Penyederhanaan Prosedur Perolehan Izin Untuk Mendirikan Perumahan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Masyarakat yang adil dan makmur tersebut diartikan tidak hanya
cukup sandang, pangan, dan papan saja tetapi justru harus diartikan sebagai cara
bersama untuk memutuskan masa depan yang dicita-citakan dan juga turut secara
bersama mewujudkan masa depan tersebut. Semangat untuk mewujudkan masa
depan tersebut merupakan amanah dari mukadimah Undang-Undang Dasar 1945
alinea ke-4 juncto Pasal 28 H ayat (1) dan Pasal 33 UUD 1945.1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal
28H ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera, lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Tempat tinggal mempunyai peran strategis dalam pembentukan watak dan
kepribadian bangsa serta sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia
seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif. Oleh karena itu, negara
sertanggung jawab untuk menjamin pemenuhan hak akan tempat tinggal dalam
bentuk rumah yang layak dan terjangkau.
Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pemerintah maupun

pengembang merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Pembangunan perumahan ditujukan agar seluruh rakyat Indonesia menempati
1

M. Rizal Arif, Analisis Kepemilikan Hak Atas Tanah Satuan Rumah Susun Dalam
Kerangka Hukum Benda, (Bandung : Nuansa Aulia, 2009), hlm. 13.

1
Universitas Sumatera Utara

2

rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Rumah
yang layak adalah bangunan rumah yang sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta
kesehatan penghuninya. Lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur adalah
lingkungan yang memenuhi persyaratan penataan ruang, persyaratan penggunaan
tanah, penguasaan hak atas tanah, dan kelayakan prasarana dan sarana
lingkungannya. 2
Meningkatnya kebutuhan akan perumahan dan permukiman sangat erat

kaitannya dengan kependudukan, seperti jumlah penduduk, laju pertumbuhannya,
dan perubahan rata-rata jumlah jiwa keluarga. Hal tersebut merupakan masalah
yang dihadapi, terutama di kota-kota besar di Indonesia, sepeti Jakarta, Bandung,
Surabaya, Medan, dan Semarang. 3
Pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia,
perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman, serasi, dan teratur
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting
dalam peningkatan harkat dan martabat mutu kehidupan serta kesejahteraan rakyat
dalam masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945
Peningkatan harkat dan martabat, mutu kehidupan dan kesejahteraan
tersebut bagi setiap keluarga Indonesia, pembangunan perumahan dan

2

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, (Jakarta : Kencana Prenada
Group, 2010), hlm 75
3
M. Rizal Arif, Op.Cit, hlm.15


Universitas Sumatera Utara

3

permukiman sebagai bagian dari pembangunan nasional perlu terus ditingkatkan
dan dikembangkan secara terpadu, terarah, berencana, dan berkesinambungan.
Peningkatan

dan

pengembangan

pembangunan

perumahan

dan

permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya perlu diupayakan sehingga

merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan
ekonomi, dan sosial budaya untuk mendukung ketahanan nasional, mampu
menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia Indonesia dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mencapai tujuan penyelenggaraan perumahan perlu di kembangkan
wawasan dan paradigma baru di bidang perumahan agar investasi, inovasi, dan
pemberdayaan dalam bidang perumahan terus berlanjut dan meningkat. Sebagai
upaya untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan perumahan, pemerintah
telah mengambil langkah-langkah di bidang penyederhanaan perizinan perumahan
melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4
Kewenangan administrasi negara perlu di atur dalam peraturan perundangundangan, agar dalam melaksanakan aktivitasnya aparatur negara tidak menyalah
gunakan kekuasaannya. Hukum perizinan sangat erat sekali dengan kewenangan
administrasi negara karena kewenangan merupakan dasar dari aktivitasnya. Hak
tidak ada tanpa adanya keputusan pemberian izin. Di dalam memperoleh izin para
pelaku usaha pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan yang telah
diterapkan atau di atur oleh pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung

yang mengatur fungsi bangunan gedung,


4

http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/10/10/kebutuhan-perumahan-bagi-masyarakat-kian-meningkat, diakses tanggal 03 Maret 2017 Pukul 20.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

4

persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak
dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap
penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan
pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung
dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan
dan berkeadilan. Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif
bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung
untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan
persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada
umumnya.

Perwujudan bangunan perumahan juga tidak terlepas dari peran penyedia
jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa
konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen
konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji
teknis bangunan gedung. Pengaturan bangunan perumahan ini juga harus berjalan
seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dalam rangka penyederhanaan perizinan pembangunan perumahan yang
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel guna mempercepat penyelenggaraan
pembangunan perumahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan rumah,
maka dikeluarkanlah Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2016.
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Penyederhanaan Perizinan
Pembangunan Perumahan bertujuan mempercepat penyelenggaraan pembangunan

Universitas Sumatera Utara

5

perumahan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat atas rumah. Seluruh jajaran
terkait mengambil langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan
masing-masing secara terkoordinasi untuk menyederhanakan perizinan dalam

pembangunan perumahan di Kementerian atau pemerintah daerah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2016 juga secara khusus
menugaskan Menko Perekonomian berkoordinasi dan mengevaluasi pelaksanaan
inpres dan melaporkan hasilnya pelaksanaan inpres kepada Presiden, Menteri
Dalam Negeri bertugas menyederhanakan kebijakan, persyaratan, dan proses
penerbitan Izin gangguan serta mendorong para gubernur, bupati/wali kota segera
mendelegasikan kewenangan terkait perizinan pembangunan perumahan kepada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Selain itu, berdasarkan Inpres Nomor
3/2016, Mendagri ditugaskan untuk mendorong gubernur, bupati/wali kota
mempercepat penyederhanaan perizinan pembangunan perumahan melalui PTSP.
Presiden juga menugaskan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional, menyederhanakan kebijakan, persyaratan dan proses
penerbitan Izin Pemanfaatan Ruang dan Izin Lokasi untuk pembangunan
perumahan. Menpupera diinstruksikan menyederhanakan kebijakan, persyaratan
dan proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pembangunan
perumahan sedangkan kepada Menteri LHK wajib menyederhanakan kebijakan,
persyaratan dan proses penerbitan Izin Lingkungan untuk pembangunan
perumahan. Menteri Perhubungan menyederhanakan kebijakan, persyaratan dan
proses persetujuan hasil Analisis Dampak Lalu Lintas (Andal Lalin) untuk

pembangunan perumahan. Sementara itu, jajaran gubernur, bupati, dan wali kota,
Presiden memberikan batas waktu hingga tahun 2017 untuk mempercepat

Universitas Sumatera Utara

6

pendelegasian kewenangan terkait perizinan pembangunan perumahan kepada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), penyederhanaan perizinan pembangunan
perumahan melalui Pelayan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan pelaksanaan proses
perizinan pembangunan perumahan melalui sistem online.
Berdasarkan

latar

belakang

di

atas,


dipilih

judul

tentang

"Penyederhanaan Prosedur Perolehan Izin Untuk Mendirikan Perumahan ".
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan izin mendirikan perumahan di Indonesia ?
2. Apa hambatan hukum dalam pemberian izin mendirikan perumahan ?
3. Bagaimana penyederhanaan prosedur pemberian izin mendirikan perumahan
yang diinstruksikan dalam Inpres No. 3 Tahun 2016 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengaturan izin mendirikan perumahan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui hambatan hukum dalam pemberian izin mendirikan
perumahan.
3. Untuk mengetahui penyederhanaan prosedur pemberian izin mendirikan
perumahan yang diinstruksikan dalam Inpres No. 3 Tahun 2016.
Adapun manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:

Universitas Sumatera Utara

7

1. Secara teoritis.
a. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu hukum, khususnya dalam
bidang Hukum Administrasi Negara.
b. Untuk mengetahui secara konkrit sejauhmana perkembangan mengenai
penyederhanaan prosedur pemberian izin mendirikan perumahan yang
diinstruksikan dalam Inpres No. 3 Tahun 2016.
2. Secara praktis :
a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya mengenai
prosedur pemberian izin mendirikan perumahan dan pengawasan izin

mendirikan perumahan
b. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan
tentang cara memperoleh izin usaha mendirikan perumahan.

D. Keaslian Penulisan.
Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang
dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
penulisan skripsi terkait dengan “Penyederhanaan Prosedur Perolehan Izin Untuk
Mendirikan Perumahan” belum pernah ditulis sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini
merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi
orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari
buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu

Universitas Sumatera Utara

8

internet yang dijadikan referensi dengan menyebut sumbernya. Berdasarkan asasasas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan
skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan.
1. Perizinan
Perizinan adalah salah satu instrument yang paling banyak digunakan
dalam hukum administrasi negara. Dengan dikeluarkannya izin, maka orangorang atau perusahaan memohonkannya kepada pemerintah akan dapat
melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan materi yang ada dalam konsep izin itu.
Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang
atau aturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan
larangan perundangan. 5 Pengertian di atas merupakan arti izin dalam arti sempit.
Sehingga dalam kalimat tersebut dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat
melakukan sesuatu kecuali diizinkan. Dalam hal ini izin didapat dari pihak
pemerintah.
Izin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan
yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan.6 Ateng Syafudin
mengatakan bahwa izin sebagai suatu instrumen pemerintah yang bersifat yuridis
preventif,

yang

digunakan

sebagai

sarana

hukum

administrasi

untuk

mengendalikan perilaku masyarakat. 7 Izin di sini dimaksudkan untuk menciptakan
kegiatan yang positif terhadap aktivitas pembangunan. Suatu izin yang

5

Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, (Jakarta: Yuridiks, 1993), hlm 2
Ibid.
7
Ateng Syafudin, Pengurusan Perizinan, (Bandung: Pusat Pendidikan dan Pelatihan ST
Alosius, 1992), hlm. 4.
6

Universitas Sumatera Utara

9

dikeluarkan pemerintah dimaksudkan untuk memberikan keadaan yang tertib dan
aman sehingga yang menjadi tujuannya akan sesuai dengan yang menjadi
peruntukannya pula.
Sjahran Basah memberikan pengertian tentang izin yaitu, sebagai
perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang menghasilkan peraturan
berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. 8
Prajudi Atmosudirdjo menyebutkan izin adalah suatu penetapan yang
merupakan dispensasi dari pada larangan oleh undang-undang. Dispensasi disini
adalah pernyataan dari pejabat administrasi negara yang berwenang bahwa suatu
ketentuan undang-undang tertentu, menjadi tidak berlaku terhadap kasus yang
diajukan seseorang dalam surat permohonannya. 9
Marbun dan Mahfud menyebutkan izin adalah apabila pembuat peraturan
secara umum, tidak melarang suatu perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan

yang

berlaku.

Perbuatan

administrasi

negara

yang

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin. 10
Izin adalah Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang digunakan bagi pemohon sebagai
legitimasi terhadap kegiatan yang sebenarnya dilarang dan sebagai sarana bagi

8

Sjahran Basah, Pencabutan Izin Sebagai Salah satu Sanksi Hukum Administrasi Negara,
(Surabaya: FH. UNAIR, 1995), hlm. 3
9
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, ( Jakarta:Ghalia Indonesia,1988),
hlm 25
10
Marbun dan Mahfud, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Liberty,
1987), hlm 27

Universitas Sumatera Utara

10

pemerintah untuk mengawasi kegiatan tertentu yang dilarang. Dengan pengertian
tersebut, maka izin merupakan tindakan hukum pemerintah.
Selain pengertian izin yang diberikan oleh beberapa sarjana tersebut, ada
pengertian izin yang dimuat dalam peraturan yang berlaku, misalnya dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Dalam
ketentuan tersebut izin diberikan sebagai dokumen yang dikeluarkan oleh
pemerintah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lain yang merupakan
bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan
untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sehingga pengertian izin dalam hal
ini berbentuk tertulis yakni berupa dokumen, sehingga pemberian izin secara lisan
tidak termasuk.
Kesimpulan dari pengertian izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang
merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau
badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu baik dalam bentuk izin
maupun tanda daftar usaha.
Umumnya sistem perizinan terdiri dari larangan, persetujuan yang
merupakan dasar perkecualian (izin) dan ketentuan-ketentuan yang berhubungan
dengan izin. Menurut Philipus M. Hadjon sistem perijinan dibagi menjadi tiga
bagian pokok yaitu: 11

11

Philipus M. Hadjon, Op.Cit, hlm.23

Universitas Sumatera Utara

11

a. Larangan.
Merupakan bagian pokok dari perizinan, karena izin ada karena adanya
larangan dan ketentuan. Larangan harus ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. ketentuan-ketentuan dalam larangan menurut teknik
perundang-undangan dapat diformulasikan dua cara, yaitu :
1) Larangan dan persetujuan dituangkan dalam suatu ketentuan
Contoh : Dilarang mendirikan bangunan tanpa izin tertulis.
2) Norma larangan ditetapkan dalam suatu ketentuan tersendiri, sehingga
larangan itu memperoleh tekanan tertentu
Contoh : Dilarang mendirikan perumahan dijalur hijau.
b. Izin
Izin adalah bagian kedua dari sistem perijinan yang merupakan persetujuan
atau perkenan dari pihak penguasa berdasarkan peraturan perundangundangan untuk melanggar atau menyimpangi suatu larangan dalam keadaan
tertentu. Penguasa memberikan perkenaan berdasarkan kewenangan yang
diperoleh dari peraturan perundang-undangan.
c. Ketentuan-ketentuan.
Ketentuan-ketentuan adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi organisasi
pemerintahan memberi izin. Fakta bahwa dalam banyak hal izin dikaitkan
pada syarat-syarat, berhubungan erat dengan fungsi sistem perizinan sebagai
salah satu instrument pengarah (pengendalian) dari penguasa.

Universitas Sumatera Utara

12

2. Kebijakan Perumahan
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kebijakan berasal dari
kata bijak yang artinya selalu menggunakan akal budinya, pandai, mahir.
Selanjutnya dijelaskan bahwa kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi
dan sebagainya), pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran, garis haluan.
Abdul Wahab Solichin menjelaskan, bahwa istilah kebijakan lazim
digunakan dalam kaitannya atau kegiatan pemerintah, serta perilaku negara pada
umumnya dan kebijakan tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan. 12
Irfan Islamy merumuskan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang
mempunyai tujuan yang dilakukan sesorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk
memecahkan suatu masalah. Selanjutnya Irfan Islamy mengklasifikasi kebijakan,
menjadi dua: substantif dan prosedural. Kebijakan substantif yaitu apa yang harus
dikerjakan oleh pemerintah sedangkan kebijakan prosedural yaitu siapa dan
bagaimana kebijakan tersebut diselenggarakan. Ini berarti, kebijakan publik
adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabatpejabat pemerintah. 13

12

Abdul Wahab Solichin, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm.41.
13
Irfan Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, (Jakarta : Bumi Aksara,
2001), hlm.12

Universitas Sumatera Utara

13

Hanif Nurcholis memberikan definisi kebijakan sebagai keputusan suatu
oragnisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan
ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam hal: 14
a. Pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok
sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksanaan kebijakan.
b. Penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik
dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan
kelompok sasaran yang dimaksudkan.
Menurut Arifin Tahir, bahwa kebijakan adalah keputusan tetap yang
dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan (repetiveness) tingkah laku dari
mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.
Sekalipun definisi menimbulkan beberapa pertanyaan atau masalah untuk menilai
beberapa pertanyaan atau masalah untuk menilai berapa lama sebuah keputusan
dapat bertahan atau hal apakah yang membentuk konsistensi dan pengulangan
tingkah laku yang dimaksud serta siapa yang sebenarnya malakukan jumlah
pembuat kebijakan dan pematuh kebijakan tersebut, namun demikian definisi ini
telah memperkenalkan beberapa komponen kebijakan publik. 15
Menurut Sahya Anggara, ada empat ciri pokok masalah kebijakan, yaitu
sebagai berikut: 16
a. Saling kebergantungan. Kebijakan bukan merupakan suatu kesatuan yang
berdiri sendiri, melainkan bagian dari seluruh sistem masalah.
14

Hanif Nurcholis, Hanif, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
(Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007), hlm.263
15
Arifin Tahir, Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaran Pemerintah Daerah,
(Bandung : Alfabeta, 2014), hlm.62
16
Sahya Anggara, Kebijakan Publik, (Bandung : Setia 2014), hlm.5

Universitas Sumatera Utara

14

b. Subyektifitas. Kondisi eksternal yang menimbulkan suatu permsalahan
didefinisikan, diklarifikasikan, dijelaskan, dan dievaluasi secara selektif.
c. Sifat bantuan. Masalah-masalah kebijakan dipahami, dipertahankan, dan
diubah secara sosial.
d. Dinamika masalah kebijakan. Cara pandang orang terhadap masalah pada
akhirnya akan menentukan solusi yang ditawarkan untuk memecahkan
masalah tersebut.
Empat hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan mengandung berbagai
pertimbangan, terlebih jika menyangkut masyarakat banyak. Artinya dapat
berhubungan dengan prinsip kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, dan prinsip
demokrasi.
Irfan Islami menyebutkan bahwa kebijakan mempunyai beberapa
implikasi, yaitu sebagai berikut: 17
a. Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk perdananya berupa penetapan
tindakan-tindakan dari Pemerintah.
b. Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan
dalam bentuk yang nyata.
c. Bahwa kebijakan publik itu, baik untuk melakukan sesuatu itu mempunyai
dan dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu.
d. Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan
seluruh anggota masyarakat.

17

Irfan Islami, Op.Cit, hlm.16

Universitas Sumatera Utara

15

Persoalan perumahan dan permukiman di Indonesia sesungguhnya tidak
terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun
kebijakan pemerintah di dalam mengelola perumahan dan permukiman.
Penyusunan arahan untuk penyelenggaraan perumahan dan permukiman,
sesungguhnya secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V. Seiring
perkembangan sosial politik yang ada; tuntutan reformasi; perubahan paradigma
penyelenggaraan pembangunan nasional, dan dalam upaya menjawab tantangan
serta agenda bidang perumahan dan permukiman ke depan.
Kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman, yang
sekaligus merupakan reformasi dalam bidang perumahan dan permukiman.
Kebijakan

baru

tersebut

dituangkan

dalam

Surat

Keputusan

Menteri

KIMPRASWIL, No. 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yang merupakan arahan dasar
yang masih harus dijabarkan secara lebih operasional oleh berbagai pihak yang
berkepentingan di bidang penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
Penjabaran secara teknis melalui kegiatan penyiapan perangkat pengaturan,
perencanaan, pemrograman, pelaksanaan, dan pengendalian serta pengelolaan
pembangunan dilakukan secara menyeluruh di semua tingkatan pemerintahan,
baik di Pusat maupun Propinsi, Kabupaten dan Kota, yang dapat dicerminkan
melalui penyiapan Propeda, RP4D dan Repetada di tingkat daerah. 18
Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional dalam pembangunan
perumahan dan pemukiman yaitu: 19

18

Iwan Suprijanto, Reformasi Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan &
Permukiman, Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 32, No. 2, Desember 2004, hlm.16
19
Ibid, hlm.

Universitas Sumatera Utara

16

a. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan
melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui strategi:
1) Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan
perundang-undangan

dalam

penyelenggaraan

perumahan

dan

permukiman.
2) Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan
responsif.
3) Pengawasan

konstruksi

dan

keselamatan

bangunan

gedung

dan

lingkungan.
b. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan
masyarakat, melalui strategi :
1) Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan
(primer dan sekunder), meliputi :
a) Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan perijinan,
sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi
kredit, dan pengkajian ulang peraturan terkait;
b) Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF (Secondary Mortgage
Facilities), biro kedit, asuransi kredit, lembaga pelayanan dokumentasi
kredit; dan lembaga sita jaminan.
2) Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan
masyarakat, meliputi :
a) Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok
masyarakat (P2BPK)

Universitas Sumatera Utara

17

b) Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan masyarakat;
c) Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya;
d) Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.
3) Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat
berbentuk subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar
lingkungan perumahan dan permukiman ataupun kombinasi kedua subsidi
tersebut.
4) Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi :
a) Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha
dan hidup produktif;
b) Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan
sarana usaha bagi keluarga miskin,
c) Pelatihan teknologi tepat guna, pengembangan kewirausahaan, serta
keterampilan lainnya.
5) Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak
bencana alam dan kerusuhan sosial, meliputi :
a) Penanganan tanggap darurat;
b) Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar
perumahan dan permukiman;
c) Pemukiman kembali pengungsi.
Penanganan tanggap darurat merupakan upaya yang harus dilakukan
dalam rangka penanganan pengungsi, penyelamatan korban dampak

Universitas Sumatera Utara

18

bencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum proses lebih lanjut seperti
pemulangan, pemberdayaan, dan pengalihan (relokasi).
6) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui pembinaan
teknis penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah
negara.
c. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna
mendukung

pengembangan

jatidiri,

kemandirian,

dan

produktivitas

masyarakat, melalui strategi:
1) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan
permukiman kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi :
a) Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh; (b) Perbaikan
prasarana dan sarana dasar permukiman;
b) Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa
(rusunawa).
2) Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman,
meliputi :
a) Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap
bangun (Lisiba);
b) Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri, yang
berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D)
yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba
tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan permukiman

Universitas Sumatera Utara

19

skala besar secara terencana dan terpadu dalam manajemen kawasan
yang efektif. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba serta kaitannya
dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan
pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.
3) Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi :
a) Pelembagaan

RP4D,

yang

merupakan

pedoman

perencanaan,

pemrograman, pembangunan dan pengendalian pembangunan jangka
menengah

dan

panjang

secara

sinergi

melibatkan

kemitraan

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
b) Pelestarian

bangunan

bersejarah

dan

lingkungan

permukiman

tradisional;
c) Revitalisasi lingkungan permukiman strategis;
d) Pengembangan penataan dan pemantapan standar pelayanan minimal
lingkungan permukiman untuk mencegah perubahan fungsi lahan,
menghindari upaya penggusuran, mengembangkan pola hunian
berimbang,

menganalisis

dampak

lingkungan

melalui

Analisa

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) secara konsisten.
F. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu

Universitas Sumatera Utara

20

pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. 20
Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti
sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi
penelitian terhadap

asas-asas

hukum,

sumber-sumber

hukum,

peraturan

perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat menganalisa
permasalahan yang akan dibahas.
2. Spesifikasi Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang
bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan,
menelaah,

menjelaskan,

dan

menganalisis

peraturan

hukum. 21

Dengan

menggunakan sifat deskriptif ini, maka peraturan hukum dalam penelitian ini
dapat dengan tepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Pendekatan masalah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
(statute approach).22
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menganalisa yang dilakukan
dengan cara memaparkan atau menggambarkan permasalahan mengenai prosedur
perolehan izin mendirikan perumahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 ditinjau dari hukum administrasi negara.
3. Sumber data
Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari
literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini
20

Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm 1.
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm 10
22
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta, Kencana Prenada Media, 2010),
hlm. 96.

Universitas Sumatera Utara

21

merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data
sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang
terdiri dari:.
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan
lainnya yang berkaitan. 23.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku, penelusuran
internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun disertasi. 24
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan
ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan penulisan
hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan. 25
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
(library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi
maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak
maupun media elektronik, termasuk peraturan perundang-undangan.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai
berikut: 26

23

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm 6.
Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: UI Press, 2006), Hlm 12
25
Soerjono Soekanto, Ibid, hlm 7.
26
Ronitijo Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:
Ghlmia Indonesia, 1990), hlm. 63.
24

Universitas Sumatera Utara

22

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang

relevan degan objek penelitian.
b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak

maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundangundangan.
c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah

yang menjadi objek penelitian.
5. Analisis Data.
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara
kualitatif 27 yakni dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan
menghubungkan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuanketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang
diteliti sehingga dengan logika deduktif, 28 yaitu berpikir dari hal yang umum
menuju hal yang lebih khusus, dengan menggunakan perangkat normatif, yakni
interpretasi dan konstruksi hukum sehingga diharapkan dapat dihasilkan suatu
kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan.
Dalam menganalis data berupa peraturan perundang undangan maka akan
dilakukan langkah langkah sebagai berikut :
a. Inventarisasi aturan hukum yang terkait dengan fakta hukum
b. Klasifikasi aturan hukum dan buat sistematika pengaturannya
c. Deskripsi konsistensi, kontradiksi pada aturan hukum.
27

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hlm.10
28
Ibid, hlm.12

Universitas Sumatera Utara

23

Dalam proses ini akan dipergunakan asas hukum untuk menganalis
penyederhanaan

prosedur

pemberian

izin

mendirikan

perumahan

yang

diinstruksikan dalam Inpres No. 3 Tahun 2016 ditinjau dari hukum administrasi
negara. Selanjutnya akan diperhatikan sifat pengaturan (bersifat umum atau
khusus) dalam aturan, bentuk hukum (hierarchi) dari aturan dan pengundangan
dan atau pengumuman (lama atau baru) dari aturan hukum.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap tiap bab terbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar
belakang penulisan skripsi ini kemudian dilanjutkan dengan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
pustaka,

metode penelitian dan ditutup

dengan

memberikan

sistematikan dari penulisan skripsi ini.
BAB II

PENGATURAN

IZIN

MENDIRIKAN

PERUMAHAN

DI

INDONESIA. Bab ini menguraikan mengenai Pengertian Izin
Mendirikan

Perumahan,

Tujuan

Pemberian

Izin

Mendirikan

Perumahan, Peraturan-Peraturan Terkait Izin Mendirikan Perumahan
dan Lembaga

Yang Berwenang Mengeluarkan Izin Mendirikan

Perumahan.

Universitas Sumatera Utara

24

BAB III

HAMBATAN

HUKUM

DALAM

PEMBERIAN

IZIN

MENDIRIKAN PERUMAHAN B. Bab ini menguraikan mengenai:
Kendala dalam Pemberian Izin Mendirikan Perumahan, Upaya yang
dilakukan Mengatasi Kendala dalam Pemberian Izin Mendirikan
Perumahan.
BAB IV

PENYEDERHANAAN
MENDIRIKAN

PROSEDUR

PERUMAHAN

PEMBERIAN

YANG

IZIN

DIINSTRUKSIKAN

DALAM INPRES NOMOR 3 TAHUN 2016
Bab ini menguraikan mengenai : Prosedur Pemberian Izin Mendirikan
Perumahan, Pengawasan terhadap Izin Mendirikan Perumahan, Sanksi
terhadap Pihak yang Belum Memiliki Izin Mendirikan Perumahan.
BAB IV

PENUTUP
Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab. Seluruhnya
yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini
yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara