Laporan observasi sekolah inklusi di sd
LAPORAN OSERVASI DAN ASSESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA TUGAS INDIVIDU
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian tugas mahasiswa
dalam mengikuti mata kuliah Praktek Pengalaman Lapangan
Dengan dosen pembimbing lapangan : Ibu Pujaningsih, M,Pd, OLEH : NAMA : B E J O
NIM : 08103244004
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
-
Latar Belakang Masalah :
Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia yang hidup di dunia, agar dapat menjadi manusia yang lebih baik, lebih mandiri dan lebih sejahtera. Dengan pendidikan manusia dapat mencapai kesejahteraan lahir maupun batin, bahagia di duniamaupun di akherat kelak. Pendidikan harus diperoleh sejak manusiadalam rahim ibu, masa bayi, masa balita, masa kanak, masa remaja, dewasa hingga lansia. Pendidikan juga dibutuhkan dan merupakan hak bagi setiap manusia tanpa memandang perbedaan/perkecualian dalam bentuk apapun.
Begitupula kondisi manusia yang mengalami kelainan fisik, mental maupun social yang dalam istilah kita disebut Anak Berkebutuhan Khusus, yang merupakan istilah yang lebih lebih halus, dibanding istilah penyandang cacat, Anak Luar Biasa dan sebagainya. Mereka juga berhak atas pendidikan, agar dapat memperoleh perkembangan fisik, mental dan social yang lebih baik. Sehingga setelah dewasa dapat hidup mandiri, sejahteralahir dan batin, seinggadalam memperoleh kesejahteraannya mereka tidak tergantung pada belas kasihan pada orang lain.
Menanggapi hal tersebut sebenarnya pada masa kini pemerintah di Negara Republik Indonesia pada khususnya. Dan Negara-negara di dunia padaumumnya, sebenarnya telah dilaksanakan pendidikan untuk semua orang, termasuk untuk Anak Berkekbutuhan Khusus. Di Negara Kita Republik Indonesia juga telah ada beberapa bentuk Pendidikan untuk ABK tersebut, baik secara formal maupun non formal. Di bidang Pendidikan Non Formal diselenggarakan oleh Kementerial Sosial, di mana di Daerah dilaksanakan oleh Dinas Sosial. Contoh : Balai Penyandang Cacat Terpadu di Pundong Bantul Yogyaarta, BPanti Sosial Bina Grahita di Temanggung, Panti Sosial bina Netra di SewonBantul, PRPTD dr. Soeharso di Solo, dan sebagaiya.
Adapun yang bertentuk pendidikan formal juga telah diselenggarakan dalam dua bentuk, yaitu : Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusi. Pendidikan Khusus untuk ABK diselenggarakan melalui Sekolah Luar Biasa. Sekolah ini berjenjang dari tingkat Pra Sekolah, (Taman anak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama sampai Sekolah Menengah Atas). Adapun Pendidikan Inklusi diselenggarakan oleh Sekolah umum yang menerima Anak Berkebutuhan Khusus sebagai peserta didik untuk belajar bersama peserta didik lain yang normal.
Namun ta dapat dipungkiri bahwa ternyata Anak Berkebutuhan Khusus yang belajar di sekolah umum banyak yang mengalami beberapa kendala, terhambat proses belajarnya. Hak ini disebabkan oleh salah factor satu atau lebih di sekolah yang ia ikuti kurang mendukung untuk perkembangan pendidikan bagi ABK tersebut. Antara lain, lingkungan sekolah yang belum cocok untuk ABK . Media dan system pembelajaran belum memperhatikan peserta didik yang ABK. Akibatnya anak yang ABK perkembangan terhambat. Sehingga akhirnya sekolah merekomendasikan kepada peseta didik, orang tuanya agar pendidikan anak lebih terjamin, maka disarakan untuk pindah ke Sekolah Khusus/Sekolah Luar Biasa.
Sementara banyak orang tua yang merasa malu atau keberatan, jika anaknya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan berbagai alasan. Di antarnya lokasinya lebi jauh dibanding dengan sekolah umum. Biayanya yang lebih mahal. SEbaik SLB swasta lebih banyak dari pada SLB Negeri. Orang tua yang anak nya tunagrahita merasa anaknya bukan ABK. Sebaik fisiknya normal. (bukan tunanetra, bukan tunadaksa, bukan tunarungu). Mereka terhambat kecerdasannya karena menganggap gurunya tidak bisa engajar anaknya.
Oleh karena itu kebedaan pendidikan inklusi sudah sangat diperlukan di setiap tempat. Yakni pada saat ini, diharapkan semua sekolah umum dapat menerima peserta didik ABK.
Oleh karena itu Peulis dalam mendalami mata kuiah pendidikan inklusi, penulis ingin mengadakan pengamatan pada satu sekolah inklusi yang mudah penulis kunjungi, berdasakran mudahnya transportasi. Di sini Penulis mengunjungi Sd tumbuh 1 yogyakarta. Penulis ingin mengetahui, apakah Sekolah tersebut sudah memenuhi criteria pendidikan inklusi atau belum?
B. Rumusan Masalah
-
Apakah sekolah tersebut sudah memenuhi criteria sebagai sekolah inklusi?
-
Apakah sekolah tersebut sudah menerapkan metode khusus untuk ABK?
C. Tujuan Penelitian
-
Agar penulis dapat mendiskripsikan bahwa sekolah yang penulis kunjungi sudah memenuhi criteria sekolah inklusi atau belum.
D. Manfaat Pengamatan.
-
Penulis dapat mengetahui pelaksanaan sekolah iklusi antara teori an penyaelenggaraan sekolah inklusi di lapangan.
-
Sekolah inklusi yang penulis kunjungi juga dapat memperoleh evaluasi dari piahk lain, agar dapat meamajukan sekolah inklusinya menjadi lebih baik. Lebih maju.
-
Peserta didik khusus ABK dapat termotivasi dalam belajarnya.
-
Guru di sekolah inklusi juga dapat bertambah wawasan mengetahui pendidikan inklusi dan memperbaiki sikapnya terhadap peserta didik yang ABK.
BAB II
TINJAUAN TEORI PENDIDIKAN INKLUSI
-
Pengertian Inkusi Idealnya:
Inklusi adalah memberikan kesempatan yang adil kepada anak untuk bisa mengikuti pendidikan tanpa perbedaan gender, etnik, status sosial-ekonomi dan kemampuan (Ballard ,1999; Corbett, 2001; Giorcelli, 1995 as cited in Foreman, 2005; Mitchell, 2005)
Sasaran yang harus mendapat layanan pendidikan inklusif:
-
Tunanetra
-
Tunarungu
-
Tunawicara
-
Tunagrahita (ringan dan sedang)
-
Tunadaksa (ringan dan sedang)
-
Tunaganda (kelainan majemuk)
-
Berkesulitan belajar
-
Lamban belajar
-
Autis/autistik
-
Potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
-
Korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya
-
HIV dan Aids serta penyakit kronis lainnya
-
Anak di daerah terpencil dan/atau terbelakang
-
Anak di daerah perbatasan negara
-
Anak-anak pekerja di luar negeri yang terdiskriminasi
-
Anak dari masyarakat adat dan/atau kelompok minoritas
-
Anak korban bencana alam
-
Anak korban bencana sosial
-
Anak dari keluarga yang tidak mampu dari segi ekonomi (a.l anak terlantar dan jalanan).
-
Anak korban kekerasan fisik dan psikis dalam keluarga.
-
Korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya
-
HIV dan Aids serta penyakit kronis lainnya
-
Anak di daerah terpencil dan/atau terbelakang
-
Anak di daerah perbatasan negara
-
Anak-anak pekerja di luar negeri yang terdiskriminasi
-
Anak dari masyarakat adat dan/atau kelompok minoritas
-
Anak korban bencana alam
-
Anak korban bencana sosial
-
Anak dari keluarga yang tidak mampu dari segi ekonomi (a.l anak terlantar dan jalanan).
-
Anak korban kekerasan fisik dan psikis dalam keluarga.
B. Prinsip yang melatarbelakangi perlunya pendidikan inklusif
-
Social justice and human rights
-
Normalization
-
Age-appropriateness
-
The least restrictive environment
-
All children can learn
(Foreman, 2005)
C. Manfaat Penddikan Inklusi
-
Riset membuktikan bahwa pendidikan inklusi bermanfaat bagi semua anak dan guru
1. Manfaat Pendidikan Inklusi bagi ABK
-
Meningkatkan keterampilan akademik, sosial, perilaku, komunikasi, okupasional
-
Menghilangkan stigma negatif
-
Kehidupan pasca sekolah yang lebih baik
2. Manfaat Inklusi bagi Anak Reguler
-
Meningkatkan pemahaman akademik dan non-akademik
-
Manfaat dari dukungan financial
-
Manfaat dari dukungan ketenagaan
-
Manfaat dari sarana ekstra
3. Manfaat bagi Guru
-
Meningkatkan kompetensi profesionalitas dalam lingkungan kerja partnerships dan kolaboratif
-
Meningkatkan nilai kepuasan guru
-
Meningkatkan awareness dan antisipasi guru dalam perkembangan dan perubahan di bidang pendidikan
D. Peraturan sebelumnya mengenai pendidikan untuk ABK
Dalam UU No 20/2003 Tentang Sisdiknas.
-
(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
-
(2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
-
Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus ini mengacu kepada “Tempat” mereka bersekolah. Sehingga kita kenal dengan adanya sistem persekolahan:
-
Segregasi: Terpisah (sejak 1901)
-
Integrasi: Disatukan (bagi yang bisa)
-
-
Idealnya pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus ditinjau sebagai “service/layanan”
-
Sistem pendidikan: Inklusi
-
Sesuai dengan:
-
Salamanca Statement (1994)
-
Dakkar Framework for action (2000)
-
Deklarasi Bandung (2004)
-
Surat edaran Dirjen Dikdasmen No 380/C.C6/MN/2003 tentang pendidikan inklusi
Undang-Undang yang berkaitan dengan pemenuhan hak pendidikan anak berkebutuhan khusus
-
UUD 1945: Pembukaan dan Pasal 31 (ayat 1 dan 2)
-
UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
-
UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
-
UU Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
-
UUD 1945: Pembukaan dan Pasal 31 (ayat 1 dan 2)
-
UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
-
UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
-
UU Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
E. Karakteristik fisik kelas inklusif
-
Karakteristik fisik sebuah kelas inklusif mencakup setting fisik kelas, setting tempat duduk anak, dan prosedur-prosedur lain seperti tugas, emergensi, dan guru pengganti.
-
Karakteristik fisik sebuah kelas inklusif mencakup setting fisik kelas, setting tempat duduk anak, dan prosedur-prosedur lain seperti tugas, emergensi, dan guru pengganti.
Setting Fisik
-
Setting fisik kelas harus menjadi pertimbangan penting dalam kelas inklusif
-
Agar dapat belajar dengan optimal, semua anak harus bisa mengakses kelas/lingkungan belajarnya
-
Akses kedalam kelas adalah prasyarat agar anak bisa belajar
-
Adalah tanggung jawab guru untuk memastikan setiap anak bisa mengakses fasilitas di sekolah
-
Tanggung jawab guru yang lain berkenaan dengan aksesibilitas adalah mengkomunikasikan kebutuhan anak kepada orang yang berwenang.
Setting tempat duduk anak
-
Ada beberapa cara dalam mengorganisasikan tempat duduk anak, yaitu:
-
Cara tradisional
-
Mengelompokkan berdasarkan kemampuan
-
Mengelompokkan anak dengan mixed ability
-
Individual learning spaces
-
Ada beberapa cara dalam mengorganisasikan tempat duduk anak, yaitu:
-
Cara tradisional
-
Mengelompokkan berdasarkan kemampuan
-
Mengelompokkan anak dengan mixed ability
-
Individual learning spaces
Keuntungan dan Kelemahannya:
-
Keuntungan: attensi anak secara natural akan tertuju ke guru. Guru lebih mudah mengawasi apakah anak on-task atau off-task
-
Kelemahan: befokus pada guru, mempersempit kesempatan siswa untuk aktif (chalk and talk)
-
Anak berkebutuhan khusus akan lebih terisolaso secara sosial dengan model duduk seperti ini.
Keuntungan dan kelemahannya:
-
Keuntungan: guru bisa berkeliling meja dan membantu siswa, hal ini dapat meningkatkan hasil belajar anak. Anak juga dapat belajar dari teman sebayanya.
-
Kelemahan: sosial stigma, pembelajaran yang kompetitif dapat menyebabkan atmosfir negatif di kelas
Keuntungan:
-
Keuntungan: Anak dengan minat, kemampuan dan latar belakang bisa berinteraksi dengan bebas. Guru bisa mengembangkan strategi pembelajaran konstruktivistis yang berfokus pada anak seperti peer tutoring dan kooperatif learning.
Individual learning space plan
-
Dapat memberikan keleluasaan kepada anak dan guru untuk bisa belajar dan mengajar di tempat yang dianggap paling tepat
-
Tugas
Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan keterampilan dan minatnya
-
Respon terhadap emergensi
Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana
-
Tugas
Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan keterampilan dan minatnya
-
Respon terhadap emergensi
Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana
-
Tugas
Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan keterampilan dan minatnya
-
Respon terhadap emergensi
Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana
-
Guru pengganti
*Informasi mengenai anak
*Deskripsi singkat mengenai filosofis inklusi bagi anda
*Harapan anda bahwa filosofi inklusi tersebut juga diterapkan oleh guru pengganti
*info penting lain seperti catatan medis
-
Membantu anak yang memerlukan bantuan dalam toileting, makan dan mengkonsumsi obat, termasuk didalamnya disediakan protokol apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan.
BAB III
KEADAAN SEKOLAH INKLUSI PADA SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA DI YOGYAKARTA
A. DATA SEKOLAH
Sd tumbuh 1 yogyakarta merupakah salah satu pendidikan Inklusi di Kota yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah ini pada tahun pelajaran 2012/2013 mempunyai siswa sebanyak orang. Dari siswa tersebut di antaranya terdapat ABK sebanyak 20 orang. SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA didirikan pada hari ............ tanggal 11 Maret 2005. mulai menerima ABK sejak berdirinya.
B. DATA PESERTA DIDIK ABK
Peserta Didik ABK terdiri dari :
-
No/
Klasifikasi ABK
L
P
Jml
Berada di kelas
TK
I
II
III
IV
V
VI
Jml
Tunanetra
Tunarungu
Tunagrahita Ringan
Tunagrahita sedang
Tuna Daksa
Tunalaras
Autis
Tunaganda
Jumlah
Dari 20 peserta didik ABK tersebut yang penulis assesmen seorang anak tunagrahita.
Prestasi Peserta didik :
Berhubung penulis observasi pada kelas II/a, maka peserta didik , belum kelihatan prestasi yang menonjol. Gejala ABK diketahui pada surat keterangan sekolah asal, dan pengamatan guru secara langsung. .
Anak yang Tunagrahita ringan/Lambat Belajar, ingin mengembangkan diri di bidang senitari..
C. DATA SARANA PRASARANA ABK
Prasarana : terdiri dari : Pergedungan : Untuk Kantor : 1 unit, Ruang kelas 4 unit, Ruang Perpustakaan 1 , ruang, Ruang Guru 1 lokal., Ruang Kantin, RUANG mck/Toilet, ada 2 jenis, yaitu : Toilet untuk anak normal dan toilet untuk difabel. Ruang Ketrampikan, Ruang Musik Jawa/Kerawitan.. Semua ruang tersebut bersifat umum. Bukan merupakan sarana khusus ABK.
SArana Pembelajaran :
Media Pembelajaran : Peralatan Laboratorium, Peralatan, Ketrampilan, Peralatan Musik, Peralatan Multi Media, di ruang khusus, sedangkan Papan tulis di tiap kelas.
Keadaan ruang kelas :
Ruang kelas luasnya : m2. Di depan kelas terdapat serambi.
Di dalam ruang kelas 2a, papan tulis white board menempel di dinding sebelah utara.
Di lantai terdapat deretan meja dan kursi murid di susun 4 kelompok. di sisi selatan, utara dan timur. Kursi murid disusun mengelilingi meja. Di tengah-tengah dihamparkan karpet. Karpet digunakan duduk peserta didik ketika mendengarkan penjelasan dari guru kelas secara klasikal. Pada saat peserta didik mengerjakan tugas dari guru kelas, mereka duduk di kursi menghadap meja di kelompoknya masing-masing. Bagi peserta didik yang telah selesai mengerjakan soal lebih awal diperboleh ke luar ruangan kelas tapi Cuma di serambi untuk bermain atau baca buku sambil menanti pelajaran berikutnya.
D. KETENAGAAN
Terdiri dari :
Tenaga Pendidik : Kepala Sekolah, Guru Kelas : tiap kelas disediakan 2 orang guru, mengajarnya bergantian. Guru Mata Pelajaran : terdiri dari Guru Agama disediakan guru agama yang sesuai agaa peserta didik. Yakni : GPA Islam. GPA Katholik, GPA Kristen,GPA Hindu dan GPA Budha. Guru Bimbingan Konseling, Guru Pembimbing Khusus (untuk Guru pembimbing Khusus 1 orang) melayani 26 ABK.
Semua Tenaga Pendidik sudah Sarjana (S1). Ada yang S1 Pendidikan dan S1 non Pendidikan. Namun mereka sudah ikut program Akta IV.
Tenaga Kependidikan : Tata usaha, Penjaga Sekolah tenaga perpustakaan, tenaga laborat.serta Security/Satpam.
Asal Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan :
-
Bersatus Guru Tidak Tetap dan Guru Tetap Yayasan ada 18 orang
-
Berstatus PNS .... orang
-
Guru Pembimbing Khusus 2 orang
-
Sarjana PLB ..3... orang
-
Sarjana non PLB 15 orang
-
Sarjana pendidikan PLB dan non PLB orang
-
Sarjana non pendidikan orang
-
Sarjana non kependidikan yang sudah akta IV orang
-
Sarjana non kependidikan yang belum akta IV orang.
E. SARANA KHUSUS ABK :
Menurut pengamatan penulisan dan catatan arana prasarana yang ada di Sekolah Inlusi ini sudah ada sarana khusus untuk abk. Walau masih sangat terbatas, yaitu resource room dengan alat permainan edukatif.
Sd tumbuh 1 yogyakarta/Sekolah Inklusi ini juga mempunyai lapangan olahraga namun tidak berumput, dapat untuk sepak bola.
Untuk pembelajaran di sekolah inklusi ini menggunakan kurikulum yang berlaku pada SD pada umumnya menurut kententuan yang berlaku. Yaitu KTSP untuk SD. Dalam pembelajaran belum menggunakan kurkukum khusus untuk SDLB dalam membina ABK. Metode khusus diberikan kepada siswa yang lambat belajar yaitu dengan pemberian remedial.
Untuk media belajar bagi anak low vision belum ada buku khusus yang diperbesar. Anak yang low vision memakai kacamata lensanya agak tebal agar dapat membaca tulisan pada jarak yang normal. (sebagaimana yang penulis pakai).
F. Sikap ANAK.
Tentang ABK /status ABK belum disadari sepenuhnya oleh ana. ABK yang lambat belajar tidak merasakan bahwa dirinya ABK. Walaupun dalam mengiuti pelajaran, sebetulnya mereka ketinggalan. Namun mereka tidak merasa menjadi ABK, sebab fisiknya normal. Mereka tidak menyadari bahwa dirinya yang kurang cepat menguasai mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya, sehingga perlu di bina secara intensif. Informasi ni berdasarkan wawancara penulis dengan BK tersebt.
Sedangkan bagi anak yang Low vison dan anak tuna daksa, mereka mengakui dan menyadari bahwa dirinya adalah termasuk abk (ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS(.
Saat mengikuti pelajaran, perhatikan anak terhadap mata pelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran, sifatnya juga tidak ada perbedaan dengan teman yang lain. Mayoritas penuh perhatian. SEdangkan siswa non ABK pun ada yang sambil bermain-main dengan temannnya. ADa yang sambil bercakap-cakap dengan temannya.
-
Lan-lain :
BAB IV
ASSESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
A. LATAR BELAKANG
Istilah identifikasi dan asesmen sering dipergunakan secara bergantian. Secara harfiah seseungguhnya identifikasi berbeda dengan asesmen . Identifikasi dini merupakan pada tahapan awal yang masih bersifat global/kasar dari asesmen yang lebih rinci dan hal detail. Tujuan dari identifikasi dini dan asesmen juga berbeda . Hal ini menyangkut kompetensi dan profesionalisme. Identifikasi dini sering dimaknai sebagai proses penjaringan awal mungkin, sedangkan asesmen dimaknai sebagai penyaringan. Identifikasi dini Anak Berkebutuhan Khusus dimaksudkan sebagai suatu upaya seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional/ tingkah laku) seawal mungkin dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Hasil dari identifikasi adalah ditemukannya anak-anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui program inkulusi. Sesuai keperluan pembelajaran dan layanan khusus lain yang sesuai dengan kebutuhan anak, dapat dilanjutkan dengan kegiatan asesmen. Dengan asesmen akan diketahui kelemahan/ kesulitan anak dalam satu hal, kekuatan/potensi/kemampuan dan kelebihan anak dalam satu hal, serta kebutuhan layanan khusus yang diperlukan utnuk mengatasi satu hal.
B. TUJUAN
Secara umum tujuan identifikasi ini adalah untuk menghimpun informasi seawal munggkin apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis) atau tidak. Disebut mengalami kelainan/ penyimpangan tentunya harus dibandingkan dengan anak lain yang sebaya dengannya. Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
IDENTIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
A. Pengertian
Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Banyak yang berasumsi bahwa anak tunagrahita sama dengan anak idiot. Asumsi tersebut kurang tepat karena sesungguhnya anak tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi. Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki perkembangan intelejensi yang terlambat.
Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa indikasi sebagai berikut:
1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat,
4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
B. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Ada beberapa klasifikasi anak Tunagrahita yang di ukur melalui IQ:
1) Tunagrahita Ringan (IQ 51-70)
Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.
2) Tunagrahita Sedang (IQ 36-51)
Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.
3) Tunagrahita Berat (IQ dibawah 20)
Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita berat.
C. Kebutuhan Belajar ABK dengan Keterbelakangan Mental
Seperti diketahui bahwa anak penyandang keterbelakangan mental sangat berrvariasi kemampuannya mulai dari ringan,sedang sampai berat. Anak-anak terbelakang mental pada umumnyan masih memiliki kemampuan /potensi dalam belajar dan mengembangkan seluruh hidup sesuai dengan tingkat kemampuannya.Namun karena keterbatasannya maka mereka membutuhkan Layanan Pendidikan Khusus.
Ada beberapa bidang perkembangan yang diperlukan oleh siswa-siswi yang terbelakang mental :
a) Pengembangan Kemampuan Kognitif
Anak-anak yang terbelakang mental pada umumnya memilii keterlambatan dalam bidang kognitif.Oleh karena itu maka perlu adanya pengembangan kognitif yakni: 1) the pace of learning Siswa Tunagrahita dalam belajar memerlukan waktu belajar lebih banyak dibandingkan dengan teman sebaya yang normal. 2) levels of learning,anak-anak terbelakang mental memerlukan dorongan untuk dapat memahami isi materi sesuai tingkat kemampuannya. 3) levels of comprehension, pada umumnya mengalami kesulitan mempelajari materi yang bersifat abstrak sehingga perlu adanya penggunaan media-media konkrit dalam pembelajaran.
b) Pengembangan Kemampuan Bahasa
Keterlambatan dalam bidang bahasa merupakan salah satu cirri dari anak terbelakang mental. Keterlambatan pada bidang akademik pada umumnya juga bersumber dari keterlambatan bahasa. Agar ketrampilan berbahasa memadai maka memerlukan bimbingan bahasa.
c) Pengembangan Kemampuan Sosial
Masalah utama yang dialami oleh anak terbelakang mental(Tunagrahita) adalah tidak adanya kemampuan bersosial. Hambatan ini berakibat pada ketidakmapuan anak dalam memahami kode atau aturan yang terdapay di sekolah,keluarga maupun masyarakat.Dalam upaya pengembangan social anak Tunagrahita diperlukan beberapa kebutuhan misalnya: 1) kebutuhan merasa menjadi bagian dari masyarakat. 2) Kebutuhan dari menemukan perlindungan dari sikap yang negative. 3) Kebutuhan aan kenyamanan social. 4) Kebutuhan untuk menghilangkan kebosanan.
D. Kesulitan Belajar Anak Tunagrahita
Kesulitan belajar merupakan bidang yang sangat luas, dan sangat komplek untuk dipelajari, karena menyangkut sekurang-kurangnya aspek psikologis, neurologis, pendidikan dan aspek kehidupan sosial anak dalam keluarga/ masyarakat. Setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang yang berebeda dalam memahami dan menjelaskan fenomena kesulitan belajar yang dialami oleh seorang anak. Anak berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,mengeja atau menghitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia dan afasia perkembangan.
Ketika seorang anak belajar memerlukan kemampuan dalam beberapa aspek yaitu: persepsi (perception), baik pendengaran, penglihatan, taktual dan kinestetik, kemampuan mengingat (memory), proses kognitf (cognitive prcsess) dan perhatian (attention).Kemampuan-kemampuan tersebut bersifat internal di dalam otak. Proses belajar akan mengalami hambatan/kesulitan apabila kemampuan-kemampuan tersebut mengalami gangguan. Apabila ada seorang anak yang mengalami kesulitan pada keempat aspek seperti itu ada kemungkinan anak tersebut mengalai kesulitan belajar yang bersifat internal (learning disability)
Berikut adalah contoh beberapa kesulitan belajar yang dialami oleh anak Tunagrahita yaitu:
1) Kesulitan Membaca
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia). Ada nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan remedial readers, (Hallahan, Kauffman, and Lloyd, 1985 : 202). Membaca mengandung beberapa pengertian. Di dalam Karnus Besar Bahasa Indonesia, membaca diartikan (1) melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau dalam hati). (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Hal itu menunjukkan bahwa untuk dapat membaca diperlukan adanya keterarnpilan khusus, yang dalam konteks ini adalah mengeja dan melafalkan apa yang tertulis. Dalam belajar membaca, anak harus terampil dalam mempersepsi bunyi fonem, morfem, sematik dan sintaksis. Ini biasa mdisebut dengan kemampuan berbahasa/ linguistik. Anak yang mempunyai kesadaran linguistik dengan baik, tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Pada umumnya anak Tunagrahita memiliki kemampuan yang kurang dalam hal mengingat (memory)yang merupakan suatu kesulitan kronis yang diduga bersumber dari neurologis (syaraf) , sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca anak Tunagrahita dipengaruhi oleh Aspek Persepsi dan Aspek Memory yang merupakan proses mental yang terletak di otak . Persepsi diperlukan dalam belajar utuk menganalisis informasi yang diterima. Misalnya, seorang anak diperlihatkan bentuk /h/ dan /n/. atau angka /6/ dengan /9/. Anak yang persepsi penglihatannya baik, akan dapat membedakannya. Sedangkan anak yang mengalami ganguan persepsi akan sangat sulit untuk menemukan karakter yang membedakan kedua bentuk tersebut. Dapat dibayangkan betapa sulitnya bagi seorang anak yang mengalami hambatan seperti ini untuk belajar membaca. Mengingat (memory) adalah kemampuan untuk menyimpan informasi dan pengalaman yang pernah dipelajari pada masa lalu dan dapat dimunculkan kembali jika diperlukan. Kemampuan mengingat ini mempunyai dua tingkatan yaitu ingatan jangka pendek (short term memory) dan ingatan jangka panjang (long term memory). Mengingat sesuatu, baik yang dilihat maupun yang didengar dalam tempo yang sangat singkat, disebut ingatan jangka pendek (short term memory). Belajar sangat erat hubungannya dengan ingatan jangka pendek. Anak yang mengalami kesulitan dalam ingatan jangka pendek akan sangat sulit untuk menyimpan informasi atau pengalaman belajar dalam ingatan jangka panjang.
Kesulitan membaca disebabkan karena kompetensi dasar membaca belum tercapai dengan baik yaitu:
a. Mengenal huruf,
b. Menggabungkan dua huruf menjadi suku kata (peleburan bunyi),
c. Menggabungkan suku kata menjadi kata atau kesulitan dalam menyusun kata dalam kalimat.
2) Kesulitan Menulis
Anak Tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengingat abjad,huruf atau simbol sehingga mereka cenderung sulit untuk membaca tulisan,kata, bahkan kalimat. Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia (dysgraphia). (Jordon dikutip oleh Hallahan, Kauffman, & Lloyd, 1985 : 237). Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga afgrafia. Pada dasarnya disgrafia menunjuk pada adanya ketidakkemampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol – simbol matematika yang biasanya dikaitkan dengan kesulitan membaca atau disleksia.
Ada beberapa aspek yang menyebabkan anak Tunagrahita berkesulitan dalam belajar menulis yakni :
a. Memegang pensil (Psikomotorik)
1. Sudut pensil terlalu besar
2. Sudut pensil terlalu kecil
3. Menggenggam pensil seperti mau meninju
4. Menyangkutkan pensil di tangan atau menyeret pensil. Jenis memegang pensil seperti ini yakni termasuk ciri – ciri bagi anak kidal.
b. Mengenal huruf
Anak Tunagrahita sulit dalam mengenal huruf, apabila sudah di acak-acak letaknya. Sehingga untuk menuliskan huruf-huruf dengan rapi dan benar juga kesulitan. Dengan demikian maka Daya Ingat (Memory) anak Tunagrahita sangat lemah, sehingga perlu pelayanan khusus dalam pembelajaran.
c. Menulis ekspresif.
Yakni mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam suatu bentuk tulisan. Sehingga dapat dipahami oleh orang lain yang sebahasa, menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi.
4) Kesulitan Berhitung Matematika
Keterampilan proses kognitif dasar sangat erat kaitannya dengan keterampilan belajar matematika. Anak yang telah memiliki keterampilan proses kognitif dasar akan lebih mudah untuk belajar matematika, dan sebaliknya. Keterampilan kognitif dasar meliputi: keterampilan dalam mengelompokkan objek menurut atribut tertentu, keterampilan mengurutkan objek menurut besar/kecil atau panjang pendek, korespondensi, dan kemampuan dalam konservasi.
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (discalculis) (Lerner, 1988 : 430). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan saraf pusat.
Dalam pembelajaran matematika di lapangan, anak tunagrahita banyak mengalami hambatan yang dapat dilihat dari beberapa aspek seperti:
a) Membilang : anak tunagrahita sulit untuk menyebutkan bilangan secara berurutan, seperti dari bilangan 9 sampai ke 12, dan dari bilangan 15 sampai ke 17, ada yang lancar dari 1 sampai 19 akan tetapi bilangan 20 tidak disebut tetapi kembali kebilangan 10.
b) Mengoperasikan Penjumlahan,pengurangan,perkalian,pembagian
c) Memecahkan masalah Matematika
demikian maka dapat disimpulkan bahwa anak Tunagrahita ketika belajar mengalami beberapa kesulitan yaitu: persepsi (perception), baik pendengaran, penglihatan, taktual dan kinestetik, kemampuan mengingat (memory), proses kognitf (cognitive prcsess) dan perhatian (attention).Kemampuan-kemampuan tersebut bersifat internal di dalam otak. Proses belajar akan mengalami hambatan/kesulitan apabila kemampuan-kemampuan tersebut mengalami gangguan.
Identifikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu identification, yang berarti pengenalan.
Identifikasi yang dimaksud pada pembahasan ini adalah cara untuk mengenali anak
tunagrahita dengan membandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Identifikasi
dimaksudkan bukan untuk labeling tapi untuk melihat hambatan-hambatan yang dialami
anak.
Ada beberapa cara untuk melakukan identifikasi anak tunagrahita, diantaranya adalah:
observasi, tes buatan, tes psikologi.
1. Observasi
Observasi merupakan metode yang tertua diantara metode-metode yang digunakan untuk mengenali anak atau orang dewasa yang tunagrahita. Metode ini membutuhkan waktu yang relative lama, tetapi memberikan hasil yang lebih lengkap dibandingkan dengan metode lain. observasi bisa juga untuk melengkapi hasil tes dari psikolog, karena hasil tes belum tentu menunjukkan keadaan anak yang sebenarnya. Sebelum melakukan observasi seorang observer harus memahami dulu perkembangan rata-rata anak pada umumnya .
Ada dua macam bentuk observasi. Pertama membiarkan anak hidup dalam lingkungan yang wajar, observer hanya mencatat gejala-gejala yang timbul selama observasi. Supaya observasi lebih terarah harus memiliki pedoman observasi. Pedoman observasi ini dapat dibuat dengan mengacu pada perkembangan rata-rata anak pada umumnya. Cara ini tidak selamanya efektif karena memerlukan waktu yang cukup banyak. Kedua, supaya lebih efektif observer menciptakan lingkungan kondisi lingkungan yang dapat menarik perhatian anak sehingga anak mau bicara, melakukan sesuatu dan lain sebagainya.
2. Tes Buatan Guru
Tes buatan adalah tes yang dibuat oleh guru atau orang yang berkepentingan untuk mengenali anak tunagrahita. Supaya hasil tes lebih lengkap dan akurat akan lebih baik bila disertai dengan observasi. Tes bisa dibuat berdasarkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui anak pada masa-masa perkembangannya. Pada pelaksanaannya anak diminta untuk mengerjakan tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan umurnya, apabila anak belum dapat maka anak diberi tugas unuk umur sebelumnya sebaliknya apabila anak mampu untuk mengerjakan tugas perkembangan yang sesuai dengan umurnya maka dilanjutkan pada tugas perkembangan untuk umur di atasnya. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka dalam pelaksanaan tes harus diciptakan kondisi yang membuat anak nyaman dan tidak terbebani oleh keberadaan tester sehinggan membuat anak gugup dan tidak melaksanakan tugasnya.
3. Tes Psikologi
Tes psikologi merupakan salah satu alat untuk mengenali apakah seorang anak
mengalami ketunagrahitaan atau tidak. Tes psikologi yang dipergunakan adalah tes
kecerdasasan. Tes ini lebih obyektif karena materi tes sudah diujicobakan sehingga 70
memenuhi persyaratan, prosedur pelaksanaannyapun diatur, termasuk cara pengolahan
hasil tes, sehingga akan mengurangi bias pada hasil tes.
Tes kecerdasan akan lebih baik apabila disertai dengan tes kematangan sosial, mengingat kenyataannya bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila mengalami keterlambatan dalam kecerdasan dan disertai hambatan dalam prilaku adaptifnya. Tes kecerdasan yang ada dewasa ini lebih banyak yang dikembangkan di luar negeri, oleh karena itu dalam penggunaanya harus hati-hati, karena lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan budaya serta kondisi ekonomi masing-masing negara seringkali tidak sama. Supaya tes-tes yang dikembangkan di luar negeri bisa digunakan maka perlu adaptasi dengan kondisi setempat. Diantara tes-tes psikologi yang banyak digunakan adalah tes buatan Binet yang kemudian direvisi di Stanford University sehingga disebut Test Stanford-Binet, Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) dan Raven’s Matrices.
ASESMEN ANAK TUNAGRAHITA
1. Pengertian Asesmen
Istilah asesmen berasal dari Bahasa Inggris yaitu assesment yang berarti penilaian suatu keadaan.Jadi asesmen anak tunagrahita adalah penilain kemampuan anak tunagrahita. Penilaian yang di maksud dalam hal ini berbeda dengan evaluasi.Jika evaluasi dilaksanakan setelah anak itu belajar dan bertujuan untuk menilai keberhasilan anak dalam mengikuti pelajaran,akan tetapi pada asesmen tidak demikian,dalam asesmen penilaian dilakukan pada saat anak belum diberikan pelajaran atau setelah dari hasil deteksi di temukan bahwa ia diperkirakan tunagrahita,dan atau sementara belajar untuk program selanjutnya.asesmen bukan pula tes,akan tetapi tes merupakan bagian dari asesmen.sejalan dengan itu,Mulliken dan Buckely(1983) mendefinisikan asesmen sebagai berikut: “Assesment refers to the gathering of relevan information to help an individual make decisions.asessment in educational setting is a multipaceted process that involves for more than the administration of a test”
Dari uraian tersebut maka jelaslah bahwa asesmen merupakan usaha untuk menghimpun informasi yang relevan guna memahami atau menentukan keadaan individu.
2. Tujuan Asesmen
Tujuan dilakukan asesmen berkaitan erat dengan waktu mengadakannya. Berikut ini akan diuraikan mengenai waktu pelaksanaan asesmen.
a. Asesmen yang dilakukan setelah deteksi
Kegiatan asesmen ini dilaksanakan setelah anak tunagrahita ditemukan.dengan demikian Tujuan asesmen ini adalah:
1) Untuk menyaring kemampuan anak tunagrahita
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan anak dalam setiap aspek.Misalnya,Bagaimana kemampuan bahasanya,kemampuan kognitipnya,kemampuan gerak,dan kemampuan penyesuaian dirinya.
2) Untuk keperluan pengklasifikasian,penempatan,dan penetuan program pendidikan
Anak tunagrahita setelah diadakan penyaringan maka dapat diperkirakan apakah anak tersebut termasuk kedalam kategori tunagrahita ringan,sedang,atau berat.pengambilan kesimpulan dan penetapan sudah tentu harus didukung oleh data yang jelas.pengklasifikasian ini kaitannya dengan usaha penempatan.sebab perbedaan kemampuan anak tunagrahita amat berbeda.
3) Untuk menentukan arah dan kebutuhan pendidikan anak tunagrahita.
Arah atau tujuan anak tunagrahita pada adasarnya sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya hanya saja mengingat kemampuan anak tunagrahita yang terbatas,maka perlu dirumuskan tujuan khusus yang disesuaikan dengan tingkat ketunagrahitaannya.dengan demikian keluasan dan kedalaman tujuan pendidikan bagi mereka sangat erat kaitannya dengan tingkat ketunagrahitaan.maka perumusan tujuan untuk masing-masing tingkat ketunagrahitaan sangat diperlukan karena merupakan dasar pendangan atau acuan untuk menentukan arah ataupun program pendidikannya.
4) Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasakan atau biasa juga disebut IEP (Individualized Educational Program).
Dengan data yang diperoleh sebagai hasil asesmen dapatlah diketahui kemampuan dan ketidak mampuan anak tunagrahita.kemampuan-kemampuan itu menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan berikutnya.akibat dari pengembangan program yang didasarkan pada hasil asesmen,maka munculah rumusan program yang disesuiakan dengan kemampuan setiap anak.
5) Untuk menentukan strategi,lingkungan belajar,dan evaluasi pengajaran.
Sama halnya dengan IEP bahwa dengan melihat hasil asesmen dapat ditentukan model strategi,lingkungan belajar,evaluasi maupun tindak lanjut pengajaran.seperti contoh:
a. Strategi pengajaran
Strategi pengajaran klasikal kurang sesuai bila diterapkan pada anak tunagrahita,terutama jika mengajarkan bidang-bidang yang membutuhkan konsentrasi atau pembahasan tentang konsep-konsep.
b. Lingkungan belajar
Pengaturan lingkungan belajar baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan suasana harus disesuaikan dengan keadaan tunagrahita.Lingkungan fisik seperti pengaturan meja dan kursi,lemari,papan tulis maupun gambar-gambar.dan lingkungan suasana seperti:Peraturan-peraturan,suara guru dalam mengajar,situasi lingkungan dan sebagainya.
c. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi tentu harus dirumuskan sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan anak.Pada anak tunagrahita ringan pada umumnya dapat dihadapkan pada bentuk soal tertulis dan lisan,sedangkan pada anank tunagrahita sedang atau berat sebaiknya evaluasi diberikan dalam bentuk perbuatan.
b. Asesmen pada saat dan setelah diberikan pelajaran
Asesmen yang dilaksanakan pada saat dan setelah anak tunagrahita diberi pelajaran diperlukan untuk maksud merencanakan program selanjutnya.
Adapun tujuan asesmen ini adalah :
1) Agar guru mendapat informasi tentang keberhasilan dan kegagalan mengajar serta kemajuan dan kesulitan belajar siswa.
2) Agar guru dapat memilih dan menentukan program,evaluasi, dan strategi belajar mengajar,setra pengaturan lingkungan belajar.
3) Agar guru dapat melakukan diagnosis,melaksanakan remididl teaching,dan memberikan tindak lanjut pelajaran.
3. Ruang lingkup asesmen
Dengan memperhatikan tujuan asesmen sebagaimana diuraikan diatas,maka ruang lingkup asesmen dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. ruang lingkup asesmen yang diberikan sebelum anak mengikuti pelajaran
1) Kemampuan menolong diri,meliputi: makan-minum,berpakaian dan merias diri,menjaga kebersiahan diri,keselamatan diri dan orientasi lingkungan.
2) Kemampuan psikomotor,meliputi :gerak motorik kasar- halus,membangun bentuk,melipat,menggunting,menggambar dan menempel
3) Perkembangan social-emusional,meliputi:bereaksi terhadap rangsangan dari luar,menyesuaikan diri pada situasi,bermain bersama,partisipasi dalam kegiatan,melaksanakan perintah,sikap percaya diri.
4) Perkembangan bahasa,meliputi: bicara,pembendaharaan kata,menulis,menggambar.
5) Perkembangan kognitif,meliputi:pengertian tentang ukuran,jumlah,bentuk; inisiatif,melaksanakan perintah,orientasi ruang dan sebagainya.
b. Ruang lingkup pada saat anak tel;ah belajar dikelas
Setelah anak tunagrahita mengikuti pelajaran,ruang lingkup asesmen meliputi penilaian Untuk menetukan apa yang harus diajarkan kepada siswa secara individu dan penilaian untuk menentukan cara guru dalam mengajar siswa untuk mencapai kemajuan yang optimal.
c. Alat asesmen. Bervariasinya tingkat intelegensi dan kognitif anak tunagrahita,menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasikekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.Asesmen pada anak tunagrahita dilakukan untuk mengukur tingkatintelegensi dan kognitif, baik secara individual maupun kelompok. Alatuntuk asesmen anak tunagrahita dapat digunakan seperti berikut ini:
1) Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model WISC-R)
2) Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untukmengukur tingkat kecerdasan seseorang model Stanford Binet)
3) Cognitive Ability test (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai)
Dari landasan teori di atas yang penulis pergunakan adalah : observasi dan evaluasi/assesmen.
Sedang test WISC tidak kami gunakan sebab test tersebut untuk anak normal.
Alat test dari soal-soal dari buku cetak.uku pelajaran untuk kelas SD 2 umum. Jika anak tidak dapat mengerjakan penulis menggunakan buku kelas I SD umum.
HASIL ASSESMEN TERHADAP ANAK TUNAGRAHITA PADA SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA
A. IDENTITAS PRIBADI :
DATA PRIBADI | | | ||
NAMA | | YE | ||
TEMPAT, TGL LAHIR | YOGYAKARTA | 27/02/2004 | ||
JENIS KELAMIN | PEREMPUAN | |||
AGAMA | | KRISTEN | | |
KEW | | WNI | | |
ANAK KE | | I (PERTAMA) | ||
JUMLAH SAUDARA KANDUNG | 1 | |||
ALAMAT | | PERUM AMBARKETAWANG INDAH GANG BIMA 19 GAMPING SLEMAN YOGYA | ||
| | | | |
DATA ORANG TUA | | | ||
| | | | |
AYAH KANDUNG | | | ||
NAMA | | TJIAU LIANG | ||
AGAMA | | KRISTEN | | |
KEW | | WNI | | |
PEKERJAAN | KARY SWASTA | |||
ALAMAT | | PERUM AMBARKETAWANG INDAH GANG BIMA 19 GAMPING SLEMAN YOGYA | ||
TELP | | 08122791295 | ||
| | | | |
IBU KANDUNG | | | ||
| | | | |
NAMA | | MARLIES BUDIYANTI | ||
AGAMA | | KRISTEN | | |
KEW | | WNI | | |
PEKERJAAN | IRT | | ||
ALAMAT | | PERUM AMBARKETAWANG INDAH GANG BIMA 19 GAMPING SLEMAN YOGYA | ||
NO TELP | | 08122697745 | ||
| | | | |
| | | |
B. KEMAMPUAN AWAL
| | | aspek | mampu |
bahasa indonesia | 8 | mendengarkan | mendengar instruksi sederhana | |
| | | | |
| | | bicara | mampu mengungkapkan perasaan kepada teman sekelasnya bila terganggu |
| | | membaca | membaca huruf abjad A-Z kecuali v, w dan x |
| | | | |
| | | menulis | mampu menyalin kata atau kalimat yang ditulis. |
| | | sastra | mampu menceritakan peristiwa yang pernah dialami. |
| | | | |
matematika | 8 | membilang angka dari 1 s.d 9 | ||
| | | | menunjukkan angka bilangan |
PKN | | 8,5 | | mengenal contoh gotong royong kerukunan hidup, saling berbagi dan gotong royong |
IPS | | 8 | | menyebutkan contoh benda berharga dan dokumen penting |
| | | | menyebutkan contoh peristiwa yang menyenangkan dan menyedihkan. |
| | | | |
Agama | | 8 | pemahaman alkitab | mampu mensyukuri bagai budaya suku bangsa dan agama bangsa di sekolah. |
| | | | |
| | | | mempraktikan hidup saling mengasihi |
| | | | memiliki rasa empati yang baik |
| | | | mampu menceritakan kisah kisah dalam alkitab |
| | | | |
| | | aktualisasi iman | mengasihi Tuhan dan teman |
| | | | serius dalam berdo'a |
| | | | suka membantu orang lain |
| | | | dan bersahabat dg orang lain. |
| | | | mampu berdo;a |
| | | | mampu berdoa dengan lagu ruhani |
IPA | | 7 | kerja ilmiah | melakukan percobaan benda air |
| | | pemahaman konsep | menyebutkan anggota tubuh manusia, hewan dan tumbuhan serta fungsinya masing-masing. |
| | | | menyebutkan contoh hewan dengan habitatnya masing-masing. |
| | | | menyebutkan contoh benda cair dan padat |
Penjaskes | 7,5 | ketrampilan | gerak guling depan, sikap lilin dan guling belakang | |
| | | | melakukan gerakan kekuatan oto : sit up, push up, dan back up. |
| | | | mampu mendang bola dengan benar serta menggiring bola |
| | | | mampu melakukan gerak lari, lompat dan loncat |
| | | | melakukan gerak bebas crawl |
| | | | bermain bersama teman |
| | | | mematuhi peraturan olahraga |
| | | apresiasi ilai | menunjukkan sikap yang serius dalam mengikuti pelajaran olahraga |
| | | | bekerjasama dengan teman |
| | | | menunjukkansikap yang sportip |
| seni budaya | rupa | mampu menggambar obyek yang dimulai garis putusdan titik dengan cukup baik. | |
| | | musik | memiliki percaya diri untuk tampil dihadapan kelas. |
| | | | menyanyi diiringi alat musik sederhana |
| | | tari | memiliki kepercayaan diri yang tinggi |
| | | | menggerakkan tubuh yang luwes, bebas dan alami |
| | | | menunjukkan mimik wajahsesuai lirik lagu yang dinyanyikan |
| bahasa jawa | | mendiskripsikan kewan lan tanduran dengan baik | |
| | | | mendiskripsikan tokoh punakawan dengan kalimat sederhana |
| | | | semangat dalam permainan tradisional |
| | | | cublak cublak suweng, jamuran, engklek dan delikan. |
| bahasa inggris | | mendengar kata singkat dan sederhana | |
| | | | menyebutkan beberapa hewan dan anggota tubuh manusia dalam bahasa inggris |
| | | | menyebutkan beberapa hewan dalam bahasa Inggris |
| | | | mampu menulis kosa kata |
| ICT | | | mempraktekan singgle/doble klik dengan benar |
| | | | menggambar dengan Paint |
C. YANG BELUM MAMPU
-
bahasa indonesia
mendengarkan
konsentrasi dan memusatkan perhatian
bicara
masih perlu berlatih mengucapkan kata-kata sederhana dengan lafal yang baik, lancar sehingga mudah dipahami.
membaca
membaca huruf yang dirangkai menjadi suku kata. Contoh : tulisan : ba Cuma dibaca nama hurufnya saja.
menulis
tulisan belum bisa rapi.
Ukuran tulisan belum dapat menyesuaikan dengan baris.
matematika
masih berlatih untuk membaca bilangan 2 angka 10 s.d 20
mengurutkan bilangan dari terkecil ke terbesar dan sebaliknya
Menghitungkan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian satu angka.
PKN
namun belum mampu jika mengerjakan soal tertulis.
IPS
namun belum dapat mengerjakan pada soal tersebut.
Agama
pemahaman alkitab
membaca sendiri alkitab
aktualisasi iman
perlu konsentrasi dalam belajar
IPA
kerja ilmiah
motivasi dirinya sendiri agar serius dalam melakukan percobaan
perlu pendampingan dmenulis jurnal percobaanalam
Penjaskes
Ketrampilam
menggiring bolapada lintasan lurus dan zigzag
Apresiasi nilai
seni budaya dan ketrampilan
Seni rupa
pijakan kerapian dalam mewarnaidan kerajinan menggambar dan mewarnai.
perlu rajin berlatih untuk meningkatkan kemampuan motoriknya.
menyanyi
menyanyi dengan artikulasi yang jelas
bahasa jawa
bahasa inggris
membaca dan mengenal tulisan singkat bahasa Inggris
ICT
mempraktek drag/drop mouse dengan benar
menggunakan Keybord
merapikan gambarnya
mempraktekkan memutar dengan Window Media Player
RENANG
KOORDINASIPENGAMBILAN NAFAS,
TANGAN DAN KAKI DALAM GAYA BEBAS.
MENJAGA KESEIMBANGAN TUBUH.
KEBERANIAN DALAM MENYELAM.
KEMAMPUAN UMUM
-
No.
Kompetensi
Aspek
Dapat
Belum dapat
Menolong diri sendiri
makan-minum,
berpakaian dan merias diri,
menjaga kebersihan diri,
keselamatan diri dan orientasi lingkungan
Ya
ya
Belum
belum
Kemampuan sikomotor
gerak motorik kasar-
motorik halus,
membangun bentuk,
melipat,
menggunting,
menggambar dan menempel
Ya
Ya
Ya
Ya
ya
belum
Kemampuan sosial emosional
berreaksi terhadap rangsangan dari luar,
memenyesuaikan diri pada situasi,
berbermain bersama,
parpartisipasi dalam kegiatan,
memelaksanakan perintah,
siksikap prcaya diri.
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
ya
Perkembangan bahasa
bicara,
pembendaharaan kata,
membaca,
menulis,
menggambar
Masih ada yg celat
cukup
Belum
belum
Perkembangan kognitif
:pengertian tentang ukuran,
jumlah,
bentuk;
inisiatif,
melaksanakan perintah,
orientasi ruang dan sebagainya
Ya
Ya
ya
belum
belm
RENCANA/TINDAK LANJUT
-
Meningkatkan kemampuan motorik halus
-
Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
-
Meningkatkan kemampuan berhitung
-
Meningkatkan kemampuan konsentrasi
BAB V
KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP
A. KESIMUPULAN
Sekolah Inklusi yang penulisan observasi sudah termasuk pendidikan inklusi, walau sarana prasarana khusus ABK masih terbatas,. Tenaga Pendidik yang umum banyak belum mengikuti Diklat kePLBan. Guru Pembimbing Khusus sudah ada.
Metode Khusus yang dilaksanakan oleh guru baru terbatas pada Remedial. Dan hal ini juga berlaku pada siswa pada umumnya.
B. SARAN
-
Peulis menyaranan agar Sekolah melengkapi sarana khusus untuk ABK sesuai ABK yang perlu dan belum ada. Adapun ujud sarana dan prasarana kordinasi dengan Pemerintah maupun yayasan serta komite.sekolah.
-
Sekolah mengusulkan kepada pemerintah kota Di yogyakarta untuk diberikan Diklat KePLBan bagi guru umum, agar dapat menangani langsung terhadap siswa ABK.
-
Mengusulkan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta agar sewaktu-waktu membuka CPNS baru agar memberikan formasi kepada SarjanaPLB yang belum menjadi PNS/CPNS untuk ditempatkan pada sekolahInklusi di Kota Yogyakarta pada umumnya dan SD tumbuh pada khususnya..
-
Memanfaatkan Guru Pembimbing Khusus yang sudah ada dengan sebaik-baiknya.
-
Hal yang perlu diperhatikan tentang Peserta Didik yang penulis observasi adalah :kemampuan konsentrasi, kemampuan membaca dan menulis, serta menghitung dari penjumlahan dan pengurangan satu sampai dua digit.
C. PENUTUP
Dengan mengucapkan syukur Alkhamdulillah penulisan akhiru laporan observasi ini. Walaupun masih bnanyak kesalahan tata tulis, dan kurang lengkapnya data yang ada, semoga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN 1 PADA PENDIDIKAN INKLUSI SD TUMBUH 1 YOGYAKARTA TUGAS INDIVIDU
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian tugas mahasiswa
dalam mengikuti mata kuliah Praktek Pengalaman Lapangan
Dengan dosen pembimbing lapangan : Ibu Pujaningsih, M,Pd, OLEH : NAMA : B E J O
NIM : 08103244004
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Lampiran : 1
INSTRUMEN OBSERVASI PADA SEKOLAH INKLUSI
Nama Sekolah : Sd tumbuh 1 yogyakarta
Alamat : Jalan AM Sangaji 48 Yogyakarta
Status : Nngeri/Swasta*)
Akreditasi : A, B,C, dalam proses akreditasi, belum terakreditasi.
Menjadi sekolah inklusi sejak tanggal :
Dokumen sekolah Inklusi:
Surat Keputusan menjadi sekolah inklusi dari :
Nomor :
Tanggal
Jumlah siswa ABK yang sudah diluluskan sebanyak orang, yang terdiri dari :
Jumlah siswa ABK pada Tahun pelajaran 2012/2013
Terdiri dari ::
Tunanetra : anak
Tunarungu : anak
Tunagrahita : anak
Tunadaksa : anak
Dll
Jumlah guru seluruhnya : orang
Jumlah gurupembimbing khusus : orang
Jumlah guru yang berijasah S1 PLB : orang
Kurukulum yang dipakai
-
Kurukulu sekolah umum : ya, tidak
-
Kurikulum PLB : ya, tidak
Sarana dan prasarana yang khusus bagi ABK yang telah ada padaSekolah Inklusi apa saja?
-
…………………………………………………………………………………………….
-
…………………………………………………………………………………………….
-
…………………………………………………………………………………………….
-
…………………………………………………………………………………………….
-
…………………………………………………………………………………………….
Untuk memperoleh sarana prasarana yang khusus untuk siswa ABK upaya apa saja yang sudah ditempuh sekolah?
Dana yang dikelola guna menambah sarana prasarana bagi siswa ABK
Berasal dari : : (
APBN, : ya, tidak
APBD Kota Yogyakart : ya, tidak
APBD DIY, : ya, tidak
Sumbangan masyarakat , : ya, tidak
Sumbangan Ortu/Komite. : ya, tidak
Proses Penerimaan :
Arsip Pengumuman Penerimaan Murid/Peserta Didik Baru (sejak pertama menjadi sekolah Inklusi dan terakhir).
Pengumuman Penerimaan peserta didik baru
Data Siswa Inklusi :
No. | NIS | Nama | Ketunaan | Alamat | Kelas yg diduduki |
| | | | | |
| | | | | |
| | | | | |
| | | | | |
| | | | | |
| | | | | |
| | | | | |
| | | | | |
| | | | | |
| | | | | |
Dalam penerimaan peserta didik baru, siswa ABK apakah diberi kuota ternsendiri?
Ya, tidak.
Jika diberi kuota,berapa prosen siswa ABK yang diterimadibanding dengan siswa non ABK?
…….%
| Yogyakarta, …………………………. Yang mengisi data : Kepala SD TUMBUH 1 Yogyakarta …………………………………………… NUPTK……………………………… |
ANGKET UNTUK GURU MATA PELAJARAN :
Khusus bagi guru mata pelajaran yang kelasnya terdapat siswa ABK.
Identitas Responden :
Nama : ……………………………………………………………………………
NUPTK : ……………………………………………………………………………
Pangat/Golongan : ……………………………………………………………………………
Jabatan : Guru Mata Pelajaran ……………………………………………………
Unit Kerja : Sd tumbuh 1 yogyakarta di Yogyakarta, Di yogyakarta.
PETUNJUK PENGISIAN :
-
Mohon dijawab denga jujur, apa adanya :
-
Daftar pertanyaan ini bukan untu menguji Bapak/Ibu, sebab penulis hanya ingin mendapatkan data observasi tentang pendidikan inklusi di sekolah ini.
-
Untuk pertanyaan tertentu, ada yang jawabannya lebih dari satu, centttanglah yang ada!
Daftar Pertanyaan yang perlu jawaban.
1. Sejak kapan Bapak/Ibu mengasuh siswa ABK di kelas yang bapak/ibu ampu?
………………………………………………………………………………
-
Ijasah terakir yang Bapak/Ibu miliki saat ini adalah :
( ) S1. Jurusan …………………………………………………………………………
( ) D3 Jurusan …………………………………………………………………………
( ( D2 Jurusan …………………………………………………………………………
3. Mata pelajaran apa yang Bapak/Ibu ampu pada tahun pelajaran 20122013 ?
……………………………………………………………………
-
Sudah berapa anak siswa ABK yang Bapak/Ibu asuh, sejak pertama mengasuh ABK sampai saat ini? ……………………………………………………………………………………………………………..
-
Pada Taun pelajaran 2012;2013 saat ini di kelas yang Bapak/Ibu ampu ada berapa ABK?
( ) lebih dari 1 anak, yaitu ………orang
( ) 1 anak,
( ) tidak ada ABKnya.
Jika jawabannya “tidak ada ABKnya, Bapak/Ibu tidak perlu menjawab petanyaan berikutnya.
6. Jenis ABKnya, tuna apa saja siswa ABK di kelas yang Bapak/Ibu ampu saat ini?
Jawab : tuna ……………………, …………………………………..
7. Dengan apa saja, Bapak/Ibu mengetahui, bahwa di kelas Bapak/Ibu ampu ada siswa yang ABK?
( ) dari pengamatan sekilas terhadap fisik dan tingkah lakunya
( ) dari pengamatan fisiknya
( ) dari pengamatan tingkah lakunya
( ) dari hasil prestasi belajar yang telah diperoleh
( ) dari hasil test IQ
( ) dari surat keterangan dokter
( ) dari laporan orang tua/wali
( ) dari lainnya.
……………………………………………………………………………………………………………………………
-
Menurut pendapat BapakIbu selaku pendidik, apakah kondisi ABK tersebut akan/dapat mempengaruhi prestasi belajar ABK tersebut dalam mengikuti pelajaran yang Bapak//Ibu ampu?
( ) sangat mempengaruhi
( ) dapat mempengaruhi
( ) tidak berpengaruh
9. Dengan adanya siswa ABK bagaimana pendapat Bapa/Ibu ?
( ) pekerjaan bertambah berat
( ) pekerjaan tidak bertambah berat
10. Apakah Bapak/Ibu menemui masalah dalam membina siswa tersebut ?
( ) ada, yaitu : …………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
( ) tidak ada masalah sama sekali.
11. Hikmah apa saja yang Bapak/Ibu dapatkan dengan membina/mengasuh siswa ABK tersebut?
………………………………………………………………………………………………
12. Yang Bapak/Ibu ketahui, apakah di sekolah ini sudah ada Guru Pembimbing KHusus?
( ) sudah ada
( ) belum ada.
Jika sudah ada, jawab pertanyaan nomor 8 berikut ini!