Peran Balai Pemasyarakatan Medan Dalam Melaksanakan Bimbingan Kemandirian Bagi Klien Pemasyarakatan Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif dimana penelitian
deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, dll) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 63). Penelitian ini termasuk tipe penelitian
deskriptif karena penelitian ini menggambarkan suatu objek yang diteliti melalui
pencarian data-data dan sumber-sumber informasi yang berkenaan dengan objek
yang akan diteliti, menganalisa data-data yang didapat serta menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang terjadi pada objek penelitian berdasarkan data yang ada.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Pemasyarakatan Medan Jalan Asrama No
33, Gg. Jayak, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara.

48

Universitas Sumatera Utara

3.3 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian
(Nawawi, 1998:141). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
klien

pemasyarakatan

yang

telah

melaksanakan

Bimbingan

di

Balai


Pemasyarakatan yang berjumlah 20 orang. Diketahui bahwa populasi adalah
kurang dari 100 orang maka keseluruhan populasi diambil datanya.
3.4 Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan
pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang akan diteliti
dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Lapangan
Yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan
penelitian langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta fakta
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui:
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang akan
diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek
penelitian.

49

Universitas Sumatera Utara


b. Angket (Kuisioner) yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang
dilaksanakan dengan menyebar angket kepada klien pemasyarakatan
yang

menjadi

responden

mengenai

pelaksanaan

bimbingan

kemandirian di Balai Pemasyarakatan Medan.
c. Wawancara, yaitu percakapan atau tanya jawab yang dilakukan
peneliti dengan informan sehingga mereka memberikan data dan
informasi yang diperlukan dalam penelitian, wawancara yang
dilakukan adalah terpimpin dimana tanya jawab dilakukan dengan

terarah untuk mengumpulkan data data yang relevan (Siagian,
2011:206-207).

50

Universitas Sumatera Utara

3.5 Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif dengan pendekatan kualititatif, yaitu dengan mengumpulkan,
mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya
dengan tahapan berikut.
1. Editing, yaitu meneliti dan memperbaiki kualitas data yang diperoleh
selama penelitian berlangsung (Sumarsono, 2004 : 97).
2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden
menurut macamnya.
3. Mengkategorikan

seluruh


data

agar

mudah

dianalisis,

mudah

disimpulkan, dan untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam
penelitian sehingga jawaban yang beranekaragam dapat dipersingkat
sesuai dengan kategorinya masing-masing.
4. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besaran frekuensi data
pada kategorinya masing-masing

51

Universitas Sumatera Utara


BAB lV
Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1 Letak Geografis Lokasi Penelitian
Balai Pemasyarakatan Medan terletak di Jalan Asrama No 33, Gg. Jayak,
Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara dengan luas Tanah luas
tanah 1.306 m2 dan luas bangunan 555 m2 . Balai Pemasyarakatan Medan terletak
di Kecamatan Medan Helvetia yang berbatasan dengan rincian sebagai berikut :
-

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab. Deli
Serdang.

-

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal.

-

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat dan Medan

Petisah.

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab. Deli
Serdang.

52

Universitas Sumatera Utara

4.2 Sejarah perkembangan Balai Pemasyarakatan Medan
Pada masa penjajahan Belanda BAPAS di Indonesia dikenal dengan
Jawatan Reklasering pada tahun 1927 yang terletak di Jakarta, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Pada tahun 1930 – 1935 berdasarkan Surat Keputusan No.11 yang
mana Jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa dihapuskan, sedangkan tugastugasnya dilimpahkan kepada Kepenjaraan yang selanjutnya disebut Inspektorat
Reklasering dan Pendidikan Paksa yang mana tugasnya.
Menangani Lembaga-Lembaga Anak yang disebut Rumah Pendidikan
Anak (RPN) dan Menangani Lepas Bersyarat, Pidana Bersyarat dan Pembinaan
Lanjutan serta Anak yang dijatuhi hukuman oleh Hakim kembali ke Orang Tua.

Masa penjajahan Jepang badan ini tetap ada dan tidak dihapuskan hanya saja
tugasnya saja yang dikurangi, pada masa itu tugas pelaksanaan Lepas Bersyarat
sudah tidak ada lagi. Pada Masa Kemerdekaan Indonesia Sistem Kepenjaraan
berubah dengan Sistem Pemasyarakatan (27 April 1964) dengan Keputusan
Presedium Kabinet Ampera No.75/U/Kep/II/66, Struktur Organisasi berubah
menjadi Direktorat Jendral Pemasyarakatan dengan dua direktoratnya bertugas
membina klien di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan membina klien diluar
Lembaga Pemasyarakatan yang mencakup pula Pembinaan Anak di dalam
pemasyarakatan yang disebut Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan Anak (BISPA). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman
RI No.M.02.PR.07.03 Tahun 1987 tentang Organisasi dan Tata Kerja BISPA
maka Balai BISPA diganti dengan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dan di
klasifikasikan menjadi dua yaitu BAPAS Klas I dan BAPAS Klas II berdasarkan
lokasi, beban kerja dan wilayah kerja.
53

Universitas Sumatera Utara

Kantor Balai pemasyarakatan Kelas I Medan mulai dirintis pada tahun
1976 dengan mendirikan kantornya yang pertama kali di Jalan Mangkubumi No.2

b dan pada tahun 1979 Kantor Balai Pemasyarakatan Kelas I Medan pindah ke
Jalan Asrama Gang Jayak No. 53 Medan hingga sekarang ini.
4.3 Profil Balai Pemasyarakatan Medan
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) merupakan UPT (Unit Pelaksana Teknis)
di bidang Pemasyarakatan luar lembaga yang merupakan pranata atau satuan kerja
dalam lingkungan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia yang
bertugas melakukan pembimbingan terhadap klien sampai seorang klien dapat
memikul beban/masalah dan dapat membuat pola sendiri dalam menanggulangi
beban permasalahan hidup. Pembimbingan yang dimaksud dilakukan di luar
LAPAS ataupun RUTAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI
tanggal 2 Mei 1987 Nomor : M.02.PR.07.03 tahun 1987 tentang Organisasi dan
Tata Kerja dan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI tanggal 12 Pebruari 1997
Nomor: .M.01.PR.07.03 tahun 1997 tentang perubahan Nomenklatur Nama dari
Balai BISPA menjadi Balai Pemasyarakatan (BAPAS) mempunyai tugas
memberikan Bimbingan Kemasyarakatan sesuai peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.

54

Universitas Sumatera Utara


Dalam Pelaksanaan Tugas BAPAS Klas I Medan mempunyai fungsi :
1. Melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan untuk bahan Peradilan dan
Pendampingan Anak Berkonflik dengan Hukum
2. Melaksanakan Registrasi Klien Pemasyarakatan
3. Melaksanakan Bimbingan Klien Pemasyarakatan
4. Melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan untuk Sidang TPP ( Tim
Pengamat pemasyarakatan )
5. Mengikuti Sidang TPP untuk LAPAS/ Rutan

4.4 Visi dan Misi
Visi BAPAS adalah menjadikan pembimbing kemasyarakatan (PK) yg
profesional, handal dan bertanggung jawab untuk mewujudkan pedulinya
kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan klien pemasyarakatan
sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan YME.
Misi BAPAS adalah:
1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
klien dan masyarakat.
2. Menegakkan hukum secara professional dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia menuju kepastian hukum dan rasa adil.

3. Melakukan penelitian kemasyarakatan (Litmas) berkualitas dan
cepat.
4. Memberikan bimbingan serta pendampingan kepada klien sehingga
dapat meningkatkan kesadaran hukum.

55

Universitas Sumatera Utara

4.5 Tujuan Balai Pemasyarakatan Medan
Tujuan Balai Pemasyarakatan Medan yaitu:
1. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia
seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, mandiri dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
2.

Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di
Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan dalam rangka
memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan.

3. Memberikan jaminan perlindungan hak sasi tahanan/para pihak yang
berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita
untuk keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan Serta bench-bench yang dinyatakan
dirampas untuk negara berdasarkan putusan pengadilan.

56

Universitas Sumatera Utara

4.6 Cakupan wilayah kerja Balai Pemasyarakatan Medan
BAPAS Klas I Medan memiliki cakupan wilayah kerja yang meliputi :
-

Kota Medan

-

Kota Binjai

-

Kota Tebing Tinggi

-

Kota Pematang Siantar

-

Kota Tanjung Balai

-

Kab. Langkat

-

Kab. Deli Serdang

-

Kab. Serdang Bedagai

-

Kab. Batubara

-

Kab. Asahan

-

Kab. Labuhan Batu

-

Kab. Labuhan Batu Utara

-

Kab. Labuhan Batu Selatan

-

Kab. Tanah Karo

-

Kab. Dairi

-

Kab. Pakpak Barat

-

Kab. Simalungun

57

Universitas Sumatera Utara

4.7 Struktur Organisasi Balai Pemasyarakatan Medan

Tabel 4.1: struktur Organisasi

KEPALA
KEPALA SUB. BAG TATA
USAHA

KAUR
KEPEGAWAIAN

KASUBSI
BIMBKEMAS
KLIEN
DEWASA

KAUR
UMUM

KA. SEKSI BIMB.
KLIEN ANAK

KA. SEKSI BIMB.
KLIEN DEWASA

KASUBSI
REG.
KLIEN
DEWASA

KAUR
KEUANGAN

KASUBSI
BIMBKER
KLIEN
DEWASA

KASUBSI
REG.
KLIEN
ANAK

KASUBSI
BIMBKEMAS
KLIEN ANAK

KASUBSI
BIMBKER
KLIEN
ANAK

58

Universitas Sumatera Utara

4.8 Kondisi Umum Klien Pemasyarakatan
Keadaan klien yang ada di BAPAS sampai dengan saat ini berjumlah 5.615
orang dengan pembagian sebagai berikut:
1. Pembebasan Bersyarat
proses pembinaan Narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah
menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) masa pidananya minimal
9 (sembilan) bulan. Klien Pembebasan Bersyarat (PB) di BAPAS
sebanyak 5112 orang.
2. Asimilasi
proses pembinaan Narapidana yang dilaksanakan dengan membaurkan
Narapidanadalam kehidupan masyarakat. Klien yang berstatus Assimilasi
Pihak Ke 3 di BAPAS sebanyak 3 orang.
3. Cuti Menjelang Bebas
proses pembinaan Narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah
menjalani 2/3 (dua pertiga) masa pidana, sekurang-kurangnya 9 (sembilan)
bulan. Klien yang berstatus Cuti Menjelang Bebas di BAPAS sebanyak 50
orang.
4. Cuti Bersyarat
proses pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan bagi Narapidana yang
dipidana 1 (satu) tahun ke bawah, sekurang-kurangnya telah menjalani 2/3
(dua pertiga) masa pidana minimal 6 (enam) bulan. Klien yang berstatus
Cuti Bersyarat (CB ) di BAPAS sebanyak 444 orang.

59

Universitas Sumatera Utara

5. Pidana Bersyarat
Pidana dengan syarat-syarat tertentu, yang dalam praktik hukum disebut
dengan pidana/hukuman percobaan. Pidana bersyarat adalah suatu sistem
penjatuhan pidana oleh hakim yang pelaksanaannya bergantung pada
syarat-syarat tertentu atau kondisi tertentu. Klien yang berstatus Pidana
Bersyarat (PB ) di BAPAS sebanyak 6 orang.
6. Anak dikembalikan kepada orang tua (AKOT)
khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam UU Pengadilan Anak
ditentukan berdasarkan perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih
berumur 8 (delapan) sampai 12 tahun (dua belas) hanya dapat dikenakan
tindakan seperti dikembalikan kepada orang tuanya atau ditempatkan pada
organisasi sosial, atau diserahkan kepada Negara. Klien yang berstatus
AKOT di BAPAS sebanyak 25 orang.
7. Yang berakir masa bimbingan sebanyak 325 orang
8. Yang masih dibimbing sampai dengan saat ini sebanyak 5615 orang

60

Universitas Sumatera Utara

4.9 Kondisi Umum Petugas Balai Pemasyarakatan Medan

Tabel 4.2: Nama pegawai Balai Pemasyarakatan Medan
Nama

Marasutan, SH

NIP

19610706 198203 1001

Jabatan

Kepala

Nama

M. Arifin Harahap, SH

NIP

19630330 198603 1001

Jabatan

Kepala Sub. Bag Tata Usaha

Nama

Rahmat M. Saragih, SH,MM.

NIP

19621211 198603 1002

Jabatan

Kaur Kepegawaian

Nama

Sri Noveni Sirait, SH, MH

NIP

19711109 199403 2001

Jabatan

Kaur Keuangan

Nama

Sabar Saut M. Sihaloho S.H

NIP

198006102 000031 1002

Jabatan

Kaur Umum

Nama

Irmayani, SH, Mhum

NIP

19700126 199403 2001

Jabatan

Ka. Seksi Bimb. Klien Dewasa

Nama

Herry H. Simatupang S.H

NIP

19861228 200703 1002

Jabatan

Ka. Seksi Bimb. Klien Anak

61

Universitas Sumatera Utara

Nama

Erwin Dalimunthe, SH

NIP

19621010 198203 1001

Jabatan

Kasubsi Reg. Klien Dewasa

Nama

Tambok Sinaga, S.SOS

NIP

19660128 198710 1001

Jabatan

Kasubsi Bimbkemas Klien Dewasa

Nama

Ema Pansi Tarigan AM.d.IP,S.H

NIP

19870725 200604 2001

Jabatan

Kasubsi Bimbker Klien Dewasa

Nama

Erni Rotua Rismawati Tampubolon S.H

NIP

19690919 199203 2001

Jabatan

Kasubsi Reg. Klien Anak

Nama

SERIBULAN SIAGIAN, S.H

NIP

19671227 199203 2001

Jabatan

Kasubsi Bimbkemas Klien Anak

Nama

Ratna M. Simanulung S.H

NIP

19650530 198603 2001

Jabatan

Kasubsi Bimbker Klien Anak

62

Universitas Sumatera Utara

4.10 Sarana dan Prasarana di Balai Pemasyarakatan Medan
Balai Pemasyarakatan Medan memiliki luas bangunan 555 m2
yang terdiri dari :
1. Ruang registrasi anak

: 1 unit

2. Ruang registrasi dewasa

: 1 unit

3. Ruang bimbingan kerja anak

: 1 unit

4. Ruang bimbingan kerja dewasa

: 1 unit

5. Ruang bimbingan kemasyarakatan anak

: 1 unit

6. Ruang bimbingan kemasyarakatan dewasa

: 1 unit

7. Ruang umum

: 1 unit

8. Ruang aula

: 1 unit

9. Ruang tempat tunggu

: 1 unit

10. Kamar Mandi

: 4 unit

Fasilitas yang ada di Balai Pemasyarakatan Medan
1. Mobil Dinas

: 1 unit

2. Motor Dinas

: 4 unit

3. Komputer

: 10 unit

4. Laptop

: 26 unit

5. Infocus

: 5 unit

63

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh dari hasil
penelitian dilapangan, yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh
responden. Data-data tersebut juga diperoleh dari hasil wawancara dengan
responden sebanyak 20 orang. Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan
wawancara dengan menggunakan kuesioner, penulis akan menganalisis data
tersebut mulai dari identitas responden, peran Balai Pemasyarakatan Medan dalam
melaksanakan bimbingan kemandirian bagi klien pemasyarakatan. Adapun datadata yang di analisis pada bab ini adalah sebagai berikut:
5.1.1 Identitas Responden
Data tentang identitas responden yang akan disajikan terdiri dari: jenis
kelamin, usia, agama, suku bangsa, tempat tinggal dan pendidikan formal terakhir.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

64

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NO

Jenis Kelamin

Frekuensi

Presentase (%)

1

Laki – Laki

16

80 %

2

Perempuan

4

20%

Total

20

100%

Sumber: Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.1 menunjukkan
bahwa klien Balai Pemasyarakatan Medan yang mengikuti bimbingan
kemandirian

didominasi oleh laki-laki, dengan perolehan presentasi laki laki

sebanyak 80% dan perempuan sebanyak 20%. Hal ini dikarenakan jumlah
narapidana laki-laki yang lebih besar dibandingkan dengan narapidana
perempuan.

65

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
NO

Umur

Frekuensi

Presentase (%)

1

20 – 30

12

60 %

2

30 - 40

8

40 %

20

100 %

Total
Sumber : Kuesioner, 2017

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.2 menunjukkan
bahwa klien Balai Pemasyarakatan Medan yang mengikuti bimbingan
kemandirian didominasi dengan usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 60% dari total
responden atau sebanyak 12 orang, sedangkan 40 % responden berumur 30 – 40
tahun atau sebanyak 8 orang. Dari data tersebut dapat kita peroleh bahwa usia
responden masih produktif untuk dapat bekerja secara layak.

66

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Agama
NO

Agama

Frekuensi

Presentase (%)

1

Islam

16

80 %

2

Kristen

4

20 %

201

100 %

Total
Sumber : Kuesioner, 2017

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.3 menujukkan
bahwa klien balai pemasyarakatan yang mengikuti bimbingan kemandirian
beragama islam dengan presentasi 80% atau sebanyak 16 orang dan 20% atau
sebanyak 4 orang responden beragama kristen. Dapat dianalisis bahwa sebagian
besar responden menganut agama Islam. Dalam hal ini Balai Pemasyarakatan
tidak membeda-bedakan klien berdasarkan dengan agama yang mereka anut.

67

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa
NO

Suku

Frekuensi

Presentase (%)

1

Batak

7

35 %

2

Jawa

10

50 %

3

Melayu

2

10 %

4

Aceh

1

5%

20

100 %

Total
Sumber : Kuesioner, 2017

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.4 menujukkan
bahwa klien balai pemasyarakatan yang mengikuti bimbingan kemandirian
dengan suku batak sebanyak 7 orang dengan presentasi 35% , suku jawa sebanyak
10 orang dengan presentasi 50% , suku melayu sebanyak 2 orang dengan
presentasi 10% dan suku aceh sebanyak 1 orang dengan presentasi 5%. Perbedaan
suku bangsa tidak menjadikan alasan untuk Balai pemasyarakatan memilih klien
untuk melaksanakan bimbingan kemandirian.

68

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
NO

Agama

Frekuensi

Presentase (%)

1

Medan

15

75

2

Binjai

1

5

3

Langkat

3

15 %

4

Rantau prapat

1

5%

20

100 %

Total
Sumber : Kuesioner, 2017

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.4 menujukkan
bahwa klien balai pemasyarakatan yang mengikuti bimbingan kemandirian
berdomisili tempat tinggal di Medan sebanyak 15 orang dengan fresentase 75 % ,
di Binjai sebanyak 1 orang dengan fresentase 5 % , di Langkat 3 orang dengan
fresentase 15 %, dan Rantau Parapat sebanyak 1 orang dengan presentase 5 %.
Ruang lingkup BAPAS yang bukan hanya di kota Medan melainkan di kota kota
lain membuat klien pemasyarakatan tersebar diberbagai daerah di Sumatera Utara.

69

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakir
NO

Pendidikan Terakir

Frekuensi

Presentase (%)

1

SD

3

15 %

2

SMP

4

20 %

3

SMA

13

65%

20

100%

Total
Sumber : Kuesioner, 2017

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.6 menunjukkan
bahwa pendidikan terakir klien SD sebanyak 3 orang dengan presentase 15 % ,
SMP sebanyak 4 orang dengan presentasi 20 % , dan SMA sebanyak 13 orang
dengan presentase 65%. Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi
kehidupan karena pendidikan adalah bekal yang sangat kuat bagi setiap orang
untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan terhindar dari masalah masalah
sosial. Salah satu penyebab terbesar tingkat kejahatan adalah karena kurangnya
atau rendahnya pendidikan yang diterima.

70

Universitas Sumatera Utara

5.1.2

Reaksi

Responden

dalam

Pelaksanaan

Kegiatan

Bimbingan

Kemandirian
Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Kemandirian
sudah berlangsung dengan baik
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Baik

15

75 %

2

Tidak Baik

5

15 %

Total

20

100 %

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.4 menunjukkan
bahwa sebanyak 15 orang dengan persentase 75% responden menyatakan bahwa
bimbingan kemandirian sudah berlangsung dengan baik. Dan 5 orang dengan
presentase 15 % menjawab bimbingan kemandirian belum berlangsung dengan
baik.
Seperti yang dikemukakan salah seorang responden yang berinisial TF (31
tahun):
“bimbingan kemandirian ini sudah berlangsung dengan baik. Karena
dampaknya saya sendiri yang merasakan, ada perubahan jika ditaati
dengan baik, membuat narapidana jadi lebih baik”

71

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Kemandirian
memberikan manfaat
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Bermanfaat

20

100 %

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.8 menunjukkan
bahwa sebanyak 20 orang responden dengan persentase 100% menyatakan bahwa
bimbingan kemandirian memberikan manfaat bagi mereka. Seperti yang
dikemukakan salah seorang responden berinisial A (29tahun):
“menurut saya bimbingan kemandirian ini sangat bermanfaat supaya
kami jauh lebih baik dari sebelumnya dan bisa sukses dari masalahmasalah yang lalu.
Hal serupa juga dikemukakan oleh responden lain berinisial NS (25tahun) :
“aku rasa sih banyak manfaat yang bisa diambil, selain menambah
pengetahuan juga menambah ilmu baru untuk dikehidupan aku biar bisa
jadi lebih baik. Intinya semua kami yang ada disini ingin lebih baik dari
kami yang sekarang”

72

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Kemandirian
sudah sesuai dengan kebutuhan
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Sesuai

15

75 %

2

Tidak Sesuai

5

25 %

20

100%

Total
Sumber : Kuesioner, 2017

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.9 menunjukkan
bahwa sebanyak 15 orang responden dengan persentase 75% menyatakan bahwa
bimbingan kemandirian sudah sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan 25 % atau
sebanyak 5 orang responden menyatakan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka,
salah seorang responden mengatakan bahwa sebenarnya yang dia inginkan adalah
keterampilan tangan namun BAPAS belum menyediakan bimbingan kemandirian
tersebut berbeda halnya dengan yang dikemukakan salah satu responden yang
berinisial NS (25tahun) :
“menurut ku bimbingan kemandirian ini sudah sesuai dengan
kebutuhan. Misalnya lah ini ya, kami diajari nyetir mobil. Keluar pun
saya dari sini ga takut ga kerja. Jadi supir bisa, supir angkot bisa
misalnya. Jadi kalau aku pribadi bimbingan ini sangat efektif karena
sesuai dengan kebutuhan”

73

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Penambahan jadwal materi
dari kegiatan bimbingan kemandirian
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Tidak Perlu

20

100 %

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.10 menunjukkan
bahwa sebanyak 20 orang atau seluruh responden menyebutkan tidak perlu
adanya penambahan jadwal materi bimbingan Seperti yang dikemukakan salah
satu responden berinisial OA ( 26 tahun) :
“menurut saya gausa ditambah jadwal asalkan pelaksanaannya
maksimal kan uda bagus, karena jujur aja datang kesini jauh, butuh
ongkos belum lagi ada kawan kawan yang diluar medan yakan kasian
juga“

74

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.11. Distribusi Responden Berdasarkan Materi Bimbingan
Kemandirian yang diberikan oleh BAPAS
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Puas

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.11 bahwa 100%
responden merasa puas dengan materi bimbingan kemandirian yang diberikan
oleh BAPAS. Hal itu dikarenakan materi yang disajikan memberikan kontribusi
positif dan manfaat bagi klien dan materi disajikan dengan ringkas dan padat
dapat membuat klien memahami materi lebih mudah.

75

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan kerjasama dengan
pembina / petugas didalam BAPAS
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Baik

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.12 menujunkan
bahwa hubungan kerjasama dengan pembina dan petugas didalam BAPAS
berjalan dengan baik dengan presentasi 100 % atau seluruhnya menjawab berjalan
dengan baik, ini dibuktikan dengan selama berjalannya bimbingan kemandirian
tidak ada masalah yang timbul karena hubungan yang tidak baik antara pembina
atau petugas dengan klien pemasyarakatan di BAPAS.

76

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Pembina /
petugas didalam BAPAS
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Baik

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.13 menunjukan
bahwa 20 orang dengan presentasi 100 % menjawab kemampuan pembina atau
petugas dalam BAPAS baik itu dibuktikan dengan responden yang mengerti dan
memahami karena disajikan dengan santai dan ringan dapat mudah dimengerti
dan pembina maupun petugas tidak terlalu serius atau formal dalam
menyampaikan materi saat bimbingan.

77

Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Reaksi Responden dalam fasilitas yang tersedia
Tabel 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Penambahan Fasilitas guna
menunjang bimbingan kemandirian
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Perlu

14

70

2

Tidak Perlu

6

30

Total

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.14 sebanyak 14
responden atau 70% memberi jawaban perlu adanya penambahan fasilitas guna
menunjang bimbingan kemandirian. Sedangkan sebanyak 6 responden atau 30%
memberi jawaban tidak perlu adanya penambahan fasilitas dikarenakan merasa
fasilitas yang disediakan sudah memadai selama proses bimbingan berlangsung.

78

Universitas Sumatera Utara

5.1.4 Reaksi Responden terhadap tujuan dari Pelaksanaan Kegiatan
Bimbingan Kemandirian oleh BAPAS MEDAN
Tabel 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan setelah
melaksanakan bimbingan kemandirian
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Berubah

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.15 klien merasakan
perubahan setelah melaksanakan kemandirian itu dibuktikan dengan jawaban
responden

dengan

presentasi

100%

menjawab

berubah.

Seperti

yang

dikemukakan salah satu responden berinisial MF ( 32tahun) :
“kemandirian memberikan manfaat dari yang tidak tau jadi tau, saya
bisa menjadi pribadi yang lebih baik”

79

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.16. Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan yang diterima
membantu responden dalam mendapatkan pekerjaan
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Membantu

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.16 klien merasakan
Keterampilan yang diterima membantu responden dalam mendapatkan pekerjaan
dibuktikan dengan jawaban responden dengan presentasi 100 % menjawab
membantu, Seperti yang dikemukakan salah satu responden yang berinisial NS
(25tahun) :
“ dengan adanya bimbingan keterampilan kususnya montir ini , saya
bisa jadi supir atau bisa jadi supir angkot pokoknya bebas dari sini udah
adalah keahlian dari yang gabisa jadi bisa.”
Responden lain berinisial M.H (22tahun):
“ aku ikut bimbingan las , jadi bisalah ikut ikut kerja sama orang ya
mudah mudahan bisa buka sendiri nanti bengkel las.”

80

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kreativitas responden
meningkat
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Meningkat

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.17 responden
merasakan Keterampilan yang diterima membuat kreativitas responden meningkat
khususnya dalam hal keterampilan hal ini dibuktikan dengan jawaban responden
dengan presentasi 100 % atau sebanyak 20 orang menjawab meningkat. Dengan
adanya bimbingan kemandirian responden dapat mengasah kreativitasnya didalam
hal keterampilan jika mereka menjalankan dengan sungguh sungguh.

81

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.18. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi hidup responden
meningkat
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Meningkat

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.18 Motivasi hidup
responden meningkat dengan presentasi 100 % menjawab meningkat. Seperti
yang dikemukakan salah satu responden berinisial MF (32tahun):
“setelah mendapatkan bimbingan ini motivasi hidup meningkat karena
ada keahlian ini sayang kalo ga dimanfaatkan atau digunain jadi mau
hidup lebih baik aja dengan modal keahlian ini, sayang kalo ga
diterapkan keahliannya dikehidupan.”

82

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.19. Distribusi Responden Berdasarkan Kesiapan diri untuk hidup
mandiri
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Lebih Baik

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.19 kesiapan diri
untuk hidup mandiri responden lebih baik dengan presentasi 100 % menjawab
lebih

baik.

dikarenakan

dengan

adanya

bimbingan

kemandirian

klien

pemasyarakatan diharapkan dapat hidup mandiri setelah bebas, responden
mengakui kesiapan diri mereka untuk hidup mandiri lebih baik dengan harapan
mereka dapat menerapkan ilmu yang didapat untuk nanti dapat bekerja ataupun
membuka usaha sendiri.

83

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.20. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan yang diberikan
dapat membantu responden lebih percaya diri
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Iya

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.20 sebanyak 20
orang dengan fresentasi 100 % menjawab bimbingan yang diberikan membantu
responden lebih percaya diri dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat
seperti yang dikemukakan salah satu responden berinisial BM (23tahun) :
“ karena uda ada keterampilan kan terus langsung diperaktekan karena
mau hidup lebih baik jadi ga malu, orang orang pun jadi ga anggap
remeh karena aku sekarang uda mau berubah kan uda mau kerja jadi
sebenernya aku cuek aja ga peduli orang lain mau liat apa yang penting
sekarang uda berubah lebih baik ya lebih percaya diri aja.”

84

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.21. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan yang diberikan
dapat membantu responden dalam bersosialisasi dilingkungan masyarakat
NO

Jawaban

Frekuensi

Presentase (%)

1

Iya

20

100%

Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.21 sebanyak 20
orang dengan fresentasi 100 % menjawab bimbingan yang diberikan membantu
responden dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat. Itu dikarenakan selama
mengikuti pelatihan keterampilan responden di ajak untuk belajar berkomunikasi
yang baik dengan rekannya maupun dengan pembinanya agar responden dapat
lebih terbuka dan mau berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya terutama di
lingkungan masyarakat.

85

Universitas Sumatera Utara

5.2

Hasil Penelitian

Peran Balai Pemasyarakatan Medan Dalam Melaksanakan bimbingan
Kemandirian Bagi Klien Pemasyarkatan
Dalam Pasal 1 ayat 4 UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
menyatakan bahwa Balai Pemasyarakatan adalah suatu

pranata untuk

melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. Balai Pemasyarakatan sendiri
mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan sebagian dari tugas pokok
Direktoral Jendral Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan pembimbingan klien
pemasyarakatan di daerah.
Berdasarkan Pasal 2 UU Pemasyarakatan pembinaan dan pembimbingan
warga binaan pemasyarakatan meliputi program pembinaan dan bimbingan yang
berupa kegiatan bimbingan kepribadian dan bimbingan kemandirian, Bimbingan
kemandirian diarahkan pada bakat dan keterampilan agar warga binaan
pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas
dan bertanggung jawab serta memiliki skill dan kemampuan keterampilan untuk
dapat hidup mandiri dan lebih baik.
Peran BAPAS dalam melaksanakan bimbimbingan kemandirian di rasa
sangat bermanfaat untuk responden dibuktikan dari keseluruhan hasil penelitian
yang didapat dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan,
kuesioner sebanyak 20 (dua puluh) dan ditambah dengan hasil wawancara,
responden mengaku bahwa bimbingan kemandirian ini dapat membantu mereka
dalam mendapatkan pekerjaan maupun usaha sendiri dan dapat membantu mereka
bersosialisasi di lingkungan masyarakat mereka juga mengaku mendapatkan
pengalaman baru dan pengetahuan baru yang membuat mereka merasa ingin

86

Universitas Sumatera Utara

hidup lebih baik lagi karena di bimbing dan diarahkan dengan baik, bimbingan
kemandirian yang dilakukan oleh BAPAS disambut positif oleh klien yang
mengikuti kegiatannya.
Bimbingam kemandirian harus dapat

terus berkelanjutan, bimbingan

kemandirian sebaiknya dilaksanakan dengan langkah yang lebih aktif, artinya
adalah pelaksanaan pembimbingan sebaiknya dilaksanakan melalui kegiatan yang
rutin setiap tahunnya dan menyebar keseluruh klien pemasyarakatan mengingat
manfaatnya yang begitu besar bagi klien pemasyarakatan, walaupun tidak mudah
dengan jangkauan BAPAS Medan yang tersebar dibeberapa kota di Sumatera
Utara inilah yang menjadi tantangan untuk BAPAS bagaimana mereka
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Undang Undang yang berlaku.
Dalam proses pembimbingan tidak hanya BAPAS yang memiliki kendala,
salah seorang klien yang juga mengaku tempat tinggalnya berada diluar kota
medan, jarak tempuh yang jauh membuat klien sulit datang untuk menjalankan
bimbingan kemandirian. Selain itu klien merasa sudah tidak ada tanggung jawab
lagi kepada BAPAS dengan tidak wajib lapor padahal selama seseorang masih
dinyatakan klien pemasyarakatan mereka harus wajib lapor kepada BAPAS.
Bimbingan kemandirian yang dilaksanakan belum sepenuhnyas sesuai
dengan kebutuhan karena ada beberapa klien yang mengatakan bahwa klien ingin
mendapatkan keterampilan yang mereka sukai atau yang mereka inginkan seperti
keterampilan tangan berupa anyaman dll.

87

Universitas Sumatera Utara

Keadaan sarana dan prasarana BAPAS yang minim membuat kegiatan ini
belum berlangsung dengan maksimal, misalnya jika ingin belajar masak atau
belajar bengkel BAPAS tidak memiliki alat yang mendukung. Sebelumnya
BAPAS memiliki alat untuk doorsmear namun sekarang sudah rusak tidak dapat
digunakan kembali, peralatan yang kurang dan anggaran dana yang minim
membuat BAPAS hanya melakukan kegiatan ini dengan mengharapkan pihak lain
atau pihak ke-3.
pernyataan tersebut di katakan oleh salah seorang pegawai BAPAS (Yustinus)
mengatakan :
“Kerja sama dengan pihak ke 3 harus diperluas, koordinasi yang baik
harus terus ditingkatkan , anggaran juga harus ditambah agar BAPAS
bisa menambah sarana dan prasarana agar pelaksanaanya dapat
maksimal, karena manfaatnya besar bagi klien kalau mereka taati
dengan baik jadi harus ditingkatkan pelaksanaanya”
Selama ini BAPAS Medan telah mengadakan bimbingan kemandirian
berupa, Montir, Mengemudi, Service Handphone, Budidaya Anggrek, Sablon.
adapun salah seorang klien BAPAS Medan yang telah menerapkan bimbingan
yang dia dapat dengan membuka bengkel cuci motor sendiri, hal ini diungkapkan
oleh salah seorang pegawai BAPAS dengan melihat langsung dampak yang ada
terhadap klien, Selama ini BAPAS Medan sudah berupaya semaksimal mungkin
untuk menjalankan tugasnya dalam hal melaksanakan bimbingan kemandirian
dengan gencar mencari pihak ke 3 untuk bekerja sama, seperti halnya tahun lalu
BAPAS bekerja sama dengan Kementrian Sosial dan Badan Nasional Narkotika
Provinsi Sumatera Utara.

88

Universitas Sumatera Utara

Pihak BAPAS memang tidak membantah kalau Bimbingan kemandirian
yang dilaksanakan belum sesuai dengan harapan klien Hanya saja, komitmen
mereka untuk terus melaksanakan bimbingan ini tidak berubah dan akan terus
dilakukan. Salah seorang Pegawai di Balai Pemasyarakatan (Gusni) mengatakan :
“Bimbingan ini sangat bermanfaat bagi klien, sebagian ada yang sudah
menerapkan dilingkungan masyarakat, namun sebagian lagi masih
belum. Untuk itu BAPAS terus melakukan perbaikan Disinilah BAPAS
berencana nanti jadi kita tidak hanya memberikan pelatihan
keterampilan namun juga memberikan modal supaya nanti uda dapat
keterampilan bisa dia langsung buka usaha dengan modal yang kita
kasih tapi itu masih wacana mungkin tahun depan baru bisa
direalisasikan”
Dari pemaparan diatas, dapat terlihat bahwa peran Balai Pemasyarakatan
dalam melaksanakan bimbingan kemandirian bagi klien pemasyarakatan sudah
dilaksanakan dengan cukup baik mengingat banyak klien yang merasakan
manfaatnya, namun dalam menjalankan perannya Balai Pemasyarakatan banyak
memiliki kendala, dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, peneliti
menemukan bahwa ada beberapa hal kendala yang dialami BAPAS yaitu :
1. Kendala dalam hal anggaran Anggaran yang diperoleh BAPAS Medan
dari

pemerintah

untuk

melakukan

bimbingan

bagi

para

klien

pemasyarakatan tidak seimbang dengan apa yang diperlukan. Dimana
dengan jumlah klien pemasyarakatan dengan luasnya wilayah kerja
BAPAS Medan membuat anggaran yang diberikan tidak cukup atau tidak
sesuai dengan apa yang diperlukan BAPAS Medan.

89

Universitas Sumatera Utara

2. Kendala dalam hal tenaga kerja dengan jumlah pegawai BAPAS Medan
yang hanya 53 orang pegawai yang bertugas, sehingga dengan kekurangan
tenaga ini juga dapat menjadikan kendala dalam melakukan bimbingan
bagi klien dan dengan keterbatasaan tenaga Pembimbing Kemasyarakatan
inilah membuat tidak semua klien dapat dikunjungi atau dijangkau secara
langsung.
3. Kendala dalam hal sarana dan prasarana, BAPAS Medan tidak memiliki
alat alat yang memadai untuk dapat melakukan bimbingan kemandirian
sendiri sehingga mengharuskan bekerja sama dengan pihak lain.
4. Lokasi tempat tinggal klien yang jauh sulit untuk dijangkau, kebanyakan
klien berada diluar kota Medan.

90

Universitas Sumatera Utara

5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Kurangnya

pemahaman

dari

responden

terhadap

pertanyaan-

pertanyaan dalam kuisioner serta sikap tidak memiliki kepedulian dan
keseriusan dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Masalah subjektivitas dari responden dapat mengakibatkan hasil
penelitian ini rentan terhadap biasnya jawaban responden.
2. Tidak dapat mengambil sampel lebih dari 20 responden karena Klien
pemasyarakatan yang banyak dan tersebar diseluruh sumatera utara
dan tidak dapat dijangkau dalam waktu yang singkat, jadi hanya dapat
mengambil sampel pada klien pemasyarakatan yang wajib lapor ke
Balai Pemasyarakatan Medan.

91

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dihimpun, maka penulis
memberi kesimpulan bahwa:
1. Peran BAPAS dalam melaksanakan bimbimbingan kemandirian di
rasa sangat bermanfaat untuk responden dibuktikan dari keseluruhan
hasil penelitian yang didapat dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa daftar pertanyaan, kuesioner sebanyak 20 (dua
puluh) dan ditambah dengan hasil wawancara, responden mengaku
bahwa bimbingan kemandirian ini dapat membantu mereka dalam
mendapatkan pekerjaan maupun usaha sendiri dan dapat membantu
mereka bersosialisasi di lingkungan masyarakat mereka juga mengaku
mendapatkan pengalaman baru dan pengetahuan baru yang membuat
mereka merasa ingin hidup lebih baik lagi karena di bimbing dan
diarahkan dengan baik, bimbingan kemandirian yang dilakukan oleh
BAPAS disambut positif oleh klien yang mengikuti kegiatannya.
2. Kurangnya Penyediaan sarana dan prasarana serta penambahan
fasilitas seperti alat alat yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
kemandirian perlu ditingkatkan, seperti yang diketahui bahwa BAPAS
hanya mengandalkan pihak ke 3 untuk segi pelaksanaan, maka dari itu
BAPAS harus lebih gencar mencari pihak ke 3 untuk bekerja sama
agar terselenggaranya bimbingan kemandirian secara rutin dan dapat

92

Universitas Sumatera Utara

menyeluruh ke semua klien pemasyarakatan serta perlunya dukungan
dari pemerintah yang begitu besar dalam hal pelaksanaan bimbingan
kemandirian khususnya dalam penyediaan dana.
3. Hal yang menghambat BAPAS dalam melaksanakan tugasnya yaitu
Lokasi tempat tinggal klien yang jauh sulit untuk dijangkau,
kebanyakan klien berada diluar kota Medan. Kendala dalam hal tenaga
kerja dengan jumlah pegawai BAPAS Medan yang hanya 53 orang
pegawai yang bertugas, sehingga dengan kekurangan tenaga ini juga
dapat menjadikan kendala dalam melakukan bimbingan bagi klien dan
dengan keterbatasaan tenaga Pembimbing Kemasyarakatan inilah
membuat tidak semua klien dapat dikunjungi atau dijangkau secara
langsung.

93

Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran penulis
dalam penelitian ini antara lain:
1. Pelaksanaan pembimbingan terhadap klien, sebaiknya dilaksanakan
dengan langkah yang lebih aktif, artinya adalah pelaksanaan
pembimbingan sebaiknya dilaksanakan melalui kegiatan yang rutin
setiap tahunnya, sesuai dengan Pasal 1 ayat 4 UU No.12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, bahwa Balai Pemasyarakatan adalah suatu
pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan.
Hendaknya agar tugas itu dijalankan dengan sebaik baiknya.
2. Klien yang mengikuti bimbingan harusnya dapat lebih banyak melihat
jumlah narapidana yang bebas setiap tahunnya banyak, BAPAS harus
bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang begitu banyak untuk
dapat dikembalikan kemasyarakat dengan sabaik baiknya dan dapat
berguna dilingkungan masyarakat.
3. Pihak BAPAS Medan harus dapat meningkatkan sarana & prasarana
yang menunjang kegiatan bimbingan. Disini pemerintah harus lebih
memperhatikan dan menyediakan segala kebutuhan dari BAPAS
Medan sesuai dengan jumlah klien yang ada terutama dalam hal
anggaran atau dana, serta fasilitas, yang dibutuhkan oleh BAPAS
Medan agar dalam proses pembimbingan nantinya dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan apa yang diinginkan atau sesuai dengan
apa yang telah diprogramkan sebelumnya.

94

Universitas Sumatera Utara

4. Pihak BAPAS hendaknya melakukan hubungan kerja sama secara
rutin kepada pihak ketiga seperti Dinas Sosial Provinsi, Badan
Narkotika Nasional, Balai latihan kerja dan pihak pihak yang terkait
Agar proses pembimbingan dapat dilakukan secara maksimal.
5. Hendaknya BAPAS tidak hanya memberikan Bimbingan keterampilan
saja tetapi harus ada tindak lanjutnya agar semua klien yang menerima
bimbingan

dapat

merealisasikan

dikehidupan

mereka

dengan

memberikan modal usaha kepada klien pemasyarakatan.

95

Universitas Sumatera Utara