Efektivitas Kebijakan Dana Desa Dalam Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur Pedesaan di Kabupaten Langkat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desa
2.1.1. Sejarah Desa
Sejarah

pedesaan

adalah

sejarah

dalam

arti

yang

seluas-


luasnya. History is above a science of change, demikian kata Marc Bloch.
Disini dimensi waktu menjadi sangat penting, sebab perubahan ialah
sebuah proses dalam waktu. Perubahan itu berarti perpindahan dari sebuah
keadaan menuju ke keadaan yang lain. Keadaan itu menunjukan pada
waktu tertentu terdapat kejadian yang berhubungan secara structural dan
membentuk sebuah keadaan.Selain itu juga, sejarah pedesaan ialah
sejarah-sejarah yang secara khusus meneliti tentang pedesaan, masyarakat
petani, dan ekonomi pertanian. Untuk membedakan antara sejarah
pedesaan dengan sejarah sosial ialah sejarah pedesaan harus selalu dapat
mengembalikan permasalahan sejarah kepada desa dan pedesaan atau
kepada ekonomi agrarian pedesaan.
Desa dalam penelitian dapat dimasukan dalam satuan tertentu. Dalam
sejarah pedesaan, desa dapat dimasukan dalam satuan, dan dalam satuan
itu memiliki cirri khusus yang tidak terdapat pada satuan lain, yaitu :
1. Ekosistem adalah hasil perpaduan antara aktivitas manusia, keadaan
bologs dan proses fisik. Menurut Clifford Geertz dalam Agricultural

Universitas Sumatera Utara

Involution membedakan dua macam ekosistem yaitu ekosistem lading

dan ekosistem sawah.
2. Geografis adalah satuan seperti perbukitan, daerah aliran sungai,
pantai, teluk, selat dan pedalaman desa yang memiliki hubungan satu
dengan yang lainnya Ekonomis secara langsung atau tidak
merupakan bagian dari satuan geografis ataupun sebaliknya.
3. Budaya merupakan salah satu satuan dalam sejarah pedesaan yang
dapat berupa hukum adat. Hukum adat di Indonesia berjumlah 19
hukum adat yang masing-masing memiiki sistem sosial-ekonomis
dan budaya tersendiri.
Dengan pengertian sejarah tentang apa saja dengan bidang garapan
desa, masyarakat petani, dan ekonomi pertanian, dibawah ini akan
ditunjukan beberapa permasalahan dalam sejarah pedesaan.
1. Bangunan Fisik, Sejarah bangunan fisik belum mendapat perhatian dari
sejarawan, padahal banyak sumber-sumber dari Belanda yang
menerangkan mengenai pdesaan. Sejarah pedesaan disini tentang
monografi sebuah desa tertentu.
2. Satuan Sosial, Satuan sosial di lingkungan desa dan masyarakat petani
sangat kaya dengan permasalahan sejarah. Keluarga, satuan desa, kelas
soaial, kelompok agama dan budaya dan kelompok etnis termasuk di
dalamnya. Sejarah keluarga baik sebagai lembaga atau sebagai kesatuan

yang konkret belum dapat perhatian.

Universitas Sumatera Utara

3.

Lembaga Sosial, Lembaga-lembaga desa yang berupa pola hubungan
sosial dan organisasi-organisasi sosial merupakan tema yang kaya untuk
dijadikan kajian. Termasuk disini lembaga seperti pemerintahan,
keagamaan, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan
sebagainya.

4.

Hubungan Sosial, Hubungansosialdipedesaan juga kayaakan tema
penelitian.Diantaranya masalah stratifikasi, integrasi, konflik, mobilitasi
sosial, migrasi, dan hubungan desa-kota.

5.


Gejala Psiko-sosial, Masuknya unsur-unsur baru dalam hal psikis dan
budaya pedesaan telah secara umum dapat merubah mental budaya
masyarakat desa, dan dapat merubah nilai-nilai dalam bidang sosial dan
ekonomi

2.1.2 Pengertian Desa
Kata desa berasal dari bahasa India yaitu swadesi yang berarti tempat asal,
negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup,
dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas (Soetardjo, 1984,
Yuliati dan Purnomo, 2003). Pengertian desa lainnya disampaikan oleh
Bintarto (1983) yang menyebutkan bahwa desa adalah suatu hasil perpaduan
antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari
perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi politik dan kultural
yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya
dengan daerah-daerah lain.

Universitas Sumatera Utara

Sesuai batasan definisi tersebut, maka di Indonesia dapat ditemui banyak

kesatuan masyarakat dengan peristilahannya masing-masing seperti Dusun
dan Marga bagi masyarakat Sumatera Selatan, Dati di Maluku, Nagari di
Minang atau Wanua di Minahasa. Pada daerah lain masyarakat setingkat desa
juga memiliki berbagai istilah dan keunikan sendiri baik mata pencaharian
maupun adat istiadatnya.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengakuan Desa dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 18B ayat
1 dan 2, serta dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain
(selanjutnya disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini kemudian
ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun.


Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Karakteristik Desa
The village is principally a place of residence and not primarily a
business center. It is composed chiefly of farm dwellings and their associated
autbuildings, demikian pendapat Finch yang dikutip oleh Prof.Bintarto.Desa
ialah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa

mengadakan

pemerintahan

pemerintahan

sendiri

(Sutardjo

Kartohadikusumo,1953).

Menurut Prof.Drs.R.Bintarto,1983 menyebutkan bahwa desa adalah
suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok

manusia dengan

lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di
muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi
politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga
dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain.
Menurut Drs.Sapari Imam Asy’ari karakteristik desa meliputi:
1.

Aspek morfologi, Desa merupakan pemanfaatan lahan atau tanah oleh
penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah
tinggal yang terpencar (jarang). Desa berhubungan erat dengan alam, ini
disebabkan oleh lokasi goegrafis untuk petani, serta bangunan tempat
tinggal yang jarang dan terpencar.

2.


Aspek jumlah penduduk, Maka desa didiami oleh sejumlah kecil penduduk
dengan kepadatan yang rendah.

Universitas Sumatera Utara

3.

Aspek ekonomi, Desa ialah wilayah yang penduduk atau masyarakatnya
bermata pencaharian pokok di bidang pertanian, bercocok tanam atau
agrarian, atau nelayan.

4. Aspek

hukum,

Desa

merupakan

kesatuan


wilayah

hukum

tersendiri,(P.J.M.Nas, dan Soetardjo) dimana aturan atau nilai yang
mengikat masyarakat di suatu wilayah.Tiga sumber yang dianut dalam
desa, yakni:
A.

Adat asli, Norma-norma yang dibangun oleh penduduk sepanjang

sejarah dan dipandang sebagai pedoman warisan dari masyarakat
B. Agama/kepercayaan, Sistem norma yang berasal dari ajaran agama
yang dianut oleh warga desa itu sendiri
C.

Negara Indonesia, Norma-norma yang timbul dari UUD 1945,

peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah

5. Aspek sosial budaya, desa itu tampak dari hubungan sosial antar
penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifar
pribadi, tidak banyak pilihan, dan kurang tampak adanya pengkotaan,
dengan kata lain bersifat homogeny, serta bergotong royong.
6.

Aspek morfologi menurut Smith dan Zopf, 1970 adalah terdiri dari
lingkungan fisik desa dan pola pemukiman. Pola pemukiman berkaitan
dengan hubungan-hubungan keruangan (spatial) pemukiman (petani)
antara satu dengan yang lain dan dengan lahan pertanian mereka.Secara
umum ada 2 pola pemukiman, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Pemukiman penduduknya berdekatan antara satu dengan yang lain
dengan lahan pertanian berada di luar dan terpisah dari lokasi
pemukiman,
2.

Pemukiman penduduknya terpencar dan terpisah sama lain dan

masing-masing berada di dalam atau di tengah lahan pertanian
mereka.

2.1.4. Ruang Lingkup Desa
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :
1.

Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.

2.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten atau kota
yang di serahkan pengaturannya kepada desa.

3.

Tugas pembantuan dari pemerintah,

pemerintah Provinsi dan

pemerintah Kabupaten atau Kota.
4.

Urusan pemerintahan lainnya oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.

5.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa adalah urusan pemerintahan
yang

secara

langsung

dapat

meningkatkan

pelayanan

dan

pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintah desa terdiri
dari pemerintah desa dan BPD. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa
dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari, Sekertari Desa dan
perangkat desa. Perangkat desa lainnya terdiri atas :

Universitas Sumatera Utara

1. Sekertaris Desa
2. Pelaksanaan Tekhnis Lapangan
3. Unsur Kewilayahan
4. Badan Pemursyawaratan Desa (BPD) berkedudukan sebagai
Unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD terdiri dari ketua
rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh
pemuka agama atau pemuka masyrakat lainnya. BPD berfungsi menetapkan
peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
Badan permusyawaratan desa (BPD) mempunyai wewenang:
1.

Membahas Rancangan Peraturan Desa

2.

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala desa

3.

Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa

4.

Membentuk panitia kepala desa

5.

Menggali, Menampung, Menghimpun, Merumuskan dan Menyalurkan
aspirasi masyarakat Menggali,menampung,Menyusun tata tertib BPD

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai hak:
1.

Meminta keterangan kepada pemerintah desa

2.

Menyatakan pendapatan

Universitas Sumatera Utara

2.2 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara ( APBN )
APBN adalah undang-undang, sehingga merupakan kesepakatan antara
Pemerintah dan DPR, sebagaimana disebutkan dalam pasal 23 Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan
BelanjaNegara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan
fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara. APBN tersebut harus
dikelola secara tertib dan bertanggung jawab sesuai kaidah umum praktik
penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik. Sesuai pasal 26 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setelah APBN ditetapkan
dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan
Keputusan Presiden.
APBN harus didesain sesuai dengan fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan
fungsi stabilisasi dalam upaya mendukung penciptaan akselerasi pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dijelaskan: fungsi alokasi mengandung
arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas

Universitas Sumatera Utara

perekonomian, fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran
negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, fungsi stabilisasi
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental ekonomi.
Beberapa faktor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain: (1) indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar
makro

ekonomi;

(2)

kebijakanpendapatan

negara;

(3)

kebijakan

pembangunan ekonomi; (4) perkembangan pemungutan pendapatan
negara secara umum; dan (5) kondisi dan kebijakan lainnya. Contohnya,
target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran
asumsi lifting minyakbumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target
penerimaan perpajakan ditentukanoleh target inflasi serta kebijakan
pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan tidak
kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak
dan lainnya.
2. Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
(1) asumsi dasarmakro ekonomi; (2) kebutuhan penyelenggaraan negara;
(3) kebijakan pembangunan; (4) resiko (bencana alam, dampak krisis
global) dan (4) kondisi dan kebijakan lainnya. Contohnya, besaran belanja

Universitas Sumatera Utara

subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar, serta target
volume BBM bersubsidi.
3. Pembiayaan
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1)
asumsi dasa rmakro ekonomi; (2) kebijakan pembiayaan; dan (3) kondisi
dan kebijakan lainnya.

2.3. Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa yang
diperoleh dari Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal
dari APBDKabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa
paling sedikit 10 % (sepuluh persen). Menurut Peraturan Daerah Kabupaten
Langkat Nomor 10 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat
APBDES adalah Rencana Keuangan Tahunan Desa yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
yang ditetapkan dengan Peraturan Desa dan Dana Alokasi Desa terdapat pada
Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud ayat (5)
pasal 10 Peraturan Daerah ini meliputi:

Universitas Sumatera Utara

1. Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa (TPAPD)
2. Alokasi Dana Desa (ADD)
3. Penyisihan Pajak dan Retribusi Daerah
4. Sumbangan Bantuan lainnya dari Kabupaten
Dengan sasaran Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagikan kepada 277
desa di 23 kecamatan Kabupaten Langkat. Pembagian Alokasi Dana Desa
(ADD) dapat dilihat berdasarkan Variabel Independen utama dan Variabel
Independen tambahan dengan rincian sebagai berikut:
1. Asas Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang sama
untuk di setiap Desa atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD)
minimal. Alokasi Dana Desa (ADD) Variabel Independen utama sebesar
70% dan Variabel Independen Tambahan 30%.
2. Asas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi
secara proporsional untuk di setiap Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa yang
dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa (ADD)
Proporsional (ADDP), Variabel Proporsional Utama sebesar 60%dan
Variabel Proporsional Tambahan sebesar 40%. Variabel Independen Utama
adalah Variabel yang dinilai terpenting untuk menentukan nilai bobot desa.
Variabel Utama ditujukan untuk mengurangi kesenjangan kesejahteraan
masyarakat dan pelayanan dasar umum antar desa secara bertahap dan
mengatasi kemiskinan strukturan masyarakat di desa. Variabel Independen
Utama meliputi sebagai berikut:
1.

Indikator kemiskinan

Universitas Sumatera Utara

2.

Indikator Pendidikan Dasar

3.

Indikator Kesehatan

4.

Indikator Keterjangkauan Desa

Variabel Tambahan merupakan Variabel yang dapat ditambahkan oleh
masing-masing daerah yang meliputi sebagai berikut :
1. Indikator Jumlah Penduduk
2. Indikator Luas Wilayah
3. Indikator Potensi Ekonomi (PBB)
4. Indikator Jumlah Unit Komunitas (Dusun)

2.4.Dana Desa
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 6 Tahun 2014 Tentang
desa, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat di nilai
dengan uang serta segala seuatu berupa uang dan barang yang akan berhubungan
dengan kelangsungan hak dan kewajiban Penyelenggaraan urusan pemerintah
desa yang menjadi kewenangan desa di danai dari anggaran pendapatan dan
belanja

desa,

bantuan

pemerintah

dan

bantuan

pemerintah

daerah.

Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang di selenggarakan oleh
pemerintah desa di danai dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Penyelenggaraan urusan pemerintah yang di selenggarakan oleh pemerintah desa
di danai dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Sumber pendapatan desa
terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

1.

Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa,
hasil swadaya dan pastisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah.

2.

Bagihasil pajak daerah kabupatn/kota paling sedikit 10% untuk desa dan
dari retribusi kabupaten/kota sebagian di peruntukkan bagi desa.Bagian
dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang di terima oleh
kaabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya
untuk setiap desa secara profesional yang merupakan alokasi dana desa.

3.

Bantuan keuangan pemerintah, pemerintah Provinsi dan pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah.

4.

Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

2.5. Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau yang kerap disebut APBDes
adalah peraturan desa yang memuat rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa.
Sebelumnya, rencana APBDes dibahas oleh Pemerintah Desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa untuk kemudian ditetapkan oleh Kepala Desa.
Sebelum APBDes dibahas, pemerintah desa terlebih dahulu menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKPDes). RPJMDes memiliki jangka waktu 6 tahun dan
RKPDes memiliki jangka waktu 1 tahun dengan melihat hal yang lebih prioritas
untuk pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

RPJMDes dan RKPDes yang telah disusun masih dapat diubah apabila
setelah dana desa berjalan ternyata desa tersebut mengalami sesuatu yang tidak
diinginkan seperti bencana alam. Tahap pengubahannya dengan mengirim berita
acara hasil musyawarah ke Kecamatan lalu Kecamatan akan kordinasi dengan
Kabupaten. Dana yang digunakan untuk merealisasikan hasil musyawarah
tersebut berasal dari salah satu RKPDes yang ditunda.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan
bahwa APBDesa memuat tiga hal yakni Pendapatan Desa, Belanja Desa dan
Pembiayaan Desa.
1.

Pendapatan Desa
Semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa
dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh transfer dan
pendapatan lain-lain:desa. Ada tiga jenis pendapatan desa, pendapatan asli
desa, dana transfer dan pendapatan lain-lain yaitu: pendapatan asli desa,
pendapatan asli desa (PAD), Bagi hasil pajak kabupaten kota, bagian dari
retribusi kabupaten/Kota,Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota dan desa Lainnya, Hibah, Sumbangan
Pihak Ketiga.

2.

Belanja desa
Meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban
desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh desa. Belanja Desa dipergunakan dalam rangka mendanai

Universitas Sumatera Utara

penyelenggaraan kewenangan desa. Klasifikasi Belanja Desa terdiri atas
kelompok:
1. Penyelenggaraan pemerintahan Desa
2. Pelaksanaan pembangunan Desa
3.

Pembinaan kemasyarakatan Desa

4. Pemberdayaan masyarakat Desa
5.

Belanja tak terduga

Kelompok belanja di atas dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan
desa yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RPKDesa).
Di masing-masing kegiatan tersebut kemudian diperinci berdasarkan jenis
belanja:
a. belanja pegawai
b. belanja barang dan jasa
c. belanja modal
3.

Pembiayaan Desa
Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Desa terdiri atas kelompok:

1. Penerimaan pembiayaan, Sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa tahun
sebelumnya), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan desa
yang dipisahkan.

Universitas Sumatera Utara

2. Pengeluaran pembiayaan, Pembentukan dana cadangan dan penyertaan
modal desa.

2.5.1. Dasar Hukum Dana Desa

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Republik Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa.

2.5.2. Tujuan Dana Desa
1. Meningkatkn penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan
pelayanan

pemerintahan,

pembangunan

dan

kemasyarakatan

dan

kewenangannya.

Universitas Sumatera Utara

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam
perencanaan,

pelaksanaan

dan

pengendalian

pembangunan

secara

pastisipatif sesuai dengan potensi desa.
3. Meningkatkan

pemerataan

pendapatan,

kesempatan

bekerja

dan

kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat
2.5.3. Penyusunan Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota Tentang Dana
Desa
1.

Proses penyusunan kebijkan dana desa, Di prakarsai oleh pemerintah
Kabupaten/Kota bersama DPRD dengan melibatkan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap kemandirian desa, seperti wakil dari pemerintah
desa, badan permusyawaratan desa, lembaga kemasyarakatan di desa,
lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi.

2.

Dalam rangka menyiapkan kebijakan daerah tentang dana desa,
pemerintah Kabupaten/Kota membentuk suatu tim yang keanggotaannya
berasal dari aparat pemerintah daerah, kecamatan dan desa perwakilan
DPRD dan BPD, serta orgaisasi kemasyarakatan yang memiliki
pengalaman dalam pemberdayaan masyaarakat dan desa.

3. Tim tersebut dalam pejelasan di atas sebagaimana yang telah di sebut
sebelumnya bertugas untuk mempersiapkan sebagai hal yang terkait
dengan dana desa sesuai dengan kebijakan daerah.

Universitas Sumatera Utara

4.

Kebijakan daerah tentang dana desa di tetapkan melalui peraturan
Bupati/Walikota Atau peraturan daerah.

5.

Proses penetapan peraturan Bupati/Walikota atau peraturan daerah tentang
dana desa dilakukan secara transparan dan partisipatif.

6.

Pemerintah Kabupaten/Kota bekerja sama dengan para pelaku terkait,
perlu menyiapkan pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan di desa
dalam mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan hasil dana desa.

2.5.4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Dana Desa

1. Pengelolaan keuangan dana desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa.
2.

Seluruh kegiatan yang didanai oleh dana desa direncanakan, dilaksanakan
dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan unsur lembaga
kemasyarakatan di desa.

3.

Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi,
teknis dan hukum.

4.

Dana desa dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah, dan
terkendali serta harus selesai pada akhir bulan Desember.

5.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai indikator keberhasilan
pelaksanaan dana desa antara lain :
a) Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang dana desa dan
penggunaannya

Universitas Sumatera Utara

b) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Desa dan
pelaksanaan pembangunan desa;
6.

Terjadi sinergi antara kegiatan yang dibiayai dana desa dengan programprogran pemerintah lainnya yang ada di desa.

7.

Tingginya kontribusi masyarakat dalam bentuk swadaya msyarakat
terhadap pembangunan yang dilaksanakan di desa.

8.

Tingkat penyerapan tenaga kerja lokal pada kegiatan pembangunan desa.

9.

Kegiatan yang didanai sesuai dengan yang telah direncanakan dalam
APBDesa.

10. Terjadinya peningkatan pendapatan asli desa.

2.5.5. Mekanisme penyaluran Dana Desa
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mekanisme penyaluran Dana Desa
Adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan dana untuk dana desa beserta untuk pengelolaannya di
anggarkan dalam APBD setiap tahunnya.
2. Pengajuan dana desa dapat di lakukan oleh pemerintah desa apabila sudah
di tampung dalam APBDesa yang sudah di tetapkan di peraturan desa.
3. Mekanisme penyaluran secara tekhnis yang menyangkut penyimpanan,
nomor rekening, transfer, surat permintaan pembayaran, mekanisme
pengajuan dan lain-lain di atur lebih lanjut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

2.5.6. Penggunaan Dana Desa
Penggunaan dana desa didasarkan pada skala prioritas yang ditetapkan
pada tingkat desa. Penggunaan dana desa dibagi menjadi 2 (dua) yaitu untuk
Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan Desa serta untuk biaya
pemberdayaan masyarakat. Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan
desa sebesar 30%. Dari total keseluruhan dana desa yang digunakan sebagai
berikut:
1.

Operasional Pemerintah Desa sebesar 50 % dari belanja Aparatur dan
Operasional Pemerintahan desa yang digunakan untuk Belanja barang dan
jasa Pembelian/

pengadaan barang,

belanja

pemeliharaan sarana

Pemerintah Desa, belanja perjalanan dinas kepala desa dan perangkat desa
sebesar 40% dari Operasional Pemerintah Desa dan,
2.

Belanja pegawai sebesar 60% dari Operasional Pemerintah Desa untuk
honor tim pelaksana desa.

3.

Operasional BPD sebesar 25% dari Belanja pemerintahan desa dengan
perincian sebagai berikut
a) Belanja Barang dan Jasa sebesar 40 % dari total operasional BPD
yang digunakan untuk pembelian / pengadaan barang, belanja
pemeliharaan sarana sekretariat BPD, belanja perjalanan dinas
Ketua dan Anggota BPD.
b) Belanja pegawai sebesar 60% dari Operasional BPD yang
digunakan untuk tunjangan Pimpinan dan Anggota BPD.

Universitas Sumatera Utara

c) Tunjangan Kesejahteraan Aparatur Pemerintah Desa sebesar 25%
dari belanja Pemerintah Desa.

4.

Pemberdayaan masyarakat 70 % dari total keseluruhan ADD dengan
perincian sebagai berikut :
1. Belanja modal (publik) sebesar 70% dari belanja Pemberdayaan
Masyarakat dengan perincian sebagai berikut :
a) Biaya perbaikan prasarana dan sarana publik.
b) Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDes.
c) Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan.
d) Perbaikan lingkungan dan pemukiman.
e) Tekhnologi tepat guna.
f) Perbaikan kesehatan dan pendidikan.
g) Pengembangan sosial budaya.
h) Kegiatan lainnya yang dianggap penting.

5.

Penggunaan dana desa di musyawarahkan antara pemerintah desa dengan
masyarakat dan di tuangkan dalam peraturan desa tentang anggaran
pendapatan belanja daerah (APBDesa) tahun yang bersangkutan.

6.

Pengelolaan dana desa di lakukan oleh pemerintah desa yang dibantu oleh
lembaga kemasyaraktan desa.

7.

Peraturan lebih lanjut tentang tekhnis pelaksanaanya dapat di atur dalam
keputusan kepala desa.

Universitas Sumatera Utara

8.

Perubahan pengguna dana desa yang tercantum dalam APBDesa dapat di
atur sesuai dengan kebijakan di daerah.

9.

Dalam

kepentingan

pengawasan,

maka

semua

penerimaan

dan

pengeluaran keuangan sebagai akibat di berikannya Alokasi Dana Desa di
catat dan di bukukan sesuai dengan kebijakan daerah tentang APBDesa.
2.5.7. Pelaporan Dana Desa
Dalam pelaporan Dana Desa dapat di lihat hal-hal yang harus di
perhatikan.
1. Pelaporan ini diperlukan dalam rangka pengendalian dana untuk
mengetahui perkembangan proses pengelolaan dan penggunaan dana desa
yang terdiri dari:
a) Perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana
b) Masalah yang dihadapi
c) Hasil akhir penggunaan dana desa
2. Mekanisme pelaporan pelaksanaan dana desa dilaksanakan secara
berjenjangmulai dari Tingkat Desa sampai ke Tingkat Kabupaten sebagai
berikut :

a) Tim Pelaksana Desa menyampaikan laporan realisasi fisik dan
Keuangan dana desa setiap bulan kepada Tim Pendamping Tingkat
Kecamatan, paling lambat tanggal 8 (delapan) setiap bulan.

Universitas Sumatera Utara

b) Tim Pendamping Tingkat Kecamatan menyampaikan laporan hasil
rekapitulasi dari seluruh laporan tingkat desa di wilayah setiap
bulan termasuk perkembangan dan dana yang telah disalurkan,
kepada Bupati dan Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.

2.6. Penelitian Terdahulu
Sejumlah penelitian telah di lakukan tentang pemanfaatan Alokasi Dana
Desa Dini (2010), melakukan Studi tentang “Hubungan Alokasi Dana Desa
Dengan Pembangunan Desa Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat”. Hasil dari
peneltian ini menunjukkan alokasi dana desa memiliki hubungan yang positif
dengan pembangunan desa di kecamatan stabat dan presepsi masyarakat terhadap
alokasi dana desa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan desa
di Kecamatan Stabat.
Selanjutnya kajian yang di bahas oleh penelitian wahyu hudjuala (2009).
Melakukan penelitian yang berjudul “Efekivitas Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Menunjang Pembangunan Pedesaan”. Dengam studi kasus: Di desa Nunuk
Kec. Pinolosian, Kab. Bolaang Mongondow Selatan. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat dan mengetahui bagaimana efektivitas pemanfaatan Alokasi Dana
Desa (ADD). Selanjutnta untuk megetahui Faktor penghambat dan pendukung
pemanfaatan ADD khususnya Di desa Nunuk Kec. Pinolosian, Kab. Bolaang
Mongondow Selatan. Hasil dari pnelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
efektivitas pemanfaan ADD masih kurang baik. Pemerintahan desa sudah

Universitas Sumatera Utara

berusaha melakukan pelaksanaan pemanfaatn ADD dengan baik, namum masih
memiliki faktor penghambat seperti pengetahuan masyarakat tentang dana desa
dan SDM yang ingin turut ikut serta dalam pelaksanaan pemanfaatan alokasi
dana desa.
Siti Muntahanah (2010) penelitian ini berjudul “Efektivitas Pengelolaan
Keuangan Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif keuangan pengeolaan
Alokasi Dana Desa di Kecamatan Somagede dalam hubungannya dengan program
desa. Dan memiliki hasil penelitian bahwa Kecamatan Somagede sebagai
penerima ADD sangat bertanggung jawab

penuh

dalam pelaksanaan dan

pelaporan keuangan ADD dan pemanfaatannya untuk kepentingan masyrakat,
pelaporan keuangan ADD di Kecamatan Somagede dari tahun ketahun sudah
berjaalan sesuai dengan peraturan yang ada.
Penelitian selanjutnya di lakukan oleh Mohammad Zain A Gafur (2011)
dengan judul “ Inkonsistensi Penerapan Good Governance Dalam Implementasi
Kebijakan Alokasi Dana Desa ( Studi di Desa Marasipno Kecamatan Maba
Tengah Kabupaten Halmahera Timur) dengan pembahasan Alokasi Dana Desa
merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonomi
desa. Hal itu dilakukan agar desa dapat tumbuh dan berkembang mengikuti
pertumbuhan

yang

berasal

dari

desa

itu

sendiri

dengan

berdasarkan

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan
masyarakat. Berdasarkan pengertian dari ADD tersebut, maka di dalam
melakukan suatu perencanaan dan pelaksanaan ADD diperlukan partisipasi,

Universitas Sumatera Utara

transparansi, akuntabilitas dan kesetaraan dari semua pihak yang terlibat didalam
kebijakan tersebut baik pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan kelompok
sasaran. Hal ini dilakukan agar tercipta suatu tata pemerintahan yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika dalam proses perencanaan
dan pelaksanaan ADD dengan berdasar pada prinsip partisipasi, transparansi,
akuntabilitas, dan kesetaraan yang dilakukan oleh Desa Marasipno Kecamatan
Maba Tengah Kabupaten Halmahera Timur. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Di mana penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang

menghasilkan data deskriptif

berupa

kata-kata

tertulis

atau

lisan

dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Penulis melakukan penggabungan
teknik observasi,wawancara,dan dokumentasi. Observasi dilakukan di Desa
Marasipno, dan teknik dokumentasi dilakukan untuk menggali datadata sekunder
yang berkaitan dengan penelitian. Data yang diperoleh dari kedua teknik itu
kemudian diperdalam melalui wawancara dengan informan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa proses perencanaan dan pelaksanaan Alokasi Dana Desa Di
Desa Marasipno masih sangat jauh dari prinsip-prinsip pengelolaan Alokasi Dana
Desa. Tidak jalanya prinsip pengelolaan Alokasi Dana Desa dari tahapan
perencanaan sampai dengan pelaksanaan dapat dilihat dari kurang partisipasi,
transparansi

,akuntabilitas

dan

kesetaraan

dari

masyarakat

luas

yang

berkepentingan dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Marasipno.
Ketidakserasian antara perencanaan dan pelaksanaan dalam pengelolaan ADD
disebabkan juga karena kurangnya kesadaran masyarakat atas pentingnya
kebijakan tersebut serta sikap apatis dari aparat pemerintah desa dan tidak adanya

Universitas Sumatera Utara

relevansi keberadaan Desa Marasipno sebagai penyelenggaraan pemerintahan
desa dalam perencanaan dan pelaksanaan Alokasi Dana Desa. Dari hasil
penelitian penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1). Perlu adanya
evaluasi tentang pemekaran desa dari pemerintah Kabupaten. Begitu juga dengan
keberadaan Desa Marasipno, karena berdasarkan temuan dilapangan bahwa tidak
adanya penyelenggaraan pemerintahan di desa tersebut. 2). Dalam rangka
pemahaman mengenai pengelolaan ADD ,maka perlu sering diadakannya
sosialisasi Peraturan Bupati tentang petunjuk pelaksanaan ADD, serta diperlukan
supervisi atau pendampingan dari dinas terkait untuk proses perencanaan dan
pelaksanaan ADD. 3). Perlunya pemahaman kepada masyarakat bahwa ADD
adalah hak mereka. Karena tujuan dari kebijakan ini adalah mensejahterakan
masyarakat desa. 4). Dan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan dalam
menerapkan atau dalam menjalankan kebijakan ADD, diperlukan adanya
kelembagaan yang kuat didesa. Penelitian berikutnya berjudul “Implementasi
Kebijakan Alokasi Dana Desa Dalam Pembangunan Desa Di kecamatan Utan
Kabupaten Sumbawa”, Oleh Awanta Mutmainnah (2012).Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
pembangunan

desa

di

Kecamatan

untukmengidentifikasi faktor-faktor yang

Utan,

Kabupaten

Sumbawa

dan

menjadi kendala pemerintah desa

dalam implementasi kebijakan ADD di Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa,
serta untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pemerintah Desa di Kecamatan
Utan, Kabupaten Sumbawa dalam menghadapi kendala yang terjadi. Metode yang
digunakan dalam penelitia ini yaitu metode deskriptif kualitatif, dengan teknik

Universitas Sumatera Utara

wawancara untuk memperoleh data primer dari para informan, serta menggunakan
teknik dokumentasi dan observasi untuk memperoleh data skunder mengenai
implementasi kebijakan ADD di Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan ADD di Kecamatan Utan,
Kabupaten Sumbawa pada dasarnya belum berjalan dengan efektif. Upaya-upaya
yang dilakukan juga masih belum berjalan dengan maksimal. Sehingga penulis
memberikan saran untuk dapat meningkatkan peran serta pemerintah daerah
dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pelaksana kebijakan agar
pelaksanaan ADD dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan
sebagai bentuk upaya membantu pemerintah desa untuk menjalankan kebijakan
baru yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
Budi Septiyanto (2012) tentang judul penelitian “Evaluasi Alokasi Dana
Desa (ADD) di Kabupaten Kendal”. Kebijakan otonomi daerah memberikan
wewenang kepada desa untuk mengatur dan mengurus pemerintahan secara mandiri.
Pemberian kewenangan tersebut meliputi dengan pemberian dana yang bersumber
dari dana perimbangan pusat dan daerah yang disebut dengan dana ADD dalam
rangka meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan di desa. Dalam penelitian ini
difokuskan untuk melihat pencapaian hasil dan output atas dijalankannya kebijakan
ADD di Kabupaten Kendal selama kurun waktu lima tahun yakni tahun 2008 hingga
tahun 2012. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis yang berusaha untuk menggambarkan pelaksanaan dari kebijakan
ADD di Kabupaten Kendal melalui faktorfaktor pendukung dan penghambat serta
keberhasilan dalam mencaipai tujuan pelaksanaan. Dengan berdasarkan fakta dan

Universitas Sumatera Utara

data dilapangan yang ditujukkan untuk menggambarkan secara detail dan jelas
melalui enam kriteria evaluasi penelitian yakni efektifitas, efisiensi, kecukupan,
pemerataan, responsivitas dan ketepatan yang diperoleh dari hasil wawancara secara
mendalam dengan key informan . Dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata dari
tahun ke tahun perkembangan pelaksanaan mengalami naik turun sesuai tingkat
pencairan dana meskipun kegiatan di desa telah mengalami peningkatan dalam segi
pembangunan. Namun demikian, terdapat sejumlah desa yang masih menghadapi
persoalan dan kesulitan untuk menjalankan secara optimal mulai dari masalahteknis
hingga kendala dilapangan yang bermasalah baik penggunaan, penyaluran, dan
pelaporan penggunaan. Manfaat yang dirasakan hanya kegiatan yang sifatnya
pembangunan dan oprasional desa. Sedangkan kegiatan yang sifatnya pemberdayaan
masih kurang dan jauh dari harapan. Dalam pelaksanaan kebijakan ADD di
Kabupaten Kendal membutuhkan perencanaan strategis dan kegiatan yang jangka
panjang agar penerima manfaat ADD dapat dirasakan hingga menengah kebawah.

Revlinawati (2016) Analisis

Pengalokasian Dana

Desa Kabupaten

PesisirSelatan Tahun 2015. Universitas Andalas.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah Pengalokasian Dana Desa pada Kabupaten Pesisir Selatan
yang dituangkan dalam Petunjuk Teknis melalui Peraturan Bupati Pesisir Selatan
No. 20 tahun 2015 tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana
Nagari yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Anggaran 2015 telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan RI No. 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa berdasarkan asas

Universitas Sumatera Utara

yang adil dan merata. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
deskriptif kuantitatif, dimana data sekunder dikumpulkan dengan menggunakan
metode survey melalui dokumentasi dan wawancara.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengalokasian dana desa di Kabupaten
Pesisir Selatan formula penghitungan Alokasi Dana Desa sudah mengikuti
petunjuk dari aturan yang berlaku, tetapi data-data yang digunakan dalam
perhitungan Alokasi Dana Desa tidak semua bersumber dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Pesisir Selatan. Pengalokasian Dana Desa terdiri dari 90% alokasi
dasar yang dibagi sama rata untuk setiap desa dan 10% alokasi dana desa yang
dihitung berdasarkan 4 (empat) variabel, untuk lebih mengutamakan tujuan dari
asas adil dan merata diharapkan untuk kebijakan tahun berikutnya nilai persentase
alokasi dasar sebesar 40% dan berdasarkan formula sebesar 60% dengan lebih
mengutamakan kebutuhan dasar masyarakat desa.

2.7 Kerangka Konseptual
Objek dari penelitian ini adalah dana desa

dikecamatan Babalan dan

kecamatan Sei lepan kabupaten Langkat. Spesifikasi dalam penelitian ini adalah
menganalisis efektivitas dana desa dalam pembangunan ekonomi dan infrastruktur
pedesaan. Berdasarkan pemikiran tersebut perlu diteliti efektivitas dari dana yang
telah diberikan kepada kecamatan Babalan dan kecamatan Sei Lepan kabupaten
Langkat dengan menganalisis secara deskripsi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan transparansi dana desa. Tingkat keberhasilan dana desa di

Universitas Sumatera Utara

kecamatan Babalan dan Sei Lepan di lihat dari pemenuhan kebutuhan dasar,
penguatan kelembagaan dan meningkatkan kegiatan ekonomi.
Maksud dengan tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan
ekonomi masyrakat kecamatan Babalan dan Sei Lepan kabupaten Langkat dengan
menganalisis pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja masyarakat
desa setelah adanya dana desa. Sehingga pengembangan wilayah kecamatan
Babalan dan Sei lepan dapat mencapai peningkatan ekonomi masyarakat. Hal ini
dapat di lihat pada gambar berikut:

Dana Desa

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengawasan

Transparansi

Pembangunan Ekonomi

Peningkatan
Pendapatan

Pengurangan
Kemiskinan

Peningkatan
Infrastruktur

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara