Hubungan antara nilai ankle brachial index (ABI) dengan kolesterol total pada anak penderita sindrom nefrotik Chapter III VI

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1.

Desain

Penelitian ini dilakukan dengan metode sekat lintang yang menilai hubungan ABI
dengan kolesterol total pada pasien SN.

3.2.

Tempat dan Waktu penelitian

3.2.1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan di ruang rawat inap RSUP
Haji Adam Malik Medan.
3.2.2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2015.

3.3.


Populasi dan Sampel penelitian

3.3.1. Populasi target
Populasi target adalah anak penderita sindrom nefrotik.
3.3.2. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah anak penderita sindrom nefrotik di RSUP Haji Adam Malik
Medan.
3.3.3. Sampel penelitian
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Universitas Sumatera Utara

3.4.

Perkiraan Besar Sampel (42)

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis
proporsi suatu populasi,yaitu:
n1 = n2 =


(Z α + Z β )

2

+3
0,5ln[(1+r)/(1-r)]
n

= Besar sampel



= Deviat baku alpha untuk α=0.05 maka nilai baku normalnya 1.64 

tingkat

kepercayaan 95%
= Deviat baku betha, untuk β = 0.10 maka nilai baku normalnya 1.28  Power




penelitian 90%
r

= Koefisien korelasi = - 0.59 (6)

Dengan menggunakan sampel diatas maka didapatkan rumus diatas maka didapatkan
besar sampel 15 orang.

3.5.

Cara pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dipilih dengan cara consecutive sampling.

3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1. Kriteria Inklusi
a) Penderita sindrom nefrotik yang telah ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan
fisik, urinalisis, profil lipid, ureum, kreatinin dan albumin.
b) Anak yang berusia 2 sampai 18 tahun.


Universitas Sumatera Utara

3.6.2. Kriteria Eksklusi
a) Penderita SN yang disertai penyakit jantung bawaan.
b) Penderita SN yang disertai penyakit diabetes mellitus.
c) Luka atau ulkus pada daerah ankle atau brachial.

3.7. Persetujuan / Informed Consent
Semua sampel penelitian telah mendapat persetujuan dari orang tua setelah dilakukan
penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam hasil penelitian ini.

3.8. Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.9. Cara Kerja dan alur penelitian
3.9.1. Cara kerja penelitian
1. Sampel dipilih secara consecutive sampling yaitu penderita sindrom nefrotik yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi langsung dimasukkan sebagai

sampel.
2. Orang tua dan anak diberikan penjelasan dan informed consent yang menyatakan
setuju mengikuti penelitian ini.
3. Data dasar diperoleh dari wawancara, kuisioner dan laboratorium.
4. Dilakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) pada anak yang
ditentukan, selanjutnya dinilai status antopometrinya. Berat badan ditentukan
dengan menggunakan alat penimbang Camry yang telah ditera sebelumnya dengan

Universitas Sumatera Utara

kapasitas sampai 125 kg. Pencatatan dilakukan dalam kg dengan desimal (sensitif
sampai 0.1 kg). Semua subyek penelitian ditimbang tanpa sepatu atau alas kaki,
hanya pakaian sehari-hari saja. Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat
microtoise 2 M terbuat dari metal, dengan ketepatan 0.5 cm. Tinggi badan di ukur
pada posisi tegak lurus menghadap ke depan tanpa alas kaki, tumit dan bokong
menempel pada dinding. Untuk melihat angka pada pengukuran tinggi, pembatas
microtoise ditarik tegak lurus dan tepat di atas kepala, selanjutnya dinilai status
antropometrinya.
5. Masing – masing anak diperiksa Ankle Brachial Index (ABI) dengan cara
membandingkan tekanan darah sistolik pada arteri tibialis anterior dan arteri tibialis

posterior kanan dan kiri dengan tekanan darah sistolik pada arteri brachialis kanan
dan kiri dengan menggunakan sphygmomanometri merk ABN buatan Cina dan
Vascular Doppler BISTOS Model BT-200V buatan Korea. Kemudian nilai tekanan
sistolik tertinggi pada arteri tibialis dibagi dengan tekanan sistolik tertinggi pada
arteri brachialis.
6. Data dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisis lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

3.9.2. Alur Penelitian

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi

- Mengisi kuesioner yang dibagikan
- Dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan hasil laboratorium

Anak dengan SN yang
disertai hasil lipid kolesterol


Pengukuran tekanan darah
sistolik pada lengan dan kaki

Ankle Brachial Index
(ABI)

Gambar 2. Alur penelitian

Universitas Sumatera Utara

3.10. Identifikasi Variabel
Variabel bebas

Skala

• Kolesterol total

Numerik


Variabel tergantung

Skala

• ABI

Ordinal

3.11. Definisi Operasional
1. Sindrom nefrotik adalah suatu penyakit yang ditandai adanya kebocoran protein di
urine, yang mengakibatkan keadaan yang mengancam nyawa oleh karena
hipovolemia, hiperkoagulasi dan infeksi. (2)
2. Hiperkolesterolemia jika dinyatakan nilai kolesterol total serum > 200 mg/dL. (43)
3. Diagnosa sindrom nefrotik ditegakkan berdasarkan 4 gejala klinis antara lain: (1)
Proteinuria maasif, dimana protein urin≥ 40 mg/ m2 LPB/jam atau > 50 mg/kgBB/24
jam, atau rasio albumin/kreatininpada urin sewaktu >2 mg/mg, atau dipstik≥ 2+; (2)
Hipoalbuminemia, albumin serum < 2,5 g/dL; (3) Edema; (4) Hiperlipidemia, dengan
kadar kolesterol serum > 200 mg/dL. (3) (12) (13)
4. Penyakit arteri perifer (PAP) adalah kondisi patologis yang berhubungan dengan
proses aterosklerosis dan tromboemboli yang mempengaruhi aorta, pembuluh darah

cabang viseralis, dan pembuluh darah arteri di ekstremitas bawah.
5. Ankle

Brachial

Index

(ABI)

adalah

suatu

pengukuran

non-invasif

yang

membandingkan antara tekanan darah sistolik tertinggi pada pergelangan kaki

(arteri dorsalis pedis atau tibialis posterior) dan tekanan darah sistolik tertinggi pada
lengan (kiri atau kanan). (6) (22)

Universitas Sumatera Utara

6. Patokan nilai ABI yang digunakan untuk diagnosis penyakit arterial perifer adalah ≤
0.90 atau ≥ 1.40. (22) (26)
7. Pasien didiagnosa PAP jika nilai ABI≤

0,9 dengan kategori ringan hingga sedang

bila nilai ABI 0,4-0,9 dan curiga berat jika nilai ABI < 0,4. Nilai ABI > 1,3 juga
dianggap tidak normal, kemungkinan pembuluh darah kaku (incompressible vessel).
(28) (31)

3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Data dianalisis dengan perangkat lunak komputer, yaitu SPSS versi 19.0. Data
kategorikal dianalisis dalam bentuk jumlah dan persentase. Uji Shapiro-Wilk untuk
menilai normalitas distribusi data. Uji Pearson digunakan jika data berdistribusi normal
dan jika data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji Spearman untuk menilai

hubungan antara ABI dengan profil lipid pada anak SN. Uji t tidak berpasangan untuk
melihat hubungan ABI dengan lama menderita sindrom nefrotik. Uji Fisher untuk
melihat hubungan ABI dengan usia awal didiagnosis SN. Interval kepercayaan (IK) 95%
dan nilai probabilitas P < 0.05 dinyatakan signifikan secara statistik.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Total pasien penderita
sindrom nefrotik yang berobat selama bulan April-Mei 2015 sebanyak 35 orang. Lima
sampel dieksklusikan karena dua sampel mengalami luka pada daerah ankle dan tiga
sampel menolak diikutkan dalam penelitian.

Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian

Usia (tahun), rerata (SB)
Jenis kelamin, n
- Lelaki
- Perempuan
Tekanan darah sistole (mmHg),
rerata (SB)
- Lengan kanan
- Kaki kanan
- Lengan kiri
- Kaki kiri
Albumin (g/dL), rerata (SB)
Kolesterol total (mg/dL), rerata (SB)
Lama menderita SN (bulan), rerata
(SB)
Nilai ABI, rerata (SB)
Ureum (mg/dL), rerata (SB)
Kreatinin (mg/dL), rerata (SB)
Protein urine, n
- Negatif
- Positif 1
- Positif 2
- Positif 3
- Positif 4

Ankle Brachial Index
Tidak normal
Normal
n=9
n=21
9.3 (3.71)
8.7 (4.48)
8
1

17
4

107.8 (12.02)
97.2 (11.21)
103.3 (10.90)
95.0 (10.31)
3.6 (0.88)
301.7 (173.88)
51.9 (29.86)

110.5 (15.32)
106.7 (14.78)
106.0 (15.16)
105.5 (15.16)
2.8 (1.34)
341.0 (139.67)
41.0 (31.01)

0.95 (0.33)
42.2 (31.22)
0.8 (0.55)

0.88 (0.02)
30.5 (29.33)
0.6 (0.51)

5
1
2
1
0

5
3
3
8
2

Rerata usia anak yang mengalami ABI tidak normal adalah 9.3 tahun, sedangkan
pada anak dengan ABI normal 8.7 tahun. Jenis kelamin lelaki mendominasi pada kedua
kelompok. Tekanan darah sistolik pada keempat tempat pemerikasaan lebih tinggi pada

Universitas Sumatera Utara

kelompok dengan ABI normal. Rerata nilai albumin pada kelompok ABI tidak normal
lebih tinggi yaitu 3.6 g/dL dibandingkan kelompok dengan ABI normal yaitu 2.8 g/dL.
Secara keseluruhan nilai albumin pada penderita SN adalah 3.00 ± 1.27 g/dL. Rerata
kadar kolesterol pada kelompok ABI normal lebih tinggi dibandingkan kelompok ABI
tidak normal yaitu 341 mg/dL. Sedangkan nilai rerata ureum dan kreatinin dijumpai lebih
tinggi pada kelompok dengan ABI tidak normal. Untuk pemeriksaan protein urin,
dijumpai lebih sering protein urin positif pada kelompok dengan ABI normal (Tabel 4.1).
Secara keseluruhan kadar kolesterol pada penderita SN adalah 329.23 ± 148.76 mg/dL.
Nilai ABI pada penderita SN adalah 0.93 ± 0.44 dimana masing-masing nilai ABI pada
kelompok tidak normal adalah 0.95 ± 0.33 dan kelompok normal adalah 0.88 ± 0.02.
Secara keseluruhan nilai ABI pada penderita SN adalah 0.93 ± 0.44. Lama menderita
SN pada penderita SN secara keseluruhan adalah 44.3 ± 30.57 bulan.
Tabel 4.2. Hubungan Ankle Brachial Index terhadap lama menderita sindroma nefrotik
n
rerata
Perbedaan
*p
±SB
rerata
Ankle Brachial
Tidak
9
51.9±29.86
10.8 (14.20.383
Index
normal
35.9)
Normal

21

41.0±31.01

*Uji t tidak berpasangan

Tabel 4.2 menunjukan hubungan antara Ankle Brachial Index dengan lama
menderita sindroma nefrotik. Pasien yang mengalami ABI tidak normal mempunyai
rerata lama menderita SN lebih lama dibandingkan pasien dengan ABI normal, namun
tidak bermakna secara statistika dengan nilai p=0.383.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3. Hubungan Ankle Brachial Index dengan usia awal didiagnosa SN
Usia didiagnosa SN
*p
5
tahun) berhubungan dengan kecenderungan untuk terjadinya aterosklerosis yang dapat
menginduksi kekakuan pembuluh darah. (7)

Universitas Sumatera Utara

Pada anak, laki-laki sekitar dua kali lebih mungkin mengalami SN dibanding
perempuan, namun ketidakseimbangan ini akan berbeda pada remaja dan dewasa
dimana kecendrungan untuk terjadinya SN sama antara laki-laki dan perempuan.(4) (5)
Chang dkk di Taiwan yang meneliti epidemiologi SN pada anak usia 6 bulan hingga 18
tahun didapatkan laki-laki banding perempuan 1,9:1. (45) Penelitan oleh Mohamed SM
dkk di Mesir menemukan jumlah penderita SN resisten steroid dengan jenis kelamin
lelaki (n=11) lebih banyak dibandingkan perempuan (n=9). (6) Dalam studi ini juga
dijumpai hal yang sama, dimana jumlah penderita SN berjenis kelamin lelaki (n=25) dan
berjenis kelamin perempuan (n=5).
Hiperlipidemia kronik dihubungkan dengan peningkatan risiko aterosklerosis dan
penyakit arteri koroner, serta penyakit ginjal. (11) Pemeriksaan ABI merupakan alat
non-invasif yang dapat digunakan untuk penilaian penyakit arteri perifer (PAP). Dengan
demikian dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Alat tersebut
memiliki sensitivitas 90% dan spesifisitas 98% dalam mendeteksi stenosis signifikan
pada > 50% arteri mayor di kaki seperti yang terlihat pada pemeriksaan angiogram. (29)
(46) (47) (48) Nilai ABI pada pasien SN resisten steroid dan kelompok kontrol dalam
sebuah studi di Mesir adalah 0.89 ± 0.02 dan 1.04 ± 0.08 (p=0.0001). (6)
Pemeriksaan ABI menjadi pilihan dalam studi ini mengingat pemeriksaan ini
bersifat non-invasif serta memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hingga
saat ini belum didapatkan nilai acuan ABI pada kelompok anak penderita SN secara
keseluruhan. Nilai ABI pada penderita SN secara keseluruhan dalam studi ini adalah
0.93 ± 0.44.

Universitas Sumatera Utara

Lama menderita SN resisten steroid dalam studi di Mesir adalah 3.42 ± 1.73
tahun (41.04 ± 20.76 bulan) (p