Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian CSR dan Dasar Hukum
Terminologi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bukanlah hal yang
relative baru dalam dunia usaha, evolusi konsepnya sendiri sudah berlangsung
pada beberapa dekade. Pada sisi lain istilah CSR sendiri juga mengalami
perubahan sejalan dengan perkembangan dunia usaha, politis dan pembangunan
sosial serta hak asasi manusia (HAM).
Selain itu terminologi CSR juga dipengaruhi oleh dampak globalisasi dan
perkembangan teknologi informasi, dan semua itu akan mencerminkan
pemahaman terhadap pengertian CSR dalam kontek local.
Corporate Social Responsibility dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
tanggungjawab sosial perusahaan sedangkan di Amerika, konsep ini seringkali
disamakan dengan corporate citizenship. Pada intinya, keduanya dimaksudkan
sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah
sosial dan lingkungan dalam kegiatan usaha dan juga pada cara perusahaan
berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan secara sukarela. Selain itu,
tanggungjawab sosial perusahaan diartikan pula sebagai komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan dan masyarakat setempat (lokal) dalam

rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Mulai pada saat terminologi CSR diperkenalkan tahun 1920 sampai saat
ini belum ada difinisi tunggal mengenai pengertian dari CSR. Berikut ini adalah

9

Universitas Sumatera Utara

10

definisi-definisi dari CSR yang antara lain: The World Business Council
for Sustainable Development (WBCSD), yang merupakan lembaga internasional
yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 180 perusahaan
multinasional yang berasal dari 35 negara memberikan definisi CSR sebagai
"continuing commitment by business to behave ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the workforce and
their families as well as of the local community and society at large".
Apabila diterjemahkan secara bebas kurang lebih berarti komitmen dunia
usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan

kualitas hidup dari karyawan.
Definisi lain mengenai CSR juga dilontarkan oleh World Bank yang
memandang CSR sebagai "the commitment of business to contribute to
sustainable economic

development

working

with

amployees

and

their

representatives the local community and society at large to improve quality of life,
in ways that are both good for business and good for development".
Kalau diterjemahkan secara bebas kurang lebih berarti komitmen dunia

usaha untuk memberikan sumbangan guna menopang bekerjanya pembangunan
ekonomi bersama karyawan dan perwakilan-perwakilan mereka dalam komunitas
setempat dan masyarakat luas untuk meningkatkan taraf hidup, intinya CSR
tersebut adalah baik bagi keduanya, untuk dunia usaha dan pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

11

2.1.2. Etika Bisnis
Untuk mendapatkan yang lebih baik mengenai makna Corporate Social
Responsibility (CSR) sebaiknya dikaji terlebih dahulu persoalan etika bisnis,
karena pada dasarnya CSR diderivasi dari etika bisnis (Khairandy, 2008)
Etika bermaksud untuk membantu manusia secara bebas tetapi dapat
dipertanggungjawabkan. Keraf (1998) mengungkapkan bahwa etika berasal dari
bahasa Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (la etha) berarti “adat istiadat”
atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup
yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok
masyarakat. Ini berarti etika berkaitan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan
hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang

ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu
terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai suatu kebiasaan.
Dalam konteks yang umum, hubungan bisnis sebenarnya adalah hubungan
antar manusia. Bisnis adalah suatu interaksi yang terjadi akibat adanya kebutuhan
yang tidak dapat diperoleh sendiri oleh individu. Ini menunjukkan bahwa
meskipun manusia dikaruniai banyak kelebihan (akal, perasaan dan naluri), dalam
kenyataannya banyak memiliki kekurangan. Kekurangan itu makin dirasakan
justru ketika akal, perasaan, dan naluri menuntut peningkatan kebutuhankebutuhan. Akibatnya, kebutuhan manusia kian berkembang dan kompleks
sehingga tak terbatas. Melalui interaksi bisnis inilah manusia saling melengkapi
pemenuhan kebutuhan satu sama lain (Panuju dalam Khairandy, 2008).
Etika harus dibedakan antara etika dalam bisnis (ethics in business) dan
etika bisnis (ethics of business). Kedua istilah tersebut memiliki makna yang

Universitas Sumatera Utara

12

berbeda. Etika dalam bisnis terkait dengan etika yang bersinggungan dengan
bisnis sedangkan etika bisnis terkait dengan etika pada umumnya. Dalam dunia
perbankan misalnya, etika dalam bisnis harus dinilai sesuai dengan perspektif

profit

maximization

sebagai

filosofi

yang

mendasari

perbankan

tanpa

memperhatikan apakah etika tersebut sesuai dengan etika umum (Khairandy,
2008).
Nilai-nilai dasar yang menjadi tolak ukur etika bisnis adalah tingkah laku
para pengusaha dalam menjalankan usahanya. Apakah dalam usahanya

mengambil keuntungan dari masyarakat konsumen dilakukan melalui persaingan
usaha yang fair (jujur), transparent (terbuka), dan ethic (etis). Perbuatan yang
termasuk dalam kategori unethical conduct misalnya memberikan informasi yang
tidak benar mengenai bahan mentah, karakteristik/ciri dan mutu suatu produk,
menyembunyikan harta kekayaan perusahaan yang sebenarnya untuk menghindari
atau mengurangi pajak, membayar upah karyawan di bawah UMR, melakukan
persekongkolan tender, dan melakukan persaingan tidak sehat.
Pada dasarnya, bisnis perlu dijalankan secara etis, karena bagaimana pun
juga bisnis menyangkut tentang kepentingan siapa saja dalam masyarakat. Entah
dia berperan sebagai penjual, produsen, pembeli, perantara, dan apa pun perannya,
hampir semuanya tersangkut dalam bisnis ini. Hal itu berarti bahwa kita semua
berdasarkan kepentingan kita masing-masing menghendaki adanya agar bisnis itu
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kita semua menghendaki agar bisnis
dijalankan secara etis sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan
oleh pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

13


Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang
baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia
pada umumnya. Demikian pula, prinsip-prinsip itu sangat erat terkait dengan
sistem nilai yang dianut oleh masyarakat masing-masing. Namun, sebagai etika
khusus atau etika terapan, prinsip-prinsip dalam etika bisnis sesungguhnya adalah
penerapan dari prinsip etika pada umumnya.

2.1.3. Corporate Social Responsibility
Sampai kini tidak ada definisi tunggal tentang Corporate Social
Responsibility (CSR). Berikut ini beberapa definisi CSR yang cukup berpengaruh
dan sering dirujuk di antaranya definisi yang disampaikan oleh World Business
Council for Sustainable Development, versi World Bank, dan oleh Uni Eropa.
World Business Council for Sustainable Development (1999) menyebut
CSR sebagai: ”Continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of life of the
work force and their families as well as of the local community and society at
large.
Sementara versi Uni Eropa mengatakan ”CSR is a concept where by
companies integrate social and environmental concerns in their business
operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis”.

Griffin dan Pustay (2005) menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan
memajukan masyarakat dimana organisasi berada. Selanjutnya Kotler dan Nancy
(2005) menjelaskan bahwa corporate social responsibility adalah komitmen

Universitas Sumatera Utara

14

perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis
yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.
Dari beberapa pengertian mengenai corporate social responsibility diatas,
dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan
komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap
suatu issue terntentu di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan
lingkungan yang lebih baik.

2.1.4. Bentuk Program Corporate Social Responsibility
Kotler dan Nancy (2005) menyebutkan beberapa bentuk program CSR
yang dapat dipilih:

1. Cause Promotions
Dalam cause promotions ini, perusahaan berusaha untuk meningkatkan
awareness masyarakat mengenai suatu issue tertentu, dimana issue ini tidak harus
berhubungan atau berkaitan dengan lini bisnis perusahaan, dan kemudian
perusahaan mengajak masyarakat untuk menyumbangkan waktu, dana atau benda
mereka untuk membantu mengatasi atau mencegah permasalahan tersebut.

2. Cause-Related Marketing
Dalam cause-related marketing, perusahaan akan mengajak masyarakat
untuk membeli atau menggunakan produknya, baik itu barang atau jasa, dimana
sebagian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonasikan untuk
membantu mengatasi atau mencegah masalah tertentu.

Universitas Sumatera Utara

15

3. Corporate Social Marketing
Corporate social marketing ini dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk
mengubah perilaku masyarakat dalam suatu issue tertentu.


4. Corporate Philantrophy
Corporate

philantrophy

ini

dilakukan

oleh

perusahaan

dengan

memberikan kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk dana, jasa atau
alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, perorangan ataupun
kelompok tertentu.


5. Corporate Volunteering
Dalam corporate voluteering, perusahaan mendorong atau mengajak
karyawannya ikut terlibat dalam program CSR yang sedang dijalankan dengan
jalan mengkontribusikan waktu dan tenaganya.

6. Socially Responsible Business
Dalam socially responsible business, perusahaan melakukan perubahan
terhadap salah satu atau keseluruhan sistem kerjanya agar dapat mengurangi
dampak buruk terhadap lingkungan dan masyarakat
Konsep CSR pada intinya adalah menjaga kelangsungan pembangunan
perekonomian

daerah

atau

nasional

untuk

mewujudkan

suatu

sistem

perekonomian yang berpihak kepada rakyat dan untuk menjaga keseimbangan
dunia usaha agar pelaku usaha dapat bersaing dengan sehat, dan adil tanpa
menimbulkan kerugian bagi rakyat dan kerusakan lingkungan sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

16

CSR sejatinya mempunyai tujuan yang sangat penting di dalam menjaga
pembangunan perekonomian berkelanjutan. Pada prinsipnya CSR adalah suatu
upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku
kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan. Disamping itu penerapan CSR bertujuan agar
perusahaan dapat memberi kontribusi untuk kemajuan atau peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat. Pelaku usaha melalui berbagai badan usaha
yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, diharapkan bersama-sama dengan
Pemerintah mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu
ketentuan tentang CSR ini dituangkan dalam UU Perseroan Terbatas No. 40
Tahun 2007, khususnya dalam Pasal 1 butir 3 dan Pasal 74.

2.1.5. Konsep Pembangunan Ekonomi
Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi banyak
dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Adam Smith dalam Suryana
(2000), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan antara pertumbuhan
penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya penduduk suatu negara harus
diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi
permintaan kebutuhan dalam negeri.
Menurut Sukirno (2002), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang. Di sini ada dua aspek penting yang saling
berhubungan erat yaitu pendapatan total atau yang lebih dikenal dengan

Universitas Sumatera Utara

17

pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti
pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.
Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006) pembangunan ekonomi bukan
merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi merupakan proses yang
spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh
perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Berdasarkan
pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi secara berkelanjutan dari waktu
ke waktu dan selalu mengarah positif untuk perbaikan segala sesuatu menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Industri dan perdagangan akan mewujudkan segala
kreatifitas dalam pembangunan ekonomi dengan penggunaan teknologi industri
serta dengan adanya perdagangan tercipta kompetisi ekonomi.
Pembangunan ekonomi juga merupakan suatu proses pembangunan yang
terjadi terus menerus yang bersifat dinamis, menambah dan memperbaiki segala
sesuatu menjadi lebih baik lagi. Apapun yang dilakukan, hakikat pembangunan
ekonomi itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, bukan merupakan
gambaran ekonomi satu saat saja.
Dalam Sukirno (2006), pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan
ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah
pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya
diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dalam kegiatan
ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan
dalam kesehatan, peningkatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam
pendapatan dan kemakmuran masyarakat.
Pembangunan

ekonomi

adalah

suatu

proses

yang

bersifat

Universitas Sumatera Utara

18

multidimensional yang melibatkan kepada seluruh perubahan besar baik terhadap
perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan,
mengurangi ketimpangan (disparitas) dan pengangguran (Todaro, 2008).
Arsyad (2010), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu
proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup pembentukan
institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih
baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan
perusahaan-perusahaan baru.
Ada

empat

model

pembangunan

(Suryana,

2000)

yaitu

model

pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan
kerja, penghapusan kemiskinan dan model pembangunan ekonomi yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model
pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup,
peningkatan barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang
layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk setiap rumah
tangga.
Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasilnya serta pemantapan stabilitas
nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara
kedaerahan.

Universitas Sumatera Utara

19

2.1.6. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dalam melakukan
analisa perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam suatu
pembangunan ekonomi dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas,
baik terhadap wilayahnya maupun terhadap wilayah lain.
Dalam Teori Klasik Adam Smith menyatakan bahwa salah satu faktor
yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Jumlah
penduduk yang bertambah akan memperluas pangsa pasar, dan perluasan pasar
akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut,
spesialisasi

akan

meningkatkatkan

produktivitas

tenaga

kerja

sehingga

meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan
terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan.
Sementara itu David Ricardo, mengemukakan pandangan yang berbeda
dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat
pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf
yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah
penduduk rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah.
Keynes melihat pertumbuhan dalam kondisi jangka pendek dan
menyatakan bahwa pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dari
suatu negara. Semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, semakin besar
pendapatan nasional yang diperoleh, demikian juga sebaliknya. Volume pekerjaan
tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif ditentukan pada titik saat
harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat. Keynes juga

Universitas Sumatera Utara

20

menyatakan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang stabil pemerintah perlu
menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta pengawasan secara
langsung.
Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi dapat didefenisikan sebagai
penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut
sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004), ada perbedaan
dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan
ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan
stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang
ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka
panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan
penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut
pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati
penggunaanya telah cukup dikenal.
Menurut Simon dalam Jhingan (2004) pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk meyediakan barang-barang
ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output
nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta
adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya.
Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006) sebagai suatu ukuran
kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

21

ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu
dengan PDRB tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan
pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan
laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara
tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai
indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan
(Sirojuzilam, 2008).
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting (Arsyad,
2010) yaitu:
1) Akumulasi Modal
Akumulasi modal adalah semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan),
peralatan fiskal dan sumber daya manusia (human resources), akan terjadi jika
ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian
diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.
Akumulasi modal akan menambah sumber daya yang telah ada.
2) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah
angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam
merangsang

pertumbuhan

ekonomi.

Namun

kemampuan

merangsang

pertumbuhan ekonomi tergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang
berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara
produktif.

Universitas Sumatera Utara

22

3) Kemajuan Teknologi
Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling
penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang
diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.

2.1.7. Sikap Masyarakat
Sikap adalah suatu bangun psikologis, seperti semua wujud psikologis
sikap adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan
unsur-unsur yang tidak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu
tertentu. Para ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam
usahanya untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan mengenai keadaan mental dan
proses mental. Sikap tidak dapat diobservasi atau diukur secara langsung.
Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya.
Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan
posisinya, pada suatu kontinum afektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara
sangat positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu obyek sikap tertentu.
Sikap tersebut dapat bersifat negatif dapat pula bersifat posistif. Sikap
negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, ataupun tidak
menyukai keberadaan suatu obyek, sedangkan sikap positif memunculkan
kecenderungan menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengaharapkan
kehadiran obyek tertentu (Adi, 1994).
Sikap masyarakat terhadap program CSR merupakan bentuk reaksi atau
respon terhadap adanya stimulus, yang memunculkan dalam bentuk sikap positif

Universitas Sumatera Utara

23

atau negatif, dengan kata lain munculnya sikap positif dan negatif dapat
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi masyarakat.

2.2. Penelitian Terdahulu
Menurut Putrawan (2005) yang mengatakan bahwa PT Federal
Internasional Finance (FIF) telah melaksanakan CSR sejak tahun 2005 jauh
sebelum lahirnya UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT yang menggantikan UU No.
1 Tahun 1995. Hal tersebut tidak terlepas dari keberadaan PT Astra Internasional
sebagai Holding Company dari FIF yang telah merasakan manfaat melaksanakan
CSR terutama terhadap eksistensi perusahaan tersebut di mata internasional.
Manfaat yang diperoleh dengan melaksanakan CSR adalah kelangsungan bisnis
perusahaan bisa lebih terjamin, disamping itu dengan pelaksanaan CSR perhatian
pemerintah lebih fokus terhadap kegiatan perusahaan, hal ini terbukti dengan
adanya penghargaan Pemerintah terhadap pelaksanaan CSR oleh FIF tersebut.
Menurut Susanto (2005) mengemukakan dari sisi perusahaan terdapat 6
(enam) manfaat yang dapat diperoleh dari aktifitas CSR, yaitu: (a) Mengurangi
resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan, (b)
CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan
dampak buruk yang diakibatkan oleh suatu krisis, (c) Keterlibatan dan
kebanggaan karyawan, (d) CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu
memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para
stakeholdersnya, (e) Meningkatkan penjualan, dan (f) Insentif-insentif lainnya
seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.

Universitas Sumatera Utara

24

Menurut Wibisono (2005) perusahaan mendapat beberapa keuntungan
karena menerapkan CSR yaitu: (a) Untuk mempertahankan dan mendongkrak
reputasi dan brand image perusahaan, (b) Layak mendapatkan izin untuk
beroperasi (social license to operate), (c) Mereduksi resiko bisnis perusahaan, (d)
Melebarkan akses ke sumber daya, (e) Membentangkan akses menuju market, (f)
Memperbaiki hubungan dengan stakehokders, (g) Memperbaiki hubungan dengan
regulator, (h) Mereduksi biaya, (i) Meningkatkan semangat dan produktivitas
karyawan, dan (j) Peluang mendapatkan penghargaan. Banyak reward ditawarkan
bagi penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan
mempunyai peluang yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil studinya, Vogel (2005) menemukan bahwa CSR akan
meningkatkan keuntungan perusahaan merupakan keyakinan yang kurang
didukung data empiris. Investasi dalam CSR mirip belanja iklan, yang belum tentu
mendongkrak keuntungan perusahaan. Namun, ini tidak berarti bahwa melakukan
CSR sama sekali tidak memberikan keuntungan. Bukti-bukti empiris yang ada
menyaksikan bahwa pada kondisi-kondisi tertentu CSR berperan melejitkan
keuntungan perusahaan. CSR bukanlah strategi generik. CSR mungkin cocok
pada kondisi tertentu, tetapi tidak pada kondisi lainnya. Karenanya, menurut
Vogel, argumen mengenai hubungan positif antara kinerja sosial dengan kinerja
finansial perusahaan harus dilihat secara lebih kontekstual.

Universitas Sumatera Utara

25

2.3. Kerangka Pemikiran
Strategi dan sikap masyarakat terhadap program CSR Pelindo I di Provinsi
Sumatera Utara maka dapat diuraikan pada skema kerangka pemikiran seperti
Gambar dibawah ini.

Program CSR
Pelindo I

P Pengaruh Program
CSR Terhadap Sosial
Budaya Masyarakat

Sikap atau Persepsi
Masyarakat Terhadap
Pelaksanaan Program CSR

Dampak Pelaksanaan
Program CSR Terhadap
Masyarakat Sekitarnya

Strategi Ke depan
Pengembangan Program
CSR Pelindo I

Gambar 2,1, Kerangka Pemikiran Program CSR Pelindo I di Provinsi
Sumatera Utara

2,4, Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
1)

Program CSR Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara memberikan pengaruh
yang positif terhadap sosial budaya masyarakat sekitar perusahaan.

2)

Sikap atau persepsi masyarakat bersifat positif terhadap program CSR
Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

26

3)

Pelaksanaan program CSR memberikan dampak positif terhadap masyarakat
sekitar perusahaan.

4)

Strategi yang dilakukan dalam pengembangan program CSR Pelindo I ke
depan adalah bersifat agresif.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Konsumen Dalam Penerapan Program Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap Brand Loyalty Sabun Mandi Lifebuoy (Studi Pada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)

1 46 67

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility ( Studi pada PT. Jamsostek Kantor Wilayah I Sumatera Utara )

1 34 150

Program Corporate Social Responsibilty (CSR) Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) “Satu untuk Sepuluh” Terhadap Citra AQUA di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

5 38 137

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

0 27 107

Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara

0 0 24

Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara

0 0 8

Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara Chapter III V

0 0 115

Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara

0 0 24