Penyederhanaan Prosedur Perolehan Izin Untuk Mendirikan Perumahan

BAB II
PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA
A. Pengertian Izin Mendirikan Perumahan
Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai
pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi
yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya
kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan
yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.
Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman
sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang
seutuhnya adalah sangat strategis.
Persoalan perumahan dan permukiman di Indonesia sesungguhnya tidak
terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun
kebijakan pemerintah di dalam mengelola perumahan dan permukiman.
Penyusunan arahan untuk penyelenggaraan perumahan dan permukiman,
sesungguhnya secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam
bentuk Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan, namun penekanannya
masih terbatas kepada aspek perumahan saja. Dalam perjalanannya, acuan
tersebut


dirasakan

kurang

sesuai

lagi

dengan

berbagai

perkembangan

permasalahan yang semakin kompleks, sehingga diperlukan pengaturan dan
penanganan perumahan dan permukiman yang lebih terintegrasi. Sehingga untuk
itu perlu disusun suatu kebijakan dan strategi baru yang cakupannya dapat

25
Universitas Sumatera Utara


26

meliputi bidang perumahan dan permukiman sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. 29
Berangkat dari pertimbangan tersebut dan berlandaskan kepada UndangUndang Nomor 4 Tahun 1992 maka telah dikeluarkan Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman Tahun 1999, sebagai acuan pokok di dalam
penyelenggaraan bidang perumahan dan permukiman. Selanjutnya, seiring dengan
perkembangan sosial politik yang ada dan tuntutan reformasi serta perubahan
paradigma penyelenggaraan pembangunan nasional, dan dalam upaya menjawab
tantangan serta agenda bidang perumahan dan permukiman ke depan, maka
dipandang perlu untuk menyempurnakan Kebijakan dan Strategi Nasional
Perumahan dan Permukiman yang ada tersebut.
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu sektor yang strategis
dalam upaya membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Selain sebagai salah
satu kebutuhan dasar manusia, perumahan dan permukiman, “papan” juga
berfungsi strategis di dalam mendukung terselenggaranya pendidikan keluarga,
persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi akan datang yang berjati
diri. Karenanya, pada tempatnyalah bila Visi penyelenggaraan perumahan dan
permukiman diarahkan untuk mengusahakan dan mendorong terwujudnya kondisi

setiap orang atau keluarga di Indonesia yang mampu bertanggung jawab di dalam
memenuhi kebutuhan perumahannya yang layak dan terjangkau di dalam
lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan guna

29

Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Selaku Ketua Badan
Kebijaksanaan Dan Pengendalian Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Nasional (BKP4N)
Nomor : 217/KPTS/M/2002 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Perumahan Dan
Permukiman (KSNPP), Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Jakarta, 2002, hlm.1

Universitas Sumatera Utara

27

mendukung terwujudnya masyarakat dan lingkungan yang berjati diri, mandiri,
dan produktif. 30
Prakteknya dalam mendirikan perumahan, maka diperlukan izin sebagai
syarat untuk terlaksananya pembangunan perumahan. Membicarakan pengertian
izin pada dasarnya mencakup suatu pengertian yang sangat kompleks yaitu berupa

hal yang membolehkan seseorang atau badan hukum melakukan sesuatu hal yang
menurut peraturan perundang-undangan harus memiliki izin terlebih dahulu.
Izin adalah suatu keputusan adminstrasi negara yang memperkenankan
suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi diperkenankan dan bersifat
konkrit. 31 Menurut Prajudi Admosudirjo, mengatakan bahwa izin (verguning)
adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh
undang-undang. 32
N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas
dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak
digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai
sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah
untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketenuan-ketentuan larangan
perundangan. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang
memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya
dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan
umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya (pengrtian izin dalam arti luas).
30

Ibid, hlm.2

Ridwan, Juniarso. Op Cit, hlm 90
32
Prajudi Admosudirjo, Op. Cit, hLM. 94
31

Universitas Sumatera Utara

28

Izin (dalam arti sempit) adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan, izin
pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk
mencapai suatu tatanan tertentu atau menghalangi keadaan-keadaan yang buruk.
Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang
tidak seluruhnya dianggap tercela namun ia menginginkan dapat melakukan
pengawasan sekadarnya. Hal yang pokok pada izin (dalam arti sempit) ialah
bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar
dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan
teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus. 33
Menurut Utrecht sebagaimana dikutip oleh Bachsan Mustafa bahwa
bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi

masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk
masing-masing

hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning). 34
Kata perizinan diperoleh atau didengar dan sepintas lalu kata perizinan
mengandung arti yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang
berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan, namun bila kita telusuri lebih jauh
mengenai pengertian perizinan itu tidaklah semudah apa yang kita sebutkan tadi.
Lalu apa sebenarnya perizinan tersebut.
Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan
bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran,
33

HR Ridwan. Op Cit, hlm 208
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Athninistrasi Negara Indonesia, (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2001), hlm. 80.
34


Universitas Sumatera Utara

29

rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu
usaha yang biasanya hams dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan
atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau
tindakan yang dilakukan.
Izin dapat dikatakan sebagai keputusan tata usaha negara karena ia
dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara, yaitu pemerintah atas permohonan
yang diajukan oleh badan hukum perdata atau perorangan. Pemerintah merupakan
pejabat

tata

usaha

negara,


karena

ia

melaksanakan

fungsi

untuk

menyelenggarakan urusan pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah dengan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disisi lain bila dilihat dari keputusan tata usaha negara itu sendiri, izin
memiliki sifat-sifat keputusan tersebut, yaitu bahwa izin bersifat konkret. Artinya
objek yang diputuskan dalam tata usaha negara itu tidak abstrak melainkan
berwujud, tertentu,dan ditentukan. Izin memiliki sifat individual, artinya bahwa
dalam izin itu harus disebutkan dengan jelas siapa yang diberikan izin. Izin
bersifat final, dimana dengan izin seseoarang telah mempunyai hak untuk
melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan isinyayang secara definitif
dapat menimbulkan akibat hukum tertentu.35

Izin merupakan Instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk
mempengaruhi para warga agar maumengikuti cara yang dianjurkannya guna
mencapai suatu tujuan konkret. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku
ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang

35

Ridwan, Juniarso. Op Cit, hlm 93

Universitas Sumatera Utara

30

masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti lewat izin dapat
diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud. 36
Izin adalah merupakan ketetapan pemerintah untuk menetapkan atau
melakukan sesuatu perbuatan yang dibenarkan oleh undang-undang, atau
peraturan yang berlaku untuk itu. Bentuk izin adalah :
1. Secara tertulis
Bentuk izin secara tertulis rnerupakan suatu bentuk perizinan yang

diberikan oleh pemerintah oleh suatu instansi yang berwenang sesuai
izin yang dimintakan, serta penuangan pemberian izin diberikan
dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh pihak yang berwenang
di instansi tersebut.
2. Dengan Lisan.
Bentuk izin secara lisan dapat ditemukan dalarn hal pengeluaran
pendapat di muka umum. Bentuk izin dengan lisan pada dasarnya
hanya dilakukan oleh suatu organisasi untuk melakukan aktivitasnya
serta melaporkan aktivitasnya tersebut kepada instansi yang
berwenang. Bentuk izin dengan lisan ini hanya berfungsi sebagai
suatu bentuk pelaporan semata. 37
Fungsi dari izin ialah untuk memberikan kepastian hukum bagi pemohon
dan masyarakat, sebagai tindakan preventif untuk menghadapi pihak-pihak yang
mengganggu, dan sebagai pengaman secara hukum. 38
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan
Permukiman disebutkan bahwa:
(1) Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pembangunan
kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh
dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap.
(2) Pembangungan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) ditujukan untuk :
a. Menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuansatuan lingkungan permukiman;
36

HR Ridwan. Op Cit, hlm 217
Muchsan, Pengantar Hukum Administrosi Negara Indonesia, Yogyakarta : Liberty,
2002), hlm. 12.
38
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-perijinan/. diakses 9 Januari
2017 Pukul 20.00 Wib.
37

Universitas Sumatera Utara

31

b. Mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas
lingkungan perumahan yang telah ada di dalam atau disekitarnya.
(3) Satuan-satuan lingkungan permukiman satu dengan yang lain saling
dihubungkan oleh jaringan transportasi sesuai dengan kebutuhan
dengan kawasan lain yang memberikan berbagai pelayanan dan
kesempatan kerja.
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan. 39
Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa

perumahan adalah

kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. 40
Pengembang yang akan membangun rumah maupun kawasan residensial,
haruslah terlebih dahulu mendapatkan perizinan. Menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

Republik

Indonesia Nomor

05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung bahwa Izin
Mendirikan Bangunan Gedung adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah
daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada
pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas,
mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. 41
Setiap orang yang memiliki bangunan gedung wajib memiliki izin
mendirikan bangunan gedung. Izin mendirikan bangunan gedung adalah awal
39

Pasal 19 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman
41
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung
40

Universitas Sumatera Utara

32

surat bukti dari pemerintah daerah bahwa pemilik bangunan gedung dapat
mendirikan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dan
berdasarkan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui oleh pemerintah
daerah. 42
Pemberian izin mendirikan perumahan dimaksudkan untuk mengatur,
mengendalikan, mengawasi dan melakukan pembinaan terhadap pertumbuhan dan
berbagai aktifitas usaha perumahan.
B. Tujuan Pemberian Izin Mendirikan Perumahan
Melalui izin, pemerintah terlibat dalam kegiatan warganegara. Dalam hal
ini, pemerintah mengarahkan warganya melalui instrumen yuridis berupa izin.
Kebijakan pemerintah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat, tidak berhenti
pada satu tahap, melainkan melalui serangkaian kebijakan setelah izin diproses,
masih dilakukan pengawasan, pemegang izin diwajibkan meyampaikan laporan
secara berkala dan sebagainya. Pemerintah melakukan pengendalian terhadap
kegiatan masyarakat dengan melakukan instrumen perizinan. Izin dapat
dimaksudkan untuk mencapai berbagai tujuan tertentu.
Tujuan dan fungsi dari pemberian izin adalah pengendalian dari aktivitas
aktivitas pemerintah terkait ketentuan-ketentuan yang berisi pedoman yang harus
dilaksanakan baik oleh yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang diberi
kewenangan. 43
Tujuan dari perizinan dapat dilihat dari aspek:
1. Pemerintah. Tujuan pemberian izin adalah:

42

Budi Supriyanto, Tata Ruang Dalam Pembangunan Nasional Suatu Strategi dan
Pemikiran), (Jakarta : Ghalia, 2006), hlm. 63
43
http://picapicablue.blogspot.co.id/2012/10/tujuan-perizinan.html, diakses 9 Januari
2017 Pukul 20.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

33

a. Pelaksanaan Peraturan
b. Sumber Pendapatan Daerah/Pusat
2. Masyarakat. Tujuan pemberian izin adalah:
a. Kepastian hukum.
b. Kepastian hak.
c. Kemudahan mendapatkan fasilitas. 44
Adanya tindakan-tindakan yang dikaitkan pada suatu sistem perizinan,
pembuat undang-undang dapat mengejar tujuan dari izin, yaitu:
1. Keinginan mengarahkan/mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu,
contoh izin mendirikan bangunan
2. Mencegah bahaya lingkungan.
3. melindungi
objek-objek
tertentu,
contoh
izin
pencarian
harta/peninggalan terpendam
4. Membagi benda-benda, lahan atau wilayah yang terbatas
5. Mengarahkan/pengarahan dengan menggunakan seleksi terhadap orang
dan aktivitas-aktivitas tertentu. 45
Kaitan antara izin mendirikan perumahan dalam Hukum Administrasi
Negara yaitu:
1. Menjamin kepastian hukum di bidang tertib administrasi
Masalah kepastian hukum di bidang tertib administrasi itu menyangkut
masalah bentuk dari hukum yang diberlakukan. Bentuk hukum yang tertulis
disebut perundang-undangan dan bentuk hukum yang tidak tertulis disebut hukum
adat dan hukum kebiasaan. Dalam bidang pembangunan perumahan ini maka
peraturan yang mengaturnya sudah jelas ada yaitu Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, Undang-Undang Nomor 1

44
45

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

34

Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Penyelenggaraan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman, Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Penyederhanaan Perizinan Pembangunan
Perumahan. Dengan tertulisnya ketentuan dalam bentuk perundang-undangan dan
peraturan pemerintah tersebut maka secara langsung akan membawa kepastian
hukum di bidang pembangunan perumahan. Dengan adanya kepastian hukum
tersebut maka orang tidak akan mencari atau mengada-adakan sebuah peraturan
dengan mencari hubungan yang tidak sempurna terhadap tertib administrasi di
bidang pelaksanaan pembangunan perumahan.
Kepastian hukum itu berarti pertama, dapat ditentukan hukumnya (hukum
tertulis) dalam hal-hal yang konkret tertentu, misalnya perihal pengaturan
pembangunan perumahan, khususnya dalam hal menetapkan aturan main bagi
pihak-pihak yang akan membangun perumahan. Kedua untuk mencegah
timbulnya perbuatan sewenang-wenang yang dapat dilakukan oleh siapapun juga
termasuk oleh pemerintah yang berwenang melakukan memberikan izin bagi
orang perseorang/perusahaan yang melakukan aktivitasnya dan hubungannya
dengan pembangunan perumahan.
2. Menjamin keadilan hukum di bidang mendirikan perumahan.
Keadilan hukum adalah keadilan yang telah ditentukan oleh perundangundangan dan peraturan tertulis, seperti misalriya, keadilan di bidang mendirikan
perumahan yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002

Universitas Sumatera Utara

35

tentang Bangunan Gedung. Pemerintah harus dapat berperan positif bagi
kesejahteraan serta terjaminnya kualitas persaingan di bidang pembangunan
perumahan atas diberikannya izin bagi develpoer untuk membangun perumahan.
Berdasarkan hal tersebut, maka jelaslah bahwa izin mendirikan perumahan
bertujuan untuk mewujudkan tertib pembangunan perumahan baik ditinjau dari
segi lokasi maupun hubungan dengan perkembangan perekonomian dan
kelestarian lingkungan. Dengan demikian tujuan

perizinan adalah untuk

pengendalian dan pengawasan pemerintah terhadap aktivitas dalam hal-hal
tertentu yang ketentuannya berisi pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan
oleh baik yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang berwenang.

C. Peraturan-Peraturan Terkait Izin Mendirikan Perumahan dan Lembaga
Yang Berwenang Mengeluarkan Izin Mendirikan Perumahan.
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman merupakan
aktualisasi pandangan bangsa Indonesia dalam memposisikan nilai strategis
rumah yang layak dan terjangkau didukung dengan prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang memadai. Ketersediaan rumah yang layak huni baik dalam bentuk
rumah tunggal, rumah deret, maupun rumah susun merupakan sarana pendidikan
dan pengembangan kepribadian yang lebih responsif yang dapat meningkatkan
kewibawaan bangsa dalam pergaulan dunia.

Dalam rangka

menjamin

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang efektif dan efisien
perlu didukung oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya
melalui Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Universitas Sumatera Utara

36

Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
merupakan

upaya

bupati/walikota

yang

untuk

dilakukan

mewujudkan

oleh

Menteri,

tercapainya

gubernur,

tujuan

dan/atau

penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman. Pembinaan dilakukan dalam lingkup
perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Tanggung jawab
pemerintah dilakukan melalui koordinasi; sosialisasi peraturan perundangundangan; bimbingan, supervisi dan konsultasi; pendidikan dan pelatihan;
penelitian dan pengembangan;

pendampingan dan

pemberdayaan;

serta

pengembangan sistem informasi dan komunikasi.
Pengaturan Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman akan memberikan kemudahan dalam mewujudkan penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman melalui peningkatan kapasitas terkait
sumber daya manusia, prasarana dan sarana, kelembagaan, dan pendanaan dengan
mengikutsertakan peran pemangku kepentingan di bidang perumahan dan
kawasan permukiman, antara lain kalangan pelaku pembangunan, perbankan,
profesional, akademisi, maupun masyarakat. Hal ini akan menciptakan
keseimbangan dalam penyusunan, pelaksanaan, maupun pengawasan kebijakan
yang dibuat oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sehingga mewujudkan
manajemen pemerintahan yang kuat dengan berpedoman pada tata pemerintahan
yang baik. 46
Adapun pengaturan tentang mendirikan perumahan yang menjadi dasar
hukumnya adalah :
46

Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang
Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Universitas Sumatera Utara

37

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4247).
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang

Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang

Penyederhanaan Perizinan Pembangunan Perumahan
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/Prt/M/2007 Tentang Pedoman

Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas, maka pengaturan
mengenai pembangunan perumahan di Indonesia telah diatur dalam dasar hukum
yang kuat yakni dalam bentuk undang-undang yang memiliki aturan pelaksanaan
berupa peraturan pemerintah. Undang-undang yang dimaksud adalah UndangUndang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
sebagai aturan pelaksanaannya, pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan
Kawasan Permukiman.

Universitas Sumatera Utara

38

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman menyebutkan bahwa

perumahan dan kawasan permukiman

diselenggarakan untuk: 47
1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman;
2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan, terutama bagi MBR;
3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di
kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
4. Memberdayakan

para

pemangku

kepentingan

bidang

pembangunan

perumahan dan kawasan permukiman;
5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya;
6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan.
Hasil perencanaan dan perancangan rumah harus memenuhi persyaratan: 48
1. Teknis;
2. Administratif;

47

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
48
Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Universitas Sumatera Utara

39

3. Tata ruang;
4. Ekologis.
Persyaratan teknis dalam perencanaan dan perancangan rumah meliputi:
1. Tata bangunan dan lingkungan;
2. Keandalan bangunan.
Persyaratan administratif dalam perencanaan dan perancangan Rumah
meliputi:
1. Status hak atas tanah, dan/ atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah;
2. Status kepemilikan bangunan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman, bahwa perencanaan
prasarana, sarana, dan utilitas umum harus memenuhi persyaratan: 49
1. Administratif;
2. Teknis;
3. ekologis.
Persyaratan administratif meliputi:
1. Status penguasaan kaveling tanah;
2. Kelengkapan perizinan.
Persyaratan teknis meliputi:
1. Gambar struktur yang dilengkapi dengan gambar detil teknis;
2. Jenis bangunan;
49

Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Universitas Sumatera Utara

40

3. Cakupan layanan.
Persyaratan ekologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
1. Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum dengan penggunaan bahan
bangunan yang ramah lingkungan;
2. Mengutamakan penggunaan energi non fosil untuk Utilitas Umum.
Perencanaan

prasarana,

sarana,

dan

utilitas

umum

mempertimbangkan kelayakan hunian serta kebutuhan masyarakat

harus
yang

mempunyai keterbatasan fisik. Persyaratan administratif, persyaratan teknis, dan
persyaratan ekologis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang¬undangan.
Mengenai kewajiban setiap orang/badan yang hendak mendirikan
perumahan harus memiliki izin adalah berdasarkan Pasal 20 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan
Kawasan Permukiman Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 1
Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang
mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang
dernikian harus dapat dilihat izin yang bagaimanakah yang dimohonkan oleh
masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah
yang berwenang mengeluarkan izin tersebut.
Dalam kajian pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan izin maka
dasarnya yang perlu dikaji adalah kedudukan aparatur pemerintah yang
melakukan tugasnya di bidang administrasi negara pemberian izin kepada

Universitas Sumatera Utara

41

masyarakat. Agar aparatur pemerintah sebagai bagian dari unsur administrasi
negara dapat melaksanakan fungsinya, maka kepadanya harus diberikan
keleluasaan. Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri
kepada penguasa setempat. Hal seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan
delegasi kepada pemerintah seperti Gubemur, Bupati/Walikota untuk bertindak
atas dasar hukum dan atau dasar kebijaksanaan.
Aparatur pemerintah selaku pelaksana fungsi dalam administrasi negara
juga diberikan suatu pembatasan agar pelaksanaan perbuatan-perbuatannya itu
tidak menjadi apa yang disebut sebagai "onrechtmatig overheaddaat". Setidaknya
perbuatan itu tidak boleh melawan hukum balk formil maupun materiil. Tidak
boleh

melampaui

penyelewengan-kewenangan

menurut

undang-undang

(kompetentie). 50
Adapun bentuk-bentuk dari perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu
dalam bentuk memberikan izin secara garis besar dapat dibagi atas :
1. Perbuatan membuat peraturan.
2. Perbuatan melaksanakan peraturan.
Sementara itu menurut Van Poelje sebagaimana dikutip Victor Situmorang
perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan faktor (Feitlijke handeling).
2. Berdasarkan hukum (recht handeling):
a. Perbuatan hukum privat.
b. Perbuatan hukum publik, yang kemudian perbuatan ini dapat dibagi atas :

50

Amrah Muslimin, Op.Cit, hlm.71.

Universitas Sumatera Utara

42

1) Perbuatan hukum publik yang sepihak
2) Perbuatan hukum publik yang berbagai pihak. 51
Amrah Muslimin mengatakan bahwa dalam bidang eksekutif ada 2 (dua)
macam tindakan/perbuatan administrasi negara/pemerintah, yakni :
1. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan

yang

secara

tidak

langsung

menimbulkan akibat-akibat hukurn.
2. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara langsung menimbulkan
akibat-akibat hukum. 52
Pendapat lain tentang perbuatan hukum dari administrasi negara ini adalah
seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo. Menurutnya perbuatan itu
dibagi ke dalam 4 (empat) macam perbuatan hukum administrasi negara, yakni : 53
1. Penetapan (beschiking), administrative dicretion). Sebagai perbuatan sepihak
yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi
penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu. Perbuatan
hukum tersebut hams sepihak (eenzijdig) dan harus bersifat administrasi
negara. Artinya realisasi dari suatu kehendak atau ketentuan undang-undang
secara nyata kasual, individual.
2. Rencana (planning). Salah satu bentuk dari perbuatan hukum Administrasi
Negara yang menciptakan hubungan-hubungan hulcuin (yang mengikat)
antara penguasa dan para warga masyarakat.
51

Victor Situmorang, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), hlm. 4
52
Amrah Muslimin, Op.Cit, hlm.74
53
Prajudi Admosudirjo, Op.Cit, hlm. 102.

Universitas Sumatera Utara

43

3. Norma jabatan (concrete normgeving) merupakan suatu perbuatan hukum
(rechtshandeling) dari penguasa administrasi negara untuk membuat agar
supaya suatu ketentuan undangundang mempunyai isi yang konkret dan
praktis serta dapat diterapkan menurut keadaan waktu dan tempat.
4. Legislasi Semu (pseudo weigeving) adalah pencipataan dari aturan-aturan
hukum oleh pejabat administrasi negara yang berwenang sebenarnya
dimaksudkan sebagai garis-garis pedoman pelaksanaan policy (kebijaksanaan
suatu ketentuan undang-undang) akan tetapi dipublikasikan secara meluas.
Memperhatikan batasan, ruang lingkup serta perbuatan-perbuatan dari
administrasi negara di atas jelaslah bahwa Hukum Administrasi Negara itu adalah
merupakan suatu perangkat ketentuan yang mernuat sekaligus memberikan cara
bagaimana agar organ-organ di dalam suatu organisasi yang lazim disebut
"negara" dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya demi terwujudnya suatu
tujuan yang dikehendaki bersama.
Alat-alat administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, dengan
sendirinya menimbulkan hubungan-hubungan yang disebut hubungan hukum.
Hubungan-hubungan ini dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni :
1. Hubungan hukum antara alat administrasi negara yang satu dengan alat
administrasi negara yang lain.
2. Hubungan hukum antara alat administrasi negara dengan perseorangan
(individual), yakni para warga negara, atau dengan badan-badan hukum
swasta. 54
54

Ibid. hlm 62

Universitas Sumatera Utara

44

Hubungan-hubungan hukum dalam suatu negara hukum disalurkan dalam
kaidah-kaidah tertentu, dan kaidah-kaidah hukum inilah yang merupakan materi
dari Hukum Administrasi Negara. Kaidah-kaidah hukum tersebut terdiri dari:
1. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat
administrasi negara mengadakan kontak satu sama lain.
2. Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat administrasi negara
(Pemerintah) dengan para warga negaranya. 55
Pekerjaan pemberian izin oleh pemerintah pada dasarnya merupakan
perbuatan hukum publik yang bersegi 1 (satu) yang dilakukan dengan ketentuan
yang berlaku di lingkungan instansi pemerintahan yang mengeluarkan izin
tersebut. Sehingga membicarakan ketentuan-ketentuan mengenai masalah
perizinan amat luas sekalanya karena beranekaragamnya jenis izin yang
dikeluarkan sesuai dengan kedudukan masing-masing instansi pemerintahan itu
sendiri. Secara umum dapat dikatakan ketentuan-ketentuan mengenai masalah
perizinan tersebut merupakan pekerjaan pemerintah dalam bentuk nyata (konkret)
yang diwujudkan dalarn perbuatan mengeluarkan ketetapan yang mempunyai ciri
konkret artinya nyata mengatur orang tertentu yang disebutkan identitasnya
sebagai pemohon izin untuk memenuhi ketentuanketentuan yang ditetapkan
pemerintah agar seseorang tersebut dapat diberikan izin.
Ketentuan-ketentuan yang umum diberikan dalarn hal pengurusan izin
meliputi:
1. Identitas pemohon. Termasuk nama, tempat tanggal lahir, serta domisili.
55

Ibid. hlm 63

Universitas Sumatera Utara

45

2. Tujuan permohonan izin. Hal ini digantungkan kepada jenis yang
dimohonkan, seperti IMB maka tujuan permohonan izin tersebut adalah agar
pemohon dapat melakukan aktivitas kegiatan pembangunan sesuai izin yang
dimohonkan.
3. Masa berlaku izin. Merupakan suatu ketetapan oleh instansi yang
mengeluarkan izin terhadap masa berlaku objek yang dimohonkan izin.

Universitas Sumatera Utara