Analisis Framing Berita Pembunuhan Engeline di Viva.co.id

(1)

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN


(2)

Universitas Sumatera Utara Lampiran I

Tim Manajemen dan Redaksi viva.co.id

Chief Executive Officer A. Ardiansyah Bakrie

Chief Business Development Officer R. Bismarka Kurniawan

Chief Finance & Human Capital Officer Santana Muharam

Editor in Chief Maryadi

Redaktur Pelaksana

Umi Kalsum

Renne A. Kawilarang

Kepala Kompartemen

Arinto Tri Wibowo Arfi Bambani Amri Edwan Ruriansyah Antique

Maya Sofia Puspitasari Asep Ahmad Fauzi

Koordinator Liputan Jakarta M. Eko Priliawito

Koordinator Liputan Daerah Hadi Suprapto

Redaktur

Aries Setiawan Lutfi Dwi Pujiastuti Beno Junianto Zaky Alyamani Toto Pribadi Finalia Kodrati Dedy Priatmojo Siti Ruqoyah

Siti Nur Aisyah Dewi Rendra Saputra Sitio Sarifah Aliah


(3)

Universitas Sumatera Utara

Adrianus Berthus Mandey Ricky Dastu Anderson Mustakim

Irfan Laskito Krisna Wicaksono Harry Siswoyo Syahdan Nurdin Daurina Lestari Rochmawati Endah Lismartini

Asisten Redaktur

Moh. Arief Hidayat Suryanta Bakti Susila Amal Nur Ngazis

Ni Made Kumara Santi Dewi Syahrul Syaifuddin

Nila Chrisna Yulika Putri Kusuma

Bayu Adi Wicaksono

Video Editor

Deta Ardian

Setyo Andi Saputro Marito Dilisaputra Kurnen Permana Putra

Reporter

Luzman Rifqi Karami Muchammad Syuhada Anry Dhanniary R. Jihad Akbar Tasya Paramitha Herdi Muhardi


(4)

Universitas Sumatera Utara

Shalli Syartiqa Arie Dwi Budiwati Taufik Rahadian Eka Permadhi Satria Permana Aditya Putra Perdana Fajar Ginanjar Mukti Rizki Aulia Rahman

Muhammad Wirawan Kusuma Agus Tri Haryanto

Romys Binekasari

Muhammad Indra Nugraha Al Amin

M. Fikri Halim Syaefullah Linda Sari Ichsan Suhendra Reza Fajri Agus Rahmat Ade Alfath Azmi Bayu Januar Nugraha Dian Tami Kosasih

Fery Gom-gom Hendiray S. Mitra Angelia

Moh. Nadlir Nuvola Gloria Irwandi Anwar Sadat


(5)

Universitas Sumatera Utara

Rebecca Reifi Georgina Derru Mohammad Iqbal

Foe Peace Mayden Day Simbolon

Kholisatussusur Danar Dono Rintan Puspita Sari

Fotografer

Ahmad Rizaluddin Muhammad Solihin Ikhwan Yanuar Anhar Rizki Affandi

Web Design

Tri Jaya Daru Adri Prastowo Elfi Fitri Rachmawati David R. Rorimpandey Andri Daud Halomoan Arifin Firman Nabawi

Sekretaris Redaksi

Ferri Damayanti Ulfa Lestari

Viva Blog & Forum

Rizal Maulana Dian Lestari Ningsih Sumiyati

M. Eko Nugroho Agus Adhari

Citizen Journalism

Syahdan Nurdin

R.R Sintia Citra Ayu Koesoema Elly Rachmawati


(6)

Universitas Sumatera Utara

Mayla Devia Kurnianingrum Misa

Business Partnership Christine Natalia Nainggolan


(7)

Universitas Sumatera Utara Lampiran II

Artikel Berita Engeline di viva.co.id

1. Artikel Berita 1

NASIONAL

Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok

Jasadnya kini masih diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar. Rabu, 10 Juni 2015 | 17:08 WIB

Oleh : Harry Siswoyo, Bobby Andalan (Bali)

Petugas kepolisian saat mengevakuasi jasad terduga Angeline di kediamannya, Rabu (10/6/2015) (VIVA.co.id/Bobby Andalan)

VIVA.co.id - Angeline, bocah 8 tahun yang dinyatakan hilang sejak pertengahan

Mei lalu, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Jasadnya kini tengah diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar.

Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana menuturkan, Angeline diduga tewas karena jeratan tali. Sebab ada bekas jeratan dan tali di leher Angeline, saat tubuhnya ditemukan. "Ada jeratan di leher Angeline," kata Sudana, Rabu 10 Juni 2015.

Kini jasad Angeline tengah diautopsi, dipimpin langsung Kepala Instalasi

Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr Dudut Rustyadi SpF dan disaksikan Kabid Dokkes Polda Bali dr Felix Sangkalia dan Kasat Reskrim Polresta Denpasar. Dari pemeriksaan awal terungkap sejumlah fakta mengerikan. Diketahui di tubuh Angeline, ditemukan banyak sekali luka dan bekas sundutan rokok.


(8)

Universitas Sumatera Utara

dinaikkan ke kelas 3 oleh sekolahnya itu. Di antaranya luka memar di paha kanan samping luar, pada bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah. Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri samping, dada samping kanan, leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga, leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.

Selain luka memar, pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, pada punggung kanan luka bakar berbentuk bulat, pada punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar akibat di sundut rokok dan pada bagian depan bawah lutut kanan terdapat luka lecet.

Hasil pemeriksaan awal, jasad Angeline dibungkus kain sprei berwarna putih. Jasadnya kotor bercampur tanah. Bersama jasad Angeline juga terdapat kain kemben berwarna merah motif bunga. Ada pula boneka Barbie kesayangan Angeline.

Selain barang-barang tadi, polisi juga menemukan baju kaos warna hitam, celana pendek anak-anak, celana jeans warna biru ukuran orang dewasa.

Pada leher korban terdapat jeratan tali rapia sebanyak empat lilitan. Tali plastik itu pada ujung simpulnya disambung dengan tali plastik berwarna biru yang diikat mati. Jasad Angeline sendiri saat ditemukan menggunakan baju warna putih motif bunga.


(9)

Universitas Sumatera Utara 2. Artikel Berita 2

FOKUS

Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri

Polisi harus tuntas mengusut, apakah pelakunya tunggal atau komplotan. Jum'at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB

Oleh : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha, Bobby Andalan (Bali)

Angeline semasa hidup. (VIVA.co.id/facebook.com)

VIVA.co.id - Pencarian bocah perempuan di Bali, Angeline, yang dinyatakan

hilang sejak Sabtu, 16 Mei 2015, berakhir pilu. Dia ditemukan tak bernyawa, Rabu, 10 Juni 2015, sekitar pukul 11.30 WITA.

Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan. Jasad bocah kelas 3 SD itu sudah membusuk.

Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu terdapat banyak luka. Di antaranya memar di paha kanan samping luar, memar di bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.

Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri samping, dada samping kanan.

Selain itu, terdapat luka di leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga, leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.

Pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, punggung kanan luka bakar berbentuk bulat, punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar akibat disundut rokok dan pada bagian depan bawah lutut kanan terdapat luka lecet.


(10)

Universitas Sumatera Utara

Kepolisian Resor Kota Denpasar, Bali, dalam kasus ini sudah menetapkan satu tersangka yang diduga sebagai pelaku pembunuhan. Dia adalah Agus Andamai (25 tahun), seorang petugas keamanan di rumah Margareth. Saat ini, Agus ditetapkan sebagai pelaku tunggal.

Kasus kematian bocah perempuan berparas manis itu semakin menyayat hati. Sebab, tak hanya mendapat kekerasan fisik, Angeline juga mengalami kekerasan seks. Kepada penyidik, Agus mengaku telah memperkosa Angeline sebelum menghabisi nyawanya.

"Agus mengakui ia telah memperkosa Angeline. Perbuatan itu dilakukan di lantai dua rumah Angeline," kata Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana, di sela rehat penyidikan di Mapolresta Denpasar, Rabu malam, 10 Juni 2015.

Menurut Sudana, aksi pemerkosaan dilakukan Agus pada malam hari. Aksi bejat Agus tak sampai di situ, usai memperkosa dan membunuh Angeline, dalam keadaan tak bernyawa Angeline masih sempat diperkosa lagi.

"Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi, total dua kali dia memperkosa Angeline," ujar Sudana.

Kata Sudana, kecurigaan penyidik kepada Agus cukup beralasan. Apalagi, di tempat kejadian perkara, ditemukan palu dan kaos putih dengan bercak darah. Diduga palu dan kaos tersebut digunakan Agus untuk menghabisi korban. [Baca

Ini Motif Agus Tega Bunuh Bocah Angeline]

Lalu, banyak yang menduga, ibu angkat Angeline, Margareth, terlibat atas peristiwa ini. Menyoal itu, Sudana menegaskan, Margareth tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Angeline.

"Dia tidak terlibat dalam aksi pembunuhan. Statusnya masih saksi," kata Sudana. Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun, anehnya Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut. Soal ini, Sudana menjawab, "Dia kan tidak pernah ke luar, di dalam kamar terus." Sementara itu, kakak angkatnya, Ivon dan Christin, tidak tinggal di rumah itu. Selain Margareth, di rumah itu ada penghuni kos saat Angeline dibunuh.

"Tetapi, penghuni kos-kosan itu tidak pernah di kos. Dia pulang jam 10 (malam), mandi lalu kerja lagi," kata Sudana.

Meski begitu, Sudana menegaskan, penyidik terus mendalami keterangan semua pihak, termasuk Margareth, dua kakak Angeline, serta beberapa saksi lainnya.


(11)

Universitas Sumatera Utara

Kendati hasil autopsi forensik menyatakan di sekujur tubuh Angeline terdapat banyak luka bekas siksaan, namun polisi belum menyimpulkan keterlibatan Margareth dalam kasus ini.

"Kami fokus pada peristiwa pembunuhan Angeline dulu. Ibunya (Margareth) tidak terkait itu (pembunuhan Angeline)," kata Sudana. [Baca Fakta Baru, Ibu Angkat Angeline Ternyata Psikopat]

Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Angeline.

"Ada yang jadi saksi, mungkin ada yang kita tingkatkan jadi tersangka di antara mereka, atau siapa saja berdasar hasil pengolahan jenazah dan bukti-bukti lain atas penyelidikan ini," ujar Ronny.

Selain itu, lanjut Ronny, kepolisian juga tidak akan melupakan informasi yang diberikan oleh guru-guru Angeline. Sebab, sejauh ini, keterangan mereka yang menjadi petunjuk polisi.

"Hasil autopsi akan membuktikan keterangan tersebut (apakah ada unsur kekerasan). Apakah akan bisa menjadi dasar penempatan pasal pidana yang mentersangkakan terhadap kematian Angeline," tutur dia. [Baca Kebiri Penjahat Seks, Cara Selamatkan Anak Indonesia?]

Korban perdagangan anak?

Kasus ini memunculkan banyak dugaan. Selain ibu angkat yang dinilai bertanggung jawab, salah satunya, Angelina disebut-sebut sebagai korban perdagangan manusia dari jaringan paedofil. [Baca Komnas PA: Pembunuh Angeline Bukan Paedofil]

Ditanya soal kemungkinan adanya jaringan paedofil dalam kasus Angeline, Kapolda Bali Inspektur, Jenderal Ronny F Sompie menjawab singkat.

"Saya kira ini nanti saya bisa jawab ketika hasil penyidikan mendekati maksimal, apakah ada kaitan jaringan fedopil atau tidak. Sementara ini perlu bersabar mendapatkannya," kata Ronny, Kamis 11 Juni 2015.

Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut serta melakukan, atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline.

"Ini masih terus dilakukan pemeriksaan dalam rangkaian penyidikan," kata Ronny.

Kepolisian, kata Ronny, meminta kepada masyarakat agar tidak mengembangkan opini negatif mengenai motif kasus ini. Seluruh berkas kasus ini, kata Ronny,


(12)

Universitas Sumatera Utara

pasti akan diuji di pengadilan. [Baca Desak Penuntasan Kasus Angeline, Warga Bikin Petisi]

Mantan Kadiv Humas Polri itu menambahkan, bila ada kecurigaan dari masyarakat dan media massa, sebenarnya tidak ada bedanya dengan polisi. "Bahkan kami lebih terlatih lagi. Sebagai penyidik yang selalu mendasari kecurigaan untuk mengungkap tidak pidana," kata Ronny.

Ronny menegaskan masih ada asas praduga tidak bersalah. Inilah yang menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan prosedur undang-undang.

Sementara itu, General Affair Safe Childhood Foundation, Yuliana, mengatakan dalam kasus Angeline, pihaknya belum melihat ke arah perdagangan anak. Menurut Yuliana, terlalu dini menyebut kasus yang dialami Angeline melibatkan jaringan paedofil.

"Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan anak dalam kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh," kata Yuliana kepada VIVA.co.id, Kamis 11 Juni 2015.

Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan menunggu hasil investigasi pihak kepolisian. "Polisi masih bekerja, semuanya masih bekerja. Kita tunggu sampai selesai hasilnya seperti apa," kata dia. Hal senada disampaikan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rita Pranawati. Kepada VIVA.co.id, Rita juga mengatakan belum melihat kasus ini ke perdagangan anak yang melibatkan jaringan paedofil.

"Saya belum melihat itu. Tapi polisi harus tetap cermat. Pertama, apakah Angeline meninggal karena kekerasan sesaat atau sudah lama. Kedua, apakah kekerasan seksual ini karena ada unsur lain, atau memang ada jaringan paedofil itu. Mudah-mudahan polisi segera membuka kasus ini," ujar Rita.

Tapi, Rita mengaku terkejut dengan penetapan Agus sebagai pelaku tunggal dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap Angeline. Pasalnya, dalam kasus hilangnya Angeline, pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab sebelumnya adalah keluarga angkat Angeline.

"Saya belum melihat kasus ini ke arah perdagangan anak. Kalau saya melihat dari awal kekerasan itu sudah ada. Tapi kok tiba-tiba ada kekerasan seks," kata Rita. Meski begitu, dia berharap polisi tetap harus mendalami apakah Agus terlibat dalam jaringan paedofil atau tidak. Apakah dia melakukan kekerasan seks terhadap Angeline, atau ada korban lainnya.


(13)

Universitas Sumatera Utara

Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan menjadi preseden buruk bagi perlindungan anak.

"Kita meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku utama dan pelaku yang ikut terlibat dalam pembunuhan adik kita Angeline mendapatkan balasan sesuai undang-undang," kata Susanto kepada VIVA.co.id.

Kepekaan harus dibangun

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002, negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua, wajib dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak Indonesia masih terancam. Anak yang seharusnya dilindungi, justru menjadi objek dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa.

Kasus yang dialami Angeline bukan kali pertama. Sudah banyak anak Indonesia menjadi korban kekerasan. Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual, yang dilakukan orang dewasa.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, melihat kepekaan masyarakat terkait kekerasan terhadap anak masih sangat kurang. Hal inilah yang menyebabkan, peristiwa kekerasan terhadap anak kurang terekspose.

Maka itu, kata Arist, sistem kepekaan di tengah masyarakat harus dibangun sedikit demi sedikit untuk mencegah kasus kekerasan terhadap anak.

"Caranya dengan membuat tim reaksi cepat perlindungan anak di tingkat Desa atau bahkan RT," ujar Arist, Kamis 11 Juni 2015.

Menurutnya, tim reaksi cepat perlindungan anak seharusnya dikoordinasikan oleh pemerintah kota atau kabupaten. Sehingga harus diwajibkan pendiriannya oleh Pemerintah Daerah.

"Apabila sudah terbentuk, maka nanti anggotanya bisa diambil dari pemuda atau pemuda setempat," ujar Arist.

Cara seperti itu, menurut Arist, nantinya pemuda atau masyarakat akan terbentuk kepekaannya terhadap anak. "Mereka bisa melapor setiap saat kepada koordinator soal adanya dugaan kekerasan atau laporan apapun tentang anak yang dalam bahaya."

Pada akhirnya, kata Arist, beban kepolisian pun akan ringan. Sebab informasi sudah tertampung di tim reaksi cepat perlindungan anak tingkat desa atau RT.


(14)

Universitas Sumatera Utara

"Hal ini harus segera dilakukan karena masalah kekerasan anak sudah darurat. Kepekaan masyarakat harus cepat-cepat dibangun," ujar Arist.

Komisioner KPAI, Rita Pranawati, juga menyoroti kepekaan dari masyarakat yang masih kurang. Selain masyarakat, pihak keluarga dan korban juga menjadi faktor kasus kekerasan anak kurang terangkat ke publik.

"Kenapa tidak lapor, karena takut. Ingin disimpan sendiri. Kalau lapor akan merusak harga diri keluarga," kata Rita.

Rita memberi contoh kasus kekerasan anak yang terjadi di Cluster Nusa Dua, Blok E Perumahan Citra Gran Cibubur. Kasus itu terbongkar berkat kepekaan warga sekitar melihat adanya indikasi kekerasan di dalam keluarga. [Baca Lima Warga Ini yang Selamatkan Penelantaran DN]

Kata Rita, hal seperti itulah yang patut ditiru seluruh masyarakat. "Di Cibubur itu, komunitasnya, warganya inisiatif. Ketika sudah tidak mempan diberitahu, mereka melaporkan kejadian itu ke pihak berwenang," kata Rita. (ren)


(15)

Universitas Sumatera Utara 3. Artikel Berita 3

NASIONAL

Ada Bercak Darah di Kamar Ibu Angkat Angeline

Saat ini bercak darah masih diperiksa di laboratorium. Jum'at, 12 Juni 2015 | 14:54 WIB

Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Bobby Andalan (Bali)

Margareth Megawe bersama Angeline (VIVA.co.id/facebook.com)

VIVA.co.id - Polisi menemukan bercak darah di dalam kamar pribadi ibu angkat

Angeline, Margareth dan di kamar tersangka Agustinus Tai Andamai. Bercak darah ditemukan saat polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di dalam kamar Margareth di Jalan Sedap Malam, Denpasar dan kamar rumah Agus.

Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, bercak darah itu sudah diamankan dan tengah diperiksa di laboratorium forensik Polri. "Disita dan diperiksa Labfor. Apakah darah manusia, lalu siapa manusianya, untuk

menguatkan pembuktian sebagai tersangka," kata Ronny, Jumat, 12 Juni 2015. Menurut Ronny, semua benda mencurigakan yang ditemukan polisi di lokasi pembunuhan dan di rumah tersangka akan dijadikan alat bukti untuk mengungkap siapa saja dalang pembunuhan sadis itu. "Semua yang diperoleh di dalam hasil olah TKP harus jadi bahan yang ditingkatkan menjadi alat bukti ketika sudah diperiksa di Labfor," ujarnya menambahkan.

Hingga saat ini, Margareth masih berstatus saksi dan tengah menjalani serangkaian pemeriksaan.


(16)

Universitas Sumatera Utara

lubang di belakang rumah Margareth setelah lebih dari tiga pekan dinyatakan hilang misterius. (mus)


(17)

Universitas Sumatera Utara 4. Artikel Berita 4

METRO

Ibu Angkat Angeline Jadi Tersangka. Ini Penjelasan Polisi

Dia terbukti telah menelantarkan Angeline Minggu, 14 Juni 2015 | 12:29 WIB

Oleh : Nila Chrisna Yulika, Bobby Andalan (Bali)

Ibu angkat Angeline, Margriet Megawe dan Angeline kecil (VIVA.co.id/facebook.com)

VIVA.co.id - Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hery Wiyanto

menyatakan, ibu angkat Angeline, Margareth Megawe telah ditetapkan sebagai tersangka. Sayangnya, ia tak hafal pasal berapa yang dituduhkan kepada Margareth.

"Coba Mas dicek ulang, pasalnya antara pasal 77 atau 80 UU Perlindungan Anak. Intinya tentang penelantaran anak," kata Hery saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu 14 Juni 2015.

Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah digali sebelumnya, Margareth terbukti melakukan tindakan penelantaran terhadap Angeline.

"Angeline terlihat kurus. Soal asupan gizi, tidak memberi makan, itu kan juga masuk dalam penelantaran anak," ujar Hery.

Selain itu, Margareth dianggap tak becus mengurus Angeline. Ia tak

memperhatikan dengan baik bocah mungil tersebut. "Dia juga tidak memberikan perhatian yang baik terhadap Angeline, itu juga penelantaran anak," ujarnya menambahkan.


(18)

Universitas Sumatera Utara

Pada saat yang sama, Margareth juga terbukti melakukan tindak kekerasan

terhadap Angeline. "Hanya untuk kekerasan ini kita menunggu hasil visum. Harus dibuktikan lagi berdasarkan visum," ujarnya.

"Itu yang mendasari kita menetapkan Margareth sebagai tersangka."

Hingga kini, Margareth masih dalam pemeriksaan intensif Polda Bali. Polisi akan memanggil saksi ahli guna mendalami tuduhan yang dialamatkan kepada ibu angkat Angeline ini.

Sebelumnya, Margareth ditangkap tim PPA Polda Bali di vilanya di kawasan Canggu, Kuta Utara pada dinihari tadi. Ia langsung digelandang menuju Polda Bali untuk menjalani pemeriksaan.


(19)

Universitas Sumatera Utara Lampiran III

Analisis Framing Gamson dan Modigliani pada Kasus Pembunuhan Engeline di viva.co.id

Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 10 Juni 2015

Judul Core Frame Condensing Symbols

Framing devices Reasoning devices

Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok

Engeline

ditemukan dalam kondisi tewas ketika sempat dikabarkan hilang. Tewasnya

Engeline diduga karena luka yang ditemukan di sekujur tubuhnya.

Metaphors: -

Exemplaar: Bagian tubuh Engeline yang diduga menjadi sasaran

kekerasan oleh pelaku.

Catchphrases: fakta

mengerikan.

Depiction: bocah.

Visual images: gambar beberapa polisi yang sedang

mengevakuasi jenazah Engeline dari rumahnya.

Roots: Engeline diduga tewas akibat jeratan tali di bagian leher.

Appeals to principle: Engeline sama seperti anak perempuan lainnya yang senang bermain boneka.

Consequences: kasus

pembunuhan Engeline menrupakan kasus besar sehinga

melibatkan para petinggi di bidang forensik dan kepolisian


(20)

Universitas Sumatera Utara


(21)

Universitas Sumatera Utara

Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015

Judul Core Frame Condensing Symbols

Framing devices Reasoning devices

Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri

Kasus Engeline harus diselidiki sampai tuntas dan pencarian pelaku harus dilakukan dengan benar-benar serius.

Metaphors: menyayat hati.

Exemplaar: pada tubuh Engeline terdapat

banyak luka ketika

ditemukan. Engeline dibunuh persis di depan kamar Margareth, sementara Margareth tidak mengaku tidak

mengetahui pembunuhan tersebut.

Catchphrases: pelaku tunggal.

Depiction: mengenaskan.

Visual images: Engeline merupakan anak

Roots: Engeline yang sempat dinyatakan hilang dan ditemukan dalam keadaan tewas, membuat sedih banyak pihak.

Appeals to

principle: Engeline

diperkosa oleh Agus sebanyak dua kali, sebelum dan setelah meninggal dunia.

Consequences: proses

penyelidikan masih

berlangsung dan keluarga angkat Engeline masih berkemungkinan ditetapkan sebagai tersangka.


(22)

Universitas Sumatera Utara

perempuan yang masih kecil dan duduk di bangku

Sekolah Dasar. Engelineyang masih bersekolah tersebut merupakan korban

kekerasan dan pembunuhan. Korban

perdagangan anak?

Adanya dugaan bahwa Engeline merupakan korban sindikat

perdagangan anak dalam jaringan paedofil

Metaphors: -

Exemplaar: Kemungkinan adanya

tersangka lain yang terlibat dalam pembunuhan Engeline selain Agus.  Catchphrases: terkejut.

Depiction: terlalu dini.

Visual images: -

Roots: ada asas praduga tak bersalah yang bisa dijadikan pertimbangan agar proses penyelidikan Engeline sesuai dengan aturan yang ada.

Penyelesaian kasus Engeline sampai tuntas akan menjadi cerminan bagi perlindungan anak.


(23)

Universitas Sumatera Utara

principle: masyarakat dihimbau untuk tidak menduga-duga akan apa yang terjadi pada kasus Engeline, dan menunggu proses

penyelidikan.

Consequences: Dugaaan

Engeline sebagai korban

perdagangan anak dalam jaringan paedofil harus tetap diselidiki. Kepekaan

harus dibangun

Mayarakat

dituntut untuk

lebih peka

terhadap kasus kekerasan pada anak yang terjadi di lingkungan sekitar.

Metaphors: membuka mata.

Exemplaar: kasus

kekerasan pada anak jarang terangkat di publik karena masyarakat kurang peka, dan faktor internal

keluarga

Roots: Kasus kekerasan pada anak tidak terekspos karena kurang pekanya masyarakat di sekitar.

Appeals to

principle:

Seorang anak yang harusnya dilindungi, justru menjadi korban kekerasan oleh


(24)

Universitas Sumatera Utara

korban dan korban itu sendiri.

Catchphrases: beban

kepolisian.

Depiction: darurat

Visual images: -

orang dewasa.

Consequences: perlunya dibentuk tim khusus untuk fokus pada kasus kekerasan anak yang terjadi di lingkungan sekitar.


(25)

Universitas Sumatera Utara

Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015

Judul Core Frame Condensing Symbols

Framing devices Reasoning devices

Ada Bercak Darah di Kamar Ibu Angkat

Angeline

Ditemukan alat bukti berupa bercak darah di kamar Margareth (Ibu Angkat Engeline).

Margareth kemungkinan terlibat dalam kasus kekerasan dan pembunuhan Engeline.

Metaphors: dalang.

Exemplaar: bercak darah ditemukan saat olah Tempat Kejadian

Perkara di kamar

Margareth dan kamar Agus.

Catchphrases: pembuktian.

Depiction: pribadi.

Visual images: ilustrasi berupa foto bagaimana kedekatan Engeline dan Margareth.

Roots: -

Appeals to principle: Margareth masih ditetapkan sebagai saksi dan masih dalam proses pemeriksaan.

Consequences: semua barang hasil olah TKP akan dijadikan alat bukti, termasuk bercak darah yang ditemukan di kamar Margaret dan Agus.


(26)

Universitas Sumatera Utara

Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 14 Juni 2015

Judul Core Frame Condensing Symbols

Framing devices Reasoning devices

Ibu Angkat Angeline Menjadi Tersangka. Ini Penjelasan Polisi

Penjelasan polisi terkait penetapan Margareth sebagai tersangka untuk kasus penelantaran anak.

Metaphors: -

Exemplaar: Penetapan Margareth sebagai tersangka berdasarkan keterangan para saksi yang telah digali sebelumnya. Catchphrases: terbukti melakukan kekerasan.

Depiction: tak becus.

Visual images: Engeline dan Margareth dalam satu frame dan sedang

memegang buah pepaya. Terlihat kurang hangat interaksi yamg diberikan kepada Engeline oleh

Roots: Margareth ditetapkan sebagai tersangka karena

melanggar UU tentang

Perlindungan Anak, yaitu menelantarkan Engeline.

Appeals to principle: penelantaran anak yang dituduhkan kepada Margareth adalah dilihat dari tubuh Engeline yang terlihat kurus dan kurang diperhatikan.

Consequences: Kepolisian akan


(27)

Universitas Sumatera Utara

Margareth. mendatangkan saksi ahli untuk memeriksa Margareth dan penetapannya sebagai tersangka.


(28)

Universitas Sumatera Utara Lampiran IV

DATA PRIBADI

Nama : Bagus Prakasa

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 24 Februari 1994

Agama : Islam

Alamat : Jalan Kawat 1 Gang Mawar No. 168, Tanjung Mulia Hilir, Medan

Email : bagus_prakasa@yahoo.com

Anak ke- : 3 dari 4 bersaudara Nama Orangtua

Ayah : Muliadi

Ibu : Kasiani

Pekerjaan Orangtua

Ayah : Karyawan Swasta

Ibu : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : 2000-2006

SD Negeri Inpres 064995 Medan 2006-2009

SMP Swasta Laksamana Martadinata Medan 2009-2012

SMA Swasta Dharmawangsa Medan

2012-2016

S-1 Ilmu Komunikasi USU


(29)

73 Universitas Sumatera Utara DAFTAR REFERENSI

Sumber Buku:

Ardiyanto, Elvinaro & Q-Annes, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Eriyanto. 2001. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Hamidi. 2004. Metode Kualitatif. Malang: UMM Pers.

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta. UGM Press Nurudin. 2004. Komunikasi Massa.Malang: Cespur.

Pohan, Syafrudin. Dkk. 2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian. Medan: PT Grasindo Monoratama.

Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Intrans Publishing.

Romli, Asep Syamsul. 2012. Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendikia. Saifuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar

Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Severin, Werner J. & Tankard, Jr. James W. 2008. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. (Sugeng Hariyanto. Pengalih Bahasa). Jakarta: Kencana.

Shoemaker, Pamela J dan Stephen D. Reese. 1996. Mediating The Messages: Theories of Influences on Mass Media Content. Second edition.USA: Logman Publisher.

Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(30)

74 Universitas Sumatera Utara

Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suyanto, Bagong & Sutinah (Ed.). 2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tamburaka, Apriadi. 2013. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Usman KS, Ekomant. 2010. Media Pengantar Konsep dan Media. Jakarta Selatan, Indonesia.

Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Indeks.

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wardhani, Morrison & Andy Corry. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Zamroni, Muhammad. 2009. Filsafat Komunikasi; Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu

Perundang-undangan

UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002

UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Jurnal Ilmiah

Azhari, Marina. 2015. Analisis Framing Kuis Kebangsaan di RCTI. Medan: Jurnal FLOW, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Bakti, Andika 2014. Analisis Framing tentang Konstruksi Melayu Saat Revolusi Sosial Sumatera Timur di Kesultanan Langkat dalam Surat Kabar Pandji

Ra’jat. Medan: Jurnal FLOW, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Marini, Ama 2015. Kebebasan Pers Dikaitkan dengan Berita Pemblokiran Situs Islam di Republika Online. Medan: Jurnal FLOW, Departemen Ilmu


(31)

75 Universitas Sumatera Utara

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Sumber Internet

www.databiografi.com/2015/06/Engeline-kisah-tragis-bocah-mungil.html. diakses pada 18 Februari 2016, pukul 23.18 WIB.

http://news.viva.co.id/pages/tentangkami/ diakses pada 20 Februari 2016, pukul 09:25 WIB.

www.kpai.go.id. diakses pada 06 Maret 2016, pukul 22.05 WIB.

https://www.vivagroup.co.id. diakses pada 17 Juli 2016, pukul 21.09 WIB. http://nasional.news.viva.co.id/news/read/636497-mengerikan-tubuh-angeline-penuh-luka-dan-sundutan-rokok. diakses pada 17 Juli 2016 pukul 21.51 WIB. http://fokus.news.viva.co.id/news/read/637137-tragedi-angeline-jangan-sampai-berbuah-misteri. diakses pada 17 Juli 2016, pukul 22.02 WIB.

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/637387-ada-bercak-darah-di-kamar-ibu-angkat-angeline. diakses pada 17 Juli 2016, pukul 22.17 WIB.

http://metro.news.viva.co.id/news/read/637947-ibu-angkat-angeline-jadi-tersangka-ini-penjelasan-polisi. diakses pada 17 Juli, pukul 22.54 WIB.

http://www.alexa.com/siteinfo/viva.co.id diakses pada 10 Agustus 2016, pukul 20:40 WIB.

www.kbbi.web.id/ngeri. diakses pada 10 Agustus 2016, pukul 23.27 WIB.

www.kbbi.web.id/enasi.mengenaskan diakses pada 11 Agustus 2016, pukul 23.38 WIB.

www.kbbi.web.id/sayat. diakses pada 10 Agustus 2016, pukul 23.55 WIB. www.kbbi.web.id/dalang. diakses pada 11 Agustus 2016, pukul 21.13 WIB. www.kbbi.web.id/becus. diakses pada 11 Agustus 2016, pukul 22.08 WIB.


(32)

76 Universitas Sumatera Utara

www.remotivi.or.id/kupas/245/Hierarki-Pengaruh-dalam-Mediasi-Pesan.html diakses pada 28 Agustus 2016, pukul 21.05 WIB.

https://movie.co.id/untuk-angeline. diakses pada 28 Agustus 2016, pukul 22.04 WIB

https://tempo.co/read/beritafoto/39626/Ibu-Angkat-Engeline-Divonis-Seumur-Hidup diakses pada 28 Agustus 2016, pukul 22.55 WIB.

https://tempo.co/read/news/2015/06/23/174677446/Kasus-Angeline-Laut-Hitam-Kekerasan-Anak-di-Indonesia. diakses pada 28 Agustus, pukul 23.04 WIB. www.pendidikan.info/2016/02/pedoman-ejaan-bahasa-indonesia-2016.html diakses pada 29 Agustus 2016, pukul 20.10 WIB


(33)

32 Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi dengan kata lain adalah suatu pendekatan umum, untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi yang lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang juga dari yang sangat kuantitatif hingga yang sangat kualitatif (Mulyana, 2003: 145).

Adapun metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivis sebagai cara pandang dalam media meneliti. Metode yang digunakan adalah metode analisis framing Gamson dan Modigliani, yaitu metode analisis yang melihat wacana sebagai kontruksi realitas sosial. Analisis framing Gamson dan Modigliani dapat menggunakan pendekatan paradigma konstruktivisme yang melihat representasi media baik berita maupun artikel. Perangkat pembingkaian terdiri atas package-package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu.

3.2Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah artikel-artikel berita terkait pembunuhan Engeline di situs berita online viva.co.id selama periode 10 Juni – 16 Juni 2015. Artikel yang diteliti adalah artikel yang memiliki isi sesuai dengan konteks yang ingin diteliti, yaitu pembunuhan Engeline.

Peneliti memilih empat buah artikel yang isinya terkait dengan pembunuhan Engeline, di antaranya artikel yang terbit pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 17.08 WIB, 12 Juni 2015 pukul 00.17 WIB, 12 Juni 2015 pukul 14.54 WIB, dan 14 Juni 2015 pukul 12.29 WIB.


(34)

33 Universitas Sumatera Utara 3.3 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah portal berita viva.co.id. Viva.co.id merupakan salah satu portal berita yang turut menyajikan pemberitaan tentang pembunuhan Engeline.

3.3.1 Profil viva.co.id

Viva.co.id sebelumnya bernama vivanews.com merupakan sebuah portal berita online yang dikelola oleh PT. Viva Media Baru, sebuah anak perusahaan PT. Visi Media Asia Tbk. yang juga mengelola bisnis penyiaran Antv, tvOne, Sport One, viva+. Untuk pertama kalinya, situs berita viva.co.id diluncurkan pada tanggal 17 Desember 2008. Presiden Komisaris dan Chairman dari PT. Visi Media Asia adalah Anindya Bakrie. Tahun 2010, adik Anindya yaitu Anindra Ardiansyah Bakrie terpilih menjadi Direktur PT. Visi Media Asia. Selanjutnya Anindra Ardiansyah Bakrie menduduki posisi Direktur Eksekutif di portal berita online viva.co.id.

Gambar 1.3 Tampilan portal berita online viva.co.id

(Dikutip dari https//:www.viva.co.id)

Tahun 2012 vivanews.com berubah menjadi viva.co.id. Tidak hanya berubah pada alamat website saja, melainkan juga pada tampilan. Pemberitaan viva.co.id ditampilkan secara teks, foto, video, dan suara. Situs viva.co.id dapat diakses selama 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu melalui komputer pribadi, laptop, telepon seluler, dan Personal Digital Assistant (PDA) yang terhubung jaringan internet. Selain memberikan jasa pemberitaan yang dilaporkan


(35)

34 Universitas Sumatera Utara

oleh wartawan yang bekerja di viva.co.id, situs ini juga menerima informasi dari pembaca viva.co.id yang berminat melaporkan berita yang mereka anggap penting melalui fitur U-Report.

Gambar 2.3 Logo viva.co.id

Nama Perusahaan : PT. Viva Media Baru

Alamat : Kawasan Industri Pulogadung, Gedung tvOne Jalan Rawa Terate II No. 2 Jakarta Timur, 13260, Indonesia

Telepon : (021) 4601326

Fax : (021) 4601327

Email : redaksi@viva.co.id

Slogan : Indepth, Trusted

3.4 Kerangka Analisis

Analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut. Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam arti frekuensi, akan tetapi digunakan untuk menganalisis makna dari data yang tampak di permukaan (Bungin, 2008: 309).

Penelitian ini menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani. Analisis framing yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami media sebagai satu gagasan interpretasi (interpretative package) saat mengkonstruksi dan memberi makna pada suatu isu.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang berasal dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca


(36)

35 Universitas Sumatera Utara

buku-buku, literatur, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Studi dokumen (Document Research)

Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang dianalisis dari bahan-bahan tertulis pada viva.co.id yang memuat berita tentang pembunuhan Engeline.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani untuk menganalisis artikel pemberitaan kasus pembunuhan Engeline pada situs berita online viva.co.id. Model ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media seperti berita dan artikel, terdiri atas interpretative package yang mengandung konstruksi makna tertentu. Package ini di dalamnya terdapat dua struktur, yaitu Core Frame dan Condensing Symbol. Berikut adalah model analisis framing Gamson dan Modigliani:

Gambar 3.3 Model analisis framing Gamson dan Modigliani

(Diadopsi dari William A. Gamson dan Andre Modigliani,”Media Discourse and Public Opinion on Nuclear Power A Constructionist Approach”, dalam Azhari, 2015, hlm.48, dalam Sobur,

hlm.177.)

CONDENSING SYMBOL FRAMING

DEVICES

REASONING DEVICES 1. Metaphors

2. Exemplaar 3. Catchphrases 4. Depiction 5. Visual Images

1. Roots 2. Appeals to

Principle 3. Consequence MEDIA PACKAGE


(37)

36 Universitas Sumatera Utara

Core frame (gagasan sentral) pada dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan mengarahkan makna isu yang dibangun condensing symbol. Condensing symbol adalah hasil pencermatan terhadap interaksi perangkat simbolik (framing devices dan reasoning devices) sebagai dasar digunakannya perspektif.

Struktur framing devices yang mencakup methapors, exemplaar, catchprhrases, depiction, dan visual images menekankan aspek cara „melihat‟ suatu isu. Framing devices dijelaskan, seperti:

1. Metaphors dipahami sebagai suatu cara memindahkan makna dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata seperti ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. 2. Exemplaar mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi

memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan rujukan atau pelajaran. 3. Cathphrases adalah istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan

fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu.

4. Depiction, penggambaran fakta dengan memaknai kata, istilah, kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu.

5. Visual images adalah pemakaian foto, diagram, grafis, table kartun, dan sejenisnya untuk mengekspresikan kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkan-dikecilkan, ditebalkan-dimiringkan, serta pemakaian warna.

Struktur reasoning devices menekankan aspek pembenaran terhadap cara

„melihat‟ isu, yakni roots (analisis kausal), appeals to principle (klaim-klaim moral), dan consequences (efek spesifik).

1. Roots (analisis kausal) merupakan pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain.

2. Appeals to principle (klaim-klaim moral) adalah pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran, dan sejenisnya. 3. Consequences adalah efek atau akibat yang didapat dari bingkai.


(38)

37 Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2.Hasil

4.1.1.Frame Berita Pembunuhan Engeline

Teks terkait pembunuhan Engeline yang dimuat oleh portal berita viva.co.id akan dianalisis menggunakan analisis framing dengan merujuk pada konsep Gamson dan Modigliani. Melalui konsep ini, frame dipandang sebagai cara bercerita (story line) yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Pada rentang waktu dari 10 Juni 2015 sampai dengan 16 Juni 2015, peneliti menemukan empat teks yang berkaitan dengan pembunuhan Engeline, masing-masing terbit pada 10 Juni 2015, 12 Juni 2015, dan 14 Juni 2015.

Teks dipilih untuk dilihat framing devices atau perangkat framing (mengetahui metaphors, catchphrases, exemplar, depiction, dan visual images), selanjutnya diketahui reasoning devices atau perangkat penalaran (mengetahui roots, appeals to principle, consequences). Teks akan dideskripsikan dengan merujuk pada bingkai yang telah dianalisis.

1. Analisis Framing Artikel Berita 1

Judul : Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok

Terbit : Rabu, 10 Juni 2015 | 17:08 WIB Penulis : Harry Siswoyo

Artikel tersebut merupakan artikel kedua yang muncul pada website viva.co.id, sesaat setelah Engeline ditemukan dalam keadaan tewas. Artikel berita ini lebih digambarkan kondisi Engeline saat ditemukan oleh pihak Kepolisian.

Jika diamati pada bagian judul, terlihat bahwa isi berita tersebut mengenai banyaknya luka dan bekas sundutan rokok pada tubuh Engeline yang ditemukan. Lewat judul yag diberikan, viva.co.id ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa kondisi jasad Engeline cukup parah. Hal tersebut dijelaskan dengan penggunaan kata „mengerikan‟ di awal judul berita. Jika ditilik dalam kaidah linguistik, kata


(39)

38 Universitas Sumatera Utara „mengerikan‟ merupakan verba, yakni kelas kata yang menunjukkan satu tindakan atau perbuatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata „mengerikan‟ sebagai sesuatu menimbulkan rasa ngeri (seram yang menyebabkan berdiri bulu roma).

Core Frame (gagasan inti) yang terdapat dalam artikel „Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok‟ ingin menunjukkan kondisi jasad Engeline ketika ditemukan. Adanya luka yang cukup banyak di sekujur tubuh Engeline dan dugaan penyebab tewasnya Engeline menjadi gagasan inti yang ingin disampaikan oleh viva.co.id melalui artikel berita ini. Selanjutnya, uraian tentang kondisi Engeline ketika ditemukan mengarah pada condensing symbol yang terdiri atas framing devices dan reasoning devices.

Framing devices merupakan pembingkai yang didukung oleh pemakaian simbol-simbol untuk memberi penekanan dan penonjolan apa yang ingin disampaikan. Simbol-simbol itu berfungsi sebagai ikon yang memberi penekanan dan penonjolan, agar penafsiran dan pemaknaan akan peristiwa lebih diterima dan dihayati oleh pembaca. Melalui artikel berita ini, perangkat pembingkai (framing devices) dapat dilihat melalui metaphors, exemplaar, catchphrases, depiction, dan visual images.

1. Metaphors

Penggunaan metaphors dalam artikel ini tidak ditemukan oleh peneliti. Kata dan kalimat yang digunakan dalam artikel ini tidak ada yang bersifat kiasan, maupun analogi.

2. Exemplaar

Penggunaan exemplaar terlihat pada uraian kondisi jasad Engeline ketika ditemukan.

“Di antaranya luka memar di paha kanan samping luar, pada bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.”

Exemplaar menunjukkan bahwa viva.co.id ingin menjelaskan Engeline tewas akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh seseorang. Pada artikel berita ini, viva.co.id menjabarkan beberapa bagian dari tubuh Engeline yang diduga menjadi sasaran kekerasan oleh pelaku ketika


(40)

39 Universitas Sumatera Utara

membunuh Engeline. Viva.co.id juga ingin menunjukkan seluruh bagian tubuh Engeline tidak luput dari tindak kekerasan yang dilakukan pelaku. Peneliti meyakini bahwa bagian-bagian tubuh yang dijelaskan pada artikel ini merupakan bagian tubuh yang sifatnya tertutup, antara lain paha, bokong, pinggang dan perut bagian bawah. Viva.co.id secara tidak langsung menjelaskan kekerasan yang dialami Engeline bukan hanya terjadi pada bagian tubuh yang mudah dilihat saja, melainkan bagian tubuh yang biasanya ditutupi orang banyak. 3. Catchphrases

“Dari pemeriksaan awal terungkap sejumlah fakta mengerikan. Diketahui di tubuh Engeline ditemukan banyak sekali luka dan bekas sundutan rokok.”

Melalui kalimat tersebut dapat diketahui viva.co.id menunjukkan bahwa dilakukan sekali pemeriksaan terhadap jasad Engeline. Pemeriksaan yang baru dilakukan pada tahap awal tersebut, sudah menunjukkan kalau tubuh Engeline ditemukan dengan keadaan yang sangat menyeramkan. Catchphrases yang digunakan pada artikel berita ini terlihat pada kata „mengerikan‟. Penggunaan kata „mengerikan‟ pada artikel ini disandingkan dengan kata „fakta‟. Peneliti memercayai bahwa viva.co.id ingin menegaskan pelaku melakukan tindak kekerasan yang sangat kejam dengan hasil temuan pada tubuh Engeline tersebut. Hasil temuan itu selanjutnya digambarkan sebagai sesuatu hal yang benar-benar terjadi dan menimbulkan rasa ngeri bagi pembaca. 4. Depiction

Depiction (dalam Eriyanto, 2001: 263) merupakan penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif dan umumnya untuk melabeli sesuatu. Pemakaian depiction (label) ditemukan pada penggunaan kata „bocah‟ yang dapat dilihat dalam teks berikut:

“Tak cuma itu, ditemukan juga pembusukan pada tubuh bocah yang telah dinaikkan ke kelas 3 oleh sekolahnya itu.”


(41)

40 Universitas Sumatera Utara

Konstruksi yang ingin dibangun oleh viva.co.id melalui kalimat ini adalah menampilkan sosok Engeline yang masih anak-anak sebagai korban pembunuhan. Kata tersebut seolah-olah ingin menjelaskan seorang anak yang semestinya mendapat perlindungan dan kasih sayang justru menjadi sasaran tindak kekerasan, hingga ditemukan tewas. Artikel berita ini juga mengangkat bahwa Engeline masih duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar. Penggunaan label ini mengingatkan pembaca bahwa Engeline masih sangat muda dan masih memiliki jenjang pendidikan yang sangat panjang.

5. Visual Images

Jika dilihat dari artikel ini, visual images yang digunakan adalah foto beberapa petugas kepolisian yang mengevakuasi jasad Engeline di rumahnya. Jasad Engeline berada di dalam kantong jenazah berwarna oranye dan terlihat digotong oleh beberapa polisi. Melalui foto tersebut juga terlihat beberapa petugas kepolisian menggunakan masker. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa jasad Engeline mengeluarkan aroma yang tidak sedap sehingga harus menggunakan media untuk menghalau aroma tersebut, yaitu masker.

Selain framing devices, condensing symbol juga dibangun oleh reasoning devices untuk mencapai maksud dari core frame. Reasoning devices disebut juga perangkat penalaran merupakan ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam artikel berita untuk menekankan kepada khalayak bahwa „versi berita‟ yang disajikan dalam artikel adalah benar. Oleh sebab itu, fakta yang dipilih secara tidak langsung dalam pandangan ini untuk memperkuat bangunan perspektif yang telah disusun oleh wartawan. Reasoning devices tersebut terdiri dari roots, appeals to principle, dan juga consecuences.

1. Roots

Penggunaan roots dalam teks terdapat pada kalimat:

“…Angeline diduga tewas karena jeratan tali. Sebab ada bekas jeratan dan tali di leher Angeline, saat tubuhnya ditemukan.”


(42)

41 Universitas Sumatera Utara

Maksud dari roots di atas seolah ingin menunjukkan bahwa Engeline tewas karena dijerat dengan menggunakan tali di bagian leher. Viva.co.id ingin menggambarkan bahwa dari banyaknya luka yang ditemukan di tubuh Engeline, jeratan tali di bagian leher menjadi dugaan paling kuat tewasnya Engeline. Walaupun proses autopsi belum dilakukan, namun viva.co.id telah mengkonstruksi penyebab meninggalnya Engeline dengan menggunakan dugaan kausal tadi. 2. Appeals to Principle

Penggunaan appeals to principle sebagai klaim-klaim moral dapat dilihat dalam teks:

“Bersama jasad Angeline juga terdapat kain kemben berwarna merah motif bunga. Ada pula boneka Barbie kesayangan Angeline.”

Teks di atas mengarahkan khalayak pada diri Engeline yang merupakan perempuan dan masih anak-anak. Penggunaan kata-kata pada teks di atas menggambarkan seperti anak-anak perempuan pada umumnya, bahwa Engeline juga sering bermain dengan boneka yang dimiliki. Viva.co.id secara jelas menggambarkan hal tersebut dengan menempatkan kata „motif bunga‟, „boneka‟, dan „kesayangan‟.

3. Consequences

Penggunaan consequences dalam teks ini mengarahkan pada kasus pembunuhan Engeline yang dianggap sangat penting, khususnya tergambar pada penjelasan tentang proses autopsi.

“Kini jasad Angeline tengah diautopsi, dipimpin langsung Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr Dudut Rustyadi SpF dan disaksikan Kabid Dokkes Polda Bali dr Felix Sangkalia dan Kasat Reskrim Polresta Denpasar.”

Penggunaan kata-kata tersebut menunjukkan bahwa proses autopsi Engeline melibatkan orang-orang penting di bidang forensik dan kepolisian. Viva.co.id seolah ingin menggambarkan dengan terlibatnya para pemimpin di bidangnya untuk mengautopsi Engeline, kasus


(43)

42 Universitas Sumatera Utara

Engeline seolah merupakan salah satu terbesar terkait kekerasan dan pembunuhan.

Melalui artikel berita pertama yang peneliti analisis, peneliti menemukan viva.co.id ingin menggambarkan bahwa kasus pembunuhan Engeline merupakan kasus yang mengerikan. Hal tersebut terlihat dari cara viva.co.id menguraikan tentang apa yang dialami pada jasad Engeline secara detil. Viva.co.id menjelaskan bagian-bagian tubuh Engeline yang diduga menjadi sasaran kekerasan. Lebih lanjut, viva.co.id turut menguraikan dugaan tewasnya Engeline berdasarkan adanya jeratan tali di leher. Hal tersebut diuraikan sebelum adanya pemeriksaan dari pihak Kepolisian. Dengan kata lain, melalui penggambaran banyaknya luka yang ditemukan pada jasad Engeline, viva.co.id menjelaskan bahwa pelaku melakukan tindak kekerasan yang membuat pembaca merasa iba dan ngeri.

Viva.co.id juga menggunakan kata „bocah‟ untuk menggantikan kata

Engeline. Peneliti melihat bahwa viva.co.id menggiring persepsi pembaca bahwa kekerasan yang dilakukan pelaku, tidak sepantasnya dialami oleh seorang anak perempuan yang masih kecil dan sedang menempuh pendidikan.

2. Analisis Framing Artikel Berita 2

Judul : Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri Terbit : Jum’at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB

Penulis : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha

Artikel berita ini merupakan artikel kedua yang dipilih oleh peneliti untuk diketahui frame beritanya. Artikel ini dipilih berdasarkan kelengkapan konten dalam menggambarkan kronologis pembunuhan Engeline. Selain menjelaskan tentang cerita pembunuhan Engeline, dalam artikel ini juga terdapat dua sub judul. Kedua sub judul tersebut selanjutnya masing-masing dinamai „Korban perdagangan anak?‟ dan „Kepekaan harus dibangun‟. Sesuai dengan sub judul pertama, di dalam artikel ini dibahas dugaan Engeline sebagai korban perdagangan anak karena diasuh oleh keluarga angkat. Sub judul kedua lebih mengaitkan antara kasus Engeline yang sudah terjadi dengan himbauan Komisi


(44)

43 Universitas Sumatera Utara

Perlindungan Anak (KPAI) untuk lebih peka dengan kasus kekerasan pada anak yang terjadi pada lingkungan sekitar.

Peneliti sengaja membagi analisis framing dalam artikel ini ke dalam bagian-bagian sesuai dengan sub judul yang diberikan. Alasan pembagian ini adalah untuk menjadikan proses menganalisa lebih terstruktur dan mudah dipahami. Perbedaan konten dalam masing-masing sub judul juga menjadi pertimbangan peneliti untuk membagi analisa framing berita tersebut.

Jika ditelusuri dari judul yang diberikan, „Tragedi Engeline Jangan Sampai Berbuah Misteri‟ menandakan viva.co.id ingin mengingatkan bahwa kasus Engeline harus diusut sampai tuntas. Para pelaku pembunuhan ini juga diharapkan viva.coid untuk diselidiki lebih lanjut apakah hanya satu orang atau melibatkan orang lain.

Core frame dalam artikel berita ini ingin menunjukkan bahwa kasus Engeline merupakan sebuah kasus besar yang harus diselesaikan sampai akhir. Pencarian para pelaku harus benar-benar dilakukan secara serius. Pencarian tersangka ini selanjutnya dapat dimulai dari orang-orang yang paling dekat dengan kehidupan Engeline. Gagasan inti pada artikel ini juga menduga kemungkinan Engeline sebagai korban perdagangan anak. Selain hal itu, gagasan inti pada artikel ini mengungkapkan bahwa kasus Engeline menjadi sorotan dan pelajaran bagi masyarakat luas. Kasus ini menjadi bukti kongkretnya kasus kekerasan anak yang terjadi di tengah masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan rasa peka dan peduli masyarakat luas terhadap kasus-kasus kekerasan anak yang terjadi di sekitar lingkungan sosial.

Pada core frame terdapat condensing symbol, yang terdiri atas framing devices dan reasoning devices. Melalui artikel ini, ditemui framing devices sebagai berikut:

1. Metaphors

Eriyanto (2001) menjelaskan bahwa metaphors merupakan perumpamaan dan pengandaian. Jika dilihat pada artikel ini, penggunaan metaphors terlihat pada kalimat:

“Kasus kematian bocah perempuan berparas manis itu semakin menyayat hati.”


(45)

44 Universitas Sumatera Utara

Penggunaan kata „menyayat hati‟ menunjukkan bahwa kasus tewasnya Engeline menjadi sebuah kasus yang memilukan. Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyayat hati berarti melukai hati, menyakiti hati, menyedihkan hati. Peneliti percaya bahwa viva.co.id ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kasus kematian Engeline merupakan sebuah kasus yang luar biasa menyedihkan. Kata

„menyayat hati‟ menjadi gambaran betapa kejamnya pembunuhan terhadap Engeline.

2. Exemplaar

Exemplaar digunakan untuk menjelaskan kondisi tubuh Engeline ketika ditemukan. Lebih dari itu juga dijelaskan bagian tubuh Engeline yang menjadi sasaran kekerasan.

“Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu terdapat banyak luka. Di antaranya memar paha kanan samping luar, memar di bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.”

Melalui teks tersebut, diuraikan bagian-bagian tubuh Engeline yang ditemukan banyak luka. Melalui uraian tersebut, viva.co.id seakan ingin menyentuh perasaan pembaca setelah mengetahui kondisi luka pada korban. Lebih dari itu, Engeline yang turut digambarkan sebagai anak perempuan yang masih kecil dengan adanya luka di sekujur tubuh tentu membuat pembaca menjadi iba.

Exemplaar pada artikel berita ini juga ditemukan pada kalimat,

“Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun anehnya, Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut.”

Teks tersebut diuraikan secara mendalam mengenai tempat dibunuhnya Engeline. Uraian tersebut menjelaskan posisi Margareth ketika Engeline dibunuh dan menjawab dugaan-dugaan yang sempat diberikan kepada Margareth sebagai pembunuh Engeline. Viva.co.id memberikan kalimat yang kontras dengan menjabarkan ketidaktahuan Margareth dengan lokasi yang menjadi tempat pembunuhan.


(46)

45 Universitas Sumatera Utara

Viva.co.id mengemas teks tersebut seakan menjadi hal yang tidak wajar ketika seseorang berada di dalam tempat yang sama dengan kejadian perkara, dan tidak mengetahui adanya kasus pembunuhan. Secara tidak langsung, Viva.co.id ingin mendalami fakta bahwa Margareth menjadi seseorang yang layak untuk diperiksa keterlibatannya atas kematian Engeline.

3. Catchphrases

Menurut Gamson dan Modigliani (dalam Eriyanto, 2001: 262), catchphrases terdiri atas frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana. Catchphrases digolongkan pada istilah, bentukan kata, atau frase kata yang merujuk pada pemikiran atau semangat tertentu. Melalui artikel berita ini, catchphrases terlihat pada,

“Saat ini Agus ditetapkan sebagai pelaku tunggal.”

Peneliti menjadikan „pelaku tunggal‟ sebagai frase yang merujuk pada pemikiran tertentu. Tunggal dalam hal ini berarti satu orang atau seorang diri. Hal tersebut menggambarkan bahwa pelaku kekerasan dan pembunuhan terhadap Engeline adalah satu orang. Portal berita online, Viva menggunakan kata „pelaku tunggal‟ untuk merujuk pada Agus sebagai satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas kasus Engeline dan ditetapkan sebagai tersangka. Selain kata tersebut,

„pelaku tunggal‟ disandingkan dengan kata „saat ini‟ yang berarti masih memungkinkan adanya pelaku lain yang terlibat. Sementara penyelidikan masih berlangsung, maka masih ada kemungkinan ditetapkannya orang lain sebagai tersangka. Viva.co.id melalui kalimat tersebut menunjukkan bahwa kasus Engeline masih belum selesai dan dugaan-dugaan adanya tersangka baru masih mungkin terjadi.

4. Depiction

Azhari (2015) menjelaskan bahwa depiction merupakan cara menggambarkan fakta dengan memaknai kata, istilah, atau kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Penjelasan tersebut terlihat pada kalimat,


(47)

46 Universitas Sumatera Utara

“Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan.

Kondisi Angeline digambarkan dengan istilah „mengenaskan‟, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menyedihkan atau memilukan. Melalui teks ini, viva.co.id ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa tubuh Engeline ketika ditemukan membuat orang lain merasa sedih atau pilu.

5. Visual Images

Melalui artikel ini, wajah Engeline menjadi foto yang digunakan viva.co.id. Terlihat bahwa Engeline menggunakan seragam sekolahnya yang berwarna biru-putih. Lebih dari itu, tergambar jelas Engeline membawa tas ransel berwarna merah muda dan sepatu berwarna senada dengan kaki putih. Pembaca dapat melihat wajah Engeline yang memberikan senyum ketika dirinya difoto, dengan keterangan foto

„Angeline semasa hidup‟. Dari penjabaran tersebut, dapat diketahui foto ini diabadikan ketika Engeline akan berangkat sekolah atau telah pulang dari sekolah. Peneliti menemukan bahwa viva.co.id ingin menunjukkan bahwa Engeline sebagai korban kekerasan merupakan seorang anak yang masih kecil dan sedang duduk di bangku sekolah. Penjelasan pada framing devices tersebut kemudian didukung oleh pola-pola yang digunakan dalam reasoning devices, di antaranya adalah:

1. Roots

Pada artikel ini menunjukkan bahwa penemuan Engeline yang sempat dinyatakan hilang dan ditemukan dalam keadaan tewas membuat sedih banyak pihak. Viva.co.id mengkontruksi dengan menggambarkan proses pencarian Engeline yang cukup lama dan hasil temuan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan hingga membuat khalayak pilu.

“Pencarian bocah perempuan di Bali, Angeline, yang dinyatakan hilang sejak Sabtu, 16 Mei 2015 berakhir pilu. Dia ditemukan tak bernyawa, Rabu, 10 Juni 2015, sekitar pukul 11.30 WIB.”


(48)

47 Universitas Sumatera Utara

2. Appeals to Principle

Perangkat penalaran pada artikel yang diterbitkan viva.co.id ini terlihat dengan menggunakan klaim-klaim moral (appeals to principle), seperti penjelasan berupa penekanan pada frekuensi pemerkosaan yang dilakukan tersangka Agus kepada Engeline. Di samping itu, kondisi Engeline yang juga diperkosa ketika sudah dalam keadaan meninggal turut dijelaskan secara berulang-ulang. Viva.co.id menunjukkan bahwa kasus pemerkosaan yang dilakukan Agus setelah Engeline wafat merupakan suatu hal yang sangat tidak lumrah terjadi.

“Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi total, dua kali dia memperkosa Angeline, ujar Sudana.” 3. Consequence

Efek (consequence) dalam artikel ini menunjukkan bahwa proses investigasi kasus pembunuhan Engeline tidak berhenti sampai tahap ditetapkannya Agus sebagai tersangka. Melalui narasumber yag dipilih viva.co.id, Kapolda Bali menunjukkan bahwa pihak Kepolisian juga akan terus mencari penyebab pasti meninggalnya Engeline. Hal tersebut ditambah dengan pencarian orang yang bertanggung jawab atas kematian Engeline. Viva.co.id secara tidak langsung menunjukkan masih ada kemungkinan keluarga Engeline terlibat dalam kasus pembunuhan ini.

“Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Angeline.”

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam artikel ini juga terdapat dua sub judul. Sub judul pertama diberikan judul „Korban perdagangan anak?‟. Jika dilihat dari konten yang ada pada sub judul ini, viva.co.id ingin menjelaskan kemungkinan Engeline sebagai korban perdagangan anak. Core frame (gagasan inti) dalam sub judul ini mengarahkan khalayak untuk tidak terlalu banyak menduga atas penyebab dan pelaku pembunuhan Engeline. Core frame


(49)

48 Universitas Sumatera Utara

pada sub judul ini juga terdiri atas framing devices dan reasoning devices. Framing devices dapat terlihat seperti berikut:

1. Metaphors

Peneliti tidak menemukan penggunaan metaphors yang ada pada artikel ini. Jika dilihat dari isi berita secara keseluruhan, tidak ditemukan kata atau teks yang menganalogikan dan memberikan makna tersirat terhadap sesuatu hal.

2. Exemplaar

Jika diamati konten sub judul ini, peneliti melihat penggunaan exemplaar pada penjelasan tentang adanya kemungkinan orang lain, yang terlibat dalam kasus pembunuhan Engeline.

“Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut seta melakukan, atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline.”

Peneliti menemukan sekali lagi viva.co.id menguraikan bahwa kemungkinan adanya orang lain yang turut bertanggung jawab atas kematian Engeline. Peneliti beranggapan apa yang dicantumkan viva.co.id bukanlah tanpa tujuan. Dugaan-dugaan yang diberikan lewat teks pada artikel seolah ingin mengkonstruksi khalayak untuk mengiyakan adanya tersangka lain. Sementara itu, proses hukum dan investigasi masih berjalan.

3. Catchphrases

Frase yang menonjol dan digunakan oleh viva.co.id lewat artikel ini terlihat pada,

“Tapi, Rita mengaku terkejut dengan penetapan Agus sebagai pelaku tunggal dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap Angeline. Pasalnya, dalam kasus hilangnya Angeline, pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab sebelumnya adalah keluarga angkat Angeline.


(50)

49 Universitas Sumatera Utara

Melalui teks tersebut, viva.co.id menggambarkan perasaan narasumber ketika mengetahui Agus sebagai tersangka tunggal. Penggunaan kata

„terkejut‟ oleh viva.co.id yang menjelaskan tentang suatu hal yang sulit dipercayai masyarakat luas secara umum. Kalimat selanjutnya menunjukkan bahwa kemungkinan adanya tersangka kedua yang berasal dari pihak keluarga angkat Angeline. Lagi-lagi viva.co.id lewat teks yang disampaikan dan pernyataan yang diberikan narasumber menguraikan Agus tidak bertanggung jawab sendiri atas kematian Engeline.

4. Depiction

Peneliti menemukan pelabelan pada konten berita pada sub judul ini melalui kalimat,

“Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan

anak dalam kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh, kata Yuliana” Pada kalimat tersebut dijelaskan bahwa anggapan masyarakat tentang indikasi perdagangan anak masih terlalu cepat. Lewat kata „terlalu dini‟, viva.co.id seolah ingin menepis dugaan yang beredar tentang kaitan terbunuhnya Engeline dan adanya isu perdagangan anak.

5. Visual Images

Sub judul ini tidak menyantumkan foto atau ilustrasi tambahan yang mendukung isi artikel. Foto atau ilustrasi yang ada merupakan foto Engeline yang menggunakan seragam sekolah dan sudah dijelaskan sebelumnya pada analisa di artikel utama.

Framing devices tersebut kemudian didukung oleh roots, appeals to principle, dan consequence yang tergolong pada reasoning devices.

3. Roots

Melalui sub judul ini, roots menunjukkan bahwa masih ada hal-hal yang harus dijadikan pertimbangan agar proses penyelidikan kasus Engeline bersifat profesional, seimbang, dan sesuai dengan aturan perundang-undangan.


(51)

50 Universitas Sumatera Utara

“Ronny menegaskan masih ada asas praduga tak bersalah. Inilah yang menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan prosedur perundang-undangan.”

Peneliti juga menemukan kalimat kausal pada konten sub judul ini, yaitu,

“Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan terjadi preseden buruk bagi perlindungan anak.”

Melalui kalimat tersebut, viva.co.id melalui narasumber yang dipilih ingin menunjukkan bahwa kasus Engeline merupakan suatu cerminan bagi perlindungan anak. Tuntas atau tidaknya kasus Engeline menjadi dasar bahwa pihak-pihak terkait juga turut andil dalam hal perlindungan anak.

3. Appeals to Principle

Klaim-klaim moral yang disematkan pada sub judul ini terletak pada himbauan untuk khalayak, agar tidak terlalu menduga atas apa yang sebenarnya terjadi pada kasus Engeline. Himbauan itu juga sesuai dengan apa yang semestinya dilakukan terhadap kasus-kasus lain pada umumnya, yaitu menunggu hingga proses penyelidikan selesai oleh pihak berwajib.

“Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan menunggu hasil investigasi pihak kepolisian.”

3. Consequences

Peneliti menemukan efek pada konten sub judul ini yan menjelaskan bahwa adanya dugaan Engeline sebagai korban perdagangan manusia dalam jaringan paedofil, harus tetap diselidiki. Viva.co.id menjelaskan bahwa dugaan yang muncul pada khalayak harus turut didalami lebih lanjut. Hal tersebut dilakukan juga untuk mengetahui kemungkinan adanya korban lain, selain Engeline.

“Meski begitu, dia berharap polisi tetap harus mendalami apakah Agus terlibat dalam jaringan paedofil atau tidak. Apakah dia


(52)

51 Universitas Sumatera Utara

melakukan kekerasan seks terhadap Angeline, atau ada korban lainnya.”

Judul „Kepekaan harus dibangun‟ menjadi sub judul kedua pada artikel ini. Jika dilihat dari konten, viva.co.id turut mengkonstruksi bahwa kasus Engeline bukan merupakan kasus perdana adanya kekerasan anak di Indonesia. Artikel ini menjelaskan pula bahwa anak cenderung menjadi objek kekerasan oleh orang dewasa. Gagasan inti yang ingin disampaikan melalui artikel berita ini adalah diperlukan peran serta seluruh lapisan masyarakat, untuk lebih peka dalam kasus kekerasan pada anak yang terjadi di sekitar. Minimnya kepekaan masyarakat dianggap dapat menaikkan angka kekerasan yang dilakukan pada anak.

Gagasan inti yang digunakan viva.co.id pada sub judul ini diikuti oleh condensing symbol. Selanjutnya, condensing symbol tersebut diikuti oleh framing devices dan reasoning devices. Adapun framing devices yang ditemukan dalam konten sub judul ini adalah:

1. Metaphors

Metaphors telihat digunakan dalam konten sub judul ini. Ungkapan atau analogi yang digunakan oleh viva.co.id tersebut terdapat pada kalimat,

“Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak Indonesia masih terancam.”

Penggunaan kata „membuka mata‟ pada kalimat tersebut menunjukkan bahwa kasus pembunuhan Engeline menyadarkan khalayak terkait kondisi anak Indonesia. Viva.co.id menggambarkan bahwa adanya kasus Engeline menjelaskan jika masih ada ditemui kasus kekerasan pada anak di tengah masyarakat.

2. Exemplaar

“Komisioner KPAI, Rita Pranawati, juga menyoroti kepekaan dari masyarakat yang masih kurang. Selain masyarakat, pihak keluarga dan korban juga menjadi faktor kasus kekerasan anak kurang terangkat ke publik.”


(53)

52 Universitas Sumatera Utara

Melalui narasumber yang dipilih, viva.co.id mengkonstruksi bahwa kurang diperhatikannya kasus kekerasan anak oleh publik karena beberapa faktor. Kepekaan masyarakat yang masih kurang dan pihak keluarga dan korban dijadikan sebagai penyebab kasus kekerasan anak tidak terekspos. Peneliti melihat bahwa viva.co.id ingin menjelaskan jika faktor internal dan lingkungan paling dekat dari korban kekerasan memiliki andil yang besar agar kasus kekerasan pada anak dapat disorot publik.

3. Catchphrase

Catchphrase yang digunakan pada isi dari teks ini terlihat penjelasan untuk mengetahui adanya kasus perlindungan anak, bukan hanya menjadi beban kepolisian semata.

“Pada akhirnya, kata Arist, beban kepolisian pun akan ringan. Sebab informasi sudah tertampung di tim reaksi cepat perlindungan anak tingkat desa atau RT.”

Viva.co.id seolah menggambarkan bahwa selama ini pihak kepolisian yang bertanggung jawab penuh atas kasus kekerasan pada anak yang terjadi di masyarakat. Melalui teks tersebut, viva.co.id menyoroti peran dan kepekaan dari masyarakat dapat membantu kinerja kepolisian untuk meminimalisir adanya kasus kekerasan pada anak.

4. Depiction

Label (depiction) yang terlihat dalam teks ini menjelaskan bahwa kasus kekerasan yang terjadi pada anak di Indonesia, lewat kasus Engeline sudah dalam kondisi mengkhawatirkan. Kondisi tersebut

digambarkan dengan penggunaan kata “darurat” dalam kalimat,

Hal ini harus segera dilakukan karena masalah kekerasan anak sudah darurat. Kepekaan masyarakat harus cepat-cepat dibangun, ujar Arist.”


(54)

53 Universitas Sumatera Utara

5. Visual images

Jika diamati sub judul kedua ini juga tidak disertakan foto atau ilustrasi yang digunakan viva.co.id. Foto hanya terdapat pada artikel utama, yaitu foto Engeline yang menggunakan seragam sekolah dan tersenyum ke arah kamera. Untuk penjelasan mengenai foto ini dalam visual images sudah dijabarkan sebelumnya.

Reasoning devices yang membangun core frame dalam teks ini adalah sebagai berikut:

1. Roots

“Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait, melihat kepekaan masyarakat terkait kekerasan terhadap anak masih sangat kurang. Hal inilah yang menyebabkan, peristiwa kekerasan terhadap anak kurang terekspos.

Roots yang digunakan tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi kurang pekanya masyarakat terhadap kasus kekerasan pada anak, dengan kurang tereksposnya hal tersebut. Viva.co.id melalui Komnas Perlindungan Anak menggambarkan bahwa penyebab kasus kekerasan anak kurang diangkat ke publik adalah faktor sosial itu sendiri. Peneliti melihat bahwa kalimat yang bersifat kausal disengaja untuk mengubah sikap khalayak untuk lebih peka dalam kasus kekerasan pada anak yang terjadi di sekitar.

2. Appeals to Principle

Appeals to principle atau disebut juga dengan klaim-klaim moral atau premis dasar ditemukan pada penjelasan tentang anak secara ironi. Viva.co.id mengemas klaim-klaim moral tersebut pada kalimat,

“Anak yang seharusnya dilindungi, justru menjadi objek dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa.”

Secara jelas, viva.co.id menggambarkan bahwa kodrati seorang anak harus dilindungi. Kalimat tersebut dilanjutkan dengan hal yang bersifat ironi. Secara tidak langsung, pada kalimat tersebut viva.co.id ingin


(55)

54 Universitas Sumatera Utara

menjelaskan sudah menjadi kewajiban dari orang dewasa untuk melindungi anak-anak, khususnya dari tindak kekerasan. Di samping itu, apa yang terjadi lewat kasus Engeline menunjukkan bahwa orang dewasa lah yang justru melakukan kekerasan tersebut.

3. Consequence

Setelah mengetahui konten dari teks tersebut, dapat diketahui efek (consequence) adalah:

“Menurutnya, tim reaksi cepat perlindungan anak seharusnnya dikoordinasikan oleh pemerintah kota atau kabupaten. Sehingga harus diwajibkan pendiriannya oleh Pemerintah Daerah.”

Melalui pernyataan narasumber yang ditampilkan, viva.co.id menjelaskan bahwa jawaban dari persoalan kurang pekanya masyarakat adalah dengan dibentuk tim reaksi cepat perlindungan anak. Viva.co.id menyoroti bahwa tim ini ditanggungjawabi oleh pemerintah kota. Peneliti melihat viva.co.id ingin menjelaskan harus ada juga peran pemerintah untuk membantu dalam melindungi anak. Lewat tim yang dibentuk tadi, diharapkan dapat meminimalisir adanya kasus kekerasan yang terjadi pada anak.

Framing yang dibangun viva.co.id melalui artikel berita kedua ini adalah tentang kasus pembunuhan Engeline yang membuat sedih banyak pihak. Viva.co.id menunjukkan bahwa Agus Tai Maindamai, yang ditetapkan sebagai tersangka telah melakukan tindakan kekerasan yang sangat sadis. Viva.co.id juga mengarahkan bahwa ada kemungkinan besar pelaku lain yang terlibat dalam kasus pembunuhan Engeline. Viva.co.id menguraikan kemungkinan-kemungkinan Ibu Angkat Engeline, Margareth Megawe juga turut andil dalam pembunuhan Engeline.

Viva.co.id juga turut membingkai artikel berita ini dengan menunjukkan adanya dugaan di tengah masyarakat tentang Engeline sebagai korban perdagangan anak. Viva.co.id menyampaikan kepada pembaca untuk tidak menduga dan menunggu proses penyelidikan. Di samping itu, adanya kasus


(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Framing Berita Pembunuhan Engeline di Viva.co.id”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana viva.co.id membingkai berita pembunuhan Engeline. Di samping itu juga untuk mengetahui bagaimana viva.co.id mengkonstruksi berita kekerasan anak lewat kasus Engeline. Teori yang digunakan untuk mengupas penelitian ini adalah Teori Konstruksi Sosial Media Massa, Teori Shoemaker dan Reese, Komunikasi Massa, Analisis Framing dan Media Online. Objek penelitian adalah empat artikel berita yang terbit pada tanggal 10 Juni 2015, 12 Juni 2015, dan 14 Juni 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Teknik analisis yang digunakan adalah model analisis framing model William Gamson dan Andre Modigliani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viva.co.id membingkai kasus pembunuhan Engeline sebagai kasus besar dan penting untuk diikuti perkembangannya oleh khalayak. Penelitian ini juga menunjukkan Engeline sebagai korban kekerasan yang masih anak-anak dan tidak berdaya. Bingkai berita mengenai dugaan kuat terlibatnya Margareth Megawe sebagai salah satu pelaku tindak kekerasan dan pembunuhan Engeline, juga terlihat melalui konten artikel berita yang diterbitkan viva.co.id.

Kata kunci:


(2)

ABSTRACT

The research is titled “Framing Analysis of Engeline Murdered News in Viva.co.id”. The purpose of this study is to know how Engeline murdered framed by viva.co.id. It also determines the way of viva.co.id constructed children violence news through Engeline case. The theory is used to peel this research is Media Social Construction Theory, Shoemaker and Reese Theory, Mass Communication, Framing Analysis, and Online Media. The object of this research is four articles that released on June 10, 2015; June 12, 2015; and June 14, 2015. The method used in this research is a qualitative method with constructivist paradigm. Data analysis technique in this research is framing analysis of William Gamson and Andre Modigliani model. The result showed that viva.co.id framed Engeline murdered case as a great and important news to be known by public. This research also showed Engeline as the victim of violence who is still very young and weak. The frame is also about Margareth Megawe was supposed to involve of doing violence acts and killing Engeline. It is showed at the articles content that released by viva.co.id.

Keywords:


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS...iii

LEMBAR PENGESAHAN...iv

KATA PENGANTAR...v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...viii

ABSTRAK...ix

ABSTRACT...x

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah ……...………..…………..…..1

1.2.Fokus Masalah………..…………..…..5

1.3.Tujuan Penelitian………..………..…..5

1.4.Manfaat Penelitian………...………...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Paradigma Penelitian………...………..…..…7

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme....…..………..……...7

2.2 Uraian Teoritis...11

2.2.1 Teori Konstruksi Sosial Media Massa...12

2.2.2 Teori Shoemaker dan Reese...18

2.2.3 Komunikasi Massa...24

2.2.4 Analisis Framing...27

2.2.5 Media Online...30

2.3 Model Teoretik...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian ………...………..……..32

3.2 Objek Penelitian...32

3.3 Subjek Penelitian ………...….33

3.3.1 Profil viva.co.id...33

3.4 Kerangka Analisis... ...34

3.5 Teknik Pengumpulan Data...34

3.1 Teknik Analisis Data...35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...37

4.1.1 Frame Berita Pembunuhan Engeline...37

4.2 Pembahasan...63

4.2.1 Konstruksi Pembunuhan Engeline: Keberpihakan Semu kepada Masyarakat...66


(4)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan...70

5.2Saran...71

5.1.1 Saran dalam Kaitan Akademis...71

5.1.2 Saran dalam Kaitan Praktis...72 DAFTAR REFERENSI


(5)

DAFTAR GAMBAR

NO. JUDUL HALAMAN

1.2 Model hierarki pengaruh isi media 18

2.2 Alur kerangka pemikiran 31

1.3 Tampilan portal berita online viva.co.id 33

2.3 Logo viva.co.id 34


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. JUDUL

1 Tim manajemen dan redaksi viva.co.id

2 Artikel berita pembunuhan Engeline di viva.co.id yang diteliti

3 Hasil analisis framing Gamson dan Modigliani pada kasus pembunuhan Engeline di viva.co.id

4 Biodata peneliti