Analisis Framing Berita Pembunuhan Engeline di Viva.co.id

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Lampiran I
Tim Manajemen dan Redaksi viva.co.id

Chief Executive Officer

A. Ardiansyah Bakrie

Chief Business Development Officer

R. Bismarka Kurniawan

Chief Finance & Human Capital Officer

Santana Muharam


Editor in Chief

Maryadi
Umi Kalsum

Redaktur Pelaksana
Renne A. Kawilarang
Arinto Tri Wibowo
Arfi Bambani Amri
Edwan Ruriansyah
Kepala Kompartemen
Antique
Maya Sofia Puspitasari
Asep Ahmad Fauzi
Koordinator Liputan Jakarta

M. Eko Priliawito

Koordinator Liputan Daerah


Hadi Suprapto
Aries Setiawan
Lutfi Dwi Pujiastuti
Beno Junianto
Zaky Alyamani
Toto Pribadi

Redaktur

Finalia Kodrati
Dedy Priatmojo
Siti Ruqoyah
Siti Nur Aisyah Dewi
Rendra Saputra
Sitio Sarifah Aliah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


Adrianus Berthus Mandey
Ricky Dastu Anderson
Mustakim
Irfan Laskito
Krisna Wicaksono
Harry Siswoyo
Syahdan Nurdin
Daurina Lestari
Rochmawati
Endah Lismartini
Moh. Arief Hidayat
Suryanta Bakti Susila
Amal Nur Ngazis
Asisten Redaktur

Ni Made Kumara Santi Dewi
Syahrul Syaifuddin
Nila Chrisna
Kusuma


Yulika

Putri

Bayu Adi Wicaksono
Deta Ardian
Setyo Andi Saputro
Video Editor
Marito Dilisaputra
Kurnen Permana Putra
Luzman Rifqi Karami
Muchammad Syuhada
Anry Dhanniary
Reporter
R. Jihad Akbar
Tasya Paramitha
Herdi Muhardi

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Shalli Syartiqa
Arie Dwi Budiwati
Taufik Rahadian
Eka Permadhi
Satria Permana
Aditya Putra Perdana
Fajar Ginanjar Mukti
Rizki Aulia Rahman
Muhammad Wirawan Kusuma
Agus Tri Haryanto
Romys Binekasari
Muhammad Indra Nugraha
Al Amin
M. Fikri Halim
Syaefullah
Linda Sari
Ichsan Suhendra
Reza Fajri

Agus Rahmat
Ade Alfath Azmi
Bayu Januar Nugraha
Dian Tami Kosasih
Fery Gom-gom Hendiray S.
Mitra Angelia
Moh. Nadlir
Nuvola Gloria
Irwandi
Anwar Sadat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Rebecca Reifi Georgina Derru
Mohammad Iqbal
Foe
Peace
Simbolon


Mayden

Day

Kholisatussusur
Danar Dono
Rintan Puspita Sari
Ahmad Rizaluddin
Muhammad Solihin
Fotografer
Ikhwan Yanuar
Anhar Rizki Affandi
Tri Jaya Daru
Adri Prastowo Elfi
Fitri Rachmawati
Web Design
David R. Rorimpandey
Andri Daud Halomoan Arifin
Firman Nabawi

Ferri Damayanti
Sekretaris Redaksi
Ulfa Lestari
Rizal Maulana
Dian Lestari Ningsih
Viva Blog & Forum

Sumiyati
M. Eko Nugroho
Agus Adhari
Syahdan Nurdin

Citizen Journalism

R.R Sintia Citra Ayu Koesoema
Elly Rachmawati

Social Media Strategist

Sari Putri Utami


Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Mayla Devia Kurnianingrum
Misa
Business Partnership

Christine Natalia Nainggolan

Brand Partnership

Mediana Agita Pratiwi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Lampiran II

Artikel Berita Engeline di viva.co.id

1.

Artikel Berita 1

NASIONAL

Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok
Jasadnya kini masih diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar.
Rabu, 10 Juni 2015 | 17:08 WIB
Oleh : Harry Siswoyo, Bobby Andalan (Bali)

Petugas kepolisian saat mengevakuasi jasad terduga Angeline di kediamannya,
Rabu (10/6/2015) (VIVA.co.id/Bobby Andalan)
VIVA.co.id - Angeline, bocah 8 tahun yang dinyatakan hilang sejak pertengahan
Mei lalu, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Jasadnya kini tengah diautopsi
di RSUP Sanglah Denpasar.
Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana menuturkan,
Angeline diduga tewas karena jeratan tali. Sebab ada bekas jeratan dan tali di

leher Angeline, saat tubuhnya ditemukan. "Ada jeratan di leher Angeline," kata
Sudana, Rabu 10 Juni 2015.
Kini jasad Angeline tengah diautopsi, dipimpin langsung Kepala Instalasi
Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr Dudut Rustyadi SpF dan disaksikan Kabid
Dokkes Polda Bali dr Felix Sangkalia dan Kasat Reskrim Polresta Denpasar.
Dari pemeriksaan awal terungkap sejumlah fakta mengerikan. Diketahui di tubuh
Angeline, ditemukan banyak sekali luka dan bekas sundutan rokok.
Tak cuma itu, ditemukan juga pembusukan pada tubuh bocah yang telah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

dinaikkan ke kelas 3 oleh sekolahnya itu. Di antaranya luka memar di paha kanan
samping luar, pada bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah
kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri
samping, dada samping kanan, leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis
kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga,
leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Selain luka memar, pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, pada
punggung kanan luka bakar berbentuk bulat, pada punggung kanan bawah bahu
terdapat luka bakar akibat di sundut rokok dan pada bagian depan bawah lutut
kanan terdapat luka lecet.
Hasil pemeriksaan awal, jasad Angeline dibungkus kain sprei berwarna putih.
Jasadnya kotor bercampur tanah. Bersama jasad Angeline juga terdapat kain
kemben berwarna merah motif bunga. Ada pula boneka Barbie kesayangan
Angeline.
Selain barang-barang tadi, polisi juga menemukan baju kaos warna hitam, celana
pendek anak-anak, celana jeans warna biru ukuran orang dewasa.
Pada leher korban terdapat jeratan tali rapia sebanyak empat lilitan. Tali plastik itu
pada ujung simpulnya disambung dengan tali plastik berwarna biru yang diikat
mati. Jasad Angeline sendiri saat ditemukan menggunakan baju warna putih motif
bunga.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

2.

Artikel Berita 2

FOKUS

Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri
Polisi harus tuntas mengusut, apakah pelakunya tunggal atau komplotan.
Jum'at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB
Oleh : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha, Bobby Andalan (Bali)

Angeline semasa hidup. (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Pencarian bocah perempuan di Bali, Angeline, yang dinyatakan
hilang sejak Sabtu, 16 Mei 2015, berakhir pilu. Dia ditemukan tak bernyawa,
Rabu, 10 Juni 2015, sekitar pukul 11.30 WITA.
Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah
orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan. Jasad
bocah kelas 3 SD itu sudah membusuk.
Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu
terdapat banyak luka. Di antaranya memar di paha kanan samping luar, memar di
bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah
kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri
samping, dada samping kanan.
Selain itu, terdapat luka di leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis
kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga,
leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, punggung kanan luka bakar
berbentuk bulat, punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar akibat disundut
rokok dan pada bagian depan bawah lutut kanan terdapat luka lecet.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Kepolisian Resor Kota Denpasar, Bali, dalam kasus ini sudah menetapkan satu
tersangka yang diduga sebagai pelaku pembunuhan. Dia adalah Agus Andamai
(25 tahun), seorang petugas keamanan di rumah Margareth. Saat ini, Agus
ditetapkan sebagai pelaku tunggal.
Kasus kematian bocah perempuan berparas manis itu semakin menyayat hati.
Sebab, tak hanya mendapat kekerasan fisik, Angeline juga mengalami kekerasan
seks. Kepada penyidik, Agus mengaku telah memperkosa Angeline sebelum
menghabisi nyawanya.
"Agus mengakui ia telah memperkosa Angeline. Perbuatan itu dilakukan di lantai
dua rumah Angeline," kata Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung
Made Sudana, di sela rehat penyidikan di Mapolresta Denpasar, Rabu malam, 10
Juni 2015.
Menurut Sudana, aksi pemerkosaan dilakukan Agus pada malam hari. Aksi bejat
Agus tak sampai di situ, usai memperkosa dan membunuh Angeline, dalam
keadaan tak bernyawa Angeline masih sempat diperkosa lagi.
"Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi, total dua kali
dia memperkosa Angeline," ujar Sudana.
Kata Sudana, kecurigaan penyidik kepada Agus cukup beralasan. Apalagi, di
tempat kejadian perkara, ditemukan palu dan kaos putih dengan bercak darah.
Diduga palu dan kaos tersebut digunakan Agus untuk menghabisi korban. [Baca
Ini Motif Agus Tega Bunuh Bocah Angeline]
Lalu, banyak yang menduga, ibu angkat Angeline, Margareth, terlibat atas
peristiwa ini. Menyoal itu, Sudana menegaskan, Margareth tidak terlibat dalam
kasus pembunuhan Angeline.
"Dia tidak terlibat dalam aksi pembunuhan. Statusnya masih saksi," kata Sudana.
Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam
rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun, anehnya
Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut.
Soal ini, Sudana menjawab, "Dia kan tidak pernah ke luar, di dalam kamar terus."
Sementara itu, kakak angkatnya, Ivon dan Christin, tidak tinggal di rumah itu.
Selain Margareth, di rumah itu ada penghuni kos saat Angeline dibunuh.
"Tetapi, penghuni kos-kosan itu tidak pernah di kos. Dia pulang jam 10 (malam),
mandi lalu kerja lagi," kata Sudana.
Meski begitu, Sudana menegaskan, penyidik terus mendalami keterangan semua
pihak, termasuk Margareth, dua kakak Angeline, serta beberapa saksi lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Kendati hasil autopsi forensik menyatakan di sekujur tubuh Angeline terdapat
banyak luka bekas siksaan, namun polisi belum menyimpulkan keterlibatan
Margareth dalam kasus ini.
"Kami fokus pada peristiwa pembunuhan Angeline dulu. Ibunya (Margareth)
tidak terkait itu (pembunuhan Angeline)," kata Sudana. [Baca Fakta Baru, Ibu
Angkat Angeline Ternyata Psikopat]
Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga
Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang
bertanggung jawab atas kematian Angeline.
"Ada yang jadi saksi, mungkin ada yang kita tingkatkan jadi tersangka di antara
mereka, atau siapa saja berdasar hasil pengolahan jenazah dan bukti-bukti lain
atas penyelidikan ini," ujar Ronny.
Selain itu, lanjut Ronny, kepolisian juga tidak akan melupakan informasi yang
diberikan oleh guru-guru Angeline. Sebab, sejauh ini, keterangan mereka yang
menjadi petunjuk polisi.
"Hasil autopsi akan membuktikan keterangan tersebut (apakah ada unsur
kekerasan). Apakah akan bisa menjadi dasar penempatan pasal pidana yang
mentersangkakan terhadap kematian Angeline," tutur dia. [Baca Kebiri Penjahat
Seks, Cara Selamatkan Anak Indonesia?]
Korban perdagangan anak?
Kasus ini memunculkan banyak dugaan. Selain ibu angkat yang dinilai
bertanggung jawab, salah satunya, Angelina disebut-sebut sebagai korban
perdagangan manusia dari jaringan paedofil. [Baca Komnas PA: Pembunuh
Angeline Bukan Paedofil]
Ditanya soal kemungkinan adanya jaringan paedofil dalam kasus Angeline,
Kapolda Bali Inspektur, Jenderal Ronny F Sompie menjawab singkat.
"Saya kira ini nanti saya bisa jawab ketika hasil penyidikan mendekati maksimal,
apakah ada kaitan jaringan fedopil atau tidak. Sementara ini perlu bersabar
mendapatkannya," kata Ronny, Kamis 11 Juni 2015.
Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya
tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut serta melakukan,
atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline.
"Ini masih terus dilakukan pemeriksaan dalam rangkaian penyidikan," kata
Ronny.
Kepolisian, kata Ronny, meminta kepada masyarakat agar tidak mengembangkan
opini negatif mengenai motif kasus ini. Seluruh berkas kasus ini, kata Ronny,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

pasti akan diuji di pengadilan. [Baca Desak Penuntasan Kasus Angeline, Warga
Bikin Petisi]
Mantan Kadiv Humas Polri itu menambahkan, bila ada kecurigaan dari
masyarakat dan media massa, sebenarnya tidak ada bedanya dengan polisi.
"Bahkan kami lebih terlatih lagi. Sebagai penyidik yang selalu mendasari
kecurigaan untuk mengungkap tidak pidana," kata Ronny.
Ronny menegaskan masih ada asas praduga tidak bersalah. Inilah yang
menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan
prosedur undang-undang.
Sementara itu, General Affair Safe Childhood Foundation , Yuliana, mengatakan
dalam kasus Angeline, pihaknya belum melihat ke arah perdagangan anak.
Menurut Yuliana, terlalu dini menyebut kasus yang dialami Angeline melibatkan
jaringan paedofil.
"Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan anak dalam
kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh," kata Yuliana kepada VIVA.co.id, Kamis
11 Juni 2015.
Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan
menunggu hasil investigasi pihak kepolisian. "Polisi masih bekerja, semuanya
masih bekerja. Kita tunggu sampai selesai hasilnya seperti apa," kata dia.
Hal senada disampaikan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), Rita Pranawati. Kepada VIVA.co.id, Rita juga mengatakan belum melihat
kasus ini ke perdagangan anak yang melibatkan jaringan paedofil.
"Saya belum melihat itu. Tapi polisi harus tetap cermat. Pertama, apakah Angeline
meninggal karena kekerasan sesaat atau sudah lama. Kedua, apakah kekerasan
seksual ini karena ada unsur lain, atau memang ada jaringan paedofil itu. Mudahmudahan polisi segera membuka kasus ini," ujar Rita.
Tapi, Rita mengaku terkejut dengan penetapan Agus sebagai pelaku tunggal
dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap Angeline. Pasalnya,
dalam kasus hilangnya Angeline, pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab
sebelumnya adalah keluarga angkat Angeline.
"Saya belum melihat kasus ini ke arah perdagangan anak. Kalau saya melihat dari
awal kekerasan itu sudah ada. Tapi kok tiba-tiba ada kekerasan seks," kata Rita.
Meski begitu, dia berharap polisi tetap harus mendalami apakah Agus terlibat
dalam jaringan paedofil atau tidak. Apakah dia melakukan kekerasan seks
terhadap Angeline, atau ada korban lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini
hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan menjadi preseden buruk
bagi perlindungan anak.
"Kita meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku utama dan
pelaku yang ikut terlibat dalam pembunuhan adik kita Angeline mendapatkan
balasan sesuai undang-undang," kata Susanto kepada VIVA.co.id.
Kepekaan harus dibangun
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23
tahun 2002, negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua, wajib dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak
Indonesia masih terancam. Anak yang seharusnya dilindungi, justru menjadi
objek dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa.
Kasus yang dialami Angeline bukan kali pertama. Sudah banyak anak Indonesia
menjadi korban kekerasan. Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual, yang
dilakukan orang dewasa.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait,
melihat kepekaan masyarakat terkait kekerasan terhadap anak masih sangat
kurang. Hal inilah yang menyebabkan, peristiwa kekerasan terhadap anak kurang
terekspose.
Maka itu, kata Arist, sistem kepekaan di tengah masyarakat harus dibangun
sedikit demi sedikit untuk mencegah kasus kekerasan terhadap anak.
"Caranya dengan membuat tim reaksi cepat perlindungan anak di tingkat Desa
atau bahkan RT," ujar Arist, Kamis 11 Juni 2015.
Menurutnya, tim reaksi cepat perlindungan anak seharusnya dikoordinasikan oleh
pemerintah kota atau kabupaten. Sehingga harus diwajibkan pendiriannya oleh
Pemerintah Daerah.
"Apabila sudah terbentuk, maka nanti anggotanya bisa diambil dari pemuda atau
pemuda setempat," ujar Arist.
Cara seperti itu, menurut Arist, nantinya pemuda atau masyarakat akan terbentuk
kepekaannya terhadap anak. "Mereka bisa melapor setiap saat kepada koordinator
soal adanya dugaan kekerasan atau laporan apapun tentang anak yang dalam
bahaya."
Pada akhirnya, kata Arist, beban kepolisian pun akan ringan. Sebab informasi
sudah tertampung di tim reaksi cepat perlindungan anak tingkat desa atau RT.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

"Hal ini harus segera dilakukan karena masalah kekerasan anak sudah darurat.
Kepekaan masyarakat harus cepat-cepat dibangun," ujar Arist.
Komisioner KPAI, Rita Pranawati, juga menyoroti kepekaan dari masyarakat
yang masih kurang. Selain masyarakat, pihak keluarga dan korban juga menjadi
faktor kasus kekerasan anak kurang terangkat ke publik.
"Kenapa tidak lapor, karena takut. Ingin disimpan sendiri. Kalau lapor akan
merusak harga diri keluarga," kata Rita.
Rita memberi contoh kasus kekerasan anak yang terjadi di Cluster Nusa Dua,
Blok E Perumahan Citra Gran Cibubur. Kasus itu terbongkar berkat kepekaan
warga sekitar melihat adanya indikasi kekerasan di dalam keluarga. [Baca Lima
Warga Ini yang Selamatkan Penelantaran DN]
Kata Rita, hal seperti itulah yang patut ditiru seluruh masyarakat. "Di Cibubur itu,
komunitasnya, warganya inisiatif. Ketika sudah tidak mempan diberitahu, mereka
melaporkan kejadian itu ke pihak berwenang," kata Rita. (ren)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

3.

Artikel Berita 3

NASIONAL

Ada Bercak Darah di Kamar Ibu Angkat Angeline
Saat ini bercak darah masih diperiksa di laboratorium.
Jum'at, 12 Juni 2015 | 14:54 WIB
Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Bobby Andalan (Bali)

Margareth Megawe bersama Angeline (VIVA.co.id/facebook.com)

VIVA.co.id - Polisi menemukan bercak darah di dalam kamar pribadi ibu angkat
Angeline, Margareth dan di kamar tersangka Agustinus Tai Andamai.
Bercak darah ditemukan saat polisi melakukan olah tempat kejadian perkara
(TKP) di dalam kamar Margareth di Jalan Sedap Malam, Denpasar dan kamar
rumah Agus.
Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, bercak darah itu sudah
diamankan dan tengah diperiksa di laboratorium forensik Polri. "Disita dan
diperiksa Labfor. Apakah darah manusia, lalu siapa manusianya, untuk
menguatkan pembuktian sebagai tersangka," kata Ronny, Jumat, 12 Juni 2015.
Menurut Ronny, semua benda mencurigakan yang ditemukan polisi di lokasi
pembunuhan dan di rumah tersangka akan dijadikan alat bukti untuk mengungkap
siapa saja dalang pembunuhan sadis itu. "Semua yang diperoleh di dalam hasil
olah TKP harus jadi bahan yang ditingkatkan menjadi alat bukti ketika sudah
diperiksa di Labfor," ujarnya menambahkan.
Hingga saat ini, Margareth masih berstatus saksi dan tengah menjalani
serangkaian pemeriksaan.
Seperti diketahui, Angeline ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di dalam
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

lubang di belakang rumah Margareth setelah lebih dari tiga pekan dinyatakan
hilang misterius. (mus)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.

Artikel Berita 4

METRO

Ibu Angkat Angeline Jadi Tersangka. Ini Penjelasan Polisi
Dia terbukti telah menelantarkan Angeline
Minggu, 14 Juni 2015 | 12:29 WIB
Oleh : Nila Chrisna Yulika, Bobby Andalan (Bali)

Ibu angkat Angeline, Margriet Megawe dan Angeline
kecil (VIVA.co.id/facebook.com)

VIVA.co.id - Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hery Wiyanto
menyatakan, ibu angkat Angeline, Margareth Megawe telah ditetapkan sebagai
tersangka. Sayangnya, ia tak hafal pasal berapa yang dituduhkan kepada
Margareth.
"Coba Mas dicek ulang, pasalnya antara pasal 77 atau 80 UU Perlindungan Anak.
Intinya tentang penelantaran anak," kata Hery saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu
14 Juni 2015.
Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah digali sebelumnya,
Margareth terbukti melakukan tindakan penelantaran terhadap Angeline.
"Angeline terlihat kurus. Soal asupan gizi, tidak memberi makan, itu kan juga
masuk dalam penelantaran anak," ujar Hery.
Selain itu, Margareth dianggap tak becus mengurus Angeline. Ia tak
memperhatikan dengan baik bocah mungil tersebut. "Dia juga tidak memberikan
perhatian yang baik terhadap Angeline, itu juga penelantaran anak," ujarnya
menambahkan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Pada saat yang sama, Margareth juga terbukti melakukan tindak kekerasan
terhadap Angeline. "Hanya untuk kekerasan ini kita menunggu hasil visum. Harus
dibuktikan lagi berdasarkan visum," ujarnya.
"Itu yang mendasari kita menetapkan Margareth sebagai tersangka."
Hingga kini, Margareth masih dalam pemeriksaan intensif Polda Bali. Polisi akan
memanggil saksi ahli guna mendalami tuduhan yang dialamatkan kepada ibu
angkat Angeline ini.
Sebelumnya, Margareth ditangkap tim PPA Polda Bali di vilanya di kawasan
Canggu, Kuta Utara pada dinihari tadi. Ia langsung digelandang menuju Polda
Bali untuk menjalani pemeriksaan.
(mus)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Lampiran III
Analisis Framing Gamson dan Modigliani pada Kasus Pembunuhan Engeline
di viva.co.id

Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 10 Juni 2015

Judul

Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices

 Metaphors: -

Mengerikan,

Engeline

Tubuh

ditemukan

dalam

Angeline

kondisi

tewas

Penuh

Luka ketika

sempat

 Exemplaar :
Bagian
Engeline

dan Sundutan dikabarkan hilang.

diduga

Rokok

sasaran

Tewasnya
Engeline

diduga

karena luka yang
ditemukan

di

sekujur tubuhnya.

tubuh
yang
menjadi

kekerasan

oleh

Reasoning devices

 Roots: Engeline
diduga

tewas

akibat

jeratan

tali di bagian
leher.

 Appeals

to

principle:

Engeline sama

pelaku.

 Catchphrases:

seperti

anak

fakta

perempuan

mengerikan.

lainnya

 Depiction:

senang bermain
boneka.

bocah.

 Visual

yang

images:

 Consequences:

gambar beberapa

kasus

polisi

pembunuhan

yang

sedang

Engeline

mengevakuasi

menrupakan

jenazah Engeline

kasus

dari rumahnya.

sehinga

besar

melibatkan
para petinggi di
bidang forensik
dan kepolisian

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

daerah Bali.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015

Judul

Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices

Tragedi

Kasus

Engeline

Angeline

harus

diselidiki

Jangan Sampai sampai tuntas dan
Berbuah

pencarian

Misteri

harus
dengan

pelaku

dilakukan
benar-

benar serius.

 Metaphors:

menyayat hati.

 Exemplaar :
pada

Reasoning devices

 Roots:

Engeline

yang

sempat

dinyatakan hilang

tubuh

dan

ditemukan

Engeline

dalam

keadaan

terdapat

tewas,

membuat

banyak

luka

sedih

banyak

pihak.

ketika

 Appeals

ditemukan.

to

Engeline

principle:

dibunuh persis

Engeline

di depan kamar

diperkosa

Margareth,

Agus

sementara

dua kali, sebelum

Margareth

dan

tidak mengaku

meninggal dunia.

tidak

oleh

sebanyak

setelah

 Consequences:

mengetahui

proses

pembunuhan

penyelidikan

tersebut.

masih

 Catchphrases:
pelaku tunggal.

 Depiction:

mengenaskan.

 Visual images:

berlangsung dan
keluarga

angkat

Engeline

masih

berkemungkinan
ditetapkan

Engeline

sebagai

merupakan

tersangka.

anak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

perempuan
yang

masih

kecil

dan

duduk

di

bangku
Sekolah Dasar.
Engelineyang
masih
bersekolah
tersebut
merupakan
korban
kekerasan dan
pembunuhan.

Korban

Adanya

dugaan

perdagangan

bahwa

anak?

merupakan korban

Engeline

 Metaphors: -

 Exemplaar :

 Roots: ada asas
praduga

tak

Kemungkinan

bersalah

yang

sindikat

adanya

bisa

perdagangan anak

tersangka lain

pertimbangan

dalam

yang

agar

paedofil

jaringan

terlibat

dijadikan

proses

dalam

penyelidikan

pembunuhan

Engeline

sesuai

Engeline selain

dengan

aturan

Agus.

yang ada.

 Catchphrases:

kasus

terkejut.

 Depiction:
terlalu dini.

Engeline

sampai

 Visual images:
-

Penyelesaian

akan

tuntas
menjadi

cerminan

bagi

perlindungan
anak.

 Appeals

to

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

principle:

masyarakat
dihimbau

untuk

tidak

menduga-

duga

akan

apa

yang terjadi pada
kasus
dan

Engeline,
menunggu

proses
penyelidikan.

 Consequences:
Dugaaan
Engeline sebagai
korban
perdagangan anak
dalam

jaringan

paedofil

Kepekaan

Mayarakat

harus

dituntut

dibangun

lebih

tetap diselidiki.

 Metaphors:
untuk
peka

terhadap

kasus

kekerasan

pada

harus

 Roots:

Kasus

membuka

kekerasan

pada

mata.

anak

tidak

 Exemplaar:

terekspos karena

kasus

kurang

anak yang terjadi

kekerasan pada

masyarakat

di

anak

sekitar.

sekitar.

lingkungan

jarang

terangkat

di

pekanya

 Appeals

di

to

publik karena

principle:

masyarakat

Seorang

kurang

peka,

yang

dan

faktor

dilindungi, justru

anak
harusnya

internal

menjadi

keluarga

kekerasan

korban
oleh

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

korban

dan

korban

itu

sendiri.

 Catchphrases:

orang dewasa.

 Consequences:
perlunya dibentuk
tim khusus untuk

beban

fokus pada kasus

kepolisian.

 Depiction:

kekerasan

darurat

lingkungan

anak

yang terjadi di

 Visual images:

sekitar.

-

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015

Judul

Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices

Ada

Bercak Ditemukan

Darah

di bukti

Kamar

Ibu bercak

Angkat

kamar

Angeline

(Ibu

alat
berupa

darah

di

Margareth
Angkat

Reasoning devices

 Metaphors:

 Roots: -

 Appeals

dalang.

 Exemplaar :
bercak

to

principle:

darah

Margareth

ditemukan saat

masih

Engeline).

olah

ditetapkan

Margareth

Kejadian

kemungkinan

Perkara

terlibat

kamar

kasus
dan

dalam
kekerasan

pembunuhan

Engeline.

Tempat

sebagai
di

Margareth

dan

kamar Agus.

 Catchphrases:

dan

masih

dalam

proses

pemeriksaan.

 Consequences:
semua

barang

hasil olah TKP

pembuktian.

 Depiction:

akan

dijadikan

alat

pribadi.

 Visual

saksi

images:

bukti,

termasuk bercak

ilustrasi berupa

darah

foto bagaimana

ditemukan

kedekatan

kamar Margaret

Engeline

dan

yang
di

dan Agus.

Margareth.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 14 Juni 2015

Judul

Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices

Ibu

Angkat Penjelasan

polisi

Angeline

terkait

penetapan

Menjadi

Margareth sebagai

Tersangka. Ini tersangka

untuk

 Metaphors:  Exemplaar :

Reasoning devices

 Roots:

Margareth

Penetapan

ditetapkan

Margareth

sebagai

Penjelasan

kasus penelantaran

sebagai

tersangka

Polisi

anak.

tersangka

karena

berdasarkan

melanggar UU

keterangan para

tentang

saksi yang telah

Perlindungan

digali

Anak,

sebelumnya.

menelantarkan

 Catchphrases:

yaitu

Engeline.

 Appeals

terbukti

to

melakukan

principle:

kekerasan.

penelantaran

 Depiction:

tak

Engeline

yang

dituduhkan

becus.

 Visual

anak

images:

dan

kepada
Margareth

Margareth dalam

adalah

dilihat

satu frame dan

dari

tubuh

sedang

Engeline yang

memegang buah

terlihat

pepaya. Terlihat

dan

kurang

diperhatikan.

interaksi

hangat
yamg

kurus
kurang

 Consequences:

diberikan kepada

Kepolisian

Engeline

akan

oleh

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Margareth.

mendatangkan
saksi ahli untuk
memeriksa
Margareth dan
penetapannya
sebagai
tersangka.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Lampiran IV
DATA PRIBADI
Nama

: Bagus Prakasa

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir

: Medan, 24 Februari 1994

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan Kawat 1 Gang Mawar No. 168, Tanjung
Mulia Hilir, Medan

Email

: [email protected]

Anak ke-

: 3 dari 4 bersaudara

Nama Orangtua
Ayah

: Muliadi

Ibu

: Kasiani

Pekerjaan Orangtua
Ayah

: Karyawan Swasta

Ibu

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: 2000-2006
SD Negeri Inpres 064995 Medan
2006-2009
SMP Swasta Laksamana Martadinata Medan
2009-2012
SMA Swasta Dharmawangsa Medan
2012-2016
S-1 Ilmu Komunikasi USU

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara