Pengaruh Persepsi Konsumen Dalam Penerapan Program Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap Brand Loyalty Sabun Mandi Lifebuoy (Studi Pada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)
JURUSAN MANAJEMEN PROGRAM EKSTENSI S1 MEDAN
PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN DALAM PENERAPAN
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
TERHADAP BRAND LOYALTY SABUN MANDI
LIFEBUOY
(Studi Pada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)
DRAFT SKRIPSI Oleh:
ARNOL H HUTAPEA 050521074
MANAJEMEN PEMASARAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan 2008
(2)
Dengan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kesehatan dan waktu bagi penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, segala puji syukur dan hormat penulis peruntukkan kepadaNya ditempat yang maha kudus.
Dalam meyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dalam isi maupun cara penulisan dan penyusunannya. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca untuk meningkatkan kualitas skripsi ini.
Dengan selesainya skripsi ini, maka atas bimbingan dan arahan serta motivasi yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi USU 2. Ibu Prof Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, MSi selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi USU.
3. Bapak Drs.Ami Dilham ,MSi. sebagai pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dra Friska Sipayung, MSi. selaku penguji satu yang telah bersedia menguji dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, MSi , selaku penguji dua yang telah bersedia menguji dan membimbing penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.
(3)
pengajar/dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 9. Rekan-rekan penulis.
Tanpa bantuan mereka skripsi ini takkan pernah selesai .
Medan, 28 Maret 2008
Penulis,
Arnol H Hutapea
NIM.050521074
(4)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah persepsi konsumen (X) terhadap kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan Lifebuoy dan apakah kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan oleh Lifebuoy ini membawa efek langsung terhadap perilaku pembelian konsumen yaitu Loyalitas Merek (Y).
Penelitian dilakukan dengan melakukan survei terhadap mahasiswa Ekstensi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif dan menggunakan sabun mandi Lifebuoy. Penelitian ini menggunakan cara non-probabilitas, yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok
Hasil penelitiian menunjukkan bahwa: Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi, sebagian besar konsumen (81 responden) atau 92.4% menunjukkan persepsi yang positif pada penerapan program corporate social responsibility. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R2 adalah sebesar 0.237 atau 23.7%. Artinya, 23.7% loyalitas terhadap sabun mandi Lifebuoy bisa dijelaskan oleh persepsi konsumen pada penerapan program corporate social responsibility.
Dari uji Anova didapatkan Fhitung sebesar 26.69 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Jadi Fhitung > Ftabel (26.69 > 3.95) atau sig F < 5% (0.000 < 0.05) artinya bahwa variabel persepsi pada penerapan program corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas.
Dengan demikian Hipotesa dari penelitian ini terbukti (diterima). Dari hasil analisis dapat dituliskan persamaan regresi Y = 0.487X + e koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin positif persepsi konsumen pada penerapan corporate social responsibility, maka loyalitas akan semakin tinggi.
(5)
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Permasalahan ... 4
C. Kerangka Konseptual ... 5
D. Batasan Masalah ... 5
E. Hipotesa ... 5
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Hasil Penelitian Yang Lalu ... 7
B. Kajian Teori ... 8
1. Tinjauan Mengenai Pemasaran ... 8
2. Tinjauan Mengenai Perilaku Konsumen ... 10
3. Tinjauan Mengenai Persepsi ... 12
4. Tinjauan Mengenai Brand... 15
5. Tinjauan Mengenai Corporate Social Resposibility ... 19
6. Tinjauan Mengenai Stakeholders ... 21
(6)
2. Sumber Data... 23
3. Populasi Dan Sample ... 23
4. Teknik Pengumpulan Data ... 25
5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 27
7. Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 32
2. Gambaran Umum Responden ... 32
3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 38 4. Pengujian Persepsi ... 39
5. Analisis Regresi ... 47
6. Implikasi Hasil Penelitian ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
1. Kesimpulan ... 56
2. Saran ... 57
(7)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah persepsi konsumen (X) terhadap kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan Lifebuoy dan apakah kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan oleh Lifebuoy ini membawa efek langsung terhadap perilaku pembelian konsumen yaitu Loyalitas Merek (Y).
Penelitian dilakukan dengan melakukan survei terhadap mahasiswa Ekstensi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif dan menggunakan sabun mandi Lifebuoy. Penelitian ini menggunakan cara non-probabilitas, yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok
Hasil penelitiian menunjukkan bahwa: Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi, sebagian besar konsumen (81 responden) atau 92.4% menunjukkan persepsi yang positif pada penerapan program corporate social responsibility. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R2 adalah sebesar 0.237 atau 23.7%. Artinya, 23.7% loyalitas terhadap sabun mandi Lifebuoy bisa dijelaskan oleh persepsi konsumen pada penerapan program corporate social responsibility.
Dari uji Anova didapatkan Fhitung sebesar 26.69 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Jadi Fhitung > Ftabel (26.69 > 3.95) atau sig F < 5% (0.000 < 0.05) artinya bahwa variabel persepsi pada penerapan program corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas.
Dengan demikian Hipotesa dari penelitian ini terbukti (diterima). Dari hasil analisis dapat dituliskan persamaan regresi Y = 0.487X + e koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa semakin positif persepsi konsumen pada penerapan corporate social responsibility, maka loyalitas akan semakin tinggi.
(8)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persaingan yang tajam dalam dunia bisnis saat ini mendorong perusahaan untuk
mengimplementasikan strategi yang tepat agar dapat memenangkan persaingan dan
mencapai kinerja yang lebih baik. Strategi bersaing bergantung pada besar dan posisi
masing-masing perusahaan dalam pasar. Perusahaan besar mampu menerapkan strategi
tertentu, yang jelas tidak bisa dilakukan oleh perusahaan kecil. Tetapi hanya dengan
sekala besar saja tidaklah cukup, karena ada beberapa strategi bagi perusahaan besar yang
mampu menjamin keberhasilannya, akan tatapi ada juga strategi yang dapat merugikan
dirinya sendiri.
Tekanan global terhadap dunia usaha semakin meningkat yang menuntut akuntabilitas,
responsibilitas dan transparansi korporat atas kinerja lingkungan, dan tanggungjawab
sosial.
Pengungkapan atas kinerja lingkungan dan tanggungjawab sosial tersebut kini
sudah banyak dipraktekan oleh perusahaan-perusahaan baik melalui media laporan
tahunan dan media lainnya seperti website atau laporan secara terpisah yang disebut
“sustainability report” (laporan keberlanjutan) yang memuat tiga aspek pokok yaitu: kinerja lingkungan, kinerja sosial, dan kinerja ekonomi. Pengungkapan kinerja
lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah
untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat
kepada investor dan stakeholders lainnya. Pelaporan tersebut bertujuan untuk menjalin
(9)
stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan corporate social responsibilty (CSR): - lingkungan dan sosial - dalam setiap aspek kegiatan operasinya.
Kesadaran perusahaan bahwa nasib dirinya tergantung juga pada kondisi
lingkungan dan masyarakat sekitar memang meningkat akhir-akhir ini. Karena itu,
perusahaan-perusahaan giat mencari cara bagaimana meningkatkan corporate social
responsibility (CSR). Perusahaan akan mampu mengangkat status CSR ke tingkat yang lebih tinggi dengan menjadikannya sebagai bagian dari upaya brand building dan
peningkatan corporate image. Namun upaya-upaya CSR tersebut masih jarang yang
dijadikan sebagai bagian dari perencanaan strategis perusahaan di Indonesia. Corporate
social responsibility biasanya dipahami sebagai cara sebuah perusahaan dalam mencapai keseimbangan atau integrasi dari ekonomi, environment atau lingkungan dan
persoalan-persoalan sosial dan dalam waktu yang sama bisa memenuhi harapan dari shareholders
maupun stakeholders.
Produk-produk dari Unilever yang terdiri dari consumer goods telah tersebar di
seluruh dunia dengan total penjualan lebih dari 27 juta Euro, 29% disumbang dari
penjualan produk mereka di Asia dan Afrika (www.unilever.com 2007). Pada sisi lain,
prestasi yang diraih oleh Unilever Indonesia ini kian menegaskan keberhasilan mereka
dalam menancapkan jejak bisnisnya di tanah air – sebuah ikhtiar yang telah dilakukan
sejak tahun 1933. Unilever Indonesia juga dipilih sebagai perusahaan terbaik nomer satu
se Asia. Sebuah hasil yang sungguh layak diapresiasi. Sebuah hasil yang juga
menunjukkan satu bukti bahwa roda bisnis di negeri ini ternyata terus melaju. (The Asia
(10)
Salah satu produk Unilever yang menjadi pemimpin pasar adalah Lifebuoy.
Menurut hasil survei yang dilakukan Swa bersama MarkPlus dan MARS, Lifebuoy
adalah salah satu produk yang memiliki brand value tertinggi pada tahun 2003, 2004,
2005 untuk kategori sabun mandi padat.
Perlindungan dan kebersihan adalah komitmen Lifebuoy untuk masyarakat. Oleh
karena itu, sejak bertahun-tahun yang lalu Lifebuoy telah membuat program-program
pertanggungjawaban sosial untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada
masyarakat tentang arti penting menjaga kebersihan. Program-program yang telah
dilakukan oleh Lifebuoy antara lain, kampanye membudayakan mencuci tangan dengan
sabun, kampanye kebersihan lingkungan, menyumbang sarana MCK untuk masyarakat
miskin, menyumbang sarana kebersihan untuk sekolah-sekolah dalam program “berbagi
sehat” yang pada intinya mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan untuk
menjaga kebersihan.
Program “berbagi sehat” merupakan sebuah program pemasaran yang lebih
difokuskan untuk memberikan manfaat sosial bagi masyarakat. Lifebuoy menjalankan
program “berbagi sehat” dengan menekankan kampanye mencuci tangan dengan sabun
dan membangun sarana kebersihan di lingkungan masyarakat dan sekolah karena hingga
saat ini di negara-negara berkembang, diare adalah salah satu penyebab kematian terbesar
pada anak-anak.
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa program corporate social
responsibility ini mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan dan membawa efek yang positif bagi masyarakat, tetapi apakah perilaku pembelian konsumen akan
(11)
penulis bermaksud untuk mengetahui bagaimanakah respon konsumen terhadap kegiatan
corporate social responsibility yang dilakukan Lifebuoy dan apakah kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan oleh Lifebuoy ini membawa efek langsung terhadap perilaku pembelian konsumen dengan melakukan penelitian yang berjudul PENGARUH
PERSEPSI KONSUMEN DALAM PENERAPAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP BRAND LOYALTY SABUN MANDI
LIFEBUOY. Penelitian dilakukan dengan melakukan survei terhadap mahasiswa
Ekstensi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
B. Rumusan Permasalahan
Pada persaingan yang semakin ketat dan diferensiasi produk yang semakin sulit
dilakukan, kegiatan corporate social responsibility merupakan salah satu alternatif yang
inovatif dan sulit ditiru oleh kompetitor dalam membina hubungan baik dengan
konsumen (consumer relationship), karena setiap perusahaan mempunyai strategi
sendiri-sendiri dalam penerapan program corporate social responsibility. Perusahaan perlu
mengetahui apakah program corporate social responsibility yang telah di lakukan
membawa dampak yang signifikan terhadap perilaku konsumen terutama loyalitas
merek? Agar masalah dapat terjawab secara akurat maka masalah yang akan diteliti perlu
dirumuskan secara spesifik. Berdasarkan uraian tersebut maka perumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah persepsi konsumen
dalam penerapan program corporate social responsibility mempengaruhi brand loyalty
(12)
C. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1
Sumber: Kotler (2001: 266)
D. Batasan Masalah
Penelitian yang baik adalah penelitian yang dilakukan secara terfokus dan
mendalam. Agar penelitian dapat dilakukan secara terfokus, maka tidak semua masalah
akan diteliti. Untuk itu diperlukan batasan, variabel apa saja yang akan diteliti serta
bagaimana hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain. Penelitian ini hanya
dibatasi mengenai persepsi konsumen pada corporate social responsibility yang telah
dilakukan oleh Lifebuoy dan pengaruhnya terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebuoy.
E. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh yang signifikan antara
persepsi konsumen dalam penerapan program corporate social responsibility terhadap
loyalitas merek sabun mandi Lifebuoy. Persepsi Konsumen (X) 1. Persepsi Terhadap Motivasi CSR 2. Persepsi Terhadap Tujuan CSR 3. Persepsi Terhadap Kesesuaian CSR 4. Persepsi Kesesuaian Produk dengan CSR 5. Persepsi Tentang Manfaat
Brand Loyalty (Y) Perilaku Pembelian
(13)
F. Tujuan Dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan, maka penulis menetapkan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menganalisis persepsi konsumen pada penerapan program
corporate social responsibility yang dilakukan oleh Lifebuoy 2007.
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen dalam penerapan
program corporate social responsibility terhadap brand loyalty sabun mandi
Lifebuoy 2007.
B. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai sarana untuk
latihan berpikir secara logis dan sistematis.
b. Untuk belajar menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah.
2. Bagi perusahaan
Sebagai bahan referensi jika perusahaan ingin mengetahui apakah penerapan
program corporate social responsibility mempengaruhi perilaku pembelian
(14)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Yang LaluSusi Dwi Mawarsari, Pengaruh Sikap Konsumen Dalam Penerapan Program
Corprorate Social Responsibility (CSR) terhadap Brand Loyalti Sabun mandi Lifebuoy, Skripsi 2006.
Penelitian ini menguji respon konsumen pada corporate social responsibility oleh
perusahaan pembuat sabun mandi Lifebuoy dan pengaruhnya terhadap brand loyalty
sabun mandi Lifebuoy. Beberapa kesimpulan yang didapat dari penelitian terdahulu
adalah:
1. Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi, sebagian besar konsumen (87
responden) atau 88.8% menunjukkan sikap yang positif pada penerapan program
corporate social responsibility.
2. Hubungan antara sikap konsumen dalam penerapan program corporate social
responsibility dan brand loyalty merupakan hubungan yang substansial (kuat).
Menurut Young dalam Sulaiman (2005:12), nilai R sebesar 0.40 s.d. <0.70 (baik
plus maupun minus) menunjukkan tingkat hubungan yang substansial. Artinya sikap
konsumen pada penerapan program corporate social responsibility yang
dilakukan oleh Lifebuoy memiliki hubungan sebesar 0.582 (kuat) dengan loyalitas
(15)
B. Kajian Teori
1. Tinjauan Mengenai Pemasaran
Dalam berbagai usaha bisnis yang berkembang saat ini, baik yang menghasilkan
barang maupun jasa, peran pemasaran sangatlah penting karena merupakan salah satu
faktor kunci penentu keberhasilan bisnis. Pemasaran merupakan sebuah faktor penting
dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen.
Kotler (2002:9) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial yang di
dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran saat
ini tidak hanya terfokus pada kegiatan jual-beli barang atau jasa, tetapi juga penciptaan
nilai bagi pelanggannya. Nilai-nilai inilah yang akan menciptakan suatu hubungan timbal
balik yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Pemilihan dan penerapan konsep pemasaran tertentu dipengaruhi beberapa faktor,
diantaranya nilai-nilai dan visi manajemen, lingkungan internal, dan lingkungan eksternal
perusahaan. Perkembangan konsep pemasaran, antara lain sebagai berikut (Tjiptono,
2005:3):
1. Konsep Produksi
Konsep ini berorientasi pada proses produksi/operasi. Asumsi yang diyakini
adalah konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan mudah
diperoleh. Kegiatan organisasi harus difokuskan pada efisiensi biaya dan
(16)
2. Konsep Produk
Dalam konsep ini pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki
produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur, atau penampilan superior.
3. Konsep Penjualan
Konsep ini berorientasi pada tingkat penjualan, dimana pemasar beranggapan
bahwa konsumen harus dipengaruhi agar penjualan dapat meningkat.
4. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan, dengan anggapan bahwa
konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan.
5. Konsep Pemasaran Sosial
Pemasar beranggapan bahwa konsumen hanya bersedia membeli produk-produk
yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi pada
kesejahteraan lingkungan konsumen.
Perbandingan Lima Konsep Pemasaran
Tabel 2.1
Sumber: Tjiptono, (2005:5)
KONSEP FOKUS
Produksi Penekanan biaya produksi dan peningkatan ketersediaan produk
Produk Inovasi produk
Penjualan Peningkatan penjualan Pemasaran Kepuasan pelanggan
(17)
2. Tinjauan Mengenai Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen menurut Mowen dan Minor (2002:6) adalah studi tentang unit
pembelian (buying habits) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi
dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Sedangkan Engel, Blackwell
dan Miniard (1994:3), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan
jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Perilaku pembelian konsumen banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Titik tolak untuk memahami perilaku pembelian adalah model
rangsangan-tanggapan yang diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Rangsangan pemasaran dan
lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses
(18)
Model Perilaku Pembelian
Sumber: Kotler (2002:183)
Menurut Kotler (2002:183), faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku
pembelian adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis.
Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yaitu
motivasi, pembelajaran, persepsi dan sikap. Akan tetapi Engel et.al. (1994:60)
mengklasifikasikan sikap ke dalam faktor pribadi yang dapat mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen.
Pada Gambar: 2.2 dijelaskan mengenai pandangan umum terhadap perilaku
konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rangsangan pemasaran Rangsangan Lain Poduk Harga Tempat Promosi Ekonomi Teknologi Politik Budaya Karakteristik Pembeli Proses Keputusan Pembelian Budaya Sosial Pribadi Psikologis Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi Keputusan Perilaku pasca pembelian Tanggapan Pembelian Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penyalur Waktu pembelian Jumlah pembelian
(19)
Pandangan Umum dan Lengkap Terhadap Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Pengaruh-Pengaruh Terhadapnya
Gambar 2.2
Sumber: Engel et.al., 1994:60
3. Tinjauan Mengenai Persepsi 3.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu
informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
Dalam The Contemporary – English – Indonesia Dictionary, Salim (2002 :184),
mengartikan kata "Perception" (persepsi) sebagai, 1. perasaan, 2. daya tangkap. Leavitt
(1978 :27 ), menyebutkan persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan
PROSES PSIKOLOGIS
Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap/Perilaku
PERBEDAAN INDIVIDU
Sumber Daya Konsumen Pengetahuan Motivasi dan Keterlibatan
Sikap
Kebribadian, Gaya Hidup
PROSES KEPUTUSAN Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil PENGARUH LINGKUNGAN Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Situasi
(20)
atau pengartian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Sedangkan Atkinson dkk., (1979 :275) mengartikan persepsi adalah penelitian bagaimana
kita mengintegrasikan sensasi kedalam persepsi objek, dan bagaimana kita selanjut-nya
menggunakan persepsi itu untuk mengenali dunia.
Phillip Kotler mendefinisikan persepsi sebagai "proses dengan mana individu
memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan (inputs) informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang berarti mengenai dunia" (Kotler 2001: 266).
Menurut Robbins (1999 : 124), persepsi adalah suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk memberikan
makna terhadap lingkungannya.
Sedangkan menurut Thoha (1999:123-124), persepsi pada hakekatnya adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman. Menurut Kreitner dan Kinichi (1989 :109), mengartikan persepsi sebagai
suatu kegiatan mental intelektual untuk menginter-pretasikan dan memahami sekitar kita,
akan pengakuan dari suatu obyek-obyek yang merupakan salah satu fungsi dari suatu
proses.
Persepsi yang dilukiskan pada gambar dibawah ini adalah proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh seorang individu, oleh karena tiap-tiap orang memberi arti
kepada stimulus, maka individu yang berbeda-beda akan melihat barang yang sama
(21)
Proses Persepsi
Gambar: 2.3. Proses Persepsi
Sumber: Kreich dan Crutchfield (1977:235)
Kreich dan Crutchfield (1977:235) menyebutkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh
faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan,
pengala-man masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai
faktor-faktor personal. Yang menentukan per-sepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi
karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Sedangkan faktor
struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang
(22)
mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan, kita tidak melihat
bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.
Untuk keperluan penelitian ini maka persepsi dirumuskan : sebagai suatu
pandangan, pengertian dan penafsiran dari mahasiswa ekstensi Fakultas Ekonomi USU
dalam pelaksanaan Corporae Social Responsibility.
4. Tinjauan Mengenai Brand (Merek) 4.1 Pengertian Merek(Brand)
Menurut Kotler (2002: 357), merek adalah tanda, simbol atau rancangan atau
kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari
satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.
Sedangkan menurut pendapat Kartajaya (2005:182), merek tidak sekedar nama.
Bukan juga sebuah logo atau simbol. Merek adalah payung yang merepresentasikan
produk atau layanan. Merek merupakan cerminan value yang diberikan perusahaan
kepada pelanggan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa merek disamping
menjadi identitas produk yang membedakan dengan produk pesaing tetapi juga memberi
manfaat baik bagi pembeli, penjual maupun bagi masyarakat.
4.2 Brand Equity (ekuitas merek)
Ekuitas merek adalah nilai dari suatu merek menurut sejauh mana merek itu
(23)
merek yang kuat, serta aset lain seperti paten, merek dagang dan hubungan saluran
(Kotler, 2002:357).
Menurut Aaker (2001:22), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas
merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh
sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.
4.3 Loyalitas Merek (brand loyalty)
Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah
merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang
pelanggan beralih ke merek produk yang lain terutama jika pada merek tersebut didapati
adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lain. (Durianto, 2001:126).
Oliver dalam Tjiptono (2005:387) mengemukakan bahwa loyalitas merek adalah
komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan
produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan
pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya
pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek.
Menurut Assael (2002: 28), istilah loyalitas lebih mengimplementasikan sebuah
komitmen daripada sekedar pembelian berulang. Fakta menunjukan bahwa dengan sikap
dan perilaku akan menghasilkan suatu gambaran loyalitas merek yang diterima. Namun
demikian terdapat beberapa karakteristik umum yang bisa diidentifikasikan apakah
seorang konsumen mendekati loyal atau tidak. Selanjutnya dikemukakan empat hal yang
(24)
1. Konsumen yang loyal terhadap merek cenderung percaya diri terhadap pilihannya.
2. Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan resiko yang lebih tinggi dalam
pembeliannya.
3. Konsumen yang loyal terhadap merek juga memungkinkan loyal terhadap tempat
produksi barang atau jasa.
4. Kelompok yang minoritas cenderung untuk loyal terhadap merek.
4.4 Tingkat Loyalitas Merek
Menurut Durianto (2001:28) tingkatan loyalitas merek mulai dari yang terendah
sampai yang tertinggi adalah sebagai berikut:
1. Switcher (berpindah-pindah)
2. Pembeli yang berada pada tingkatan loyalitas ini dikatakan sebagai pembeli yang
berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pembeli untuk
memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain
mengindikasikan pembeli tersebut sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau
tidak tertarik pada merek tersebut.
3. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)
Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli
yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya pembeli tidak
mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas
kebiasaan pembeli selama ini.
(25)
Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas jika pembeli
mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja pembeli
memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya
peralihan) yang terkait dengan waktu, uang atau resiko kinerja yang melekat dengan
tindakan pembeli beralih merek.
5. Liking the brand (menyukai merek)
Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang
sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional
yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli ini bisa saja didasari oleh asosiasi yang
terkait dengan simbol rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik
yang dialami pribadi maupun kereabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality
yang tinggi.
6. Commited buyer (pembeli yang berkomitmen)
Pada tahapan ini pembeli merupakan pembeli yang setia. Pembeli memiliki sesuatu
kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat
penting bagi pembeli tersebut, dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai
ekspresi mengenai siapa sebenarnya pembeli tersebut. Pada tingkatan ini, salah satu
aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomedasikan dan
(26)
5. Tinjauan Mengenai Corporate Social Resposibility
Corporate Social Responsibilities (CSR) adalah kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat
luas dan lingkungan.
Usaha sosial perusahaan atau performa sosial perusahaan telah dikonsepkan lebih
luas sebagai tugas manajerial untuk mengambil tindakan untuk melindungi dan
mengembangkan kesejahteraan sosial dan sekaligus mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan.
Jadi kegiatan corporate social responsibility ini pada dasarnya merupakan bentuk
tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat sekaligus sebagai sarana untuk
membangun reputasi dan meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan.
Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa konsep corporate social responsibility
dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu, input dari perusahaan, respons internal dan
respons eksternal dari konsumen, yang memberikan keuntungan bagi perusahaan yang
bersangkutan, konsumen sendiri dan masyarakat secara luas.
Dalam konsep ini juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
respon konsumen terhadap kegiatan corporate social responsibility, yaitu perusahaan
sendiri yang berupa strategi, industri dan reputasi perusahaan; konsumen yang berupa
dukungan dan sikap secara keseluruhan; serta kegiatan corporate social responsibility
sendiri yang terdiri dari distinctiveness (perbedaan), konsistensi, reputasi CSR dan
kesesuaian program.
Sen (2001) memaparkan konsep corporate social responsibility ini dalam gambar
(27)
CSR Framework
Input Outcomes internal Outcomes external
Gambar: 2.4. CSR Framework Sumber: Sen an Bhattacharya, 2001
Consumer: CSR support Overall Attitudes Company: Marketing Strategy Industry Reputation Size/Demographics CSR: Distinctiveness Coherence Reputation (cause) Fit Issue/Cause: Awareness Attitude Company: Purchase Price Premium Loyalty Resilience Consumer: Behavior Modification Issue/Cause: Support: Time, Money
CSR Activity Type:
Community Support Diversity Employee Support Environment Non-US Operations Product Investment: Money/Goods Time Personnel Expertise Consumer: Well-being Company: Awareness Attributions Attitude Attachment
(28)
6. Tinjauan Mengenai Stakeholders
Stakeholders adalah keseluruhan masyarakat dan kelompok-kelompok yang
dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan, kebijakan dan operasional perusahaan.
Menurut Watson Jr. dalam Post (1999:7), stakeholders meliputi; masyarakat, organisasi
kesenian, lembaga pendidikan universitas, pemerintah luar negeri dan seluruh kehidupan
dimana perusahaan berinteraksi.
Post mengidentifikasi ada dua kelompok besar stakeholders: primary
stakeholders, yang berperan penting pada eksistensi dan aktifitas perusahaan, meliputi
pelanggan, suppliers, pekerja dan investor, secondary stakeholders, yaitu orang-orang
dan kelompok dalam masyarakat yang terpengaruh secara langsung maupun tidak oleh
kebijakan dan aktifitas perusahaan. Meliputi masyarakat umum, berbagai level
(29)
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian survei. Penelitian survei
merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. (Singarimbun dan Effendi, 1995:3)
Penelitian survei dapat digunakan untuk tujuh maksud tertentu (Singarimbun,
1995:4) yaitu penjajagan (eksploratif), deskriptif, penjelasan (explanatory atau
confirmatory), evaluasi, prediksi atau peramalan, penelitian operasional, dan pengembangan indikator sosial.
Dari tujuan penelitian yang telah dituliskan di muka, penelitian ini merupakan
penelitian eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:4), penelitian
eksplanatori adalah penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel
penelitian melalui pengujian hipotesa.
Penelitian ini adalah penelitian penjelasan untuk menguji respon konsumen pada
corporate social responsibility oleh perusahaan pembuat sabun mandi Lifebuoy dan pengaruhnya terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebuoy dengan hipotesis yang telah
disebutkan di muka. Oleh karena itu diharapkan melalui penelitian ini dapat dijelaskan
hubungan dan pengaruh dari variabel-variabelnya yaitu variabel bebas dan variabel
(30)
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang akan digunakan bersumber dari:
a. Data primer
Data primer merupkan data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui
wawancara dan pengamatan langsung terhadap sumber yang diteliti. Dalam
penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada mahasiswa
Ektensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh dari pihak-pihak
lain. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari literatur dan sumber-sumber
lain yang mendukung antara lain internet dan majalah.
3. Populasi dan Sampel 3.1 Populasi
Menurut Iqbal Hasan (2002:58) populasi adalah totalitas dari semua objek atau
individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.
Menurut Palte dalam Singarimbun dan Effendi (1995:152):
Populasi dapat dibedakan pula antara populasi sampling dan populasi sasaran. Sebagai misal apabila kita mengambil rumah tangga sebagai populasi sedangkan yang diteliti hanya anggota rumah tangga yang bekerja sebagai petani maka seluruh rumah tangga dalam wilayah penelitian ini disebut populasi sampling. Sedangkan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi sasaran.
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh mahasiswa Ekstensi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif yaitu sejumlah 754 orang,
(31)
Sumatera Utara yang menggunakan sabun mandi Lifebuoy, sehingga populasi dalam
penelitian ini disebut sebagai populasi sampling.
Peneliti memilih mahasiswa Ektensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara Medan sebagai populasi penelitian karena:
1. Banyak di antara mahasiswa Ektensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Medan yang merupakan mahasiswa indekos, sehingga kemungkinan populasi
melakukan keputusan pembelian barang kebutuhan sehari-harinya sendiri.
2. Mahasiswa Ektensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan bersifat
heterogen, artinya berasal dari berbagai daerah dan dengan tingkat pendapatan yang
berbeda-beda sehingga akan mewakili berbagai kelas sosial yang ada di masyarakat.
3. Peneliti masih berstatus sebagai mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara Medan sehingga memudahkan peneliti untuk berinteraksi dengan
populasi.
3.2 Sampel
Menurut Hasan (2002:58) sampel adalah bagian dari populasi yang diambil
melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap
yang dianggap dapat mewakili populasi.
Penelitian ini menggunakan cara non-probabilitas, yaitu dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Menurut Sugiono (2001:78), purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Dalam penelitian ini, kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
(32)
b. Mahasiswa tersebut merupakan konsumen sabun mandi Lifebuoy.
Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus Slovin (Umar, 1996:78) yaitu:
n = N n = 754 n = ukuran sampel
1+Ne² 1+754(0.1²) N = ukuran populasi
e = persentase kelonggaran
n = 88
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Angket (kuisioner)
Teknik yang menggunakan angket atau kuisioner adalah suatu cara pengumpulan data
dengan memberikan dan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan
harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.
b. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan
responden secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mengambil data dari literatur terkait
dan sumber-sumber lain yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai penelitian
(33)
5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Singarimbun dan Effendi (1995:46), menyatakan bahwa definisi operasional
variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur
suatu variabel. Jadi dapat dikatakan bahwa definisi operasional adalah semacam petunjuk
pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.
Pada penelitian ini variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
variabel bebas (independen variable) dan variabel terikat (dependent variable). Definisi
operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi penyebab terjadinya perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiono,
2001:33). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah persepsi konsumen dalam
penerapan program corporate social responsibility.
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Pemberian makna ini dapat berjajar dari ekstrem positif hingga
ekstrem negatif.
Jadi persepsi pada penerapan program corporate social responsibility adalah
gambaran dan penilaian konsumen terhadap penerapan program corporate social
responsibility. Menurut Thoha (1999:123-124), persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengar-an, penghayatan, perasaan dan
penciuman. Menurut Kreitner dan Kinichi (1989 :109), mengartikan persepsi sebagai
(34)
akan pengakuan dari suatu obyek-obyek yang merupakan salah satu fungsi dari suatu
proses.
Persepsi pada penerapan program corporate social responsibility terdiri dari:
Komponen kognitif, yaitu berupa kepercayaan (beliefs) konsumen terhadap motivasi,
tujuan dan kesesuaian (fit) program corporate social responsibility yang dilakukan oleh
Lifebuoy, perasaan (senang atau tidak senang) konsumen pada penerapan program
corporate social responsibility yang dilakukan oleh Lifebuoy.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karana adanya variabel bebas (Sugiono, 2001:33). Dalam penelitian ini yang digunakan
sebagai variabel terikat (Y) adalah brand loyalty terhadap sabun mandi Lifebuoy setelah
perusahaan menerapkan kegiatan corporate social responsibility.
Selanjutnya dari indikator-indikator variabel bebas tersebut disusun pertanyaan
yang masing-masing item diberi range skor dalam skala Likert. Menurut Riduwan
(2003:12) skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, dan sikap
seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian ini,
kuisioner disusun dengan menggunakan skala Likert dengan skor sebagai berikut:
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan
(35)
terdapat butir-butir yang tidak valid dan reliabel, maka butir-butir tersebut harus dibuang
dan diganti dengan pertanyaan lain. Untuk menguji kuisioner dalam penelitian ini
digunakan SPSS for Windows versi 13.
6.1 Uji Validitas
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya (Suliyanto, 2005:40). Menurut Sugiono
(2001:123), hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan membandingkan
indeks korelasi product moment Pearson dengan level signifikansi 5% dengan nilai
kritisnya, dimana r dapat digunakan rumus:
Keterangan:
N = banyaknya sampel
X = skor item X
Y = skor item Y
Menurut Suliyanto (2005:42), keputusan pada sebuah butir pertanyaan dapat
dianggap valid, dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:
Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0.3 (Azwar, 1992. Sugiyono, 1999)
Jika koefisien korelasi product moment > r tabel (α; n-2), n = jumlah sample
(36)
6.2 Uji Reliabilitas
Menurut Sugiono (2001:131) reliabilitas adalah tingkat kemantapan atau
konsistensi suatu alat ukur. Pengertian alat ukur yang reliabel berarti bahwa alat ukur
tersebut mampu mengungkap data yang cukup dapat dipercaya (Suliyanto, 2005:42). Alat
ukur yang mantap dengan sendirinya:
Dapat diandalkan (dependability)
Hasil pengukurannya bisa diramalkan (predictability)
Dapat menunjukkan tingkat ketepatan.
Untuk menguji reliabilitas digunakan alpha Cronbach dengan rumus:
Keterangan:
r
11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal σ²b = jumlah varians butir
σ²1 = varians total
Menurut Arikunto (2000:132) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen dapat
dikatakan reliabel (andal) bila memiliki koefisien keandalan reliabilitas sebesar 0.6 atau
(37)
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis data dan
menginterpretasikan data.
7.1 Analisis Tabulasi Sederhana
Analisis ini bertujuan untuk melihat persentase responden dalam memilih kategori
tertentu. Dalam analisis tabulasi sederhana ini, data yang diperoleh diolah ke dalam
bentuk persentase menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
P = persentase responden yang memilih kategori tertentu.
fi = jumlah responden yang memilih kategori tertentu. ∑fi = banyaknya jumlah responden.
Tujuan dari tabulasi sederhana ini adalah memberi gambaran mengenai data-data yang
didapat dari kuesioner yang bersifat menggambarkan karakteristik tertentu dari
responden.
7.2 Crosstabulation
Crosstabulation (tabulasi silang) bertujuan untuk menyajikan data dalam bentuk
tabulasi, yang meliputi baris dan kolom. Analisis crosstabulation merupakan analisis
dasar untuk hubungan antar variabel kategori (nominal atau ordinal). (Suliyanto,
(38)
7.3 Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan sebagai alat analisis statistik karena penelitian ini
dirancang untuk meneliti variabel-variabel yang berpengaruh dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
7.3.1 Perumusan Model Regresi
Perumusan model analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a +b.X + e
Y = brand loyalty terhadap sabun mandi Lifebuoy
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = persepsi konsumen dalam penerapan program corporate social responsibility
e = Error Term (variabel lain yang tidak diteliti)
7.3.2 Uji F
Uji F dimaksudkan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel-variabel
bebas (X
1) secara keseluruhan terhadap variabel terikat (Y). Formula yang digunakan
adalah:
(Sudjana, 2002:108)
Kriteria penilaian yang dapat ditetapkan adalah:
Jika F hitung > F tabel maka variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel
(39)
7.3.3 Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan rumus:
(Sudjana, 2002:111)
Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:
Jika nilai t hitung > nilai t tabel yang telah ditentukan maka masing-masing variabel
(40)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat PerusahaanPada 1930 Unilever terbentuk berkat bergabungnya dua buah perusahaan besar,
yaitu perusahaan margarin Belanda Margarine Unie dan perusahaan sabun Inggris Lever
Brothers. Pada awalnya kedua perusahaan tersebut saling bersaing Margarine Unie dan
Lever Brothers bersaing dalam core bisnis yang sama. Keduanya terlibat persaingan
produk-produk rumah tangga dalam skala yang sangat besar. Dua perusahaan ini juga
memiliki jalur distribusi perdagangan yang sama banyak jumlahnya. Margarine Unie dan
Lever Brothers sama-sama menguasai wilayah operasi di lebih 40 negara. Pada dekade
1930-an, Unilever memperkenalkan perkembangan teknologi berbisnis. Hasilnya, bisnis
Unilever semakin berkembang pesat. Sejumlah perusahaan didirikan di wilayah Amerika
Latin. Unilever NV dan Unilever PLC merupakan perusahaan induk yang sekarang ini
menjadi salah satu perusahaan produk-produk terbesar di dunia. Sejak berdiri pada 1930,
keduanya beroperasi secara bersama-sama. Kantor pusat Unilever berada di dua kota,
yakni di kota London dan Rotterdam.
4.2 Gambaran Umum Responden.
Dalam penelitian ini diketahui populasi sebanyak 754 mahasiswa, dan di ambil
sample sebanyak 88 orang responden yang berstatus sebagai Mahasiswa Ekstensi S1
Universitas Sumatera Utara yang masih aktif. Dan diharapkan simple ini dapat mewakili
populasi yang ada saat ini. Dan untuk mengetahui gambaran tentang responden berikut
(41)
Count of
Pria Wanita
20 Total tinggal bersama ortu 1 1
21 bersama saudara 1 1
Kost 6 6
tinggal bersama ortu 3 10 13
21 Total 3 17 20
22 bersama saudara 1 1 2
kontrak 1 1
Kost 2 3 5
tinggal bersama ortu 9 9
22 Total 3 14 17
23 bersama saudara 3 2 5
Kost 2 6 8
tinggal bersama ortu 1 3 4
23 Total 6 11 17
24 bersama saudara 1 1
kontrak 1 2 3
Kost 2 3 5
tinggal bersama ortu 4 2 6
24 Total 8 7 15
25 bersama saudara 2 2
kontrak 1 1 2
Kost 2 2
tinggal bersama ortu 2 2
25 Total 7 1 8
26 kontrak 1 1
Kost 2 1 3
26 Total 2 2 4
27 Kost 1 1
tinggal bersama ortu 1 1 2
27 Total 2 1 3
28 kontrak 1 1
tinggal bersama ortu 1 1
28 Total 1 1 2
34 Kost 1 1
34 Total 1 1
Grand Total 33 55 88
Grand Total Tempat Tinggal
Usia jenis kelamin
Crosstabulation tempat tinggal, usia dan jenis kelamin responden
Tabel 4.1
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang berusia 21 tahun adalah
reponden terbanyak dalam penelitian ini yaitu sebanyak 20 orang (22.7%). Kemudian
(42)
Kemudian usia 24 tahun sebanyak 15 orang. Perbedaan jumlah responden dalam
hal usia kelihatan jauh pada beberapa usia dalam hal jumlah. Dimana usia 20 tahun
sebanyak 1 orang (1.1%), usia 25 tahun sebanyak 8 orang (9.09%), usia 26 tahun
sebanyak 4 orang (4.55%) dan usia 27 tahun sebanyak 3 (3.41%) orang, usia 28 tahun 2
orang (2.27%) dan 1 orang (1.1%). Hal ini dikarenakan usia kebanyakan di ekstensi S1
itu adalah 21 – 24 tahun.
Usia Responden
Tabel 4.2
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Sedangkan distribusi frekuensi status tempat tinggal reponden menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yaitu sejumlah 38 responden (43.2%) tinggal bersama
orang tua. Sedangkan jumlah terbanyak kedua adalah kost yaitu sejumlah 31 responden
atau (35.2%). Sedangkan responden yang tinggal bersama saudara, mengontrak rumah
tidak terlalu banyak yaitu berturut-turut sebesar 11 responden (12.5%) dan 8 responden
(9.1%).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Ekstensi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara tinggal di tempat kost yaitu sebanyak 31 responden Count of usia
Usia Total Percent
20 1 1.14
21 20 22.73
22 17 19.32
23 17 19.32
24 15 17.05
25 8 9.09
26 4 4.55
27 3 3.41
28 2 2.27
34 1 1.14
(43)
atau 35.2 persen sehingga besar kemungkinan mereka melakukan keputusan pembelian
barang kebutuhan sehari-harinya sendiri.
Tempat Tinggal Responden
Tabel 4.3
Sumber: Data Primer diolah Maret 2008
Dari Tabel 4.4 juga dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki adalah
sejumlah 33 orang (37.5%). Sedangkan responden perempuan adalah sejumlah 55 orang
(62.5%). Agar lebih jelas, distribusi frekuensi jenis kelamin responden ditunjukkan pada
Tabel 4.4.
Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.4
Sumber: Data Primer diolah Maret 2008
Dari hasil crosstabulation pada Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa sabun mandi
Lifebuoy telah dikonsumsi oleh konsumen laki-laki maupun perempuan, serta merata
pada tiap-tiap jenjang usia responden.
Hal ini sesuai dengan segmen yang dituju oleh sabun mandi Lifebuoy yaitu
seluruh anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda. Sabun
Tempat Tinggal Total Persentase
bersama saudara 11 12.5
kontrak 8 9.1
Kost 31 35.2
tinggal bersama ortu 38 43.2
Grand Total 88 100
Count of jenis kelamin
Jenis Kelamin Total Persentase
pria 33 37.5
wanita 55 62.5
(44)
mandi Lifebuoy merupakan sabun kesehatan yang sesuai untuk digunakan oleh seluruh
anggota keluarga.
Sedangkan distribusi frekuensi uang saku responden dalam satu bulan digambarkan
dalam Tabel 4.5.
Uang Saku Responden
Tabel 4.5
Sumber: Data Primer diolah Maret 2008
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden dengan jumlah uang saku Rp
250.000 – Rp 500.000 perbulan adalah responden dengan jumlah terbanyak yaitu sebesar
28 responden atau 31.8%. Dari jumlah tersebut sebagian besar adalah mahasiswa yang
tinggal bersama orang tua yaitu sebesar 15 responden atau 17.04%. Sedangkan
mahasiswa dengan jumlah uang saku < Rp 250.000 per bulan adalah mahasiswa yang
tinggal bersama orang tua 4 dan 2 responden kost.
Selain itu terdapat 10 responden dengan jumlah uang saku lebih dari Rp
1.000.000 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen Lifebuoy tersebar antara
mahasiswa kalangan menegah ke bawah dan kalangan menengah ke atas. Sum of uang suka
Uang Saku Total Persentase
<250.000 6 6.8
250.000-500.000 28 31.8
500.000-750.000 27 30.7
750.000-10000 17 19.3
>1000.000 10 11.4
(45)
Crosstabulation Uang Saku dan Tempat Tinggal Responden
Tabel 4.6
Sumber: Data Primer diolah Maret 2008
4.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 4.3.1 Uji Validitas
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mengorelasikan skor pada item dengan skor total item-nya. Apabila skor
item memiliki korelasi positif yang signifikan, berarti item tersebut dapat digunakan
sebagai indikator untuk mengukur variabel tersebut.
Menurut Ancok dalam Singarimbun (2001:124) validitas menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu item pertanyaan
dapat dikatakan valid jika koefisien korelasinya lebih besar dari 0,3 atau dapat diketahui
dengan membandingkan indeks korelasi product moment pearson dengan level
signifikansi 5% sebagai nilai kritisnya. Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari
0,05 maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
Bersama Saudara Kontrak Kost Tinggal Bersama Ortu Grand Total
<250.000 2 4 6
250.000-500.000 5 8 15 28
500.000-750.000 3 2 9 13 27
750.000-10000 3 2 7 5 17
>1000.000 4 5 1 10
Grand Total 11 8 31 38 88
Tempat Tinggal Uang Saku
(46)
Hasil Uji Validitas Pertanyaan Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation (r hasil) Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Signifikansi Keterangan
Butir1 25.8011 13.669 .453 .753 0.000 Valid
Butir2 26.8352 12.447 .356 .778 0.000 Valid
Butir3 26.2841 13.267 .427 .756 0.000 Valid
Butir4 26.0114 13.394 .469 .750 0.000 Valid
Butir5 25.9205 13.651 .365 .765 0.000 Valid
Butir6 26.3977 12.264 .550 .735 0.000 Valid
Butir7 26.4091 11.729 .647 .716 0.000 Valid
Butir8 26.4205 11.845 .583 .728 0.000 Valid
Table 4.7
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi seluruhnya
menunjukkan angka 0.000 atau dibawah 5% (= 0.05), sehingga data dapat dikatakan
valid. ((Suliyanto, 2005:49).
Sedangkan probabilitas korelasi (r) seluruhnya menunjukkan angka di atas 0.356
(dari Tabel rho Spearman, df= (,n-2), sehingga data dapat dikatakan valid. Dan apabila r
hitung > r table maka instrument penelitian dapat sikatakan valid, r tabel dalam penelitian
ini adalah 0.2096
4.3.2 Uji Reliabilitas
Reliabitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang
(47)
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Tabel 4.8
Sumber: Data Primer diolah Maret 2008
Nilai koefisien Alpha Cronbach adalah sebesar 0.773, menurut Arikunto
(2000:132), instrumen dapat dikatakan reliabel jika memiliki koefisien keandalan
reliabilitas sebesar 0.6 atau lebih, sehingga instrumen penelitian ini dapat dikatakan andal
(reliabel).
4.4 Pengujian Persepsi
Persepsi adalah keseluruhan evaluasi terhadap suatu objek (Engel et. al.,
2001:337). Oleh karena itu pengujian persepsi dilakukan dengan menjumlahkan seluruh
skor variabel X (persepsi). Jumlah variabel X yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sejumlah lima item, sedangkan skor untuk jawaban netral atau ragu-ragu adalah 3 (tiga)
sehingga jumlah skor total untuk persepsi netral adalah 15 (3*5). Kriteria penilaiannya
adalah sebagai berikut:
1.Jumlah skor < 15 berarti persepsi negatif
2.Jumlah skor = 15 berarti persepsi netral
3.Jumlah skor > 15 berarti persepsi positif
Cronbach's
Alpha N of Items
(48)
Persepsi Responden
Tabel 4.9
Sumber: Data Primer diolah Maret 2008
Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebesar 85
responden (96.59%) menyatakan berpersepsi positif pada penerapan program CSR yang
dilakukan oleh Lifebuoy. Sedangkan 3 responden (3.41%) berpersepsi negatif.
4.4.1 Analisis Tabulasi Sederhana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen pada penerapan
program corporate social responsibility yang dilakukan oleh Lifebuoy. Analisis tabulasi
sederhana ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi jawaban respoden atas
tiap-tiap instrumen pertanyaan kuisioner. Distribusi frekuensi jawaban responden dapat
dilihat pada Tabel 4.10.
Persepsi Frequency Percent
positif 85 96.59
netral 3 3.41
negatif 0 0
(49)
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden atas Variabel Persepsi (X)
Tabel 4.10
Sumber: Data Primer di olah Maret 2008
No Pertanyaan Jml %
1 Menurut saya program corporate social responsibility ini murni bertujuan baik.
1. Sangat Setuju 29 32.95
2. Setuju 52 59.09
3. Netral 7 7.95
4. Tidak Setuju 0
-5. Sangat Tidak Setuju 0
-2 Menurut saya program corporate social responsibility ini hanya dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan
1. Sangat Setuju 8 9.09
2. Setuju 33 37.50
3. Netral 28 31.82
4. Tidak Setuju 17 19.32
5. Sangat Tidak Setuju 2 2.27
3 Menurut saya program corporate social responsibility ini sudah tepat sasaran.
1. Sangat Setuju 11 12.50
2. Setuju 57 64.77
3. Netral 13 14.77
4. Tidak Setuju 7 7.95
5. Sangat Tidak Setuju 0
-4 Menurut saya program corporate social responsibility ini sesuai dengan citra sabun mandi Lifebuoy sebagai sabun kesehatan.
1. Sangat Setuju 19 21.59
2. Setuju 51 57.95
3. Netral 17 19.32
4. Tidak Setuju 1 1.14
5. Sangat Tidak Setuju 0
-5 Saya merasa senang dengan adanya program corporate social responsibility dari Lifebuoy.
1. Sangat Setuju 27 30.68
2. Setuju 43 48.86
3. Netral 17 19.32
4. Tidak Setuju 1 1.14
(50)
-Dari Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa tidak ada responden yang menyatakan
tidak setuju terhadap item pertanyaan bahwa program CSR ini murni bertujuan baik.
Tetapi sebagian besar responden (33 responden atau 37.50%) menyatakan setuju dan
sangat setuju jika dikatakan bahwa program CSR ini hanya bertujuan untuk
meningkatkan volume penjualan.
Hal ini berarti bahwa konsumen setuju dengan program pemasaran yang
memasukkan isu-isu CSR seperti ini karena program-program CSR seperti ini selain
dianggap sebagai program pemasaran juga dianggap memberikan kontribusi yang positif
pada masyarakat. Jadi konsumen yang merasa senang dengan kegiatan CSR Lifebuoy (70
responden) menganggap dengan program CSR seperti ini, perusahaan tidak hanya
mengambil keuntungan dari konsumen tapi juga memberikan sesuatu yang berarti bagi
masyarakat (take and give).
Akan tetapi sebagian kecil responden (1 responden atau 1.14%) merasa tidak
senang terhadap program CSR Lifebuoy. Dia menganggap program CSR ini
memanipulasi masyarakat dan hanya bertujuan untuk menaikkan volume penjualan sabun
mandi Lifebuoy.
4.4.2 Analisis Crosstabulation Persepsi Konsumen Dengan Loyalitas
Jawaban dari tiap-tiap pertanyaan yang diajukan pada 88 responden dianalisis
dengan melihat distribusi frekuensi dan crosstabulation dari tiap-tiap variabel terikat
(51)
Crosstabulation Persepsi Konsumen dan Loyalitas 1 (price premium) price_premium * persepsi Crosstabulation
Tabel 4.11
Sumber: Data primer diolah Maret, 2008
Dari Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sebanyak 62 responden menyatakan setuju
dan sangat setuju jika mereka dikatakan akan tetap membeli sabun mandi Lifebuoy
meskipun terdapat merek sabun mandi lain yang menawarkan harga lebih murah..
Crosstabulation Persepsi dan Loyalitas 2 loyalty2 * persepsi Crosstabulation
Tabel 4.12
Sumber: Data primer diolah Maret, 2008
Dari Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari total 85 responden yang memiliki
persepsi positif pada penerapan program CSR Lifebuoy, sebanyak 53 responden
Positif Netral Negatif
sangat setuju 10 0 0 10
setuju 52 2 0 54
netral 16 1 0 17
tidak setuju 7 0 0 7
sangat tdk. Setuju 0 0 0 0
total 85 3 0 88
Persepsi
Total Loyalitas1
Positif Netral Negatif
sangat setuju 11 0 0 11
setuju 42 2 0 44
netral 24 1 0 25
tidak setuju 8 0 0 8
sangat tdk. Setuju 0 0 0
total 85 3 0 88
(52)
menyatakan setuju dan sangat setuju untuk tetap melakukan pembelian sabun mandi
Lifebuoy meskipun terdapat produk lain yang menyerupai.
Akan tetapi dari total 85 responden yang memiliki persepsi positif terdapat 8
responden yang menyatakan tidak akan membeli sabun mandi Lifebuoy kalau terdapat
produk lain yang menyerupai. Loyalitas kelompok konsumen ini dipengaruhi oleh
sebab-sebab lain di luar penerapan program CSR.
Crosstabulation Persepsi dan Loyalitas 2 (word of mouth) word_of_mouth * persepsi Crosstabulation
Tabel 4.13
Sumber: Data primer diolah Maret, 2008
Dari Tabel 4.13 diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki
persepsi positif pada penerapan program CSR (49 responden) memilih untuk
merekomendasikan orang lain untuk membeli sabun mandi Lifebuoy. Akan tetapi 29
responden yang memiliki persepsi positif akan netral jika dikatakan mereka akan memilih
untuk merekomendasikan orang lain untuk membeli sabun mandi Lifebuoy.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa konsumen lebih netral atau tidak
bersedia merekomendasikan orang lain untuk membeli sabun mandi Lifebuoy karena
konsumen tidak mendapatkan keuntungan apapun jika konsumen melakukan word of
mouth.
Positif Netral Negatif
sangat setuju 14 0 0 14
setuju 35 2 0 37
netral 29 1 0 30
tidak setuju 6 0 0 6
sangat tdk. Setuju 1 0 0 1
total 85 3 0 88
(53)
4.4.3 Analisis Crosstabulation Responden dengan Persepsi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui persepsi konsumen berdasarkan jenis
kelamin, usia dan kelas sosial.
Crosstabulation Jenis Kelamin dan Persepsi jen.kel * persepsi Crosstabulation
Tabel 4.14
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Dari Tabel 4.14 diketahui bahwa dari total 85 responden yang memiliki persepsi
positif pada penerapan program CSR, 44 responden atau 59.09% adalah responden
perempuan.
Crosstabulation Uang Saku dan Persepsi uangsaku * persepsi Crosstabulation
Tabel 4.15
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Positif Netral Negatif
Laki-Laki 33 0 0 33
Perempuan 52 3 0 55
Grand Total 85 3 0 88
Sikap
JenisKelamin Grand Total
Positif Netral Negatif
<250.000 6 0 0 6
250.000-500.000 27 1 0 28
500.000-750.000 25 2 0 27
750.000-10000 17 0 0 17
>1000.000 10 0 0 10
Grand Total 85 3 0 88
Grand Total
(54)
Dari Tabel 4.15 diketahui bahwa seluruh responden yang memiliki uang saku
antara Rp 750.000 – Rp 1.000.000 dan > Rp 1.000.000 per bulan atau berasal dari
kalangan menengah atas, seluruhnya memiliki persepsi positif terhadap program CSR
Lifebuoy, sedangkan responden yang memiliki uang saku per bulan Rp 250.000-500.000
terdapat satu orang yang netral.
Crosstabulation Tempat Tinggal dan Persepsi tinggal * persepsi Crosstabulation
Tabel 4.16
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Dari Tabel 4.16 diketahui bahwa responden yang berpersepsi positif terbanyak
kedua adalah kelompok mahasiswa yang tinggal di tempat kost, yaitu 30 responden atau
34.09% dari total responden yang tinggal di tempat kost (31 responden).
4.5 Analisis Regresi
Sebelum dilakukan analisis regresi, untuk mendapatkan nilai perkiraan yang tidak
bias dan efisien dari persamaan regresi linear dengan metode kuadrat terkecil (Least
Positif Netral Negatif
bersama saudara 11 0 0 11
kontrak 7 1 0 8
Kost 30 1 0 31
tinggal bersama ortu 37 1 0 38
Grand Total 85 3 0 88
Sikap
Grand Total Tempat Tinggal
(55)
Square), maka dalam pelaksanaan analisis data harus memenuhi beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik.
4.5.1 Uji Asumsi Klasik
4.5.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah nilai residual yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal. Distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem dalam
data yang diambil.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan cara menggunakan analisis
Kolmogorov Smirnov. Kurva nilai residual terstandardisasi dikatakan menyebar dengan
normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov Z < Z tabel; atau nilai assymp. Sig. (2-tailed)
> α. Nilai α dalam penelitian ini adalah 0.05.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Tabel 4.16
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Standardized Residual
N 88
Normal Parameters(a,b) Mean 19.4773
Std. Deviation 2.37795
Most Extreme Differences
Absolute
.108
Positive .108
Negative -.091
Kolmogorov-Smirnov Z 1.011
(56)
Dari hasil penghitungan dengan program SPSS, didapatkan nilai standar residual
Kolgomorov Smirnov Assymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.258 atau lebih besar dari 0.05
(alpha), sehingga model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas. Selain itu
deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik normalitas. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.5.1.2 Uji Heteroskedatisitas
Model regresi yang baik adalah tidak mengandung unsur heteroskedatisitas
(homoskedastisitas). Artinya, varians variabel independen adalah konstan (sama) untuk
setiap nilai tertentu variabel independen.
Dalam penelitian ini, pengujian homoskedastisitas dilakukan dengan
menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan antara
absolute residual hasil regresi dengan semua variabel bebas.
Hasil Korelasi Rank Spearman (Uji Heteroskedatisitas)
Tabel 4.17
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Apabila probabilitas hasil korelasi lebih besar dari 0.05 (alpha), maka persamaan
regresi tersebut tidak mengandung unsur heteroskedastisitas. Sedangkan hasil
Correlations 1.000 .460** . .000 88 88 .460** 1.000 .000 . 88 88 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Persepsi BrandLoyalty Spearman's rho Persepsi BrandLoyalty
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
(57)
penghitungan di atas menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.460 sehingga dapat
dikatakan bahwa model regresi tidak mengandung unsur heteroskedastisitas
(non-heteroskedastisitas).
4.5.1.3 Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik adalah jika model tersebut tidak mengandung gejala
multikolinearitas, yaitu terjadinya korelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas antar variabel, salah satu caranya
adalah engan melihat dari nilai variance inflation faktor (VIF) dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance > 1, atau nilai VIF < 10.
Collinearity Statistics VIF
Tabel 4.18
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Berdasarkan output pada coefficients model dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas, karena nilai VIF < 10.
Standardized Coefficients
B Stdr Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.986 1.756 1.895 .061
Persepsi .415 .080 .487 5.167 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable : BrandLoyalty
Sig.
Collinearity Statistics Coefficientsª
Unstandardized Coefficients
(58)
4.5.2 Analisis Regresi Linear
Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara persepsi konsumen dalam penerapan program corporate social
responsibility terhadap loyalitas sabun mandi Lifebuoy. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan analisis regresi. Hasilnya disajikan dalam Tabel 4.20.
Hasil Analisis Regresi
Tabel 4.19
Sumber: Data primer diolah Maret 2008
Dari Tabel 4.22 dapat disimpulkan bahwa:
1. Koefisien Determinasi
Angka R sebesar 0.487 menunjukkan bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara
persepsi konsumen pada penerapan program corporate social responsibility
terhadap brand loyalty merupakan hubungan yang substansial (kuat). Menurut
Young dalam Sulaiman (2004:12), ukuran korelasi dinyatakan sebagai berikut.
Standardized Coefficients B Sdt. Error Beta
(Constanta) 2.986 1.576 1.895 0.061
Persepsi (X) 0.415 0.8 0.487 5.167 0.000
R 0.487 F hitung
R² 0.237 F tabel
α 0.05 Sig F
Variable t hitung Sig.t
26.695 3.95 0.000 Unstandardized
(59)
1. 0.70 s.d. 1.00 (baik plus maupun minus) menunjukkan adanya hubungan yang
tinggi
2. 0.40 s.d. < 0.70 (baik plus maupun minus) menunjukkan tingkat hubungan yang
substansial
3. 0.20 s.d. < 0.40 (baik plus maupun minus) menunjukkan tingkat hubungan yang
rendah
4. < 0.20 (baik plus maupun minus) menunjukkan tidak adanya tingkat hubungan
Nilai R square (R2) atau koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
besarnya kontribusi dari variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel
terikatnya, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas lainnya yang tidak
dimasukkan ke dalam model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R2 adalah sebesar 0.237 atau 23.7%.
Artinya, 23.7% loyalitas terhadap sabun mandi Lifebuoy bisa dijelaskan oleh
persepsi konsumen pada penerapan program corporate social responsibility.
Sedangkan sisanya sebesar 76.3% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.
2. Anova
Dari uji Anova didapatkan Fhitung sebesar 26.69 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.000. Jadi Fhitung > Ftabel (26.69 > 3.95) atau sig F < 5% (0.000 <
0.05) artinya bahwa variabel persepsi pada penerapan program corporate social
responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas. Dengan demikian Hipotesa dari penelitian ini terbukti (diterima).
(60)
Terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi konsumen dalam penerapan
program corporate social responsibility terhadap loyalitas sabun mandi Lifebuoy
3. Koefisien Regresi
Dari hasil analisis dapat dituliskan persamaan regresi:
Y = 0.487X + e
Keterangan:
Y = brand loyalty terhadap sabun mandi Lifebuoy
b = koefisien regresi
X = persepsi konsumen dalam penerapan program CSR
e = Error Term (variabel lain yang tidak disebutkan)
Penjelasan dari persamaan di atas yaitu nilai koefisien regresi yang bertanda positif
menunjukkan bahwa semakin positif persepsi konsumen pada penerapan corporate
social responsibility, maka loyalitas akan semakin tinggi.
4.6 Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
konsumen (81 responden atau 92.04%) memiliki persepsi positif pada penerapan
program CSR Lifebuoy. Artinya, hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen
setuju dengan kegiatan promosi yang memasukkan isu-isu CSR seperti ini karena
program-program CSR seperti ini selain dianggap sebagai kegiatan promosi juga
dianggap memberikan kontribusi yang positif pada masyarakat.
Sebanyak 70 responden (79.54%) merasa senang dengan program CSR
(61)
senang dengan kegiatan CSR Lifebuoy dan menganggap dengan program CSR seperti
ini, perusahaan tidak hanya mengambil keuntungan dari konsumen tapi juga
memberikan sesuatu yang berarti bagi masyarakat (take and give).
Akan tetapi masih terdapat sebagian kecil dari konsumen yang menganggap
program CSR Lifebuoy ini hanya merupakan program pemasaran belaka yang
memanfaatkan kaum minoritas untuk mendapatkan reputasi sebagai perusahaan yang
baik. Di lain pihak, program CSR yang diintegrasikan ke dalam program pemasaran
seperti ini dapat menimbulkan awareness masyarakat terhadap Lifebuoy sebagai
produk yang bertanggung jawab, mengingat sebagian besar produk lain belum
memasukkan isu CSR dalam strategi mereka. Hal ini bisa menjadi nilai tambah bagi
Lifebuoy dalam menghadapi persaingan yang bertambah ketat.
Menurut Harry Miarsono dalam Swa, Desember 2005, agar program CSR
berjalan dengan elegan, etis dan mulus, maka program CSR seharusnya diarahkan ke
masyarakat yang membutuhkan sehingga tepat sasaran, tidak boleh dipaksakan dan
disesuaikan dengan kemampuan masyarakat penerima program. Program CSR lebih
diprioritaskan pada kebutuhan pokok masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup
mereka seperti pendidikan, kesehatan dan pengembangan agrobisnis.
Sebenarnya jika berpedoman pada teori tersebut, program CSR Lifebuoy ini
sudah tepat sasaran, hal ini juga tercermin dari jawaban responden, yaitu sebesar 68
responden (77.27%) menyatakan jika program CSR Lifebuoy sudah tepat sasaran dan
hanya dua responden yang menyatakan program CSR Lifebuoy tidak tepat sasaran.
Artinya, program CSR Lifebuoy ini masih belum menyentuh kepentingan masyarakat
(62)
Di masa mendatang Lifebuoy perlu mengkaji lebih jauh mengenai apa yang
sesungguhnya dibutuhkan dan diinginkan masyarakat dan mengintegrasikannya dalam
program-program CSR-nya, sehingga akan tercipta rasa saling memiliki dan
konsumen akan merasa memiliki ikatan emosional dengan Lifebuoy.
Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa persepsi konsumen pada penerapan
program CSR Lifebuoy berpengaruh secara signifikan terhadap brand loyalty sabun
mandi Lifebuoy. Meskipun pengaruh dari CSR ini hanya sebesar 23.7%, tetapi
pengaruh ini cukup signifikan mengingat sabun mandi adalah produk sehari-hari
dimana biasanya loyalitas konsumen terhadap merek tertentu sangat rendah.
Oleh karena itu Lifebuoy harus tetap menjalankan program-program CSR
secara konsisten. Kerena penerapan program CSR Lifebuoy telah terbukti menambah
nilai dan daya saing Lifebuoy terhadap pesaing dan berpengaruh secara signifikan
(63)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab terdahulu, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen dalam
penerapan program corporate social responsibility terhadap brand loyalty sabun
mandi Lifebuoy.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 88 responden dengan
menggunakan metode purposive sampling. Karakteristik responden yang diambil
untuk penelitian ini adalah mahasiswa Ekstensi S1 Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara Medan yang menggunakan sabun mandi Lifebuoy.
3. Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi, sebagian besar konsumen (81
responden) atau 92.4% menunjukkan persepsi yang positif pada penerapan
program corporate social responsibility.
4. Nilai koefisien korelasi (R) yang menunjukkan tingkat hubungan antara variabel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y) sebesar 0.487. Angka R sebesar 0.487
menunjukkan bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara persepsi konsumen dalam
penerapan program corporate social responsibility dan brand loyalty merupakan
hubungan yang substansial (kuat). Menurut Young dalam Sulaiman (2005:12),
nilai R sebesar 0.40 s.d. <0.70 (baik plus maupun minus) menunjukkan
(1)
55
Di masa mendatang Lifebuoy perlu mengkaji lebih jauh mengenai apa yang sesungguhnya dibutuhkan dan diinginkan masyarakat dan mengintegrasikannya dalam program-program CSR-nya, sehingga akan tercipta rasa saling memiliki dan konsumen akan merasa memiliki ikatan emosional dengan Lifebuoy.
Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa persepsi konsumen pada penerapan program CSR Lifebuoy berpengaruh secara signifikan terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebuoy. Meskipun pengaruh dari CSR ini hanya sebesar 23.7%, tetapi pengaruh ini cukup signifikan mengingat sabun mandi adalah produk sehari-hari dimana biasanya loyalitas konsumen terhadap merek tertentu sangat rendah.
Oleh karena itu Lifebuoy harus tetap menjalankan program-program CSR secara konsisten. Kerena penerapan program CSR Lifebuoy telah terbukti menambah nilai dan daya saing Lifebuoy terhadap pesaing dan berpengaruh secara signifikan terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebuoy.
(2)
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen dalam penerapan program corporate social responsibility terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebuoy.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 88 responden dengan menggunakan metode purposive sampling. Karakteristik responden yang diambil untuk penelitian ini adalah mahasiswa Ekstensi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan yang menggunakan sabun mandi Lifebuoy.
3. Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi, sebagian besar konsumen (81 responden) atau 92.4% menunjukkan persepsi yang positif pada penerapan program corporate social responsibility.
4. Nilai koefisien korelasi (R) yang menunjukkan tingkat hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) sebesar 0.487. Angka R sebesar 0.487 menunjukkan bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara persepsi konsumen dalam penerapan program corporate social responsibility dan brand loyalty merupakan hubungan yang substansial (kuat). Menurut Young dalam Sulaiman (2005:12), nilai R sebesar 0.40 s.d. <0.70 (baik plus maupun minus) menunjukkan tingkat hubungan yang substansial. Artinya persepsi konsumen pada penerapan
(3)
57
program corporate social responsibility yang dilakukan oleh Lifebuoy memiliki hubungan sebesar 0.487 (kuat) dengan loyalitas merek sabun mandi Lifebuoy. 6. Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa nilai R2 adalah sebesar 0.237 (23.7%) Artinya variabel loyalitas sabun mandi Lifebuoy (Y) dipengaruhi persepsi konsumen pada penerapan program corporate social responsibility sebesar 23.7%, sedangkan loyalitas terhadap sabun mandi Lifebuoy sebesar 76.3% dipengaruhi variabel lain selain persepsi pada penerapan program corporate social responsibility.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran, yaitu:
1. Program corporate social responsibility merupakan program yang dipandang baik oleh konsumen sabun mandi Lifebuoy. Hal ini merupakan satu poin bagus untuk Lifebuoy untuk menciptakan citra yang baik di mata konsumen. Oleh karena itu Lifebuoy perlu tetap mempertahankan dan mengembangkan program corporate social responsibility dengan merancang program yang lebih menyentuh kepentingan
lebih banyak pihak. Misalnya dengan membangun sarana kebersihan yang layak di pasar-pasar tradisional, terminal, stasiun dan tempat-tempat umum lainnya. Dengan cara ini diharapkan awareness masyarakat terhadap Lifebuoy dan program corporate social responsibility- nya akan lebih meningkat sehingga akan menciptakan citra yang baik. Citra baik inilah yang akan memberikan nilai tambah bagi Lifebuoy untuk menghadapi persaingan.
(4)
58
membangun fasilitas-fasilitas kebersihan dan sanitasi. Karena dua masalah tersebut adalah masalah yang paling sering dihadapi oleh pengungsi. Masyarakat yang membutuhkan dan kelompok minoritas adalah kelompok masyarakat yang paling mudah disentuh sisi emosionalnya, sehingga jika Lifebuoy berhasil membentuk ikatan emosional dengan kelompok masyarakat ini, Lifebuoy bisa membangun loyalitas mereknya.
3. Selain membangun sarana kebersihan dan kampanye hidup sehat, sebaiknya Lifebuoy membuat program CSR yang bisa memberdayakan masyarakat, mengingat jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Misalnya dengan menjalin kemitraan dengan UKM, mensponsori program-program pelatihan keterampilan untuk remaja sehingga bisa menjadi tenaga kerja yang berkualitas. Brand
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, A. David, 2001, Manajemen Ekuitas Merek, Alih Bahasa: Aris Ananda, Spektrum Mitra Utama, Jakarta.
Assael, H., 2002, Consumer Behavior & Marketing Action, Fourth Edition, Kent Publishing Company, New York.
Del Hawkins, Roger JB. & Kenneth, Coney A., 2001, Consumer Behavior, Mc Graw-Hill, New York.
Durianto, Darmadi., Sugiarto & Tony Sitinjak., 2001, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Engel, James F., Roger D. Blackwell & Paul W. Miniard, 2001, Perilaku Konsumen, Jilid Tjiptono Fandy, 2005, Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing, Malang.
Hermawan Kartajaya, 2005, Markplus on Strategy, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia
Indonesia, Bogor.
Jonathan Sarwono, 2005, Metode Penelitian Kwantitatif dan Kwalitatif, Graha Ilmu, Jakarta
Sen, Shanker & Bhattachrya, CB., 2001, Journal of Marketing Research, 2001, Consumer Reaction to Corporate Social Responsibility.
Susi Dwi Mawar Sari, Skripsi, 2006, Pengaruh Sikap Konsumen dalam penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhapap Brand Loyalty Sabun
Mandi Lifebuoy, Universitas Brawijaya, Malang
The Asia BusinessWeek 50 The Region’s Top performing Companies, 2006, (online) diakses tanggal 10 Oktober 2007
Suharsimi Arikunto, 2000, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Kedua, Rineka Cipta, Jakarta.
Unilever, Environmental and Social Report, 2005, (Online), (http://www.unilever.co/report/csr.lib, diakses tanggal 10 Oktober 2007).
Budi, Triton Prawira, 2005, SPSS 13.0 Terapan, Riset Statistikk Parametrik, Penerbit Andi, Jakarta.
Kotler, Philip, Marketing, Diterjemahkan oleh Herujati Purwoko, MA, Penerbit Erlangga, Jilid I,2001, Jakarta.
(6)
Joomla, (2007). Belajar Psikologi Bukan Hanya Untuk Anda, Jakarta http://rumahbelajarpsikologi.com (Online), Diakses 10 Maret 2008. Sugiono,2005, Metode Penelitian Bisnis,Alfabeta, Jakarta
Tosi, Rizzo dan Caroll (1993), Managing Organization Behaviour, New York, Harpen Collinns Publishers.
Atkinson, R. C., dan E.R. Hilgar. 1991 Pengantar psikologi, diterjemahkan oleh Nurjanah Taufik dan Rukmini. Barhana. Erlangga. Jakarta.
http://www.bkn.go.id/ penelitian buku penelitian 202003 buku Persepsi PNS daerah BAB2. (Online) Diakses 4 Maret 2008.