Analisis Framing Berita Pembunuhan Engeline di Viva.co.id
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran I
Tim Manajemen dan Redaksi viva.co.id
Chief Executive Officer
A. Ardiansyah Bakrie
Chief Business Development Officer
R. Bismarka Kurniawan
Chief Finance & Human Capital Officer
Santana Muharam
Editor in Chief
Maryadi
Umi Kalsum
Redaktur Pelaksana
Renne A. Kawilarang
Arinto Tri Wibowo
Arfi Bambani Amri
Edwan Ruriansyah
Kepala Kompartemen
Antique
Maya Sofia Puspitasari
Asep Ahmad Fauzi
Koordinator Liputan Jakarta
M. Eko Priliawito
Koordinator Liputan Daerah
Hadi Suprapto
Aries Setiawan
Lutfi Dwi Pujiastuti
Beno Junianto
Zaky Alyamani
Toto Pribadi
Redaktur
Finalia Kodrati
Dedy Priatmojo
Siti Ruqoyah
Siti Nur Aisyah Dewi
Rendra Saputra
Sitio Sarifah Aliah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adrianus Berthus Mandey
Ricky Dastu Anderson
Mustakim
Irfan Laskito
Krisna Wicaksono
Harry Siswoyo
Syahdan Nurdin
Daurina Lestari
Rochmawati
Endah Lismartini
Moh. Arief Hidayat
Suryanta Bakti Susila
Amal Nur Ngazis
Asisten Redaktur
Ni Made Kumara Santi Dewi
Syahrul Syaifuddin
Nila Chrisna
Kusuma
Yulika
Putri
Bayu Adi Wicaksono
Deta Ardian
Setyo Andi Saputro
Video Editor
Marito Dilisaputra
Kurnen Permana Putra
Luzman Rifqi Karami
Muchammad Syuhada
Anry Dhanniary
Reporter
R. Jihad Akbar
Tasya Paramitha
Herdi Muhardi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Shalli Syartiqa
Arie Dwi Budiwati
Taufik Rahadian
Eka Permadhi
Satria Permana
Aditya Putra Perdana
Fajar Ginanjar Mukti
Rizki Aulia Rahman
Muhammad Wirawan Kusuma
Agus Tri Haryanto
Romys Binekasari
Muhammad Indra Nugraha
Al Amin
M. Fikri Halim
Syaefullah
Linda Sari
Ichsan Suhendra
Reza Fajri
Agus Rahmat
Ade Alfath Azmi
Bayu Januar Nugraha
Dian Tami Kosasih
Fery Gom-gom Hendiray S.
Mitra Angelia
Moh. Nadlir
Nuvola Gloria
Irwandi
Anwar Sadat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Rebecca Reifi Georgina Derru
Mohammad Iqbal
Foe
Peace
Simbolon
Mayden
Day
Kholisatussusur
Danar Dono
Rintan Puspita Sari
Ahmad Rizaluddin
Muhammad Solihin
Fotografer
Ikhwan Yanuar
Anhar Rizki Affandi
Tri Jaya Daru
Adri Prastowo Elfi
Fitri Rachmawati
Web Design
David R. Rorimpandey
Andri Daud Halomoan Arifin
Firman Nabawi
Ferri Damayanti
Sekretaris Redaksi
Ulfa Lestari
Rizal Maulana
Dian Lestari Ningsih
Viva Blog & Forum
Sumiyati
M. Eko Nugroho
Agus Adhari
Syahdan Nurdin
Citizen Journalism
R.R Sintia Citra Ayu Koesoema
Elly Rachmawati
Social Media Strategist
Sari Putri Utami
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Mayla Devia Kurnianingrum
Misa
Business Partnership
Christine Natalia Nainggolan
Brand Partnership
Mediana Agita Pratiwi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran II
Artikel Berita Engeline di viva.co.id
1.
Artikel Berita 1
NASIONAL
Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok
Jasadnya kini masih diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar.
Rabu, 10 Juni 2015 | 17:08 WIB
Oleh : Harry Siswoyo, Bobby Andalan (Bali)
Petugas kepolisian saat mengevakuasi jasad terduga Angeline di kediamannya,
Rabu (10/6/2015) (VIVA.co.id/Bobby Andalan)
VIVA.co.id - Angeline, bocah 8 tahun yang dinyatakan hilang sejak pertengahan
Mei lalu, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Jasadnya kini tengah diautopsi
di RSUP Sanglah Denpasar.
Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana menuturkan,
Angeline diduga tewas karena jeratan tali. Sebab ada bekas jeratan dan tali di
leher Angeline, saat tubuhnya ditemukan. "Ada jeratan di leher Angeline," kata
Sudana, Rabu 10 Juni 2015.
Kini jasad Angeline tengah diautopsi, dipimpin langsung Kepala Instalasi
Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr Dudut Rustyadi SpF dan disaksikan Kabid
Dokkes Polda Bali dr Felix Sangkalia dan Kasat Reskrim Polresta Denpasar.
Dari pemeriksaan awal terungkap sejumlah fakta mengerikan. Diketahui di tubuh
Angeline, ditemukan banyak sekali luka dan bekas sundutan rokok.
Tak cuma itu, ditemukan juga pembusukan pada tubuh bocah yang telah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dinaikkan ke kelas 3 oleh sekolahnya itu. Di antaranya luka memar di paha kanan
samping luar, pada bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah
kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri
samping, dada samping kanan, leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis
kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga,
leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Selain luka memar, pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, pada
punggung kanan luka bakar berbentuk bulat, pada punggung kanan bawah bahu
terdapat luka bakar akibat di sundut rokok dan pada bagian depan bawah lutut
kanan terdapat luka lecet.
Hasil pemeriksaan awal, jasad Angeline dibungkus kain sprei berwarna putih.
Jasadnya kotor bercampur tanah. Bersama jasad Angeline juga terdapat kain
kemben berwarna merah motif bunga. Ada pula boneka Barbie kesayangan
Angeline.
Selain barang-barang tadi, polisi juga menemukan baju kaos warna hitam, celana
pendek anak-anak, celana jeans warna biru ukuran orang dewasa.
Pada leher korban terdapat jeratan tali rapia sebanyak empat lilitan. Tali plastik itu
pada ujung simpulnya disambung dengan tali plastik berwarna biru yang diikat
mati. Jasad Angeline sendiri saat ditemukan menggunakan baju warna putih motif
bunga.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.
Artikel Berita 2
FOKUS
Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri
Polisi harus tuntas mengusut, apakah pelakunya tunggal atau komplotan.
Jum'at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB
Oleh : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha, Bobby Andalan (Bali)
Angeline semasa hidup. (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Pencarian bocah perempuan di Bali, Angeline, yang dinyatakan
hilang sejak Sabtu, 16 Mei 2015, berakhir pilu. Dia ditemukan tak bernyawa,
Rabu, 10 Juni 2015, sekitar pukul 11.30 WITA.
Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah
orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan. Jasad
bocah kelas 3 SD itu sudah membusuk.
Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu
terdapat banyak luka. Di antaranya memar di paha kanan samping luar, memar di
bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah
kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri
samping, dada samping kanan.
Selain itu, terdapat luka di leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis
kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga,
leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, punggung kanan luka bakar
berbentuk bulat, punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar akibat disundut
rokok dan pada bagian depan bawah lutut kanan terdapat luka lecet.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kepolisian Resor Kota Denpasar, Bali, dalam kasus ini sudah menetapkan satu
tersangka yang diduga sebagai pelaku pembunuhan. Dia adalah Agus Andamai
(25 tahun), seorang petugas keamanan di rumah Margareth. Saat ini, Agus
ditetapkan sebagai pelaku tunggal.
Kasus kematian bocah perempuan berparas manis itu semakin menyayat hati.
Sebab, tak hanya mendapat kekerasan fisik, Angeline juga mengalami kekerasan
seks. Kepada penyidik, Agus mengaku telah memperkosa Angeline sebelum
menghabisi nyawanya.
"Agus mengakui ia telah memperkosa Angeline. Perbuatan itu dilakukan di lantai
dua rumah Angeline," kata Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung
Made Sudana, di sela rehat penyidikan di Mapolresta Denpasar, Rabu malam, 10
Juni 2015.
Menurut Sudana, aksi pemerkosaan dilakukan Agus pada malam hari. Aksi bejat
Agus tak sampai di situ, usai memperkosa dan membunuh Angeline, dalam
keadaan tak bernyawa Angeline masih sempat diperkosa lagi.
"Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi, total dua kali
dia memperkosa Angeline," ujar Sudana.
Kata Sudana, kecurigaan penyidik kepada Agus cukup beralasan. Apalagi, di
tempat kejadian perkara, ditemukan palu dan kaos putih dengan bercak darah.
Diduga palu dan kaos tersebut digunakan Agus untuk menghabisi korban. [Baca
Ini Motif Agus Tega Bunuh Bocah Angeline]
Lalu, banyak yang menduga, ibu angkat Angeline, Margareth, terlibat atas
peristiwa ini. Menyoal itu, Sudana menegaskan, Margareth tidak terlibat dalam
kasus pembunuhan Angeline.
"Dia tidak terlibat dalam aksi pembunuhan. Statusnya masih saksi," kata Sudana.
Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam
rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun, anehnya
Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut.
Soal ini, Sudana menjawab, "Dia kan tidak pernah ke luar, di dalam kamar terus."
Sementara itu, kakak angkatnya, Ivon dan Christin, tidak tinggal di rumah itu.
Selain Margareth, di rumah itu ada penghuni kos saat Angeline dibunuh.
"Tetapi, penghuni kos-kosan itu tidak pernah di kos. Dia pulang jam 10 (malam),
mandi lalu kerja lagi," kata Sudana.
Meski begitu, Sudana menegaskan, penyidik terus mendalami keterangan semua
pihak, termasuk Margareth, dua kakak Angeline, serta beberapa saksi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kendati hasil autopsi forensik menyatakan di sekujur tubuh Angeline terdapat
banyak luka bekas siksaan, namun polisi belum menyimpulkan keterlibatan
Margareth dalam kasus ini.
"Kami fokus pada peristiwa pembunuhan Angeline dulu. Ibunya (Margareth)
tidak terkait itu (pembunuhan Angeline)," kata Sudana. [Baca Fakta Baru, Ibu
Angkat Angeline Ternyata Psikopat]
Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga
Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang
bertanggung jawab atas kematian Angeline.
"Ada yang jadi saksi, mungkin ada yang kita tingkatkan jadi tersangka di antara
mereka, atau siapa saja berdasar hasil pengolahan jenazah dan bukti-bukti lain
atas penyelidikan ini," ujar Ronny.
Selain itu, lanjut Ronny, kepolisian juga tidak akan melupakan informasi yang
diberikan oleh guru-guru Angeline. Sebab, sejauh ini, keterangan mereka yang
menjadi petunjuk polisi.
"Hasil autopsi akan membuktikan keterangan tersebut (apakah ada unsur
kekerasan). Apakah akan bisa menjadi dasar penempatan pasal pidana yang
mentersangkakan terhadap kematian Angeline," tutur dia. [Baca Kebiri Penjahat
Seks, Cara Selamatkan Anak Indonesia?]
Korban perdagangan anak?
Kasus ini memunculkan banyak dugaan. Selain ibu angkat yang dinilai
bertanggung jawab, salah satunya, Angelina disebut-sebut sebagai korban
perdagangan manusia dari jaringan paedofil. [Baca Komnas PA: Pembunuh
Angeline Bukan Paedofil]
Ditanya soal kemungkinan adanya jaringan paedofil dalam kasus Angeline,
Kapolda Bali Inspektur, Jenderal Ronny F Sompie menjawab singkat.
"Saya kira ini nanti saya bisa jawab ketika hasil penyidikan mendekati maksimal,
apakah ada kaitan jaringan fedopil atau tidak. Sementara ini perlu bersabar
mendapatkannya," kata Ronny, Kamis 11 Juni 2015.
Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya
tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut serta melakukan,
atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline.
"Ini masih terus dilakukan pemeriksaan dalam rangkaian penyidikan," kata
Ronny.
Kepolisian, kata Ronny, meminta kepada masyarakat agar tidak mengembangkan
opini negatif mengenai motif kasus ini. Seluruh berkas kasus ini, kata Ronny,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pasti akan diuji di pengadilan. [Baca Desak Penuntasan Kasus Angeline, Warga
Bikin Petisi]
Mantan Kadiv Humas Polri itu menambahkan, bila ada kecurigaan dari
masyarakat dan media massa, sebenarnya tidak ada bedanya dengan polisi.
"Bahkan kami lebih terlatih lagi. Sebagai penyidik yang selalu mendasari
kecurigaan untuk mengungkap tidak pidana," kata Ronny.
Ronny menegaskan masih ada asas praduga tidak bersalah. Inilah yang
menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan
prosedur undang-undang.
Sementara itu, General Affair Safe Childhood Foundation , Yuliana, mengatakan
dalam kasus Angeline, pihaknya belum melihat ke arah perdagangan anak.
Menurut Yuliana, terlalu dini menyebut kasus yang dialami Angeline melibatkan
jaringan paedofil.
"Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan anak dalam
kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh," kata Yuliana kepada VIVA.co.id, Kamis
11 Juni 2015.
Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan
menunggu hasil investigasi pihak kepolisian. "Polisi masih bekerja, semuanya
masih bekerja. Kita tunggu sampai selesai hasilnya seperti apa," kata dia.
Hal senada disampaikan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), Rita Pranawati. Kepada VIVA.co.id, Rita juga mengatakan belum melihat
kasus ini ke perdagangan anak yang melibatkan jaringan paedofil.
"Saya belum melihat itu. Tapi polisi harus tetap cermat. Pertama, apakah Angeline
meninggal karena kekerasan sesaat atau sudah lama. Kedua, apakah kekerasan
seksual ini karena ada unsur lain, atau memang ada jaringan paedofil itu. Mudahmudahan polisi segera membuka kasus ini," ujar Rita.
Tapi, Rita mengaku terkejut dengan penetapan Agus sebagai pelaku tunggal
dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap Angeline. Pasalnya,
dalam kasus hilangnya Angeline, pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab
sebelumnya adalah keluarga angkat Angeline.
"Saya belum melihat kasus ini ke arah perdagangan anak. Kalau saya melihat dari
awal kekerasan itu sudah ada. Tapi kok tiba-tiba ada kekerasan seks," kata Rita.
Meski begitu, dia berharap polisi tetap harus mendalami apakah Agus terlibat
dalam jaringan paedofil atau tidak. Apakah dia melakukan kekerasan seks
terhadap Angeline, atau ada korban lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini
hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan menjadi preseden buruk
bagi perlindungan anak.
"Kita meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku utama dan
pelaku yang ikut terlibat dalam pembunuhan adik kita Angeline mendapatkan
balasan sesuai undang-undang," kata Susanto kepada VIVA.co.id.
Kepekaan harus dibangun
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23
tahun 2002, negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua, wajib dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak
Indonesia masih terancam. Anak yang seharusnya dilindungi, justru menjadi
objek dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa.
Kasus yang dialami Angeline bukan kali pertama. Sudah banyak anak Indonesia
menjadi korban kekerasan. Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual, yang
dilakukan orang dewasa.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait,
melihat kepekaan masyarakat terkait kekerasan terhadap anak masih sangat
kurang. Hal inilah yang menyebabkan, peristiwa kekerasan terhadap anak kurang
terekspose.
Maka itu, kata Arist, sistem kepekaan di tengah masyarakat harus dibangun
sedikit demi sedikit untuk mencegah kasus kekerasan terhadap anak.
"Caranya dengan membuat tim reaksi cepat perlindungan anak di tingkat Desa
atau bahkan RT," ujar Arist, Kamis 11 Juni 2015.
Menurutnya, tim reaksi cepat perlindungan anak seharusnya dikoordinasikan oleh
pemerintah kota atau kabupaten. Sehingga harus diwajibkan pendiriannya oleh
Pemerintah Daerah.
"Apabila sudah terbentuk, maka nanti anggotanya bisa diambil dari pemuda atau
pemuda setempat," ujar Arist.
Cara seperti itu, menurut Arist, nantinya pemuda atau masyarakat akan terbentuk
kepekaannya terhadap anak. "Mereka bisa melapor setiap saat kepada koordinator
soal adanya dugaan kekerasan atau laporan apapun tentang anak yang dalam
bahaya."
Pada akhirnya, kata Arist, beban kepolisian pun akan ringan. Sebab informasi
sudah tertampung di tim reaksi cepat perlindungan anak tingkat desa atau RT.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
"Hal ini harus segera dilakukan karena masalah kekerasan anak sudah darurat.
Kepekaan masyarakat harus cepat-cepat dibangun," ujar Arist.
Komisioner KPAI, Rita Pranawati, juga menyoroti kepekaan dari masyarakat
yang masih kurang. Selain masyarakat, pihak keluarga dan korban juga menjadi
faktor kasus kekerasan anak kurang terangkat ke publik.
"Kenapa tidak lapor, karena takut. Ingin disimpan sendiri. Kalau lapor akan
merusak harga diri keluarga," kata Rita.
Rita memberi contoh kasus kekerasan anak yang terjadi di Cluster Nusa Dua,
Blok E Perumahan Citra Gran Cibubur. Kasus itu terbongkar berkat kepekaan
warga sekitar melihat adanya indikasi kekerasan di dalam keluarga. [Baca Lima
Warga Ini yang Selamatkan Penelantaran DN]
Kata Rita, hal seperti itulah yang patut ditiru seluruh masyarakat. "Di Cibubur itu,
komunitasnya, warganya inisiatif. Ketika sudah tidak mempan diberitahu, mereka
melaporkan kejadian itu ke pihak berwenang," kata Rita. (ren)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.
Artikel Berita 3
NASIONAL
Ada Bercak Darah di Kamar Ibu Angkat Angeline
Saat ini bercak darah masih diperiksa di laboratorium.
Jum'at, 12 Juni 2015 | 14:54 WIB
Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Bobby Andalan (Bali)
Margareth Megawe bersama Angeline (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Polisi menemukan bercak darah di dalam kamar pribadi ibu angkat
Angeline, Margareth dan di kamar tersangka Agustinus Tai Andamai.
Bercak darah ditemukan saat polisi melakukan olah tempat kejadian perkara
(TKP) di dalam kamar Margareth di Jalan Sedap Malam, Denpasar dan kamar
rumah Agus.
Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, bercak darah itu sudah
diamankan dan tengah diperiksa di laboratorium forensik Polri. "Disita dan
diperiksa Labfor. Apakah darah manusia, lalu siapa manusianya, untuk
menguatkan pembuktian sebagai tersangka," kata Ronny, Jumat, 12 Juni 2015.
Menurut Ronny, semua benda mencurigakan yang ditemukan polisi di lokasi
pembunuhan dan di rumah tersangka akan dijadikan alat bukti untuk mengungkap
siapa saja dalang pembunuhan sadis itu. "Semua yang diperoleh di dalam hasil
olah TKP harus jadi bahan yang ditingkatkan menjadi alat bukti ketika sudah
diperiksa di Labfor," ujarnya menambahkan.
Hingga saat ini, Margareth masih berstatus saksi dan tengah menjalani
serangkaian pemeriksaan.
Seperti diketahui, Angeline ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di dalam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lubang di belakang rumah Margareth setelah lebih dari tiga pekan dinyatakan
hilang misterius. (mus)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.
Artikel Berita 4
METRO
Ibu Angkat Angeline Jadi Tersangka. Ini Penjelasan Polisi
Dia terbukti telah menelantarkan Angeline
Minggu, 14 Juni 2015 | 12:29 WIB
Oleh : Nila Chrisna Yulika, Bobby Andalan (Bali)
Ibu angkat Angeline, Margriet Megawe dan Angeline
kecil (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hery Wiyanto
menyatakan, ibu angkat Angeline, Margareth Megawe telah ditetapkan sebagai
tersangka. Sayangnya, ia tak hafal pasal berapa yang dituduhkan kepada
Margareth.
"Coba Mas dicek ulang, pasalnya antara pasal 77 atau 80 UU Perlindungan Anak.
Intinya tentang penelantaran anak," kata Hery saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu
14 Juni 2015.
Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah digali sebelumnya,
Margareth terbukti melakukan tindakan penelantaran terhadap Angeline.
"Angeline terlihat kurus. Soal asupan gizi, tidak memberi makan, itu kan juga
masuk dalam penelantaran anak," ujar Hery.
Selain itu, Margareth dianggap tak becus mengurus Angeline. Ia tak
memperhatikan dengan baik bocah mungil tersebut. "Dia juga tidak memberikan
perhatian yang baik terhadap Angeline, itu juga penelantaran anak," ujarnya
menambahkan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada saat yang sama, Margareth juga terbukti melakukan tindak kekerasan
terhadap Angeline. "Hanya untuk kekerasan ini kita menunggu hasil visum. Harus
dibuktikan lagi berdasarkan visum," ujarnya.
"Itu yang mendasari kita menetapkan Margareth sebagai tersangka."
Hingga kini, Margareth masih dalam pemeriksaan intensif Polda Bali. Polisi akan
memanggil saksi ahli guna mendalami tuduhan yang dialamatkan kepada ibu
angkat Angeline ini.
Sebelumnya, Margareth ditangkap tim PPA Polda Bali di vilanya di kawasan
Canggu, Kuta Utara pada dinihari tadi. Ia langsung digelandang menuju Polda
Bali untuk menjalani pemeriksaan.
(mus)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran III
Analisis Framing Gamson dan Modigliani pada Kasus Pembunuhan Engeline
di viva.co.id
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 10 Juni 2015
Judul
Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices
Metaphors: -
Mengerikan,
Engeline
Tubuh
ditemukan
dalam
Angeline
kondisi
tewas
Penuh
Luka ketika
sempat
Exemplaar :
Bagian
Engeline
dan Sundutan dikabarkan hilang.
diduga
Rokok
sasaran
Tewasnya
Engeline
diduga
karena luka yang
ditemukan
di
sekujur tubuhnya.
tubuh
yang
menjadi
kekerasan
oleh
Reasoning devices
Roots: Engeline
diduga
tewas
akibat
jeratan
tali di bagian
leher.
Appeals
to
principle:
Engeline sama
pelaku.
Catchphrases:
seperti
anak
fakta
perempuan
mengerikan.
lainnya
Depiction:
senang bermain
boneka.
bocah.
Visual
yang
images:
Consequences:
gambar beberapa
kasus
polisi
pembunuhan
yang
sedang
Engeline
mengevakuasi
menrupakan
jenazah Engeline
kasus
dari rumahnya.
sehinga
besar
melibatkan
para petinggi di
bidang forensik
dan kepolisian
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
daerah Bali.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015
Judul
Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices
Tragedi
Kasus
Engeline
Angeline
harus
diselidiki
Jangan Sampai sampai tuntas dan
Berbuah
pencarian
Misteri
harus
dengan
pelaku
dilakukan
benar-
benar serius.
Metaphors:
menyayat hati.
Exemplaar :
pada
Reasoning devices
Roots:
Engeline
yang
sempat
dinyatakan hilang
tubuh
dan
ditemukan
Engeline
dalam
keadaan
terdapat
tewas,
membuat
banyak
luka
sedih
banyak
pihak.
ketika
Appeals
ditemukan.
to
Engeline
principle:
dibunuh persis
Engeline
di depan kamar
diperkosa
Margareth,
Agus
sementara
dua kali, sebelum
Margareth
dan
tidak mengaku
meninggal dunia.
tidak
oleh
sebanyak
setelah
Consequences:
mengetahui
proses
pembunuhan
penyelidikan
tersebut.
masih
Catchphrases:
pelaku tunggal.
Depiction:
mengenaskan.
Visual images:
berlangsung dan
keluarga
angkat
Engeline
masih
berkemungkinan
ditetapkan
Engeline
sebagai
merupakan
tersangka.
anak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
perempuan
yang
masih
kecil
dan
duduk
di
bangku
Sekolah Dasar.
Engelineyang
masih
bersekolah
tersebut
merupakan
korban
kekerasan dan
pembunuhan.
Korban
Adanya
dugaan
perdagangan
bahwa
anak?
merupakan korban
Engeline
Metaphors: -
Exemplaar :
Roots: ada asas
praduga
tak
Kemungkinan
bersalah
yang
sindikat
adanya
bisa
perdagangan anak
tersangka lain
pertimbangan
dalam
yang
agar
paedofil
jaringan
terlibat
dijadikan
proses
dalam
penyelidikan
pembunuhan
Engeline
sesuai
Engeline selain
dengan
aturan
Agus.
yang ada.
Catchphrases:
kasus
terkejut.
Depiction:
terlalu dini.
Engeline
sampai
Visual images:
-
Penyelesaian
akan
tuntas
menjadi
cerminan
bagi
perlindungan
anak.
Appeals
to
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
principle:
masyarakat
dihimbau
untuk
tidak
menduga-
duga
akan
apa
yang terjadi pada
kasus
dan
Engeline,
menunggu
proses
penyelidikan.
Consequences:
Dugaaan
Engeline sebagai
korban
perdagangan anak
dalam
jaringan
paedofil
Kepekaan
Mayarakat
harus
dituntut
dibangun
lebih
tetap diselidiki.
Metaphors:
untuk
peka
terhadap
kasus
kekerasan
pada
harus
Roots:
Kasus
membuka
kekerasan
pada
mata.
anak
tidak
Exemplaar:
terekspos karena
kasus
kurang
anak yang terjadi
kekerasan pada
masyarakat
di
anak
sekitar.
sekitar.
lingkungan
jarang
terangkat
di
pekanya
Appeals
di
to
publik karena
principle:
masyarakat
Seorang
kurang
peka,
yang
dan
faktor
dilindungi, justru
anak
harusnya
internal
menjadi
keluarga
kekerasan
korban
oleh
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
korban
dan
korban
itu
sendiri.
Catchphrases:
orang dewasa.
Consequences:
perlunya dibentuk
tim khusus untuk
beban
fokus pada kasus
kepolisian.
Depiction:
kekerasan
darurat
lingkungan
anak
yang terjadi di
Visual images:
sekitar.
-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015
Judul
Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices
Ada
Bercak Ditemukan
Darah
di bukti
Kamar
Ibu bercak
Angkat
kamar
Angeline
(Ibu
alat
berupa
darah
di
Margareth
Angkat
Reasoning devices
Metaphors:
Roots: -
Appeals
dalang.
Exemplaar :
bercak
to
principle:
darah
Margareth
ditemukan saat
masih
Engeline).
olah
ditetapkan
Margareth
Kejadian
kemungkinan
Perkara
terlibat
kamar
kasus
dan
dalam
kekerasan
pembunuhan
Engeline.
Tempat
sebagai
di
Margareth
dan
kamar Agus.
Catchphrases:
dan
masih
dalam
proses
pemeriksaan.
Consequences:
semua
barang
hasil olah TKP
pembuktian.
Depiction:
akan
dijadikan
alat
pribadi.
Visual
saksi
images:
bukti,
termasuk bercak
ilustrasi berupa
darah
foto bagaimana
ditemukan
kedekatan
kamar Margaret
Engeline
dan
yang
di
dan Agus.
Margareth.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 14 Juni 2015
Judul
Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices
Ibu
Angkat Penjelasan
polisi
Angeline
terkait
penetapan
Menjadi
Margareth sebagai
Tersangka. Ini tersangka
untuk
Metaphors: Exemplaar :
Reasoning devices
Roots:
Margareth
Penetapan
ditetapkan
Margareth
sebagai
Penjelasan
kasus penelantaran
sebagai
tersangka
Polisi
anak.
tersangka
karena
berdasarkan
melanggar UU
keterangan para
tentang
saksi yang telah
Perlindungan
digali
Anak,
sebelumnya.
menelantarkan
Catchphrases:
yaitu
Engeline.
Appeals
terbukti
to
melakukan
principle:
kekerasan.
penelantaran
Depiction:
tak
Engeline
yang
dituduhkan
becus.
Visual
anak
images:
dan
kepada
Margareth
Margareth dalam
adalah
dilihat
satu frame dan
dari
tubuh
sedang
Engeline yang
memegang buah
terlihat
pepaya. Terlihat
dan
kurang
diperhatikan.
interaksi
hangat
yamg
kurus
kurang
Consequences:
diberikan kepada
Kepolisian
Engeline
akan
oleh
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Margareth.
mendatangkan
saksi ahli untuk
memeriksa
Margareth dan
penetapannya
sebagai
tersangka.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran IV
DATA PRIBADI
Nama
: Bagus Prakasa
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Medan, 24 Februari 1994
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan Kawat 1 Gang Mawar No. 168, Tanjung
Mulia Hilir, Medan
Email
: [email protected]
Anak ke-
: 3 dari 4 bersaudara
Nama Orangtua
Ayah
: Muliadi
Ibu
: Kasiani
Pekerjaan Orangtua
Ayah
: Karyawan Swasta
Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: 2000-2006
SD Negeri Inpres 064995 Medan
2006-2009
SMP Swasta Laksamana Martadinata Medan
2009-2012
SMA Swasta Dharmawangsa Medan
2012-2016
S-1 Ilmu Komunikasi USU
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran I
Tim Manajemen dan Redaksi viva.co.id
Chief Executive Officer
A. Ardiansyah Bakrie
Chief Business Development Officer
R. Bismarka Kurniawan
Chief Finance & Human Capital Officer
Santana Muharam
Editor in Chief
Maryadi
Umi Kalsum
Redaktur Pelaksana
Renne A. Kawilarang
Arinto Tri Wibowo
Arfi Bambani Amri
Edwan Ruriansyah
Kepala Kompartemen
Antique
Maya Sofia Puspitasari
Asep Ahmad Fauzi
Koordinator Liputan Jakarta
M. Eko Priliawito
Koordinator Liputan Daerah
Hadi Suprapto
Aries Setiawan
Lutfi Dwi Pujiastuti
Beno Junianto
Zaky Alyamani
Toto Pribadi
Redaktur
Finalia Kodrati
Dedy Priatmojo
Siti Ruqoyah
Siti Nur Aisyah Dewi
Rendra Saputra
Sitio Sarifah Aliah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adrianus Berthus Mandey
Ricky Dastu Anderson
Mustakim
Irfan Laskito
Krisna Wicaksono
Harry Siswoyo
Syahdan Nurdin
Daurina Lestari
Rochmawati
Endah Lismartini
Moh. Arief Hidayat
Suryanta Bakti Susila
Amal Nur Ngazis
Asisten Redaktur
Ni Made Kumara Santi Dewi
Syahrul Syaifuddin
Nila Chrisna
Kusuma
Yulika
Putri
Bayu Adi Wicaksono
Deta Ardian
Setyo Andi Saputro
Video Editor
Marito Dilisaputra
Kurnen Permana Putra
Luzman Rifqi Karami
Muchammad Syuhada
Anry Dhanniary
Reporter
R. Jihad Akbar
Tasya Paramitha
Herdi Muhardi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Shalli Syartiqa
Arie Dwi Budiwati
Taufik Rahadian
Eka Permadhi
Satria Permana
Aditya Putra Perdana
Fajar Ginanjar Mukti
Rizki Aulia Rahman
Muhammad Wirawan Kusuma
Agus Tri Haryanto
Romys Binekasari
Muhammad Indra Nugraha
Al Amin
M. Fikri Halim
Syaefullah
Linda Sari
Ichsan Suhendra
Reza Fajri
Agus Rahmat
Ade Alfath Azmi
Bayu Januar Nugraha
Dian Tami Kosasih
Fery Gom-gom Hendiray S.
Mitra Angelia
Moh. Nadlir
Nuvola Gloria
Irwandi
Anwar Sadat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Rebecca Reifi Georgina Derru
Mohammad Iqbal
Foe
Peace
Simbolon
Mayden
Day
Kholisatussusur
Danar Dono
Rintan Puspita Sari
Ahmad Rizaluddin
Muhammad Solihin
Fotografer
Ikhwan Yanuar
Anhar Rizki Affandi
Tri Jaya Daru
Adri Prastowo Elfi
Fitri Rachmawati
Web Design
David R. Rorimpandey
Andri Daud Halomoan Arifin
Firman Nabawi
Ferri Damayanti
Sekretaris Redaksi
Ulfa Lestari
Rizal Maulana
Dian Lestari Ningsih
Viva Blog & Forum
Sumiyati
M. Eko Nugroho
Agus Adhari
Syahdan Nurdin
Citizen Journalism
R.R Sintia Citra Ayu Koesoema
Elly Rachmawati
Social Media Strategist
Sari Putri Utami
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Mayla Devia Kurnianingrum
Misa
Business Partnership
Christine Natalia Nainggolan
Brand Partnership
Mediana Agita Pratiwi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran II
Artikel Berita Engeline di viva.co.id
1.
Artikel Berita 1
NASIONAL
Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok
Jasadnya kini masih diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar.
Rabu, 10 Juni 2015 | 17:08 WIB
Oleh : Harry Siswoyo, Bobby Andalan (Bali)
Petugas kepolisian saat mengevakuasi jasad terduga Angeline di kediamannya,
Rabu (10/6/2015) (VIVA.co.id/Bobby Andalan)
VIVA.co.id - Angeline, bocah 8 tahun yang dinyatakan hilang sejak pertengahan
Mei lalu, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Jasadnya kini tengah diautopsi
di RSUP Sanglah Denpasar.
Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana menuturkan,
Angeline diduga tewas karena jeratan tali. Sebab ada bekas jeratan dan tali di
leher Angeline, saat tubuhnya ditemukan. "Ada jeratan di leher Angeline," kata
Sudana, Rabu 10 Juni 2015.
Kini jasad Angeline tengah diautopsi, dipimpin langsung Kepala Instalasi
Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr Dudut Rustyadi SpF dan disaksikan Kabid
Dokkes Polda Bali dr Felix Sangkalia dan Kasat Reskrim Polresta Denpasar.
Dari pemeriksaan awal terungkap sejumlah fakta mengerikan. Diketahui di tubuh
Angeline, ditemukan banyak sekali luka dan bekas sundutan rokok.
Tak cuma itu, ditemukan juga pembusukan pada tubuh bocah yang telah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dinaikkan ke kelas 3 oleh sekolahnya itu. Di antaranya luka memar di paha kanan
samping luar, pada bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah
kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri
samping, dada samping kanan, leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis
kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga,
leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Selain luka memar, pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, pada
punggung kanan luka bakar berbentuk bulat, pada punggung kanan bawah bahu
terdapat luka bakar akibat di sundut rokok dan pada bagian depan bawah lutut
kanan terdapat luka lecet.
Hasil pemeriksaan awal, jasad Angeline dibungkus kain sprei berwarna putih.
Jasadnya kotor bercampur tanah. Bersama jasad Angeline juga terdapat kain
kemben berwarna merah motif bunga. Ada pula boneka Barbie kesayangan
Angeline.
Selain barang-barang tadi, polisi juga menemukan baju kaos warna hitam, celana
pendek anak-anak, celana jeans warna biru ukuran orang dewasa.
Pada leher korban terdapat jeratan tali rapia sebanyak empat lilitan. Tali plastik itu
pada ujung simpulnya disambung dengan tali plastik berwarna biru yang diikat
mati. Jasad Angeline sendiri saat ditemukan menggunakan baju warna putih motif
bunga.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.
Artikel Berita 2
FOKUS
Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri
Polisi harus tuntas mengusut, apakah pelakunya tunggal atau komplotan.
Jum'at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB
Oleh : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha, Bobby Andalan (Bali)
Angeline semasa hidup. (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Pencarian bocah perempuan di Bali, Angeline, yang dinyatakan
hilang sejak Sabtu, 16 Mei 2015, berakhir pilu. Dia ditemukan tak bernyawa,
Rabu, 10 Juni 2015, sekitar pukul 11.30 WITA.
Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah
orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan. Jasad
bocah kelas 3 SD itu sudah membusuk.
Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu
terdapat banyak luka. Di antaranya memar di paha kanan samping luar, memar di
bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah
kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri
samping, dada samping kanan.
Selain itu, terdapat luka di leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis
kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga,
leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, punggung kanan luka bakar
berbentuk bulat, punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar akibat disundut
rokok dan pada bagian depan bawah lutut kanan terdapat luka lecet.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kepolisian Resor Kota Denpasar, Bali, dalam kasus ini sudah menetapkan satu
tersangka yang diduga sebagai pelaku pembunuhan. Dia adalah Agus Andamai
(25 tahun), seorang petugas keamanan di rumah Margareth. Saat ini, Agus
ditetapkan sebagai pelaku tunggal.
Kasus kematian bocah perempuan berparas manis itu semakin menyayat hati.
Sebab, tak hanya mendapat kekerasan fisik, Angeline juga mengalami kekerasan
seks. Kepada penyidik, Agus mengaku telah memperkosa Angeline sebelum
menghabisi nyawanya.
"Agus mengakui ia telah memperkosa Angeline. Perbuatan itu dilakukan di lantai
dua rumah Angeline," kata Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung
Made Sudana, di sela rehat penyidikan di Mapolresta Denpasar, Rabu malam, 10
Juni 2015.
Menurut Sudana, aksi pemerkosaan dilakukan Agus pada malam hari. Aksi bejat
Agus tak sampai di situ, usai memperkosa dan membunuh Angeline, dalam
keadaan tak bernyawa Angeline masih sempat diperkosa lagi.
"Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi, total dua kali
dia memperkosa Angeline," ujar Sudana.
Kata Sudana, kecurigaan penyidik kepada Agus cukup beralasan. Apalagi, di
tempat kejadian perkara, ditemukan palu dan kaos putih dengan bercak darah.
Diduga palu dan kaos tersebut digunakan Agus untuk menghabisi korban. [Baca
Ini Motif Agus Tega Bunuh Bocah Angeline]
Lalu, banyak yang menduga, ibu angkat Angeline, Margareth, terlibat atas
peristiwa ini. Menyoal itu, Sudana menegaskan, Margareth tidak terlibat dalam
kasus pembunuhan Angeline.
"Dia tidak terlibat dalam aksi pembunuhan. Statusnya masih saksi," kata Sudana.
Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam
rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun, anehnya
Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut.
Soal ini, Sudana menjawab, "Dia kan tidak pernah ke luar, di dalam kamar terus."
Sementara itu, kakak angkatnya, Ivon dan Christin, tidak tinggal di rumah itu.
Selain Margareth, di rumah itu ada penghuni kos saat Angeline dibunuh.
"Tetapi, penghuni kos-kosan itu tidak pernah di kos. Dia pulang jam 10 (malam),
mandi lalu kerja lagi," kata Sudana.
Meski begitu, Sudana menegaskan, penyidik terus mendalami keterangan semua
pihak, termasuk Margareth, dua kakak Angeline, serta beberapa saksi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kendati hasil autopsi forensik menyatakan di sekujur tubuh Angeline terdapat
banyak luka bekas siksaan, namun polisi belum menyimpulkan keterlibatan
Margareth dalam kasus ini.
"Kami fokus pada peristiwa pembunuhan Angeline dulu. Ibunya (Margareth)
tidak terkait itu (pembunuhan Angeline)," kata Sudana. [Baca Fakta Baru, Ibu
Angkat Angeline Ternyata Psikopat]
Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga
Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang
bertanggung jawab atas kematian Angeline.
"Ada yang jadi saksi, mungkin ada yang kita tingkatkan jadi tersangka di antara
mereka, atau siapa saja berdasar hasil pengolahan jenazah dan bukti-bukti lain
atas penyelidikan ini," ujar Ronny.
Selain itu, lanjut Ronny, kepolisian juga tidak akan melupakan informasi yang
diberikan oleh guru-guru Angeline. Sebab, sejauh ini, keterangan mereka yang
menjadi petunjuk polisi.
"Hasil autopsi akan membuktikan keterangan tersebut (apakah ada unsur
kekerasan). Apakah akan bisa menjadi dasar penempatan pasal pidana yang
mentersangkakan terhadap kematian Angeline," tutur dia. [Baca Kebiri Penjahat
Seks, Cara Selamatkan Anak Indonesia?]
Korban perdagangan anak?
Kasus ini memunculkan banyak dugaan. Selain ibu angkat yang dinilai
bertanggung jawab, salah satunya, Angelina disebut-sebut sebagai korban
perdagangan manusia dari jaringan paedofil. [Baca Komnas PA: Pembunuh
Angeline Bukan Paedofil]
Ditanya soal kemungkinan adanya jaringan paedofil dalam kasus Angeline,
Kapolda Bali Inspektur, Jenderal Ronny F Sompie menjawab singkat.
"Saya kira ini nanti saya bisa jawab ketika hasil penyidikan mendekati maksimal,
apakah ada kaitan jaringan fedopil atau tidak. Sementara ini perlu bersabar
mendapatkannya," kata Ronny, Kamis 11 Juni 2015.
Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya
tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut serta melakukan,
atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline.
"Ini masih terus dilakukan pemeriksaan dalam rangkaian penyidikan," kata
Ronny.
Kepolisian, kata Ronny, meminta kepada masyarakat agar tidak mengembangkan
opini negatif mengenai motif kasus ini. Seluruh berkas kasus ini, kata Ronny,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pasti akan diuji di pengadilan. [Baca Desak Penuntasan Kasus Angeline, Warga
Bikin Petisi]
Mantan Kadiv Humas Polri itu menambahkan, bila ada kecurigaan dari
masyarakat dan media massa, sebenarnya tidak ada bedanya dengan polisi.
"Bahkan kami lebih terlatih lagi. Sebagai penyidik yang selalu mendasari
kecurigaan untuk mengungkap tidak pidana," kata Ronny.
Ronny menegaskan masih ada asas praduga tidak bersalah. Inilah yang
menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan
prosedur undang-undang.
Sementara itu, General Affair Safe Childhood Foundation , Yuliana, mengatakan
dalam kasus Angeline, pihaknya belum melihat ke arah perdagangan anak.
Menurut Yuliana, terlalu dini menyebut kasus yang dialami Angeline melibatkan
jaringan paedofil.
"Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan anak dalam
kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh," kata Yuliana kepada VIVA.co.id, Kamis
11 Juni 2015.
Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan
menunggu hasil investigasi pihak kepolisian. "Polisi masih bekerja, semuanya
masih bekerja. Kita tunggu sampai selesai hasilnya seperti apa," kata dia.
Hal senada disampaikan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), Rita Pranawati. Kepada VIVA.co.id, Rita juga mengatakan belum melihat
kasus ini ke perdagangan anak yang melibatkan jaringan paedofil.
"Saya belum melihat itu. Tapi polisi harus tetap cermat. Pertama, apakah Angeline
meninggal karena kekerasan sesaat atau sudah lama. Kedua, apakah kekerasan
seksual ini karena ada unsur lain, atau memang ada jaringan paedofil itu. Mudahmudahan polisi segera membuka kasus ini," ujar Rita.
Tapi, Rita mengaku terkejut dengan penetapan Agus sebagai pelaku tunggal
dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap Angeline. Pasalnya,
dalam kasus hilangnya Angeline, pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab
sebelumnya adalah keluarga angkat Angeline.
"Saya belum melihat kasus ini ke arah perdagangan anak. Kalau saya melihat dari
awal kekerasan itu sudah ada. Tapi kok tiba-tiba ada kekerasan seks," kata Rita.
Meski begitu, dia berharap polisi tetap harus mendalami apakah Agus terlibat
dalam jaringan paedofil atau tidak. Apakah dia melakukan kekerasan seks
terhadap Angeline, atau ada korban lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini
hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan menjadi preseden buruk
bagi perlindungan anak.
"Kita meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku utama dan
pelaku yang ikut terlibat dalam pembunuhan adik kita Angeline mendapatkan
balasan sesuai undang-undang," kata Susanto kepada VIVA.co.id.
Kepekaan harus dibangun
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23
tahun 2002, negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua, wajib dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak
Indonesia masih terancam. Anak yang seharusnya dilindungi, justru menjadi
objek dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa.
Kasus yang dialami Angeline bukan kali pertama. Sudah banyak anak Indonesia
menjadi korban kekerasan. Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual, yang
dilakukan orang dewasa.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait,
melihat kepekaan masyarakat terkait kekerasan terhadap anak masih sangat
kurang. Hal inilah yang menyebabkan, peristiwa kekerasan terhadap anak kurang
terekspose.
Maka itu, kata Arist, sistem kepekaan di tengah masyarakat harus dibangun
sedikit demi sedikit untuk mencegah kasus kekerasan terhadap anak.
"Caranya dengan membuat tim reaksi cepat perlindungan anak di tingkat Desa
atau bahkan RT," ujar Arist, Kamis 11 Juni 2015.
Menurutnya, tim reaksi cepat perlindungan anak seharusnya dikoordinasikan oleh
pemerintah kota atau kabupaten. Sehingga harus diwajibkan pendiriannya oleh
Pemerintah Daerah.
"Apabila sudah terbentuk, maka nanti anggotanya bisa diambil dari pemuda atau
pemuda setempat," ujar Arist.
Cara seperti itu, menurut Arist, nantinya pemuda atau masyarakat akan terbentuk
kepekaannya terhadap anak. "Mereka bisa melapor setiap saat kepada koordinator
soal adanya dugaan kekerasan atau laporan apapun tentang anak yang dalam
bahaya."
Pada akhirnya, kata Arist, beban kepolisian pun akan ringan. Sebab informasi
sudah tertampung di tim reaksi cepat perlindungan anak tingkat desa atau RT.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
"Hal ini harus segera dilakukan karena masalah kekerasan anak sudah darurat.
Kepekaan masyarakat harus cepat-cepat dibangun," ujar Arist.
Komisioner KPAI, Rita Pranawati, juga menyoroti kepekaan dari masyarakat
yang masih kurang. Selain masyarakat, pihak keluarga dan korban juga menjadi
faktor kasus kekerasan anak kurang terangkat ke publik.
"Kenapa tidak lapor, karena takut. Ingin disimpan sendiri. Kalau lapor akan
merusak harga diri keluarga," kata Rita.
Rita memberi contoh kasus kekerasan anak yang terjadi di Cluster Nusa Dua,
Blok E Perumahan Citra Gran Cibubur. Kasus itu terbongkar berkat kepekaan
warga sekitar melihat adanya indikasi kekerasan di dalam keluarga. [Baca Lima
Warga Ini yang Selamatkan Penelantaran DN]
Kata Rita, hal seperti itulah yang patut ditiru seluruh masyarakat. "Di Cibubur itu,
komunitasnya, warganya inisiatif. Ketika sudah tidak mempan diberitahu, mereka
melaporkan kejadian itu ke pihak berwenang," kata Rita. (ren)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.
Artikel Berita 3
NASIONAL
Ada Bercak Darah di Kamar Ibu Angkat Angeline
Saat ini bercak darah masih diperiksa di laboratorium.
Jum'at, 12 Juni 2015 | 14:54 WIB
Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Bobby Andalan (Bali)
Margareth Megawe bersama Angeline (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Polisi menemukan bercak darah di dalam kamar pribadi ibu angkat
Angeline, Margareth dan di kamar tersangka Agustinus Tai Andamai.
Bercak darah ditemukan saat polisi melakukan olah tempat kejadian perkara
(TKP) di dalam kamar Margareth di Jalan Sedap Malam, Denpasar dan kamar
rumah Agus.
Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, bercak darah itu sudah
diamankan dan tengah diperiksa di laboratorium forensik Polri. "Disita dan
diperiksa Labfor. Apakah darah manusia, lalu siapa manusianya, untuk
menguatkan pembuktian sebagai tersangka," kata Ronny, Jumat, 12 Juni 2015.
Menurut Ronny, semua benda mencurigakan yang ditemukan polisi di lokasi
pembunuhan dan di rumah tersangka akan dijadikan alat bukti untuk mengungkap
siapa saja dalang pembunuhan sadis itu. "Semua yang diperoleh di dalam hasil
olah TKP harus jadi bahan yang ditingkatkan menjadi alat bukti ketika sudah
diperiksa di Labfor," ujarnya menambahkan.
Hingga saat ini, Margareth masih berstatus saksi dan tengah menjalani
serangkaian pemeriksaan.
Seperti diketahui, Angeline ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di dalam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lubang di belakang rumah Margareth setelah lebih dari tiga pekan dinyatakan
hilang misterius. (mus)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.
Artikel Berita 4
METRO
Ibu Angkat Angeline Jadi Tersangka. Ini Penjelasan Polisi
Dia terbukti telah menelantarkan Angeline
Minggu, 14 Juni 2015 | 12:29 WIB
Oleh : Nila Chrisna Yulika, Bobby Andalan (Bali)
Ibu angkat Angeline, Margriet Megawe dan Angeline
kecil (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hery Wiyanto
menyatakan, ibu angkat Angeline, Margareth Megawe telah ditetapkan sebagai
tersangka. Sayangnya, ia tak hafal pasal berapa yang dituduhkan kepada
Margareth.
"Coba Mas dicek ulang, pasalnya antara pasal 77 atau 80 UU Perlindungan Anak.
Intinya tentang penelantaran anak," kata Hery saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu
14 Juni 2015.
Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah digali sebelumnya,
Margareth terbukti melakukan tindakan penelantaran terhadap Angeline.
"Angeline terlihat kurus. Soal asupan gizi, tidak memberi makan, itu kan juga
masuk dalam penelantaran anak," ujar Hery.
Selain itu, Margareth dianggap tak becus mengurus Angeline. Ia tak
memperhatikan dengan baik bocah mungil tersebut. "Dia juga tidak memberikan
perhatian yang baik terhadap Angeline, itu juga penelantaran anak," ujarnya
menambahkan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada saat yang sama, Margareth juga terbukti melakukan tindak kekerasan
terhadap Angeline. "Hanya untuk kekerasan ini kita menunggu hasil visum. Harus
dibuktikan lagi berdasarkan visum," ujarnya.
"Itu yang mendasari kita menetapkan Margareth sebagai tersangka."
Hingga kini, Margareth masih dalam pemeriksaan intensif Polda Bali. Polisi akan
memanggil saksi ahli guna mendalami tuduhan yang dialamatkan kepada ibu
angkat Angeline ini.
Sebelumnya, Margareth ditangkap tim PPA Polda Bali di vilanya di kawasan
Canggu, Kuta Utara pada dinihari tadi. Ia langsung digelandang menuju Polda
Bali untuk menjalani pemeriksaan.
(mus)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran III
Analisis Framing Gamson dan Modigliani pada Kasus Pembunuhan Engeline
di viva.co.id
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 10 Juni 2015
Judul
Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices
Metaphors: -
Mengerikan,
Engeline
Tubuh
ditemukan
dalam
Angeline
kondisi
tewas
Penuh
Luka ketika
sempat
Exemplaar :
Bagian
Engeline
dan Sundutan dikabarkan hilang.
diduga
Rokok
sasaran
Tewasnya
Engeline
diduga
karena luka yang
ditemukan
di
sekujur tubuhnya.
tubuh
yang
menjadi
kekerasan
oleh
Reasoning devices
Roots: Engeline
diduga
tewas
akibat
jeratan
tali di bagian
leher.
Appeals
to
principle:
Engeline sama
pelaku.
Catchphrases:
seperti
anak
fakta
perempuan
mengerikan.
lainnya
Depiction:
senang bermain
boneka.
bocah.
Visual
yang
images:
Consequences:
gambar beberapa
kasus
polisi
pembunuhan
yang
sedang
Engeline
mengevakuasi
menrupakan
jenazah Engeline
kasus
dari rumahnya.
sehinga
besar
melibatkan
para petinggi di
bidang forensik
dan kepolisian
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
daerah Bali.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015
Judul
Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices
Tragedi
Kasus
Engeline
Angeline
harus
diselidiki
Jangan Sampai sampai tuntas dan
Berbuah
pencarian
Misteri
harus
dengan
pelaku
dilakukan
benar-
benar serius.
Metaphors:
menyayat hati.
Exemplaar :
pada
Reasoning devices
Roots:
Engeline
yang
sempat
dinyatakan hilang
tubuh
dan
ditemukan
Engeline
dalam
keadaan
terdapat
tewas,
membuat
banyak
luka
sedih
banyak
pihak.
ketika
Appeals
ditemukan.
to
Engeline
principle:
dibunuh persis
Engeline
di depan kamar
diperkosa
Margareth,
Agus
sementara
dua kali, sebelum
Margareth
dan
tidak mengaku
meninggal dunia.
tidak
oleh
sebanyak
setelah
Consequences:
mengetahui
proses
pembunuhan
penyelidikan
tersebut.
masih
Catchphrases:
pelaku tunggal.
Depiction:
mengenaskan.
Visual images:
berlangsung dan
keluarga
angkat
Engeline
masih
berkemungkinan
ditetapkan
Engeline
sebagai
merupakan
tersangka.
anak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
perempuan
yang
masih
kecil
dan
duduk
di
bangku
Sekolah Dasar.
Engelineyang
masih
bersekolah
tersebut
merupakan
korban
kekerasan dan
pembunuhan.
Korban
Adanya
dugaan
perdagangan
bahwa
anak?
merupakan korban
Engeline
Metaphors: -
Exemplaar :
Roots: ada asas
praduga
tak
Kemungkinan
bersalah
yang
sindikat
adanya
bisa
perdagangan anak
tersangka lain
pertimbangan
dalam
yang
agar
paedofil
jaringan
terlibat
dijadikan
proses
dalam
penyelidikan
pembunuhan
Engeline
sesuai
Engeline selain
dengan
aturan
Agus.
yang ada.
Catchphrases:
kasus
terkejut.
Depiction:
terlalu dini.
Engeline
sampai
Visual images:
-
Penyelesaian
akan
tuntas
menjadi
cerminan
bagi
perlindungan
anak.
Appeals
to
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
principle:
masyarakat
dihimbau
untuk
tidak
menduga-
duga
akan
apa
yang terjadi pada
kasus
dan
Engeline,
menunggu
proses
penyelidikan.
Consequences:
Dugaaan
Engeline sebagai
korban
perdagangan anak
dalam
jaringan
paedofil
Kepekaan
Mayarakat
harus
dituntut
dibangun
lebih
tetap diselidiki.
Metaphors:
untuk
peka
terhadap
kasus
kekerasan
pada
harus
Roots:
Kasus
membuka
kekerasan
pada
mata.
anak
tidak
Exemplaar:
terekspos karena
kasus
kurang
anak yang terjadi
kekerasan pada
masyarakat
di
anak
sekitar.
sekitar.
lingkungan
jarang
terangkat
di
pekanya
Appeals
di
to
publik karena
principle:
masyarakat
Seorang
kurang
peka,
yang
dan
faktor
dilindungi, justru
anak
harusnya
internal
menjadi
keluarga
kekerasan
korban
oleh
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
korban
dan
korban
itu
sendiri.
Catchphrases:
orang dewasa.
Consequences:
perlunya dibentuk
tim khusus untuk
beban
fokus pada kasus
kepolisian.
Depiction:
kekerasan
darurat
lingkungan
anak
yang terjadi di
Visual images:
sekitar.
-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015
Judul
Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices
Ada
Bercak Ditemukan
Darah
di bukti
Kamar
Ibu bercak
Angkat
kamar
Angeline
(Ibu
alat
berupa
darah
di
Margareth
Angkat
Reasoning devices
Metaphors:
Roots: -
Appeals
dalang.
Exemplaar :
bercak
to
principle:
darah
Margareth
ditemukan saat
masih
Engeline).
olah
ditetapkan
Margareth
Kejadian
kemungkinan
Perkara
terlibat
kamar
kasus
dan
dalam
kekerasan
pembunuhan
Engeline.
Tempat
sebagai
di
Margareth
dan
kamar Agus.
Catchphrases:
dan
masih
dalam
proses
pemeriksaan.
Consequences:
semua
barang
hasil olah TKP
pembuktian.
Depiction:
akan
dijadikan
alat
pribadi.
Visual
saksi
images:
bukti,
termasuk bercak
ilustrasi berupa
darah
foto bagaimana
ditemukan
kedekatan
kamar Margaret
Engeline
dan
yang
di
dan Agus.
Margareth.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 14 Juni 2015
Judul
Condensing Symbols
Core Frame
Framing devices
Ibu
Angkat Penjelasan
polisi
Angeline
terkait
penetapan
Menjadi
Margareth sebagai
Tersangka. Ini tersangka
untuk
Metaphors: Exemplaar :
Reasoning devices
Roots:
Margareth
Penetapan
ditetapkan
Margareth
sebagai
Penjelasan
kasus penelantaran
sebagai
tersangka
Polisi
anak.
tersangka
karena
berdasarkan
melanggar UU
keterangan para
tentang
saksi yang telah
Perlindungan
digali
Anak,
sebelumnya.
menelantarkan
Catchphrases:
yaitu
Engeline.
Appeals
terbukti
to
melakukan
principle:
kekerasan.
penelantaran
Depiction:
tak
Engeline
yang
dituduhkan
becus.
Visual
anak
images:
dan
kepada
Margareth
Margareth dalam
adalah
dilihat
satu frame dan
dari
tubuh
sedang
Engeline yang
memegang buah
terlihat
pepaya. Terlihat
dan
kurang
diperhatikan.
interaksi
hangat
yamg
kurus
kurang
Consequences:
diberikan kepada
Kepolisian
Engeline
akan
oleh
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Margareth.
mendatangkan
saksi ahli untuk
memeriksa
Margareth dan
penetapannya
sebagai
tersangka.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran IV
DATA PRIBADI
Nama
: Bagus Prakasa
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Medan, 24 Februari 1994
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan Kawat 1 Gang Mawar No. 168, Tanjung
Mulia Hilir, Medan
: [email protected]
Anak ke-
: 3 dari 4 bersaudara
Nama Orangtua
Ayah
: Muliadi
Ibu
: Kasiani
Pekerjaan Orangtua
Ayah
: Karyawan Swasta
Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: 2000-2006
SD Negeri Inpres 064995 Medan
2006-2009
SMP Swasta Laksamana Martadinata Medan
2009-2012
SMA Swasta Dharmawangsa Medan
2012-2016
S-1 Ilmu Komunikasi USU
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara