GAMBARAN PERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG P

GAMBARAN PERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
(MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-24 BULAN
DI DESA CINTAMULYA

KARYA TULIS ILMIAH (LATIHAN)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan
Program Diploma Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

RIKA GUSTINISARI
130103120062

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN
2014

BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang termasuk

Indonesia. Di lain sisi, masalah gizi lebih merupakan contoh masalah gizi di negara
maju, dan juga mulai terlihat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas perlu
digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk meningkatkan keadaan
gizinya.1
Beberapa temuan studi penyimpangan positif di Bangladesh, Indonesia dan
Mexico, menyatakan bahwa anak umur 6 – 24 bulan adalah periode kritis kurang gizi.
Prevalensi kurang gizi menurut tingkat keparahan adalah kelompok umur 6 – 23
bulan. Pada tahun 1999 di daerah pedesaan prevalensi kurang gizi untuk umur 6 – 23
bulan adalah paling tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain, yaitu sebesar
32,06% untuk gizi buruk, 31,35% gizi kurang, 21,02% gizi sedang, dan 28,46% gizi
baik. 2
Masa pertumbuhan dan perkembangan paling pesat terjadi pada dua tahun awal
kehidupan. Status gizi yang optimal pada bayi merupakan salah satu penentu kualitas
sumber daya masyarakat sehingga penanganan tepat pada awal pertumbuhan akan
mencegah gangguan gizi yang dapat muncul saat dewasa. 3 Anak yang gizi baik juga

harus mendapat perhatian gizi, hal ini disebabkan pada usia 1-2 tahun anak rentan
terkena gizi kurang sehingga bila tidak mendapakan penanganan lebih lanjut dapat
membuat anak mengalami penurunan status gizi.4 Pemberian makanan pada anak

dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku ibu serta adanya dukungan keluarga
dan lingkungan. Bila hal tersebut tidak diperhatikan dan didukung dengan maksimal
maka sangat rentan terjadi malnutrisi yang dapat menyebabkan kerusakan irreversibel
seperti perawakan pendek (stunted). Kejadian demikian merupakan salah satu
indikator atau petunjuk kekurangan gizi yang berkepanjangan dan akan berdampak
fatal pada perkembangan otak. Memburuknya gizi anak dapat terjadi akibat
ketidaktahuan ibu mengenai pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) kepada anak. 5
Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku kesehatan dipengaruhi pula
oleh pengetahuan sebagai faktor predispoisi.6 Sedangkan Perilaku adalah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Jika pengetahuan tentang

makanan pendamping ASI baik diharapkan pula pada akhirnya perilaku terhadap
makanan pendamping ASI juga baik.
Semakin meningkatnya umur bayi, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah
karena tumbuh kembang, sedangkan Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan ibunya
kurang memenuhi kebutuhan gizi. Oleh sebab itu mulai usia 6 bulan selain ASI, bayi


mulai diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) agar kebutuhan gizinya
terpenuhi.7 Dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi
dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan
ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga
berpengaruh terhadap sikap ibu dalam pemberian MPASI.
Dalam menanggulangi dan mencegah kurang gizi pada balita, maka ibu harus
mengetahui dengan benar tentang MP-ASI dan bagaimana cara pemberian yang tepat
pada anak. Menteri pemberdayaan perempuan mengatakan sekitar 6,7 juta balita atau
27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi. Hal ini akibat
pemberian ASI dan MP-ASI yang salah. Waktu yang paling tepat untuk pemberian
makanan pendamping ASI adalah usia 6 bulan.8 pada kenyataannya sebagian besar
ibu di beberapa negara mulai memberi makanan dan minuman buatan pada bayi
sebelum usia 6 bula, dan banyak pula ibu yang berhenti menyusui sebelum 2 tahun.6
Cara pemberian pertama kali berbentuk cair menjadi lebih kental secara bertahap.
Jadi makan pendamping ASI yang cukup dalam hal kualitas ataupun kuantitas,
penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan anak (Graimes, 2008).
Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi
kurang selera untuk minum ASI serta akan menimbukan alergi karena usus yang telah
matang dapat mengeluarkan immunoglobulin protein IgA yang melewati usus dan
mencegah lewatnya protein allergen yang berbahaya (susu sapi, gandum, kacang

kedelai merupakan contoh makanan yang menyebabkan alergi bila diberikan terlalu
dini). Sebaliknya, pemberian makanan pendamping

yang terlambat dapat

menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping (Poppy, 2001).
William 2006
Berdasarkan

Survei

Kesehatan

Rumah

Tangga

(SKRT)

tahun


2005,

menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah diberi
makanan pendamping ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia nol sampai dua bulan
diberi makanan pendamping cair (21-25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan
makanan padat (13,7%). Pada bayi usia tiga pemberian sampai lima bulan yang mulai
diberikan makanan pendamping cair (60,2%), lumat/lembek (66,25%) dan padat
(45,5%). Dari beberapa penelitian diketahui bahwa keadaan kurang gizi pada bayi
dan anak disebabkan makanan pendamping ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan
ibu tentang manfaat dan cara pemberian makanan pendamping ASI yang benar
sehingga berpengaruh terhatap pemberian makanan pendamping ASI (Depkes RI,
2006) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti Di Posyandu Karya
Mulya Jetis Jaten tahun 2011 menggunakan wawancara kepada 10 ibu yang
mempunyai bayi berumur 6-24 bulan, didapatkan 2 orang (20%) ibu yang
berpengetahuan baik, 3 orang (35%) berpengetahuan cukup, dan sisanya 5 orang
(45%) berpengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil Survey Mawas Diri (SMD) bulan Oktober 2014 di Desa
Cintamulya Kecamatan Jatinagor Kabupaten Sumedang peneliti menemukan
beberapa bayi diberikan MP-ASI sejak berusia 1 hari dengan alasan ASI tidak keluar

dan ibu bekerja. Selain itu ditemukan pula pemberian makan pada bayi tidak sesuai
dengan usia bayi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

bertujuan mengetahui Gambaran Perilaku Ibu Menyusui di Desa Cintamulya tentang
Pemberian (MP-ASI) Pada Bayi Usia 6-24 Bulan.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
Gambaran Perilaku Ibu Menyusui di Desa Cintamulya entang Pemberian (MP-ASI)
Pada Bayi Usia 6-24 Bulan?”

1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengetahui Gambaran Perilaku Ibu Menyusui di Desa

Cintamulya Tentang Pemberian (MP-ASI) Pada Bayi Usia 6-24 Bulan

1.3.2


Tujuan Khusus

a. Mengetahui

gambaran

perilaku

ibu

menyusui

mengenai

Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan pengetahuan.
b. Mengetahui


gambaran

perilaku

ibu

menyusui

mengenai

Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan sikap.
c. Mengetahui

gambaran

perilaku

ibu


menyusui

mengenai

Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan motivasi.
d. Mengetahui

gambaran

perilaku

ibu

menyusui

mengenai


Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan tindakan.

e. Mengetahui

gambaran

perilaku

ibu

menyusui

mengenai

Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Cintamulya berdasarkan sumber
informasi.


1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang pentingnya
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-24 bulan,
serta dapat menyediakan data untuk penelitian mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Program
Studi Diploma Kebidanan serta dapat menjadi bahan bacaan unuk
menambah wawasan khususnya mengenai perilaku ibu menyusui tentang
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran perilaku ibu
menyusui tentang pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan
promosi kesehatan mengenai nutrisi bagi bayi dan balita.

c. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi masyarakat mengenai perilaku ibu menyusui
tentang pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1

Kerangka Teori
Masa bayi dan balita khususnya usia dibawah dua tahun merupakan masa

pertumbuhan da perkembagan paling pesat dibandingkan dengan kelompok umur
lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity untuk
menciptakan generasi penerus bangsa yag sehat dan cerdas. Intervensi kesehatan dan
gizi baiknya

diperhatikan secara optimal pada masa ini untuk mencapai

kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.
Pengetahun dan perilaku ibu dikatakan dapat mempengaruhi pola pemberian
makan pada bayi dan balita, hal ini disampaikan pada buku laporan MDGS . Anak
dengan ibu berpendidikan rendah memiliki kemungkinan angka mortalitas tinggi
dibandingkan ibu berpedidikan tinggi.7 selain itu perilaku ibu mengenai makanan
pada anak akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makan anaknya. Sikap
ibu dlam pemberian makan pada anak dapat memiliki resiko 2,7 kali terhadap ibu,
dibandingka dengan pengetahuan ibu yang tidak mempengaruhi perilaku.9
Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi perlu memperhatikan
beberapa hal seperti Age, Frequency, Amount, Texture, Variety, Active/Responsive

dan Hygiene. Disingkat menjadi AFATVAH.8 Untuk itu diperlukan tingkat
pengetahuan dan perilaku ibu yang baik dalam pemberian MP-ASI.

1.5.2

Kerangka Konsep
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan pada kerangka konsep di
bawah ini :

Pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) pada bayi usia 6-24 bulan

Perilaku ibu tentang
pemberian MP-ASI

Domain perilaku :
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tindakan

Gambar 1.1 Kerangka konsep Gambaran Perilaku Ibu Menyusui di Desa Cintamulya Tentang
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP -ASI) pada Bayi Usia 6-24 bulan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
2.1.1

Pengertian MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberika kepada bayi atau anak untuuk memenughi gizinya dan
seagai makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.7
2.1.2

Tujuan Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi

kebutuhan bayi atau balita guna perttumbuhan dan perkembangan fisik dan
psikomotorik yang optimal, selain itu mendidik bayi supaya memiliki kebiasaan
makan yang baik.
2.1.3

Pemberian Makanan Anak usia 0-24 bulan yang Baik dan Benar

a)

Makanan bayi umur 0-6 bulan

b)

Makanan bayi umur 6-9 bulan

c)

Makanan bayi umur 9-12 bulan

2.1.4

Tanda-tanda Bayi sudah siap Menerima MP-ASI

2.1.5

Kerugian Memperkenalkan MP-ASI Terlalu Dini dan Lambat

2.1.6

Cara Pemberian MP-ASI yang baik dan benar

2.2 Konsep Perilaku
2.2.1

Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu
kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.
2.2.2

Klasifikasi perilaku
Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka

perilaku dapat dibedakan menjadi dua,yaitu:
a)

Perilaku Terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.

b)

Perilaku Tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.
2.2.3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Dalam proses pembentukan perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain faktor yang berasal dari dalam dan faktor yag berasal dari luar
individu itu sendiri.
Faktor intern mencakup: pengalaman, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi,
dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan,
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, seperti iklim, manusia, social-ekonomi,
kebudayaan dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam
diri seseorang dapat diketahui melalui:
a. Persepsi, yaiu pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera, setiap orang
mempunyai persepsi yang berbeda walaupun mengamati objek yang sama.
b. Motivasi, yaitu suatu dorongan untuk bertindak suatu tujuan juga dapat terwujud
dalam bentuk prilaku.
c. Emosi, espek psikologis yang mempegaruhi emosi berhubunga erat dengan
keadaan jasmani, pada hakikatnya merupakan faktor bawaan (keturunan).

d. Penguatan positif/ positive reinforcement menyebabkan satu perilaku tertentu
cenderung untuk diulang kembali.

e. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak
menyenangkan.

2.2.4

Domain Perilaku
Perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi: domain perilaku pengetahuan

(knowing behavior ), domain perilaku sikap ( feeling behavior ) dan domain perilaku
keterampilan ( doind behavior ).
A. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan hal

ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakanseseorang (over behaviour ). 10
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil yang di dapatkan oleh
manusia dari usahanya untuk menjawab keingintahuan melalui proses
pengindraan. 10,11,12

b. Fungsi Pengetahuan
Manusia belajar dari pengalamannya, dan beasumsi bahwa alam mengikuti
hukum-hukum dan aturan-aturannya. Ilmu merupakan salah satu hasil budaya
manusia, dimana lebih mengutamakan kuantitas yang obyektif, dan
mengesampingkan kualitas subyektif yang berhubungan dengan keinginan
pribadi. Sehingga dengan ilmu, manusia tidak akan mementingkan dirinya
sendiri .13
c. Jenis Pengetahuan11
Dalam

kehidupan

manusia

dapat

memiliki

pengtahuan dimiliki manusia ada empat yaitu, yaitu :
1. Pengetahuan Biasa
2. Pengetahuan Ilmu
3. Pengetahuan Filsafat
4. Pengetahuan Agama
d. Tingkatan Pengetahuan10
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu :
1) Tahu (know )
2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi (application)
4) Analisis (analysis)

berbagai

pengetahuan,

5) Sintesis (synthesis)
6) Evaluasi (evaluation)
e. Cara Memperoleh Pengetahuan12
Pengetahuan yang ada dan berkembang diperoleh dengan menggunakan
berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut, berikut
beberapa sumber penelitian :
1. Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah
a. Cara Coba Salah (Trial And Eror )
b. Cara Kekuasaan Atau Otoritas
c. Pengalaman Pribadi
d. Kebenaran Melalui Wahyu
e. Melalui Jalan Pikiran
2. Cara Ilmiah Dalam Memperoleh Pengetahuan
f. Hakikat Pengetahuan12
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan yaitu :
1. Realisme
2. Idealisme
g. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan 10,14
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang yaitu:
1. Faktor Internal
a. Umur
b. IQ ( Intelegecy Quotient )
c. Keyakinan (Agama)
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
b. pekerjaan
c. Sosial Budaya
d. Informasi
h. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Pengetahuan yang kita keahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat pengetahuan.10

B. Sikap
1) Pengertian sikap
2) Komponen sikap

a. Komponen Kognitif
b. Komponen Afektif
c. Komponen Konatif
3) Tingkatan Sikap
a. Menerima
b. Merespon
c. Menghargai
d. Bertanggung jawab
4) Sifat Sikap
5) Ciri-ciri Sikap
6) Cara Pengukuran Sikap
7) Faktor yang mempengaruhi sikap
a. Pengalaman Pribadi
b. Pengalaman orang lain yang dianggap penting
c. Pengaruh Kebudayaan
d. Media Massa

C. Praktek/ tindakan
1) Definisi
2) Tingkatan

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
Rencana metode penelitian yang akan penulis gunakan pada penelitian ini yaitu
penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah ibu
menyusui yang memiliki bayi usia 6-24 bulan. Sumber data yang digunakan adalah
data primer yang dimbil langsung dari responden dengan teknik pengisian kuesioner.

3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1

Populasi

3.2.2

Sampel

3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Independen
3.3.1 Variabel Dependen

GAMBARAN PERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
(MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-24 BULAN
DI DESA CINTAMULYA
3.4 Definisi Operasional

No
1.

Variabel
Pendidikan
terakhir Ibu

Definisi Operasional
Jenjang/ tingkat
pendidikan formal
yang telah dilalui
oleh Ibu.

Alat Ukur
Kuesioner

2.

Pengetahuan
tentang MPASI

Kuisioner

3.

Persepsi
tentang
pemberian
MP-ASI

Segala informasi
yang diketahui dan
dimengerti oleh Ibu
tentang MP-ASI
a. Definisi
b. Tujuan
pemberian
c. Usia pemberian
d. Cara pemberian
yang baik dan
benar.
Stimulus yang
diindera,diorganisasi
kan kemudian
diinterpretasikan oleh
ibu sehingga ibu
menyadari dan
mengerti tentang
pemberian MP-ASI

Kuisioner

Hasil Ukur
0. Tidak Sekolah
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan tinggi
Kategori yang
digunakan :
a. Baik : skor benar
>75%-100%
b. Cukup : skor
benar 75%≥ x
≥60%
c. Kurang : skor
benar T
mean.
Persepsi negatif
jika nilai T skor
yang diperoleh
responden dari
kuesioner < T
mean.

Ordinal

4.

Motivasi
dalam
pemberian
MP-ASI

Suatu dorongan pada
diri ibu untuk
bertindak dalam
pemberian MP-ASI

Kuisioner

5.

Paparan
Informasi

Paparan terhadap
informasi pemberian
MP-ASI yang di
dapatkan responden

Kuisioner

a.

sangat setuju
(diberi nilai 5)
b. setuju
(diberi nilai 4)
c. biasa saja
(diberi nilai 3)
d. tidak setuju
(diberi nilai 2)
e. sangat tidak
setuju (diberi
nilai 1).
Jumlah dari jawabanjawaban itu
mencerminkan tinggi
rendahnya motivasi
kerja seseorang.
1. Baik :

Nominal

Ordinal

keterpaparan >
75%-100%
2. Cukup :
keterpaparan
75% ≥ x ≥ 60%
3. Kurang :
keterpaparan
x < 60%

6.

Penghasilan
Orang Tua

Uang yang didapat
dari hasil bekerja atau
usaha dalam sebulan.

Kuisioner

1.
2.
3.
4.

< Rp. 1.000.000
Rp.1.000.000–
Rp.3.000.000
Rp.3.000.0004.000.000
Rp.4.000.0005.000.000
>Rp.5.000.000.

Interval

Pengkategorian dari masing-masing indikator dilakukan berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
1) Indikator pengetahuan
(1) Baik ( > 75%-100% )
(2) Cukup ( 75% ≥ x ≥ 60% )
(3) Kurang (hasil < 60%).
2) Indikator sikap dan perilaku (motivasi, persepsi)
(1) Jika data berdistribusi normal, maka :
1)  ≥ mean, maka responden bersikap dan berperilaku positif.

2)  < mean, maka responden tidak bersikap dan berperilaku positif.
(2) Jika data tidak berdistribusi normal, maka :
1)  ≥ median , maka responden bersikap dan berperilaku positif (untuk data
tidak berdistribusi normal).
 < median, maka responden tidak bersikap dan berperilaku positif (untuk data tidak

berdistribusi n

DAFTAR PUSTAKA
1.

Almatsier., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Kesembilan, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

2. LIPI, 2000.
3. Merryana, Bambang. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup. 2012
4. UNICEF. Tracking Progress on Child and Maternal Nutrition- A Survival and
Developmet Priority. 2012
5. Agria, I.,Sari,R.N.,Ircham.,2012.Gizi Reproduksi,Cetakan Kedua, Penerbit
Fitramaya, Yogyakarta
6. (Notoatmodjo, 2007).
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2010.
8. World Health Organization. World Health Statistics. 2010.
9. Askerning. Sikap dan Perilaku Keluarga dalam Pengasuhan Anak. Jakarta:
Rineka Cipta;2007
10. Notoatmodjo, Soekidjo., 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan,
Cetakan Pertama. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta
11. Bakhtiar, Amsal.,2012. Filsafat Ilmu, Cetakan Kesebelas, Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

12. Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Cetakan
Pertama, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
13. Salam., 2009. Pengantar Filsafat, Cetakan Kedelapan. PT. Bumi Aksara, Jakarta
14. Mubarak , W.I., 2012. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Salemba Medika.
Jakarta