Peran Balai Pemasyarakatan Medan Dalam Melaksanakan Bimbingan Kemandirian Bagi Klien Pemasyarakatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum
larangan yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapa saja
yang melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang
sama dan merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan pidana.
Orang melakukan perbuatan pidana atau kejahatan bisa disebabkan oleh berbagai
macam hal, misalnya saja seseorang melakukan hal tersebut karena harus
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menuntut mereka untuk melakukan
perbuatan pidana. Adapun yang melakukan perbuatan pidana atau kejahatan ini
disebabkan karena kebiasaan yang dilakukan sejak kecil dan juga karena faktor
keturunan.
Para pelaku yang melakukan tindak pidana akan dimasukkan ke dalam
penjara. Hukuman penjara merupakan penghukuman yang telah berlangsung
kurang lebih 200 tahun yang lalu. Penjara masa dulu menjadi tempat dimana
orang-orang mendapat hukuman sadis berupa penyiksaan, mutilasi dan dieksekusi
gantung. Pada saat ini penjara menjadi model penghukuman yang secara antusias
diperkenalkan sebagai pengganti hukuman fisik yang brutal. Sistem pemenjaraan
di Indonesia pada awalnya tidak berbeda jauh dengan Negara lain, sangat
menekankan unsur balas dendam, secara berangsur angsur berubah sejalan dengan

perubahan konsepsi penghukuman menuju pada konsep rehabilitasi dan reintergrasi sosial agar narapidana dapat menyadari kesalahannya.

11

Universitas Sumatera Utara

Sejak tahun 1964 sistem pembinaan terhadap pelaku kejahatan narapidana
dan anak pidana berubah secara mendasar dari sistem kepenjaraan menjadi sistem
pemasyarakatan begitu juga dengan institusinya yang semula disebut Rumah
Penjara

dan

Rumah

Pendidikan

Negara

berubah


menjadi

Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS).
Menurut UU no 12 tahun 1985, Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk
melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem,
kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem
pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Sesuai dengan UU No.12 Tahun 1995
tentang pemasyarakatan, LAPAS ialah tempat melaksanakan pembinaan
narapidana dan anak didik pemasyarakatan sebagai salah satu unit pelaksana
teknis (UPT) pemasyarakatan.
Ide pemasyarakatan sendiri diperkenalkan oleh Dr. Saharjo pada tanggal
15 Juli 1963 yang merupakan pedoman dasar bagi pembinaan narapidana di
lembaga pemasyarakatan di indonesia. Ide ini dikenal dengan 10 prinsip
pemasyarakatan yang antara lain memuat bahwa penjatuhan pidana bukan
tindakan balas dendam dari negara karena itu negara tidak berhak membuat
seseorang menjadi lebih buruk atau jahat dari sebelum masuk lembaga
pemasyarakatan (Simon dan Sunaryo, 2011:23).

Situs resmi yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
(Ditjen PAS) Kementrian Hukum & HAM

menyatakan terdapat 38 Unit

pelaksana Teknis (UPT) pemasyarakatan yang tersebar di seluruh Sumatera Utara
dan terdapat 26.084 narapidana yang ada, dan hampir 99 % UPT pemasyarakatan

12

Universitas Sumatera Utara

mengalami overkapasitas. Mengatasi fakta buruk dari sistem pemidanaan di
Indonesia, semua alat Negara atau lembaga yang terkait harus bekerja lebih keras
dan efesien untuk mengolah sumber daya manusia yang begitu banyak agar
menjadi manusia yang bermental dan berkualitas baik dan tidak mengulangi
kesalahan yang sama setelah bebas.
LAPAS adalah Lembaga yang memliki tanggung jawab untuk mengatasi
fakta buruk tersebut. Untuk melaksanakan pembinaan di dalam LAPAS tersebut
diperlukan adanya suatu program agar proses pembinaan dapat tercapai.

Pembinaan yang ada diluar LAPAS dilaksanakan oleh Balai Pemasyarakatan
(BAPAS), dalam Pasal 1 ayat 4 UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
menyatakan bahwa Balai Pemasyarakatan adalah suatu

pranata untuk

melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. Balai Pemasyarakatan sendiri
mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan sebagian dari tugas pokok
Direktoral Jendral Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan pembimbingan klien
pemasyarakatan di daerah.
Nama Balai Pemasyarakata sebelumnya adalah Balai Bimbingan
Pemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA). Di Indonesia saat ini terdapat
71 unit BAPAS yang tersebar di 33 Provinsi, sedangkan di Provinsi Sumatera
Utara sendiri terdapat 2 Kantor BAPAS yang meliputi BAPAS Klas I yang berada
di Kota Medan dan BAPAS Klas II yang berada di Kota Sibolga.
Berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman No. M.01.PR.07.03 Tahun
1997 BISPA diubah menjadi Balai Pemasyarakatan (BAPAS) untuk disesuaikan
dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan. Pada

13


Universitas Sumatera Utara

Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 1 butir 6 Petugas Pemasyarakatan yang
melaksanakan tugas pembimbingan klien pemasyarakatan disebut sebagai
pembimbing kemasyarakatan. Dengan demikian didalam tugasnya melakukan
pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan.
Berdasarkan Pasal 2 UU Pemasyarakatan pembinaan dan pembimbingan
warga binaan pemasyarakatan meliputi program pembinaan dan bimbingan yang
berupa kegiatan bimbingan kepribadian dan bimbingan kemandirian, bimbingan
kemandirian diarahkan pada bakat dan keterampilan agar warga binaan
pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas
dan bertanggung jawab serta memiliki skill dan kemampuan keterampilan untuk
dapat hidup mandiri dan lebih baik. Efektifitas bimbingan yang dilakukan BAPAS
tidak terlepas niat dari dalam diri klien untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Dalam laporan kegiatan Balai Pemasyarakatan Medan tahun 2016 Balai
Pemasyarakatan Medan mengadakan bimbingan kemandirian yang bekerja sama
dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumatera Utara. Kegiatan ini diikuti
oleh 20 orang klien Pemasyarakatan yang menerima layanan pasca rehabilitasi

Narkotika di BAPAS Medan. Peserta yang mengikuti kegiatan merupakan klien
pemasyarakatan yang sedang menjalani masa bimbingan pembebasan bersyarat,
cuti bersyarat dan cuti menjelang bebas. Klien yang diutamakan adalah klien yang
sudah menjalani rehabilitasi di LAPAS Kelas II Narkotika Langkat dan LAPAS
Kelas II A Narkotika Pematang Siantar. Kegiatan kemandirian yang dilakukan
berupa pengembangan bakat dan keterampilan seperti montir, mengemudi,

14

Universitas Sumatera Utara

memperbaiki Handphone, budidaya anggrek, sablon, serta keterampilan memasak
seperti membuat mie ayam dan pempek.
Dalam melaksanakan kegiatan Balai Pemasyarakatan Medan mengalami
banyak kendala, BAPAS mempunyai peranan yang lebih menonjol dalam
penyelesaian perkara anak dibandingkan dalam perkara dewasa. Kendala yang
dihadapi lainnya yaitu kurangnya dana, sarana dan prasarana. Dalam laporan
Kegiatan BAPAS Medan tahun 2016 menyebutkan kendala yang dihadapi yaitu
berasal dari diri klien seperti ketertutupan peserta untuk tidak memberikan
informasi mengenai data diri peserta menjadi suatu tantangan untuk membuka dan

mendapatkan informasi dari yang bersangkutan, domisili diluar Kota Medan dan
tidak diizinkan keluar oleh atasannya.
Salah satu potensi bangsa yang merupakan modal dasar pembangunan
nasional adalah penduduk sebagai sumber daya manusia yang berjumlah besar
dan produktif dengan kata lain bahwa keberhasilan dari pembangunan nasional
ditentukan oleh manusia sebagai pelaku dari pembangunan itu sendiri.
Pembangunan dapat terselenggara dengan baik apabila dilaksanakan oleh manusia
yang

bermental

dan

berkualitas

baik,

dalam

hubungan


inilah

Balai

Pemasyarakatan memiliki peran yang sangat penting dalam rangka pembinaan
sumber daya manusia.
Pembinaan dalam sistem pemasyarakatan diselenggarakannya dalam
rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia
seutuhnya menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak
pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif
berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara

15

Universitas Sumatera Utara

yang baik dan bertanggung jawab. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai “Peran
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dalam Melaksanakan Bimbingan Kemandirian

bagi Klien Pemasyarakatan”.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran Balai Pemasyarakatan Medan dalam Melaksanakan
Bimbingan Kemandirian bagi Klien Pemasyarakatan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah , adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Peran Balai Pemasyarakatan
Medan dalam Melaksanakan Bimbingan Kemandirian bagi Klien Pemasyarkatan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam
pengembangan :
1. Manfaat Akademis
Dapat memberikan sumbangan positif terhadap keilmuan di Departemen
Ilmu Kesejahteraan Sosial mengenai peran balai pemasyarakatan dan juga
diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah

16


Universitas Sumatera Utara

referensi dan kajian bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik terhadap
penelitian

yang berkaitan dengan peran

BAPAS Medan dalam

melaksanakan bimbingan bagi klien pemasyarkatan.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi
bagi peneliti untuk meningkatkan lagi pemahaman mengenai peran
BAPAS

Medan

dalam


melaksanakan

bimbingan

bagi

klien

pemasyarkatan.
3. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran
bagi pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan bimbingan bagi klien
pemasyarakatan.

17

Universitas Sumatera Utara

1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah , tujuan dan
manfaat, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan penelitian terdahulu, uraian konsep yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang diteliti , kerangka pemikiran , definisi konsep dan definisi
operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian , informan penelitian , teknik
pengumpulan data sera teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis
melakukan penelitian.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta
analisisnya.

18

Universitas Sumatera Utara

BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan.

19

Universitas Sumatera Utara