Kointegrasi Harga Jagung Pipil Impor, Harga Jagung Pipil Sumatera Utara Dan Kabupaten Karo

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA
PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka
Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai
peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia,
mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi
langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan serta industri pangan.
Selain itu, pentingnya peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah
menempatkan jagung sebagai kontributor terbesar kedua setelah padi dalam
subsektor tanaman pangan (Syamsi, 2012).
Jagung juga merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki karakter
berfluktuatif dalam hasil karena dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut
mempengaruhi permintaan dan penawarannya secara langsung. Apabila
penawaran dan permintaan jagung fluktuatif maka akan membentuk harga yang
fluktuatif pula (Syamsi, 2012).
Ketersediaan jagung pada tahun 2011 di Provinsi Sumatera Utara diartikan
sebagai

perhitungan


dari

produksi

jagung

dikurangi

kebutuhan

(pakan+benih+tercecer) ditambah dengan impor (pemasukan) dan dikurangi
dengan ekspor (pengeluaran) selama tahun 2011. Lebih lengkapnya, dapat dilihat
pada tabel 3 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Produksi, Ketersediaan dan Kebutuhan Jagung Pipil Provinsi
Sumatera Utara 2011
No
1

2

3
4
5
6
7

Uraian
Produksi
Kebutuhan
a. Pakan Ternak
b. Benih
c. Tercecer
Impor
Ekspor
Ketersediaan
Kebutuhan RT dan non RT
Surplus/Defisit


Realisasi (Ton)
1.294.645
153.314
79.666
7.260
66.388
305.819
417
1.342.292
829.417
512.875

Sumber: Badan Ketahanan Pangan, 2012

Realisasi produksi jagung pipil tahun 2011 di provinsi Sumatera Utara adalah
1.294.645ton diperoleh dari luas panen 255.291 Ha dengan tingkat produktivitas
52,01 kw/ha. Ketersediaan jagung pipil Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011
adalah 1.342.292 ton, sedangkan kebutuhan jagung 829.417 ton. Oleh karenanya,
total surplus jagung pada tahun 2011 adalah sebesar 512.875 ton.
Sebagian besar ketersediaan jagung pipil di Sumatera Utara diperuntukkan

sebagai pasokan bagi industri pakan ternak maupun industri-industri makanan
yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Setiap tahunnya industri-industri tersebut
menyerap lebih dari 80% produksi jagung Sumatera Utara, sedangkan 20% lagi
untuk kebutuhan konsumsi masyarakat secara langsung dan perdagangan keluar
provinsi (Badan Ketahanan Pangan, 2007).
Harga jagung pipil impor yang lebih murah dibandingkan dengan harga jagung
produk dalam negeri menyebabkan permintaan jagung produk dalam negeri
berkurang. Adapun beberapa alasan maka dilakukan impor, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Ketergantungan Terhadap Alam
Ketergantungan komoditi pertanian terhadap alam menjadi kendala petani untuk
memproduksi komoditi jagung secara terus menerus, karena kondisi alam yang
tidak bisa diperkirakan oleh petani. Disaat kondisi alam tidak mendukung petani
untuk menanam jagung maka produksi jagung dalam negeri akan berkurang,
sehingga menyebabkan permintaan jagung dalam negeri menjadi meningkat
namun peningkatan permintaan jagung tidak didukung oleh volume produksi yang
mencukupi. Oleh karena itu, pemerintah mengimpor jagung dari luar negeri.
b. Biaya Produksi

Faktor lain yang mempengaruhi harga ekuilibrium adalah perubahan dalam biaya
produksi, ketika petani mengalami biaya produksi yang tinggi maka petani
cenderung menaikkan harga jagung dan melalui proses distribusi yang panjang
terciptalah harga jagung yang tinggi di dalam negeri. Selain itu, ada petani yang
masih tetap menanam jagung dengan biaya produksi tinggi tetapi ada juga yang
tidak mau menanam jagung, sehingga produksi jagung dalam negeri menjadi
berkurang. Oleh karena itu, pemerintah mengimpor jagung dari luar negeri, dan
karena tingginya biaya produksi yang menyebabkan harga jagung dalam negeri
meningkat,

seolah-olah

harga

jagung

impor

menjadi


lebih

murah

(Anonimusa, 2010).
Kegiatan mengimpor yang dilakukan oleh pemerintah merugikan petani dalam
negeri. Untuk itu pemerintah membuat kebijakan untuk melindungi petani melalui
kebijakan Harga Referensi Daerah Jagung. Harga Referensi Daerah Jagung adalah
harga minimum pembelian jagung di tingkat petani yang disepakati sebesar biaya

Universitas Sumatera Utara

produksi ditambah margin / keuntungan petani sebesar 30% (tiga puluh persen )
(Badan Ketahanan Pangan, 2012).
Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ratya Anindita dan Agustina Shinta (2007)
yang menganalisis pengaruh nilai tukar (kurs) dan harga jagung dunia terhadap
harga jagung di Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data time series kurs,
harga jagung di Jawa Timur dan harga jagung dunia. Data ini merupakan data
bulanan dari tahun 1995-2003. Metode analisis data yang digunakan adalah model

linear dinamis yang meliputi tes stasionaritas, kointegrasi dan kausalitas Granger.
Hasil analisis menunjukkan bahwa data kurs dan harga jagung di Jawa Timur
tidak stasioner, namun data harga jagung dunia stasioner. Setelah dilakukan tes
stasioneritas, semua data stasioner pada derajat yang sama dan terdapat
kointegrasi antara variabel-variabel yang diteliti. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari variabel harga jagung di Jawa Timur
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara itu, variabel harga
jagung dunia mempengaruhi variabel harga jagung di Jawa Timur dalam jangka
panjang, tetapi tidak dalam jangka pendek.
Landasan Teori
Agribisnis komoditas pertanian pada umumnya merupakan suatu sistem yang
sedikitnya

melibatkan

3

pelaku

utama


yaitu

produsen/petani,

pelaku

pemasaran/pedagang, dan konsumen. Hubungan antara produsen dan konsumen
biasanya

dijembatani

oleh

pelaku

pemasaran

atau


padagang

yang

mempertemukannya dalam suatu sistem pasar. Ini dilakukan pedagang melalui

Universitas Sumatera Utara

pemasokan produk menurut tempat, waktu dan kualitas yang disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen dan penawaran yang dilakukan oleh petani. Berdasarkan hal
diatas, maka dalam kegiatannya pedagang memiliki dua peran yaitu sebagai
konsumen antara yang dihadapi petani dan sebagai produsen antara yang dihadapi
konsumen. Perilaku konsumen yang diwujudkan dalam pola konsumsi akan
menentukan permintaan dan penawaran produk yang dipasarkan (Irawan, 2007).
Teori Transmisi Harga
Transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak
perubahan harga suatu barang disatu tingkat pasar terhadap perubahan harga
barang itu ditempat / tingkat pasar lainnya (Anonimusb, 2010).
Untuk komoditas pertanian, transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar
produsen yang relatif rendah. Hal ini karena pedagang memiliki kekuatan yang

dapat mengendalikan harga beli dari petani sehingga walaupun harga ditingkat
konsumen relatif tetap tetapi pedagang tersebut dapat menekan harga beli dari
petani untuk memaksimumkan keuntungannya. Begitu pula bila terjadi kenaikan
harga ditingkat konsumen maka pedagang dapat meneruskan kenaikan harga
tersebut kepada petani secara tidak sempurna, dengan kata lain kenaikan harga
yang diterima petani lebih rendah dibandingkan kenaikan harga yang dibayar
konsumen. Pola transmisi harga seperti ini tidak menguntungkan bagi petani
karena kenaikan harga yang terjadi ditingkat konsumen tidak sepenuhnya dapat
dinikmati

petani,

sebaliknya

jika

terjadi

penurunan


harga

(Abd Rahim dan Hastuti, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Jika saja penjual dan pembeli bertemu langsung maka tidak ada perbedaan harga
ditingkat petani dan harga ditingkat pengecer dan konsumen akhir. Pergerakan
harga yang berhubungan dengan dua pasar atau lebih disebut dengan integrasi
pasar. Untuk mengetahui seberapa besar pembentukan harga suatu komoditas
pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga ditingkat lembaga
pemasaran lainnya. Dalam penelitian ini digunakan integrasi pasar vertikal yang
melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kabupaten, propinsi dan nasional
(Abd Rahim dan Hastuti, 2007).
Fluktuasi Harga
Fluktuasi harga adalah perubahan harga diatas atau dibawah harga rata-rata
pertahun ( Anonimusb, 2010).
Harga rata-rata komoditas tanaman pangan dan hortikultura pada tingkat
petani/produsen cenderung tidak stabil (berfluktuasi). Hal ini selain disebabkan
oleh adanya musim panen raya (dimana produksi melimpah) dan panen kecil
(produksi sedikit) serta kualitas produksi komoditas tersebut. Secara umum, pada
saat panen kecil dimana produksinya sedikit, harga cenderung meningkat,
sedangkan pada saat panen raya dimana produksi melimpah maka harga jauh
lebih murah (Dinas Pertanian, 2010).
Harga yang fluktuatif ini didapat karena adanya ketidakseimbangan jumlah
permintaan dan penawaran di pasar. Pasar dikatakan berada dalam keadaan
disequilibrium apabila harga produk tersebut serta kuantitas yang ditawarkan dan
yang diminta memiliki kecenderungan untuk mengalami perubahan. Keadaan ini

Universitas Sumatera Utara

terjadi apabila harga yang terjadi di pasar berada di atas atau di bawah harga
equilibrium (Djojodipuro, 1991).
Dalam jangka panjang harga komoditas pertanian cenderung naik akibat naiknya
permintaan konsumen, namun laju kenaikan harga ditingkat konsumen dapat
berbeda dengan laju kenaikan ditingkat petani, dan tergantung kepada perilaku
pedagang dalam melakukan transmisi harga dari konsumen kepada petani. Pada
pasar yang bersaing sempurna, pedagang akan meneruskan setiap kenaikan harga
ditingkat konsumen dengan besaran yang relatif sama dengan petani, dengan kata
lain kenaikan harga ditingkat konsumen akibat perilaku pedagang yang berusaha
memaksimumkan keuntungannya dengan memberikan informasi harga yang tidak
sempurna untuk menekan harga beli dari petani (Irawan, 2007).
Integrasi Pasar
Integrasi pasar merupakan keterpaduan diantara beberapa pasar yang memiliki
hubungan harga tinggi. Pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas perdagangan
antara dua atau lebih, kemudian harga di suatu pasar berhubungan dengan harga di
pasar-pasar lainnya. Dalam hal ini, perubahan harga di suatu pasar ditransmisikan
ke pasar-pasar lain, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang
(Fitrianti, 2009).
Terintegrasi atau tidaknya suatu pasar dapat dianalisis dengan memperhatikan
faktor:
1. Segmentansi pasar
Pasar dikatakan tidak terintegrasi jika perubahan harga yang terjadi di pasar acuan
tidak mempunyai pengaruh, baik cepat atau lambat terhadap harga di pasar

Universitas Sumatera Utara

domestik. Dengan demikian diharapkan dengan terintegrasinya pasar domestik,
maka harga yang terjadi di pasar domestik dipengaruhi oleh perubahan harga yang
ada di pasar acuan.
2. Integrasi jangka pendek
Pasar dikatakan terintegrasi dalam jangka pendek apabila perubahan harga yang
terjadi di pasar acuan secara langsung dan utuh diteruskan ke dalam harga di pasar
domestik (Rachmad, 2013).
Dalam penelitian ini, terjadi integrasi pasar secara vertikal, yaitu integrasi pasar
yang terjadi dari tingkat internasional, domestik, provinsi, dan lokal. Integrasi
pasar vertikal terjadi ketika rantai pemasaran atau produksi dan pemasaran secara
berturut-turut saling berhubungan. Kajian mengenai integrasi pasar vertikal
penting diketahui untuk melihat keeratan hubungan antara konsumen, lembaga
pemasaran dan produsen. Jika konsumen, lembaga pemasaran dan produsen saling
berhubungan dan berinteraksi dalam penentuan harga yang terjadi di setiap pasar
maka dapat dikatakan bahwa pasar tersebut berlangsung secara efisien.
Pada penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah model pendekatan
kointegrasi. Uji kointegrasi merupakan salah satu metode untuk mengindikasikan
kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabelvariabel ekonomi (Mariani, 2008).
Data yang digunakan merupakan data time series. Suatu karakter terpenting dari
data runtut waktu (time series) adalah non stationery. Terdapat berbagai bentuk
ketidakstationeran diantaranya yang terpenting dalam ekonometrika adalah unit
root (Ariefianto, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Adapun cara menganalisis dengan pendekatan model kointegrasi menurut
Koop (2009), yaitu dengan melakukan 3 langkah uji:
1. Uji akar unit (Unit Root Test)
2. Uji kointegrasi
3. Error Correction Model (ECM)
Kerangka Pemikiran
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kegiatan mengimpor jagung pipil yang
telah dilakukan oleh pemerintah saat ini membuat konsumen beralih dari jagung
pipil dalam negeri ke jagung pipil impor. Selain karena alasan ketersediaan jagung
pipil juga karena alasan harga yang lebih murah.
Jagung pipil merupakan komoditas pertanian yang memiliki karakter berfluktuasi,
maka produksi dan penawaran jagung pipil memiliki karakter berfluktuasi pula
sehingga harga yang terbentuk menjadi fluktuatif. Fluktuasi harga jangka pendek
merugikan petani dan konsumen. Namun, dalam fluktuasi harga jangka panjang,
jika terjadi penurunan harga jagung pipil dunia, maka akan menguntungkan
konsumen tetapi berdampak pada anjloknya harga jagung pipil di tingkat petani,
pendapatan petani dan produksi dalam negeri, sedangkan peningkatan harga
jagung pipil dunia berdampak pada peningkatan harga jagung pipil di tingkat
konsumen dan mengancam ketahanan pangan tetapi meningkatkan pendapatan
petani dan produksi dalam negeri.
Harga jagung pipil di pasar impor dapat dikatakan memiliki hubungan dengan
harga jagung pipil di pasar domestik, di tingkat regional Sumatera Utara dan
tingkat lokal di Kabupaten Karo. Hubungannya adalah dengan melihat harga

Universitas Sumatera Utara

fluktuatif yang tercipta dari ketiga pasar ini. Harga yang fluktuatif ini disebabkan
karena terjadinya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar.
Padahal permintaan jagung pipil di sisi konsumen tetap bahkan cenderung
meningkat dalam jangka panjang, yang diperuntukkan sebagai pasokan bagi
industri pakan ternak maupun industri makanan yang semakin hari semakin
meningkat.
Permintaan jagung pipil dalam negeri meningkat oleh karenanya harga juga
meningkat. Seharusnya kenaikan harga di pasar konsumen akan diteruskan
pedagang kepada petani sehingga harga di pasar produsen juga mengalami
peningkatan, akan tetapi proses transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar
produsen tersebut umumnya tidak sempurna, artinya jika terjadi kenaikan harga di
pasar konsumen maka kenaikan harga tersebut diteruskan kepada petani secara
lambat dan tidak sempurna, sebaliknya jika terjadi penurunan harga. Pola
transmisi harga seperti inilah yang menyebabkan fluktuasi.
Dengan demikian, selain resiko produksi yang dihadapi produsen/petani karena
komoditas pertanian memiliki karakteristik musiman, mudah rusak dan berat,
petani juga mengalami resiko harga yang berfluktuatif. Bagi petani hal ini menjadi
suatu masalah, untuk itu diperlukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh bagaimana hubungan
antara harga jagung pipil impor, harga jagung pipil Sumatera Utara dan harga
jagung pipil Kabupaten Karo baik jangka pendek maupun jangka panjang, untuk
menuju pada satu titik keseimbangan yang tentunya menguntungkan bagi
produsen dan konsumen.

Universitas Sumatera Utara

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kointegrasi
dengan menggunakan perangkat lunak Eviews, yang merupakan suatu alat uji
yang dilakukan untuk mendeteksi stabilitas hubungan jangka panjang antara harga
jagung pipil impor, harga jagung pipil Sumatera Utara dan harga jagung pipil
Kabupaten Karo.
Di pasar terjadi interaksi yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran
komoditi jagung pipil. Dengan demikian terbentuklah harga jagung pipil impor di
pasar internasional, harga jagung pipil ditingkat regional Sumatera Utara dan
harga jagung pipil ditingkat lokal Kabupaten Karo di pasar domestik. Harga
jagung pipil Impor, Sumatera Utara dan Kabupaten Karo saling berhubungan.
Dari kerangka pemikiran ini, maka dapat dibuat skema pemikiran sebagai berikut:

………….

Permintaan

Pasar Jagung Pipil

………….

Pasar Domestik

Harga Jagung Pipil Lokal
Kabupaten Karo

Harga Jagung Pipil
Regional Sumatera Utara

Penawaran

Pasar Internasional

Harga Jagung Pipil Impor

Keterangan:
………………….

: pengaruh
: saling berhubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.

Ada kointegrasi antara harga jagung pipil Impor dengan harga jagung pipil
Sumatera Utara.

2.

Ada kointegrasi antara harga jagung pipil Impor dengan harga jagung pipil
Kabupaten Karo.

3.

Ada kointegrasi antara harga jagung pipil Sumatera Utara dengan harga
jagung pipil Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara