Analisis Framing Berita Pembunuhan Engeline di Viva.co.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah
Engeline merupakan seorang anak perempuan berusia delapan tahun asal
Bali. Sosoknya mulai diberitakan di penghujung Mei 2015 ketika dua minggu
lebih keberadaannya tidak diketahui. Hingga pada 10 Juni 2015, tubuhnya
ditemukan dalam keadaan membusuk terkubur di halaman belakang rumahnya,
Jalan Sedap Malam Nomor 26 Sanur, Denpasar, Bali. Tak membutuhkan waktu
lama, Agustinus Tai Mandamai, mantan pembantu rumah tangga ibu angkat
Engeline ditetapkan sebagai terdakwa pembunuh Engeline. Ibu angkat Engeline,
Margareth Christina Megawe juga didakwa sebagai pelaku utama dalam
pembunuhan Engeline.
Kedua terdakwa dinyatakan bersalah telah menganiaya Engeline hingga
tewas secara berencana. Margareth, Ibu angkat korban dijatuhi vonis penjara
seumur hidup pada 29 Februari 2016 lalu oleh Pengadilan Negeri Denpasar.
Sementara terdakwa lainnya, Agustinus hanya dijatuhi hukuman kurungan 10
tahun penjara.
Berita tentang Engeline pertama kali mencuat ke media dan publik lewat
fanspage Find Engeline – Bali’s Missing Child, sebuah halaman penggemar yang


dibuat oleh kakak angkatnya untuk menemukan Engeline yang beredar luas di
media sosial Facebook. Fanspage tersebut berisi muatan foto-foto Engeline, siswi
kelas 2 SD yang dinyatakan hilang sejak 16 Mei 2015.
Setelah itu, media secara serempak memberitakan hilangnya Engeline dan
secara kontinyu melaporkan perkembangan yang terjadi. Pemberitaan tentang
Engeline yang dikabarkan menghilang hingga pada pemberian vonis kepada
terdakwa terus menarik perhatian media. Engeline menjadi headline di sejumlah
media untuk beberapa saat, baik cetak maupun elektronik. Bahkan kisah tragisnya
diangkat ke layar lebar oleh Sutradara Djito Bayu, dengan judul Untuk Angeline
dan rilis pada 21 Juli 2016.
Hal ini menunjukkan bahwa media massa, baik cetak dan elektronik masih
berperan aktif dalam menyampaikan perkembangan atas kasus pembunuhan

1

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Engeline hingga diangkat ke layar lebar. Usman (2009) menjelaskan media massa

menjadi institusi kunci dalam masyarakat perihal penyampaian informasi. Mereka
memengaruhi budaya, kebiasaan dan politik. Sebaliknya, mereka terpengaruh
dengan perubahan kepercayaan, selera, minat, dan perilaku kita. Hal ini
menjelaskan bahwa media juga melihat apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Ketika suatu berita menarik perhatian masyarakat, maka hal itu akan
memengaruhi cara media menyajikan berita tersebut.
Kebutuhan akan informasi menjadi hal penting dalam perkembangan
media massa. Pembaruan media massa terus dilakukan untuk memenuhi hasrat
akan info terbaru yang disesuaikan dengan karakteristik manusia tersebut.
Peralihan media massa dari cetak, elektronik hingga menjadi online semata-mata
untuk menjangkau masyarakat yang menuntut informasi yang cepat, akurat, dan
mudah akses. Jika dilihat dari tuntutan masyarakat tersebut, sangat wajar jika
media baru (online) tersebut sangat berkembang pada saat ini. Dalam prosesnya,
media online yang memerlukan akses internet memenuhi kebutuhan masyarakat
akan informasi yang up to date dan mudah diakses.
Tuntutan gaya hidup masyarakat yang mengharuskan mereka dapat
melakukan pekerjaan secara praktis, sedikit banyak memengaruhi perkembangan
media massa. Perkembangan media yang semakin signifikan, dengan bantuan
internet memudahkan masyarakat untuk mengakses berita secara mudah dan
cepat, hanya dengan sekali klik. Tidak heran jika banyak muncul situs berita

online yang menyajikan berita hanya dengan hitungan menit. Romli (2012)

menjelaskan bahwa dalam perspektif studi media atau komunikasi massa, situs
berita online menjadi kajian teori media baru (new media), yaitu istilah yang
mengacu pada permintaan akses ke konten (isi/informasi) kapan saja, dimana saja,
pada setiap perangkat digital serta umpan balik pengguna interaktif, partisipasi
kreatif, dan pembentukan komunitas sekitar konten media, juga aspek generasi
real time.

Usman (2009) mengatakan bahwa media online sebagai media internet menjadi
media massa sekaligus sistem pengiriman yang terintegrasi bagi media
tradisional, cetak, radio dan video. Sea dan Hill melihat perkembangan internet
di Indonesia tak lepas dari berakhirnya era pemerintahan Soeharto, yang
mereka sebut sebagai „Indonesia media in the end of an authoritarian order’.

2

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


Situs berita online adalah satu-satunya media yang tidak bisa dijangkau oleh
otoritarian Soeharto (hlm. 130).
Viva.co.id menjadi salah satu portal berita online yang meramaikan
perkembangan media massa online di Indonesia. Viva.co.id adalah portal berita
dalam jaringan atau online yang dikelola oleh PT. Viva Media Baru, yang
merupakan anak perusahaan PT Visi Media Asia Tbk. Selain Vivanews, PT Visi
Media Asia Tbk juga membawahi dua unit usaha penyiaran, yaitu PT Cakrawala
Andalas Televisi (ANTV) dan PT Lativi Media Karya (tvOne). Presiden
Komisaris dari PT Visi Media Asia adalah Anindya Bakrie. Menurut data yang
diperoleh dari viva.co.id, situs berita ini diluncurkan pada tanggal 17 Desember
2008. Tahun 2016, viva.co.id menempati posisi ke-70 dalam daftar situs yang
paling banyak dikunjungi di Indonesia. Sementara pada peringkat situs teratas
dunia, viva.co.id menempati posisi ke 3396 versi www.alexa.com.
Viva.co.id menyoroti masalah politik, bisnis, nasional, metro, dunia,
saintek, sport, otomotif, sorot, wawancara, dan fokus. Selain memberikan berita
yang dilaporkan oleh wartawan, situs ini juga menerima informasi dari
pembacanya yang berminat melaporkan berita melalui fitur U-Report. Viva.co.id
juga dibuat untuk dapat diakses melalui telepon seluler, computer tablet, dan
PDA. Jika dilihat dari penampilan, situs ini menggabungkan teks, foto, video, dan

suara dalam menyajikan berita. Viva.co.id sebagai salah satu situs berita online
yang turut menyajikan pemberitaan tentang pembunuhan Engeline. Tercatat
hingga tulisan ini diselesaikan, ada sekitar 610 berita yang terkait dengan kasus
pembunuhan Engeline. Artikel-artikel berita tersebut hingga sekarang masih
terdokumentasi dengan baik di situsnya.
Sebagai bagian pers, media online sudah sepatutnya tetap mengikuti
kaidah-kaidah pers yang berlaku dalam hal pemberitaan dan pemberian informasi
lainnya. Selain mengikuti kaidah pers dan kode etik jurnalistik, media juga harus
mampu mengemas suatu artikel berita dengan lebih hati-hati, khususnya
pemberitaan yang berkaitan dengan anak. Terkait dengan pemberitaan ataupun
pemberian informasi mengenai anak, diatur dalam UU No. 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, lengkap dengan
aturan mengenai pemberitaannya.
3

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Pasal 72 ayat 5 UU Perlindungan Anak bagian penjelasan disebutkan bahwa,

yang dimaksud pada “penyebarluasan informasi” adalah penyebarluasan
informasi yang bermanfaat bagi anak dan perlindungan dari pemberitaan
identitas Anak untuk menghindari labelisasi.
Aturan ini menunjukkan bahwa media tidak diijinkan secara terangterangan memberikan identitas anak dalam pemberian informasi. Pemberian
informasi tersebut mencakupi posisi anak sebagai objek pemberitaan, maupun
sebagai khalayak sasaran.
Secara umum, perihal pemberian informasi melalui media online juga
telah dicantumkan pada aturan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Aturan tersebut menjelaskan bahwa informasi dinilai
sebagai sesuatu yang ditulis, dijamin keasliannya, dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Pasal 6 UU Informasi dan Transaksi Elektronik menjabarkan bahwa suatu
informasi harus berbentuk tertulis atau asli. Informasi Elektronik dan/atau
dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di
dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam situs resminya
(www.kpai.go.id) memaparkan bahwa kekerasan pada anak kerap terjadi di
Indonesia. Data KPAI di semester awal tahun 2015 menyebutkan bahwa terdapat
200 lebih aduan kasus kekerasan di Indonesia. Hal yang menarik adalah kasus

Engeline mencuat di waktu yang sama. Selanjutnya, kasus tersebut menarik
perhatian viva.co.id hingga menghasilkan 600 artikel berita lebih hingga saat ini.
Hal tersebut tidak ditemukan pada kasus kekerasan anak lainnya.
Dari segi proporsi berita kekerasan pada anak, terdapat bias dan
ketimpangan dari viva.co.id dalam memberitakan kasus pembunuhan Engeline
dengan kekerasan anak lainnya. Bias dalam hal pemberitaan sebenarnya tidak
hanya terjadi pada frekuensi pemberitaan suatu peristiwa, namun bias oleh media
juga dapat terjadi pada isi atau konten berita yang disajikan tersebut. Hal ini pada
akhirnya akan menghasilkan berita yang telah dikonstruksi dengan penyeleksian
isu oleh media
Aktivitas konstruksi berita dan penyeleksian isu yang dilakukan media
tersebut disebut juga dengan framing. Mulyana (2006) mengungkapkan bahwa

4

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian


tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek
tertentu dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas. Media
menghubungkan dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa
tersebut lebih mudah diingat oleh khalayak.
Konsep media framing secara sederhana menjelaskan bahwa pemberitaan
media seterusnya mereduksi atau mendistorsi sebuah fakta yang sesungguhnya
rumit dan bertingkat-tingkat. Reduksi fakta dilakukan dengan menyeleksi dan
menonjolkan aspek tertentu saja dari fakta, sekaligus menghilangkan atau
mengaburkan aspek lain yang tidak kalah penting. Melalui framing yang disajikan
kepada publik bukan fakta itu sendiri, melainkan penggalan atau sekuel fakta yang
pasti tidak lengkap dan dapat mendistorsi persepsi khalayak.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pembingkaian
berita kasus pembunuhan Engeline di situs berita online viva.co.id.

1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, fokus masalah
penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan pokok berikut: “Bagaimanakah
pembingkaian (framing) berita pembunuhan Engeline yang dilakukan viva.co.id?”
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

bagaimana viva.co.id

membingkai berita pembunuhan Engeline.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi media massa online
viva.co.id atas pemberitaan kekerasan anak lewat teks berita pembunuhan
Engeline.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai konstruksi media massa
5


Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

melalui analisis framing dan membuka wawasan tentang pembingkaian
pembunuhan Engeline.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
pembaca dan juga mahasiswa mengenai analisis framing media massa.
3. Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi sumbangsih kepada
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta praktisi Ilmu
Komunikasi lainnya, dalam bidang kajian konstruksi media massa lewat
analisis framing.

6

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara