EKONOMI PASAR BERBASIS KECEMASAN dan

EKONOMI PASAR BERBASIS KECEMASAN
“Menyoal Kehadiran Sistem Jaminan Sosial dalam Masyarakat Risiko”
(Agung Kresna Bayu)
Tulisan ini bertitik tolak atas review penulis terhadap buku “Politik Sistem Jaminan
Sosial” karya Dinna Wisnu yang diterbitkan oleh PT Gramedia pustaka utama pada tahun
2012, berketebalan 273 halaman yang terbagi dalam tujuh bab dengan kategorisasi, bab I
membahas tentang pertanyaan-pertanyaan terkait pertumbuhan, bab II melacak faktor-faktor
yang menopang sistem ekonomi pasar, bab III melihat daya dukung Individu terhadap pasar,
bab IV menengok reformasi sistem jaminan sosial, bab V elabaorasi gonjang-ganjing awal
reformasi di Indonesia, bab VI kekosongan dan hambatan perkembangan reformasi, bab VII
menatap masa depan sistem jaminan sosial. Pada bagian akhir buku, disertakan dua lampiran
terkait undang-undang sistem jaminan sosial no 40 tahun 2004 dan BPJS no 24 tahun 2011.
Buku tersebut secara garis besar membahas dimensi politk dalam sistem jaminan sosial,
yang mana aspek politik sebagai pengatur kehidupan masyarakat termanifestasi pada
birokrasi dan instansi terkait. Berangkat dari logika dasar ekonomi pasar dengan titik temu
antara permintaan dan penawaran serta berorientasi pada perkembangan pasar bebas. Logika
tersebut banyak diterapkan oleh negara-negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Lacakan
sejarah perkembangan sistem ekonomi pasar sejatihnya merepresentasikan pertarungan
ideologi dunia antara paham liberalisme dan sosialisme, oleh karenanya tidak heran jika
penerapan sistem ekonomi pasar bertujuan pada akumulasi modal serta basis materialisme.
Sebagaimana sebagai sistem yang menglobal, penerapan sistem ekonomi pasar di

Indonesia membawah Indonesia masuk dalam percaturan internasional. Menarik saat melihat
paparan data pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mana pertumbuhan ekonomi Indonesia
dianggap stabil dan dinamis. Memoar tahun 1998 memberikan kita titik pijak awal, yang
mana terjadinya gelombang krisis ekonomi di Asia dan berimbas pada kondisi perekonomian
nasional serta berujung pada terjadinya krisis moneter. Akan tetapi setelah fase sulit tersebut,
hadirnya rezim reformasi mampu memberi penyemain baru dalam iklim politik, sosial, dan
ekonomi Indonesia. Hal ini membawah Indonesia kembali stabil dan memiliki pertumbuhan
ekonomi yang dinamis, bahkan pada termin tahun 2006 banyak pakar meramalkan Indonesia
akan mampu menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia pada tahun 2025.

Paparan di atas menghantarkan kita pada alasan dibalik pertanyaan mengapa banyak
investor dunia yang ingin berinvestasi di Indonesia. Selain fenomena di atas, dalam buku
“Politik Sistem Jaminan Sosial” dijabarkan beberapa faktor lainnya. Pertama adalah jumlah
penduduk Indonesia, berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) penduduk Indonesia
berjumlah 237.641.326 jiwa atas dasar data sensus penduduk tahun 2010. Jumlah tersebut
membawah Indonesia masuk dalam kategori negara dengan penduduk terbanyak nomor
empat di dunia, sehingga berakibat pada jumlah komsumsi domestik yang mencapai 60%.
Fakta ini menjadi alasan lain mengapa banyak investor yang ingin berinvestasi di Indonesia.
Dalam perkembangannya penerapan sistem ekonomi pasar tidak terlepas dari aspek
kerentanan dan risiko, hal tersebut mengintai setiap orang dalam sistem tersebut baik pelaku,

penikmat, maupun pemerintah. Oleh karenya diperlukan “rasa aman” yang dapat
meminimalisir kedua hal tersebut, tilikan inilah yang memberi dasar lahirnya sebuah sistem
jaminan keamanan bernama jaminan sosial agar mereka memilik rasa bebas dari ancaman
dan kecemasan. Perkembangan selanjutnya membuka diskursus penerapan sistem jaminan
sosial, berdasrkan latar belakang perkembangannya jaminan sosial berpijak pada dua alasan,
manfaat dan kontrol politik. Analisis manfaat berimplikasi pada manfaat pembentukan rasa
aman terhadap risiko dan kerentanan, sedangkan kontrol politik adalah diskursus lain yang
membawah peran negara dan politik hadir sebagai jejaring yang dapat melindungi warganya
dari dimensi risiko serta kerentanan. Melacak beberapa sistem jaminan sosial di dunia, maka
penerapan sistemnya terklasifikasi pada tiga tipologi, yakni Beveridge, Biscmark, dan pasar.
Sistem jaminan sosial Beveridge merupakan penerapan jaminan sosial dengan konsep
pembiayaan risiko secara gratis dari pemerintah, seperti penanggungan biaya sakit,
kecelakaan kerja, dan kematian. Basis pengumpulan dananya menjadi satu dengan
penggajian, yang mana gaji para pekerja di potong secara cukup besar(25%-50%), sistem ini
diterapkan di negara Inggris. Kedua adalah sistem Biscmark, nama sistem tersebut berasal
dari tokoh kanselir Jerman Otto Van Biscmark yang terkenal dengan semangat kecintaan
terhadap negerinya serta upaya menyatuhkan Jerman dengan darah dan besi. Sistem jaminan
ini menerapkan prinsip subsidi silang antara golongan kaya dan miskin. Terakhir adalah
sistem berbasis pasar, ideologi pasar membawah sistem jaminan sosial kepada logika
keuntungan. Dengan distribusi aliran dana yang diinvestasikan dan menerapkan standar

tertentu pada besaran pembayarannya, sistem tersebut di terapkan di negara Amerika.

Elaborasi secara holistik membawah jaminan sosial berorientasi pasar masuk dalam
kultur ekonomi politik, dalam dimensi ini menyoal jaminan sosial bukan hanya perihal
keamanan melainkan beririsan dengan dasar ekonomi sebagai basis akumulasi modal dan
politik sebagai pengatur masyarakat. Terbukti saat membaca buku “Politik Sistem Jaminan
Sosial” asumsi dasar kehadiran sistem jaminan sosial berimpit dengan fase krisis dan
berusaha mengisi kekosongan aktor dalam reformasi. Unsur politik dalam kredo birokrasi
yang memegang wewenang penentuan kebijakan negara berusaha hadir atas legalitas tersebut
dengan institusi bernama Badan Penyelengara Jaminan Sosial(BPJS), dengan membaca kritis
fenomena ini maka didapatkan upaya bermainnya negara dalam sistem jaminan sosial. Hal ini
disebabkan telah bermainnya aktor-aktor lain berwujud lembaga asurnasi yang berusaha hadir
membawah resa aman berbasis kerentanan dan risiko. Oleh karenanya negara berusaha
memainkan kuasanya untuk bermain dalam pasar bisnis kecemansan menggunkan dalil
legalitas dan keabsahan yang dimilikinya, alhasil diterbitkannya undang-undang sebagai
intrumen dalam memuluskan dan melegalkan intitusi jaminan sosial.
Melihat lebih dalam terkait jaminan sosial, maka didapatkan pola pengaaturan dana
publik dan distribusinya. Poin ini menjadi indikasi keberadaan sistem jaminan sosial
memiliki upaya untuk mengontrol sistem perputaran uang yang mengalir dalam sebuah
negara. Aspek pengendalian jumlah uang yang beradar selain menggunkan pajak, sistem

kedua yang paling efektif adalah jaminan sosial sebab terjadi perbandingan senilai, semakin
banyak masyarakat yang tergabung dalam jaminan sosial maka dana yang didapat juga
semakin besar. Akhirnya alokasi dana publik ini dimaninkan oleh negara dalam wujud
distribusi dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan atau simpanan deposito berjangka
dengan hasil bunganya masuk dalam kas negara. Paparan ini telah menggunakan diksi publik
sehingga membaca jaminan sosial juga terkait dengan dimensi ruang publik yang hadir dalam
suatu negara
Membaca kasus di atas menarik saat mengaitkan dengan khazanah sosiologis, berpijak
pada asumsi Ulrich Beck tentang masyarakat risiko, penulis berusaha membedah kahadiran
bisnis-bisnis atas dasar kecemasan dalam iklim ekonomi pasar. Beck(1992) memberikan buah
pemikiran dalam konsep masyarakat berisiko, yang mana asumsinya adalah setiap individu
memiliki risiko dan risiko-risiko tersebut saling terdistibusi serta mengunci keberadaan
individu. Maksud dari “mengunci” adalah hadirnya jejaring risiko yang tidak pernah habis,
saat kita berhasil lepas dari satu risiko maka akan hadir risiko selanjutnya begitu seterusnya
sepanjang hayat. Oleh karenanya tidak heran jika banyak individu yang berusaha memutus

rantai risiko tersebut dan mendambahkan rasa keamanan, tilikan ini menjadi distorsi rezim
ekonomi dengan melihat ini sebagai aspek bisnis dan menjadikannya prinsip bisnis baru
berbasis kerentanan.
Kerentanan merupakan dimensi ketidakpastian dan bersifat misteri, sebagaimana

ungkapan Quarantelli(1998) kerentanan merupakan aspek yang melekat dengan manusia.
Oleh karenaya manusia berusaha mengatasi kerentanan tersebut dengan mengembangkan
daya lenting yang bersifat fleksibel dalam menghadapi kerentanan. Pemikiran tersebut
menjadi basis penyemaian argumen penulis yang menjadikan manusia modern sebagai objek
kerentanan dan risiko, oleh karenanya diperlukan upaya negosiasi untuk meminimalisirnya.
Ruang inilah yang menjadi jalan masuk bagi kahadiran sistem jaminan sosial dengan narasi
rasa aman dan jejaring pengaman sosial dalam keadaan krisis.
Pengalaman penulis di lapangan regulasi dan implemantasi sistem jaminan sosial di
Indonesia, masih banyak terjadi celah administrasi yang hanya menguntungkan pihak
tertentu. Hadirnya badan penyelenggara jaminan sosial dalam kategori ketenagakerjaan dan
kesehatan di Indonesia sejatihnya mempunyai tujuan mulia untuk melindungi rayat, tetapi
saat di lihat secara komprehensif memberikan gambaran permasalahan sistem jaminan sosial
di Indonesia. Pertama terkait payung hukum, hal ini masih banyak ditemui kasus pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh investor atau penguasa, semisal telah jelas disebutkan bahwa
semua tenaga kerja harus terlindungi BPJS ketenagakerjaan atau dahulu masyarakat lebih
mengenal sistem jamsostek. Akan tetapi praktik dilapangan masih banyak tenaga kerja yang
belum terlindungi, semakin kompleks saat membagi sektor pekerjaan pada tipologi formal
serta informal. Biasanya dimensi informal ini yang terkadang oleh sistem jaminan sosial
dianggap sebagai subjek terabaikan dan tidak memiliki standar reegistrasi dalam sistem
jaminan sosial. Kedua terkait BPJS sebagai penyelenggara, yang mana penulis banyak

medengar narasi di lapangan dari pekerja BPJS ketenagakerjaan yang saling sikut demi
kenaikan grade, belum lagi saat membedah perbedaan BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan,
dimana terdapat narasi keiriian dari pekerja BPJS ketenakerjaan terhadap BPJS kesehatan
serta merasa dirinya diekpolitasi, terkhusus dalam bidang pemasaran.
Akhirnya tulisan ini sampai pada titik akhir, penulis menilai buku “Politik Sistem
Jaminan Sosial” merupakan buku yang menarik serta memberi pendasaran bagi kita untuk
menyemai berpikir kritis terkait sistem jaminan sosial, selain itu buku ini juga memiliki
metanarasi untuk berbicara dari sudut pandang lain terkait jaminan sosial. Kehadiran buku ini

juga mengajak kita untuk berpikir bebas dalam rimba diskursus jaminan sosial, meskipun
demikian terdapat beberapa kritik yang berusaha penulis haturkan terkait buku ini. Pertama
terkait dengan substansinya, memang menjadi wacana kritis untuk meyoal aspek ekonomi
politik tetapi satu hal yang juga harus dihampiri adalah upaya advokasi jaminan sosial bagi
masyarakat, kedua setiap kebijakan pasti memiliki titik akhir dalam mengentaskan
kemiskinan dan menumbuhkan kesejahteraan namun bahasan tersebut masih belum banyak
penulis temui dalam buku Politik Sistem Jaminan Sosia”.

Daftar Pustaka
Quarentelli, E. 1998. What is a Disaster?. London: Routledge.
Beck, Ulrich. 1992. Risk Society: Toward a New Modernity. London: Sage.


Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24