Strategi Pengembangan Usaha Tani Kopi Arabica (Coffea Spp) Di Kabupaten Gayo

13

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan
penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya
penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor pertanian atau dari produk
nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto,1984).

Seperti diketahui sektor pertanian di Indonesia dianggap penting hal ini terlihat dari
peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja,penyediaan pangan, penyumbangan
devisa negara melalui eksport dan sebagainya. Oleh karena itu wajar kalau biaya pembangunan
untuk sektor pertanian ini selalu tiga besar diantara pembiayaan sektor – sektor lain
(Najiyati,1992).

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki basis sumber daya alam adalah subsektor
perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami
pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi . Sebagai salah satu
subsektor penting dalam pertanian,subsektor perkebunan secara traditional mempunyai

kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Kontribusi dalam penyediaan
lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan
lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena penyediaan
lapangan kerja oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu mengurangi arus
urbanisasi.

Universitas Sumatera Utara

14

Dari beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia (karet, kelapa sawit,
kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu) ada 5 ( Lima ) Komoditi perkebunan penting di Indonesia.
Perkembangan lima komoditi perkebunan yang penting diantaranya adalah kelapa sawit, karet,
kakao, kopi dan tebu. Untuk komoditas tersebut diluar karet alam, volume permintaan memang
selalu naik setiap tahun dan relatife tidak begitu terpengaruh oleh kondisi perekonomian global.
Hal ini dikarenakan komoditas tersebut termasuk kebutuhan primer ( Untuk konsumsi )
sedangkan karet banyak dipakai untuk sektor otomotif yang tergolong kebutuhan sekunder.
Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat
keuntungan pengusahaan komoditas tersebut relatif lebih baik dan juga kebijakan pemerintah
untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut ( Maulendra,2011).


Salah satu tanaman perkebunan yang tumbuh pesat terkait dengan keuntungan
pengusahanya ataupun petaninya adalah Kopi . Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan
dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam
negeri maupun luar negeri . Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas
perkebunan yang dijual ke pasar dunia . Menurut International Coffee Organization (ICO)
konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi di Indonesia
memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia
seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Biji kopi Indonesia juga dipasok ke gerai-gerai
penjual kopi (coffee shop) seperti Starbucks dan Quick Check yang berlokasi di Indonesia
maupun yang berada di luar negeri ( Aulia,2012 ).

Universitas Sumatera Utara

15

Bila melihat perolehan devisa dan jumlah kopi yang dikonsumsi di dalam negri,
tampaknya prospek pengembangan telah cukup mengembirakan. Namun demikian perlu
disadari, bahwa perdagangan kopi di Indonesia masih mempunyai kendala yang cukup berat.
Salah satunya adalah sisa produksi kopi, Pemerintah telah melakukan berbagai cara antara lain

dengan meningkatkan konsumsi maupun melakukan peningkatan ekspor.Akan tetapi usaha
peningkatan ekspor masih mengalami masalah Selain Organisasi Kopi International ( ICO )
menetapkan quota yang rendah juga dikarenakan macam – macam mutu kopi di Indonesia.Oleh
karena itu pemerintah menetapkan kebijakan standarisasi mutu untuk mengatasi masalah tersebut
(Imelda,2006).
Kopi merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam
perekonomian Indonesia . Komoditas ini diperkirakan menjadi sumber pendapatan utama tidak
kurang dari 1,84 juta keluarga yang sebagian besar mendiami kawasan pedesaan di wilayahwilayah terpencil. Selain itu, komoditas ini juga berperan penting dalam penyediaan lapangan
kerja di sektor industri hilir dan perdagangan. Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi
Indonesia yang mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Pada tahun 2010 luas areal kebun
kopi mencapai 1.162.810 ha dengan produksi 686,92 ton dan volume ekspor 433.595 ton atau
setara dengan US$ 814.311.000 (Deptan,2011).

Komposisi kepemilikan perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh Perkebunan
Rakyat (PR) dengan porsi 96 % dari total areal di Indonesia, dan yang 2 % sisanya merupakan
Perkebunan Besar Negara (PBN) serta 2 % merupakan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Posisi
tersebut menunjukkan bahwa peranan petani kopi dalam perekonomian nasional cukup
signifikan. Hal ini juga berarti bahwa keberhasilan perkopian Indonesia secara langsung akan
memperbaiki kesejahteraan petani.Pada tahun 2010 komposisi perkebunan kopi yang diusahakan


Universitas Sumatera Utara

16

di Indonesia terdiri atas kopi Robusta seluas 920.790 hektar (78,5 %) dan Arabika seluas
251.582 ha (21,5 %). Rata-rata produktivitas nasional kopi Robusta dan kopi Arabika berturutturut adalah 741 kg/ha dan 959 kg/ha. Sampai dengan saat ini data luas areal dan produksi kopi
Liberika dimasukkan ke dalam kopi Robusta. ( Deptan,2011 )

Tanah Gayo merupakan salah satu daerah penghasil kopi arabika terbaik di kawasan
Nanggroe Aceh Darussalam ( NAD ). Daerah penanaman kopi Gayo ada di Aceh Tengah,Bener
Meriah dan Gayo Lues. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah dan
Kabupaten Bener Meriah, produktivitas rata-rata berkisar antara 700-800 kg/Ha/Tahun. Kopi
Arabika Dataran Tinggi Tanah Gayo bisa dikatakan hampir semua bersertifikat Organik dan
bahkan Bersertifikat Fairtrade. Kopi dari kawasan ini dikenal di pasaran Domestik Nasional dan
International dengan sebutan KOPI GAYO dengan cita rasa yang baik ( Suparman,2012 ).
Diketahui bahwa kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah merupakan daerah yang
mendapatan sertifikat tingkat nasional yaitu Kopi Arabika Gayo 1 dan Kopi Arabika Gayo 2
menjadi varietas unggulan tingkat nasional yang disahkan dengan surat keputusan Menteri
Pertanian Nomor 3998 dan 3999/ Kpts/SR.120/12/2010 tanggal 29 Desember 2010. Untuk
mendapatkan sertifikasi ungggul nasional tersebut ditempuh melalui proses penelitian yang

panjang. Berawal dari indentifikasi varietas, ditemukan 46 varietas kopi didataran tinggi gayo.
Pada September tahun 2007, terpilih 10 Varietas hasl seleksi kemudian diuji cita rasa di
Indonesia, Jepang, Australia, Jerman dan USA ( Deptan, 2011 ).
Adanya sertifikasi terhadap kopi didaeerah Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah
menyebabkan adanya perbedaan permintaan dan harga dibanding dengan kabupaten Gayo Lues.
Adapun daerah – daerah yang menanam kopi di Naggroe Aceh Darussalam dapat dilihat pada
tabel berikut. Kopi gayo terdapat di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues

Universitas Sumatera Utara

17

Tabel 1 Luas Areal Tanam ( Ha ), Rata – Rata Produksi per Tahun ( Ton/Ha ) Komoditi
Kopi Robusta dan Arabika menurut Kabupaten/Kota tahun 2008 – 2010 :
2008
No

Kabupaten/Kota

2009


2010

Areal

Produksi Per

Areal

Produksi Per

Areal

Produksi Per Tahun

(Ha)

Tahun (Ton/Ha)

(Ha)


Tahun (Ton/Ha)

(Ha)

( Ton/Ha )

1

Simeulue

153

13

158

14

158


10

2

Aceh Singkil

121

36

166

51

166

51

3


Aceh Selatan

1544

460

1529

435

1529

435

4

Aceh Tenggara

315


45

279

26

279

130

5

Aceh Timur

281

60

516


153

515

146

6

Aceh Tengah

R : 3301

1137

3301

1137

3301

1137

A : 46780

27789

48001

28344

48001

27777

7

Aceh Barat

533

131

532

127

534

127

8

Aceh Besar

1318

760

1318

763

1373

765

9

Pidie

1430

987

1490

488

1490

407

10.

Bireuen

724

440

314

168

314

168

11.

Aceh Utara

975

231

975

211

975

211

12.

Aceh Barat Daya

562

231

562

243

562

232

13.

Gayo Lues

3628

670

3938

713

3945

712

14.

Aceh Tamiang

51

9

26

3

26

300

15.

Nagan Raya

1360

565

150

50

152

50

16.

Aceh Jaya

1479

301

1355

307

1355

307

17.

Bener Meriah

R : 9640

2146

9640

2154

9640

2620

A : 39489

13287

39532

13248

39533

13248

18

Pidie Jaya

306

79

75

24

75

1000

19.

Banda aceh

-

-

-

-

-

-

20.

Sabang

-

-

-

-

-

-

21.

Langsa

-

-

-

-

-

-

22.

Lhoukseumawe

18

14

15

12

12

9

23.

Subulussalam

44

16

41

19

41

19

122.057

50.407

118612

50190

121976

49861

Jumlah/Total

Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh dalam Angka 2009 -2011

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa daerah Gayo Lues memiliki luas lahan yang cenderung
tetap dan produksi yang meningkat pertahunnya. Gayo Lues merupakan Kabupaten penghasil
kopi ke – 3 di Naggroe Aceh Darussalam. Melalui Pra Survey peneliti mengetahui bahwa Gayo
Lues merupakan kabupaten yang tidak memiliki sertifikat oleh karena itu peneliti memilih

Universitas Sumatera Utara

18

daerah tersebut untuk melihat faktor – faktor yang ada dilapangan sehingga peneliti dapat
melihat strategi pengembangan usaha tani yang sesuai dilakukan didaerah tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah
Berbagai masalah yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam berbagai
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan produksi dan luas tanaman usahatani Kopi di Kabupaten Gayo
Lues 5 tahun terakhir
2. Faktor – Faktor eksternal Apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha tani kopi
3. Faktor Faktor internal apa saja yang mempengaruhi pengembangan Usaha Tani Kopi Gayo
4. Bagaimana strategi penngembangan usaha tani kopi gayo yang cocok dilakukan didaerah
penelitian

1.3 Tujuan Penelitian
Dari masalah diatas maka tujuan penelitian adalah :
1. Untuk menganalisis perkembangan luas tanaman dan produksi Di Kabupaten Gayo Lues
untuk 5 tahun terakhir
2. Untuk menganalisis faktor – faktor internal yang mempengaruhi perkembangan usaha tani
kopi gayo
3 Untuk menganalisis faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha tani
kopi gayo
4. Untuk menganalisi bagaimana strategi pengembangan usaha tani yang dapat dilakukan
didaerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

19

1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai gambaran dan bahaan informasi bagi petani kopi Dalam melakukan usaha
perkembangan usaha taninya.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam
pengembangan usaha tani kopi.
3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak – pihak yang tertarik terhadap penelitian

Universitas Sumatera Utara