Efektivitas Kebijakan Dana Desa Dalam Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur Pedesaan di Kabupaten Langkat Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan penelitian survei. Dalam penelitian ini, informasi
di kumpulkan dari responden yaitu kepala desa, badan perwakilan desa serta
masyarakat.

3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu (September 2016) untuk
melihat perbedaan kondisi fisik (infrastruktur) dan ekonomi masyarakat pedesaan
setelah program dana desa berjalan selama satu tahun. Lokasi penelitian
dilaksanakan di dua kecamatan. Menurut lokasi yaitu jauh dari perkotaan, daerah
dengan jumlah penduduk yang rasa-rata ekonomi menengah dan masih memiliki
jumlah penduduk miskin. Serta daerah yang dekat dengan pesisir dan teluk.
Berdasarkan lokasi maka peneliti memilih dua Kecamatan yang berada di
Kabupaten Langkat yaitu Kecamatan Babalan dan Kecamatan Sei Lepan.

Universitas Sumatera Utara

3.3 Jenis Data

Data dan informasi mengenai efektivitas alokasi dana desa dalam
pembangunan ekonomi dan infrastruktur di pedesaan kabupaten Langkat di
dasarkan pada dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Untuk data
primer di peroleh langsung dari lokasi riset dengan mengumpulkan dari beberapa
sumber yang terdiri dari kepala desa, badan permusyawaratan desa dan
masyarakat desa.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui hasil studi keputusan maupun
publikasi dari berbagai sumber instansi. Data ini bersumber dari beberapa jurnaljurnal dan penelitian serta publikasi Bappeda, Badan Pemberdayaan masyarakat
desa dan provinsi dan kabupaten serta badan pusat statistik lainnya.

3.4 Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data di lakukan dengan metode sebagai berikut:
1.

Observasi, yaitu pengamatan langsung di desa kabupaten yang menjadi
subjek penelitian.

2.

Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada kepala

desa, badan permusyawaratan desa dan masyarakat desa yang di sertakan
dengan pengisian kuisioner.

Universitas Sumatera Utara

3.

Dokumentasi, yaitu dengan catatan atau dokumen resmi tertulis dan
dikeluarkan oleh Bappeda, BPS dan lembaga lain yang ada kaitannya dengan
penelitian ini.

4.

Studi kepustakaan (Liberaryresearch), data dan informasi yang menyagkut
segala yang diteliti dengan mempelajarai dan memahami buku, majalah atau
surat kabar dan dalam bentuk tulisan lainnya yang dapat menjadi daya
dukung masalah yang akan di teliti.

5.


Kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan pertanyaan dalam
bentuk angket yang di berikan kepada responden untuk memperoleh data
sesuai dengan permasalahan yang akan di kembangkan dan di bahan dalam
penelitian ini.

3.5 Populasi Dan Sampel
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah jumlah rumah
tangga di Kabupaten Langkat. Adapun jumlah rumah tangga pada daerah tersebut
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jumlah Rumah Tangga Pada Daerah Penelitian
No.

Kecamatan

Jumlah Penduduk

1

Babalan


14,515

2

Sei Lepan

12,042

3
Jumlah
Sumber: bps.Langkatkab.go.id

26.557

Universitas Sumatera Utara

Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive random sampling
yaitu daerah yang dekat dengan perkotaan dan jauh dari ibukota kabupaten.Pada
Kecamatan Babalan memiliki jarak 47,9 km dan Kecamatan Sei Lepan 55 km dari
Ibukota Kabupaten Langkat. Dari 26.557 rumah tangga yang menjadi populasi

penelitian, jumlah sampel ditentukan dengan rumus slovin. Adapun jumlah
sampel penelitian adalah sebagai berikut:

n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = margin error (10%)

n=

N
(1+(Ne 2 ))

=

26.557
(1+(26.557×0.12 ))

= 99,62

Dari hasil hitung 99,62 maka jumlah sampel akan digenapkan menjadi 100

Sampel dalam penelitian sebanyak 100 responden dengan masing-masing desa
yang akan diwawancarai sebanyak 10 orang yang terdiri dari 1 kepala desa, 1
kepala/anggota badan permusyawaratan desa dan 8 orang masyarakat desa.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penyebaran sampel adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Sampel Penelitian

No.
1

Kecamatan
Babalan

Jumlah
Populasi Desa

Jumlah
Sampel Desa

Jumlah
Responden


8

5

50

Universitas Sumatera Utara

2

Sei Lepan

11

5

50

3


Jumlah

37

10

100

Pemilihan desa dalam penelitian ini berdasarkan desa terbanyak jumlah
penduduknya, desa terbaik dan desa terluar/pinggiran.

3.6 Metode Analisa
Metode analisis yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah metode
deskriptif, yaitu metode analisis dengan mengumpulkan data secara sistematis,
menganalisis dan menginterpretasikan data dengan melalui gambaran – gambaran
sehingga mendapat kesimpulan.
Dalam penelitian ini, pada tahap awal dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitas. Hal ini dilakukan karena data yang diperoleh dalam kajian ini
merupakan data primer melalui wawancara dan pengisian angket.

3.6.1. Uji Validitas
Untuk menguji skala pengukuran yang digunakan, peneliti menggunakan
uji validitas dan uji realibilitas. Uji validitas adalah suatu langkah pengujian
yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan
untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian
(Sugiyono, 2006)
Penelitian ini melakukan uji validitas dengan menggunakan program
SPSS, dengan membandingkan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation

Universitas Sumatera Utara

(r-hitung) dengan r tabel (Situmorang, 2008). Adapun kriterianya sebagai
berikut:
• Apabila r-hitung >r-tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

• Apabila r-hitung t-tabel (Wiratmanto, 2014).
3.6.3. Analisis Kesenjangan Kebijakan
Dalam penelitian ini terdapat tiga permasalahan yang akan di analisis.
Permaslahan pertama akan di analisis adalah membandingkan kondisi
sebekum dan sesudah implementasi dana desa terhadap pembangunan

ekonomi dan infrastruktur di pedesaan.
Selanjutnya untuk permasalahan yang kedua di gunakan untuk analisa
evaluasi kebijakan publik. Yaitu analisa kesenjanagan kebijakan ( regulatory

Universitas Sumatera Utara

gap analysis). Regulatory gap analysis adalah suatu ketentuan analisa yang di
gunakan untuk menilai kinerja pemerintah dalam kebijakan dan pelayanan
publik dengan membandingkan input rencana dan implementasi faktual.
Metode ini turunan dari gap analysis yang mana gap analaysis cenderung
digunakan untuk mengukur kesenjanagan di bidang manajemen dan menjadi
saah satu alat yang di gunakan untuk mengukur kualitas pelayanan sehingga
akan banyak di temukan pada kebijakan-kebijakan ekonomi
Dalam Regulatory gap analysis ini kriteria evaluasi yang bisa di gunakan
untuk menilai kinerja suatu kebijakan publik antara lain:
1. Efektivitas
Kriteria yang di gunakan untuk menilai hasil atau akibat dari implementasi
atau kebijakan publik berdasarkan indikator-indikator yang telah di
tetapkan.
2. Efisiensi

Kriteria yang di gunakan untuk menilai rasio efektivitas biaya
implementasi kebijakan publik tersebut. Apakah lebih tinggi dari efisiensi
marginal atau sebaliknya lebih rendah dari efisiensi marginal.
3. Kecukupan
Kriteria yang di gunakan untuk menilai seberapa jauh kebijakan publik
tersebut dapat mengatasi permasalahan yang menjadi latar belakang
pembentukan kebijakan publik.
4. Pemerataan

Universitas Sumatera Utara

Kriteria yang digunakan untuk menilai apakah implementasi kebijakan
publik tersebut menghasilkan publik lebih banyak distribusi yang adil
terhadap sumber daya yang ada dalam masyarakat.
5. Responsivitas
Responsivitas adalah suatu kriteria yang di gunakan untuk menilai apakah
kebijakan publik tersebut mampu memuaskan kebutuhan, preferensi atau
nilai-nilai rakyat. Termasuk untuk menilai tanggapan mayarakat terhadap
kebijakan publik yang di tetapkan.
Secara umum metode analisis yang di gunakan dalam regulatory gap
analysis yang digunakan adalah:
1. Mengidentifikasi kebijakan publik yang akan di evaluasi
2. Mengidentifikasi indikator program atau kebijakan tersebut.
3. Menyebarkan kuisioner pada stackholder yang terkait.
4. Melakukan formula kebijakan (G), rata-rata skor ideal kebijakan,rata-rata
skor implementasi kebijakan, rata-rata kesenjangan, jumlah bobot kriteria
X dan rata-rata skor kesenjangan.
Dalam identifikasi tersebut maka akan di muat hipotesis Apabila nilai ratarata kesenjangan lebih dari sama dengan nol, maka implementasi tersebut
berhasil sesuai dengan rencana dan mampu mengatasi permasalahan yang ada
di masyarakat. Sedangkan apabila nilai rata-rata kesenjangan kurang dari nol,
maka implementasi kebijakan tersebut gagal dalam mengatasi permasalahan di
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Dan permasalahan ketiga akan di analisis secara desktiptif tentang presepsi
masyarakat desa tentang perkembangan infrastruktur dan ekonomi di pedesaan
setelah pemerintah meluncurkan alokasi dana desa berdasarkan UU No. 6
Tahun 2014 tentang desa.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Kabupaten Langkat
Kabupaten langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di
Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kotanya berada di Stabat. Kabupaten
Langkat terdiri dari 23 Kecamatan dengan luas 6.272 km² dan
berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa.Jumlah penduduk di Kabupaten
Langkat sekitar 1 juta jiwa lebih. Jumlah penduduk paling besar adalah di
Kecamatan Stabat. Penduduk asli Kabupaten Langkat adalah Suku
Melayu sedangkan Suku Pendatang ialah Jawa, Karo, Batak (Toba &
Simalungun), Mandailing, Minang, Aceh, Tionghoa, Tamil dan lain-lain.
Walaupun merupakan Suku Pendatang, Suku Jawa merupakan Suku
Mayoritas di Kabupaten Langkat. Wilayah Kabupaten Langkat terletak
pada koordinat 3°14’ - 4°13’ LU dan 97°52’ - 98°45’ BT dengan batas
wilayah.Topografi wilayah Kabupaten Langkat dapat digolongkan atas
tiga bagian, yaitu : Wilayah pesisir pantai dengan ketinggian 0 – 4 m di
atas permukaan laut. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 4 – 30 m
di atas permukaan laut. Wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 30 –
1.200 m di atas permukaan laut.
Luas lahan yang ada di kabupaten langkat di gunakan untuk
Kawasan hutan lindung seluas ± 266.232 Ha (42,51 %) dan kawasan

Universitas Sumatera Utara

lahan budidaya seluas ± 360.097 Ha (57,49 %). Kawasan hutan lindung
terdiri dari kawasan pelestarian alam Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL) seluas ± 213.985 Ha. Kawasan Timur Laut seluas ± 9.520 Ha.
Kawasan Penyangga seluas ± 7.600 Ha. Kawasan Hutan Bakau seluas ±
20.200 Ha dan kawasan lainnya ±14.927 Ha.
4.1.2. Kecamatan Babalan
Kecamatan babalan merupakan kecamatan yang ada di Kabupaten
Langkat. Kecamatan ini yang beribu kotakan di kota Pangkalan Brandan
memiliki luas wilayah 101.80 km² dan dengan jumlah penduduk sebanyak
859.413 jiwa. Kecamatan ini memiliki desa/kelurahan yaitu :

Pelawi

Selatan, Securai Selatan, Securai Utara, Teluk Meku, Brandan Barat,
Brandan Timur, Brandan timur Baru, Pelawi Utara.
4.1.3. Kecamatan Sei Lepan
Kecamatan Sei Lepam merupakan kecamatan yang ada di
Kabupaten Langkat. Yang beribu kotakan Alur Dua

Memiliki luas

wilayah 654.04 km² dan dengan jumlah penduduk sebanyak 50.068 jiwa.
Kecamatan ini memiliki desa/kelurahan yaitu : Harapan Baru, Harapan
Maju, Harapan Makmur, Lama, Lama Baru, Mekar Makmur , Puraka
I,Puraka II, Telaga Said, Alur Dua, Alur Dua Baru, Harapan Jaya, Sei
Bilah Barat,Sei Bilah Timur.

Universitas Sumatera Utara

4.2

Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini di lakukan di 2 (dua) Kecamatan yang ada di

Kabupaten Langkat yaitu Kecamatan Babalan dan Kecamatan Sei Lepan.
Responden dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Desa, Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dan Masyarakat Desa. Kelompok usia responden pemerintahan desa
( Kepala Desa dan BPD ) dapat di lihat dengan di domisili pada usia 41-50 tahun
yaitu sebesar 50 % . selanjutnya pada usia 31-40 tahun yaitu sebesar 45%. Dan
pasa usia di bawah 30 tahun sebesar 5% dan 0% untuk usia di atas 60 tahun
Gambar 4.1. Usia Responden Kepala Desa dan BPD
60%
50%
40%
30%
45%

20%

50%

10%
0%

5%
< = 30 Tahun

0%
31-40 Tahun

41-50 Tahun

>= 60 Tahun

Sumber : Data Primer

Dalam Pengelompokan usia responden masyarakat dalam penelitian ini di
domisili pada usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 40 %. Responden masyarakat yang
berusia 31-40 tahun sebesar 30%, pada usia 51-60 tahun sebesar 15%,
masyarakat di bawah 30 tahun sebesar 10% dan pada usia di atas 60 tahun sebesar
5%.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2. Usia Responden Masyarakat
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

40%
30%
15%
5%
= 60 Tahun

Sumber : Data Primer
Untuk jenis kelamin, responden pemerintah desa (Kepala Desa dan BPD)
didominasi oleh laki-laki, yaitu sebanyak 80% sedangkan perempuan hanya 20%.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada umumnya pemerintah desa memiliki jenis
kelamin laki-laki dan hanya sedikit yang berjenis kelamin perempuan.

Gambar 4.3. Jenis Kelamin Responden Kepala Desa dan BPD

20%

Perempuan
Laki-Laki
80%

Sumber: Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Untuk responden masyarakat jenis kelamin laki-laki juga lebih mendomisili di
bandingkan prempuan yaitu laki-laki sebesar 64% dan perempuan 36%.
Gambar 4.4. Jenis Kelamin Responden Masyarakat

36%
Perempuan
64%

Laki-Laki

Sumber: Data Primer
Berdasarkan riwayat tingkat pendidikan kepala desa maupu BPD yang
minimal memiliki tingkat pendidikan SMA/SLTA sederajat yaitu sebesar 60%.
Sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan tidak lulus SMA/SLTA sederajat
sebesar 20%. Dan yang memiliki tingkat pendidikan D3 sebesar 5%. Untuk yang
lulus pada jenjang S1 sebesar 10% dan S2 sebesar 5%.
Gambar 4.5. Pendidikan Kepala Desa dan BPD
Tidak Lulus SMA
15%

5%

10%
SMA/SLTA
sederajat
D3
60%

10%

S1
S2

Sumber: Data Primer
Dari tikat pendidikan masyarakat yang lulus jenjang SMP sebesar 8%.

Universitas Sumatera Utara

Yang lulus tingkat pendidikan SMA/SLTA sederajat sebesar 62%. Masyarakat
yang tingkat pendidikan nya D3 sebesar 10%. pada tingkat pendidikan S1 sebesar
15% dan S2 sebesar 5%.
Gambar 4.6. Pendidikan Masyarakat

SMP
5%
10%

8%
SMA/SLTA
sederajat

15%

D3
62%
S1
S2

Sumber: Data Primer

4.3. Pemanfaatan dana Desa
Dana Desa yang diberikan oleh pemerintah pusat digunakan untuk program
pembangunan yang berbagai macam baik ekonomi maupun infrastruktur. setiap
desa mendapatkan jumlah penerimaan dana desa yang berbeda-beda. Tentu sesuai
dengan kondisi setiap desa nya. Setiap desa memiliki luas wilayah dan jumlah
penduduk yang berbeda serta memiliki potensi yang berbeda pula dalam
pembangunan, sehingga masing-masing desa memilikin target dan standar
kecukupannya sendiri. Dalam penjelasan gambar dibawah menunjukkan kurang
dari 50% pemerintah desa menyatakan bahwa anggaran yang diberikan tidak
cukup untuk membiayai program pembangunan desa yang telah disusun

Universitas Sumatera Utara

sebelumnya. Sebanyak 45% pemerintah desa menyatakan bahwa anggaran yang
diberikan tidak cukup untuk desanya dan 30% menyatakan bahwa anggaran
tersebut kurang cukup untuk pelaksanaan pembangunan di desa. 20% pemerintah
desa menyatakan cukup untuk pembangunan di desanya. 5% pemerintah desa
menyatakan sangat tidak cukup untuk pembangunan di desanya. dan tidak ada
pemerintah desa yang menyatakan sangat cukup untuk pembangunan di desanya.
Hal ini sesuai dari hasil penelitian dari responden kepala desa dan BPD. Dimana
menurut para pemerintahan desa kecukupan dana desa sebagai pendukung dalam
melaksanakan program yang akan di bagun untuk setiap desanya.

Gambar 4.7. Persepsi Kepala Desa dan BPD Terhadap
Kecukupan Dana Desa

5%
20%

tidak cukup
45%

Kurang cukup
cukup
sangat tidak cukup

30%

Sumber: Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Menurut masyarakat kecukupan dana desa dalam pemanfaatan nya sebesar 50%
masyarakat menyatakan dana desa tidak cukup. Sebesar 35% masyarakat
menyatakan kurang cukup. Selanjutnya sebesar 10% masyarakat menyatakan
cukup dan 5% menyatakan sangat tidak cukup.
Gambar 4.8. Persepsi Masyarakat Terhadap
Kecukupan Dana Desa

5%
10%
tidak cukup
kurang cukup
50%
35%

cukup
sangat tidak cukup

Sumber: Data Primer
Dari segi pemanfaatan nya dana desa bertujuan untuk memberikan
manfaat terhadap kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran di setiap desa.
Sehingga keberadaan dana desa sangat penting dan sangat bermanfaat yang di
alokasikan oleh pemerintah pusat. Menurut hasil penelitian dari responden
pemerintahan desa yaitu kepala desa dan BPD sebesar 85% menyatakan dana desa
sangat bermanfaat. Dan 15% menyatakan cukup bermanfaat dengan adanya dana
desa. Dan tidak ada pemerintah desa yang menyatakan bahwa dana desa tidak
bermanfaat

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.9. Persepsi Kepala Desa Dan BPD Terhadap
Manfaat Dana Desa

15%

sangat bermafaat
Cukup Bermanfaat

85%

Sumber: Data Primer
Dari sudut pandang masyarakat menilai manfaat dana desa yaitu sebesar
45% menyatakan sangat bermanfaat. Sebesar 30% menyatakan cukup bermanfaat
sebesar 20% tidak bermanfaat dan sebesar 5% menyatakan kurang bermanfaat.
Dalam segi manfaat dana desa antara pemerintah desa dan masyarakat memiliki
persentase yang berbeda.Dapat di lihat dari gambar di bawah. Hal ini

bisa

menjadi penilaian terhadap program yang disusun mungkin belum sesuai dengan
yang mereka butuhkan, atau pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang belum
terlaksana secara maksimal. Sehingga apa yang di rencanakan tidak tepat sasaran
dan tidak memberikan banyak manfaat untuk masyarakat dan desa mereka.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.10. Persepsi Masyarakat Terhadap
Manfaat Dana Desa

30%

sangat bermanfaat
45%

cukup bermanfaat
kurang bermanfaat
tidak bermanfaat

5%
20%

Sumber: Data Primer
Tabel 4.1. Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana yang Dilakukan
oleh Pemerintah Desa
No

7.

Jumlah
(%)
Pemenuhan kebutuhan dasar untuk pengembangan pos
17.1
kesehatan desa, polindes dan posyandu
Pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini
6.2
(PAUD seperti TK, Kelompok Bermain)
Pembangunan sarana dan prasarana desa yang mendukung
9
kedaulatan pangan
Pembangunan sarana dan prasarana desa yang mendukung
1
kedaulatan energy
Pembangunan sarana dan prasarana desa yang mendukung
0
pembangunan kemaritiman dan kelautan
Pembangunan sarana dan prasarana desa yang mendukung
2
pariwisata dan industry
Pembangunan dan pemeliharaan jalan desa
25.4

8.

Pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani

7.1

9.

Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan

6.2

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Uraian

Universitas Sumatera Utara

No

Uraian

Jumlah
(%)
2

10.

Pembangunan dan pemeliharaan air bersih berskala desa

11.

Pembangunan dan pemeliharaan irigasi

7

12.

Pengembangan sarana dan prasarana produksi desa

3

13.

Pendirian dan pengembangan BUM Des (Badan Usaha Milik
Desa)
Pembangunan dan pengelolaan pasar dan kios desa

3

14.
15.
16.
17.

Pembangunan dan pengelolaan keramba, jaring apung dan
bagan ikan
Pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan desa
Pembuatan pupuk dan pakan ternak/ikan

18

Pengembangan ternak secara kolektif

19.
20.

2.5
0
3
1
1.5

Pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu
Pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil
pertanian dan perikanan
Sumber: Data Primer

1
2

Dari hasil penelitian setiap desa menunjukkan angka terbesar adalah
25,4% mengunakan anggarannya untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan
desa, selanjutnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar untuk pengembangan pos
kesehatan desa yaitu sebesar 17,1%, dan untuk pembangunan sarana dan
prasarana desa yang mendukung kedaulatan pangan yaitu sebesar 9%. Selain itu
pemanfaatan dana desa juga di tunjukkan pada pembangunan dan pemeliharaan
irigasi dan pendirian, pengembangan BUMDes yang masing-masing sebesar 7%
dan 5%.
Dari hasil ini dapat di lihat setiap desa hampir memiliki target yang sama
dalam pembangunan setiap desa namun tetap memanfaatkan potensi terbaik juga
dari setiap desa nya. Selain fasilitas dan infrastruktur yang bersifat fisik,

Universitas Sumatera Utara

pemerintah desa juga mengalokasikan anggaran tersebut untuk pemberdayaan
masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan kualifikasi serta sebagai wadah
bagi

masyarakat

untuk

bersosialisasi

dan

bekerjasama

sesuai

dengan

kelompoknya masing-masing.
Tabel 4.2 Rencana Program Pemberdayaan Masyarakat yang Dilaksanakan
Oleh PemerintahDesa
No

Uraian

Jumlah
(%)
1
Peningkatan kualitas proses perencanaan desa
32.8
2
Mendukung kegiatan ekonomi yang dikembangkan oleh
7,2
BUMDes atau kelompok usaha masyarakat desa
3
Peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
20,5
4
Penyelenggaraan gerakan hidup bersih dan sehat
28.5
5
Dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat dalam
0
pengelolaan hutan
6
Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui
11
kelompok usaha ekonomi, kelompok perempuan, kelompok
tani, kelompok nelayan, kelompok pengrajin, kelompok
pemerhati dan perlindungan anak, kelompok pemuda dan
kelompok lain sesuai dengan kondisi desa
Sumber: Data Primer
Dalam program pemerintah desa yaitu peningkatan kualitas proses
perencanaan desa menunjukkan angka terbesar yaitu Sebesar 32,8% , selanjutnya
pada program penyelenggaraan gerakan hidup bersih dan sehat sebesar 28,5%.
Selebih nya di gunakan untuk peningkatan kapasitas kader desa 20,5% dan
peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui kelompok usaha ekonomi,
kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok pengrajin,
kelompok pemerhati dan perlindungan anak, kelompok pemuda dan kelompok
lain sesuai dengan kondisi desa sebesar 11%.

Universitas Sumatera Utara

4.4. Efektivitas Dana Desa Dalam Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur
Pedesaan
Dana Desa telah menjadi strategi yang diambil pemerintah untuk
menjalankan pembangunan ekonomi Pedesaan untuk pembangunan desa lebih
baik. Efektivitas pembangunan dapat berhasil apabila tata kelola pembangunan
didasari pada empat variable yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
transparansi.
Faktor pertama yang dapat mewujudkan efektivitas penggunaan anggaran
dana desa adalah perencanaan. bagaiaman perencanaan pembangunan dengan
menggunakan dana desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.
Pemerintah desa wajib menyusun dokumen perencanaan desa yang terdiri
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). Saat menyusun perencanaan desa, pemerintah
desa harus mengacu kepada perencanaan pembangunan di atasnya yaitu
Kabupaten/Kota atau disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
atau RPJMD. Hal itu adalah syarat pertama dalam penyusunan perencanaan
pembangunan desa, tentunya dengan tidak keluar pada kewenangan yang di
berikan kepada Desa.
Jangka waktu RPJMDes adalah tahun, artinya rencana ini diberlakukan 6
tahun pasca di susun dan ditetapkan. RKPDes adalah penjabaran dari RPJMDes
yang jangka waktunya adalah satu tahun.Sesuai dengan ketentuan dan waktu yang

Universitas Sumatera Utara

ditetapkan berikut merupakan progress penyelesaian RPJMDes, RKPDes, dan
APBDes yang disusun oleh perangkat kerja masing-masing desa.
Gambar 4.11. Penyusunan Dokumen Perencanaan Desa

Permendes telah menyusun RPJMDes

60%

Permendes telah menyusun RKPDes

40%

45%

Permendes telah menyusun APBDes

55%

55%

0%

20%

Hampir selesai

45%

40%

60%

80%

100%

Selesai

Sumber: Data Primer
Dalam penyusunan dokumen perencanaan desa hampir setiap desa tidak
memiliki nilai yang sama. Rata rata dalam menyusun RPJMDes telah selesai dan
APBDes memiliki nilai yang sama, yaitu telah diselesaikan oleh 40% pemerintah
desa, sedangkan 60% menyatakan hampir selesai. Sebesar 35% pemerintah desa
telah menyelesaikan RKPDes dan 65% menyatakan hampir selesai.
Dalam perencanaan pembangunan memiliki skala prioritas. Setiap desa
memiliki perencanaan pembangunan yang berbeda-beda. Dikarenakan setiap desa
memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda beda pula
sehingga setiap desa memiliki target pembangunan dan pemberdayaan yang tidak
sama. Dan pembangunan setiap desa tentu memiliki target kebutuhan masingmasing. Setiap pembangunan memiliki tingkat kebutuhan baik yang sudah

Universitas Sumatera Utara

mendesak, ataupun hanya sebagai pendukung dan masih dapat ditunda
pengadaannya. Berikut merupakan persepsi terhadap adanya penyusunan skala
prioritas dalam perencanan pembangunan desa.
Gambar 4.12. Pemerintah Desa Menyusun Skala Prioritas Dalam
Perencanaan Pembangunan Desa

40%
Setuju
60%

Sangat Setuju

Sumber: Data Primer
Dari data di atas telah menunjukkan bahwa sebanyak 60% menyatakan
sangat setuju dalam penyusunan skala prioritas perencanaan pembangunan dan
hanya selisih 10% dengan yang menyatakan setuju yaitu sebanyak 40%. Hal ini
memiliki pendapat bahwa penyusunan skala priioritas dapat mengetahui prioritas
utama dalam melaksanakan pembangunan desa. Agar tepat sasaran dan tepat
waktu.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.13. Pemerintah Desa Memperhatikan Potensi Desa Dalam
Perencanaan Pembangunan Desa

Setuju
45%
55%

Sangat Setuju

Sumber:Data Primer
Sebanyak 55% pemerintah desa setuju dengan adanya penyesuaian potensi
desa. Dan sebanyak 45% menyatakan sangat setuju untuk di lakukan. Dari hal ini
adanya penyesuaian potensi desa menjadi daya dukung yang baik untuk
memanfaatkan potensi desa dalam pembangunan desa. Baik itu sumber daya alam
dan sumber daya masyarakat desa. Penyesuaian potensi desa merupakan tingkat
responsivitas terhadap pemerintah desa agar memberikan manfaat yang baik untuk
pembangunan desa. Maka dari itu 55% menyatakan setuju dan terlihat bahwa
pemerintah desa telah memiliki rencana yang baik untuk memanfaatkan potensi
setiap desa.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.14. Pemerintah Desa Memperhatikan Kebutuhan Desa Dalam
Perencanaan Pembangunan Desa

35%
setuju
sangat setuju
65%

Sumber: Data Primer
Dalam perencanaan pembangunan desa pemeritah desa 35% menyatakan
sangat setuju untuk memperhatikan kebutuhan desa dalam perencanaan
pembangunan desa. Dan 65% menyatakan setuju. Hal ini di nyakatkan dengan
pernyataan pemerintahan desa bahwa tujuan dari perencanaan pembangunan desa
ini agar memberi peningkatan kualitas desa.
Gambar 4.15. Penyusunan RPJMDes Telah Mengacu Pada
RPJM Kabupaten

10%
setuju

15%
45%

sangat setuju
kurang setuju

30%

tidak setuju

Sumber:Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah desa telah menyusun RPJMDes yang mengacu pada
RPJM Kabupaten. Hal ini disetujui oleh 45% dari pemerintah desa dan sebanyak
30% sangat setuju. Namun 15% menyatakan kurang setuju bahkan 10%
pemerintah desa ada yang tidak setuju.
Dalam penyususnan rencana pembangunan, meskipun merupakan tugas
pemerintah desa, namun sagat lebih efektif jika seluruh pihak desa termasuk
masyarakat turut terlibat di dalamnya. Keterlibatan antara pemerintah desa dengan
masyarakat ini merupakan kerja sama yang akan terbentuk dalam musyawarah
desa Terutama jika desa tersebut menerapkan skala prioritas, maka masyarakat
dapat memberikan pendapat mengenai pembangunan ataupun jenis infrastruktur
yang paling mereka butuhkan. Salah satu cara untuk menerapkan hal tersebut
adalah dengan musyawarah desa. Berikut merupakan persepsi mengenai
perencanaan yang disusun melalui musyawarah desa.
Gambar 4.16. Perencanaan Pembangunan Desa Disusun Melalui
Musyawarah Desa

45%

setuju
55%

Sangat setuju

Sumber: Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Sebanyak

45%

menyatakan

sangat

setuju

bahwa

perencanaan

daripembangunan desa di susun melalui musyawarah desa. Dan sebanyak 55%
responden menyatakan setuju.
Gambar 4.17. Keterlibatan Masyarakat Dalam Musyawarah Desa

35%
setuju
Sangat setuju
65%

Sumber: Data Primer
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan Penyusunan perencanaan desa
telah di susun oleh pemerintah. Masyarakat juga terlibat dalam musyawarah
tersebut dan 60% pemerintah menyatakan setuju dengan adanya keterlibatan
masyarakat dalam musyawarah. 40% pemerintah menyatakan sangat setuju. Dari
hasil ini telah menunjukkan bahwa penyusunan perencanaan pembangunan telah
disusun sesuai dengan hasil musyawarah pemerintah desa dengan masyarakat
desa. Agar terjalin harmonisasi antara pemeritah desa dengan masyarakat untuk
kemajuan pembangunan desa.
Faktor kedua yang menjadi daya dukung efektivitas dana desa
adalah faktor pelaksanaan program. Dimana setelah menyusun perencanaan yang
akan di buat maka selanjutnya faktor pelaksanaan menjadi hal terpenting yang

Universitas Sumatera Utara

perlu di perhatikan agar sesuai dengan apa yang telah di rencanakan. Dalam
pelaksanaan program pembangunan desa menjadi hal yang harus di perhatikan
dan mendapatkan dukungan dalam pemberdayaan masyarakat desa. Di samping
itu, kapabilitas aparatur desa juga perlu ditingkatkan melalui advokasi dan
asistensi dari LSM atau tenaga pendamping dan universitas. Salah satu
keberhasilan

dalam

program

PNPM

(Program

Nasional

Pemberdayaan

Masyarakat) adalah keterlibatan tenaga pendamping. Untuk itu, sangat dianjurkan
dalam pelaksanaan program pembangunan ekonomi dengan Dana Desa juga
menggunakan tenaga pendamping. Berikut merupakan persepsi masyarakat terkait
dengan kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaanya.
Gambar 4.18. Persepsi Masyarakat Terhadap Kemampuan Pemerintah Desa
Dalam Mengelola Dana Desa

5%
27%

setuju
sangat setuju
55%

kurang setuju
tidak setuju

13%

Sumber: Data Primer
Lebih banyak masyarakat yang pro dalam hal ini, yaitu 55% setuju
dan 13% sangat setuju terhadap kemampuan pemerintah desa dalam mengelola
dana desa. Namun banyak juga yang kontra dalam hal ini, yaitu 27% kurang

Universitas Sumatera Utara

setuju dan 5% tidak setuju. Dengan angka tersebut masih banyak masyarakat yang
beranggapan pemerintah desa kurang mampu mengelola dana tersebut.
Adanya Dana desa tersebut, setiap desa dapat menggunakannya untuk
kegiatan pembangunan dan segala yang dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan
tersebut termasuk tenaga ahli dan tenaga kerja. Terkait dengan tenaga kerja,
setaiap desa memiliki potensi masyarakat yang berbeda. Masyarakat dengan
potensi dan kemampuan yang sesuai dengan kegiatan pembangunan dapat
menjadi sumber daya manusia yang efektif jika mereka dilibatkan secara
langsung. Berikut merupakan persepsi mengenai penggunaan masyarakat desa
dalam kegiatan pembangunan.
Gambar 4.19. Penggunaan Sumber Daya Manusia (SDM) Lokal Dalam
Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa

3%
17%
setuju
sangat setuju
18%

62%

kurang setuju
tidak setuju

Sumber : Data Primer
Sebanyak 62% menyatakan setuju dan 18% sangat setuju jika
masyarakat juga diikutsertakan dalam kegiatan pembangunan. Namun 17% masih
kurang setuju dan 3% tidak setuju dengan hal tersebut. Lebih banyak yang
menyatakan setuju untuk keterlibatan masyarakat dalam hal ini. Karna hal ini

Universitas Sumatera Utara

dapat menciptakan kerja sama yang baik dengan masyarakat dan dapat
memberikan banyak inovasi baru dan pendapat yang baik dari masyarakat
sehingga dalam pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan memberikan
dampak positif terhadap desa.
Setelah tenaga kerja , hal penting lainnya yaitu kebutuhan pembangunan
atas sumber daya alam sebagai modal fisik pembangunan. Setiap desa memiliki
potensi sumber daya alam yang berbeda. Khusus daerah penelitian ini sangat
banyak memiliki potensi sumber daya alam seperti sungai, lahan pertanian dan
wilayah teluk. Sebagian desa memiliki potensi alam yang baik, sehingga dapat
menyediakan kebutuhan tersebut langsung di desa mereka sendiri. Tanpa harus
menggunakan sumber daya alam dari yang lain. Namun tidak semua desa
berpendapat yang sama. Berikut merupakan persepsi mengenai penggunaan
sumber daya alam dalam kegiatan pembangunan desa.

Gambar 4.20. Penggunaan Sumber Daya Alam Lokal Dalam
Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa

6%
8%
setuju
sangat setuju
54%
32%

kurang setuju
tidak setuju

Sumber: Data Primer

Universitas Sumatera Utara

54% responden menyatakan setuju dengan penggunaan sumber daya alam
lokal dalam pembangunan sarana dan prasarana desa. Sebesar 32% menyatakan
sangat setuju. Namun masih ada juga yang menyatakan kurang setuju dan tidak
setuju yang masing-masing sebesar 8% dan 6%. Namun persentase menunjukkan
lebih banyak yang setuju untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal. Agar
memberikan dampak positif dan memberikan responsivitas yang baik untuk
pemerintah dan masyarakat agar lebih tanggap.
Hal penting selanjutnya dalam pelaksanaan adalah tenaga
pendamping. Tidak semua desa memahami dan dapat melaksanakan program
pembangunan desa sesuai dengan perencanaan dan aturan yang telah di muat. Dan
tidak semua desa mampu mandiri secara menyeluruh. Maka perlu nya tenaga
pendamping. Berikut adalah persepsi terkait dengan penggunaan tenaga
pendamping untuk pembangunan desa.
Gambar 4.21. Pemerintah Desa Menggunakan Tenaga Pendamping Dalam
Pemanfaatan Dana Desa

7%

4%
setuju

22%

sangat setuju
kurang setuju
67%

tidak setuju

Sumber: Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Sebanyak 67% menyatakan setuju dengan menggunakan tenaga
pendamping dalam pemanfaatan dana desa hal ini dinyatakan agar dalam
pelaksanaan program dana desa mendapatkan perhatian khusus dari tenaga
pendamping dan mengurangi kecurangan dan penyelewengan yang tidak sesuai
dengan perencanaan dan pelaksanaan program dana desa. Selanjutnya sebanyak
22% penyatakan sangat setuju. Dan tetap ada yang menyatakan kurang setuju dan
tidak setuju yaitu masing masing sebesar 7% dan 4%. Untuk hal ini, mereka
menganggap bahwa pembangunan dapat dilakukan oleh perangkat desa dan
masyarakat saja. Namun tetap lebih banyak yang pro untuk hal ini.
Faktor ketiga yang menjadi daya dukung efektivitas dana desa
dalam pembangunan ekonomi dan infrastruktur pedesaan adalah faktor
pengawasan. Faktor pengawasan ini sangat lah penting dalam memantau
pelaksanaan dana desa. Dari segi pengawasan keuangan dan realisasi program
yang akan di laksanakan. Faktor pengawasan di pegang kepada BPD. Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer
melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.
Meskipun Pemerintah telah meyakinkan agar masyarakat tidak khawatir mengenai

Universitas Sumatera Utara

penyelewengan dana desa tersebut tetapi dengan adanya fakta bahwa banyak
kepala daerah terjerat kasus korupsi bukan tidak mungkin kalau ladang korupsi itu
akan berpindah ke desa-desa. Masyarakat desa sangat berharap agar BPD bisa
menjalankan fungsinya untuk mengawasi penggunaan dana desa tersebut. Maka
faktor pengawasan menjadi faktor terpenting dalam efektivitas dana desa dalam
pembangunan desa. Jika pengawasan terhadap penggunaan dana desa tidak
berjalan dengan baik maka dikhawatirkan akan terjadi praktik korupsi di kalangan
aparatur desa. Untuk itu, peran lembaga audit negara seperti BPK dan BPKP,
inspektorat daerah, masyarakat, dan lembaga swadaya pemerintah sangat perlu
untuk menghindari penyimpangan penggunaan dana desa.
Gambar 4.22. Laporan Pertanggung jawaban Penggunaan Dana Desa
Disampaikan Secara Tepat Waktu
2%
6%
20%

setuju
sangat setuju
kurang setuju
72%

tidak setuju

Sumber: Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Pelaporan menjadi kesepakatan setiap pihak. Data hasil penelitian
menunjukkan sebesar 72% setuju bahwa laporan pertanggung jawaban
penggunaan dana desa di sampaikan secara tepat waktu. Hal ini dapat
memberikan progres yang baik untuk laporan pertanggung jawaban selanjutnya
dan dapat meminimalisir hal yang dapat memperlambat dalam proses pelaksanaan
pembangunan desa. Selanjutnya sebesar 20% berpendapat sangat setuju dengan
hal ini. Di sisi lain juga ada yang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju yang
masing-masing sebesar 6% dan 2%. Dengan penyataan bahawa ada hal lain yang
dapat membuat laporan pertanggung jawaban belum selesai tepat waktu. Dan
memberikan saran agar di berikan tenggang waktu dari waktu yang di tetapkan
untuk

pelaporan.

Sehingga

pemerintah

desa

tidak

terburu-buru

dalam

menyelesaikan pelaporan pertanggung jawaban.
Dana Desa yang diberikan oleh pemerintah terbatas. Dan jumlah
penerimaan setiap desa juga berbeda-beda sesuai dengan kondisi setiap desa.
sehingga pemerintahan desa diharapkan dapat mengguankannya secara efisisen
sehingga pembangunan yang diharapkan dapat diwujudkan dan diselesaikan
sesuai perencanaan dan target dengan dana yang tersedia.
Berikut merupakan persepsi terkait dengan penggunaan dana desa secara efisien.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.23. Efisiensi Pengunaan Dana Desa

10%
setuju
46%
33%

sangat setuju
kurang setuju
tidak setuju

11%

Sumber: Data primer
Sebanyak 46% responden setuju dan 11% sangat setuju bahwa dana desa
telah digunakan secara efisien. Namun terdapat responden yang justru
berpendapat sebaliknya, yaitu 33% kurang setuju dan 5% tidak setuju untuk
pembangunan yang telah efisisen. Hal ini di sebabkan masih banyak yang belum
efisien dalam pemanfaatan dana desa. Tidak di perhitungkan dengan benar dana
yang akan di alokasikan untuk pembangunan desa yang telah di sesuaikan dalam
target dan perencanaan pembangunan desa.
Faktor yang terakhir adalah transparansi. Pemerintahan desa yang
transparan juga harus melibatkan warga desa secara aktif dalam hal musyawarah
dan

penyaluran

anggaran

untuk

pembangunan

desa

tersebut.

Dengan

pemerintahan desa yang transparan dan akuntabel, maka anggaran yang diberikan
pemerintah pusat dapat dimanfaatkan dengan benar dan tidak terjadi kecurigaan
antara warga dan perangkat desa. Penggunaan dana yang transparan akan

Universitas Sumatera Utara

memberikan tanggapan yang positip bagi masyarakat. Bagi aparat desa,
transparansi penggunaan dana desa dapat terlaksana dengan baik apabila diberikan
keterbukaan informasi yang sebesar-besarnya. Misalnya melalui pemasangan
baliho tentang APBDes agar masyarakat memahami program kerja aparatur desa.
Di samping itu, aparatur desa dapat menyampaikan penggunaan anggaran melalui
laporan yang disampaikan kepada masyarakat desa dalam Badan Perwakilan Desa
(BPD).
Terkait dengan faktor tersebut, berikut merupakan realitas penyampaian
informasi dan sikap transparansi pada penggunaan dana desa yang dilakukan oleh
aparat desa sebagai pengelola dana.
Gambar 4.24. Pemerintah Desa Telah Menyampaikan Transparansi
Penggunaan Dana Desa

setuju

5%
10%
35%

sangat setuju
kurang setuju

42%

tidak setuju
8%
sangat tidak
setuju

Sumber : Data Primer
Hasil penelitian menunjukkan terhadap faktor transparansi persentase
terbesar menunjukkan 42% bahwa masyarakat kurang setuju jika pemerintah
tekah menyampaikan transparansi penggunaan dana desa dengan sesuai. 10%

Universitas Sumatera Utara

masyarakat menyatakan tidak setuju dan bahkan ada yang menyatakan sangat
tidak setuju yaitu sebesar 5%. Namun masih ada yang menyatakan yaitu sebesar
35% masyarakat menyatakan bahwa pemerintah desa telah menyampaikan
transparansi penggunaan dana desa. Dan 8% menyatakan sangat setuju.
4.5. Dampak Dana Desa Dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan
Dana desa secara ideal diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan
menekan angka kemiskinan di desa. Hal tersebut didasarkan pada manfaat dana
desa yang digunakan untuk membangun sejumlah infrastruktur desa seperti jalan
desa, irigasi, jalan, sanitasi, dan lainnya. Hal tersebut tentu saja menjadi harapan
seluruh elemen masyarakat desa meskipun tetap ada yang berpendapat bahwa
dana desa belum cukup untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan secara
maksimal. Berikut merupakan persepsi terkait dana desa telah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Gambar 4.25. Dampak Dana Desa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat

6%
setuju
35%

49%

sangat setuju
kurang setuju
tidak setuju

10%

Sumber: Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Sebanyak 49% menyatakan setuju bahwa dana desa telah memberikan
dampak dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan 10% yang
menyatakan sangat setuju. Selain itu persentase sebesar 35% menyatakan kurang
setuju karna masih banyak masyarakat yang belum merasakan kesejahteraan
dengan ada nya dana desa. Dan 6% yang menyatakan tidak setuju bahwa ada nya
dampak peningkatan kesejahteraan dengan adanya dana desa. Namun masih lebih
banyak yang menyatakan bahwa ada nya dampak peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan adanya dana desa. Tetapi tetap masih ada yang belum
merasakan dampak kesejahteraan itu. Sebabnya masih banyak yang tidak
mengetahui ada nya dana desa di karenakan masih kurang nya informaasi.
Sehingga tidak menjadi masyarakat yang aktif dan ikut serta dalam mendukung
pembangunan desa.
Salah satu faktor yang dapat menjadi tolak ukur untuk tingkat ekonomi
adalah perubahan pendapataan masyarakat. Berikut merupakan perubahan
pendapatan yang dialamai oleh masyarakat setelah adanya dana desa.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.26. Perubahan Pendapatan Masyarakat Desa Setelah
Adanya Dana Desa

38%
62%
Naik
tidak berubah

Sumber: Data Primer
Sebanyak 38% masyarakat memperoleh pendapatan yang meningkat
setelah adanya dana desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan yang
dilakukan tepat sasaran dan berhasil untuk memperbaiki kondisi ekonomi
masyarakat. Namun masyarakat yang merasa bahwa pendapatannya tidak berubah
sebanyak 62%. Angka tersebut masih lebih tinggi sehingga dana desa belum dapat
dikatakan

berhasil

secara

keseluruhan

untuk

meningkatkan

pendapatan

masyarakat dengan baik.belum berjalannya pemerataan program desa yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat desa sendiri Pembangunan yang dilakukan
belum berjalan dengan maksimal menjadi faktor penghambar juga untuk
menaikkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sehingga tidak seperti yang
diharapkan.

Universitas Sumatera Utara

Efektivitas juga menjadi hal yang di perhatikan dalam penggunaan dana
desa. Output yang akan di muat dalam penggunaan harus sesuai dengan target
yang akan di capai dengan dana desa. Penyaluran dana desa yang tepat waktu juga
menjadi daya dukung efektivitas penggunaan dana desa sehingga pemerintah
dessa juga harus sigap dalam hal ini. Sehingga ada nya kesesuaian terharap
penggunaan dana desa dan target yang akan di capai dengan adanya dana desa.
berikut merupakan persepsi mengenai efektifitas dana desa dalam pembangunan
ekonomi masyarakat desa secara umum.
Gambar 4.27. Efektivitas Penggunaan Dana Desa

10%
setuju
43%
35%

sangat setuju
kurang setuju
tidak setuju

12%

Sumber: Data Primer
Dari hasil penelitian dan gambar di atas Sebanyak 35%
menyatakan kurang setuju. Namun 43% menyatakan setuju dan 12% sangat setuju
bahwa dana desa telah digunakan secara efektif dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat desa. Di sisi lain, 10% masih tidak setuju dengan efektifitas dana desa
tersebut. Rendahnya serapan dana desa disebabkan oleh kurangnya kesiapan desa

Universitas Sumatera Utara

dalam menerima dan mengelola dana tersebut. Selain itu, lambannya penyaluran
dana desa disebabkan oleh birokrasi yang berbelit. Akibatnya, efektivitas dana
desa dalam menggerakkan perekonomian desa belum optimal.
Salah satu target dengan ada nya dana desa yang langsung dari pemerintah
pusat adalah mengatasi ketimpangan yang ada dalam masyarakat setiap tahunnya.
Masih menjadi persoalan untuk masalah ketimpangan pendapatan dan kemiskinan
yang di alami masyarakat desa. Maka dengan adanya dana desa ternyata mampu
menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat namun perubahan itu
masih kurang signifikan. Berikut presepsi dana desa mengurangi ketimpangan
pendapatan masyarakat.
Gambar 4.28. Dana Desa Mengurangi Ketimpangan Pendapatan
Masyarakat

14%

41%

setuju
sangat setuju
kurang setuju

38%

tidak setuju
7%

Sumber: Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 41% responden setuju dan 38%
kurang setuju bahwa ketimpangan pendapatan masyarakatnya berkurang setelah

Universitas Sumatera Utara

pembangunan dengan dana desa dilakukan. Hanya 7% yang menanggapi sangat
setuju akan dampak dana desa terhadap tingkat ketimpangan pendapatan. 14%
menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan ada nya pengurangan ketimpangan
pendapat masyarakat walaupun tidak sampai pada persentase 50% . ada nya
pengurangan ketimpangan pendapatan ini di wujudkan dalam program BUMDes
yang di tuju untuk masyarakat.
Selanjutnya Tujuan dana desa untuk meningkatkan ekonomi melalui
peningkatan saran dan prasarana yang lebih baik sehingga akan membantu
kegiatan ekonomi mereka dan memberikan peningkatan. Berikut merupakan
realitas terkait dengan penggunaan dana desa terhadap sarana dan prasarana
pedesaan yang dilakukan.
Gambar 4.29. Penambahan Sarana dan Prasarana Pedesaan Melalui
Dana Desa

setuju

5%
10%

sangat setuju
46%

kurang setuju

25%
tidak setuju
14%

sangat tidak
setuju

Sumber: Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan

gambar

di

atas

menunjukkan

sebesar

46%

menyatakan ada nya penambahan sarana dan prasaranan pedesaan melalui dana
desa, rata-rata seperti pembangunan jembatan penguhubung antar desa. Telah di
bangunnya kelompok UKM desa. Perbaikkan posyandu dan puskesmas desa serta
beberapa erbaikan infrastruktur jalan desa. 14% menunjukkan sangat setuju. Disisi
lain masih ada yang menyatakan kurang setuju yaitu sebesar 25%, yang tidak
setuju sebebsar 10% dan sangat tidak setuju sebesar 5%. Hal ini disebakan belum
terlaksananya

pemerataan

dalam

penambahan

sarana

dan

prasarana

pedesaan.namun 46% merupakan Angka yang sudah cukup baik walaupun belum
mencapai 50% dari yang diharapkan, mengingat tujuan utama dana desa adalah
untuk peningkatan sarana yang membantu aktifitas ekonomi masyarakatnya.

4.6. Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) Kebijakan Dana Desa
4.6.1 Uji Validitas
Validitas ialah suatu ukuran yang mengacu kepada kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data.
Tujuan melakukan uji validitas adalah mengetahui sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi
ukurnya. Kriteria penentuan validitas kuesioner adalah:
a. Jika r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan valid.
b. Jika r hitung ≤ r tabel maka instrumen dinyatakan tidak valid.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas
Indikator

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengawasan

Transparansi

Subindikator
Penyusunan Dokumen
Perencanaan
Analisis Potensi dan
Kebutuhan Pembangunan
Desa
Keterlibatan Masyarakat
dalam Perencanaan
Kapasitas Apatur Desa
Pemberdayaan Masyarakat
Desa
Pemanfaatan Sumber Daya
Lokal
Pendampingan
Pemerintahan Desa
Laporan Pertanggung
jawaban Penggunaan
Anggaran
Efisiensi Penggunaan
Dana Desa

Keterbukaan Informasi
Dana Desa Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat
Efektivitas Pemanfaatan
Dana Desa
Dampak
Pemerataan Pendapatan
Masyarakat Desa
Penambahan Sarana dan
Prasarana Desa
Sumber: Data Primer

r xy

r tabel

Keteranga
n

0,674

0,361

Valid

0,767

0,361

Valid

0,689

0,361

Valid

0,572

0,361

Valid

0,653

0,361

Valid

0,703

0,361

Valid

0,660

0,361

Valid

0,825

0,361

Valid

0,854

0,361

Valid

0,624

0,361

Valid

0,561

0,361

Valid

0,732

0,361

Valid

0,682

0,361

Valid

0,831

0,361

Valid

Untuk uji validitas menggunakan 30 sampel untuk melihat validitas setiap
subindikator yang akan di uji. Untuk menghitung df=N-2 maka df= 28 dan
memiliki nilai r-tabel sebesar 0.361 Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil
bahwa nilai r hitung seluruh pernyataan dari setiap sub indikator dalam kuesioner
lebih besar dari r tabel (0,361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

seluruh pernyataan dalam indikator perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
transparansi dan dampak adalah valid.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas pada
umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi
internal instrumen. Kriteria pengujian reliabilitas yaitu :
a.

Hipotesis pertama: Jika nilai koefisien realibilitas > t-tabel maka
instrumen dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya. Pengujian dengan α
=5%

b.

Hipotesis kedua: Jika nilai koefisien reliabilitas≤ t -table maka instrumen
dinyatakan tidak reliabel atau tidak dapat dipercaya. Pengujian juga
dengan α = 5 %
Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas

Indikator

Subindikator

Penyusunan Dokumen Perencanaan
Perencanaan Analisis Potensi dan Kebutuhan Pembangunan Desa
Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan
Kapasitas Aparatur Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pelaksanaan
Pemanfaatan sumber daya local
Pendampingan Pemerintahan Desa
Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran
Pengawasan
Efisiensi penggunaan dana desa
Transparansi Keterbukaan informasi
Dana desa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dampak
Efektivitas pemanfaatan dana desa

Cronbach's
Alpha
0,905
0,728
0,825
0,902
0,915
0,882
0,900
0,902
0,860
0,926
0,905
0,872

Universitas Sumatera Utara

Pemerataan pendapatan masyarakat desa
Penambahan Sarana dan Prasarana Desa
Sumber: Data Primer

0,901
0,921

Dari hasil hitung untuk uji realibilitas dengan jumlah N = 100 dan
jumlah variable sebanyak 5 maka dapat di hitung df= N-K dan nilai df= 95
maka dapat di ketahui nilai dari t-tabel adalah 0.67708. Berdasarkan tabel
di atas dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha seluruh variabel lebih
besar dari 0,67708 Dengan demikian, maka hasil uji reliabilitas terhadap
variabel perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, transparansi dan dampak
dapat dipercaya atau reliabel.
4.6.3. An