Konsep Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa dimana pada masa ini terdapat kematangan fisik, kognitif, sosial
dan emosional. Menurut World Health Organisation (WHO), sekitar seperlima
dari penduduk dunia adalah remaja usia 10-19 tahun. Sementara di Indonesia
sendiri terdapat sekitar 66 juta jiwa atau 27% dari total penduduk adalah remaja
dengan rentang usia 10-24 tahun (BKKBN, 2013).
Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Jika
tugas perkembangan tersebut berhasil dilakukan, maka akan menimbulkan
perasaan bahagia dan sebaliknya jika tidak berhasil maka akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya. Tugas utama
remaja pada tahap awal adalah pencarian identitas diri sebagai lawan dari
kebingungan peran (Kyle, 2014). Identitas diri dan peran diri yang dimaksud
adalah bagian dari konsep diri.
Konsep diri merupakan gambaran individu tentang dirinya sendiri. Konsep
diri sangat penting bagi remaja untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia
remaja. Konsep diri terbagi menjadi lima komponen yaitu: citra tubuh, ideal diri,
harga diri, peran diri dan identitas diri. Konsep diri bukan merupakan faktor yang
dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk dari pengalaman individu dalam

berhubungan dengan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Saraswatia dkk
(2015) dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Remaja di

1

Universitas Sumatera Utara

2

SMPN 13 Yogyakarta bahwa ada pengaruh antara pola asuh orangtua, teman
sebaya, peran penampilan fisik dan peranan harga diri terhadap konsep diri
remaja.
Citra tubuh remaja yang positif adalah hal penting agar remaja
memperoleh kepercayaan diri yang tinggi serta membantu remaja berpikir positif
tentang tubuhnya. Remaja dengan citra tubuh yang positif akan bangga dengan
bentuk tubuhnya dan menerima tubuhnya apa adanya. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Catur (2015) dengan judul Hubungan antara Citra
Tubuh dengan Penerimaan Diri pada Remaja Putri kelas VIII di SMPN 6
Yogyakarta bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara citra tubuh
dengan penerimaan diri.

Ideal diri berkembang dari masa kanak-kanak yang dapat dipengaruhi oleh
orang terdekat/penting yang mengharapkan suatu pencapaian. Remaja dapat
menemukan adanya ketidaksesuaian antara ideal diri dengan ketrampilan dan
kemampuan aktual yang mereka miliki (Wong et al, 2009). Remaja yang realistik
tentang kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan daripada
kegagalan.
Harga diri akan meningkat pada masa remaja awal sampai remaja akhir,
kemudian suatu saat harga diri akan menurun. Individu dengan harga diri yang
tinggi akan menghargai diri sendiri, menyadari bahwa diri mereka berharga dan
tidak malu dengan orang lain. Yusuf (2012) dalam penelitiannya tentang harga
diri pada remaja menengah putri membuktikan bahwa 66,9% memiliki harga diri
yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

3

Peran diri remaja diperlukan agar mampu berperilaku sesuai dengan fungsi
yang ada dimasyarakat. Peran diri remaja bukan hanya di rumah sebagai anak,
tetapi di sekolah juga remaja dituntut untuk dapat berperan sesuai dengan

posisinya di sekolah. Kesulitan atau kegagalan dalam memenuhi peran yang
diharapkan biasanya akan menyebabkan penurunan harga diri atau perubahan
konsep diri (Potter & Perry, 2009).
Identitas diri ditandai dengan kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri
yang berbeda dengan orang lain, mengakui jenis kelamin sendiri dan memiliki
kepercayaan terhadap dirinya sendiri. Pencarian identitas diri muncul sebagai
kekhawatiran yang umum saat remaja. Selama tahap remaja awal, tekanan untuk
memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki
kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari
kelompok dan kelompok dapat memberikan mereka status (Wong, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Smith & Robert (2011) bahwa terdapat
keterkaitan antara usia dan konsep diri. Dimana konsep diri akan positif pada usia
muda dan negatif pada usia dewasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia
tua, mereka mengalami penurunan kepercayaan diri, kurang yakin dengan
identitasnya dan penurunan harga diri.
Konsep diri tumbuh dalam konteks sosial (Sandhu, 2014). Sekolah
merupakan konteks sosial yang sangat baik bagi remaja. Agar perilaku remaja
baik maka diperlukan konsep diri yang positif, karena konsep diri memiliki
peranan penting dalam menentukan sikap dan perilaku individu (Rakhmat, 2008).
Konsep diri yang negatif akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani


Universitas Sumatera Utara

4

mencoba hal baru, menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh,
rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak sukses, pesimis dan
masih banyak perilaku yang lainnya (Gunawan, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurliana (2015) dengan judul Konsep
Diri Remaja Siswa Kelas X SMA menunjukkan bahwa konsep diri remaja
perempuan dan laki-laki positif dan menggembirakan, namun terdapat perbedaan
antara konsep diri perempuan dan laki-laki. Dimana konsep diri laki-laki berada
sedikit dibawah dari konsep diri perempuan.
Berdasarkan hasil survey dari Federasi Kesehatan Mental Indonesia
(Fekmi) tahun 2007 bahwa di kota Medan terdapat 54% remaja mengaku pernah
berkelahi, 87% remaja berbohong, 8,9% pernah mencoba narkoba, 28% merasa
kekerasan sebagai hal biasa, dan 24% pernah membaca buku porno. Dari data
tersebut membuktikan bahwa remaja memiliki sikap yang berbeda dalam
berperilaku yang dapat mempengaruhi konsep diri remaja.
Masa remaja merupakan masa yang potensial untuk mengembangkan

konsep diri karena pada masa ini penuh dengan tekanan yang memungkinkan
remaja menemukan identitas dirinya. Siswa menengah pertama merupakan
individu yang berada pada tahap remaja awal. Awal masa transisi dimana usianya
berkisar antara 12-16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang
tidak menyenangkan, dimana juga terjadi perubahan pada dirinya baik secara
fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973).
Remaja mengalami perkembangan kemampuan berpikir yang baru,
lingkungan soaial yang baru dan perubahan bentuk belajar dari status anak-anak

Universitas Sumatera Utara

5

menuju remaja seperti metode pembelajaran, jadwal belajar dan aktifitas lain yang
menuntut remaja untuk aktif dalam proses belajar mengajar. SMP Swasta Sultan
Iskandar Muda adalah sekolah menengah pertama yang terdiri dari remaja usia
12-15 tahun yang memiliki latar belakang keluarga serta agama yang berbedabeda. Berdasarkan fenomena dan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Konsep Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar
Muda Medan”.
1.2.Perumusan Masalah

Bagaimanakah konsep diri remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda
Medan?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi konsep diri remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar
Muda Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi citra tubuh remaja di SMP Swasta Sultan
Iskandar Muda Medan.
1.3.2.2. Mengidentifikasi ideal diri remaja di SMP SMP Swasta Sultan
Iskandar Muda Medan.
1.3.2.3. Mengidentifikasi harga diri remaja di SMP Swasta Sultan
Iskandar Muda Medan.
1.3.2.4. Mengidentifikasi peran diri remaja di SMP Swasta Iskandar
Muda Medan.

Universitas Sumatera Utara

6


1.3.2.5. Mengidentifikasi identitas diri remaja di SMP Swasta Sultan
Iskandar Muda Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
tambahan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai konsep diri pada remaja.
1.4.2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
memperluas kajian tentang konsep diri remaja dan memberikan motivasi
belajar kepada anak.
1.4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi atau sumber data bagi peneliti yang lain yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai konsep diri remaja.

Universitas Sumatera Utara