM DAMRI yang merupakan pedoman bagi
setiap cabang PERUM DAMRI terutama PERUM DAMRI cabang angkutan
bandara Soekarno-Hatta. Visi dan misi PERUM DAMRI yaitu:
Visi:

Universitas Sumatera Utara

Menjadi penyedia jasa angkutan jalan yang aman, terjangkau, berkinerja unggul
andalan masyarakat Indonesia dan regional Asean.
Misi:
1. Menyajikan layanan angkutan jalan berkelas dunia(world class land
transportation provider) yang aman (safe) berkualitas prima (high quality
service) danterjangkau (affordable) yang dapat memuaskan pengguna jasa
(customer satisfaction) di Indonesia dan regional Asean.
2. Menjalankan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate
governance) dalam rangka memenuhi harapan stakeholder.
3. Mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi sosial budaya nasional serta
regional Asean sekaligus menjaga keutuhan wilayah negara Kesatuan
Republik Indonesia. 40
Untuk mempertahankan eksistensi DAMRI sebagai penyedia jasa angkutan
jalan raya yang aman, handal, terjangkau serta unggul dalam kinerja, DAMRI
mengutamakan kualitas pelayanan, keamanan dan kepuasan pelanggan melalui
penyediaan pelayanan angkutan kota, angkutan antar kota, angkutan antar kota
antar provinsi, angkutan lintas batas negara hingga daerah terpencil yang siap
melayani kebutuhan angkutan penumpang dan barang dengan memiliki jaringan
operasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, diantaranya: kantor pusat,
4 kantor wilayah yang didukung 60 kantor cabang dan 2 (dua) Strategic Businness
Unit (SBU), memiliki 7 (tujuh) segmentasi usaha, yaitu:
a. Angkutan Antar Kota/ Inter-City Transport
1) Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)
40

http://damri.co.id/2016/05/11/tentang-perusahaan/sejarah/, diakses pada tanggal 25
Agustus 2016, pukul 22.10.

Universitas Sumatera Utara

2) Angkutan Antar Kota Provinsi (AKAP)
b. Angkutan kota/ city bus
c. Angkutan bandara/ airpot bus
d. Angkutan antar negara/ inter-state transport
e. Angkutan travel pariwisata/ travel and tourism transport
f. Angkutan barang/ logistic transport
g. Angkutan perintis/ pioneering transport
Sejarah PERUM DAMRI Unit Angkutan Khusus Bandara Soekarno-Hatta
PERUM DAMRI unit angkutan khususbandara Soekarno-Hatta diresmikan
pada tanggal 17 Oktober 1984. Berdasarkan SK Direksi Damri No.
134/OT/001/DAMRI

1984

dengan

nama

Stasiun

PERUM

DAMRI

Cengkareng.Pada akhirnya tanggal 1 Desember 1984, statusnya dirubah menjadi
“PERUM DAMRI Unitangkutan Khusus Bandara Soekarno-Hatta Jakarta”. 41
PERUM DAMRI cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta mempunyai
kedudukan sebagai pelaksana yang menjalankan sebagian tugas perusahaan di
bidang angkutan bandara. Kantor cabang ini dipimpin oleh seorang kepala yang
menerima petunjuk-petunjuk dan bertanggungjawab secara langsung kepada
kantor pusat.
Kemudian cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta melayani 7 rute,
yaituKemayoran, Gambir, Blok M, Kp.Rambutan, Rawamangun, Bekasi
danBogor.Untuk jurusan Bogor stand by dua jam sekali. Selain itu angkutan
cabang bandara Soekarno-Hatta melayani jemputan PT. Angkasa Pura II dengan
rute Dwikora, Dirgantara (Halim-Bandara Soekarno-Hatta), Kuarton, Halim-Slipi,
41

http://nandarfiles.blogspot.co.id/2012/01/perum-damri.html?m=1, diakses pada tanggal
3 Agustus 2016, pukul 12.26

Universitas Sumatera Utara

Departemen Perhubungan, Karawaci, batu Raja, KOABRI, Blok M, Kemayoran
dan Cimone. Cabang ini juga dipercaya oleh Departemen Tenaga Kerja untuk
mengantarkan para tenaga kerja Indonesia ke bandara Soekarno-Hatta pulang
pergi. Selain itu, pada tahun ini cabang ini juga merupakan angkutan yang
mengantarkan para jema’ah haji dari asrama haji menuju ke bandara. Cabang ini
juga melayani angkutan transit khusus daerah Sumatera bagian selatan seperti
Pangkal Pinang, Bangka dll.
Struktur organisasi dan pembagian tugas PERUM DAMRI terdiri dari tiga
bagian di daerah Jakarta, yaitu tingkat pusat, unit angkutan khusus
bandaraSoekarno-Hatta (UAKB), dan tingkat wilayah. Struktur organisasi dan
pembagian tugas pada PERUM DAMRIangkutan Bandara Soekarno-Hatta adalah
sebagai berikut :
(1) Kepala cabang, mempunyai tugas :
(a) Menetapkan perintah-perintah serta melakukan perundingan-perundingan
mengenai perjanjian.
(b) Mengoreksi hasil-hasil perundingan yang berupa naskah perjanjian.
(c) Menentukan ketentuan-ketentuan dan formulasi dalam setiap perjanjian
dengan pihak lain.
(d) Menguji segala kegiatan-kegiatan yang ditunjukan kepada PERUM
DAMRI.
(2) Bagian niaga dan angkutan
a. Sub. bagian tata laksana dan operasi, mempunyai tugas :
1) Bidangadministrasi pengkarcisan, yaitu mengesahkan kartu persediaan
dan menyerahkan bukti-bukti penumpang kepada crew yang telah

Universitas Sumatera Utara

mendapat surat perintah dinas serta menerima kembali sisa bukti
penumpang yang belum terjual.
2)

Bidang administrasi pendapatan, yaitu mempunyai tugas menerima
pesanan angkutan secara borongan dan mencatatnya dalam daftar
pesanan angkutan dan membuat surat pesanan sewa angkutan
borongan,

membukukan

semua

pendapatan

perusahaan

hasil

operasional. Baik yang berasal dari regular, borongan maupun
perniagaan lainnya serta membuat laporan secara berkala tentang
hasil-hasil perniagaan tersebut.
3)

Bidang perusahaan, menghimpun data yang ada kaitannya dengan
angkutan. Baik mengenai bis maupun non bis yang meliputi jumlah
armada, tarif trayek dan lainnya. Serta mempersiapkan program
operasional baik program harian, bulanan, dan tahunan sesuai dengan
kebijaksanaan yang telah digariskan oleh kantor pusat.

b. Sub. bagian administrasi kendaraan, mempunyai tugas :
1)

Mencatat surat kendaraan lain seperti STNK, ijin trayek,dll.

2)

Jika terjadi kecelakaan, mempelajari dan menyimpulkan sebabsebabkecelakaan tersebut.

3)

Menyelesaikan masalah ganti rugi akibat kecelakaan baik yang timbul
karena kelalaian pengemudi DAMRI maupun kelalaian pihak lain yang
menyebabkan kerugian bagi PERUM DAMRI.

4)

Membuat laporan mengenai jumlah dan keadaan kendaraan.

c. Sub. bagian pengaturan persiapan kendaraan dinas angkutan, mempunyai
tugas :

Universitas Sumatera Utara

1) Mempersiapkan surat perintah dinas angkutan sesuai dengan jadwal
kerja harian pada crew.
2) Mempersiapkan

dan

mengatur

kendaraan-kendaraan

yang

siap

dioperasikan baik untuk melayani dinas angkutan jurusan yang sesuai
dengan rute ataupun untuk rombongan, serta crew cadangan jika
sewaktu-waktu diperlukan.
3) Mempersiapkan dan membuat jadwal giliran kerja bagi crew baik untuk
shift I maupun untuk shift II dalam jadwal bulanan.
4) Menerima laporan dari para crew baik yang kembali ke pool/terminal,
yang sedang dalam perjalanan atau crew yang kembali bersama
kendaraannya, tentang kerusakan kendaraan.
5) Membuat daftar dan mengurus uang dinas jalan para crew.
6) Membina dan mengawasi terselenggaranya dinas angkutan sesuai
dengan program yang telah ditentukan.
3) Bagian tata usaha
a) Sub. bagian keuangan, mempunyai tugas dan kewajiban :
1) Menerima uanghasil operasi,baik berupa borongan maupun regular atau
perniagaan lainya.
2) Mengadakan pembukuan untuk setiap penerimaan dan pengeluaran
uang perusahaan.
3) Mempersiapkan, membuat dan mengusulkan anggaran bulanan maupun
tahunan mengenai pendapatan dan pembiayaan untuk mendapatkan
pengesahan dari kantor pusat.

Universitas Sumatera Utara

4) Membuat laporan keuangan setiap bulan untuk diserahkan ke kantor
pusat.
b. Sub. bagian kepegawaian (personalia), mempunyai tugas :
1) Menyimpan dan memelihara berkas-berkas para pegawai.
2) Mempersiapkan usulan-usulan yang berkaitan dengan pengangkatan
pegawai, kenaikan jabatan, dan pemberhentian pegawai.
3) Membuat dan mempersiapkan daftar gaji, uang beras dan tunjangantunjangan lain.
4) Membuat laporan pegawai dan menyampaikannya ke kantor pusat.
5) Mengajukan usulan serta mempersiapkan pegawai-pegawai yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan baik
yang

diselenggarakan

oleh

PERUM

DAMRI

ataupun

yang

diselenggarakan oleh instansi lain.
c. Sub. bagian umum dan rumah tangga, bertugas :
1) Menerima dan mencatat surat yang berasal dari lingkungan PERUM
DAMRI maupun dari instansi lain dalam buku agenda.
2) Mengurus dan menyelesaikan pengiriman surat-surat untuk PERUM
DAMRI dan instansi lain.
3) Mempersiapkan laporan dan ikhtisar bulanan yang diperlukan kepala
unit.
4) Mempersiapkan, membeli, menyimpan dan mengurus alat-alat tulis
dan perlengkapan kantor.
5) Mengatur penggunaan kendaraan dinas yang tidak diawasi oleh bagian
teknik.

Universitas Sumatera Utara

4) Bagian tehnik, terdiri dari :
a) Sub. bagian tata laksana, mempunyai tugas dan kewajiban :
1) Membuat surat perintah kerja untuk para montir.
2) Mencatat dan mengerjakan bukti barang masuk dan keluar.
3) Mencatat dan mengerjakan kartu persediaan barang.
4) Mencatat label barang-barang yang diterima dan dikeluarkan
(dibutuhkan).
5) Membuat laporan pembiayaan kendaraan dan perinciannya tiap bulan.
6) Membuat surat pesanan barang.
7) Membuat daftar intensif karyawan tehnik.
b) Sub. bagian persediaan gudang, bertugas :
1) Mempersiapkan rencana pengadaan suku cadang, atau spare part
lainnya yang merupakan perlengkapan kendaraan-kendaraan dan
perlengkapan tehnik.
2) Mengurus dan menerima bon permintaan barang dan sparepart lainnya
dari bagian pemeliharaan dan perawatan.
3) Mencatat label barang-barang yang telah diterima dan dikeluarkan.
c) Sub. bagian pemeliharaan dan perawatan, bertugas :
1) Membuat jadwal kerja para montir.
2) Merawat dan memperbaiki kendaraan-kendaraan dinas angkutan atau
kendaraan non dinas angkutan.
3) Mengurus dan menyampaikan laporan kerusakan untuk memohon
perbaikan khusus untuk kerusakan-kerusakan yang harus ditangani
oleh bengkel luar.

Universitas Sumatera Utara

4) Menyusun laporan pemeliharaan dan perawatan kendaraan.
5) Mengadakan tes atau pengujian terhadap kendaraan yang baru
diperbaiki.
Berikut adalah susunan/struktur kerja pada PERUM DAMRI cabang angkutan
bandara Soekarno-Hatta:
1. Kepala cabang,
2. Kabag. niaga dan angkutan, terdiri dari:
a) Kasubag. tata laksana dan operasi,
b) Kasubag. administrasi kendaraan, dan
c) Kasubag. pengatur persiapan kendaraan dinas angkutan.
3. Kabag. tata usaha, terdiri dari:
a) Kasubag. keuangan
b) Kasubag. kepegawaian (personalia), dan
c) Kasubag. umum
4. Kabag. tehnik, terdiri dari:
a) Kasubag. tata laksana tehnik,
b) Kasubag. tata laksana gudang,
c) Kasubag. pemeliharaan dan perawatan.
PERUM DAMRI unit angkutankhusus bandara Soekarno-Hattadapat
terusmempertahankan eksistensinya hingga sekarang karena mereka terus
berusaha untuk melayani penumpang dengan sebaik-baiknya sesuai harapan dan
keinginan para penumpang, ketepatan waktu keberangkatan, kebersihan armada,
dan keramahan para crew untuk melayani penumpang dengan selamat sampai
tujuan. Pengemudi merupakan salah satu pihak yang berperan penting dalam

Universitas Sumatera Utara

mengantarkan penumpang hingga sampai tujuan dengan selamat dan menjadikan
PERUM DAMRI sebagai jasa pengangkutan yang dicari dan digunakan terus oleh
masyarakat. PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara memiliki ikrar
keselamatan pengemudi yang berbunyi “Saya Adalah Pengemudi Yang
Mengutamakan Keselamatan Dan Sopan Santun Berkendara”. Pengemudi di
PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandaraSoekarno-Hatta dibedakan
menjadi 2, yaitu:
a. Pengemudi perusahaan/ tetap ( 381 orang)
b. Pengemudi kontrak (130 orang)
Setiap pengemudi yang masuk PERUM DAMRI akan mendapatkan berupa:
1) BPJS Kesehatan
2) BPJS Ketenagakerjaan
3) Pengemudi akan masuk ke dalam paguyuban dan akan mengumpulkan iuran
yang merupakan Dansos (dana sosial) yaitu bila terjadi kecelakaan maka
pengemudi dapat menggunakan iuran dari paguyuban tersebut
4) Uang jaminan perusahaan
Uang jaminan perusahaan adalah uang yang diserahkan pengemudia kepada
pihak perusahaan sebesar Rp.3.000.000,00 saat pengemudi dinyatakan masuk
kedalam perusahaan, kegunannya bilamana pengemudi mengakibatkan suatu
kecelakaan saat berkendara, maka uang tersebut digunakan sebagai
pertanggungjawaban pengemudi terhadap kecelakaan bus yang ia bawa.
Tetapi bila pengemudi itu melakukan pengunduran diri dan selama dia
membawa penumpang tidak pernah terjadi kecelakaan maka uang tersebut
akan dikembalikan oleh perusahaan seutuhnya.

Universitas Sumatera Utara

Hak pengemudi:
(1) Gaji
(2) UDJ (Uang Dinas Jalan)
Uang dinas jalan adalah 10% dari pendapatan akan diberikan kepada
pengemudi yang bertanggungjawab terhadap bus tersebut yaitu 2 orang.
(3) Uang Read
Uang yang diberikan kepada pengemudi setiap membawa bus dan akan
diberikan setiap hari.
Bagi para pegawai PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara
Soekarno-Hatta mereka akan diberikan oleh perusahaan berupa tunjangan.
Pemberian tunjangan kepada pegawai dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Pegawai kontrak
Tunjangan yang diberikan perusahaan pada pegawai kontrak hanya pada saat
dia bekerja di perusahaan tersebut menyangkut pekerjaannya.
2. Pegawai tetap
Tunjangan yang diberikan perusahaan kepada pegawai tetap yaitu sejumlah 3
orang yang terdiri dari istri dan 2 anak. 42

42

Hasil wawancara tanggal 25 Juli 2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku
ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta
Timur.

Universitas Sumatera Utara

STRUKTUR ORGANISASI PERUM DAMRI

Universitas Sumatera Utara

Sumber :PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur

B. Tanggungjawab PERUM DAMRI Sebagai Angkutan Bandara Terhadap
Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan
Tanggungjawab dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan sebagai keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. 43 Di dalam istilah Belanda disebutkan
Verantwoordelijkatau

bertanggungjawab

yaitu

wajib

mengadakan

pertanggungjawaban, serta memikul tanggungjawab atas kemungkinan terjadinya
kerugian. 44
Kecelakaan (accident) adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa kejadian
atau musibah; yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak: terjadi sebelum dalam,
dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan; karena perbuatan
manusia atau kerusakan alat pengangkut s

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga Dan Lokasi Terhadap Kepuasan Pengguna Jasa Damri Di Bandara Soekarno-Hatta

10 64 164

Tanggung Jawa Bperum Damri Sebagai Angkutan Bandara Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada Perum Damri Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta)

5 36 95

EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS DAMRI ROYAL EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS DAMRI ROYAL TRAYEK SINTANG-PONTIANAK.

0 3 14

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN BUS PERUM DAMRI CABANG PADANG TERHADAP PENUMPANG DALAM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN UMUM.

0 0 10

Tanggung Jawa Bperum Damri Sebagai Angkutan Bandara Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada Perum Damri Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta)

0 0 10

Tanggung Jawa Bperum Damri Sebagai Angkutan Bandara Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada Perum Damri Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta)

0 0 1

Tanggung Jawa Bperum Damri Sebagai Angkutan Bandara Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada Perum Damri Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta)

0 1 13

Tanggung Jawa Bperum Damri Sebagai Angkutan Bandara Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada Perum Damri Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta)

0 0 16

Tanggung Jawa Bperum Damri Sebagai Angkutan Bandara Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada Perum Damri Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta)

0 0 3

KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI PUBLIK (Studi Deskriptif tentang Kualitas Pelayanan Jasa Angkutan Umum Perum Damri Unit Angkutan Bus Khusus Gresik-Bandara Juanda)

0 0 9