Analisis Pengaruh Impor Komoditi Jagung Pipil Terhadap Harga Ditingkat Produsen Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL

TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

MICHAEL N SURBAKTI 090304021

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL

TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

MICHAEL N SURBAKTI 090304021

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(HM. Mozart B Darus, M.Si ) (Ir. Diana Chalil M.Si, P.hd) NIP: 196210051987031001 NIP: 19670303199802001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN

SUMATERA UTARA

MCHAEL N SURBAKTI

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh impor jagung pipil terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan tujuan penelitian, metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan data runtut waktu (times series) yang berupa data bulanan dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sumber data didapatkan dari berbagai instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Metode untuk menganalisis pengaruh impor yang digunakan adalah metode uji regresi linear berganda metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis SPSS 16.

Adapun hasil penelitian adalah adanya pengaruh nyata dari harga jagung pipil impor terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara. Pengaruh yang ditimbulkan didapatkan dari hubungan positif antara harga jagung pipil impor dengan volume impor jagung dimana semakin rendah harga jagung impor apabila dibandingkan dengan harga jagung lokal akan menyebabkan semakin meningkatnya permintaan jagung pipil impor yang berujung pada peningkatan volume impor jagung pipil.


(4)

RIWAYAT HIDUP

MICHAEL NOVRANDA SURBAKTI, lahir di Medan, pada tanggal 30 November 1991 anak dari Bapak Drs. Konsep Surbakti dan Ibu Srie Mori Br Bangun . Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1996 masuk Taman Kanak-Kanak Gelora Kasih GBKP Sibolangit,

tamat tahun 1997.

2. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 101843 Sibolangit, tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama RK Deli Murni Sibolangit, tamat tahun 2006.

4. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan, tamat tahun 2009.

5. Tahun 2009 diterima di Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian di Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur PMP.

6. Bulan Januari melaksanakan penelitian skripsi.

7. Bulan melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di desa Sinah Kasih, Kecamatan Sei rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi yaitu Pengurus IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) FP-USU di Bidang Penelitian dan Pengembangan Tahun 2010.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN SUMATERA UTARA”.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak HM Mozart B. Darus, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini. Ibu Ir. Diana Chalil M.Si, P.hD selaku Anggota Pembimbing yang telah

melunagkan waktunya untuk mengajari, memotovasi dan membantu penulis dalam pengerjaan, penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda tercinta Drs. Konsep Surbakti dan Ibunda tersayang Srie Mori Br Bangun, dan juga kakak dan abang tersayang Cory Meiliany Br Surbakti, STP, Ferdinanta Sembiring, SP dan Malvin Octorico Surbakti, SE, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas seluruh cinta, motivasi, kasih sayang dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah.


(6)

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah dan administrasi kegiatan administrasi kegiatan organisasi di kampus.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2009 Program Studi Agribisnis khususnya Nike Salfida Karokaro, Jandwi Sarah Kacaribu, Indri Pratiwi Pohan,Febri Tita Eka Putri, Debbie Febrina Manurung, Nova Rohani, Reny Marissa dan Aiva Viforit atas kebersamaan dan canda tawa kalian yang membuat penulis menjadi lebih semangat.

5. Buat teman terbaik penulis, Sari Valentina Sembiring dan teman-teman satu organisasi IMASEP dan POPMASEPI.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Kegunaan Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Perkembangan Jagung ... 8

2.1.2 Permintaan Jagung ... 11

2.1.3 Perkembangan Impor Jagung ... 15

2.1.4.Penelitian Terdahulu ... 2.2 Landasan Teori ... 19

2.3 Kerangka Pemikiran ... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 32

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.3 Metode Analisis Data ... 34

3.4 Definisi Dan Batasan Operasional ... 37

3.5.1 Definisi ... 37

3.5.2 Batasan Operasional ... 39

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 40

4.1 Perkembangan Jagung Sumatera Utara ... 40

4.2 Perkembangan Ternak Unggas di Sumatera Utara ... 45


(8)

4.4. Perkembangan Impor Jagung Sumatera utara ... 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1 Hasil ... 49

5.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan harga 63 5.4 Pembahasan ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi di Sumatera Utara tahun 2009 – 2012 ... 49

2. Data Volume Impor, Nilai Impor dan Harga Produsen Jagung pipil di Sumatera Utara tahun 2009-2012 ... 3. Harga Jagung Pipil impor dan Harga Produsen Sumatera Utara ... 4. Perkembangan Luas Panen, Produksivitas, dan Produksi Jagung di

Indonesia tahun 2009-2012 ... 5. Perkembangan Jenis Ternak Unggas di Sumatera Utara tahun 2010 -

2012 ... 6. Konsumsi Jagung di Sumatera Utara tahun 2003 - 2012 ... 7. Jumlah Produksi Pakan Ternak Unggas Sumatera Utara tahun 2011 8. Perkembangan Ekspor dan Jmpor Jagung Sumatera Utara tahun 2003-

2012 ... 9. Model Summary Regresi ... 10. Analisis Regresi Faktor-faktor Pembentukan Harga Produsen Jagung Pipil ... 11. Anova Hasil Regresi ... 12. Nilai tolerance dan VIF dalam uji Multikolinearitas ...


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

1. Mekanisme Perdagangan Internasional ... 2. Kerangka Pemikiran ...


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan

1 Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten 2007 – 2010


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH IMPOR KOMODITI JAGUNG PIPIL TERHADAP HARGA DITINGKAT PRODUSEN

SUMATERA UTARA

MCHAEL N SURBAKTI

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh impor jagung pipil terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan tujuan penelitian, metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan data runtut waktu (times series) yang berupa data bulanan dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sumber data didapatkan dari berbagai instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Metode untuk menganalisis pengaruh impor yang digunakan adalah metode uji regresi linear berganda metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis SPSS 16.

Adapun hasil penelitian adalah adanya pengaruh nyata dari harga jagung pipil impor terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara. Pengaruh yang ditimbulkan didapatkan dari hubungan positif antara harga jagung pipil impor dengan volume impor jagung dimana semakin rendah harga jagung impor apabila dibandingkan dengan harga jagung lokal akan menyebabkan semakin meningkatnya permintaan jagung pipil impor yang berujung pada peningkatan volume impor jagung pipil.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun. Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan, jagung juga merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak (Budiman, 2012).

Sejak tahun 2001-2006 tercatat konsumsi jagung domestik Indonesia 50% diantaranya digunakan untuk industri pakan. Dalam 5 tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan dan minuman meningkat 10-15% pertahun (Zubachtirodin et al, 2007).

Sebagian besar ketersediaan jagung di Sumatera Utara diperuntukkan sebagai pasokan bagi industri pakan ternak maupun industri-industri makanan yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Setiap tahunnya industri-industri tersebut menyerap lebih dari 80% produksi jagung Sumatera Utara, sedangkan 20% lagi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat secara langsung dan perdagangan keluar provinsi (Badan Ketahanan Pangan, 2007).

Pemintaan jagung yang terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan pangan, menuntut kontunuitas ketersediaan dan mutu produk yang memadai. Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan varietas unggul (Timor, 2008).


(14)

Ketersediaan pasokan jagung akan sangat mempengaruhi industri peternakan secara luas. Bila pasokan bahan baku mengalami kelangkaan akan berakibat pada stagnansi ketersediaan pakan ternak. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan baku jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak. Ini berarti jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja pembangunan peternakan dan penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (Statistik Peternakan, 2011).

Mengingat pentingnya peranan jagung, maka Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak dan industri pakan yang berkembang cukup pesat sangat beralasan untuk memperioritaskan perkembangan jagung. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negri, juga peluang untuk diekspor ke pasar internasional. Pemenuhan kebutuhan jagung bila mengandalkan impor akan beresiko tinggi, dan akan berdampak terhadap industri peternakan (pakan) dalam negeri. Fluktuasi ketersediaan dan harga pakan ternak yang sering muncul, salah satu penyebabnya adalah karena pengaruh fluktuasi pasokan bahan baku jagung. Oleh karena itu, diperlukan upaya terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri (Statistik Peternakan, 2011).

Fakta yang terjadi di Sumatera Utara luas areal panen jagung mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Tabel 1) tetapi produktivitas setiap tahun mengalami peningkatan (Badan Pusat Statistik, 2009).


(15)

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi di Sumatera Utara tahun 2009 - 2012

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

2009 212.364 46,26 982.396

2010 276.208 49,30 1.361.705

2011 255.291 52,01 1.327.768

2012 243.098 55,41 1.347.006

Sumber : Data Badan Ketahanan Pangan

Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 1.347.006 ton, naik sebesar 19.238 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2011 dengan luas lahan menurun menjadi 243.098 hektar dengan produktivitas yang meningkat 55,41 (Kw/Ha) atau meningkat sebesar 3,4 (Kw/Ha).

Tabel 2. Data Volume Impor, Nilai Impor dan Harga Produsen Komoditi Jagung Di Sumatera Utara Tahun 2009-2012

Tahun Volume Impor

(Kg) Nilai Impor ($ US)

Harga Produsen (Rp)

2009 102.475.113 21.127.756 2.436

2010 100.846.810 23.776.858 2.631

2011 305.818.856 92.752.890 2.835

2012 217.083.050 62.936.139 2.768

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Sumatera Utara

Impor jagung pipil adalah pemasukan jagung dari luar negri ke Sumatera Utara. Untuk tahun 2010 volume impor mengalami penurunan tetapi nilai impor dan harga domestik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009. Pada tahun 2011 volume impor dan nilai impor mengalami kenaikan yang signifikan 300% dari tahun 2010, kenaikan ini berbanding lurus dengan harga produsen di Sumatera Utara. Volume impor jagung pada tahun 2012 dengan 2011 terjadi penurunan yang signifikan hampir 100% yaitu sebesar 88.735.806 kg yang diikuti juga dengan nilai impor dan juga harga di tingkat produsen untuk komoditi


(16)

jagung. Dapat disimpulkan bahwa impor jagung pipil Sumatera Utara berfluktuatif.

Kegiatan mengimpor jagung yang dilakukan pemerintah membuat konsumen beralih mengkonsumsi jagung pipil impor terutama perusahaan industri pakan ternak, dengan alasan ketersediaan jagung pipil dan juga harga yang relatif lebih murah.

Tabel 3. Harga Jagung Pipil Impor dan Harga Produsen Sumatera Utara Tahun Harga Impor (Rp/Kg) Harga Sumatera Utara

(Rp/Kg)

2009 1.886 2.436

2010 2.157 2.631

2011 2.774 2.835

2012 2.652 2.768

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Sumatera Utara (diolah)

Dari tabel 3, dapat dilihat harga jagung di empat tahun terakhir menurut Badan Pusat Statistik (2012) dan Dinas Pertanian (2010). Di tahun 2009, harga jagung impor adalah Rp 1.886 sedangkan harga jagung Sumatera Utara adalah sebesar Rp 2.436. Di tahun 2010, harga jagung impor adalah Rp 2.157, sedangkan harga jagung Sumatera Utara adalah Rp 2.631. Di tahun 2011, harga jagung impor adalah sebesar Rp 2.774, sedangkan harga jagung Sumatera Utara adalah sebesar Rp 2.835. Di tahun 2012 harga impor jagung juga lebih murah daripada harga domestik di Sumatera Utara.

Dapat disimpulkan bahwa, harga jagung impor lebih murah dibandingkan dengan harga jagung Sumatera Utara. Walaupun ada saat dimana harga produsen jagung pipil Sumatera Utara mengalami penurunan yang pada akhirnya harga produsen jagung pipil Sumatera Utara lebih murah atau hampir sama dengan harga jagung


(17)

pipil impor. Hal inilah yang mendorong konsumen lebih memilih menggunakan jagung impor dibandingkan dengan jagung domestik.

Untuk menganalisis dampak perbedaan harga tersebut terhadap harga di tingkat petani perlu dilakukan penelitian empiris.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah: 1. Bagaimana perkembangan impor jagung pipil di Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh impor terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen di Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah

1. Untuk mengetahui perkembangan impor jagung pipil di Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis pengaruh impor terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen di Sumatera Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam melihat perkembangan Impor jagung di Sumatera Utara , dan dampak impor terhadap harga ditingkat konsumen.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Perkembangan Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan. Selain itu, pentingnya peranan jagung terhadap perekonomian nasional telah menempatkan jagung sebagai kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan (Zubachtirodin et al, 2007).

Jagung juga merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki karakter berfluktuatif dalam hasil karena dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut mempengaruhi permintaan dan penawarannya secara langsung. Apabila penawaran dan permintaan jagung fluktuatif maka akan membentuk harga yang fluktuatif pula (Syamsi, 2012).

Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Indonesia tahun 2009-2012

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas

(Kw/Ha) Produksi (Ha)

2009 4.160.659 42.37 17.629.748

2010 4.131.676 44.36 18.327.636

2011 3.864.692 45.65 17.643.250

2012 3.959.909 48.93 19.377.030 Sumber : Badan Pusat Statistik


(19)

Dari tabel 4 dapat dilihat jelas bahwa terjadi peningkatan luas areal panen jagung pada dua tahun terakhir (2011-2012) tetapi terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2009-2010. Sedangkan produktivitas setiap tahun mengalami peningkatan, yang tidak berbanding lurus dengan produksi yang mengalami fluktuasi volume. Hal ini juga terjadi di Sumatera Utara yang mengalami peningkatan produktivitas tetapi luas areal semakin menurun serta produksi yang berfluktuatif (Tabel1).

2.1.2 Permintaan Jagung

Permintaan suatu komoditas pertanian pada umumnya terdiri dari permintaan langsung (dikonsumsi) dan permintaan tidak langsung (diolah lebih lanjut menjadi produk konsumsi atau lainnya) (Departemen Pertanian, 2006). Pada dasarnya konsumsi jagung dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai bahan pangan, bahan baku industri olahan, dan bahan baku pakan (Purwono dan Hartono, 2006).

Kebutuhan jagung untuk bahan pangan pokok, bahan baku pakan serta bahan baku industri olahan terus meningkat. Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan industri peternakan yang menuntut kontinuitas pasokan bahan baku. Oleh karena itu, volume impor jagung terus meningkat mengingat harga jagung di pasar dunia relatif lebih murah dibanding harga jagung lokal serta kualitas produk lebih terjamin (Rachman, 2003).

Sebagian besar negara berkembang mempunyai masalah yang sama dalam pertanian jagung di dalam negerinya. Indonesia yang masih dapat dikatakan sebagai negara berkembang meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap


(20)

perekonomian nasional mulai digantikan oleh sektor industri juga menghadapi masalah tersebut. Masalah utama pertanian jagung negara berkembang adalah peningkatan produksi jagung yang relatif rendah dibandingkan dengan konsumsi jagung secara nasional.

2.1.3 Perkembangan Impor Jagung

Kebijakan impor jagung dipilih sebagai cara untuk mengatasi kekurangan dan kontinuitas pasokan jagung yang digunakan sebagai bahan baku pangan dan industri pakan. Pemerintah tidak ingin memberatkan industri pakan sebagai pendukung pertumbuhan industri peternakan menanggung biaya produksi yang tinggi sebab hal tersebut akan berakibat pada tingginya harga produk peternakan (Siregar, 2009).

Perubahan era pasar komoditas pertanian yang mengarah pada pasar bebas membawa konsekuensi terhadap harga komoditas pertanian, yaitu harga pangan di pasar domestik semakin terbuka terhadap gejolak pasar internasional. Harga komoditas pangan di pasar dunia secara langsung akan mempengaruhi harga komoditas pangan di dalam negeri. Sebagai salah satu komoditas pangan, fluktuasi perubahan harga jagung tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar komoditas pangan dunia, stabilitas harga, dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Akumulasi berbagai perubahan tersebut secara simultan akan mempengaruhi fluktuasi harga jagung di dalam negeri (Rachman, 2003).

Terdapat dua kondisi yang menjadi alasan mengapa suatu negara mengimpor jagung dan bagaimana pemerintah seharusnya menyikapi permasalahan tersebut. Kondisi pertama, produksi jagung lokal relatif cukup memenuhi kebutuhan dalam


(21)

negeri dan pada saat yang sama harga jagung dunia lebih murah dari harga jagung lokal. Pada kondisi seperti ini konsumen jagung dalam negeri yang tingkat kebutuhannya sangat tinggi, seperti perusahaan pakan akan lebih memilih impor jagung dibandingkan membeli jagung lokal. Impor jagung oleh perusahaan pakan mendorong harga jagung lokal turun menyamai harga jagung dunia. Hal ini akan memukul produsen jagung di dalam negeri, sehingga pemerintah menetapkan tarif tertentu terhadap impor jagung. Kebijakan tarif impor jagung ternyata belum mendorong petani jagung di dalam negeri menjadi lebih efisien.

Kondisi kedua adalah ketika produksi jagung lokal relatif rendah dibandingkan jumlah kebutuhan jagung di dalam negeri. Seperti pada kondisi pertama, misalnya kebutuhan oleh pabrik pakan tidak dapat dipenuhi produksi jagung lokal, maka pabrik pakan akan mengimpor jagung dari pasar dunia sekalipun harganya lebih mahal. Jika harga jagung dunia lebih mahal maka pabrik pakan akan melakukan pengurangan produksi, namun keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh rasio harga pakan dan harga hasil peternakan (Timor, 2008).

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Timor (2008), dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia”, yang menghasilkan kesimpulan bahwa Kondisi produksi jagung di Indonesia selama periode tahun 1985 – 2005 meningkat secara fluktuatif karena peningkatan luas areal dan produktivitas tanaman jagung. Dari sisi produktivitas, produktivitas jagung Indonesia masih relatif rendah meskipun meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan sistem usaha tani petani jagung di Indonesia belum optimal,


(22)

seperti terbatasnya penggunaan benih varietas unggul, pemupukan yang belum berimbang lebih dominan menggunakan pupuk urea, dan masih kurangnya penggunaan pestisida untuk pengendalian hama.

Di satu sisi, konsumsi jagung juga mengalami peningkatan terutama konsumsi untuk industri. Selama periode tahun 1985 – 2005 tidak terjadi ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi jagung secara nasional. Industri pakan sebagai pendukung pertumbuhan industri peternakan merupakan konsumen utama jagung di Indonesia.

Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Akan tetapi, peningkatan industri pakan belum diimbangi dengan produksi. Maka dari itu, meskipun produksi jagung meningkat tetapi impor jagung Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri pakan.

Analisis impor jagung memberikan informasi bahwa variabel harga impor jagung Indonesia dan jumlah impor Indonesia jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Meskipun Produk Domestik Bruto tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia tetapi memiliki tanda yang sesuai dengan teori ekonomi/hipotesis. Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, jumlah impor jagung, tarif impor jagung, dan harga impor jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga impor jagung Indonesia.

Menurut Kariyasa (2003) harga jagung Indonesia dalam jangka panjang hanya respon terhadap perubahan harga jagung impor dan kurang respon terhadap


(23)

penawaran jagung. Kondisi di atas menunjukkan bahwa harga jagung Indonesia akan lebih banyak ditentukan oleh harga jagung impor karena meningkatnya volume impor jagung Indonesia. Selain itu, harga jagung Indonesia juga lebih banyak ditentukan oleh pabrik pakan yang cenderung mendekati oligopsoni.

Harga jagung dunia dalam jangka pendek kurang responsif terhadap perubahan penawaran dan permintaan jagung dunia, namun cukup responsif dalam jangka panjang. Fenomena ini menunjukkan dalam jangka panjang bahwa harga jagung dunia secara kuat akan dipengaruhi dari sisi penawaran dan permintaan jagung dunia, sementara dalam jangka pendek kedua variabel tersebut tidak berpengaruh banyak karena masih banyak faktor eksternal lain yang berpengaruh. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia, kurs rupiah dan lag harga jagung impor. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang harga jagung impor hanya responsif terhadap perubahan harga jagung dunia. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga jagung impor sangat kuat ditentukan oleh harga jagung dunia. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan jagung dunia.

Penelitian mengenai harga jagung yang dilakukan oleh Purba (1999) menghasilkan harga jagung domestik dipengaruhi oleh harga jagung impor, harga pakan ternak, penawaran jagung Indonesia dan lag harga jagung domestik. Harga jagung domestik tidak responsif terhadap semua peubah tersebut karena adanya kekuatan oligopsoni dan transmisi harga dimana wilayah produksi jagung dan pabrik pakan ternak memiliki lokasi yang berjauhan. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh ekspor, impor jagung dunia dan lag harga jagung dunia. Harga jagung dunia responsif terhadap perubahan ekspor dan lebih banyak ditentukan


(24)

oleh sisi ekspor jagung. Harga jagung impor responsif terhadap perubahan harga jagung dunia dalam jangka panjang. Selain itu, peningkatan harga jagung impor akan meningkatkan harga jagung domestik dan sebaliknya tetapi harga jagung domestik tidak responsif terhadap perubahan harga jagung impor dengan nilai elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung impor yang sampai ke Indonesia. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang harga jagung di atas dapat disimpulkan bahwa harga jagung domestik lebih dipengaruhi oleh harga jagung impor. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia dan kurs rupiah. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran jagung di pasar dunia. Kondisi di atas menunjukkan bahwa terdapat transmisi harga pada harga jagung dunia dengan dometsik, dimana harga jagung dunia berpengaruh terhadap harga jagung impor dan harga jagung impor juga berpengaruh terhadap harga jagung domestik. Kondisi ini juga membuktikan bahwa peranan Indonesia dalam perdagangan jagung dunia hanya bertindak sebagai negara kecil atau price taker.

2.2 Landasan Teori

Teori Penawaran, Permintaan dan Harga

Permintaan suatu komoditas pertanian adalah banyaknya komoditas pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen (Rahim dan Hastuti, 2007). Jadi, permintaan komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah komoditas pertanian yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli


(25)

(lembaga-lembaga pemasaran dan konsumen) berdasarkan harga yang sudah ditentukan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak).

Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi, yaitu penawaran dan permintaan. Harga merupakan sinyal kelangkaan (scarcity) suatu sumberdaya yang mengarahkan pelaku ekonomi untuk mengalokasikan sumberdayanya (Sunaryo, 2001). Perpotongan kurva penawaran dengan kurva permintaan suatu komoditi dalam suatu pasar menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana jumlah komoditi yang diminta sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan. Dengan kata lain, keseimbangan harga pasar merupakan hasil interaksi kekuatan penawaran dan permintaan komoditi di pasar (Nicholson, 2002).

Permintaan mempengaruhi harga secara positif, dimana jika permintaan turun maka kuantitas komoditi yang ada di pasar cenderung berlebihan sehingga produsen akan menawarkan komoditinya dengan harga yang lebih rendah. Sedangkan penawaran mempengaruhi harga secara negatif, dimana jika penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun dikarenakan kuantitas komoditi yang ada lebih besar daripada yang diinginkan konsumen (Nicholson, 2002).

Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional menganalisis dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperoleh suatu negara dari pelaksanaan perdagangan internasional tersebut. Pada dasarnya perdagangan internasional bertujuan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar


(26)

penerimaan devisa sebagai penyediaan dana pembangunan bagi negara yang bersangkutan.

Berdagang dengan negara lain kemungkinan dapat memperoleh keuntungan, yakni dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan mungkin dapat menjual keluar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. Perdagangan luar negeri sering timbul karena adanya perbedaan harga barang di berbagai Negara (Noprin, 1990).

Perbedaan dalam jumlah, jenis, kualitas serta cara-cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut di dalam proses produksi. Menjadi pangkal timbulnya perdagangan antar Negara (Noprin, 1990).

Pada umumnya model perdagangan internasional didasarkan pada empat hubungan inti, antara lain sebagai berikut:

1. Hubungan antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relatif.

2. Hubungan antara harga-harga relatif dengan tingkat permintaan.

3. Penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan permintaan relatif dunia.

4. Dampak-dampak atau pengaruh nilai tukar perdagangan (terms of trade), yaitu harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya, terhadap kesejahteraan suatu negara.


(27)

Gambar 1. Skema Perdagangan Internasional

Keterangan gambar:

Kurva 1: Menggambarkan keadaan pasar komoditi X di negara 1 (x1).

Kurva 2: Menggambarkan perdagangan internasional komoditi X negara 1 dan 2 (x).

Kurva 3: Menggambarkan keadaan pasar komoditi X di negara 2 (x2).

Mekanisme perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 1. Negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X (Px/Py) sebesar P1 sebanyak x1, sedangkan negara 2 akan berproduksi

dan berkonsumsi di titik A’ pada harga relatif komoditi X di P3 sebanyak x2.

Setelah hubungan perdagangan berlangsung di antara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berada di antara P1 dan P2. Apabila harga relatif yang berlaku di negara 1 lebih besar dari P1, maka negara 1 akan memasok lebih

banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestiknya. Kelebihan produksi

Px/Py Px/Py Px/Py

Kurva 1

(Negara 1) (Negara 2) Kurva 2 (Negara 3) Kurva 3

S(Ekspor)

D(Impor)

P1

P2

P3 A”

B” C” Dx

Sx Sx

B E

A P3 B’ ’ A’ E’


(28)

tersebut akan diekspor ke negara 2. Di lain pihak, jika harga relatif yang berlaku di negara 2 lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan

permintaan, sehingga tingkat permintaan akan melebihi penawaran domestiknya. Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor komoditi X dari negara 1.

Dampak Impor terhadap harga dan produksi terlihat jelas dari adanya perdagangan internasional, yaitu dimana harga di pasar Internasional yang lebih rendah dari harga domestik yang membuat penawaran menjadi meningkat dan dilakukan lah impor barang dari pasar internasional ke pasar domestik. Dilakukannya impor tidak hanya disebebkan oleh harga yang rendah tetapi dipengaruhi juga oleh produksi, stok dan juga kebutuhan akan barang yang digunakan.

Perbedaan harga bukanlah hanya ditimbulkan oleh karena adanya perbedaan ongkos produksi, tetapi juga karena perbedaan dalam pendapatan serta selera. Selera dapat memainkan peranan penting dalam menentukan permintaan akan sesuatu barang antara berbagai negara. Apabila persediaan suatu barang di satu negara tidak cukup untuk memenuhi permintaan, negara tersebut dapat mengimpor dari negara lain. untuk suatu barang tertentu faktor selera dapat memegang peranan penting. Misalnya, mobil, rokok, pakaian, meskipun suatu negara tertentu telah dapat menghasilkan barang-barang tersebut, namun kemungkinan besar impor dari negara lain dapat terjadi (Noprin, 1990).


(29)

2.3 Kerangka Pemikiran

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kegiatan mengimpor jagung yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini membuat konsumen beralih dari jagung dalam negeri ke jagung impor. Dikarenakan harga jagung impor yang lebih murah dari pada harga jagung dalam negeri.

Permasalahan yang dihadapi dalam mengimpor jagung yakni adanya efek negatif dimana impor jagung diduga akan menurunkan harga jagung lokal dan akhirnya akan menurunkan produksi jagung nasional. Selain itu perlu dilihat apakah kebijakan yang diterapkan pemerintah sudah efektif dalam penanganan impor jagung.

Karena jagung merupakan komoditas pertanian yang memiliki karakter berfluktuatif. Maka produksi dan penawaran jagung memiliki karakter berfluktuatif pula sehingga harga yang terbentuk menjadi fluktuatif. Fluktuasi harga jangka pendek merugikan petani dan konsumen. Fluktuasi harga jangka panjang, jika terjadi penurunan harga jagung dunia, maka akan menguntungkan konsumen tetapi berdampak pada anjloknya harga jagung petani, pendapatan petani dan produksi dalam negeri. Sedangkan peningkatan harga jagung dunia berdampak pada peningkatan harga jagung konsumen dan mengancam ketahanan pangan tetapi meningkatkan pendapatan petani dan produksi dalam negeri.

Dalam penelitian ini akan diuji hipotesa yang menyatakan bahwa harga jagung di tingkat produsen Sumatera Utara akan mengalami perubahan jika dilakukan impor jagung. Hipotesa tersebut akan diuji dengan membuat model regresi. Variabel yang dimasukkan ke dalam model harga beras adalah produksi jagung, stok


(30)

jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya, harga rill jagung pipil domestik Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas.

Pendugaan pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap impor beras dilakukan dengan membentuk model ekonometrika dan melakukan uji estimasi parameter dengan OLS (Ordinary Least Squares). Setelah diduga, model diuji dengan uji-F, uji t-hitung, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.

Dengan demikian, selain resiko produksi yang dihadapi produsen/petani karena komoditas pertanian memiliki karakteristik musiman, mudah rusak dan berat, petani juga mengalami resiko harga yang berfluktuatif. Bagi petani hal ini menjadi suatu masalah, untuk itu diperlukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut.

Pada penelitian ini pembahasan dibatasi pada analisis pengaruh impor jagung pipil terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen dimana faktor lain dianggap sebagai pendukung dalam mendapatkan hasil regresi.


(31)

Dari kerangka pemikiran ini, maka dapat dibuat skema pemikiran sebagai berikut:

Bagan 1. Skema Pemikiran

Keterangan:

pengaruh hubungan

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Bahwa ada pengaruh yang ditimbulkan dari impor jagung terhadap harga ditingkat produsen.

Produksi Jagung

Impor Jagung

Harga Jagung Pipil Ditingkat Produsen

Produksi Lokal

Harga Jagung Pipil Impor


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive di Provinsi Sumatera Utara. Dengan pertimbangan bahwa Sumatera Utara yang merupakan produktivitas jagung terbesar ketiga di Indonesia pada tahun 2011 dan menghasilkan produktivitas sebesar 55,44 Kw/Ha yaitu diatas rata-rata produktivitas jagung di Indonesia sebesar 47,80 Kw/Ha.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Produksi jagung Sumatera Utara, stok jagung pipil, volume impor jagung pipil, harga jagung pipil ditingkat produsen, harga jagung pipil domestik Indonesia, harga jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga pakan ternak unggas. Data yang digunakan adalah data runtut waktu (time series) yang berupa data bulanan mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sumber data yang digunakan berasal dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Di samping itu, penulis juga melakukan studi literature untuk mendapatkan teori yang mendukung penelitian yang diperoleh dari jurnal dan sebagainya.


(33)

Sumber data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber. Data Harga Jagung Impor tahun 2009-2012 bersumber dari Statistik Perdagangan Luar Negeri dan Antar Pulau/Provinsi untuk Ekspor dan Impor Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Data Harga Jagung Impor tahun 2012 bersumber dari Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Data Harga Jagung Sumatera Utara bersumber dari Laporan Tahunan 2010, Dinas Pertanian Sumatera Utara. Data Produksi Jagung Sumatera Utara bersumber dari Analisis Usaha Tani Tanaman Padi, Jagung, Kedelai, dan Tebu Sumatera Utara Tahun 2009, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis penelitian ini adalah uji regresi linear berganda. Dalam penelitian ini digunakan data skunder berupa data bulanan atau tahunan (times series). Data

times series yang dikumpulkan adalah data dalam nilai nominal, namun dalam pengoperasian analisis, data distandarisasi terlebih dahulu dengan mengubah nilai nominal menjadi rill.

Data yang dikumpulkan berupa data nominal, artinya masih ada pengaruh inflasi didalamnya. Untuk itu, data harga jagung diubah kedalam nilai rupiah dengan menggunakan nilai Exchange Rate. Menurut Lipsey,dkk (1984) cara mengkonversi nilai nominal kedalam nilai rill dapat menggunakan rumus:

Nilai Rill = x100%

IHK al NilaiNomin


(34)

Model Ekonometrika

Spesifikasi model meliputi penentuan peubah penjelas yang terkandung dalam model, tanda, dan besar koefisien parameter fungsi dan bentuk matematis model. Spesifikasi model dilakukan untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam bentuk matematika sehingga fenomena ekonomi dapat dieksplorasi secara empiris. Analisis pengaruh volume impor jagung terhadap harga jagung dalam negeri dilakukan dengan membentuk model sebagai berikut:

HJG = a0 + a1 PROt + a2 STKt-1 + a3 VIM t-1 + a4 HJS t-1 + a5 HDI t-1 + a6 HJIt

+ a7KRSt + a8 HPTt

Dimana:

HJGt : Harga jagung pipil produsen Sumatera Utara pada periode bulan ke- t

PRDt : Produksi jagung Sumatera Utara pada periode bulan ke- t

STKt-1 : Stok jagung pipil pada periode sebelumnya

VIMt-1 : Volume impor jagung pipil pada periode sebelumnya

HJSt-1 : Harga jagung pipil produsen Sumatera Utara pada periode sebelumnya

HDIt-1 : Harga jagung domestik Indonesia pada periode sebelumnya

HJIt : Harga jagung impor pada periode bulan ke- t

KRPt : Nilai tukar dollar terhadap rupiah pada periode bulan ke- t

HPTt : Harga pakan ternak unggas pada periode bulan ke- t

Model yang dibentuk harus dinilai kelayakannya baik secara statistik maupun secara ekonometrik. Secara statistik, model dinilai dengan uji-F, uji thitung, serta


(35)

koefisien determinasi (R2). Secara ekonometrik, dilakukan pengujian apakah model yang dibentuk melanggar asumsi dasar seperti multikolinieritas, homoskedastisitas dan autokorelasi.

Uji Statistik terhadap Model

1. Analisis Koefisien determinasi (R-Square)

Penilaian terhadap koefisien deteminasi bertujuan untuk melihat apakan kekuatan variabel bebas untuk mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Semakin banyak variabel bebas yang digunakan maka semakin tinggi pula koefisien deteminasinya (Nachrowi dan Usman,2006).

2. Uji F

Untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel endogen, maka pada model dilakukan uji F. Statistik uji :

F hitung =

) /(

) 1 /(

k n SSE

k SSR

− −

: dengan derajat bebas = (k-1), (n-k)

Dimana:SSR = jumlah kuadrat regresi SSE = jumlah kuadrat error K = jumlah parameter n = jumlah pengamatan

Hipotesis yang digunakan untuk pengujian:

H0 : pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap harga produsen jagung pipil adalah tidak nyata.


(36)

H1 : pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap harga produsen jagung pipil adalah nyata.

Kriteria uji pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ α H0 diterima, artinya variabel bebas secara bersama-samatidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen pada tingkat kepercayaan tertentu.

Jika nilai signifikansi < α H1 diterima, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel endogen pada tingkat kepercayaan tertentu.

2. Uji t

Selain dilakukan uji variabel eksogen secara bersama-sama, dilakukan pula uji parsial (uji t). Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel eksogen yang terdapat dalam model secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel endogen.

Statistik uji: t-hitung = i) ß ( S

i ß

, dengan derajat bebas = n – k

Dimana: ß i = koefisien parameter dugaan S(ßi) = standar deviasi parameter dugaan k = jumlah parameter

n = jumlah pengamatan

Hipotesis uji statistik t adalah sebagai berikut:

H0 = perubahan suatu variabel eksogen secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan variabel endogen.


(37)

H1 = perubahan suatu variabel secara individu berpengaruh nyata terhadap perubahan variabel endogen.

Kriteria uji:

Jika nilai signifikansi ≥ α, H0 diterima, artinya variabel eksogen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya pada taraf nyata a.

Jika nilai signifikansi < α, H1 diterima, artinya variabel eksogen yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya pada taraf nyata a.

Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat dikatakan sebagai model yang baik jikia model memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai apabila memenuhi asumsi klasik.

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas dalam model dapat diidentifikasi dengan melihat nilai tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance berkisar < 1. Jika nilai

tolerance variabel independennya lebih besar dari 1, maka terdapat masalah multikolinieritas. Menurut Gujarati (1995) cara lain dalam mendeteksi multikolinearitas adalah dengan cara melihat koefisiien korelasi sederhana, dimana nilainya tidak boleh lebih dari 0,8.

Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus:

xi R2 1

1

− =

VIFxi

Dimana: R2 Xi = koefisien determinasi dari model dimana Xi adalah fungsi dari variabel lainnya.


(38)

Sebagai tambahan bahwa nilai VIF =

tolerence

1

, dapat dilihat langsung pada

output regresi pada SPSS.

2. Uji Autokorelasi

Persamaan dalam penelitian ini menggunakan data times series yang mengandung

lagged endogenous variable. Pada jenis data seperti itu sering ditemukan masalah autokorelasi, dimana terjadi hubungan error term antar dua pengamatan.

Kasus autokorelasi positif lebih banyak terjadi dari pada autokorelasi negatif. Jika residual dalam persamaan regresi mengandung autokorelasi positif, penggunaan metode kuadrat terkecil menimbulkan beberapa msalah yaitu:

- Kesalahan baku estimasi menilai variabilitas kesalahan menjadi lebih rendah. - Interval keyakinan dan pengujian dengan menggunakan distribusi t dan F

tidak dapat lagi diterapkan secara tepat.

- Kesalahan baku koefisien regresi menilai variabilitas koefisien regresi yang ditaksir terlalu rendah.

Untuk mengetahui adanya gejala autokorelasi pada suatu model regresi yaitu dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Penentuan daerah nilai DW menggunakan nilai kritis dU (nilai batas atas) dan dL (nilai batas bawah) berdasarkan jumlah sampel dan banykanya variabel bebas. Terdapat beberapa standar dalam menentukan keputusan ada tidaknya autokorelasi serta menentukan dimana nilai DW berada adalah sebagai berikut:

a. DW < dL : Terdapat autokorelasi positif b. dL < DW < dU : Tidak dapat disimpulkan c. dU > DW >4-dU : Tidak terdapat autokorelasi


(39)

d. 4-dU < DW < 4dL : Tidak dapat disimpulkan e. DW > 4-dL : Terdapat autokorelasi negatif

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel pengganggu (e) memiliki distribusi normal atau tidaak. Uji normalitas dapat dilihat dari posisi normal sebaran data dengan menggunakan standart deeviasi dari histogram dan juga one sample Kolmogorov Smirnov test .

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional, sebagai berikut:

Definisi

1. Analisis regresi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan bentuk pengaruh antar variabel-variabel.

2. Jagung yang dimaksudkan dalam penelitian adalah jagung pipil yang telah dilepaskan dari tongkol jagungnya dan kemudian dikeringkan.

3. Produksi jagung Sumatera Utara adalah jumlah total produksi jagung di Sumatera Utara yang dinyatakan dalam satuan ton.

4. Volume impor jagung pipil Sumatera Utara adalah jumpah seluruh impor jagung yang dipasarkan di pasar domestik setiap bulan, tidak termasuk impor ilegal, dan dinyatakan dalam satuan ton.


(40)

5. Harga rill jagung domestik Indonesia adalah harga jagung lokal atau domestik setelah dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, dan dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

6. Harga rill jagung di tingkat produsen adalah harga jagung pipil di tingkat produsen setelah dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, dan dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

7. Harga rill jagung pipil impor Sumatera Utara adalah harga CIF jagung Sumatera Utara yang merupakan hasil bagi antara nilai dengan volume impor, dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, dan dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

8. Nilai tukar mata uang (kurs) adalah perbandingan dari perubahan mata uang Amerika terhadap mata uang negara lain dalam konteks ini adalah Indonesia, dinyatakan dalam satuan Rupiah per Dollar Amerika.

9. Harga rill pakan ternak unggas adalah harga pakan ternak unggas setelah dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, dan dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

10. Tarif impor adalah tarif yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap jagung, yakni tarif advalorem, dinyatakan dalam satuan persen.

11. Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya perubahan harga pada tingkat konsumen dari komoditi yang dikonsumsi suatu negara.


(41)

Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013.

2. Penelitian ini menganalisis dampak impor jagung terhadap harga jagung ditingkat produsen di Sumatera Utara mulai tahun 2009-2012 berdasarkan data bulanan.


(42)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARATERISTIK PENELITIAN 4.1 Perkembangan Jagung Sumatera Utara

Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari Lampiran 8. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa Sumatera Utara menempati peringkat 3 sebagai sentra produksi jagung tertinggi setelah provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan dengan produksi jagung di tahun 2012 sebesar 1.347.124 ton dan juga produktivitas tertinggi setelah provinsi Jawa Barat dan Sumatera Barat dengan produktivitas ditahun 2012 sebesar 55,41%.

Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara menunjukan bahwa produksi jagung Sumatera Utara meningkat dari tahun ke tahun walaupun tidak sejalan dengan luas areal produksi yang terus menurun. Peningkatan tinggi terjadi pada tahun 2007 menuju ke tahun 2008 dimana terjadi peningkatan produksi jagung sebesar lebih kurang 300.000 ton.

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara


(43)

Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 1.347.006 ton, naik sebesar 19.238 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2011 akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami penurunan produksi 14.699 ton. Untuk luas lahan areal tanaman jagung tiga tahun terakhir mengalami penurunan tetapi tidak sebanding dengan produktivitas yang semakin meningkat (Badan Ketahanan Pangan, 2012).

Rendahnya produksi jagung dan penurunan luas lahan areal jagung di tingkat petani pada tahun 2010-2011 dimungkinkan ada kaitannya dengan pengunaan varietas, pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung, dan keragaman produktivitas tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan penggunaan benih berserti fikat, teknologi budidaya kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai, ketidaktersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani.

Tetapi dengan berjalannya waktu, petani mulai berfikir maju untuk melakukan usahatani jagung yang baik dan benar yaitu lebih memperhatikan tata cara dalam bertani jagung untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal dan memuaskan. Ini dapat dilihat dari produktivitas jagung dan produksi yang meningkat pada tahun 2012 apabila dibandingkan dengan tahun 2011 walaupun luas lahan yang diusahakan semakin kecil (menurun).


(44)

4.2 Perkembangan Ternak Unggas di Sumatera Utara

Populasi ternak unggas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Data menunjukkan jumlah populasi unggas (baik ayam ras maupun unggas lokal) pada tahun 2012 sebesar 70 juta ekor dan diprediksi akan meningkat setiap tahunnya, sehingga menyebabkan kebutuhan pakan unggas juga akan meningkat juga.

Bila dilihat dari perkembangan populasi per jenis ternak di Sumatera Utara (2011- 2012) dapat dilihat bahwa semua jenis ternak mengalami peningkatan. Dari setiap jenis unggas terjadi peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan yang cukup tinggi terlihat nyata untuk jenis ayam ras (petelur) dan juga ayam ras (pedaging) yang dapat kita simpulkan bahwa permintaan dan konsumsi akan telur dan daging setiap tahun meningkat.

Tabel 5. Perkembangan Jenis Ternak Unggas di Sumatera Utara, 2010-2012

Jenis Unggas 2011 2012

Ayam Ras (Petelur) 8.994.440 12.055.590 Ayam Ras (Pedaging) 40.167.720 42.813.170 Ayam Buras 11.963.680 12.073.420

Itik 2.569.664 2.633.909

Jumlah 63.695.504 66.942.180

Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara 2012

Dapat kita ambil kesimpulan bahwa tiap kebutuhan akan daging unggas serta telur semakin meningkat. Dimana masyarakat mulai memikirkan kebutuhan makanan mereka termasuk dalam pemenuhan protein hewani dari daging dan juga telur.


(45)

4.3 Konsumsi Jagung di Sumatera Utara

Permintaan pakan terus mengalami peningkatan. Pesatnya perkembangan usaha perunggasan di Indonesia merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya permintaan jagung domestik, sehingga Indonesia saat ini menjadi negara pengimpor jagung dalam volume cukup besar. Impor yang dilakukan pemerintah Indonesia berdampak negatif terhadap usahatani jagung yang dilakukan di Sumatera, dimana dengan masuknya jagung impor membuat para petani merugi sebab konsumen lebih memilih jagung impor dengan kualitas yang baik serta harga yang relatif lebih murah.

Tabel 6. Konsumsi Jagung di Sumatera Utara tahun 2003-2012

Tahun Konsumsi Jagung Sumatera Utara (Ton)

2003 750.000 2004 780.000 2005 858.000 2006 760.000 2007 780.000 2008 790.098 2009 801.891 2010 755.717 2011 982.731 2012 1.046.816 Sumber: Badan Katahanan Pangan Sumatera Utara

Pada tabel 6 dapat kita lihat bahwa konsumsi jagung di Sumatera Utara tiap tahunnya semakin meningkat secara fluktuatif. Konsumsi jagung terbagi tiga yaitu untuk industri pakan ternak, industri pangan dan juga konsumsi rumah tangga. Hal ini dapat diselaraskan dengan perkembangan jumlah ternak unggas. Konsumsi terbanyak terdapat pada industri pakan ternak yang mana sesuai dengan perkembangan jumlah ternak unggas yang meningkat.


(46)

Permintaan jagung di Sumatera Utara baik di tingkat rumah tangga maupun industri menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Hampir dari 80 persen produksi jagung pipil pada saat sekarang digunakan oleh industri pakan ternak. Industri pakan ternak inilah sebagai konsumen jagung pipil di Sumatera Utara yang mana jumlah industri dan juga jumlah output industri pakan setiap tahunnya meningkat.

Tabel 7. Jumlah Produksi Pakan Ternak Unggas Sumatera Utara tahun 2011

No Perusahaan

Ayam Petelur

Ayam

Pedaging Bredder Puyuh

Ayam

Buras Itik 1 PT. IndoJaya Agrinusa 40487,42 105392,94 16797,52 1760,32 1081,66

2 PT Cargill Indonesia 0 0 0 0 0

3 PT. Golf Coin 49120,29 20238,43 4658,55 187,93 2022,83

4 PT. Mabar Feed 61705 47195 13949 37 463

5 PT. Feedmill Indonesia 7639,26 47705 6023,1 739,7 2096,5 6 PT. C. Pokphan Indonesia 92248 99364 0 199 1074

7 PT. Growth Pakanindo

8 PT. Kim Star Pakanindo

Total 251199,97 319896,27 41428,17 297795 4252,16 2485,83 Sumber : Statistik Peternakan, 2011

Peningkatan kebutuhan dan juga konsumsi jagung pipil untuk pakan ternak berbanding lurus denga produksi dari industri pakan ternak berbahan baku jagung pipil. Tahun 2011 hampir 65 persen konsumsi jagung pipil Sumatera utara digunakan untuk Industri pakn ternak unggas. Dari data statistik pertanian 2011, 5 dari 8 perusahaan industri pakan menghasilkan 622.204,35 ton pakan ternak dengan jagung pipil sebagai bahan utama produknya. Hal tersebut ada kaitannya dengan peningkatan populasi ternak unggas sebagai konsumen pakan ternak unggas dan juga berhubungan dengan meningkatnya permintaan dan konsumsi akan daging dan telur unggas.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Perkembangan Impor Jagung di Sumatera Utara

Permintaan jagung untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan bahan baku pakan semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Sementara itu, produksi jagung nasional masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menutup kekurangan yang jumpahnya cukup besar, maka Indonesia melakukan impor jagung dari negara lain yang kecenderungannya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Jika impor jagung semakin besar, maka akan memboroskan cadangan devisa Indonesia yang jumlahnya sangat terbatas. Selain itu tidak terkendalinya impor jagung dapat mematikan petani jagung Indonesia, karena usahatani jagung indonesia yang tradisional harus menghadapi usahatani jagung negara maju.

Sumatera Utara selain berperan sebagai daerah pengimpor jagung dunia juga berperan sebagai daerah pengekspor jagung. Perkembangan volume ekspor dan impor jagung Sumatera Utara pada periode tahun 2003-2012 berfluktuasi. Peningkatan volume impor jagung setelah tahun 2009 cukup signifikan sebagai akibat dari tingginya permintaan jagung untuk industri pakan.


(48)

Tabel 7. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Tahun 2003-2012 di Sumatera Utara

Tahun Ekspor (Ton) Impor (Ton)

2003 930,375 149.477,531

2004 2.846,095 138.951,065

2005 354,000 15.534,457

2006 225,000 145.215,395

2007 5.273,153 55.064,975

2008 314,476 40.519,017

2009 179,479 102.475,113

2010 212,705 100.846,810

2011 416,631 305.818,856

2012 386,000 217.083,050

Sumber : Badan Pusat Statistik, Sumatera Utara

Kebijakan pemerintah dalam hal impor jagung ini adalah dengan adanya tarif impor. Pengenaan tarif impor atas komoditi jagung bertujuan untuk melindungi petani jagung dalam negeri. Selama tahun 1974 – 1979 besarnya tarif impor yang diberlakukan adalah sebesar lima persen, kemudian ditingkatkan menjadi 10 persen pada tahun 1980-1993. Tarif impor kembali diturunkan menjadi lima persen pada tahun 1994 hingga saat ini, bahkan penurunannya mencapai nol persen ketika kondisi pertanian jagung di Indonesia tidak sedang dalam musim panen. Pemenuhan jagung sebagai bahan baku industri pakan dan industri olahan berbasis jagung sepenuhnya dipenuhi dari impor. Kebijakan pengenaan tarif impor dan bentuk-bentuk proteksi lainnya tidak akan efektif mempengaruhi kesejahteraan petani jagung di dalam negeri sebelum sistem produksi jagung nasional dapat bersaing secara efisien (Rachman, 2003).

Keputusan terbaru mengenai besarnya tarif impor jagung telah ditetapkan berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor 600/PMK.010/2004 tanggal 23 Desember 2004 dinyatakan bahwa tarif impor jagung meningkat dari nol persen menjadi lima


(49)

persen. Kemudian tidak hanya impor jagung yang dikenakan tarif impor tetapi juga impor pakan dikenakan tarif impor meski hanya sebesar nol persen. Pati jagung sebagai produk olahan industri berbasis jagung yang juga harus bersaing dengan produk impor yang harganya relatif lebih murah turut serta dilindungi pemerintah. Hal ini ditetapkan berdasarkan Permenkeu Nomor 108/PMK.010/2005 bahwa impor pati jagung dikenakan tarif sebesar 10 persen tetapi dengan tingkat tarif impor yang dinilai cukup harmonis tersebut ternyata belum mampu meningkatkan daya saing industri pengolahan jagung (Departemen Perindustrian, 2007).

Melihat perkembangan impor jagung sebagai bahan baku pakan semakin meningkat karena kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan belum seluruhnya dapat dipenuhi dari jagung lokal, maka pelaksanaan impor bahan baku tersebut perlu dilakukan pengawasan secara ketat oleh pemerintah. Salah satu tujuan pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi para pihak baik aparatur maupun Badan Usaha yang melakukan kegiatan importasi bahan baku pakan, yaitu perusahaan importir dan perusahaan pakan, serta dalam upaya pembinaan dan pengawasan dengan tujuan agar bahan baku pakan yang diimpor dapat dijamin mutu dan aman dari media penyakit hewan menular, sebab bahan baku pakan dapat menjadi agent penyakit hewan menular. Pengawasan ini dilakukan melalui pemberian Surat Keterangan Bahan Baku Impor (Departemen Pertanian, 2002).

5.1.2 Hasil Analisis Pengaruh Impor terhadap Harga

Penelitian mengenai analisis pengaruh impor komoditi jagung pipil terhadap harga ditingkat produsen Sumatera Utara dilaksanakan dengan mengumpulkan data-data yang mempengaruhi harga produsen jagung domestik Sumatera Utara dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Adapun hal ingin diteliti adalah bagaimana


(50)

pengaruh volume impor jagung yang dilakukan pemerintah terhadap harga produsen atau petani dan pengaruh-pengaruh lainnya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Harga

Harga produsen jagung pipil di Sumatera Utara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu produksi jagung, stok jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya, harga rill jagung pipil domestik Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas dikalikan dengan Indeks Harga Konsumen. Hasil analisis fakor-faktor pembentukan harga produsen jagung Sumatera Utara dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 9 . Model Summary Regresi

Model R

R Square

Adjusted R Square

1 0,839 0,704 0,628

Sumber : Lampiran

Pada tabel dapat dilihat nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,839 yang menunjukkan hubungan yang kuat antar variabel. Koefisien determinasi (R2) dari model harga rill jagung di tingkat produsen Sumatera Utara sebesar 0,704, yang berarti 70,4 persen keragaman harga rill jagung pipil di tingkat produsen Sumatear Utara dapat diterangkan oleh variabel- variabel eksogen di dalam model yaitu produksi jagung, stok jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya, harga rill jagung pipil domestik Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs


(51)

rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas. Sedangkan sisanya sebesar 29,6 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model.

Tabel 10.Analisis Regresi Faktor-faktor pembentukan Harga Produsen Jagung Pipil

Penduga Koefisien

Regresi Sig t

Konstanta 983494,418 0,226

Produksi jagung -1,068 0,053

Stok periode sebelumnya -0,653 0,210

Volume impor sebelumnya -2,495 0,328

Harga rill jagung sebelumnya 0,429 0,005

Harga jagung Indonesia sebelumnya -0,523 0,048

Harga rilll impor 0,797 0,005

Kurs 68,093 0,283

Harga rill pakan ternak unggas 0,041 0,459

Sumber : Lampiran Output SPSS

Model yang dirumuskan dalam upaya menerangkan pengaruh volume impor jagung pipil terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara adalah model regresi berganda, dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Model hasil dugaan diperoleh sebagai berikut:

HJG = 983494,418 – 1,068 PRO – 0,653 STK – 2,495 VIM + 0,429 HJS - 0,523 HDI + 0,797 HJI + 68,093 KRS + 0,041 HPT

Dari persamaan tersebut diperoleh konstanta sebesar 983494,418, nilai ini menunjukkan bahwa harga pada bulan desember tahun 2012 sebesar 983494,418 rupiah per ton apabila tidak dipengaruhi oleh produksi jagung, stok jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya, harga rill jagung pipil domestik


(52)

Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas.

Untuk koefisien dugaan variabel jumlah produksi jagung adalah sebesar -1,068, artinya hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara pada saat sekarang akan turun sebesar 1,068 rupiah untuk setiap kenaikan jumlah produksi jagung.

Koefisien dugaan variabel jumlah stok jagung pipil periode sebelumnya adalah sebesar -0,653, artinya hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara pada saat sekarang akan turun sebesar 0,653 rupiah untuk setiap kenaikan jumlah stok jagung periode sebelumnya sebesar satu ton.

Untuk volume impor jagung pipil periode sebelumnya diperoleh koefisien -2,495, hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara pada saat sekarang akan turun sebesar 2,495 rupiah untuk setiap kenaikan jumlah volume impor jagung pipil periode sebelumnya sebesar satu ton.

Untuk koefisien dugaan variabel harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya diperoleh koefisien 0,429, yang berarti jika terjadi peningkatan harga rill jagung pipil ditingkat produsen sebesar satu rupiah per ton akan menyebabkan peningkatan harga rill jagung pipil ditingkat produsen sebesar 0,429 rupiah per ton di periode yang akan datang, sebaliknya apabila terjadi penurunan harga rill jagung di tingkat produsen periode sebelumnya sebesar satu rupiah per ton akan mengakibatkan harga rill jagung pipil di tingkat produsen turun sebesar 0,429 rupiah per ton.


(53)

Untuk harga jagung domestik Indonesia periode sebelumnya diperoleh koefisien -0,523, hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen pada saat sekarang akan turun sebesar 0,523 rupiah setiap kenaikan harga jagung pipil domestik Indonesia pada periode sebelumnya.

Koefisien dugaan variabel harga rill jagung pipil impor adalah sebesar 0,797, artinya jika terjadi peningkatan harga rill jagung pipil impor sebesar satu rupiah per ton akan menyebabkan peningkatan harga rill jagung pipil ditingkat produsen sebesar 0,797 rupiah per ton.

Untuk kurs rupiah diperoleh nilai koefisien 68,093, hal ini menunjukkan bahwa harga rill jagung pipil ditingkat produsen akan naik sebesar 68,093 rupiah untuk setiap kenaikan kurs rupiah di Indonesia dimana faktor lain dianggap konstan.

Untuk harga pakan ternak unggas diperoleh koefisien 0,041, hal ini menunjukkan bahwa harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara akan naik sebesar 0,041 rupiah setiap kenaikan harga pakan ternak unggas di Sumatera Utara, dimana faktor lain dianggap konstan.

Dari persamaan tersebut dilakukan uji asumsi sebagai berikut:

1. Uji Statistik F

Tabel 11. Anova Hasil Regresi

Model

Sum of Squares df Mean Square

F Sig.

1 Regression 1,71101E12 8 2,14E11 9,228 0,000 Residual 7,1848E11 31 2,32E10

Total 2,42949E12 39


(54)

Dari tabel diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil

dibandingkan dengan α sebesar 0,1 (10 %). Dengan demikian H0 ditolak, H1

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh yang nyata terhadap harga jagung di Sumatera Utara.

2. Uji Statistik t

Dari tabel diperoleh nilai signifikan t:

• Jumlah produksi (PRO) sebesar 0,053 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan

α sebesar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini

menunjukkan jumlah produksi (PRO) berpengaruh nyata terhadap harga jagung di tingkat produsen Sumatera Utara.

• Jumlah stok periode sebelumnya (STK) sebesar 0,210 yaitu yaitu lebih besar

dari nilai α dengan besar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 diterima, H1

ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh jumlah stok periode sebelumnya terhadap (STK) harga rill jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara tidak nyata.

• Volume impor jagung pipil periode sebelumnya (VIM) sebesar 0,328 yaitu yaitu yaitu lebih besar dari nilai α dengan besar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 diterima, H1 ditolak. Hal ini menunjukkan volume impor jagung pipil periode sebelumnya (VIM) terhadap harga rill jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara tidak nyata.

• Harga rill jagung pipil di tingkat produsen periode sebelumya (HJS) sebesar 0,005 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,1 (10%). Dengan


(55)

demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini menunjukkan Harga rill jagung pipil di tingkat produsen periode sebelumnya (HJS) berpengaruh nyata terhadap harga jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara.

• Harga rill jagung pipil domestik Indonesia periode sebelumnya (HDI) sebesar

0,048 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,1 (10%). Dengan

demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini menunjukkan Harga rill jagung pipil domestik Indonesia periode sebelumnya (HDI) berpengaruh nyata terhadap harga jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara.

• Harga rill jagung pipil impor (HJI) sebesar 0,005 yaitu lebih kecil

dibandingkan dengan α sebesar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 ditolak, H1

diterima. Hal ini menunjukkan Harga rill jagung pipil impor (HJI) berpengaruh nyata terhadap harga jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara.

• Kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar 0,283 yaitu lebih besar

dari nilai α dengan besar 0,1 (10%). Dengan demikian H0 diterima, H1 ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh kurs dollar terhadap rupiah dalam model pembentukan harga jagung di tingkat produsen Sumatear Utara tidak nyata.

• Harga rill pakan ternak unggas Sumatera Utara sebesar 0,459 yaitu lebih


(56)

ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh Harga pakan ternak unggas Sumatera Utara terhadap harga jagung di tingkat produsen Sumatear Utara tidak nyata.

Uji Asumsi Klasik

1. Multikolinearitas

Multikolinieritas dalam model dapat diidentifikasi dengan melihat nilai tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance independennya lebih besar dari 1, atau nilai VIF sama dengan 1 dibagi dengan niali tolerance, maka terdapat masalah multikolinieritas. Dengan berpedoman padahasil output regresi dengan tabel , terlihat bahwa ternyata nilai tolerance dari kedelapan variabel (produksi jagung, stok jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya, harga rill jagung pipil domestik Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas), lebih kecil dari 1 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas di dalam model dugaan.

Tabel 12. Nilai tolerance dan VIF dalam uji Multikolinearitas

Model Tolerance VIF

1 (Constant)

produksi jagung 0,775 1,290

stok periode sebelumnya 0,560 1,784 volume impor sebelumnya 0,544 1,838 harga rill jagung sebelumnya 0,446 2,243 harga jagung Indonesia sebelumnya 0,129 7,779

harga rilll impor 0,122 8,189

Kurs 0,255 3,927

harga rill pakan ternak unggas 0,369 2,712 Sumber : Lampiran Output SPSS


(57)

Menurut Gujarati (1995) cara lain dalam pengujian multikolinearitas adalah dengan cara melihat nilai koefisien korelasi sederhana dimana angkanya tidak boleh mencapai atau melebihi 0,8. Untuk hasil yang didapatkan pada (lampiran) tidak terdapat koefisien korelasi yang melebihi 0,8.

2. Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada waktu lain. uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai durbin watson (DW). Berdasarkan hasil regresi (lampiran) diperoleh DW sebesar 1,653. Untuk melihat apakah dalam model regresi tersebut terjadi autokorelasi atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai DW dengan dU (nilai batas atas) dan dL (nilai batas bawah). Penentuan nilai dU dan dL berdasarkan jumlah sampel dan jumlah variabel bebas yang digunakan dalam model regresi. Dalam model regresi terdapat 40 sampel data dan 8 variabel bebas.

Dengan melihat tabel durbin watson (DW) didapat nilai batas atas (dU) 1,799 dan

batas bawah (dL) 0,844 dimana nilai DW 1,653. Dapat disimpulkan bahwa dU > DW > 4-dU yang berarti tidak terjadi autokorelasi.

3. Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel pengganggu (e) memiliki distribusi normal atau tidaak. Uji normalitas dapat dilihat dari posisi normal sebaran data dengan menggunakan standart deeviasi dari histogram dan juga one sample Kolmogorov Smirnov test . dari lampiran didapatkan bahwa hasil test kolmogorov terdistribusi normal.


(58)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang didapat melalui model harga jagung yang terbentuk, diketahui bahwa adanya impor jagung pipil mempengaruhi harga jagung jagung pipil di tingkat Produsen. Dapat kita katakan pengaruh yang diberikan adalah buruk, dimana harga jagung produsen di ratakan dengan harga jagung impor tanpa memperhatikan kerugian yang didapat produsen dari biaya-biaya usahatani yang dikeluarkan produsen. Penurunan harga jagung tersebut menyebabkan keuntungan yang didapat dari usahatani jagung menurun. Penurunan keuntungan tersebut dalam jangka panjang dapat menyebabkan petani meninggalkan usahatani padi sehingga produksi jagung dikhawatirkan semakin menurun. Karena itu, diusahakan agar impor jagung tidak terlalu besar dengan menerapkan kebijakan perdagangan yang akan menurunkan impor jagung.

Pada model dugaan harga jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara, ternyata diketahui bahwa variabel volume impor jagung pipil periode sebelumnya secara tidak nyata mempengaruhi harga beras domestik dengan taraf kepercayaan 90 persen, bertolak belakang dengan harga impor jagung pipil yang berpengaruh nyata terhadap harga di tingkat produsen. Hal ini dikarenakan dalam melakukan impor pertama sekali konsumen akan memperhatikan harga di pasaran, sehingga dapat disimpulkan harga impor jagung pipil mempunyai hubungan dengan harga jagung pipil tingkat produsen Sumatera Utara.

Dalam penentuan volume impor jagung pipil sendiri bergantung pada harga impor jagung pipil di pasar, dimana semakin murah harga jagung pipil impor maka


(59)

semakin banyak permintaan akan jagung pipil tersebut yang berujung pada peningkatan volume impor.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang menerima hampir setiap bulannya jagung impor dari para negara ekportir. Perkembangan industri peternakan yang bersamaan dengan perkembangan industri pakan ternak merupakan salah satu faktor dimana semakin meningkatnya permintaan akan jagung pipil impor. Dapat dikatakan industri-industri inilah faktor utama masuknya jagung pipil impor yang digunakan sebagai bahan utama industri mereka. Para konsumen dalam hal ini pengusaha lebih memilih jagung pipil impor karena harga yang relatif lebih murah, kualitas terjamin sebab telah teruji mutunya sehingga dapat diperdagangkan di pasar Internasional serta lebih mudah didapatkan karena untuk jagung impor sendiri memiliki badan logistik penyimpanan. Sedangkan untuk jagung lokal sendiri mutu kualitasnya tidak dapat disamakan dengan jagung impor, serta dalam mendapatkannya konsumen harus sabar dalam pengumpulan jagung pipil itu sendiri.

Ini merupakan masalah bagi petani di Sumatera Utara sendiri, dimana kita ketahui untuk produksi dan produktivitas tanaman jagung beberapa tahun belakangan ini mengalami peningkatan, tetapi peningkatan produksi yang ada tidak bersamaan dengan peningkatan konsumsi atau permintaan jagung pipil lokal.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Dalam pembentukan harga jagung pipil ditingkat produsen Sumatera Utara ternyata dipengaruhi secara serempak oleh faktor-faktor produksi jagung, stok jagung pipil periode sebelumnya, volume impor jagung pipil periode sebelumnya, harga rill jagung pipil produsen periode sebelumnya, harga rill jagung pipil domestik Indonesia, harga rill jagung pipil impor, kurs rupiah terhadap dollar dan harga rill pakan ternak unggas dan juga berpengaruh nyata secara individual terhadap harga jagung pipil ditingkat produsen kecuali stok periode sebelumnya, volume impor periode sebelumnya, kurs, dan harga rill pakan ternak unggas yang tidak nyata.

2. Pada model dugaan harga jagung pipil di tingkat produsen Sumatera Utara, ternyata diketahui bahwa variabel volume impor jagung pipil periode sebelumnya secara tidak nyata mempengaruhi harga beras domestik dengan taraf kepercayaan 90 persen, bertolak belakang dengan harga impor jagung pipil yang berpengaruh nyata terhadap harga di tingkat produsen. Hal ini dikarenakan dalam melakukan impor pertama sekali konsumen akan memperhatikan harga di pasaran, sehingga dapat disimpulkan harga impor jagung pipil mempunyai hubungan dengan harga jagung pipil tingkat produsen Sumatera Utara.


(61)

6.2 Saran

1. Saran untuk petani sebaiknya melakukan peningkatan hasil produksi dan kualitas dari usahatani jagung, misalnya dengan penggunaan bibit yang berkualitas dan terstandarisasi, pengelolaan lahan yang lebih baik sehingga dengan lahan yang luasnya semakin sedikit tapi hasil produksi dan produktivitasnya semakin meningkat.

2. Saran untuk pemerintah dalam usaha meningkatkan produksi jagung, stategi yang dapat dilakukan adalah melalui program peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Pemerintah sebaiknya melakukan kebijakan perbenihan dengan cara penataan kembali sistem perbenihan, peningkatan efisiensi sistem produksi benih, dan sosialisasi varietas unggul baru secara intensif kepada petani, agar kualitas jagung yang didapat dapat diterima untuk digunakan di industri.

3. Untuk peneliti berikutnya, sebaiknya dilakukan bagaimana pengaruh tentang tarif impor jagung pipil yang terjadi di Indonesia dan Sumatera Utara.


(1)

Lampiran 1. Produksi Jagung Sumatera Utara (Ton)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 109044 103855 183689 195215

Februari 65268 136048 107697 113995

Maret 65125 148778 100738 78505

April 37734 110940 84958 93322

Mei 74067 115988 86529 84871

Juni 172189 109579 143157 122295

Juli 0 104585 153835 181989

Agustus 128284 131030 98481 147374

September 17602 152199 111769 80333

Oktober 0 102490 69927 67528

November 257159 83973 73459 60790

Desember 57131 84515 113527 120788

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 2. Harga jagung Pipil Produsen Sumatera Utara (Rp/Kg)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 2493 2793 2614 2650

Februari 2463 2770 2420 2467

Maret 2458 2653 3146 2407

April 2396 2652 3113 2775

Mei 2582 2653 3093 2690

Juni 2617 2615 2726 3076

Juli 2641 2588 2794 2646

Agustus 2388 2495 2917 2615

September 2299 2555 3117 2625

Oktober 2495 2565 2975 3075

November 2377 2565 2893 2963

Desember 2026 2663 2215 2959


(2)

Lampiran 3.Harga Jagung Pipil Produsen dalam nilai Rill (Rp/Kg)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 2191,07 2366,75 2069,84 1650,11

Februari 2160,15 2340,32 1913,65 1674,56

Maret 2151,05 2244,69 2495,83 1428,46

April 2103,23 2217,62 2493,24 1487,21

Mei 2265,51 2234,86 2458,47 1819,5

Juni 2293,6 2181,71 2154,94 1637,3

Juli 2304,34 2125,84 2193,95 1546,26

Agustus 2072,02 2033,91 2269,33 1645,25

September 1991,17 2073,7 2418,34 1952,4

Oktober 2138,33 2080,46 2310,86 2283,36

November 2037,72 2068,05 2239,51 2198,72

Desember 1731,18 2127,51 1705,03 2183,93

Lampiran 4. Indeks Harga Konsumen di Indonesia

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 113.78 118.01 126.29 130.9

Februari 114.02 118.36 126.46 130.96

Maret 114.27 118.19 126.05 131.05

April 113.92 118.37 125.66 131.32

Mei 113.97 118.71 125.81 131.41

Juni 114.1 119.86 126.5 132.23

Juli 114.61 121.74 127.35 133.16

Agustus 115.25 122.67 128.54 134.43

September 115.46 123.21 128.89 134.45

Oktober 116.68 123.29 128.74 134.67

November 116.65 124.03 129.18 134.76

Desember 117.03 125.17 129.91 135.49


(3)

Lampiran 5. Kurs Dollar terhadap Rupiah (US$/Rp)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 11223,10 9321,95 9082,38 9154,76

Februari 11912,15 9395,10 8957,11 9070,81

Maret 11908,8 9219,68 8805,47 9211,28

April 11080,25 9072,33 8694,3 9221,5

Mei 10444,65 9229,25 8598,8 9336,57

Juni 9811,60 9149 8607 9498,14

Juli 10161,86 9094,45 8576,19 9503,59

Agustus 10027,5 9016,76 8574,78 9547,15

September 9950,38 9020,84 8809,45 9614,25

Oktober 9530 8972,90 8939,66 9644,28

November 9517,2 8983,28 9060,22 9675,95

Desember 9504,85 9067,61 9133,76 9693,94

Sumber: Bank Indonesia

Lampiran 6. Harga Jagung Domestik Indonesia (Rp/Kg)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 3919 3977 4532 5018

Februari 3876 3937 4621 5074

Maret 3813 4047 4728 5069

April 3826 4078 4814 5186

Mei 3780 4353 4970 5186

Juni 3779 4219 4947 5226

Juli 3783 4109 4913 5306

Agustus 3889 4223 4950 5338

September 3927 4377 5002 5402

Oktober 3954 4402 5016 5488

November 3964 4369 5049 5521

Desember 3903 4372 5075 5525

Sumber: Kementrian Perdagangan Indonesia

Lampiran 11. Tabel Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Jagung Seluruh Provinsi


(4)

Provinsi Jenis Tanaman Tahun Panen(Ha) Luas Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)

Aceh Jagung 2012 43675.00 38.30 167285.00

Sumatera Utara Jagung 2012 243098.00 55.41 1347124.00 Sumatera barat Jagung 2012 75657.00 65.49 495497.00

Riau Jagung 2012 13284.00 23.66 31433.00

Jambi Jagung 2012 6587.00 38.82 25571.00

Sumatera Selatan Jagung 2012 28617.00 39.46 112917.00

Bengkulu Jagung 2012 22653.00 45.81 103771.00

Lampung Jagung 2012 360264.00 48.86 1760275.00

Bangka Belitung Jagung 2012 268.00 36.08 967.00

Kepulauan Riau Jagung 2012 390.00 21.77 849.00

DKI Jakarta Jagung 2012 3.00 20.00 6.00

Jawa Barat Jagung 2012 148601.00 69.22 1028653.00

Jawa Tengah Jagung 2012 553372.00 54.97 3041630.00 DI Yogyakarta Jagung 2012 73766.00 45.63 336608.00 Jawa Timur Jagung 2012 1232523.00 51.08 6295301.00

Banten Jagung 2012 3074.00 31.94 9819.00

Bali Jagung 2012 21008.00 29.45 61873.00

Nusa Tenggara Barat Jagung 2012 117030.00 54.92 642674.00 Nusa Tenggara Timur Jagung 2012 245323.00 25.66 629386.00 Kalimantan Barat Jagung 2012 44642.00 38.11 170123.00 Kalimantan Tengah Jagung 2012 2752.00 28.88 7947.00 Kalimantan Selatan Jagung 2012 21723.00 51.59 112066.00 Kalimantan Timur Jagung 2012 4104.00 24.22 9940.00 Sulawesi Utara Jagung 2012 120272.00 36.61 440308.00 Sulawesi Tengah Jagung 2012 37418.00 37.86 141649.00 Sulawesi Selatan Jagung 2012 325329.00 46.58 1515329.00 Sulawesi Tenggara Jagung 2012 30884.00 25.40 78447.00

Gorontalo Jagung 2012 135543.00 47.57 644754.00

Sulawesi Barat Jagung 2012 25141.00 48.75 122554.00

Maluku Jagung 2012 4768.00 38.34 18281.00

Maluku Utara Jagung 2012 11074.00 23.07 25543.00

Papua Barat Jagung 2012 1199.00 17.09 2049.00

Papua Jagung 2012 3553.00 17.99 6393.00

Sumber :


(5)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 3444.36 3370.05 3588.56 3833.46

Februari 3399.40 3326.29 3654.11 3874.46

Maret 3336.83 3424.14 3750.89 3867.98

April 3358.49 3445.12 3830.97 3949.13

Mei 3316.66 3666.91 3950.40 3946.42

Juni 3312.00 3519.93 3910.67 3952.20

Juli 3301.63 3375.22 3857.87 3984.68

Agustus 3374.40 3442.56 3850.94 3970.83

September 3401.17 3552.47 3880.82 4017.82

Oktober 3388.75 3570.44 3896.22 4075.14

November 3398.19 3522.53 3908.49 4096.91

Desember 3335.04 3492.84 3906.55 4077.79

Lampiran 8. Harga Rill Jagung Impor (Rp/Kg)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 1582,88 0 1927,31 1944,23

Februari 1414,66 1789,46 1697,77 1841,02

Maret 1475,45 1788,65 2059,5 0

April 1480,86 1795,22 2252,11 1949,44

Mei 1624,11 1833,88 2305,86 2001,37

Juni 1658,19 1814,62 2320,16 1951,15

Juli 1573,16 1777,56 2314,88 1996,09

Agustus 1783,08 1761,64 2312,12 1899,13

September 1611,81 0 2318,26 2113,8

Oktober 1579,53 0 2292,99 2144,5

November 1634,8 2041,44 2112,56 2154,94

Desember 1691,02 2018,06 1984,45 2080,6


(6)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 3200 5450 4500 5500

Februari 3200 5450 5500 5700

Maret 3200 5450 5500 5700

April 4000 5450 5500 5700

Mei 3200 4000 5500 6000

Juni 3200 5450 4750 6000

Juli 3200 5000 5500 6000

Agustus 3200 5775 5500 6200

September 3200 5775 5500 6200

Oktober 3200 5775 5500 6200

November 3200 5775 5500 6200

Desember 3200 5775 5500 6400

Lampiran 10. Harga Rill Pakan Ternak Unggas (Rp/Kg)

Tahun/Bulan 2009 2010 2011 2012

Januari 2812,44 4618,25 3563,22 4201,56

Februari 2806,52 4604,59 4349,2 4352,47

Maret 2800,38 4611,21 4363,34 4349,48

April 3511,23 4604,2 4376,89 4340,54

Mei 2807,75 3369,55 4371,67 4565,86

Juni 2804,55 4546,97 3754,94 4537,54

Juli 2792,07 4107,11 4318,8 4505,85

Agustus 2776,57 4707,75 4278,82 4612,06

September 2771,52 4687,11 4267,2 4611,37

Oktober 2742,54 4684,07 4272,17 4603,84

November 2743,24 4656,13 4257,62 4600,77