Hubungan antara nilai ankle brachial index (ABI) dengan kolesterol total pada anak penderita sindrom nefrotik
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu penyakit glomerular yang paling sering
mengenai anak-anak. (1) Sindrom nefrotik ditandai adanya kebocoran protein di urine,
yang mengakibatkan keadaan yang mengancam jiwa oleh karena hipovolemia,
hiperkoagulasi, dan infeksi. Insiden pertahun pada anak-anak di Amerika Serikat dan di
Eropa diperkirakan sekitar 1-7 per 100000 anak. (2) Sementara di Jakarta Willa Wirya
melaporkan 6 orang anak menderita sindrom nefrotik diantara 100000 anak usia di
bawah 14 tahun per tahunnya. Sindrom nefrotik dapat menyerang hampir semua usia,
tetapi terutama menyerang anak-anak usia antara 2-6 tahun, dimana lebih sering
menyerang anak lelaki dibanding anak perempuan dengan rasio 3:2. Sekitar 90% kasus
sindrom nefrotik adalah idiopatik, sedangkan yang lainnya adalah SN sekunder.
Berdasarkan respon pengobatan terhadap steroid, SN terdiri dari: SN sensitif steroid,
SN relaps jarang, SN relaps sering, SN dependen steroid dan SN resisten steroid. (3)
Pada sindrom nefrotik dijumpai adanya proteinuria berat dan dijumpainya tiga
keadaan klinis sehubungan dengan kehilangan protein melalui urin dalam jumlah yang
masif berupa hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia. (4) (5) Pasien SN
diperkirakan mengalami peningkatan risiko penyakit arteri perifer (PAP) dan penyakit
jantung koroner,
kemungkinan karena sindrom nefrotik
berhubungan dengan
hiperlipidemia, hipertensi, dan terapi steroid. (6) Peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular
dijumpai
pada
pasien
SN
karena
hiperlipidemia,
peningkatan
trombogenesis, dan disfungsi endothelial. Hiperkolesterolemia berhubungan kuat
Universitas Sumatera Utara
dengan beratnya hipoalbuminemia, dan proteinuria persisten, atau insufisiensi ginjal
juga berperan terhadap penyakit kardiovaskular. (1) Penggunaan kortikosteroid jangka
panjang pada pasien SN menyebabkan penurunan daya regang arteri. Hal ini
dihubungkan dengan besarnya peningkatan risiko akan penyakit kardiovaskular dan
tingkat kematian. (7)
Penyakit arteri perifer (PAP) merupakan suatu keadaan patologis yang
berhubungan dengan proses aterosklerosis dan tromboemboli yang melibatkan aorta,
cabang viseral, dan arteri ektremitas bawah. Penyakit arteri perifer menyerang 12%
sampai 14% populasi umum dan meningkat prevalensinya dengan melibatkan hingga
20% pasien usia diatas 75 tahun. (8) Namun belum ada data prevalensi pada anak.
Pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) adalah suatu pemeriksaan yang
memberikan informasi objektif, tidak invasif, dan dianggap sebagai teknik baku emas
yang digunakan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi efikasi pengobatan pada PAP.
(9) Pada suatu penelitian yang dilakukan pada anak penderita SN resiten steroid di
Mesir didapatkan nilai ABI 0,89 ±0,02. (6) Dibandingkan angiografi arteri ekstremitas
bawah, nilai ABI 50% pembuluh arteri pada satu atau
lebih arteri kaki. (10) Penyakit arteri perifer merupakan salah satu manifestasi klinis
yang sering dijumpai pada SN disamping penyakit jantung koroner yang dapat
didiagnosis dengan mengukur nilai ABI. (6)
Universitas Sumatera Utara
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan apakah ada hubungan bermakna antara nilai ankle brachial index
(ABI) dengan kolesterol total pada pasien SN?
1.3.
Hipotesis
Terdapat hubungan antara nilai ankle brachial index (ABI) dengan kolesterol total
pada pasien SN.
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum:
Untuk mengetahui hubungan antara nilai ABI dengan kolesterol total
pada
pasien SN.
1.4.2. Tujuan khusus:
Untuk mengetahui rerata nilai ankle brachilal index (ABI) pada anak penderita
SN.
1.5.
Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai
kegunaan ankle brachial index (ABI) sebagai prediktor penyakit arterial perifer
pada anak penderita SN dengan hiperkolesterolemia. Dengan demikian dapat
dijadikan alat skrining untuk komplikasi kardiovaskular pada anak penderita
SN dengan hiperkolesterolemia.
Universitas Sumatera Utara
2. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah pada
bidang nefrologi dan kardiologi mengenai deteksi dini penyakit arterial perifer
dengan pemeriksaan ankle brachial index (ABI).
Universitas Sumatera Utara
1.1.
Latar Belakang
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu penyakit glomerular yang paling sering
mengenai anak-anak. (1) Sindrom nefrotik ditandai adanya kebocoran protein di urine,
yang mengakibatkan keadaan yang mengancam jiwa oleh karena hipovolemia,
hiperkoagulasi, dan infeksi. Insiden pertahun pada anak-anak di Amerika Serikat dan di
Eropa diperkirakan sekitar 1-7 per 100000 anak. (2) Sementara di Jakarta Willa Wirya
melaporkan 6 orang anak menderita sindrom nefrotik diantara 100000 anak usia di
bawah 14 tahun per tahunnya. Sindrom nefrotik dapat menyerang hampir semua usia,
tetapi terutama menyerang anak-anak usia antara 2-6 tahun, dimana lebih sering
menyerang anak lelaki dibanding anak perempuan dengan rasio 3:2. Sekitar 90% kasus
sindrom nefrotik adalah idiopatik, sedangkan yang lainnya adalah SN sekunder.
Berdasarkan respon pengobatan terhadap steroid, SN terdiri dari: SN sensitif steroid,
SN relaps jarang, SN relaps sering, SN dependen steroid dan SN resisten steroid. (3)
Pada sindrom nefrotik dijumpai adanya proteinuria berat dan dijumpainya tiga
keadaan klinis sehubungan dengan kehilangan protein melalui urin dalam jumlah yang
masif berupa hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia. (4) (5) Pasien SN
diperkirakan mengalami peningkatan risiko penyakit arteri perifer (PAP) dan penyakit
jantung koroner,
kemungkinan karena sindrom nefrotik
berhubungan dengan
hiperlipidemia, hipertensi, dan terapi steroid. (6) Peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular
dijumpai
pada
pasien
SN
karena
hiperlipidemia,
peningkatan
trombogenesis, dan disfungsi endothelial. Hiperkolesterolemia berhubungan kuat
Universitas Sumatera Utara
dengan beratnya hipoalbuminemia, dan proteinuria persisten, atau insufisiensi ginjal
juga berperan terhadap penyakit kardiovaskular. (1) Penggunaan kortikosteroid jangka
panjang pada pasien SN menyebabkan penurunan daya regang arteri. Hal ini
dihubungkan dengan besarnya peningkatan risiko akan penyakit kardiovaskular dan
tingkat kematian. (7)
Penyakit arteri perifer (PAP) merupakan suatu keadaan patologis yang
berhubungan dengan proses aterosklerosis dan tromboemboli yang melibatkan aorta,
cabang viseral, dan arteri ektremitas bawah. Penyakit arteri perifer menyerang 12%
sampai 14% populasi umum dan meningkat prevalensinya dengan melibatkan hingga
20% pasien usia diatas 75 tahun. (8) Namun belum ada data prevalensi pada anak.
Pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) adalah suatu pemeriksaan yang
memberikan informasi objektif, tidak invasif, dan dianggap sebagai teknik baku emas
yang digunakan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi efikasi pengobatan pada PAP.
(9) Pada suatu penelitian yang dilakukan pada anak penderita SN resiten steroid di
Mesir didapatkan nilai ABI 0,89 ±0,02. (6) Dibandingkan angiografi arteri ekstremitas
bawah, nilai ABI 50% pembuluh arteri pada satu atau
lebih arteri kaki. (10) Penyakit arteri perifer merupakan salah satu manifestasi klinis
yang sering dijumpai pada SN disamping penyakit jantung koroner yang dapat
didiagnosis dengan mengukur nilai ABI. (6)
Universitas Sumatera Utara
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan apakah ada hubungan bermakna antara nilai ankle brachial index
(ABI) dengan kolesterol total pada pasien SN?
1.3.
Hipotesis
Terdapat hubungan antara nilai ankle brachial index (ABI) dengan kolesterol total
pada pasien SN.
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum:
Untuk mengetahui hubungan antara nilai ABI dengan kolesterol total
pada
pasien SN.
1.4.2. Tujuan khusus:
Untuk mengetahui rerata nilai ankle brachilal index (ABI) pada anak penderita
SN.
1.5.
Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai
kegunaan ankle brachial index (ABI) sebagai prediktor penyakit arterial perifer
pada anak penderita SN dengan hiperkolesterolemia. Dengan demikian dapat
dijadikan alat skrining untuk komplikasi kardiovaskular pada anak penderita
SN dengan hiperkolesterolemia.
Universitas Sumatera Utara
2. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah pada
bidang nefrologi dan kardiologi mengenai deteksi dini penyakit arterial perifer
dengan pemeriksaan ankle brachial index (ABI).
Universitas Sumatera Utara