Kewenangan Arbitrase Internasional Dalam Penyelesaian Sengketa Utang Terkait Perjanjian yang Memiliki Klausul Hukum Indonesia (Studi Kasus: Putusan No. 288 B Pdt.Sus-Arbt 2014)

ABSTRAK
KEWENANGAN ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM
PENYELESAIAN SENGKETA UTANG TERKAIT PERJANJIAN YANG
MEMILIKI KLAUSUL HUKUM INDONESIA (Studi Kasus: Putusan No.
288 B/Pdt.Sus-Arbt/2014)
* Felicia
** Bismar Nasution
*** Mahmul Siregar
Penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase merupakan mekanisme
penyelesaian sengketa yang paling diminati terutama dikalangan pengusaha
karena penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase dianggap mempunyai
banyak kelebihan dibandingkan melalui peradilan umum. Putusan yang dihasilkan
oleh arbiter atau majelis arbiter bersifat final dan binding yang berarti terhadap
putusan itu tidak dapat diajukan upaya hukum baik banding maupun kasasi. Akan
tetapi, terhadap putusan arbitrase dapat diajukan pembatalan apabila didalamnya
terdapat unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 70 UU Nomor 30 Tahun 1999.
Akan tetapi ketentuan ini, masih belum terdapat pembatasan yang jelas mengenai
pembatalan putusan arbitrase nasional atau internasional sehingga sering
ditafsirkan secara berbeda. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini
adalah bagaimanakah pengakuan hukum nasional terhadap putusan arbitrase
internasional, apakah pengadilan di Indonesia memiliki yuridiksi untuk mengadili

perkara pembatalan terhadap putusan arbitrase internasional, serta bagaimanakah
penerapan hukum dalam Putusan No. 288 B/Pdt.Sus-Arbt/2014.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
hukum normatif dengan mengkaji dan menganalisa data sekunder berupa bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Digunakannya
penelitian hukum normatif karena penelitian ini hanya ditujukan pada peraturanperaturan tertulis sehingga sangat erat hubungannya pada perpustakaan.
Hasil penelitian ini adalah pertama, putusan arbitrase Indonesia dapat
diakui dan dilaksanakan diwilayah hukum Republik Indonesia apabila memenuhi
unsur-unsur Pasal 66 UU Nomor 30 Tahun 1999, kedua, Pengadilan Indonesia
tidak memiliki yuridiksi untuk mengadili perkara pembatalan putusan arbitrase
internasional, yang berwenang mengadili perkara pembatalan putusan arbitrase
internasional adalah pengadilan di negara mana putusan arbitrase tersebut
dijatuhkan, ketiga, penerapan hukum yang dilakukan oleh Mahkamah Agung
terhadap putusan No.288B/Pdt.sus-Arbt/2014 sudah tepat dengan menguatkan
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.494/PDT.ARB/2011/PN.JKT.PST.
dengan menyatakan badan yang berwenang melakukan pembatalan putusan
arbitrase internasional adalah badan yang berwenang di negara mana putusan
tersebut dibuat/dengan hukum mana putusan tersebut dibuat, jika dikaitkan
dengan kasus ini maka negara Singapura yang berwenang melalukan pembatalan
putusan arbitrase tersebut.

Kata Kunci : Kontrak Bisnis Internasional, Arbitrase Internasional, Litigasi
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara